Anda di halaman 1dari 12

ASBABUL WURUD

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu : Waliko M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 11
1) Muhammad Nayif Zainul Fata 224110103032
2) Nabilla Azzahra 224110103033
3) Sukma Aulia Sugesty 224110103040

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO 2022

1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Ulumul Hadits dengan judul “Asbabul Wurud” .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok yang telah dosen perintahkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan adanya kritik serta saran pembaca yang bersifat membangun guna
membantu menyempurnakan makalah ini dan sebagai bahan pembelajaran untuk makalah-
makalah selanjutnya.

Purwokerto, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6
A. Pengertian dan Metode Mengetahui .................................................................................... 6
B. Mikro dan Makro ................................................................................................................. 7
C. Urgensi ................................................................................................................................. 8
D. Contoh ................................................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asbab Al-Wurud adalah suatu jalan menuju terbentuknya suatu hukum tanpa ada
pengaruh apapun dalam hukum itu. Perlu dicatat bahwa tidak semua hadits memiliki Asbab
Al-Wurud. Sebagian hadits mepunyai Asbab Al-Wurud khusus, tegas, dan jelas. Namun
sebagian, yang lain tidak. Untuk katagori pertama, mengetahui Asbab Al-Wurud mutlak
diperlukan, agar terhindar dari kesalahpahaman (misunderstanding) dalam menangkap suatu
maksud hadits.
Ilmu Asbab Al-Wurud mempunyai kedudukan yang sangat penting, sebab ilmu ini
merupakan suatu cara yang paling tepat untuk memahami hadits, karena dengan mengetahui
sebab maka akan melahirkan pengetahuan tentang musabab atau akibat. Pemahaman terhadap
makna hadits terpusat pada pendekatan lafzhiyah lughawiyah (tekstual). Di antara fungsi dari
mengetahui Asbab Al-Wurud adalah untuk menentukan ada tidaknya takhsish dalam suatu
hadits yang umum, membatasi kemutlakan suatu hadits, merinci yang masih global,
menentukan ada tidaknya nasikh-mansukh dalam hadits, mejelaskan 'illat ditetapkannya suatu
hukum, dan menjelaskan hadits yang sulit.
Ilmu Asbab Al-Wurud mempunyai posisi yang sangat penting dalam ilmu hadits,
karena dengan memahami ilmu Asbab Al-Wurud dapat terhindar dari kesalahan dan
kesalahpahaman dalam memahami hadits. Dalam setiap hadits ada yang mempunyai Asbab
Al-Wurud, ada pula yang tidak. Hadits yang memiliki Asbab Al-Wurud dapat terbagi
menjadi dua; hadits yang Asbab Al-Wurudnya disebutkan di dalam redaksi hadis tersebut dan
hadits yang Asbab Al-Wurudnya tidak disebutkan dalam hadits, atau yang Asbab Al-
Wurudnya disebutkan dalam redaksi hadits lain. Contoh hadits yang Asbab al-Wurudnya
disebutkan di dalam redaksi hadits tersebut adalah hadits tentang Jibril yang bertanya tentang
Islam, Iman, dan Ihsan. Sedangkan contoh hadits yang Asbab al-Wurudnya tidak tampak
dalam suatu redaksi hadits, misalnya hadits tentang niat, dan sebagainya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Metode Mengetahui
2. Mikro dan Makro
3. Urgensi
4. Contoh

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian dan Metode Mengetahui
2. Untuk Mengetahui Tentang Mikro dan Makro
3. Untuk Mengetahui Tentang Urgensi
4. Untuk Mengetahui Tentang Contoh

