Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andra Adi Arta

Kelas : Ilmu Hadits C / Semester 3


Matkul : Ilmu Matan Hadits
Dosen : Drs. Indal Abror, M.Ag

ASBABUL WURUD
Hadis atau sunnah merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi
sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural menduduki
posisi kedua setelah Alquran, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan bayan
(eksplanasi) terhadap ayat-ayat Alquran yang bersifat „am ( umum ), mujmal ( global ) atau
mutlaq.1 Hadis Nabi sebagai sunnah literal –meminjam istilah Fazlur Rahman- harus disadari
tidak muncul dalam vakum kultural, melainkan based on historical fact. Artinya adalah ada
situasi sosiohistoris yang melingkupi, ketika hadis tertentu muncul. Kesadaran ini penting
untuk diingat agar kita mampu memberikan makna terhadap suatu hadis sesuai dengan kaidah
Al-„ibrah bi maqaidiha al-syari‟ah atau yang dijadikan pegangan ialah maqasid asy-syari‟ah
/ tujuannnya.2
Untuk lebih mengetahui makna muncul atau lahirnya sebuah akibat, maka melihat
sebab sebagai sebuah proses menjadi signifikan. Karena itu, mengetahui Asbab al-Wurud
merupakan hal paling penting dalam menunjukkan hubungan dialogal dan dialektika antara
teks dengan realitas, sama halnya dengan Asbab an-Nuzul. Dengan kata lain bahwa
mengetahui Asbab akan memberikan kepada kita berupa materi baru yang memandang teks
dapat merespons realitas, baik dengan menguatkan ataupun menolak, dan menegaskan
hubungan yang dialogis dan dialektik dengan realitas empiris.3

Asbab al-Wurud merupakan susunan idafah, yang terdiri dari dua unsur kata, yaitu
asbab dan wurud. Asbab adalah bentuk jam„( fulral ) dari sabab, yang berarti dengan al-habl (
tali ), saluran yang artinya dijelaskan sebagai segala yang menghubungakan satu benda
dengan benda lainnya sedangakan menurut istilah adalah: ‫“ كل شًء ٌتىصل به الى غبٌته‬
Segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan ”. Ada juga yang mendifinisikan dengan:
suatu jalan menuju terbentuknya suatu hukum tanpa ada pengaruh apapun dalam hukum itu.

1
Muhammad Ali, 2015, ASBAB WURUD AL-HADITS, Jurnal TAHDIS, Volume 6, No. 2, hal. 84
2
Lestari, Lenni, 2015, EPISTEMOLOGI ILMU ASBAB AL-WURUD HADIS, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan
Hadis, Volume 16, No. 2, hal. 265
3
Fadli, Adi, 2014, ASBAB AL-WURUD: ANTARA TEKS DAN KONTEKS. EL-HIKAM: Jurnal Pendidikan dan Kajian
Keislaman, Volume 7, No. 2, hal. 380
Sedangkan kata wurud bisa berarti sampai, muncul dan mengalir seperti: ‫ “ الوبء الذي ٌىرد‬Air
yang memancar atau air yang mengalir.4

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa asbab wurud al-hadits
adalah konteks historisitas, baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang
lainnya yang terjadi pada saat hadis tersebut disabdakan oleh Nabi SAW. ia dapat berfungsi
sebagai pisau analisis untuk menentukan apakah hadis tersebut bersifat khusus, umum,
mutlak atau muqayyad, naskh atau mansukh dan lain sebagainya. Dengan demikian, dalam
perspektif ini, mengetahui asbab wurud al-hadits bukanlah gayah / tujuan, melainkan hanya
sebagai sarana untuk memperoleh ketepatan makna dalam memahami pesan moral suatu
hadis.5

Menurut imam as-Suyuthi Asbab al-Wurud itu dapat dikategorikan menjadi tiga
macam, yaitu: 1) sebab yang berupa ayat al-Qur‟an, 2) sebab yang berupa Hadis itu sendiri 3)
sebab yang berupa sesuatu yang berkaitan dengan para pendengar dikalangan sahabat.
Berikut ini akan dijelaskan satu-persatu mengenai ketiga macam tersebut, yaitu:

1. Sebab yang berupa ayat Alquran. Maksudnya, ayat Alquran itu menjadi penyebab
Nabi saw. mengeluarkan sabdanya. Contohnya antara lain firman Allah swt. yang
berbunyi: ‫الذٌي ءاهنىا ولن ٌلبسىا اسونهن بظلن اولئِك لهن االهي وهن ههتدوى‬
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan
mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dalam memahami ayat di atas, sebagian para sahabat memahami zulm
dengan makna aniaya dan melanggar batas ajaran agama. Dikarenakan oleh
hal inilah kemudian mereka mengadu dan menanyakannya pada Rasulullah,
maka beliau menegaskan bahwa zulm disini maksudnya adalah syirk
(mempersekutukan Allah). 6
2. Sebab yang berupa hadis. Maksudnya, pada waktu itu terdapat suatu hadis namun
sebagian sahabat merasa kesulitan memahaminya, maka kemudian muncul hadis lain
yang memberikan penjelasan terhadap hadis tersebut. Contoh hadis yang berbunyi :

