Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU ASBABUL WURUDIL HADIS

Disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok Mata


Kuliah Ulumul Hadist

Disusun Oleh : Kelompok 8

Ragil Eko Saputro (2017201263)


M.Hanafi Asnan (2017201272)
Anes Nurmalia Fauzy (2017201275)
Kumala Tri Egonofas (2017201268)

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Ulumul Hadist
tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Ilmu Asbabul Wurud” dibuat untuk melengkapi tugas
kelompok delapan mata kuliah Ulumul Hadist. Kami berharap makalah tentang penjelasan
Materi ini dapat menambah wawasan teman-teman sekalian dalam bidang Ulumul Hadist.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah
membaca makalah ini.

Kami menyadari makalah bertema Ilmu Asbabul Wurud yang kami sajikan ke dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Kami menerima
segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah terutama dari Bapak.
Enjen Zaenal Mutaqin M.Ud. selaku dosen pengampu Ulumul Hadist, sangat kami harapkan
untuk perbaikan selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Purwokerto, 24 Desember 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………...................4

B. Rumusan Masalah…………………………………………………..................5

C. Tujuan Perumusan………………………………………………......................5

D. BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Asbabul Wurud……………….….………………........................6

B. PENTINGNYA ILMU ASBABUL WURUDIL HADIST………………………

C. FUNGSI ASBABUL WURUDIL HADIS……………………

D. Asbabul Wurud Mikro dan Makro…………………........................................................6

E. Urgensi Ilmu Asbabul Wurud Hadits ….………...……………………………………….8

F. Metode Mengetahui Asbab Wurud Al-Hadits.…..………………………………………...11

G. Kitab-Kitab Asbabul Wurud Hadits……………………………………………………………...

H. Macam-Macam Asbabul Wurud…………………………………………………………………

I. Contoh-Contoh Asbabul Wurud Hadits………………………………………………………….

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
ILMU ASBABUL WURUD
BAB I
A. Pendahuluan

a. Latar Belakang
Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran islam yang menduduki posisi
sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki
posisi kedua setelah al-Qur’an, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan bayan
(eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat ‘am (umum), mujmal (global) atau
mutlaq. Secara tersirat, al-Qur’an-pun mendukung ide tersebut, antara lain firman Allah SWT:
َ‫اس َمانُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ ‫َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬
“Dan kami turnkan al-Qur’an kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan kapada umat
manusia apa yang telah diturunkan untuk mereka, dan supaya mereka memikirkan.”. (QS.
An-Nahl 44)
Adanya perintah agar Nabi SAW. Menjelaskan kapada umat manusia mengenai al-
Qur’an, baik melalui ucapan, perbuatan atau taqrirnya, dapat diartikan bahwa Hadis berfungsi
sebagai bayan (penjelas) terhadap al-Qur’an.Oleh karena itu tidaklah terlalu berlebihan jika
kemudian Imam al-Auza’i pernah berkesimpulan bahwa al-Qur’an sesungguhnya lebih
membutuhkan kepada al-Hadis daripada sebaliknya. Sebab secara tafshili (rinci) al-Qur’an
masih perlu dijelaskan dengan Hadis.
Disamping sebagai bayan terhadap al-Qur’an, Hadis secara mandiri sesungguhnya dapat
menetapkan suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-Qur’an. Namun persoalannya adalah
bahwa untuk memahami suatu Hadis dengan “baik”, tidaklah mudah. Untuk itu, diperlukan
seperangkat metodologi dalam memahami Hadis.
Ketika kita mencoba memahami suatu Hadis, tidak cukup hanya melihat teks Hadisnya
saja, khususnya ketika Hadis itu mempunyai asbabul wurud, melainkan kita harus melihat
konteksnya. Dengan lain ungkapan, ketika kita ingin menggali pesan moral dari suatu Hadis,
perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa Hadis itu disampaikan Nabi, dalam
kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi waktu itu menyampaikannya. Tanpa
memperhatikan konteks historisitasnya (baca: asbabul wurud) seseorang akan mengalami
kesulitan dalam menangkap dan memahami makna suatu Hadis, bahkan ia dapat terperosok ke
dalam pemahaman yang keliru. Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat penting dalam
diskursus ilmu Hadis, seperti pentingnya asbabun nuzul dalam kajian tafsir al-Qur’an.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa tidak semua Hadis mempunyai asbabul wurud.
Sebagian Hadis mempunyai asbabul wurud khusus, tegas dan jelas, namun sebagian yang lain
tidak. Untuk katagori pertama, mengetahui asbabul wurud mutlak diperlukan, agar terhindar
dari kesalahpahaman (misunderstanding) dalam menangkap maksud suatu Hadis. Sedangkan
untuk Hadis-Hadis yang tidak mempunyai asbabul wurud khusus, sebagai alternatifnya, kita
dapat menggunakan pendekatan historis, sosiologis, antropologis atau bahkan pendekatan
psikologis sebagai pisau analisis dalam memahami Hadis. Hal ini didasarkan pada suatu
asumsi bahwa Nabi SAW tidak mungkin berbicara dalam kondisi yang vakum historis dan
hampa kultural.[1]
Dari latar belakang diatas. Penulis akan menjelaskan ilmu asbabul wurudil hadis.
Dengan tujuan agar para pembaca dapat mengerti dan faham tentang ilmu asbabul wurudhil

4
hadis. Oleh karena itu,penulis akan membahas dalam makalah yang berjudul “ ILMU
ASBABUL WURUDIL HADIS “ 

b. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian asbabul wurud hadits ?


