ASBABUL WURUD
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu
Disusun Oleh :
Nim : 0305192048
MEDAN
2019
A. Pendahuluan
Hadis dalam pandangan umat Islam merupakan salah satu sumebr ajaran
Islam. Secara sturuktual hadis menduduki posisi kedua stelah Al-quran.
Sedangkan secara fungsional hadis merupakan bayan(penjelas) terhadap Al-
quran. Oleh karena itu kita sangat berkepentingan untuk menggali butir-butir pada
siapa hadis itu disampaikan Nabi SAW, dalam kondisi bagaimana Nabi saat
menyampaikannya. Tanpa memperhatikan konteks historisnya seseorang akan
mengalammi kesulitan menangkap dan memahami makna suatu hadis, bahkan ia
dapat terperosok kedalam pemahaman yang sangat keliru. Itulah mengapa
Asbabul Wurud sangat penting dalam diskursus ilmu hadis, sama seperti
pentingnya Asbabul Nuzul dalam kajian Tafsir Al-quran.
Hadis Nabi ada yang disertai dengan sebab tertentu yang mendorong Nabi
bersabda dan ada pula yang tidak disertai. Sebagian hadis ada yang mempunyai
Asbabul Wurud khusus, tegak, dan jelas. Namun sebagian tidak mempunyai
Asbabul Wurud. Hadis yang mempunyai Asbabul Wurud diperlukan untuk
menghindari kesalahan dalam menangkap maksud dari suatu hadis. Sedangkan
hadis yang tidak memiliki Asbabul Wurud khusus, kita dapat menggunakan
pendekatan psikologis sebagai pisau analisis suatu hadis. Hal ini didasarkan pada
suatu asumsi bahwa Nabi SAW tidak mungkin berbicara dalam kondisi yang
hampa. Sebuah gagasan, ide, pemikiran, termasuk sabda Nabi SAW pasti terkait
dengan masalah yang ada pada saat itu.
1
Munzier Suparta, Ilmu Hadis ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008) h. 38
أنه ما يكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو حصوص أو
.إطالق أوتقييد أونسخ أونحو ذلك
“Sesuatu yang menjadi thoriq (metode) untuk menentukan suatu Hadis yang
bersifat umum, atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk menentukan ada
tidaknya naskh (pembatalan) dalam suatu Hadis.”2
علم يعرف به السبب الذي ورد ألجله الحديث والزمان الذي جاء به
“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW. Menuturkan sabdanya dan
masa-masa nabi SAW. Menuturkannya”.
Sementara itu, ada pula Ulama’ yang memberikan definisi asbabul wurud,
agak mirip dengan pengertian asbabun-nuzul, yaitu :
ما ورد الحديث أيام وقوعه
“Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan)
yang terjadi pada waktu Hadis itu disampaikan oleh Nabi SAW”.
2
M. Rozali , Pengantar Kuliah Ilmu Hadis (Medan : Azhar Centre, 2019) h. 87-88
Dengan demikian, dalam perspektif ini mengetahui asbabul wurud
bukanlah tujuan (ghayah), melainkan hanya sebagai sarana untuk memperoleh
ketepatan makna dalam memahami pesan moral suatu Hadis.`Sebagian ulama’
berpendapat bahwa sebab-sebab, latar belakang dan sejarah dikeluarkannya hadis
itu sudah tercakup dalam pembahasan ilmu tarikh, karena itu tidak perlu dijadikan
suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Akan tetapi karena ilmu ini mempunyai sifat-sifat yang khusus yang tidak
seluruhnya tercakup dalam ilmu tarikh dan mempunyai faedah yang cukup besar
dalam lapangan ilmu hadits, maka kebanyakan muhadditsin menjadikan ilmu itu
suatu ilu pengetahuan tersendiri, sebagai cabang ilmu hadits dari jurusan matan.
Hadis yang memiliki sabab wurud, dapat terbagi menjadi dua : hadis yang
sebab wurud-nya disebutkan dalam redaksi hadis tersebut, dan hadis yang sebab
wurud-nya tidak disebutkan dalam hadis tersebut, atau dalam redaksi hadis lain.
