Makalah
Oleh:
KELAS 2A
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2023
A. PENDAHULUAN
Dalam hukum Islam, Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah
Al-Quran. Penetapan untuk menentukan hadis mengacu pada tiga hal, yaitu
Al-Quran itu sendiri, kesepakatan (ijma’), dan logika akal sehat (ma’qul).
Al-Quran menegaskan bahwa Rasulullah SAW menjelaskan makna dari
firman Allah (QS. 16:44). Oleh karena itu, apa yang dikatakan Nabi harus
diikuti, bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus diikuti oleh umat Islam.
Dari masa sahabat hingga saat ini, ulama telah menyepakati keputusan
hukum, yang berdasarkan sunnah Nabi, khususnya dalam pedoman tindakan.
Keabsahan hadis sebagai sumber hukum juga menegaskan fakta bahwa Al-
Quran hanya memberikan penjelas dan petunjuk umum yang memerlukan
penjelas dan lebih detail untuk diperkenalkan dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian, validitas hadis sebagai sumber lain secara logis dapat
diterima.
B. METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka
yang digunakan sebagai bahan rujukan. Yang terdiri dari buku dan jurnal
sebagai referensi dalam penulisan makalah ini.
C. PENGERTIAN
Hadis secara bahasa memiliki arti kabar. Definisi hadis mempunyai
cakupan yang luas dari berbagai sumber dan menurut para ahli. Hadis tidak
hanya ucapan, perbuatan dan persetujuan Nabi SAW. Tetapi juga mencakup
sifat-sifat fisik, sifat-sifat non fisik serta mencakup seluruh biografi nabi
sejak lahir sampai beliau wafat.
Hadis merupakan sebuah sumber hukum/ajaran Islam kedua setelah
Al-Quran. Hadis atau sunnah disebut juga atsar atau akhbar, yang berfungsi
sebagai penjelas dari isi/makna yang terkandung dalam Al-Quran. Seperti
yang terdapat dalam Al-Quran tentang ayat yang memerintahkan manusia
untuk mendirikan sholat dan membayar zakat, dalam hal ini hadis berfungsi
untuk menjelaskan secara terperinci tentang bagaimana melaksanakan sholat
dan membayar zakat.
Segala sesuatu butuh cara untuk mengetahui maksud tertentu, begitu
pula dengan hadis nabi membutuhkan metode pemahaman agar hadis itu
mudah diketahui, dimengerti, dipahami, kemudian diamalkan. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur
berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud (dalam ilmu
pengetahuan tersebut). Cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat
melaksanakan suatu kegiatan denagn mudah guna mencapai sesuatu maksud
yang ditentukan. Pemahama berasal dari kata paham yang berarti pengertian,
pendapat atau pikiran, aliran atau halauan pandangan, mengerti benar, pandai
dan mengerti benar (tentang suatu hal). Sementara pemahaman adalah
proses, cara perbuatan memahami atau memahamkan. Jadi, metode
pemahaman hadis adalah cara yang ditempuh seseorang untuk memahami
hadis.
D. ISI
1. Fungsi dan posisi hadis sebagai sumber hukum Islam
2. Perbedaan cara memahami hadis dari waktu ke waktu
a. Pemahaman tekstual
Memahami hadist seadanya pada teks yang terdapat
pada hadist (lafzhiyah). Hadist dapat dipahami secara
tekstual apabila tidak dapat dipahami dapat ditempuh
dengan pemahaman kontektual. Contoh seperti
لمBBلى رواه مسBB اصBوىنBB( صلوا كما رأيتمshalatlah kamu sebagaimana kalian melihat
aku sholat)
Hadist tersebut dalam dipahami dalam teks hadist itu sendiri, contoh hadist
lain
ارىBBر رواه البخBBف العشBBح نصBB( فيما سقت السماء والعيون العشر وفيما سقي ابلنضHasil panen
yang diairi oleh tadah hujan dan mata air kewajiban mengeluarkan zakatnya
sepersepuluh (10 %), dan pada tanaman yang disiram dengan kincir air(alat),
wajib zakatnya seperduapuluh (5%)).