5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Metode Mengetahui
Asbabul Al-Wurud Al-Hadits merupakan susunan idafah, yang terdiri dari tiga unsur
kata. Yaitu asbab, wurud, dan al-hadits. Asbab adalah bentuk jam’ (fulral) dari sabab, yang
berarti dengan al-habl (tali), saluran yang artinya dijelaskan sebagai segala yang
menghubungkan satu benda lainnya. Sedangkan menurut istilah adalah ”segala sesuatu yang
mengantarkan pada tujuan.”. Sedangkan kata wurud bisa berarti sampai, muncul dan
mengalir seperti air yang memancar atau air yang mengalir. Secara sederhana dapat diartikan
bahwa asbabul wurud adalah sebab-sebab datangnya sesuatu. Karena istilah tersebut biasa
dipakai dalam diskursus Ilmu hadits, maka asbabul wurud biasa diartikan sebagai sebab-
sebab atau latar belakang (background) munculnya suatu hadits. Menurut Hasbi ash
Shiddiqiey asbabul wurud adalah ilmu yang menerapkan sebab-sebab Nabi menuturkan
sabdanya dan masa-masa Nabi SAW menuturkan itu, atau sebab datangnya hadits dan
munasabah-munasabahnya.1
1. Asbab Al-Wurud dapat dilihat pada hadits tersebut, karena Asbab Al-Wurud terdapat pada
hadits itu sendiri.
Contoh:
: ‫ال‬GG‫ ولحم الكتب و النتن فق‬. ‫ه الحيض‬GG‫رح في‬GG‫تر يط‬GG‫ وهي ب‬,‫اعة‬G‫اله قيل لرسول هللا صلى هللا عليه وسلم أتوضأ من يثر بض‬
‫انساء طهور ال ينجسه شي‬
Artinya: Bahwa beliau pernah ditanya oleh seseorang tentang perbuatan yang dilakukan
Rasulullah: Apakan tuan mengambil air wudhu dari sumur Budho'ah, yakni sumur yang
dituangi darah daging anjing dan barang-barang busuk? Jawab Rasululla: Air itu suci, tidak
ada sesuatu yang menjadikannya najis.
2. Asbab Al-Wurud yang dapat dilihat pada hadits lain, karena Asbab Al-Wurud hadits
tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
Contoh dalam hal ini adalah pada hadits tentang niat dan hijrah berikut ini:
‫ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر اليه‬.
Artinya: "... Barang siapa yang hijrahnya karena untuk mendapatkan keduniaan atau
perempuan yang bakal dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya kepada apa yang diniatkannya
saja."
Asbab Al-Wurud pada hadits tersebut tidak terdapat pada hadits itu sendiri, namun terdapat
pada hadits lain, yaitu pada hadits yang ditakhrijkan oleh Al-Thabarany yang bersanad tsiqah
dari Ibnu Mas'ud berikut ini:
‫ فهاجر فتزوجها على سميه ( مهاجر ام‬,‫ فأبت أن يتزوجها حتى يهاجر‬. ) ‫كان بيننا رجل خطب أمرأة يقال لها ( ام قيس‬
Artinya: “Konon pada jama'ah kami terdapat seorang laki-laki yang melamar seorang
perempuan yang bernama Ummul Qais. Tetapi perempuan itu menolak untuk dinikahinya,
kalau laki-laki pelamar tersebut enggan berhijarh ke Madinah. Maka ia lalu hijrah dan
kemudian menikahinya. Kami namai laki-laki itu Muhajir Ummi Qais”.

