Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN ILMU ASBAB AL-WURUD DAN SEJARAH

PERKEMBANGANNYA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Asbab Al-wurud Al-hadis

Disusun Oleh:

Asep sunandar
Ahmad Miftachul Amin

PRODI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2014
PENDAHULUAN

Hadits atau sunnah Nabi SAW dalam pandangan umat Islam merupakan
salah satu sumber ajaran Islam. Secara struktural ia menduduki posisi kedua
setelah al-Qur’an. Sedangkan secara fungsioanal ia merupakan bayan (penjelas)
terhadap al-Qur’an. Ini artinya ia mempunyai posisi yang sangat signifikan dan
strategis. Oleh sebab itu, kita sangat berkepentingan untuk menggali butir-butir
ajaran Islam yang tedapat dalam hadits-hadits tersebut,.
Namun demikian, nampaknya untuk mennggali dan memahami kandungan
makna dari suatu hadits secara “baik”, tidak semudah membalikkan telapak
tangan, jika enggan berkata sulit sekali. Oleh karena itu, mengetahui dan
memahami latar belakang munculnya suatu hadits atau asbabu wurud al-hadits
sagat diperlukan dalam rangka memahami dan mencari mutiara hikmah serta ide-
ide dasar dalam suatu hadits.
Dalam makalah ini akan dibahas sedikit tentang sabab wurud al-hadits.

1
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASBAB AL-WURUD AL-HADIST :


Secara etimologis, “asbabul wurud” merupakan susunan idhafah yang
berasal dari kata asbab dan al-wurud. Kata “asbab” adalah bentuk jamak dari
kata “sabab”. Menurut ahli bahasa diartikan dengan “al-habl” (tali), saluran
yang artinya dijelaskan sebagai segala yang menghubungakan satu benda dengan
benda lainnya sedangakan menurut istilah adalah :

123 45 67‫ ا‬19 :;<23 ‫ ?>ء‬:@

“Segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan”

Dan ada juga yang mendifinisikan dengan : suatu jalan menuju


terbentuknya suatu hukum tanpa ada pengaruh apapun dalam hukum itu

Sedangkan kata Wurud bisa berarti sampai, muncul, dan mengalir seperti :

‫<رد‬3 ‫ي‬D7‫ء ا‬4E7‫ا‬

“Air yang memancar atau air yang mengalir “1

Dengan demikian, secara sederhana asbabul wurud dapat diartikan


sebagai sebab-sebab datangnya sesuatu. karena istilah tersebut biasa
dipakai dalam diskursus ilmu hadis, maka asbabul wurud dapat diartikan
sebagai sebab-sebab atau latar belakang ( background ) munculnya suatu
hadis.2

Menurut istilah Asbab al-wurud al-hadist adalah :


1G4HI4JK ‫ و‬M3NO7‫ب ورود ا‬4HI‫ ا‬19 ‫ف‬RS3 TUV

1
Munzier Suparta, 2008 Ilmu Hadits Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 38-.39
2
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqin, ………………. Hlm.07

2
ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya hadis dan beberapa
munasabahnya (latar belakangnya).

Menurut as-Suyuthi, secara terminology asbabul wurud diartikan


sebagai berikut :

fgW‫ أو‬NYYZG‫`<ص أو إط\ق أو‬a ‫<م أو‬EV cK M3NO7‫ ا‬cK ‫اد‬RE7‫ ا‬N3NO27 4Z3R‫<ن ط‬e3 4K 1W‫أ‬
h7‫< ذا‬OW‫أو‬

Sesuatu yang menjadi thoriq (metode) untuk menentukan suatu


hadis yang bersifat umum, atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk
menentukan ada tidaknya naskh (pembatalan) dalam suatu hadits.3

Jika dilihat secara kritis, sebenarnya difinisi yang dikemukakan


As-Suyuthi lebih mengacu kepada fungsi asbabu wurud al-hadits, yakni
untuk menentukan takhsis (pengkususan) dari yang ‘am (umum),
membatasi yang mutlak, serta untuk menentukan ada tidaknya naskh
mansukh dalam Hadis dan lain sebagainya.

Dengan demikian, nampaknya kurang tepat jika definisi itu


dimaksudkan untuk merumuskan pengertian asbabul wurud. menurut
Prof.Dr. Said Agil Husin Munawwar untuk merumuskan pengertian
asbabul wurud, kita perlu mengacu kepada pendapat hasbi ash-shiddiqie.
Beliau mendefinisikan asbabul wurud sebagai berikut :

19 ‫ء‬4n ‫ي‬D7‫ن ا‬4Ko7‫ وا‬M3NO7‫ ا‬1Unp ‫ي ورد‬D7‫ ا‬qHg7‫ ا‬19 ‫ف‬RS3 TUV

“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi SAW. Menuturkan


sabdanya dan masa-masa nabi SAW. Menuturkannya”

Sementara itu, ada pula ulama’ yang memberikan definisi asbabul


wurud, agak mirip dengan pengertian asbabun al-nuzul, yaitu :

1V<s‫م و‬43‫ أ‬M3NO7‫ ورد ا‬4K

3
Muhammad’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr,
1989), hlm.25

3
“Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-
pertanyaan) yang terjadi pada waktu Hadis itu disampaikan oleh nabi
SAW.”

