Anda di halaman 1dari 11

ASBĀB WURUD AL-HADITS

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Hadits II

Dosen Pengampu:

Fatihatus Sakinah, M.Ag

Oleh:

Hayya Ruhama
(2020.01.01.1806)
Naila Hamidah
(2020.01.01.1583)
Ely Latifatuz Zahro
(2020.01.01.1484)
Luluatunnisa’
Febriani (2020.01.01.1604)
Afinda Aulia (2020.01.01.1777)
Ummi Khofifah (2020.01.01.1635)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2021
ASBĀB WURUD AL-HADITS
Oleh: Hayya Ruhama, Naila Hamidah, Ely Latifatuz Zahro, Luluatunnisa’
Febriani, Afinda Aulia, Ummi Khofifah

A. Pendahuluan
Hadist atau sunnah adalah salah satu sumber ajaran Islam yang
menduduki posisi sangat penting, baik dari segi struktural maupun
fungsional. Adapun secara struktural, hadist menempati posisi kedua
setelah Al-Qur’an. Sedangkan secara fungsional, hadist merupakan
penjelas terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum.
Disamping sebagai penjelas terhadap ayat Al-Qur’an yang masih
bersifat umum, hadist juga dapat menetapkan ketetapan yang belum
ditetapkan dalam Al-Qur’an. Namun, dalam memahami sebuah hadist itu
tidak mudah. Ketika kita memahami sebuah hadist tidak bisa hanya
sekedar melihat teks hadistnya saja, maka perlulah mengetahui juga asbāb
wurudnya. Dan perlu dicatat bahwa hadist itu ada yang mempunyai asbāb
wurud dan ada juga yang tidak mempunyai asbāb wurud.1
Oleh karena itu, kita perlu mempelajari asbāb wurud untuk dapat
memahami sebuah hadist. Dalam makalah kali ini kami akan membahas
lebih rimci lagi mengenai asbāb wurud.

B. Pengertian Asbāb Wurud Al-Hadits


Asbāb wurud terdiri dari dua kata, yaitu Asbāb dan Wurud. Kata
Asbāb secara bahasa merupakan bentuk jamak (plural) dari kata sabab
yang berarti “segala sesuatu yang bersambung dengan sesuatu yang lain”.
Dalam pengertian umum sabab bermakna “segala sesuatu yang
bersambung dengan sesuatu yang dituju.” Sedangkan dalam pengertian
syari’ah, sabab merupakan perumpamaan mengenai sesuatu yang menjadi
jalan menuju terbentuknya suatu hukum tanpa adanya pengaruh dari
hukum itu sendiri.2

1
Said Agil Husin Munawar, Asbabul Wurud: Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Historis-
Konstektual, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2001),3-5.
2
Jalaluddin al-Suyuthi, Asbāb Wurud al-Hadits aw al-luma’ fi Asbab al-Wurud al-Hadis, (Beirut:
Daar al-kutub al-‘ilmiyyah, 1984), 10.

2
Adapun Kata wurud merupakan mashdar dari kata warada-yaridu-
wurudan yang memiliki arti datang atau sampai kepada sesuatu.3
Pengertian Asbāb wurud al-hadits berarti “sesuatu yang menjadi jalan
sebagai pembatas atau yang membatasi arti atau maksud dari suatu hadis
baik yang umum atau khusus, muthlaq atau muqoyyad, naskh dan
semisalnya”. Dengan demikian, Asbāb wurud al-hadits secara istilah
berarti “sebab-sebab Rasulullah menyampaikan sabdanya saat
menuturkannya.” 4 Dapat disimpulkan bahwa Asbāb wurud al-hadits ialah
ilmu yang menjelaskan tentang sebab-sebab lahirnya suatu hadis,5 seperti
dari segi waktu, tempat, peristiwa, keadaan yang terjadi, ataupun karena
ada atau tidak adanya suatu pertanyaan.