2. Apa asbabul wurud mikro dan makro?
3. Apa saja urgensi Ilmu Asbabul Wurud Hadits ?
4. Apa Saja Metode Mengetahui Asbab Wurud Hadits?
5. Apa saja kitab kitab yang menjelaskan dan menghimpun tentang asbabul wurudil
hadis?
6. Apa saja macam macam asbabul wurudil hadis?
7. Apa Saja Contoh asbabul wurudil hadis?

c. Tujuan

1. Mengetahui tentang Asbabul Wurud hadist


2. Mengetahui Asbabul Wurud Mikro Dan Makro
3. Memahami Urgensi Ilmu Asbabul Wurud Hadist
4. Dapat mengetahui metode Mengetahui Asbabul Wurud.
5. Dapat mengetahui Kitab-Kitab yang menjelaskan tentang asbabul Wurudil hadis
6. Dapat Mengetahui Macam-Macam Asbabul Wurudil Hadist
7. Dapat Mengetahui Contoh Contoh asbabul wurudil hadis

5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabul Wurud

Secara etimologis, “asbabul wurud” merupakan susunan idhafah yang berasal dari kata
asbab dan al-wurud. Kata “asbab” adalah bentuk jamak dari kata “sabab”. Menurut ahli
bahasa diartikan dengan “al-habl” (tali), saluran yang artinya dijelaskan sebagai segala yang
menghubungakan satu benda dengan benda lainnya.5 Sedangkan menurut istilah adalah :

‫كل شيء يتوصل به الى غا يته‬


“Segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan”
Dan ada juga yang mendifinisikan dengan : suatu jalan menuju terbentuknya suatu
hukum tanpa ada  pengaruh apapun dalam hukum itu.
Sedangkan kata Wurud bisa berarti sampai, muncul, dan mengalir seperti :
 ‫الماء الذي يورد‬
“Air yang memancar atau air yang mengalir “6
Dengan demikian, secara sederhana asbabul wurud dapat diartikan sebagai sebab-
sebab datangnya sesuatu. Karena istilah tersebut biasa dipakai dalam diskursus ilmu hadis,
maka asbabul wurud dapat diartikan sebagai sebab-sebab atau latar belakang (background )
munculnya suatu hadis.7
Menurut as-suyuthi, secara terminology asbabul wurud diartikan sebagai berikut :
.‫أنه ما يكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو حصوص أو إطالق أوتقييد أونسخ أونحو ذلك‬
Sesuatu yang menjadi thoriq (metode) untuk menentukan suatu Hadis yang bersifat
umum, atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk menentukan ada tidaknya
naskh (pembatalan) dalam suatu Hadis.

Jika dilihat secara kritis, sebenarnya difinisi yang dikemukakan As-Suyuthi lebih
mengacu kepada fungsi asbabul wurud , yakni untuk menentukan takhsis (pengkususan) dari
yang ‘am (umum), membatasi yang mutlak, serta untuk menentukan ada tidaknya naskh
mansukh dalam Hadis dan lain sebagainya.
Dengan demikian, nampaknya kurang tepat jika definisi itu dimaksudkan untuk
merumuskan pengertian asbabul wurud menurut Prof.Dr. Said Agil Husin Munawwar untuk
merumuskan pengertian asbabul wurud, kita perlu mengacu kepada pendapat hasbi ash-
shiddiqie. Beliau mendefinisikan asbabul wurud sebagai berikut :
“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi SAW. Menuturkan sabdanya dan masa-
masa nabi SAW. Menuturkannya”.

Sementara itu, ada pula ulama’ yang memberikan definisi asbabul wurud, agak
mirip dengan pengertian asbabun-nuzul, yaitu :
‫ما ورد الحديث أيام وقوعه‬
6
“Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan) yang  terjadi
pada waktu Hadis itu disampaikan oleh nabi SAW.”

Dari ketiga definisi tersebut di atas dapat ditarik benang merah bahwa asbabul
wurud adalah konteks historisitas, baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan
atau lainnya yang terjadi pada saat Hadis itu disampaikan oleh Nabi SAW. Ia dapat
berfungsi sebagai pisau analisis untuk menentukan apakah Hadis itu bersifat umum
atau khusus, mutlaq atau muqayyad, naskh atau mansukh dan lain sebagainya.
Dengan demikian, dalam perspektif ini mengetahui asbabul wurud bukanlah
tujuan (ghayah), melainkan hanya sebagai sarana (washilah) untuk memperoleh
ketepatan makna dalam memahami pesan moral suatu Hadis. 8
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa sebab-sebab, latar belakang dan sejarah
dikeluarkannya hadis itu sudah tercakup dalam pembahasan ilmu tarikh, karena itu
tidak perlu dijadikan suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Akan tetapi karena ilmu ini mempunyai sifat-sifat yang khusus yang tidak
seluruhnya tercakup dalam ilmu tarikh dan mempunyai faedah yang cukup besar
dalam lapangan ilmu hadits, maka kebanyakan muhadditsin menjadikan ilmu itu
suatu ilu pengetahuan tersendiri, sebagai cabang ilmu hadits dari jurusan matan.

B. LATAR BELAKANG PENTINGNYA ILMU ASBABUL WURUDIL HADIST


Sebagai salah satu disiplin ilmu dalam studi hadis, asbabul wurud mempunyai peranan
yang sangat signifikan dalam rangka memahami maksud suatu hadis secara lebih baik.
Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud, cenderung dapat terjebak kepada arti tekstual
saja dan bahkan dapat membawa pemahaman yang keliru.[4]
Ketika kita mencoba memahami suatu Hadis, tidak cukup hanya melihat teks Hadisnya
saja, khususnya ketika Hadis itu mempunyai asbabul wurud, melainkan kita harus melihat
konteksnya. Dengan lain ungkapan, ketika kita ingin menggali pesan moral dari suatu Hadis,
perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa Hadis itu disampaikan Nabi, dalam
kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi waktu itu menyampaikannya. Tanpa
memperhatikan konteks historisitasnya (baca: asbabul wurud) seseorang akan mengalami
kesulitan dalam menangkap dan memahami makna suatu Hadis, bahkan ia dapat terperosok ke
dalam pemahaman yang keliru. Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat penting dalam
diskursus ilmu Hadis, seperti pentingnya asbabun nuzul dalam kajian tafsir al-Qur’an.[5]
Dalam kaitannya dengan Asbâb al-Nuzûl/Asbâb al-Wurûd sebagaian kecil ulama
mengemukakan kaedah yang menjadi patokan dalam memahami teks adalah sebab khususnya,
bukan keumuman teksnya). Setiap Asbâb al-Nuzûl/Asbâb al-Wurûd mencakup 3 (tiga) hal
pokok, yaitu : (a) peristiwa, (b) pelaku dan (c) waktu dan tempat. Tidak mungkin kita akan
mampu menggambarkan adanya sesuatu peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu di
tempat tertentu dan tanpa memahami siapa pelakunya.