Dari ketiga definisi tersebut di atas dapat ditarik benang merah


bahwa asbabul wurud adalah konteks historisitas, baik berupa peristiwa-
peristiwa atau pertanyaan atau lainnya yang terjadi pada saat hadits itu
disampaikan oleh Nabi SAW. Ia dapat berfungsi sebagai pisau analisis
untuk menentukan apakah hadits itu bersifat umum atau khusus, mutlaq
atau muqayyad, naskh atau mansukh dan lain sebagainya.

Dengan demikian, dalam perspektif ini mengetahui asbabul wurud


bukanlah tujuan (ghayah), melainkan hanya sebagai sarana (washilah)
untuk memperoleh ketepatan makna dalam memahami pesan moral suatu
hadits.4

B. PENGERTIAN ILMU ASBAB AL-WURUD AL-HADIS :


Ilmu asab al-wurud al-hadis adalah ilmu yang menjelaskan tentang
sebab-sebab datangnya hadis, latar belakang, dan waktu terjadinya.
Misalnya, datangnya suatu hadis karena nabi ditanya oleh seorang sahabat
tentang suatu masalah yang dianggap sulit baginya. Ilmu ini sangat
penting untuk memahami makna yang terkandung dalam matan hadis
secara kontekstual seperti halnya ilmu asbab nuzul al-qur’an.
Tujuan mengetahui ilmu ini untuk mengatahui sebab-sebab dan
latar belakang munculnya suatu hadis, sehingga dapat mendukung dalam
pengkajian makna hadis yang dikehendaki.
Ulama pertama yang menyusun ilmu ini adalah Abu Hafsah umar
bin muhammad bin raja al-ukrabi (w. 309 H), Ibnu hamzah al-huzaini
(w.1120 H) yang menulis al-bayan wa at-ta’rif, As-syuyuthi (w.911 H)

4
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqin, 2001 Asbabul Wurud study kritis hadits nabi
pendekatan sosio/histories/-kontekstual Yogyakarta PT. Pustaka Pelajar tt Hlm.05

4
yang menulis asbab wurud al-hadist atau al-luma’ fi asbab wurud al-
hadis.
C. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN ULAMA HADIS YANG
BERPERAN DALAM ILMU ASBAB AL-WURUD :
Dr. Yahya Ismail menuturkan bahwa, “terlihat dari apa-apa yang
telah ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu dan dari masa para shahabat
hingga zaman kita sekarang ini, bahwa ilmu ini berkembang sangat
lambat.” Kemudian beliau meneruskan, “kemungkinan besar ilmu ini telah
mulai tersebar semenjak masa shahabat dan para tabi’in.”
Hal itu diperjelas dengan riwayat berikut yang diceritakan oleh az
Zarkasyi dalam al Burhan mengenai firman Allah Surat al Maidah ayat
ke-93. Dia mengatakan bahwa diceritakan dari Qudamah bin Madh’un dan
Amr bin Ma’di Karib, keduanya pernah berkata: “Khamr adalah mubah.”
Mereka berhujjah dengan ayat ini. Dan mereka tidak mengetahui sebab
turunnya ayat ini, padahal Allah melarang hal tersebut, dan ini merupakan
pendapat al Hassan dan yang lainnya.
Maka ketika turun ayat pengharaman khamr, mereka berkata:
“Bagaimana dengan saudara-saudara kami yang sudah mati sementara di
perut mereka terdapat khamr, sementara Allah telah memberitahu bahwa
itu adalah najis?” Maka Allah menurunkan ayat (yang artinya): “Tidak
ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang
saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu…,”(
Q.S. al Maidah 93).
Dari sini jelaslah kebenaran bahwa pembahasan ini (sabab wurud)
merupakan bagian dari ilmu hadits dan telah mendapat perhatian sejak dini
dari para ulama.
Prof. Dr. Endang Soetari AD dalam bukunya Ilmu Hadits: Kajian
Riwayah & Dirayah, menyebutkan bahwa perintis ilmu asbab wurud al