Contoh hadis yang sebab wurud-nya disebutkan di dalam redaksi hadis tersebut
adalah hadis tentang malaikat jibril bertanya tentang islam, iman, dan
ihsan.Sedangkan contoh hadis yang yang sebab wurud-nya tidak tampak dalam
suatu redaksi hadis tersebut adalah hadis tentang Niat, dan sebagainya.
Sebagai salah satu disiplin ilmu dalam studi hadis, al-asbab al-wurud
mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam rangka memahami maksud
suatu hadis secara lebih baik. Pemahaman yang mengabaikan al-asbab al-wurud,
cenderung dapat terjebak kepada arti tekstual saja dan bahkan dapat membawa
pemahaman yang keliru.
Ketika memahami suatu hadis, tidak cukup hanya melihat teks hadisnya
saja, khususnya ketika hadis itu mempunyai al-asbab al-wurud, melainkan harus
melihat konteksnya. Dengan lain ungkapan, ketika menggali pesan moral dalam
suatu hadis, perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa hadis itu
disampaikan Nabi Muhammad SAW, dalam kondisi sosio-kultural yang
bagaimana hadis itu disampaikan. Tanpa memperhatikan konteks historitasnya
sulit menangkap dan memahami makana suatu hadis, bahkan dapat terperosok ke
dalam pemahaman yang keliru. Itulah mengapa al-asbab al-wurud menjadi sangat
penting dalam diskursus ilmu Hadis, seperti pentingnya al-asbab al-nuzul dalam
kajian tafsir al’quran.3
Dalam hal ini, as- Suyuthi membagi asbab al-wurud dalam tiga bagian
yaitu :
1.Sebab yang Berupa Ayat al-Qur’an
Hal ini dikarenakan banyaknya ayat al-Qu’ran turun dalam bentuk umum,
sedangkan yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah makna khusus atau lantaran
adanya kemusyrikan yang membutuhkan penjelasan. Seperti dalam firman Allah
dalam surah al-An’am ayat 82.4
الذين أمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم األمن وهم مهتدون
“orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Q.S. Al-An’am: 82)5
3
M. Hasbi ash-Shiddiqieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Semarang : Pustaka Rizqi
Putra,1999), h. 142-143
4
Idris, Study Hadis, (Jakarta : Kencana, 2010) h. 77
5
Q.S Al An’am/ 6: 82
إن الشرك لظلم عظيم
“sesungguhnya syirik itu merupakan kezhaliman yang besar.” (Q.S al-Luqman:
13)6
Artinya pada waktu itu terdapat suatu Hadis, namun sebagian sahabat
merasa kesulitan memahaminya, maka kemudian muncul Hadis lain yang
memberikan penjelasan terhadap Hadis tersebut. Contoh adalah Hadis yang
berbunyi:
إن هلل تعالى مالئكة في األرض ينطق على ألسنة بني أدم بما في المرء
من خير أو شر
“sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat berbicara
melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang.” (HR.
Hakim)
6
Q.S Luqman/ 31: 13
menjawab: iya benar. Lalu Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar
sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi. Melalui mulut
merekalah, malaikat akan menyatakan tentang kebaikan dan keburukan seseorang.
(HR. al-Hakim dan al-Baihaqi).
Dari pengertian asbab al-wurud di atas maka dapat dilihat ada beberapa
fungsi dari asbab al-wurud, yaitu:
7
Totoks, Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, Jakarta : Bumi Aksara, 1997) h.21
8
Ibid, h. 23
Asbab al-wurud dari hadis di atas adalah ketika penduduk Madinah sedang
terjangkit suatu wabah penyakit. Kebanyakan para sahabat melakukan shalat
sunnah sambil duduk. Ketika itu Rasulullah datang menjenguk dan mengetahui
bahwa para sahabat suka melakukan shalat sunnah sambil duduk walaupun dalam
keadaan sehat. Kemudian Rasulullah bersabda sebagaimana hadits di atas.
Mendengarkan sabda Rasulullah para sahabat yang tidak sakit kemudian shalat
sunnah dalam berdiri.
Dari asbab al-wurud tersebut maka dapat dipahami bahwa kata “shalat”
(yang masih bersifat umum pada hadist tersebut) adalah sahalat sunnah (khusus).