C. Cara Mengetahui Asbāb wurud Al-Hadits


Cara mengetahui asbāb wurud al-hadis, diantaranya:6
1. Mengetahui asbāb wurud suatu hadis terkadang dapat dilihat dalam
hadis itu sendiri. Ada beberapa hadis yang di dalamnya menyebutkan
tentang asbāb wurud hadis itu sendiri, banyak juga yang tidak
menyebutkan asbāb wurud suatu hadis dalam hadis itu sendiri.
Contoh:
Artinya: Harun ibn Abdullah telah mengabarkan kepada kami dia
berkata Abu Ummah berkata al-Walid ibn Katsir menceritakan, dia
berkata telah menceritakan Muhammad ibn Ka’ab al-Qardbi dari
Abdullah ibn abd al-Rahman ibn Rafi dari Abi Said al-Khudri, dia
berkata telah bersabda Rasulullah: “Bahwa beliau pernah ditanya oleh
seseorang tentang perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah ‘Apakah
tuan mengambil air wudhu dari sumur Budho’ah, yakni kamar sumur
yang dituangi darah, daging anjing dan barang-barang buruk?’Jawab
Rasulullah: Air itu suci, tidak ada sesuatu yang menjadikannya najis”.

3
Marhumah, Ulumul Hadis: Konsep,Urgensi, Objek, Kajian, Metode dan Contoh, (Yogyakarta:
SUKA-Press, 2014), 141-142.
4
Muhammad Ma’shum Zein, Ulumul Hadist & Mustholah Hadist, (Jombang: Darul-Hikmah,
2008), 91.
5
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis, (Bandung: PT Alma’arif, 1974), 326.
6
Marhumah, Ulumul Hadis: Konsep,Urgensi, Objek, Kajian, Metode dan Contoh, (Yogyakarta:
SUKA-Press, 2014), 149-154.

3
Asbab wurud dari hadis ini sudah tampak jelas, yaitu ketika
Rasulullah ditanya oleh seseorang tentang perbuatan yang
dilakukannya.

2. Mengetahui asbāb wurud suatu hadis dengan mencari tahu pada hadis
lain.
Contoh: hadis tentang niat dan hijrah
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Maslamah ibn
Qa’nah, menceritakan kepada kami Malik dari Yahya ibn Sa’id dari
Muhammad ibn Ibrahim dari ‘Alqamah ibn Waqqas dari Umar ibn al-
Khottab ia berkata, Rasulullah bersabda: Barang siapa yang hijrahnya
karena untuk mendapatkan keduniaan atau perempuan yang bakal
dinikahinnya, maka hijrahnya itu hanya kepada apa yang diniatkannya
saja.
Asbab wurud dari hadis tersebut tidak terdapat pada hadis itu
sendiri melainkan pada hadis yang lain, yaitu pada hadis yang ditakhrij
oleh al-Thabarany yang bersanad Tsiqah dari ibn Mas’ud.
Artinya: Dari ibn Mas’ud: Konon pada jammah kami terdapat seorang
laki laki yang melamar seorang perempuan yang bernama Ummu al-
Qais. Tetapi perempuan itu menolak untuk dinikahinya, karena laki-
laki pelamar tersebut enggan berhijrah ke Madinah. Maka ia lalu hijrah
dan kemudian menikahinya. Kami namai laki-laki itu Muhajjir Ummu
Qais.
3. Mengetahui asbāb wurud dengan mencari tahu aqwal sahabat atau
informasi dari para sahabat mengenai suatu hadis.
Contoh:
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Harmalah ibn Yahya,
menceritakan kepada kami Abdullah ibn Wahb, menceritakan kepada
saya Umar ibn Muhammad sesungguhnya Saliman menceritakannya
dari abdullah ibn Umar, sesungguhnya Rasululllah telah bersabda: Si
mayat akan di azab dengan sebab tangisan keluarga atasnya.

4
Asbab wurud dari hadis tersebut terdapat pada penjelasan Aisyah,
yaitu ketika jenazah orang Yahudi melewati Rasulullah, mereka
menangisi jenazah tersebut. Hal tersebut merupakan tradisi orang
Yahudi yang menangisi orang yang meninggal dengan berlebihan yang
dalam Islam tidak diperbolehkan, namun tangisan sebagai bentuk
belangsungkawa diperbolehkan dengan catatan tidak berlebihan.
4. Mengetahui asbāb wurud suatu hadis melalui ijtihad.
Contoh:
Artinya; Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman al-Samiy telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata: menceritakan Ahmad ibn
Yunus, berkata: Menceritakan Mubarak ibn Fadholah, akan sukses
suatu kaum yang menyerahkan urusannya (untuk memimpin) mereka
kepada perempuan.
Asbab wurud dengan melalui ijtihad dilakukan apabila terdapat
riwayat yang jelas mngenai asbab al-wurudnya, yaitu dengan cara
melihat latar belakang atau sejarah hadis tersebut sehingga terkandung
konteks hadis tersebut.