5
hadits adalah Abu Hamid bin Kaznah al Jubari dan Abu Hafsah ‘umar bin
Muhammad bin Raja’.5
Sementara Muhammad Mahfudfz bin Abdullah at Termasi, dalam
kitab Manhaj Dzawi an Nadzhar, menyebutkan bahwa ulama yang
pertama menyusun tulisan mengenai sababul hadits ialah Hamid bin
Kaznah al Jurbaniy, dalam tempat lain nisbatnya adalah al Jubariy kepada
kota Jubarah (w. 538 H). Kemudian al Hafidz adz Dzhahabiy (w. 748 H)
menuturkan bahwa tidak ada sebelumnya kepada hal itu (sababul wurud),
lalu setelah itu Abu Hafs al ‘Ukbariy (w. 399 H.) salah seorang di antara
syaikh (guru) Abu Ya’la bin al Farra’ al Hanbaliy (w. 458 H) menyusun
tulisan mengenai sabab wurud.
Syaikh Islam Siraj ad Din al Bulqiniy (w. 805 H) dan kitabnya,
Mahasinul Ishtilah pada nau’ atau bagian/macam ke-69 tentang
pengetahuan asbabul hadits, mengatakan: Syaikh Abul Fath al Qusyairiy
(w. 702 H) atau yang terkenal dengan sebutan Ibnu Daqiqil ‘Ied ra. dalam
Syarah ‘Umdah, yaitu Al Ihkaamul Ahkaam Syarh ‘Umdatil Ahkaam,
mengenai pembahasan hadits, “Sesungguhnya amal-amal itu beserta
dengan niatnya.” berkata: “Sebagian pakar hadits terkini merencanakan
dan memulai untuk menyusun sebab-sebab keluarnya hadits. Sebagaimana
telah disusun mengenai sebab-sebab turunnya ayat Kitabullah (al Qur’an)
yang mulia. Dan saya hanya sedikit mengetahui tentang itu.”6
Ibnu al Mulaqqan (w. 804 H) berkata dalam Syarh al ‘Umdah,
“Ketahuilah bahwa sebagian ahli hadits mutakhirin (yang berikutnya)
berupaya untuk menyusun sebab-sebab keluarnya hadits. Demikianlah
yang disandarkan oleh Syaikh Izzud Din (w. 660 H) kepada sebagian
orang-orang zaman sekarang.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
upaya penyusunan karya tulis di bidang ilmu asbabul wurud al hadits
telah ada sejak abad ke-4 H, namun jauh sebelumnya cikal bakal ilmu ini
5
Prof. Dr. Endang Soetari AD, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah & Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar
Pustaka, 2008, cet. Ke-V), hal. 202
6
Al Imam Jalaluddin as Suyuthi, tahqiq: Dr. Yahya Ismail, hal. 104-105.

6
telah muncul, yaitu sejak masa sahabat dan tabi’in. Namun
kemungkinannya, penyebaran ilmu ini nampaknya lambat dan tidak
merata karena sedikitnya karya-karya ulama mengenai asbabul wurud ini
dalam sebuah karya khusus diluar pembahasan ilmu-ilmu hadits secara
keseluruhan, dan juga kemudian sebagian ulama sesudah abad keempat
Hijrah mengklaim bahwa ilmu ini berkembang pada masa mereka dengan
adanya upaya penyusunan karya tulis mengenai sabab al wurud, atau bisa
juga kemungkinan lainnya bahwa ilmu ini sempat mengalami kemerosotan
dan kemudian bangkit lagi di abad-abad selanjutnya.
Mengenai kapan dimulainya penyusunan buku-buku yang
berkenaan dengan masalah ini, al-Suyuthi menuturkan dengan menukil al-
Dzahabi dan Ibnu Hajar yang menyatakan adanya beberapa karya tentang
objek ini, yakni:
1) Asbab al-Wurud al-Hadits, karya Abi Hafsah al-Akbari (wafat 399
H). Ia adalah salah seorang guru Abu Yahya Muhammad bin al-
Husain al-Farra’ al-Hanbaly dan salah seorang murid dari
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (309 H).
2) Al-Bayan wa al-Ta’rief, karya Ibrahim ibn Muhammad yang
terkenal dengan nama Ibnu Hamzah al-Husainy (1120 H). Dicetak
tahun 1329 H.
3) Asbab al-Wurud al-Hadits, karya Abu Hamid Abdul Jalil al-
Jubari.
4) Al-Luma’ Fi Asbab al-Wurud al-Hadits, karya al-Suyuthi.
5) Al-Bayan Wa al-Ta’rif Fi Asbab al-Wurud al-Hadits al-Syarif,
karya Abi Hamzah al-Dimasyqi.

Al-Muhaddits as-Sayyid Ibrahim bin Muhammad bin Kamaluddin


yang terkenal dengan Kunyah Ibnu Hamzah al-Husainy (1054-1120)
mengarang pula kitab Asbab al-Wurud al-Hadits dengan diberi nama Al-
Bayan wa Ta’rif fi Asbab al-Wurud al Hadits al-Syarif. Kitab yang

7
disusun secara alfabetis ini dicetak pada tahun 1329 H di Halab dalam dua
juz besar-besar.

8
DAFTAR PUSTAKA
• Munzier Suparta, 2008 Ilmu Hadits Jakarta PT. Raja Grafindo
Persada
• Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqin, 2001 Asbabul
Wurud study kritis hadits nabi pendekatan sosio/histories/-
kontekstual Yogyakarta PT. Pustaka Pelajar
• Muhammad’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa
Mushthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1989),
• Prof. Dr. Endang Soetari AD, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah &
Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar Pustaka, 2008, cet. Ke-V)

Anda mungkin juga menyukai