Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

ILMU ASBABUL WURUD


Syifa Maulina

Syifa Maulina

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ILMU ASBAB AL-WURUD SERTA CONT OH-CONT OH HADISNYA


Agus Kusman

Revisi Makalah Ulumul Hadis t ent ang "ASBABUL WURUD"


Wulan Sipahut ar

ASBABUL WURUD
Dika Darmina
ILMU ASBABUL WURUD

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

SYIFA MAULINA (0305182098)

INAYAH RIZKI KHAESARANI (0305181049)

ANGGI SYAH PUTRI DALIMUNTHE (0305182147)

DOSEN PENGAMPU : Dr. H. MUHAMMAD ROZALI, MA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

TAHUN 2018
A. Pendahuluan
Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Dengan
berpedoman pada hadits, seseorang akan dapat memahami ajaran agama yang terdapat
dalam Al-Qur’an secara benar. Saat manusia dihadapkan pada permasalahan hukum
yang tidak ditemukan jawabannya secara rinci dalam Al-Qur’an, mereka diperintahkan
untuk mencari jawabannya dalam hadits-hadits nabi.

Berawal dari sini, maka hadits nabi memiliki beberapa fungsi, diantaranya
adalah sebagai penjelas isi Al-Qur’an. Untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an terkadang
membutuhkan penjelasan-penjelasan lebih lanjut. Maka kehadiran hadits pada kondisi
seperti ini sangat dibutuhkan. Penjelasan Al-Qur’an yang bersumber dari hadits,
merupakan satu-satunya referensi yang sah. Atau dengan kata lain, hanya penjelasan dari
nabi itulah yang semestinya harus dijadikan sebagai landasan hukum untuk memahami
Al-Qur’an. Jika dalam kenyataannya ada beberapa penjelasan selain dari hadits, maka
penjelasan itu harus dinomor duakan. Penjelasan lain selain hadits tidak boleh
mengalahkan penjelasan yang berasal dari hadits nabi.

Permasalahan selanjutnya adalah dalam memahami sebuah hadits itu sendiri


juga membutuhkan ilmu. Untuk memahami sebuah hadits, dibutuhkan ilmu khusus yang
mengkaji tentang asal usul yang berhubungan dengan hadits itu sendiri. Dan salah satu
ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ilmu asbabul wurud.

B. Ilmu Asbabul Wurud


1. Pengertian Asbabul Wurud
Secara etimologi, asbab al-wurud merupakan susunan gabungan kata yang
berasal dari kata asbab dan al-wurud. Kata asbab adalah bentuk jamak dari kata sabab
yang berarti habl, yaitu tali atau segala sesuatu yang menghubungkan dengan yang lain.1
Pengertian asbabul wurud secara etimologi atau secara bahasa terdiri dari dua
bagian kata, yang masing-masing kata memiliki makna tersendiri. Makna kata yang

1
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, (Jakarta: Amzah, 2014), h. 177.
pertama, yaitu kata asbab. Kata asbab merupakan bentuk jamak dari sabab yang berarti
segala sesuatu yang dapat saling menghubungkan antara satu dengan yang lainnya. Jadi,
makna kata asbab adalah sebab-sebab atau alasan hadirnya suatu hadits yang
disampaikan melalui Rasulullah saw. kepada para sahabatnya.
Sementara itu, kata al-wurud merupakan bentuk ism mashdar dari warada-
yaridu-wurudan yang artinya datang atau sampai.2
Selanjutnya, kata al-wurud yang merupakan bentuk ism mashdar yang berarti
datang atau sampai. Jadi, makna kata al-wurud adalah turunnya atau datangnya suatu
hadits yang disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada para sahabatnya.
Dengan demikian, secara sederhana asbab wurud al-hadits dapat diartikan
dengan sesuatu yang menjadi sebab timbulnya suatu hadis. Sementara itu secara
terminologi, asbab wurud al-hadits mempunyai beberapa definisi.3
Setelah penulis analisis, adapun pengertian asbabul wurud secara terminologi
atau istilah adalah sebab-sebab munculnya suatu hadits yang disampaikan Nabi
Muhammad saw. kepada sahabat-sahabatnya dalam meluruskan dan menegakkan ajaran
Islam agar para sahabat tidak melenceng dari ajaran Islam.

