Disusun oleh :
Ibrahim Ali
1134010055
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Asbabul Wurud Hadist
Makalah ini berisikan tentang Pengertian Asbab Wurud Al Hadits, Sejarah Asbab Wurud Al
Hadits , Pembagian Asbab Wurud Al Hadits, Cara mengetahui Sebab-sebab Lahirnya Hadits ,
Faedah mempelajari Asbab Wurud Al Hadits, serta Kesimpulan dari pembahasan tersebut.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.... i
DAFTAR ISI.. ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................
.. 1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Asbab Wurud Al Hadits... 2
1.2 Sejarah Asbab Wurud Al Hadits .... 3
1.3 Pembagian Asbab Wurud Al Hadits... 4
1.4 Cara mengetahui Sebab-sebab Lahirnya Hadits .. 6
1.5 Faedah mempelajari Asbab Wurud Al Hadits... 7
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan.. 10
2.2 Daftar Pustaka..11
BAB I
Pendahuluan
Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran islam yang menduduki posisi
sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki
posisi kedua setelah al-Quran, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan
bayan (eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Quran yang bersifat am (umum), mujmal (global)
atau mutlaq. Secara tersirat, al-Quran-pun mendukung ide tersebut, antara lain firman Allah
SWT:
Dan kami turnkan al-Quran kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan kapada umat
manusia apa yang telah diturunkan untuk mereka, dan supaya mereka memikirkan.. (QS.
An-Nahl 44)
Adanya perintah agar Nabi SAW. Menjelaskan kapada umat manusia mengenai al-
Quran, baik melalui ucapan, perbuatan atau taqrirnya, dapat diartikan bahwa Hadis berfungsi
sebagai bayan (penjelas) terhadap al-Quran.
Oleh karena itu tidaklah terlalu berlebihan jika kemudian Imam al-Auzai pernah
berkesimpulan bahwa al-Quran sesungguhnya lebih membutuhkan kepada al-Hadis daripada
sebaliknya. Sebab secara tafshili (rinci) al-Quran masih perlu dijelaskan dengan Hadis.
Disamping sebagai bayan terhadap al-Quran, Hadis secara mandiri sesungguhnya
dapat menetapkan suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-Quran. Namun persoalannya
adalah bahwa untuk memahami suatu Hadis dengan baik, tidaklah mudah. Untuk itu,
diperlukan seperangkat metodologi dalam memahami Hadis.
Ketika kita mencoba memahami suatu Hadis, tidak cukup hanya melihat teks
Hadisnya saja, khususnya ketika Hadis itu mempunyai asbabul wurud, melainkan kita harus
melihat konteksnya. Dengan lain ungkapan, ketika kita ingin menggali pesan moral dari suatu
Hadis, perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa Hadis itu disampaikan Nabi,
dalam kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi waktu itu menyampaikannya. Tanpa
memperhatikan konteks historisitasnya (baca: asbabul wurud) seseorang akan mengalami
kesulitan dalam menangkap dan memahami makna suatu Hadis, bahkan ia dapat terperosok
ke dalam pemahaman yang keliru.
Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat penting dalam diskursus ilmu Hadis, seperti
pentingnya asbabun nuzul dalam kajian tafsir al-Quran.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa tidak semua Hadis mempunyai asbabul
wurud. Sebagian Hadis mempunyai asbabul wurud khusus, tegas dan jelas, namun sebagian
yang lain tidak. Untuk katagori pertama, mengetahui asbabul wurud mutlak diperlukan, agar
terhindar dari kesalahpahaman (misunderstanding) dalam menangkap maksud suatu Hadis.
Sedangkan untuk Hadis-Hadis yang tidak mempunyai asbabul wurud khusus, sebagai
alternatifnya, kita dapat menggunakan pendekatan historis, sosiologis, antropologis atau
bahkan pendekatan psikologis sebagai pisau analisis dalam memahami Hadis. Hal ini
didasarkan pada suatu asumsi bahwa Nabi SAW tidak mungkin berbicara dalam kondisi
yang vakum historis dan hampa kultural.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Asbab Wurud Al Hadits
Kata Asbab adalah bentuk jamak dari kata Sabab (Arab: Asbab = sebab). Menurut
ahli bahasa diartikan dengan Al Habl (tali) yang menurut lisan arab berarti saluran yang
artinya segala sesuatu yang menghubungkan satu benda ke benda yang lainnya. Para ahli
istilah memaksudkannya sebagai segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan.