D. Urgensitas Asbāb wurud Al-Hadits

Asbāb wurud al-hadis merupakan bagian terpenting dalam ilmu


hadis. Sebab, apa yang disampaikan nabi pada masa itu masih bersifat
kultural. Maka dari itu memperhatikan historitas suatu hadis juga
diperlukan untuk meminimalisir adanya kesalahfahaman.7 Secara
terminologis banyak para muhadissin yang mendefinisikan Asbāb wurud
al-hadis. Dapat ditarik kesimpulan dari definisi Asbāb wurud al-hadis
adalah sejarah terkait turunnya suatu hadis. Dari pengertian Asbāb wurud
al-hadis terdapat beberapa urgensi atau fungsi diantaranya yaitu:8
1. Membantu dalam memahami dan menafsiekan hadis.
2. Menentukan adanya takhshis hadis yang bersifat umum.

7
Sulaiman, “Asbabul Wurud Hadist Suatu Kajian Tentang Faktor dan Urgensi Asbabul Wurud
Hadis”, Jurnal Sintesa, 2 (2016), 83.
8
Marhumah, Ulumul Hadis: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh, (Yogyakarta:
SUKA-Press, 2014), 143-144.

5
3. Membantu mengetahui hikmah-hikmah ketetapan syariat.
4. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak.
5. Mentafshil atau memerinci hadis yang masih bersifat global atau
umum.
6. Menentukan ada atau tidaknya nasikh dan mansukh dalam suatu hadis.
7. Menjelaskan `illah atau sebab-sebab ditetapkannya suatu hukum.
8. Menjelaskan suatu hadis yang masih musykil.
Mengetahui pentingnya mempelajari latar belakang diturunkannya
suatu hadis untuk menghasilkan makna yang terkandung dengan
sempurna. Sebab apa yang disabdakan Nabi pada masa itu adakalanya
bersifat kultural. Oleh karena itu penting dalam memahami ilmu asbabul
wurud al-hadis agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memaknai suatu
hadis serta tidak memiliki makna yang sempit dan kaku.

E. Pembagian Asbāb wurud Al-Hadits Makro dan Mikro

Ada dua macam untuk mengetahui asbab wurud yaitu melalui


sebuah riwayat dan ijtihad. Dua cara tersebut terbagi lagi menjadi dua,
yaitu melalui riwayat asba wurud mikro dan melalaui ijtihat untuk asbab
al-wurud makro.9
Asbab al-wurud yang telah dikemukakan oleh ulama’ hadis adalah
asbab al-wurud secara ‘ammah (makro) dan asbab al-wurud secara
khassah (mikro). Penjelasan mengenai asbab al-wurud sebuah peristiwa
atau pertanyaan yang melatar belakangi mengenai sebab datangnya hadis.
1. Penjelasan mengenai asbab al-wurud ‘ammah sebagai situasi dan
kondisi secara umum dalam keadaan seperti apa dan kapan Nabi
menyampaikan sabdanya. Dengan kata lain, asbab al-wurud ‘ammah
adalah mengetahui situasi dan kondisi dimana Nabi mengeluarkan
suatu hadis.
Melalui sebuah riwayat Hadis Nabi bersabda bahwasanya teks teks
tersebut menunjukan adanya peristiwa peristiwa yang mendorong Nabi
untuk bersabda. Dalam hal ini terbagi menjadi dua yaitu menunjukan
sebab (sharih) dan yang kurang tegas (‘ima). Contoh yang menunjukan
9
https://islam.nu.or.id/post/read/107044/ini-sumber-sumber-asbab-wurud-hadits