1
Al-qattan Khalil Manna, Studi IlmuIlmu Qur’an, (Jakarta; Pustaka Litera, 2001).

6
3. Asbab Al-Wurud dapat dilihat pada aqwal shahabat atau informasi shahabat.
Contoh pada hal ini dapat kita lihat pada hadits berikut:
‫السبت يعذب ببكاء هللا عليه‬
Artinya: Si Mayyit akan diazab dengan sebab tangisan keluarga atasnya.
Asbab Al-Wurud pada hadits ini terdapat pada penjelasan Aisyah bahwa ketika jenazah orang
Yahudi melewati Rasulullah, mereka menangisi mayyit tersebut sehingga Rasulullah
bersabda demikian. Hal ini karena disebabkan pada tradisi menangisi mayyit orang Yahudi
ketika itu dengan ratapan, mencakar, atau menampari wajah sendiri atau pun menyobek-
nyobek baju, sehingga menggambarkan ketidakrelaan dengan takdir kematian tersebut.
Sedangkan tangisan dengan wajar sebagai bentuk belasungkawa diperbolehkan.
4. Asbab al-wurud melalui ijtihad, hal ini dilakukan apabila ada ditemukan riwayat yang jelas
mengenai asbab al-wurud. Ijtihad ini dilakukan dengan cara melihat sejarah sehingga mampu
menghubungkan antara ide dalam teks hadits dengan konteks munculnya hadits.
Contoh hadits:
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لن يفلح قوم ولوا امر هم امرأة‬
Artinya: Rasulullah bersabda ”Tidak akan sukses suatu kaum yang menyerahkan urusannya
(untuk memimpin) mereka kepada perempuan.”

B. Asbab Al-Wurud Mikro dan Makro


a). Asbab Al-Wurud Mikro
Melalui sebuah riwayat teks hadits Nabi SAW yang artinya bahwa teks-teks tersebut
menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang mendorong Nabi untuk bersabda. Yang
terbagi atas dua macam, yaitu ada teks tegas (sharih) menunjukkan sebab dan ada yang
kurang tegas (ima’).2 Contoh yang (sharih) ialah ketika Nabi mencampakkan kurma, karena
khawatir jangan-jangan kurma tersebut adalah bagian dari zakat. Sebab Nabi dilarang untuk
menerima harta zakat. Sedangkan contoh yang menunjukkan sabab ima’ ialah ketika Nabi
sujud dua kali karena beliau lupa bahwa ia telah shalat zuhur lima rakaat. Riwayat ini
memberikan isyarat bahwa barang siapa yang lupa sehingga melebihi rakaat shalat, maka ia
dianjurkan untuk sujud sahwi dua kali. Melalui Aqwal al-sahabah (informasi sahabat), seperti
yang telah kita ketahui bahwa sahabat merupakan orang-orang yang hidup sezaman dengan
Nabi, yang juga ikut merasakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu dan
menanyakan sesuatu secara langsung kepada Nabi.
b). Asbab Al-Wurud Makro
Asbab al-wurud makro ini biasanya melalui ijtihad, hal ini dilakukan jika tidak
ditemukan riwayat yang jelas mengenai sabab al-wurud. Ijtihad bisa dilakukan dengan cara
mengumpulkan hadits-hadits lain yang memiliki tema yang sama, juga bisa dengan analisa
sejarah atau melalui pembacaan hermeneutik terhadap sosio-kultural yang telah berkembang
pada saat itu sehingga mampu untuk menggabungkan antara ide dalam teks hadits dengan
2
Syaikh Manna’ Al-Qatthan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Al-Kautsar) 2005

7
konteks munculnya hadits. Adapun karya-karya yang berhubungan dengan sejarah Arab atau
kondisi masyarakat Arab (Makkah dan Madinah) pada saat itu, seperti:
a) kitab-kitab Sirah Nabawiyah,
b) kitab-kitab tafsir alQur’an dan syarh hadits,
c) kitab-kitab rijal hadits,
d) kitab-kitab Jarh wa Ta’dil, dan lain sebagainya yang dianggap berhubungan dengan
ilmu asbab al-wurud

