PERKEMBANGANNYA
Disusun Oleh:
Asep sunandar
Ahmad Miftachul Amin
Hadits atau sunnah Nabi SAW dalam pandangan umat Islam merupakan
salah satu sumber ajaran Islam. Secara struktural ia menduduki posisi kedua
setelah al-Qur’an. Sedangkan secara fungsioanal ia merupakan bayan (penjelas)
terhadap al-Qur’an. Ini artinya ia mempunyai posisi yang sangat signifikan dan
strategis. Oleh sebab itu, kita sangat berkepentingan untuk menggali butir-butir
ajaran Islam yang tedapat dalam hadits-hadits tersebut,.
Namun demikian, nampaknya untuk mennggali dan memahami kandungan
makna dari suatu hadits secara “baik”, tidak semudah membalikkan telapak
tangan, jika enggan berkata sulit sekali. Oleh karena itu, mengetahui dan
memahami latar belakang munculnya suatu hadits atau asbabu wurud al-hadits
sagat diperlukan dalam rangka memahami dan mencari mutiara hikmah serta ide-
ide dasar dalam suatu hadits.
Dalam makalah ini akan dibahas sedikit tentang sabab wurud al-hadits.
1
PEMBAHASAN
Sedangkan kata Wurud bisa berarti sampai, muncul, dan mengalir seperti :
1
Munzier Suparta, 2008 Ilmu Hadits Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 38-.39
2
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqin, ………………. Hlm.07
2
ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya hadis dan beberapa
munasabahnya (latar belakangnya).
fgW أوNYYZG`<ص أو إط\ق أوa <م أوEV cK M3NO7 اcK ادRE7 اN3NO27 4Z3R<ن طe3 4K 1Wأ
h7< ذاOWأو
19 ء4n يD7ن ا4Ko7 واM3NO7 ا1Unp ي وردD7 اqHg7 ا19 فRS3 TUV
3
Muhammad’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr,
1989), hlm.25
3
“Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-
pertanyaan) yang terjadi pada waktu Hadis itu disampaikan oleh nabi
SAW.”
4
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqin, 2001 Asbabul Wurud study kritis hadits nabi
pendekatan sosio/histories/-kontekstual Yogyakarta PT. Pustaka Pelajar tt Hlm.05
4
yang menulis asbab wurud al-hadist atau al-luma’ fi asbab wurud al-
hadis.
C. SEJARAH PERKEMBANGAN DAN ULAMA HADIS YANG
BERPERAN DALAM ILMU ASBAB AL-WURUD :
Dr. Yahya Ismail menuturkan bahwa, “terlihat dari apa-apa yang
telah ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu dan dari masa para shahabat
hingga zaman kita sekarang ini, bahwa ilmu ini berkembang sangat
lambat.” Kemudian beliau meneruskan, “kemungkinan besar ilmu ini telah
mulai tersebar semenjak masa shahabat dan para tabi’in.”
Hal itu diperjelas dengan riwayat berikut yang diceritakan oleh az
Zarkasyi dalam al Burhan mengenai firman Allah Surat al Maidah ayat
ke-93. Dia mengatakan bahwa diceritakan dari Qudamah bin Madh’un dan
Amr bin Ma’di Karib, keduanya pernah berkata: “Khamr adalah mubah.”
Mereka berhujjah dengan ayat ini. Dan mereka tidak mengetahui sebab
turunnya ayat ini, padahal Allah melarang hal tersebut, dan ini merupakan
pendapat al Hassan dan yang lainnya.
Maka ketika turun ayat pengharaman khamr, mereka berkata:
“Bagaimana dengan saudara-saudara kami yang sudah mati sementara di
perut mereka terdapat khamr, sementara Allah telah memberitahu bahwa
itu adalah najis?” Maka Allah menurunkan ayat (yang artinya): “Tidak
ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang
saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu…,”(
Q.S. al Maidah 93).
Dari sini jelaslah kebenaran bahwa pembahasan ini (sabab wurud)
merupakan bagian dari ilmu hadits dan telah mendapat perhatian sejak dini
dari para ulama.
Prof. Dr. Endang Soetari AD dalam bukunya Ilmu Hadits: Kajian
Riwayah & Dirayah, menyebutkan bahwa perintis ilmu asbab wurud al
5
hadits adalah Abu Hamid bin Kaznah al Jubari dan Abu Hafsah ‘umar bin
Muhammad bin Raja’.5
Sementara Muhammad Mahfudfz bin Abdullah at Termasi, dalam
kitab Manhaj Dzawi an Nadzhar, menyebutkan bahwa ulama yang
pertama menyusun tulisan mengenai sababul hadits ialah Hamid bin
Kaznah al Jurbaniy, dalam tempat lain nisbatnya adalah al Jubariy kepada
kota Jubarah (w. 538 H). Kemudian al Hafidz adz Dzhahabiy (w. 748 H)
menuturkan bahwa tidak ada sebelumnya kepada hal itu (sababul wurud),
lalu setelah itu Abu Hafs al ‘Ukbariy (w. 399 H.) salah seorang di antara
syaikh (guru) Abu Ya’la bin al Farra’ al Hanbaliy (w. 458 H) menyusun
tulisan mengenai sabab wurud.