C. FUNGSI ASBABUL WURUDIL HADIS


Dari pengertian asbab al-wurud di atas maka dapat dilihat ada beberapa fungsi dari
asbab al-wurud ini, yaitu:
1.            Menentukan adanya takhshish hadits yang bersifat umum.
7
Contoh dari fungsi asbab al-wurud sebagai takhsis terhadap sesuatu yang masih bersifat
umum dan juga menjelaskan ‘illah (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum, misalnya
hadits:
‫صالة القاعد على النصف من صالة القائم‬
Artinya:
Shalat orang yang sambil duduk pahalanya setengah dari orang yang shalat sambil berdiri.
Asbab al-wurud dari hadits di atas adalah ketika penduduk Mandinah sedang terjangkit
suatu wabah penyakit. Kebanyakan para sahabat melakukan shalat sunnah sambil duduk.
Ketika itu Rasulullah datang menjenguk dan mengetahui bahwa para sahabat suka melakukan
shalat sunnah sambil duduk walaupun dalam keadaan sehat. Kemudian Rasulullah bersabda
sebagaimana hadits di atas. Mendengarkan sabda Rasulullah para sahabat yang tidak sakit
kemudian shalat sunnah dalam berdiri.
Dari asbab al-wurud tersebut maka dapat dipahami bahwa kata “shalat” (yang masih
bersifat umum pada hadist tersebut) adalah sahalat sunnah (khusus). Dan dari penjelasan
tersebut dapat dipahami pula bahwa boleh melakukan shalat sunnah dalam keadaan duduk
namun hanya akan mendapatkan pahala setengah apabila dalam keadaan sehat. Tetapi apabila
dalam keadaan sakit dan melakukan shalat dalam keadaan duduk maka akan mendapatkan
pahala penuh. Hal ini merupakan penjelasan dari sebab-sebab ditetapkannya suatu hukum
shalat sunnah sambil sambil duduk.[7]
Dengan demikian, apabila seseorang memang tidak mampu melakukan shalat sambil berdiri
-mungkin karena sakit-, baik shalat fardhu atau shalat sunnat, lalu ia memilih shalat dengan
duduk, maka ia tidak termasuk orang yang disebut-sebut dalam hadis tersebut. Maka pahala
orang itu tetap penuh bukan separoh, sebab ia termasuk golongan orang yang memang boleh
melakukan rukhshah atau keringanan syari’at.[8]
2.            Membatasi pengertian hadits yang masih mutlaq.
Contoh dari asbab al-wurud yang berfungsi sebagai pembatasan terhadap pengertian mutlaq
sebagaimana hadits berikut:
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم من سن فى االسالم سنة حسنة فعمل بها بعده كتب له مثل اج““ر من عم““ل به““ا وال ينقص‬
‫من اجورهم شيء من سن فى االسالم سنة سيئة فعمل به““ا بع““ده كتب علي““ه مث““ل وزر من عم““ل به““ا وال ينقص من ازوارهم‬
‫شيء‬
Artinya:
Rasulullah bersabda: barang siapa melakukan suatu sunnah hasanah (tradisi atau prilaku
yang baik) dalam Islam, lalu sunnah itu diamalkan oleh orang-orang sesudahnya, maka ia
akan mendapatkan pahalanya seperti pahala yang mereka lakukan, tanpa mengurangi pahala
mereka sedikit pun. Demikian pula sebaliknya, barang siapa yang melakukan suatu sunnah
sayyi’ah (tradisi atau perilaku yang buruk) lalu diikuti orang-orang sesudahnya, maka ia
akan ikut mendapatkan dosa mereka, tanpa mengurangi sedikit pun dosa yang mereka
peroleh.
 Asbab al-wurud hadits tersebut adalah ketika Rasulullah bersama-sama sahabat, tiba-
tiba datanglah sekelompok orang yang kelihatan sangat susah dan kumuh. Ternyata mereka
adalah orang-orang miskin, meliahat hal demikian Rasulullah merasa iba kepada mereka.
Setelah shalat berjama’ah Rasulullah berpidato yang menganjurkan untuk berinfak.
Mendengar hal tersebut seorang sahabat keluar dan membawa sekantong makanan untuk
orang-orang miskin tersebut. Melihat hal tersebut maka Rasulullah bersabda sebagaimana
hadits di atas.
Melihat asbab al-wurud di atas, kata sunnah yang masih bersifat mutlak (belum
dijelaskan oleh pengertian tertentu) dapat disimpulkan adalah sunnah yang baik, dalam hal ini
adalah bersedekah.[9]
3.            Men-tafshil (merinci) hadits yang masih bersifat globab (umum).

8
. Contoh adalah Hadits yang berbunyi:
‫إن هلل تعالى مالئكة في األرض ينطق على ألسنة بني أدم بما في المرء من خير أو شر‬
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat berbicara melalui
mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang.” (HR. Hakim)
Dalam memahami Hadits tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan, maka mereka
bertanya: Ya Rasul !, Bagaimana hal itu dapat terjadi? Maka Nabi SAW menjelaskan lewat
sabdanya yang lain sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Suatu ketika
Nabi SAW bertemu dengan rombongan yang membawa jenazah. Para sahabat kemudian
memberikan pujian terhadap jenazah tersebut, seraya berkata: “Jenazah itu baik”. Mendengar
pujian tersebut, maka Nabi berkata: “wajabat” (pasti masuk surga) tiga kali. Kemudian Nabi
SAW bertemu lagi dengan rombongan yang membawa jenazah lain. Ternyata para sahabat
mencelanya, seraya berkata: “Dia itu orang jahat”. Mendengar pernyataan itu, maka Nabi
berkata: “wajabat”. (pasti masuk neraka).
Ketika mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para sahabat bertanya:
“Ya rasul !, mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji, sedangkan terhadap
jenazah kedua tuan ikut mencelanya. Engkau katakan kepada kedua jenazah tersebut:
“wajabat” sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia benar. Lalu Nabi berkata kepada Abu Bakar,
wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi. Melalui mulut
merekalah, malaikat akan menyatakan tentang kebaikan dan keburukan seseorang. (HR. Al-
Hakim dan Al-Baihaqi)
Dengan demikian, yang dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang
menceritakan tentang kebaikan keburukan seseorang adalah para sahabat atau orang-orang
yang mengatakan bahwa jenazah ini baik dan jenzah itu jahat.[10]
4.      Menentukan ada atau tidaknya nasikh-mansukh dalam suatu hadits.
Contoh asbab al-wurud yang berfungsi untuk menentukan adanya suatu nasikh – mansukh
sebagaimana hadits berikut:
Hadits pertama:
‫افطر الحاجم و المحجوم‬
Artinya:
Batal puasa bagi orang yang membekam dan yang dibekam
 Hadits kedua:
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ال يفطر من قاء وال من احتلم وال من احتجم‬
 Artinya
Rasulullah bersabda: Tidak batal puasa orang yang muntah, orang yang bermimpi kemudian
keluar sperma dan orang yang berbekam.
 Kedua hadits tersebut tampak saling bertentangan, yang pertama menyatakan bahwa
orang yang membekam dan dibekam sama-sama batal puasanya. Sedangkan hadits kedua
menyatakan sebaliknya. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hazm, hadits pertama sudah di-
nasikh (dihapus) dengan hadits kedua. Karena hadits pertama lebih awal datangnya dari hadits
kedua.
4.            Menjelaskan ‘illah (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hokum
Contoh hadis tentang khomr yang awalnya boleh untuk di minum, kemudian datang lagi hadis
yang menjelaskan bahwa minum khomer tidak dianjurkan. Setelah itu datang lagi hadis yang
menjelaskan bahwa minum khomer itu haram.
Asbabul wurud nya karena ada seorang imam yang mabuk saat berjamaah, sehingga
menyebabkan semua bacaannya salah dan sholatnya jadi tidak sah.
6.      Menjelaskan maksud suatu hadist yang masih musykil. (sulit dipahami atau janggal).
Contoh asbab al-wurud yang menjelaskan maksud hadits yang masih musykil (sulit dipahami
atau janggal) adalah sebagaimana hadits berikut:

9
‫من تشبه قوما فهو منهم‬
Artinya:
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk golongan mereka.
 Asbab al-wurud dari hadits ini adalah ketika dalam peperangan umat Islam dengan
kaum kafir, Rasulullah kesulitan membedakan mereka mana yang teman dan mana yang
lawan. Kemudian Rasulullah menginstruksikan kepada pasukan umat Islam agar memakai
kode tertentu agar berbeda dengan musuh.  Dan yang masih menggunakan kode seperti musuh
akan kena panah kaum pasukan Islam.

D. Asbabul Wurud Mikro dan Makro


Secara etimologis, asbabul wurud merupakan susunan  dari kata asbab dan wurud.
Kata asbab adalah bentuk jamak dari kata sabab, yang berarti tali atau penghubung,
yaitu segala sesuatu yang dapat menghubungkan kepada sesuatu yang lain, atau
penyebab terjadinya sesuatu. Sedangkan kata wurud merupakan bentuk isim
masdar dari kata warada–yaridu–wuru dan yang berarti datang atau sampai kepada
sesuatu. Beberapa definisi dalam diskursus ilmu hadis sebagaimana berikut:

Metode untuk menentukan maksud sebuah hadis yang bersifat umum, khusus,
mutlaq, muqayyad dan juga menentukan ada atau tidaknya naskh (pembatalan)
dalam sebuah hadis.

Ilmu yang menjelaskan mengenai sebab-sebab atau zaman Nabi menuturkan


sabdanya.

Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan) yang terjadi


pada waktu hadis itu disampaikan Nabi saw.

Secara sederhana dapat di pahami bahwa asbab wurud merupakan latar belakang


(background), sebab-sebab terjadinya atau konteks historisitas sebuah peristiwa,
baik berupa peristiwa-peristiwa, pertanyaan-pertanyaan atau lainnya yang terjadi
pada saat hadis itu di sampaikan oleh Nabi saw. Dalam pada itu, persoalannya
adalah tidak semua hadis mempunyai asbabul wurud Ada hadis yang
mempunyai asbabul wurud secara khusus, tegas dan jelas, namun sebagian yang
lain tidak.

Konteks historisitas sebuah peristiwa, baik berupa peristiwa-peristiwa, pertanyaan-


pertanyaan atau lainnya yang terjadi, kemudian direkam dalam catatan-catatan yang
pada umumnya terintegrasi dalam teks-teks hadis merupakan konteks dapat
dipahami sebagai konteks yang melingkupi secara mikro (baca: asbab wurud mikro),
sementara informasi-informasi atau hadis yang tidak memiliki catatan-catatan yang
merangkum dalam konteks apa dan bagaimana sebuah peristiwa dimana hadis itu
muncul dapat dilacak dan dipahami dengan mempertimbangkan konteks historisitas
yang lebih luas yaitu setting sosial dan cara pandang masyarakat arab secara umum
pada masa itu (baca: asbab wurud makro).

10
Nah, dalam upaya memahami pesan-pesan behind hadis yang tidak memilki asbab
wurud secara khusus, sebagai alternatifnya dapat menggunakan beberapa
pendekatan alternatif yang secara sederhana dikemukakan pada poin berikutnya.
Dengan demikian, mengetahui asbab wurud bukan merupakan sebuah tujuan
melainkan sebagai pisau analisis atau media  untuk memperoleh ketepatan makna
dalam memahami pesan moral suatu hadis.

E. Urgensi Ilmu Asbabul Wurud Hadits 

Asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka memahami
suatu hadis. Sebab biasanya hadis yang disampaikan oleh Nabi bersifat kasuistik, cultural,
bahkan temporal. Oleh karenanya, memperhatikan konteks historisitas munculnya hadis
sangat penting, karena paling tidak akan menghindarkan kesalahpahaman dalam menangkap
maksud suatu hadis. Sedemikian rupa sehingga kita tidak terjebak pada teksnya saja,
sementara konteksnya kita abaikan atau kita ketepikan sama sekali. Pemahaman hadis yang
mengabaikan peranan asbabul wurud akan cenderung bersfat kaku, literalis-skriptualis,
bahkan kadang kurang akomodatif terhadap perkembangan zaman.
Adapun urgensi asbabul wurud menurut imam as-Suyuthi antara lain untuk:
1. Menentukan adanya takhsish hadis yang bersifat umum.
2. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak.
3. Mentafshil (memerinci) hadis yang masih bersifat global.
4. Menentukan ada atau tidak adanya nash-mansukh dalam suatu hadis.
5. Menjelaskan ‘illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.
6. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil (sulit dapahami)
Sebagai ilustrasi, akan diberikan beberapa contoh mengenai fungsi asbabul wurud
hadis, yaitu untuk menentukan adanya takhsish terhadap suatu hadis yang ‘am, misalnya hadis
yang berbunyi:
‫صالة القاعد على النصف من صالة القائم‬
“shalat orang yang sambil duduk pahalanya separoh dari orang yang sholat sambil berdiri.”
(H.R. Ahmad) 12