C. Urgensi
Asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka memahami
suatu hadis. Sebab biasanya hadis yang disampaikan oleh Nabi bersifat kasuistik, cultural,
bahkan temporal. Oleh karenanya, memperhatikan konteks historisitas munculnya hadis
sangat penting, karena paling tidak akan menghindarkan kesalahpahaman dalam menangkap
maksud suatu hadis. Sedemikian rupa sehingga kita tidak terjebak pada teksnya saja,
sementara konteksnya kita abaikan atau kita ketepikan sama sekali. Pemahaman hadis yang
mengabaikan peranan asbabul wurud akan cenderung bersfat kaku, literalis-skriptualis,
bahkan kadang kurang akomodatif terhadap perkembangan zaman.
Adapun urgensi asbabul wurud menurut imam as-Suyuthi antara lain untuk:
1) Menentukan adanya takhsish hadits yang bersifat umum.
2) Membatasi pengertian hadits yang masih mutlak.
3) Mentafshil (memerinci) hadits yang masih bersifat global.
4) Menentukan ada atau tidak adanya nash-mansukh dalam suatu hadits.
5) Menjelaskan 'illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.
6) Menjelaskan maksud suatu hadits yang masih musykil (sulit dapahami).
Sebagai ilustrasi, akan diberikan beberapa contoh mengenai fungsi asbabul wurud hadits,
yaitu untuk menentukan adanya takhsish terhadap suatu hadits yang 'am, misalnya hadits
yang berbunyi:
‫صالة القاعد على النصف من صالة القائم‬
"shalat orang yang sambil duduk pahalanya separoh dari orang yang sholat sambil berdiri."
(H.R. Ahmad).3
Pengertian "shalat" dalam hadits tersebut masih bersifat umum. Artinya dapat berarti
shalat fardhu dan sunnat. Jika ditelusuri melalui asbabul wurudnya, maka akan dapat
dipahami bahwa yang dimaksud "shalat" dalam hadits itu adalah shalat sunnat, bukan shalat
fardhu Inilah yang dimaksud dengan takhshish, yaitu menentukan kekhususan suatu hadits
yang bersifat umum, dengan memperhatikan konteks asbabul wurud.
Asbabul wurud hadits tersebut adalah bahwa ketika itu di Madinah dan penduduknya
sedang terjangkit suatu wabah penyakit. Maka kebanyakan para sahabat lalu melakukan
shalat sunnah sambil duduk. Pada waktu itu, Nabi kebetulan datang dan tahu bahwa mereka
suka melakukan shalat sunnat tersebut sambil duduk. Maka Nabi kemudian bersabda :" shalat

3
Nuruddin, Manhaj al-Naqd fi’ Ulum al-Hadits, (Bairut: Dar al-Fikr) 1997

8
orang yang sambil duduk pahalanya separuh dari orang yang shalat dengan berdiri".
Mendengar pernyataan Nabi tersebut, akhirnya para sahabat yang tidak sakit memilih shalat
sunnat sambil berdiri.
Dari penjelasan asbabul wurud tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan "shalat" dalam hadiTs itu adalah shalat sunnat. Pengertiannya adalah
bahwa bagi orang yang sesungguhnya mampu melakukan shalat sunnah sambil duduk, maka
ia akan mendapat pahala separoh dari orang shalat sunnat dengan berdiri.
Dengan demikian, apabila seseorang memang tidak mampu melakukan shalat sambil
berdiri mungkin karena sakit, baik shalat fardhu atau shalat sunnat, lalu ia memilih shalat
dengan duduk, maka ia tidak termasuk orang yang disebut-sebut dalam hadits tersebut. Maka
pahala orang itu tetap penuh bukan separoh, sebab ia termasuk golongan orang yang memang
boleh melakukan rukhshah atau keringanan syari'at.4