Ada juga yang mendefinisikan dengan, jalan menuju terbentuknya suatu hukum tanpa
adanya pengaruh apapun dalam hukm itu.
Adapun arti wurud (sampai, muncul) adalah sebagai berikut:
Para ahli mengatakan bahwa al-wurud berarti air yang memancar, atau air yang mengalir.
Dalam pengertian yang lebih luas, As-Suyuthi memaparkan pengertian asbab wurud al-hadits
dengan, Sesuatu yang membatasi arti suatu hadits, baik berkaitan, dengan arti umum atau
khusus, mutlak atau muqqayad, dinasakhkan, dan seterusnya, atau suatu arti yang dimaksud
oleh sebuah hadits saat kemunculannya.
Dari pengertian asbab wurud al hadits seperti di atas, dapat disimpulkan pengertian ilmu
Asbab Wurud Al Hadits, yakni suatu ilmu yang membicarakan sebab-sebab Rasulullah SAW
menuturkan sabdanya dan saat beliau menuturkannya, seperti sabda Rasulullah SAW tentang
suci dan mensucikannya air laut, yaitu Laut itu suci airnya dan halal bangkainya . Hadits
ini dituturkan oleh Rasulullah ketika seorang sahabat yang sedang berada di tengah laut
mendapatkan kesulitan untuk berwudhu.
Urgensi Asbab Wurud Al Hadits terhadap hadits sebagai salah satu jalan untuk memahami
kandungan hadits, sama halnya dengan urgensi Asbab Nuzul Al Quran terhadap Al Quran.
Penting diketahui, karena ilmu ini menolong kita dalam memahami hadits, sebagaimana ilmu
Asbabu Nuzul menolong kita dalam memahami Al-Quran.
Tidak semua hadits mempunyai asbabul wurud, sebagian hadits ada yang mempunyai asbabul
wurud khusus, tegas dan jelas na.mun sebagain lainnya tidak. Untuk kategori pertama
mengetahui asbabul wurud mutlak di perlukan agar terhindar dari kesalafahaman dalam
menangkap maksud hadits .
2. Karya Abu Hamid Abdul Jalil al Jubari yang juga sampai saat ini hanya diketahui namanya
saja.
Dalam point yang dikemukakan oleh As Sayuti yang berkenaan dengan jenis-jenis ilmu,
yakni dalam jinis ke-89 disebut-sebut ilmu Asbab Wurud al Hadits (Sebab Lahirnya
sebuah Hadits): Cabang ilmu ini disebutkan al Balqini dalam Mahasin al Ishtilah dan oleh
Syeikhul Islam dalam an-Nukhah, dimana dalam ilmu ini ada karya Abu Hafs al Akbari dan
Abu Hamid bi Kutah al Jubari, dan tidak ada yang lebih tua lagi dari karya itu.
3. Karya As Sayuti, al- Luma Fi Asbab Wurud al Hadits, yakni risalah yang kami edit dan
kaji ini.
4. Karya Abi Hamzah al Dimayqi, al Bayan Wa at-Tarif Fi Asbab Wurud al Hadits asy-
Syarif.
1.3 Pembagian Asbab Wurud Al Hadits
Dengan mengikuti uraian tentang Asbab Wurud munculnya suatu hadits, dapat
disimpulkan bahwa penyebab-penyebab itu terbagi dalam beberapa bagian berikut ini:
Imam Al Bukhari, Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Imam Malik dalam Al
Muwatha meriwayatkan dari Abdullah bin Masud:
Ketika turun ayat: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan
dengan kezhaliman...(QS Al Anam:82 di atas), maka para sahabat merasa berat dan berkata:
Siapa pula diantara kita yang tidak merasa mencampur adukkan keimanan dengan
kedzaliman? Lalu Rasulullah mengatakan: Bukan itu maksudnya, tidakkah kamu sekalian
pernah mendengar ucapan Luqman kepada puteranya bahwa: sesungguhnya syirk itu adalah
kedzaliman yang amat besar (QS. Luqman:13)
Atau lantaran adanya kemusykilan yang membutuhkan penjelasan, semisal hadits yang
diriwayatkan oleh Aisyah terdahulu.