Pengertian “shalat” dalam hadis tersebut masih bersifat umum. Artinya dapat berarti
shalat fardhu dan sunnat. Jika ditelusuri melalui asbabul wurudnya, maka akan dapat dipahami
bahwa yang dimaksud “shalat” dalam hadis itu adalah shalat sunnat, bukan shalat fardhu.
Inilah yang dimaksud dengan takhshish, yaitu menentukan kekhususan suatu hadis yang
bersifat umum, dengan memperhatikan konteks asbabul wurud.
Asbabul wurud hadis tersebut adalah bahwa ketika itu dimadinah dan penduduknya
sedang terjangkit suatu wabah penyakit. Maka kebanyakan para sahabat lalu melakukan shalat
sunnah sambil duduk. Pada waktu itu, nabi kebetulan datang dan tahu bahwa mereka suka

11
melakukan shalat sunnat tersebut sambil duduk. Maka nabi kemudian bersabda :” shalat orang
yang sambil duduk pahalanya separuh dari orang yang shalat dengan berdiri”. Mendengar
pernyataan nabi tersebut, akhirnya para sahabat yang tidak sakit memilih shalat sunnat sambil
berdiri.
Dari penjelasan asbabul wurud tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan “shalat” dalam hadis itu adalah shalat sunnat. Pengertiannya adalah bahwa
bagi orang yang sesungguhnya mampu melakukan shalat sunnah sambil duduk, maka ia akan
mendapat pahala separoh dari orang shalat sunnat dengan berdiri.
Dengan demikian, apabila seseorang memang tidak mampu melakukan shalat sambil
berdiri -mungkin karena sakit, baik shalat fardhu atau shalat sunnat, lalu ia memilih shalat
dengan duduk, maka ia tidak termasuk orang yang disebut-sebut dalam hadis tersebut. Maka
pahala orang itu tetap penuh bukan separoh, sebab ia termasuk golongan orang yang memang
boleh melakukan rukhshah atau keringanan syari’at.
Adapun contoh mengenai asbabul wurud yang berfungsi untuk membatasi pengertian
yang mutlak adalah hadis yang berbunyi:
‫من سن سنة حسنة عمل بها بعده كان له أجره مثل أجورهم من غير أن ينقص من أجورهم شيئا و من سن سنة سيئة فعمل‬
‫بها من بعده كان عليه وزره ومثل أوزارهم من غير أن ينقص من أوزارهم شيئا‬

 “barang siapa melakukan suatu sunnah hasanah (tradisi atau perilaku yang baik), lalu sunnah
itu diamalkan orang-orang sesudahnya, maka ia akan mendapatkan pahalanya seperti pahala
yang mereka lakukan, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Demikian pula
sebaliknya, barang siapayang melakukan suatu sunnah sayyi’ah (tradisi atau perilaku yang
buruk) lalu diikuti orang-orang sesudahnya, maka ia akan ikut mendapatkan dosa mereka,
tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa yang mereka peroleh.” (H.R. Muslim)

Kata “sunnah” masih bersifat mutlak, artinya belum dijelaskan oleh pengertian
tertentu. Ia dapat berarti sunnah hasanah (perilaku yang baik) dan sunnah sayyi’ah (perilaku
yang jelek). Sunnah merupakan kata yang mutlaq baik yang mempunyai dasar pijakan agama
atau tidak.
Asbabul wurud dari hadis tersebut adalah ketika itu Nabi SAW sedang bersama-sama
sahabat. Tiba tiba datanglah sekelompok orang yang kelihatan sangat susah dan kumuh.
Ternyata mereka adalah orang-orang miskin. Melihat fenomena itu, Nabi SAW wajahnya
menjadi merah, karena merasa empati, iba dan kasihan. Beliau lalu memerintahkan kepada
sahabat yang bernama bilal agar mengumandangkan adzan dan iqamah untuk melakukan
shalat jama’ah. Setelah selesai jama’ah shalat, Nabi SAW keudian berpidato, yang inti
pidatonya adalah menganjurkan agar bertaqwa kepada Allah SWT dan mau menginfaqkan
sebagian hartanya untuk sekelompok orang-orang miskin tersebut.

12
Mendengar anjuran itu, maka salah seorang dari sahabat Anshar lalu keluar membawa
satu kantong bahan makanan dan diberikan kepada mereka. Ternyata yang dilakukan oleh
Anshar itu kemudian diikuti oleh para sahabat yang lain. Maka kemudian Nabi bersabda :
‫ … الحديث‬ ‫من سن سنة حسنة‬
Dari asbabul wurud tersebut, as-Suyuthi menyimpulkan bahwa yang dimaksud sunnah dalam
hadis tersebut adalah sunnah yang baik.12
Adapun cara mengetahui asbabul wurudnya sebuah hadis adalah dengan melihat aspek
riwayat atau sejarah yang berkaitan dengan peristiwa wurudnya hadis, sebab-sebab wurudnya
hadis, ada yang sudah tercantum pada matan hadis itu sendiri, ada yang tercantum pada matan
hadis lain. Dalam hal tidak tercantum, maka ditelusuri melalui riwayat atau sejarah atas dasar
pemberitaan para sahabat.

