OLEH :
RAJA MOHAMMAD YUSUP PAKAR
ROLINNY ITTIQAIYAH
MUHAMMAD ALI
1
2. Menurut Imam Jalaluddin Abdurrahman al-Sayuti pada kitabnya Al-
Luma’ fi Asbab al-Wurud al-Hadits:
Sesuatu yang menjadi jalan untuk menentukan maksud suatu hadits yang
bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad, atau untuk menentukan ada
tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadits, atau yang semisal dengan hal
itu.
3. Abdul Mustakim mendefinisikan:
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab dari masa Nabi menuturkan
sabdanya. Atau ilmu yang mengkaji ttentang hal-hal yang terjadi di saat hadits di
sampaikan, berupa peristiwa atau pertanyaan, yang hal itu dapat membantu atau
menentukan maksud suatu hadits yang bersifat umum atau khusus, mutlaq atau
muqayyad, atau untuk menentukan ada tidaknya naskh (penghapusan) dalam
suatu hadits, atau yang semisal dengan hal itu.
Dari sekian banyak defenisi dapat ditarik kesimpulan bahwa asbabul
wurudadalah konteks historisitas, baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan
atau lainnya yang terjadi pada saat hadis itu disampaikan oleh Nabi Saw.
2
kultural yang bagaimana Nabi waktu itu menyampaikannya. Tanpa
memperhatikan konteks historisitasnya seseorang akan mengalami kesulitan
dalam menangkap dan memahami makna suatu Hadis, bahkan ia dapat terperosok
ke dalam pemahaman yang keliru. Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat
penting dalam diskursus ilmu Hadis, seperti pentingnya asbabun nuzul dalam
kajian tafsir al-Qur’an.
Dalam kaitannya dengan Asbâb al-Nuzûl/Asbâb al-Wurûd sebagaian kecil
ulama mengemukakan kaedah yang menjadi patokan dalam memahami teks
adalah sebab khususnya, bukan keumuman teksnya).
Setiap Asbâb al-Nuzûl/Asbâb al-Wurûd mencakup 3 (tiga) hal pokok,
yaitu : peristiwa, pelaku dan waktu dan tempat. Tidak mungkin kita akan mampu
menggambarkan adanya sesuatu peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu di tempat tertentu dan tanpa memahami siapa pelakunya.
اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َلْم َيْلِبُسوا ِإيَم اَنُهْم ِبُظْلٍم ُأوَٰل ِئَك َلُهُم اَأْلْم ُن َو ُهْم ُم ْه
Artinya, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat tersebut oleh para sahabat dipertanyakan, khususnya pada kata zalim.
Karena mereka semua tidak bisa terlepas dari kezaliman, yakni kezaliman yang
dimaksud para sahabat adalah tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Kemudian Rasul SAW menjelaskan bahwa yang dimaksud kezaliman dalam ayat
tersebut adalah syirik, dengan menyebutkan Surat Lukman ayat 144.
3
ِإَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َع ِظ يٌم
2. Hadits.
Selain Asbabul wurud bersumber dari Al-Qur’an, juga bisa bersumber dari
hadits, baik dari hadits yang masih satu redaksi atau satu riwayat atau hadits lain
yang masih setema. Misalnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Ḥākim dalam Al-Mustadrak-nya bahwa malaikat yang ada di bumi akan berbicara
dengan bahasa manusia.
إن هلل مالئكة تنطق على ألسنة بني آدم بما في المرء من الخير والشر.
Artinya, “Sungguh Allah SWT memiliki malaikat yang berbicara dengan bahasa
manusia atas hal yang baik dan buruk.” Hadits ini bagi para ulama tentu musykil,
bagaimana bisa seorang malaikat berbicara dengan bahasa manusia? Ternyata
dalam riwayat yang lebih lengkap, Rasul SAW mendoakan dua jenazah dengan
doa yang berbeda. Jenazah yang pertama didoakan agar selamat sedangkan
jenazah yang kedua sebaliknya. Namun Rasul SAW hanya menggunakan kata
“wajabat” saja, (Lihat Al-Ḥākim, Al-Mustadrak, [Beirut, Dārul Marifah: tanpa
tahun], juz II, halaman 118). Maka dari itu, yang dimaksud berbicara dengan
bahasa manusia adalah bahasa “wajabat” yang diucapkan Rasul untuk mendoakan
dua jenazah yang berbeda tersebut dapat ditangkap oleh malaikat walau hanya
diucapkan sepotong.
4
Hal ini bisa dilihat dari kaul sahabat yang berkaitan dengan hadits tersebut,
seperti hadits yang menunjukkan tentang keutamaan melakukan shalat di Masjidil
Haram Makkah.
صالة في هذه المسجد أفضل من مائة ألف صالة فيما سواه من المسجد.
Artinya, “Melakukan salat di masjid ini lebih utama daripada seratus ribu salat
yang dilakukan di masjid yang lain.” (Lihat Abdur Razzāq, Muṣannaf Abdir
Razzāq, [Beirut, Muasasatur Risālah: tanpa tahun], juz II, halaman 139).
Munculnya hadits ini bukan dari ruang kosong. Suatu hari, seorang sahabat
bernama As-Sarīd datang kepada Nabi SAW dan menceritakan nazarnya, yaitu
jika Fatḥu Makkah terjadi ia akan melakukan salat di Baitul Maqdis. Nabi
mencegahnya dengan mengatakan bahwa shalat di masjid ini lebih pantas dan
lebih layak. Rasul kemudian mengucapkan hadits di atas. Wallahu a’lam.
5
makna dalam sebagian ayat-ayat dan hadis. Bahkan dapat mengetahui keadaan
Rasulullah Saw pada saat kemunculan hadis, apakah sebagai seseorang Rasul,
atau sebagai qadhi dan mufti, atau sebagai pemimpin suatu masyarakat, atau
sebagai manusia biasa. Situasi dan kondisi masyarakat saat hadis itu disampaikan
juga dapat diketahui. Secara keseluruhannya, urgensi asbab al-wurud dalam
pemahaman hadis tidaklah jauh berbeda dengan fungsi asbab al-wurud itu sendiri
karena pada akhirnya yang didapatkan adalah pemahaman sebuah hadis yang
lebih mendalam, lebih tepat, tidak terpesong makna maknanya dan juga dapat
mengetahui keadaan waktu hadis itu diucapkan termasuk siapa yang terlibat,
dimana tempatnya dan apa juga kondisinya.
6
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/ini-sumber-sumber-asbab-wurud-
hadits-4LwGS
Sumber: Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap!
https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Sumber: https://www.researchgate.net/publication/343015440_Asbab_al-
wurud_dan_Urgensinya_dalam_Pendidikan
https://www.ahdabina.com/asbabul-wurud-pengertian-contoh-fungsi-dan-
macamnya/
___