Bentuk Ketiga: Merupakan persoalan yang berkenaan dengan penjelasan bagi para sahabat
yang mendengarkan saat itu.
Ini dapat ditemukan misal dalam persoalan yang berkenaan dengan As Suraid yang datang
kepada Rasulullah saw ketika pembebasan kota Makkah (Fath Makkah) lalu berkata kepada
beliau: Saya bernadzar manakala Allah memberikan keberhasilan kepada tuan dalam
membebaskan kota Makkah, saya akan shalat di Baitul Maqdis. Mendengar itu Rasulullah
pun berkata: Shalat di sini jauh lebih baik. Kemudian beliau mengatakan:
Demi dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau seandainya engkau shalat di
mesjid ini, niscaya diperbolehkan. Lalu selanjutnya beliau berkata pula: Shalat di mesjid ini
(Masjidil Haram) seratus ribu kali lipat lebih baik dibanding shalat di mesjid-mesjid lain.
Bila ditinjau dari kaitan dan terpisahnya hadits satu sama lain, maka Wurud al Hadits ini
dapat dibagi dalam dua jenis:
Bila Asbab Wurud al Hadits ini bersambung dengan haditsnya, maka ia dinukil dari hadits
itu. Tentang ini, Al Balqini mengatakan mengatakan: semisal hadits yang berkenaan dengan
pertanyaan malaikat Jibril.
Bila Wurud al Hadits nya terpisah dari hadits itu, maka ia dinukil melalui jalan yang lain.
Tentang ini Al Balqini mnegatakan pula : Dan keadaan semacam inilah yang mesti
diperhatikan dengan cermat. Lalu dicontohkannya hadits al-kharaj (pajak tanah) dengan
adh-dhiman (jaminan).
Sebagai contoh Asbab Wurud Al Hadits yang tercantum dalam hadits itu sendiri, seperti
hadits Abu Dawud yang tercantum dalam kitab sunannya, yang diriwayatkan oleh Abu Said
al Khudry. Kata Abu Said:
Bahwa beliau pernah ditanya oleh seseorang tentang perbuatan yang dilakukan Rasulullah
SAW : Apakah Tuan mengambil air wudhu dari sumur Budlaah, yakni sumur yang dituangi
darah, daging anjing, dan barang-barang busuk? Jawab Rasulullah: Air itu suci, tak ada
sesuatu yang menjadikannya najis.
Sebab Rasulullah saw. bersabda, bahwa air itu suci, lantaran ada pertanyaan dari sahabat,
tentang hukum air yang bercampur dengan darah, bangkai dan barang yang busuk, yang
persoalan itu dilukiskan dalam rangkaian hadits itu sendiri.
Contoh Asbab Wurud yang tidak tercantum dalam rangkaian hadits itu sendiri, tetapi
diketahui dari hadits yang terdapat di lain tempat yang sanadnya juga berlainan, seperti hadits
Muttafaq-alaih tentang niat dan hijrah, yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a:
...Barangsiapa yang hijrahnya karena untuk mendapatkan keduniaan atau perempuan yang
bakal dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya kepada yang diniatkannya saja.
Asbab Wurud dari hadits tersebut di atas, kita temukan pada hadits yang di takhrijkan oleh
At-Thabrany yang bersanad tsyiqoh dari Ibnu Masud r.a ujarnya:
Konon pada jamaah kami terdapat seorang laki-laki yang melamar seorang perempuan
yang bernama Ummu Qais. Tetapi perempuan itu menolak untuk dinikahinya, kalau laki-laki
pelamar itu enggan berhijrah ke Madinah. Maka ia lalu hijrah dan kemudian menikahinya.
Kami namai laki-laki itu, Muhajir Ummi Qais.