F. Metode Mengetahui Asbab Wurud Al-Hadits


Diantara beberapa cara mengetahui asbab al-wurud dari hadits-hadits adalah sebagai berikut:
1.      Asbab al-wurud dapat dilihat pada hadits tersebut, karena asbab al-wurud terdapat pada
hadits itu sendiri.
Contoh:
: ‫ ولحم الكلب و النتن فق““ال‬, ‫ وهي ب““ئر يط““رح في““ه الحيض‬, ‫انه قيل لرسول هللا صلى هللا عليه وسلم اتوضأ من بئر بض““اعة‬
‫الماء طهور ال ينجسه شئ‬
Artinya:
Bahwa beliau pernah ditanya oleh seseorang tentang perbuatan yang dilakukan Rasulullah:
Apakan tuan mengambil air wudhu dari sumur Budho’ah, yakni sumur yang dituangi darah,
daging anjing dan barang-barang busuk? Jawab Rasululla: Air itu suci, tidak ada sesuatu
yang menjadikannya najis.
2.      Asbab  al-wurud yang dapat dilihat pada hadits lain, karena asbab al-wurud hadits
tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
Contoh dalam hal ini adalah pada hadits tentang Niat dan hijrah berikut ini:
… ‫ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امرأة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه‬.
Artinya:
“… Barang siapa yang hijrahnya karena untuk mendapatkan keduniaan atau perempuan
yang bakal dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya kepada apa yang diniatkannya saja.”
Asbab al-wurud pada hadits tersebut tidak terdapat pada hadits itu sendiri, namun
terdapat pada hadits lain, yaitu pada hadits yang ditakhrijkan oleh Al-Thabarany yang
bersanad tsiqah dari Ibnu Mas’ud berikut ini:
‫ كن““ا نس““ميه ( مه““اجر ام‬. ‫ فهاجر فتزوجه““ا‬, ‫ فأبت ان يتزوجها حتى يهاجر‬, ) ‫كان بيننا رجل خطب امرأة يقال لها ( ام قيش‬
) ‫قيش‬
Artinya:
Konon pada jama’ah kami terdapat seorang laki-laki yang melamar seorang perempuan
yang bernama Ummul Qais. Tetapi perempuan itu menolak untuk dinikahinya, kalau laki-laki
pelamar tersebut enggan berhijarh ke Madinah. Maka ia lalu hijrah dan kemudian
menikahinya. Kami namai laki-laki itu Muhajir Ummi Qais”
3.      Asbab al-Wurud dapat dilihat pada aqwal shahabat atau informasi shahabat.
Contoh pada hal ini dapat kita lihat pada hadits berikut:
‫الميت يعذب ببكاء اهله عليه‬
Artinya:
13
Si Mayyit akan diazab dengan sebab tangisan keluarga atasnya.
Asbab al-wurud pada hadits ini terdapat pada penjelasan Aisyah bahwa ketika jenazah
orang Yahudi melewati Rasulullah, mereka menangisi mayyit tersebut sehingga Rasulullah
bersabda demikian. Hal ini karena disebabkan pada tradisi menangisi mayyit orang Yahudi
ketika itu dengan ratapan, mencakar atau menampari wajah sendiri atau pun menyobek-
nyobek baju, sehingga menggambarkan ketidakrelaan dengan takdir kematian tersebut.
Sedangkan tangisan dengan wajar sebagai bentuk belasungkawa diperbolehkan.
4.      Asbab al-wurud melalui ijtihad, hal ini dilakukan apabila ada ditemukan riwayat yang
jelas mengenai asbab al-wurud. Ijtihad ini dilakukan dengan cara melihat sejarah sehingga
mampu menghubungkan antara ide dalam teks hadits dengan konteks munculnya hadits.
Contoh hadits:
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لن يفلح قوم ولوا امرهم امرأة‬
Artinya:
Rasulullah bersabda: Tidak akan sukses suatu kaum yang menyerahkan urusannya (untuk
memimpin) mereka kepada perempuan.

G. Kitab-Kitab Asbabul Wurud Hadits


 Ilmu mengenai asbabul wurud hadits sebenarnya telah ada sejak zaman sahabat. Hanya saja
ilmu ini belum tersusun sistematis dalam suatu suatu bentuk kitab-kitab. Namun kemudian,
seiring dengan berkembangnya dunia keilmuan waktu itu, ilmu asbabul wurud hadits menjadi
berkembang. Para ulama ahli hadits rupanya merasakan perlunya disusun suatu kitab secara
tersendiri mengenai asbabul wurud hadits.
            Adapun kitab yang banyak membicarakan mengenai asbabul wurud hadits antara lain
adalah :
a.       Asbabul wurud al-hadits karya Abu Hafsah Umar Ibn Muhammad Ibn Raja Al-‘Ukbari
(W.339 H).
b.      Asbabul wurud Al-hadits karya Abu Hamid Ibn Kaznah Al-Jabari.
c.       Asbabul wurud Al-hadits yang juga disebut Al-Luma’ fi asbab wurudil hadits, karya
Jalalludin Abdurrahman As-Sayuthi.
d.      Al-Bayan wa al-Ta’rif, karya Ibn Hamzah al-Husaini ad-Dimasyqi (W.1110 H).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kitab-kitab yang membahas tentang asbabul
wurud hadits yaitu asbabul wurudal-hadits karya Abu Hafsah Umar Ibn Raja Al-Ukbari,
asbabul wurud al-hadits karya Abu Hamid Ibn Kaznah Al-Jabari, asbabul wurud al-
hadits  atau al-Luma’ fi asbab wurudil hadits karya as-Sayuthi, dan al-bayan al-Ta’rif karya
Ibn Hamzah al-Husaini ad-Dimasyqi.

H. Macam-Macam Asbabul Wurud

Secara garis besar asbabul wurud al-hadits dapat dikategorikan menjadi tiga macam,


yaitu :
a.       Sebab Berupa Ayat Al-Quran
Artinya disini ayat Al-Quran itu menjadi penyebab Nabi SAW mengeluarkan
sabdanya. Contoh antara lain firman Allah yang artinya : “Orang-orang yang beriman,
dan mereka tidak mencampur adukan iman mereka dengan kezhaliman, mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (Q.S Al-An’am: 82)
Ketika itu para sahabat memahami kata Az-Zhulmu dengan pengrtian al-Jaur
yang berarti berbuat aniaya atau melanggar aturan Nabi SAW. Kemudian member
penjelasan bahwa yang di maksud dengan Al-Zhulmu dalam firman tersebut adalah Asy-
Syirku yakni perbuatan syirik, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Luqman 13
14
yang artinya : “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia member
pelajaran kepadanya : “Hai Anak ku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedhaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).