D. Contoh Asbab Al-Wurud


1. Asbabul Wurud hadits larangan jual-beli buah yang belum jelas hasilnya
‫ ال تبتاعوا الثمار حتى يبدو صالحه‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبي هريرة قال‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata: ”Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kalian melakukan jual-
beli buah-buahan sampai jelas hasilnya.” (HR. Muslim).
Hadits itu ada asbabul wurudnya. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:
‫ول هللا‬GG‫ قدم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم المدينة ونحن نتابيع الثمار قبل أن يبدو صالحها فسمع رس‬:‫عن زيد بن ثابت قال‬
‫ول هللا‬GG‫ال رس‬GG‫ فق‬،‫ام‬GG‫ان التش‬GG‫ أصابها الرم‬:‫ هؤالء ابتاعوا الثمار يقولون‬:‫ ما هذا؟ فقيل له‬:‫صلى هللا عليه وسلم خصومه فقال‬
‫ فال تتبايعوها حتى يبدو صالحها‬:‫صلى هللا عليه وسلم‬
Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata: “Rasulullah Saw. tiba di Madinah di mana kami biasa
melakkukan jual-beli buah-buahan sebelum tampak bagus. Hingga kemudian Rasullah Saw.
mendengar ada orang bertengkar. Beliau bertanya, “Ada apa ini?” Ada yang menjawab,
“Mereka melakukan jual-beli buah-buahan, namun ternyata kemudian buah-buahan itu busuk
di pohon dan berguguran.” Rasullah Saw. pun bersabda; “Janganlah kalian melakukan jual-
beli buah-buahan sampai jelas hasilnya.” (HR. Ahmad dan Bukhari).5
2. Asbabul Wurud hadits utamakanlah pasangan yang taat beragama
،‫دينها‬GG‫ا ول‬GG‫بها ولجماله‬GG‫ا ولحس‬GG‫ لماله‬:‫ تنكح المرأة ألربع‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه وعن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫فاظفر بذات الدين تربت يداك‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan
agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.” (Muttafaq
‘alaih).
Hadits di atas ada Asbabul Wurudnya. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:

4
Al-Hakim, Ma’rifah ‘Ulum al-Hadits, (Bairut: Dar al-‘Ilmiyah) 1977
5
Syaikh Manna’ Al-Qatthan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Al-Kautsar) 2005

9
:‫ال‬GG‫ ق‬،‫ نعم‬:‫زوجت؟ قلت‬GG‫ يا جابر أت‬:‫ تزوجت امرأة على عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال‬:‫عن جابر بن عبد هللا قال‬
،‫ني وبينهن‬GG‫ يا رسول هللا! كن لي أخوات فخشيت أن تدخل بي‬:‫ قلت‬:‫ أال بكرا تالعبها؟ قال‬:‫ قال‬،‫ ثيبا‬:‫ قلت‬:‫بكرا أو ثيبا؟ قال‬
‫ فعليك بذات الدين تربت يداك‬،‫ إن المرأة تنكح لدينها وجمالها‬:‫فقال‬
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Pada masa Rasulullah Saw. aku menikahi
seorang wanita. Rasulullah Saw. bertanya, “Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?”
Aku menjawab, “Sudah.” Beliau bertanya, “Gadis atau janda?” Aku menjawab, “Janda.”
Beliau bertanya, “Mengapa tidak yang gadis saja, sehingga engkau bisa lebih bersenang-
senang?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku memiliki beberapa saudara perempuan. Di
mana aku khawatir istriku nanti akan membuat rusak hubunganku dengan para saudara
perempuanku (karena kurang dewasa). Beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena taat
beragama dan karena kecantikannya. Utamakanlah perempuan yang taat beragama. Engkau
pasti beruntung.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Adapun contoh mengenai asbabul wurud yang berfungsi untuk membatasi pengertian
yang mutlak adalah hadis yang berbunyi:
‫ل‬GG‫من سن سنة حسنة عمل بها بعده كان له أجره مثل أجورهم من غير أن ينقص من أجور هم شيئا و من سن سنة سيئة فعم‬
‫بها من بعده كان عليه وزره ومثل أوزارهم من غير أن ينقص من أوزارهم شيئا‬
"barang siapa melakukan suatu sunnah hasanah (tradisi atau perilaku yang baik), lalu sunnah
itu diamalkan orang-orang sesudahnya, maka ia akan mendapatkan pahalanya seperti pahala
yang mereka lakukan, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Demikian pula
sebaliknya, barang siapayang melakukan suatu sunnah sayyi'ah (tradisi atau perilaku yang
buruk) lalu diikuti orang-orang sesudahnya, maka ia akan ikut mendapatkan dosa mereka,
tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa yang mereka peroleh." (HR. Muslim).6