4
Muhammad Ali, 2015, ASBAB WURUD AL-HADITS, Jurnal TAHDIS, Volume 6, No. 2, hal. 85
5
Ibid, hal. 87
6
Budiman, Mamdukh, ASBABUL WURUD DAN HADIS GHORIB, Makalah, Dapat diakses di:
http://www.academia.edu/6205586/ASBABUL_WURUD_HADIS_DAN_GHARIB_HADIS?s=t, hal. 5
.‫اى هلل تعبلى هالئكة فً االرض ٌنطق على السنة بنً ادم بوب فً الوزء هي خٍز او شزا‬

“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat


berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang”.

Dalam memahami hadis tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan, maka
mereka bertanya: Ya rasul!, bagaimana hal itu dapat terjadi? Maka Nabi SAW.
menjelaskan lewat sabdanya yang lain sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh
Anas ibn Malik. Suatu ketika Nabi saw. bertemu dengan rombongan yang membawa
jenazah. Para sahabat kemudian memberikan pujian terhadap jenazah tersebut seraya
berkata: “Jenazah itu baik”. Mendengar pujian tersebut, maka Nabi saw. berkata:
“wajabat” (pasti masuk surga) dengan mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Kemudian Nabi saw. bertemu lagi dengan rombongan yang membawa jenazah lain.
Ternyata para sahabat mencelanya, seraya berkata: “Dia itu orang jahat”. Mendengar
pernyataan itu, maka Nabi berkata: “wajabat”.

Ketika mendengar komentar Nabi saw. yang demikian, maka para sahabat
bertanya: “Ya rasul!, mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji,
sedangkan terhadap jenazah kedua tuan ikut mencelanya. Engkau katakan kepada
kedua jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia benar. Lalu
Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah swt. memiliki
para malaikat di bumi. Melalui mulut merekalah malaikat akan menyatakan tentang
kebaikan dan keburukan seseorang.7

3. Sebab yang berupa perkara yang berkaitan dengan para pendengar di kalangan
sahabat. Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid bin
Suwaid ats-Tsaqafi. Pada waktu Fath Makkah (pembukaan kota Mekah) beliau pernah
datang kepada Nabi SAW seraya berkata: “Saya bernazar akan shalat di Baitul
Maqdis”. Mendengar pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi bersabda: “Shalat disini,
yakni Masjidil Haram itu lebih utama”. Nabi SAW lalu bersabda: “Demi Dzat yang
jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu shalat disini (masjid al-
Haram Makah), maka sudah mencukupi bagimu untuk memenuhi nazarmu”.
Kemudian Nabi SAW, bersabda lagi: “Shalat di masjid ini, yaitu Masjid al-Haram itu

7
Muhammad Ali, 2015, ASBAB WURUD AL-HADITS, Jurnal TAHDIS, Volume 6, No. 2, hal. 89
lebih utama dari pada 100 000 kali shalat di selain masjid al-Haram”. ( H.R.
Abdurrazzaq dalam kitab al-Mushannafnya ).

Asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat peting dalam rangka memahami
suatu hadis. Adapun urgensi dan signifikansi asbabul wurud menurut Imam as-Suyuthi antara
lain untuk:

1. Menentukan adanya takhshish (pengkhususan) hadis yang bersifat umum ( „am ).


2. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak.
3. Mentafshil (memerinci) hadis yang masih bersifat global.
4. Menentukan ada atau tidak adanya naskh-mansukh dalam suatu hadis.
5. Menjelaskan „illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.
6. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil ( sulit dipahami ).8

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, 2015, ASBAB WURUD AL-HADITS, Jurnal TAHDIS, Volume 6, No. 2,
83-97

Budiman, Mamdukh, ASBABUL WURUD DAN HADIS GHORIB, Makalah, Dapat diakses di:
http://www.academia.edu/6205586/ASBABUL_WURUD_HADIS_DAN_GHARIB_H
ADIS?s=t

Fadli, Adi, 2014, ASBAB AL-WURUD: ANTARA TEKS DAN KONTEKS. EL-HIKAM: Jurnal
Pendidikan dan Kajian Keislaman, Volume 7, No. 2, 380-394

Kamilia, Fithrotul, 2016, ASBABUL WURUD. Makalah, dapat diakses di: http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/3103/9/BAB%20IV%20hlm%2075-93.pdf

Lestari, Lenni, 2015, EPISTEMOLOGI ILMU ASBAB AL-WURUD HADIS, Jurnal Studi
Ilmu-Ilmu al-Qur‟an dan Hadis, Volume 16, No. 2, 265-285

8
Fithrotul Kamila, 2016, ASBABUL WURUD. Makalah, dapat diakses di: http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/3103/9/BAB%20IV%20hlm%2075-93.pdf, hal. 8-9

Anda mungkin juga menyukai