b. Sebab yang Berupa Hadits


Artinya pada waktu itu terdapat suatu hadits, namun sebagian sahabat kesulitan
memahaminya, maka kemudian muncul hadits lain yang memberikan penjelasan
terhadap hadits tersebut. [8] Sebagai contoh:
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat dibumi, dapat berbicara melalui
mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang”. (HR.Hakim).
c. Sebab yang Berupa Perkara yang Berkaitan Dengan Para Pendengar
Dikalangan Sahabat.
Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid bin
suwaid ats-Tsaqafi. Pada waktu Fath Makkah (Pembukaan kota Mekkah) beliau pernah
datang kepada nabi SAW. Seraya berkata “Saya bernazar akan shalat di baitul Maqdis “.
Mendengar penyataan sahabat tersebut Nabi bersabda “Shalat disini yakni masjidi haram
itu adalah lebih utama”. Nabi SAW lalu bersabda “Demi dzat yang jiwaku berada dalam
kekuasaan-Nya, seandainya kamu shalat disini (masjid al-Haram Makkah), maka sudah
mencukupi bagimu untuk memenuhi nazarmu”. Oleh kemudian Nabi SAW bersabda lagi
“Shalat dimasjid ini, yaitu masjid al-Haram itu lebih utama daripada 100.000 kali shalat di
selain masjid Al-Haram’. (H.R. Abdurrazaq dalam kitab Mushannafnya).
Uraian diatas dipahami bahwa asbabul wurud hadits dikategorikan kepada tiga
macam yaitu 1. Sebab yang berupa ayat Al-Quran maksudnya ayat Al-quran menjadi
penyebab Nabi SAW mengeluarkan hadits 2. Sebab yang berupa hadits, maksudnya,
terdapat suatu hadits, namun sebagian sahabat kesulitan memahaminya, namun
kemudian muncul hadits lain yang memberikan penjelasan terhadap hadits tersebut 3.
Sebab yang berupa perkara yang berupa perkara yang berkaitan dengan para
pendengar di kalangan sahabat Nabi SAW.

I. Contoh-Contoh Asbabul Wurud Hadits


a.      Tentang Syafa’at
‫ني ب ْينَ أن يُ ْد ِخ َل نصف ّأمتي الجنة و بين الشفاعة‬
ِ ‫ت من عند رب ّي ف َخي ََّر‬
ٍ ‫أتاني أ‬
Artinya: telah datang kepadaku Malaikat dari Tuhanku azza wazalla yang menyuruh
aku memilih diantara separuh umatku masuk surga atau syafa’at.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Musa Al-‘As’ari menurut penilaian Al-
Haitsami, orang orang yang meriwayatkan hadits ini adalah tsiqat (dapat dipercaya)

Sababul wurud
Dijelaskan dalam musnad imam ahmad bersumber dari abu Musa Al-As’ari : kami
telah bertempur melawan musuh bersama Nabi SAW kemudian kami bersama beliau turun
untuk istirahat. Pada suatu malam aku terbangun, namun beliau tidak ada. Aku mencari tetapi
yang muncul adalah seorang sahabat yang juga mencari beliau. Untunglah tiba-tiba Nabi
datang menuju kami seraya bersabda; Engkau berada di daerah perang, maka jika engkau akan
pergi karena karena suatu keperluan, katakanlah kepada yang lainnya sehingga ia
menemanimu. Kemudian Rasulullah bercerita: aku telah mendengar suara seperti gemuruhnya
suara lebah dan datanglah seorang malaikat yang menyuruh aku dst.

Keterangan

15
Yang datang kepada nabi adalah malaikat pembawa kabar gembira yang menerangkan bahwa
nabi boleh memilih diantara dua yang beliau sukai yakni separuh umatnya masuk surga atau
hak syafaat. Beliau memilih syafaat sehingga seluruh umat beliau akan masuk surga asalkan
tidak berbuat syirik.[12]

b.      Tentang Menziarahi Kubur


ِ ‫إني نهيتكم عن زيارة القبور فزورها َو ْل‬
‫تزدكم زيارتُها أجرا‬
“Sesungguhnya aku pernah melarang kamu menziarahi kubur maka sekarang
ziarahilah dan tambahilah pahala kamu dengan menziarahinya”.

Diriwayatkan oleh Thahawi dalam al-atsar dari buraidah r.a dan dari sa’id berbunyi:
aku larang kamu menziarahi kubur maka sekarang ziarahilah karena sesunggunya dalam
menziarahi kubur itu terdapat pelajaran.

Sababul wurud
Kata Burairah: kami bersama rosul dalam suatu perjalanan. Kami singgah, sedangkan jumlah
kami semuanya hampir 1.000 orang. Beliau mengerjakan shalat dua rakaat bersama kami.
Kemudian beliau menghadapkan mukanya kepada kami. Air mata beliau mengalir membasahi
pipi. Umar pun berdiri dan bersedia menggantikannya (segala apa yang dihadapi Nabi dengan
dirinya. Umar bertanya: apa yang engkau rasakan wahai Rasul: beliau menerangkan :
sesungguhnya Aku mohon izin kepada Allah untuk mendo’akan keampunan kepada Ibuku
(istighfar) , tetapi Tuhan tidak mengizinkanku. Maka mengalirlah air mataku sebagai tanda
kasih sayang kepadanya (yang melepaskannya) dari api neraka. Sesungguhnya aku pernah
melarang kamu….dst.[13]

c.       Kelebihan Orang Quraisy


‫قد موا قر يشا وال تقد مو ها و تعلموا منها وال تعا لمو ها‬
“Dahulukanlah orang quraisy dan jangan mendahuluinya, belajarlah daripadanya
dan jangan mengajarinya”

Diriwayatkan oleh : imam Ahmad, imam Syafii dari Abdullah bin Khatib, oleh Adi
dari Abu Hurairah.