1.5 Faedah mempelajari Asbab Wurud Al Hadits
Dari definisi yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui faedah-faedah mempelajari
Asbab Wurud Al Hadits,.yakni membatasi arti suatu nash hadits dalam segi-segi berikut ini:
f. Menjelaskan Kemusykilan
Ini dapat ditemukan dalam hadits berikut ini:
Barangsiapa yang mempercayai perhitungan, niscaya disiksa di hari kiamat.
Adapun sebab-sebab munculnya hadits ini adalah bahwa Aisyah meriwayatkan, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang dihisab, niscaya ia disiksa di hari kiamat. Lalu
Aisyah berkata: Bukankah Allah berfirman: Maka ia akan dihitung dengan perhitungan
yang mudah? Dan beliau menjawab: Bukan, itu hanya formalitas. Jadi, Barangsiapa
dihisab, ia akan disiksa.
Dari uraian faedah-faedah mempelajari Asbab Wurud Al Hadits di atas dapat disimpulkan
antara lain, sebagai berikut:
1. Untuk menolong memahami dan menafsirkan hadits. Sebab sebagaimana diketahui bahwa
pengetahuan tentang sebab-sebab terjadinya sesuatu itu merupakan sarana untuk mengetahui
musabab (akibat) yang ditimbulkannya. Seseorang tidak mungkin mengetahui penafsiran
suatu hadits secara tepat, tanpa mengetahui sebab-sebab dan keterangan-keterangan tentang
latar belakang.
2. Sebagaimana diketahui dalam lafadz nash itu kadang-kadang dilukis dalam kata-kata yang
bersifat umum, sehingga untuk mengambil kandungan isinya memerlukan dalil yang men-
takhsiskannya. Akan tetapi dengan diketahui sebab-sebab lahirnya nash itu, maka takhsis
yang menggunakan selain sebab, harus dihilangkan. Sebab memasukkan takhsis yang
terbentuk sebab ini adalah qathi, sedang mengeluarkan takhsis sebab, adalah terlarang secara
ijma.
3. Untuk mengetahui hikmah-hikmah ketetapan syariat (hukum-hukum)
4. Untuk mentakhsiskan hukum, bagi orang yang berpedoman kaidah Ushul-Fiqih al-ibratu
bikhusushis sabab (mengambil suatu ibarat itu hendaknya dari sebab-sebab yang khusus).
Biarpun menurut pendapat Ushuliyun berpedoman dengan al-ibratu biumumil-lafadh, la
bikhususis sabab(mengambil suatu ibarat itu hendaknya berdasar pada lafadz yang umum,
bukan sebab-sebab yang khusus).
BAB III
PENUTUP
2. 1 Kesimpulan
Asbabul Wurud : ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-
masanya Nabi menuturkan itu.
Faedah Asbab Wurud al Hadits, antara lain mentakhsis arti umum, membatasi arti yang
mutlak, menunjukan perincian terhadap yang mujmal, menjelaskan kemusykilan, dan
menunjukkan illat suatu hukum.
Cara-cara mengetahui sebab-sebab lahirnya hadits itu hanya dengan jalan riwayat saja.
Karena tidak ada jalan lain bagi logika.
Pembagian atau bentuk-bentuk Asbab Wurud al Hadits :
Memperhatikan atsar (data) yang diperoleh dari para ulama salaf, semenjak masa sahabat
sampai masa kita dewasa ini, jelaslah sudah bahwa ilmu itu terhitung telah lama ada
2.2 DAFTAR PUSTAKA
Al hafidz Jalaludin As-Sayuthi. 1406 H-1985 M. Asbab Wurud Al-Hadits Proses Lahirnya
Sebuah Hadits. Bandung: Pustaka
Fatchur Rahman, 1974.Ikhtisar Musthalahul Hadits.Bandung:PT Al Maarif
Mudasir &Maman Abdul Djaliel.1999.Imu Hadits.Badung:CV.Pustaka setia
Munzier Suparta&Utang Ranuwijaya.1996.Ilmu Hadits.Jakarta:PT. Raja Gafindo
Persada
Muhamad Ahmad&M.Mudzakir.2000.Ulumul Hadis.Bandung:CV Pustaka Setia
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--
sitifatima-2712
http://insansejati.com/ilmu-hadits/54-asbabul-wurud.html
http://mediabilhikmah.multiply.com/journal/item/56
http://kampungsunnah.org