6
sebab (sharih) ketika Nabi mencampakkan kurma, karena khawatir bahwa
kurma termasuk dari bagian zakat sebab Nabi dilarang untuk menerima
zakat. Sedangkan bukti yang menunjukan sebab ‘ima adalah ketika Nabi
sujud dua kali karena beliau telah melakukan sholat dzuhur 5 rakaat.
Keterangan ini menunjukan bahwasanya siapapun yang melakukan
kesalahan dalam sholat melebihi rakaat maka dianjurkan untuk melakukan
sujud sahwi.
2. Asbab al-wurud khassah dapat diketahui dengan jalan periwayatan,
sedangkan asbab al-wurud ‘ammah dapat diketahui melalui
rekontruksi sejarah dimana hadis tersebut disampaikan. Adanya
rekontruksi sejarah juga diperlukan karena tidak semu hadis sama
dengan asbab al-wurud khassah. Dari sini juga dapat dikatakan adanya
asbab wurud al-‘ammah bentuk pengembangan dari asbab al-wurud
khassah dan sebagai bentuk pengembalian moment akibat verbelisasi
sunnah yang telah hilang.
Asbab al-wurud makro biasa dilakukan dengan cara ijtihat, cara ini
dilakukan ketika adanya periwayatan yang kurang jelas mengenai asbab
al-wurud. Ijtihad bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan hadis-hadis
yang memilki tea yang sama, atau dapat dilakukan dengan mneganalisa
sejarah atau mengambil bacaan dari hermeneutik sosio-kultural yang telah
berkembang pada saat itu. Sehiga proses tersebut dapat menggabungkan
antara ide dari hadis dan konteks munculnya hadis.10
Adapun karya karya yang berhubungan dengan sejarah Arab yaitu:
1. Kitab-kitab Sirah Nabawiyah,
2. Kitab-kitab tafsir al-Qur’an dan syarah Hadis,
3. Kitab-kitab rijal hadis.

10
Widiya Putri, “Asbab al-Wurud dan Urgensinya Dalam Pendidikan”, Al-Tarbawi Al-Haditsah, 1
(2020), 11.

7
F. Faidah Asbāb wurud Al-Hadits dan Implikasinya Terhadap
Penetapan Hukum
Sebagimana urgensi yang di jelaskan di atas tentang hadist yang
memiliki asbāb wurud, perlu kita ingat bahwa tidak semua hadist nabi itu
memiliki asbāb wurudnya yang jelas karena tidak semua hadist nabi itu
dapat di deteksi asbāb wurudnya. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena
beberapa keadaan yang memungkinkan, seperti halnya hilang, tercecer
tidak tertulis, hancur atau terhancurkan karena peradaban keadaan yang
begitu panjang sejak masa nabi. Selain itu, asbāb wurud itu memiliki
faedah yang kuat untuk menjaga asbāb wurud secara terperinci, riwayat
yang digunakan melalui hadist nabi, sahabat ijtihad.

Setelah mengetahui urgensi dan pengertian asbāb wurud dan


disimpulkan bahwasannya faedah asbāb wurud al hadist itu mampu
mempermudah pengimplementasian terhadap penetapan hukum dengan
riwayah dan sumber sumber yang sudah jelas. Implementasi asbabul
wurud dalam penetapan hukum Implementasi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penerapan/penegakan. Sedangkan
implemntasi dalam asbāb wurud adalah rangka menegakkan dan
mengembangkan pemahaman terhadap teks suatu hadist. Sebagimana yang
dapat kita lihat dalam kitab asbāb wurud, dimana asbāb wurud yang ada
dalam kitab tersebut menjelaskan berbagai persoalan-persoalan yang
sedang dihadapi nabi, oleh karena itu penyajian hadist itu dilakukan beliau
melalui ucapan ataupun tindakan.

Semisal kita ambil contoh hadist mengenai aqiqah. Mengenai


pernyataan pertama tentang aqiqah, banyaknya jumlah kambing yang
digunakan untuk aqiqah yakni adanya perbedaan mengenai jumlah untuk
laki laki dan perempuan, yakni laki-laki menggunakan dua ekor kambing
dan perempuan satu ekor kambing. Pernyataan kedua ada yang
mengatakan bahwa jumlah kambing yang digunakan untuk laki-laki
ataupun permpuan itu sama, di mana sekilas pendapat ini ada dalam
mausu’ah al hadist as syarif. Sedangkan dalam riwayat Ibnu Abbas
menyatkan bahwa nabi Muhammad melakukan aqiqah terhadap kedua

8
cucunya, masing masing satu atau dua kambing gibas. 11 Mengenai jumlah
dalam hal ini tidak dilakukan penelitian secara mendalam mengenai
kualitas matan maupun transmisi sanad masing-masing riwayat) tentang
sebagaimana lazim digunakan sebelum melakukan penilaian ataupun
pemahaman terhadap isi atau informasi dalam sebuaha hadis. Namun,
setidaknya secara kuantitas memang harus diakui bahwa riwayat yang
menunjukkan jumlah dua kambing untuk bayi laki-laki dan satu kambing
untuk bayi perempuan lebih banyak dari riwayat-riwayat yang
menunjukkan kesetaraan jumlah didalamnya.