Sababul wurud
Dari Abu Hurairah bin Khatib, katanya : ”Rasulullah telah berkhutbah pada hari
jumat : wahai manusia, dahulukanlah orang quraisy......dst”.
Keterangan
Maksudnya jangan mendahului orang quraisy dalam urusan agama sebab mereka diberi
kekhususan dengan keutamaan akhlak dan kesempurnaan amal.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah kami jelaskan di depan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
ilmu asbab al-wurud adalah ilmu yang menjelaskan sebab-sebab keluarnya Hadits, baik
berupa peristiwa atau keadaan yang terjadi, waktu maupun karena ada pertanyaan. Sehingga
dapat memahami kejelasan hadits baik dari segi umum dan khusus, mutlaq atau muqayyad,
atau untuk menentukan ada tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadits
Sebagai salah satu disiplin ilmu dalam studi hadis, asbabul wurud mempunyai peranan
yang sangat signifikan dalam rangka memahami maksud suatu hadis secara lebih baik.
Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud, cenderung dapat terjebak kepada arti tekstual
saja dan bahkan dapat membawa pemahaman yang keliru.
Fungsi asbabul wurudil hadis ;
1.      Menentukan adanya takhshish hadits yang bersifat umum.
2.      Membatasi pengertian hadits yang masih mutlaq.
3.      Men-tafshil (merinci) hadits yang masih bersifat globab (umum).
4.      Menentukan ada atau tidaknya nasikh-mansukh dalam suatu hadits.
5.      Menjelaskan ‘illah (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum
6.      Menjelaskan maksud suatu hadist yang masih musykil. (sulit dipahami atau janggal).
Menurut imam  as-Suyuthi asbabul wurud itu dapat dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Sebab yang berupa ayat al-Qur’an
2.      Sebab yang berupa hadist\
3.      Sebab yang berupa perkaitan dengan para pendengar di kalangan sahabat
Diantara beberapa cara mengetahui asbab al-wurud dari hadits-hadits adalah sebagai berikut:
1.      Asbab al-wurud dapat dilihat pada hadits tersebut, karena asbab al-wurud terdapat pada
hadits itu sendiri.
2.      Asbab  al-wurud yang dapat dilihat pada hadits lain, karena asbab al-wurud hadits
tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
3.      Asbab al-Wurud dapat dilihat pada aqwal shahabat atau informasi shahabat.
4.       Asbab al-wurud melalui ijtihad,
Contoh dalalah :
Tentang Menziarahi kubur
ِ ‫إني نهيتكم عن زيارة القبور فزورها َو ْل‬
‫تزدكم زيارتُها أجرا‬
“Sesungguhnya aku pernah melarang kamu menziarahi kubur maka sekarang ziarahilah dan
tambahilah pahala kamu dengan menziarahinya”.
Diriwayatkan oleh Thahawi dalam al-atsar dari buraidah r.a dan dari sa’id berbunyi: arabny
(aku larang kamu menziarahi kubur maka sekarang ziarahilah karena sesunggunya dalam
menziarahi kubur itu terdapat pelajaran
asbabul wurud
Kata Burairah: kami bersaama rosul dalam suatu perjalanan. Kami singgah, sedangkan jumlah
kami semuanya hampir 1.000 orang. Beliau mengerjakan shalat dua rakaat bersama kami.
Kemudian beliau menghadapkan mukanya kepada kami. Air maya beliau mengalir
membasahi pipi. Umar pun berdiri dan bersedia menggantikannya (segala apayang dihadapi
nabi dengan dirinya. Umar bertanya: apa yang engkau rasakan wahai rasul: beliau
17
menerangkan : sesungguhnya ku mohon izin kepada allah untuk mendo’akan keampunan
kepada ibuku (istighfar) , tetapi Tuhan tidak mengizinkanku. Maka mengalirlah air mataku
sebagai tanda kasih sayang kepadanya (yang melepaskannya) dari api neraka. Sesungguhnya
aku pernah melarang kamu….dst.
Adapun kitab-kitab yang banyak berbicara mengenai asbabul wurud antara lain adalah:
1.      Asbabu wurud al-Hadis karya Abu hafs al-Ukbari (w. 339 H.), namun sayang kitab
tersebut tidak dapat sampai ke tangan kita.
2.      Asbabu wurud al-hadis karya Abu Hamid Abdul Jalil Al-Jabari. Kitab tersebut juga
tidak sempat sampai ketangan kita.
3.      Asbabu Wurud al-Hadis atau yang disebut juga al-Luma’ fi Asbab Wurudil hadis, karya
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi. Kitab tersebut sudah ditahqiq oleh Yahya Ismail Ahmad.
4.      Al-Bayan wa at-Ta’rif karya Ibnu Hamzah Al-Husaini ad-Damasyqi (w.1110 H)
Dari beberapa definisi asbabul wurud yang telah dikemukakan oleh para ulama dapat
disimpulkan bahwa pengertian asbabul wurud tersebut lebih mengacu pada asbabul wurud
khas (asbabul wurud mikro). Di antara fungsi dari mengetahui asbabul wurud adalah untuk
menentukan ada tidaknya takhsish dalam suatu hadis yang umum, membatasi kemutlakan
suatu hadis, merinci yang masih global, menentukan ada tidaknya nasikh mansukh dalam
hadis, mejelaskan ‘illat ditetapkannya suatu hukum, dan menjelaskan hadis yang sulit
dipahami (musykil).
Tampaknya perlu dikembangkan asbabul wurud ‘am (asbabul wurud makro), yaitu
situasi sosio-historis yang lebih bersifat umum di mana dan kapan Nabi SAW menyampaikan
sabdanya dan hal ini memerlukan kajian sejarah yang sangat detail.

B. Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan disetiap bagiannya, karena keterbatasan referensi dari
kami. Oleh sebab itu, saran dari dosen maupun teman-teman sangat kami butuhkan untuk
memperbaiki makalah kami selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fathur. “ asbabul wurud “..
[2] Zein,Muhammad ma’shum:2007:109
[3] Hady. “ asbab al wurud “.http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[4] Father.”asbabul wurud”.http://father10.wordpress.com/2010/04/27
[5] Kangmuz.”asbabul wurud dalam memahami suatu
hadist”.http://kangmuz.wordpress.com/2011/07/29
[6] Tp.” ilmu asbabul wurud “. http://software-pesantren.blogspot.com
[7] Hady. “ asbab al wurud “. http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[8] Kangmuz. “ asbabul wurud dalam memahami suatu
hadis”.http://kangmuz.wordpress.com/2011/07/29/
[9] Hady. “ asbab al wurud “. http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[10] Kangmuz. “ asbabul wurud dalam memahami suatu
hadis”. http://kangmuz.wordpress.com/2011/07/29

[11] Hady. “ asbab al wurud “. http://hady412.wordpress.com/2011/03/20


[12] Hady. “ asbab al wurud “. http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[13] Father. “ asbabul wurud “.http://fathur10.wordpress.com/2010/04/27/
[14] Zein,Muhammad ma’shum:2007:110
[15] Hady. “ asbab al wurud “. http://hady412.wordpress.com/2011/03/20

19

Anda mungkin juga menyukai