Sebagian ulama memberikan definisi sebagai berikut.

‫علم يعرف به اسبا ب ورد احلد يث ومنا سبا ته‬


Artinya: Ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya hadits dan beberapa
hal-hal yang relevan dengannya.4
Nuruddin Itr, mendefinisikannya dengan

‫ث ُمتَ َح ِّد ًث َع ْنهُ َ ماََّ ََ ُوُُو ْْ ِعه‬


ُ ْ‫َما َوَر َدا ْحلَ ِدي‬
Artinya: Sesuatu yang memberitakan datangnya suatu hadits pada hari-hari
terjadinya.5
2
Ibid.
3
Ibid.
4
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 296.
Dapat disimpulkan dari definisi kedua hadits di atas bahwa ilmu asbab wurud
al-hadits adalah ilmu yang membahas segala kejadian, baik berupa kasus maupun
pertanyaan yang menjadi penyebab datangnya suatu hadits.

2. Urgensi Ilmu Asbabul Wurud dalam Studi Hadits


Urgensi Asbab al-Wurud terhadap hadits, sebagai salah satu jalan untuk
memahami kandungan hadits, sama halnya dengan urgensi Asbabul an-Nuzul terhadap
Al-Qur’an. Maka dengan memahami Asbab al-Wurud ini, dapat dengan mudah
memahami apa yang dimaksud atau yang dikandung oleh suatu hadits.6
Berdasarkan dari kutipan ini sebelum mempelajari suatu hadits terlebih dahulu
harus memahami ilmu asbabul wurud. Ilmu asbabul wurud memiliki peran sangat
penting dalam memahami suatu hadits. Hal ini karena hadis yang disampaikan
Rasulullah saw. adakalanya bersifat kasuistik maupun kultural. Oleh sebab itu, jika ilmu
asbabul wurud diabaikan dan hadits hanya dipahami secara tekstual saja, maka yang
akan terjadi adalah pemahaman syariat terhadap hadits menjadi sempit, kaku, dan tidak
sesuai dengan perkembangan zaman apalagi pada zaman era globalisasi seperti sekarang
ini. Akibatnya, Islam yang seharusnya berlaku sepanjang zaman justru dipandang
sebelah mata dan akhirnya ditinggalkan oleh orang-orang. Maka, hendaklah sebagai
seorang muslim sebaiknya memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai ilmu
asbabul wurud ini.

Adapun urgensi asbabul wurud al-hadits menurut Imam as-Suyuthi antara lain,
yaitu:
a. Menentukan adanya takhshish (mengkhususkan) yang bersifat umum.
b. Membatasi pengertian hadits yang masih mutlak.
c. Mentafshil (memerinci) hadits yang masih bersifat global.
d. Menentukan atau tidak adanya naskh-mansukh dalam suatu hadits.
e. Menjelaskan „illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.

Itr Nuruddin, Manhaj Al-Nawd fi ‘Ulum Al-Hadits, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1997), h. 334.
5
6
Muhammad Nuh Siregar, Ulumul Hadis, (Medan: UINSU, 2018), h. 51.
f. Menjelaskan maksud suatu hadits yang masih musykil (sulit dipahami).7
Urgensi asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memahami suatu hadits agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan maksud
dari suatu hadits serta berfungsi untuk menolong menafsirkan suatu hadits kepada orang-
orang awam yang belum memiliki banyak pengetahuan mengenai ilmu asbabul wurud
ini.