Hadist ini dapat dipahami secara tekstual dan banyak hadist lainnya.
b. Pemahaman Kontekstual
Hadist dapat juga dipahami secara kontekstual dengan
melihat aspek-aspek diluar teks dan dapat dipahami
dengan ada kaitanya secara geografis sosiokultural dan
lain-lain.
Pemahaman asbab wurud al hadis
Hadist memiliki latar belakang historis, ada yang
diriwayatkan dikarenakan faktor tertentu, ada
yang memiliki faktor belakang tertentu, datang
secara tiba-tiba, seperti al-qur’an yang turun
tanpa sebab, ada yang turun karena kejadian,
kejadian yang dialami para rasul dan sahabatnya,
seperti hal nya hadist. Hadist memiliki latar
belakang asbab wurud sebab mengetahui itu
akan mempermudah pemahaman terhadap
hadist.
Seperti hadist yang diriwayatkan oleh bukhari
dan muslim:
“ ( قال رسول هلال ص م اذا جاء احد كم اجلمعة فليغتسلRasulullah saw bersabda apabila
kamu sekalian hendak dating (menunaikan shalat) Jumat maka hendaklah dia
mandi).
Pemahaman geografis
Memberi pemahaman kepada hadist dimana
hadist itu diucap karena jika dipahami secara
tekstual tidak akan tepat untuk lokasi lain,
seperti riwayat imam al-tirmudzi:
( ما بني املشرق واملغرب قبلةArah antara timur dan barat adalah kiblat).
Disabda oleh rasul saat berada di madinah sebelah utara ka’bah, makna
hadist tersebut sangat tepat bagi penduduk madinah akan tetapi tidak berlaku
terhadap kota dan negara lain. Oleh karena itu pemahaman kontekstual
dengan melihat lokasi agar tepat atau tidaknya.
ارىB( اليصلني احدكم العصر اال ىف بىن قريظة رواه البخJanganlah salah seorang kamu
shalat ashar kecuali di bani quraizhoh).
Pemahaman sosio-kultural
Dengan cara mengkaitkan hadist dengan kondisi
masyarakat, misal hadist yang membolehkan
meludah dimasjid waktu sholat ke sebelah kiri
atau bawah telapak kaki kiri.
فBBعن انس ابن مالك قال قال رسول هلال ص م اذا كان احدكم ى
الصالة فانه يناجى ربه فال
لمBBه رواه مسBBاله حتت قدمB ولكن عن مشB( يبزقن بني يديه وال عن ميينهDari Anas bin Malik
Dia berkata Rasulullah saw bersabda: Apabila salah seorang kamu dalam
keadaan shalat sesungguhnya dia sedang bermunajat kepada tuhannya, maka
janganlah meludah diantara tanganya dan kesebalah kanannya, akan tetapi
kesebelah kiri dibawah telapak kakinya”. (H.R Muslim)).
Itu merupakan persoalan biasa, karena masjid masih berlantai tanah dan
padang pasir belom ada keramik atau marmer, sehingga ludan dapat
langsung diserap oleh tanah atau pasir, udara yang panas membuat bakteri
bakteri tidak dapat hidup, berbeda dengan zaman sekarang, jika meludah
mengotori masjid serta bahaya bagi kesehatan dan jama’ah akan menjauh
karena dianggap kotor jika masjid sudah menggunakan marmer atau
keramik.
E. ANALISIS
F. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Syarifudin, Amir, Haji, _Ushul Fiqh – Cet. 1._ Jakarta : Logos Wacana Ilmu
1997
Drs, Mudasir,Haji, _Ilmu Hadis- Cet. 1._ Bandung : Pustaka Setia, 1999
Pulungan, Suyuthi, _Fiqh Siyasah : ajaran, sejarah dan pemikiran Cet. 5._
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002
Abu Zahroh, _Ushul Fiqh_ , Bulan Bintang, Jakarta, 1980
Al-Shiddieqie, T.M. Hasbi, _Pengantar Ilmu Fiqh,_ Bulan Bintang, Jakarta,
1999
Zumrodi, “ _Respon Hadis Terhadap Budaya Masyarakat Arab_ “, hal. 124-127
Muhammad Asriyadi, _Metode Pemahaman Hadis_ , Ekspos/Gowa, 2021,
hal.314-322