Dan dari penjelasan tersebut dapat dipahami pula bahwa boleh melakukan shalat
sunnah dalam keadaan duduk namun hanya akan mendapatkan pahala setengah
apabila dalam keadaan sehat. Tetapi apabila dalam keadaan sakit dan melakukan
shalat dalam keadaan duduk maka akan mendapatkan pahala penuh. Hal ini
merupakan penjelasan dari sebab-sebab ditetapkannya suatu hukum shalat sunnah
sambil sambil duduk.
قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم من سن فى االسالم سنة حسنة فعمل
بها بعده كتب له مثل اجر من عمل بها وال ينقص من اجورهم شيء من
سن فى االسالم سنة سيئة فعمل بها بعده كتب عليه مثل وزر من عمل
بها وال ينقص من ازوارهم شيء
Rasulullah bersabda: “barang siapa melakukan suatu sunnah hasanah (tradisi
atau prilaku yang baik) dalam Islam, lalu sunnah itu diamalkan oleh orang-orang
sesudahnya, maka ia akan mendapatkan pahalanya seperti pahala yang mereka
lakukan, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Demikian pula sebaliknya,
barang siapa yang melakukan suatu sunnah sayyi’ah (tradisi atau perilaku yang
buruk) lalu diikuti orang-orang sesudahnya, maka ia akan ikut mendapatkan dosa
mereka, tanpa mengurangi sikit pun dosa yang mereka peroleh”.
إن هلل تعالى مالئكة في األرض ينطق على ألسنة بني أدم بما في المرء
من خير أو شر
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat berbicara
melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang.” (HR.
Hakim)10
Ketika mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para sahabat
bertanya: “Ya rasul !mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji,
sedangkan terhadap jenazah kedua tuan ikut mencelanya. Engkau katakan kepada
kedua jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia benar. Lalu
Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah SWT
memiliki para malaikat di bumi. Melalui mulut merekalah, malaikat akan
menyatakan tentang kebaikan dan keburukan seseorang. (HR. Al-Hakim dan Al-
Baihaqi).
9
Said Agil Husin al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2001) h.7
10
Ibid, h. 19
Dengan demikian, yang dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang
menceritakan tentang kebaikan keburukan seseorang adalah para sahabat atau
orang-orang yang mengatakan bahwa jenazah ini baik dan jenzah itu jahat.
Hadis kedua:
قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ال يفطر من قاء وال من احتلم وال
من احتجم
Rasulullah bersabda: “Tidak batal puasa orang yang muntah, orang yang
bermimpi kemudian keluar sperma dan orang yang berbekam.”11
6. Menjelaskan Maksud Suatu Hadis yang Masih Musykil (Sulit Dipahami atau
Janggal)
11
Ibid, h. 21
” Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk golongan mereka.”
Asbab al-wurud dari hadits ini adalah ketika dalam peperangan umat Islam
dengan kaum kafir, Rasulullah kesulitan membedakan mereka mana yang teman
dan mana yang lawan. Kemudian Rasulullah menginstruksikan kepada pasukan
umat Islam agar memakai kode tertentu agar berbeda dengan musuh. Dan yang
masih menggunakan kode seperti musuh akan kena panah kaum pasukan Islam.
Ilmu mengenai asbabul wurud al-hadis ini sebenarnya telah ada sejak
zaman sahabat. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu
bentuk kitab-kitab. Demikian kesimpulan as-Suyuthi dalam al-Luma’ fi Asbabi
12
Endang, Soetari, Ilmu Hadis ( Bandung : Amal Bakti Press, 1997 ) h. 211
wurud al-hadis. Namun kemudian, seiring dengan perkembangan dunia keilmuan
waktu itu, ilmu asbab al-wurud menjadi berkembang. Para ulama ahli hadis
rupanya merasakan perlunya disusun suatu kitab secara tersendiri mengenai
asbabul wurud.
Perintis ilmu Asbabul Wurud ialah Abu Hamid bin Kaznah Al-Jubary.