BAB III PENUTUP


6
Al-Hakim, Ma’rifah ‘Ulum al-Hadits, (Bairut: Dar al-‘Ilmiyah) 1977

10
A. Kesimpulan
Ilmu Asbab Al-Wurud mempunyai posisi yang sangat penting dalam ilmu hadits,
karena dengan memahami ilmu Asbab Al-Wurud dapat terhindar dari kesalahan dan
kesalahpahaman dalam memahami hadits. Secara sederhana dapat diartikan bahwa asbabul
wurud adalah sebab-sebab datangnya sesuatu. Karena istilah tersebut biasa dipakai dalam
diskursus Ilmu hadits, maka asbabul wurud biasa diartikan sebagai sebab-sebab atau latar
belakang (background) munculnya suatu hadits. Untuk metode mengetahuinya, yaitu ada
empat; 1). Asbab Al-Wurud dapat dilihat pada hadits tersebut karena Asbab Al-Wurud
terdapat pada hadits itu sendiri, 2). Asbab Al-Wurud yang dapat dilihat pada hadits lain
karena Asbab Al-Wurud hadits tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri, 3). Asbab Al-
Wurud dapat dilihat pada aqwal sahabat atau informasi sahabat, 4). Asbab Al-Wurud melalui
ijtihad.
Kemudian ada Asbab Al-Wurud Mikro dan Makro. Kalau Mikro itu melalui sebuah
riwayat teks hadits Nabi SAW yang artinya bahwa teks-teks tersebut menunjukkan adanya
peristiwa-peristiwa yang mendorong Nabi untuk bersabda, sedangkan Makro biasanya
melalui ijtihad, hal ini dilakukan jika tidak ditemukan riwayat yang jelas mengenai sabab al-
wurud. Ijtihad bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan hadits-hadits lain yang memiliki
tema yang sama, juga bisa dengan analisa sejarah atau melalui pembacaan hermeneutik
terhadap sosio-kultural yang telah berkembang pada saat itu. Adapun contoh Asbab Al-
Wurud ada 2; Asbab Al-Wurud hadits larangan jual-beli yang belum jelas hasilnya, dan
Asbab Al-Wurud hadits utamakanlah pasangan yang taat beragama.

Daftar Pustaka

Al-Anshari, Sirajuddin umar bin Ali bin Ahmad. (1313). al-Muqni' fi 'Ulum al-Hadits.

11
Al-As'ad, Tariq As'ad Halimi. (1442 H/2001 M). 'Ilm Asbab Wurud al-Hadits.
Al-Hakim. (1977). Ma'rifah 'Ulum al-Hadits.
Al-Qazwaini, Abu Ya'la. (1409). al-Irsyad fi Ma'rifah 'Ulama' al-Hadits.
Al-Syahir, Burhanuddin Abu Ishaq Ibrahim bin Umar. (2000). Rusum al-Tahdits fi 'Ulum al-Hadits.
Asep Herdi. (2014). Memahami Ilmu Hadits, 61.
At-Thahhan. (1985). Taisir Musthalah al-Hadits.
Ibnu. (1984). 'Ulum al-Hadits.
Imam As-Suyuthi. (2021). ASBABUL WURUD: Sebab-Sebab Munculnya Hadits Nabi, 6.
'Iti, Nur ad-Din. (1981). Manhaj al-Naqd fi 'Ulum al-Hadits.
Jalal ad-Din al-Suyuthi. (1984). Asbab Wurud al-Hadits aw al-Luma' fi Asbab al-Hadits, 11.
Mohammad Gufron Rahmawati. (2017). ULUMUL HADITS: Praktis dan Mudah, 89-93.
Munzier Suparta. (2008). Ilmu Hadits, 38-39.
Nuruddin. (1997). Manhaj al-Naqd fi 'Ulumul al-Hadits.
Salim, Amr Abdul Mu'min. (2005). Taysir 'Ulum al-Hadits li al-Mubtadi'in Soetari.
Soetari, Endang. (1997). Ilmu Hadits.
Syaikh Manna'. (2004). Mabahits fii 'Ulumil Hadits, 208.

12

Anda mungkin juga menyukai