G. Kitab-Kitab yang Membahas Asbāb wurud Al-Hadits


1. Al-Bayan wa at-Ta’rif Asbābil Wurud al-Hadits asy-Syarif karya Ibnu
Hamzah al-Husainy al-Dimasyqi.
2. Asbāb wurud al-Hadits aw al-luma’ fi Asbab al-Wurud al-Hadis karya
Jalaluddin al-Suyuthi.
3. Asbab al-Hadits karya Abu Hafsh al-Akbari, Syaikh al-Qadli Abi
Ya’la Muhammad bin al-Husain al-Fazza’i al-Hanbaliy.
4. Asbab al-hadis karya Abu Hamid ibn Kaznah al-Jabari.

11
Mausu’ah Al-hadist as-Syarif, sunan an-nasa’i, No. Hadist 4148.

9
H. Kesimpulan
Asbabul wurud merupakan gabungan dari kata asbab dan wurud
yang berarti asbab adalah sebab-sebab, sedangkan wurud adalah cara
tersampaikannya hadist. Jadi asbabul wurud adalah ilmu yang menjelaskan
tentang sebab-sebab lahirnya suatu hadis. Adapun salah satu cara utuk
mengetahui asbabul wurud adalah dengan mengetahui hadist itu sendiri
atau dengan melihat pada hadist lain.
Asbāb wurud al-hadis merupakan bagian terpenting dalam ilmu
hadis. Sebab, apa yang disampaikan nabi pada masa itu masih bersifat
kultural. Maka dari itu memperhatikan historitas suatu hadis juga
diperlukan untuk meminimalisir adanya kesalahfahaman.
Setelah mengetahui urgensi dan pengertian asbāb wurud dan
disimpulkan bahwasannya faedah asbāb wurud al hadist itu mampu
mempermudah pengimplementasian terhadap penetapan hukum dengan
riwayah dan sumber sumber yang sudah jelas.
Sedangkan implemntasi dalam asbāb wurud adalah rangka
menegakkan dan mengembangkan pemahaman terhadap teks suatu hadist.
Sebagimana yang dapat kita lihat dalam kitab asbāb wurud, yaitu salah
satunya dalam kitab Al-Bayan wa at-Ta’rif Asbābil Wurud al-Hadits asy-
Syarif karya Ibnu Hamzah al-Husainy al-Dimasyqi. Dimana asbāb wurud
yang ada dalam kitab tersebut menjelaskan berbagai persoalan-persoalan
yang sedang dihadapi nabi, oleh karena itu penyajian hadist itu dilakukan
beliau melalui ucapan ataupun tindakan. Salah contoh implementasi asbab
wurud ini adalah penetapan hokum aqiqoh.

10
DAFTAR PUSTAKA

Marhumah. Ulumul Hadis: Konsep,Urgensi, Objek, Kajian, Metode dan Contoh.


Yogyakarta: SUKA-Press, 2014.
Munawar, Said Agil Husin. Asbabul Wurud: Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan
Sosio-Historis-Konstektual. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2001.
Mausu’ah Al-hadist as-Syarif, sunan an-nasa’i, No. Hadist 4148.
Https://islam.nu.or.id/post/read/107044/ini-sumber-sumber-asbab-wurud-hadits.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis. Bandung: PT Alma’arif, 1974.
Suyuthi (al), Jalaluddin. Asbāb Wurud al-Hadits aw al-luma’ fi Asbab al-Wurud
al-Hadis. Beirut: Daar al-kutub al-‘ilmiyyah, 1984.
Sulaiman. “Asbabul Wurud Hadist Suatu Kajian Tentang Faktor dan Urgensi
Asbabul Wurud Hadis”. Jurnal Sintesa, 2 (2016).
Putri, Widiya. “Asbab al-Wurud dan Urgensinya Dalam Pendidikan”, Al-Tarbawi
Al-Haditsah, 1 (2020).
Zein, Muhammad Ma’shum. Ulumul Hadist & Mustholah Hadist. Jombang:
Darul-Hikmah, 2008.

11

Anda mungkin juga menyukai