Kemudian disusul oleh Abu Hafs Umar bin Muhammad bin Raja’I Al-Ukhbary
(380-458 H). Ia adalah salah seorang guru Abu yahya Muhammad bin Al-Husain
Al-Farra’ Al-Hambaly dan salah seorang murid dari Abdullah bin Ahmad bin
Hambal.
13
Http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/
donwload/7143/5878
“ telah datang kepadaku Malaikat dari Tuhanku azza wazalla yang menyuruh aku
memilih diantara separuh umatku masuk surga atau syafa’at”.
Dijelaskan dalam musnad imam ahmad bersumber dari abu Musa Al-‘As’ari
: kami telah bertempur melawan musuh bersama Nabi SAW kemudian kami
bersama beliau turun untuk istirahat. Pada suatu malam aku terbangun, namun
beliau tidak ada . aku mencari tetapi yang muncul adalah seorang sahabat yang
juga mencari beliau . untunglah tiba-tiba Nabi datang menuju kami seraya
bersabda :“Engkau berada di daerah perang, maka jika engkau akan pergi karena
karena suatu keperluan, katakanlah kepada yang lainnya sehingga ia
menemanimu”.
2. Tentang Konsentrasi
14
Ibid, h. 27
15
Ibid, h. 29
Diriwayatkan oleh Thahawi dalam al-atsar dari buraidah r.a dan dari sa’id
berbunyi: arabny (aku larang kamu menziarahi kubur maka sekarang ziarahilah
karena sesunggunya dalam menziarahi kubur itu terdapat pelajaran.asbabul
wurudnya yaitu :
Dimaksud dengan pendekatan historis dalam hal ini adalah suatu uapaya
memahami hadis dengan cara mempertimbangkan kondisi historis-empiris pada
saat hadis itu disampaikan Nabi SAW. Dengan kata lain, pendekatan yang
dilakukan dengan cara mengaitkan antara ide atau gagasan yang terdapat dalam
hadis dengan determinasi-determinasi soial dan situasi historis cultural yang
mengitarinya.
Pendekatan model ini sebebnarnya sudah dirintis oleh para Ulama hadis
sejak dulu, yaitu dengan munculnya ilmu hadis ilmu Asbabul Wurud yaitu suatu
ilmu yang menerangkan sebab-sebab mengapa Nabi menuturkan sabdanya. dan
masa-masa Nabi menuturkannya. Atau ilmu yang bicara mnegenai peristiwa-
peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada hadis disampaikan Nabi.
16
Ma’sum,Zein, Memahami Ilmu Hadis Nabi, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren
2010) h.24
KESIMPULAN
Asbab al-wurud adalah seab datangnya sesuatu. Karena istilah tersebut bisa
dipakai dalam diskursus ilmu hadis, maka asbab al-wurud bisa diartikan sebagai
sebab-sebab atau latar belakangnya muculnya suatu hadis . Sehingga dapat
memahami kejelasan hadis tersebut baik dari segi umum dan khusus, mutlaq atau
muqayyad, atau untuk menentukan ada dan tidaknya penghapusan dalam suatu
hadis
1. Asbab al-wurud dapat dilihat pada hadits tersebut, karena asbab al-wurud
terdapat pada hadits itu sendiri.
2. Asbab al-wurud yang dapat dilihat pada hadits lain, karena asbab al-wurud
hadits tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
3. Asbab al-Wurud dapat dilihat pada aqwal shahabat atau informasi shahabat.
4. Asbab al-wurud melalui ijtihad
1. Asbabul wurud al-Hadis karya Abu hafs al-Ukbari (w. 339 H.), namun sayang
kitab tersebut tidak dapat sampai ke tangan kita.
2. Asbabul wurud al-hadis karya Abu Hamid Abdul Jalil Al-Jabari. Kitab tersebut
juga tidak sempat sampai ketangan kita.
3. Asbabul Wurud al-Hadis atau yang disebut juga al-Luma’ fi Asbab Wurudil
hadis, karya Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi. Kitab tersebut sudah ditahqiq
oleh Yahya Ismail Ahmad
DAFTAR PUSTAKA
Munawwar, Said Agil Husin dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud Studi kritis
Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001.
Pesantren, 2010.
Http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/tahdis/articl