3. Contoh Aplikasi Ilmu Asbabul Wurud


a. Thaharah (Bersuci)
Adapun satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan
Ibnu Hibban yang berbunyi:

‫ املاء ال ينجسه‬: ‫ ُال رسْل هللا صلى هللا عليه و سلم‬: ‫شيئ عن ابن عباس ُال‬
Artinya: Dari Ibnu „Abbas, dia berkata: “Rasulullah saw telah bersabda: “Air
itu tidak akan menjadi najis dengan sebab apapun”.

Asbabul Wurud:
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i dari Abu
Sa’id al-Khudri, dia berkata: “Pada waktu saya melewati Rasulullah saw, saat itu beliau
sedang berwudhu dengan menggunakan air sumur Budha‟ah. Padahal sumur itu kadang
biasa untuk membuang kotoran atau sampah. Maka saya bertanya: “Mengapa engkau
berwudhu dengan air sumur Budha’ah tersebut? sementara sumur itu sering dijadikan
tempat membuang barang-barang yang kotor bahkan berbau bacin.” Maka Nabi saw.
bersabda:

‫املاءال ينجسه شيئ‬


Artinya : Air itu tidak akan menjadi najis oleh sebab apapun.8

7
Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan
Sosio-Historis-Konteksrual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 13.
8
Ibid. Lihat juga: Khon, Takhrij, h. 48-49.
Dari contoh-contoh yang ada, penulis memilih 3 contoh aplikasi ilmu asbabul
wurud diantaranya, thaharah, shalat, dan puasa. Penulis memilih ketiga contoh
tersebut karena contoh aplikasi ini sangat erat dengan perbuatan atau perilaku seorang
muslim yang ada di seluruh dunia. Oleh sebab itu, penulis memilih ketiga contoh
tersebut sebagai contoh pengaplikasikan dalam memahami ilmu asbabul wurud.
Contoh pertama adalah thaharah, thaharah adalah membersihkan diri dari hadas dan
najis yang keluar baik dari qubul dan dubur manusia. Thaharah dilakukan dengan
cara yang berbeda-beda berdasarkan bentuk dan zatnya. Thaharah sangat dianjurkan
agar terhindar dari hadas dan najis yang dapat mengakibatkan penyakit dan
membatalkan hal-hal seperti wudhu dan sholat. Kemudian, untuk melakukan thaharah
ada dua jenis alat yang digunakan untuk membersihkan diri dari hadas dan najis,
yaitu air dan debu. Apabila tidak ada air, maka seorang muslim dapat menggantikan
air dengan debu dalam shalat dikarenakan air tidak dapat menjadi najis oleh sebab
apapun. Rasulullah saw. sendiri yang sudah memastikannya kesucian dari air yang
mengalir dari setiap mata air.

b. Shalat
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majjah dan al-Hakim
yang berbunyi:

‫ إن هللا ومالئكته يصلْن على الصف االول‬: ‫عن الرباء َن النيب ملسو هيلع هللا ىلص ُال‬
Artinya: Diriwiyatkan dari al-Barra‟ bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (Artinya Allah
mencurahkan rahmat-Nya dan malaikat memohonkan istigfar) untuk orang-orang
yang shalat di shaf (barisan) pertama.

Asbabul Wurud:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Syaibah, dari Mujahid beliau berkata: Rasulullah
saw. suatu ketika pernah melihat suatu barisan shalat yang didepan tidak rapi/lurus.
Maka beliau kemudian bersabda:

‫إن هللا ومالئكته يصلْن على الصفْف االول‬


Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat untuk orang-
orang yang berada di shaf pertama.