Syaikh Islam Siraj ad Din al Bulqiniy (w. 805 H) dan kitabnya,
Mahasinul Ishtilah pada nau’ atau bagian/macam ke-69 tentang
pengetahuan asbabul hadits, mengatakan: Syaikh Abul Fath al Qusyairiy
(w. 702 H) atau yang terkenal dengan sebutan Ibnu Daqiqil ‘Ied ra. dalam
Syarah ‘Umdah, yaitu Al Ihkaamul Ahkaam Syarh ‘Umdatil Ahkaam,
mengenai pembahasan hadits, “Sesungguhnya amal-amal itu beserta
dengan niatnya.” berkata: “Sebagian pakar hadits terkini merencanakan
dan memulai untuk menyusun sebab-sebab keluarnya hadits. Sebagaimana
telah disusun mengenai sebab-sebab turunnya ayat Kitabullah (al Qur’an)
yang mulia. Dan saya hanya sedikit mengetahui tentang itu.”6
Ibnu al Mulaqqan (w. 804 H) berkata dalam Syarh al ‘Umdah,
“Ketahuilah bahwa sebagian ahli hadits mutakhirin (yang berikutnya)
berupaya untuk menyusun sebab-sebab keluarnya hadits. Demikianlah
yang disandarkan oleh Syaikh Izzud Din (w. 660 H) kepada sebagian
orang-orang zaman sekarang.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
upaya penyusunan karya tulis di bidang ilmu asbabul wurud al hadits
telah ada sejak abad ke-4 H, namun jauh sebelumnya cikal bakal ilmu ini
5
Prof. Dr. Endang Soetari AD, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah & Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar
Pustaka, 2008, cet. Ke-V), hal. 202
6
Al Imam Jalaluddin as Suyuthi, tahqiq: Dr. Yahya Ismail, hal. 104-105.
6
telah muncul, yaitu sejak masa sahabat dan tabi’in. Namun
kemungkinannya, penyebaran ilmu ini nampaknya lambat dan tidak
merata karena sedikitnya karya-karya ulama mengenai asbabul wurud ini
dalam sebuah karya khusus diluar pembahasan ilmu-ilmu hadits secara
keseluruhan, dan juga kemudian sebagian ulama sesudah abad keempat
Hijrah mengklaim bahwa ilmu ini berkembang pada masa mereka dengan
adanya upaya penyusunan karya tulis mengenai sabab al wurud, atau bisa
juga kemungkinan lainnya bahwa ilmu ini sempat mengalami kemerosotan
dan kemudian bangkit lagi di abad-abad selanjutnya.
Mengenai kapan dimulainya penyusunan buku-buku yang
berkenaan dengan masalah ini, al-Suyuthi menuturkan dengan menukil al-
Dzahabi dan Ibnu Hajar yang menyatakan adanya beberapa karya tentang
objek ini, yakni:
1) Asbab al-Wurud al-Hadits, karya Abi Hafsah al-Akbari (wafat 399
H). Ia adalah salah seorang guru Abu Yahya Muhammad bin al-
Husain al-Farra’ al-Hanbaly dan salah seorang murid dari
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (309 H).
2) Al-Bayan wa al-Ta’rief, karya Ibrahim ibn Muhammad yang
terkenal dengan nama Ibnu Hamzah al-Husainy (1120 H). Dicetak
tahun 1329 H.
3) Asbab al-Wurud al-Hadits, karya Abu Hamid Abdul Jalil al-
Jubari.
4) Al-Luma’ Fi Asbab al-Wurud al-Hadits, karya al-Suyuthi.
5) Al-Bayan Wa al-Ta’rif Fi Asbab al-Wurud al-Hadits al-Syarif,
karya Abi Hamzah al-Dimasyqi.
7
disusun secara alfabetis ini dicetak pada tahun 1329 H di Halab dalam dua
juz besar-besar.
8
DAFTAR PUSTAKA
• Munzier Suparta, 2008 Ilmu Hadits Jakarta PT. Raja Grafindo
Persada
• Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqin, 2001 Asbabul
Wurud study kritis hadits nabi pendekatan sosio/histories/-
kontekstual Yogyakarta PT. Pustaka Pelajar
• Muhammad’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa
Mushthalahuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1989),
• Prof. Dr. Endang Soetari AD, Ilmu Hadits: Kajian Riwayah &
Dirayah, (Bandung: CV. Mimbar Pustaka, 2008, cet. Ke-V)