Mendengar sabda Nabi tersebut, orang-orang lalu berdesak-desakkan untuk


meraih shaf pertama.9
Contoh aplikasi ilmu asbabul wurud yang kedua adalah shalat. Rasulullah saw.
menjelaskan bahwa orang-orang yang memilih shalat berjama’ah di shaf pertama maka
Allah dan para malaikatnya senantiasa bershalawat dan memberikan ridho serta rahmat-
Nya kepada orang-orang melakukannya. Oleh sebab itu, hendaklah sebagai seorang
muslim memiliki kesadaran untuk terlebih dahulu mengisi dan memenuhi shaf pertama
dalam melakukan shalat berjama’ah agar shalatnya lebih „afdol dan khusyuk.

c. Puasa
Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabrani yang berbunyi:

‫ ليس من اَ بر‬: ‫ ُال رسْل هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬: ‫عن كعب بن عاصم اال شعارى ُال‬
‫اَ صيا َ ىف اَ سفر‬
Artinya: Diriwayatkan dari Ka‟ab bin ‟Ashim al-Asy‟ari, beliau berkata:
Rasulullah SAW. pernah bersabda: Bukanlah hal yang baik, orang yang
berpuasa dalam bepergian.

Asbabul Wurud:
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Albukhori dan Muslim dari Jabir bin
Abdullah, beliau berkata: “Rasulullah Saw. suatu ketika pernah berada dalam perjalanan.
Ketika itu beliau melihat seseorang sedang dikerumuni orang banyak dan diberikan

9
Ibid.h. 82-83.
naungan untuknya. Mereka berkata: “Orang ini sedang puasa ya Rasul”. Maka
Rasulullah saw. bersabda:

‫ليس من الرب َن تصْ مْا ىف السفر‬


Artinya: Tidak termasuk hal yang baik, kamu sekalian berpuasa pada waktu
bepergian.10

Adapun contoh ketiga dari aplikasi ilmu asbabul wurud adalah puasa. Hadits di
atas menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menganjurkan kepada orang-orang yang
sedang musafir atau bepergian untuk tidak berpuasa ketika mereka melakukan
perjalanan jauh. Dan orang-orang yang berpuasa ketika mereka sedang melakukan
musafir atau bepergian merupakan suatu hal yang tidak baik karena dapat
mengganggu kesehatan jasmani maupun rohani pada dirinya. Oleh sebab itu,
Rasulullah saw. menganjurkan untuk tidak berpuasa ketika sedang melakukan
musafir atau bepergian.

Penutup

Asbabul wurud al-hadits merupakan konteks sejarah yang melatarbelakangi


munculnya suatu hadits. Ia dapat berupa peristiwa atau pertanyaan yang terjadi pada
saat hadits itu disampaikan Nabi saw. Dengan lain ungkapan, asbabul wurud adalah
faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya suatu hadits.

Sebagai salah satu disiplin ilmu dalam studi hadits asbabul wurud mempunyai
peranan yang sangat signifikan dalam rangka untuk memahami maksud suatu hadits
secara lebih baik. Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud, cenderung dapat
terjebak kepada arti tekstual saja dan bahkan dapat membawa pemahaman yang
keliru.

10
Ibid.h. 108-109.
Diantara fungsi dari mengetahui asbabul wurud adalah untuk menentukan ada
tidaknya takhshish dalam suatu hadits yang umum, membatasi kemutlakan suatu
hadits, memerinci yang masih global, menentukan ada tidaknya naskh mansukh
dalam hadits, menjelaskan „illat ditetapkannya suatu hukum, dan menjelaskan hadits
yang sulit dipahami (musykil).
Daftar Pustaka

Khon, Abdul Majid. Takhrij dan Metode Memahami Hadis. Jakarta: Amzah, 2014.

Munawwar, Said Agil Husin, dkk. Asbabul Wurud Studi Kritis Hadis Nabi
Pendekatan Sosio-Historis-Konteksrual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Nuruddin, Itr. Manhaj Al-Nawd fi „Ulum Al-Hadits. Damaskus: Dar Al-Fikr, 1997.

Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan


Bintang, 1976.

Siregar, Muhammad Nuh. Ulumul Hadis. Medan: UINSU, 2018.

Anda mungkin juga menyukai