Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARIAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulumul Hadits merupakan suatu disiplin ilmu agama yang sangat penting,
terutama untuk mempelajari dan menguasai Hadits secara baik dan tepat. Dilihat
dari fungsinya, Ulumul Hadits mempunyai peran penting terhadap Hadits. Seperti
halnya kedudukan Ulumul Qur’an terhadap Al-Qur’an. Dengan demikian, antara
Hadits dengan Ulumul Haditspun memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Ulumul al-Hadits merupakan rangkaian kata dari kata ‘Ulum dan Hadits. Kata
‘Ulum adalah bentuk jamak dari kata ‘Ilm yang artinya adalah pengetahuan. Dengan
demikian secara umum Ulumul Hadits adalah serangkaian ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk mengkaji Hadits dari segi periwayatan dan kodifikasinya, atau dari
segi shahih dan dha’ifnya hadits. Secara sederhana dapat dipahami pula, Ulumul
Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas mengenai hadits. Menurut Ibn Jama’ah,
Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu tentang dasar-dasar yang digunakan untuk
mengetahui keadaan sanad dan matan yang bertujuan untuk mengetahui status
hadits apakah shahih atau tidak.1 Menurut as-Suyuthi, Ulumul Hadits adalah ilmu-
ilmu tentang pokok-pokok yang dipergunakan untuk mengetahui keadaan sanad
dan matan.
1
Drs. M. Syakur Sf., M.Ag., ‘Ulumul Hadits:Kajian Mushthalah dan Sejarah, (Kudus: MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009), hal. 95-96
1. Ilmu Hadis Riwayah
Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mencakup pemindahan dan periwayatan
segala sesuatu yang disandarkan kepada rasulillah SAW. Berupa sabda-sabda yang
beliau ucapkan dan perilaku yang tindakan atau ketetapan beliau (yakni sesuatu
yang dikerjakan dihadapkan nabi dan beliau mendiamkannya menetapkannya
dengan sikap) atau sifat-sifat beliau (yaitu kepribadian nabiyullah SAW. Dan kisah
perjalanan hidup beliau sebelum diutus dan sesudahnya). Bahasan ilmu hadits
riwayah adalah pribadi rosulillah SAW. Dari segi ucapan, tindakan dan ketetapan-
ketetapan.Sedangkan faidah / buah ilmu hadits riwayah adalan untuk menjaga
sunnah an-nabawiyyah, yang didalamnya terkandung pula faidah melestarikannya
agar tidak musnah, mengetahui dan menyebarkannya diantara kaum muslimin
dengan sungguh-sungguh serta tidak terkikisnya sunnah an-nabawiyyah.
Ilmu hadits diroyah disebut juga ilmu ushul al-hadits atau ushul riwayatul-
hadits atau ilmu mushtholah al-hadits atau ilmu mushtholah ahli atsar. Nama ini,
yakni ilmu mushtholah hadits atau ilmu mushtholah ahli atsar adalah yang
termasyhur dan lebih gamblang. Nama ini lebih menunjukkan objek yang dimaksud
didalamnya tidak terdapat sesuatu yang samar dan menjadikan salah faham.
2
M. Shohibul Hilmi, Terjemahan Kitab Mustholahul Hadits Revisi 2, hal. 01.
B. Cabang – Cabang Ulumul Hadits
1. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
Yaitu Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan kepada
para perawi dan tentang penta`dilannya (memandang adil para perawi) dengan
memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu.
Maksudnya al-Jarh (cacat) yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan “sifat
jelek” yang melekat pada periwayat hadis seperti, pelupa, pembohong, dan
sebagainya. Apabila sifat itu dapat dikemukakan maka dikatakan bahwa periwayat
tesebut cacat. Hadis yang dibawa oleh periwayat seperti ini ditolak, dan hadisnya
di nilai lemah (dha`if). Maksudnya al-Ta`dil (menilai adil kepada orang lain) yaitu
istilah yang digunakan untuk menunjukkan sifat baik yang melekat pada periwayat,
seperti, kuat hafalan, terpercaya, cermat, dan lain sebagainya. Orang yang mendapat
penilaian seperti ini disebut `adil, sehingga hadis yang di bawanya dapat di terima
sebagai dalil agama. Hadisnya dinilai shahih. Sesuai dengan fungsinya sebagai
suber ajaran Islam, maka yang diambil adalah hadis shahih.
Yaitu ilmu yang membahas Hadis-hadis yang bertentangan dan tidak mungkin
di ambil jalan tengah. Hukum hadis yang satu menghapus (menasikh) hukum Hadis
yang lain (mansukh). Yang datang dahulu disebut mansukh, dan yang muncul
belakangan dinamakan nasikh. Nasikh inilah yang berlaku selanjutnya.3
3
Dr. Tengku Muhammad Hasby, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, ( Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2005), hal. 10-12.
timggi yang dapat membangkitkan semangat para ahli hafalan (huffaz). Hal ini
karena dalam hafalan para ulama terkadang terjadi kesalahan bacaan dan
pendengarannya yang diterima dari orang lain.
Contohnya dalam satu riwayat disebutkan bahwa salah seorang dari bani
sulaiman yang meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad SAW, adalah Utbah ibn
Al-Bazr, padahal yang sebenarnya adalah Utbah bin An-Nazr. Dalam hadis ini
terjadi perubahan sebutan An-Nazr menjadi Al-Bazr.4
Ilmu ini mempelajari tentang keadaan dan identitas para perawi, seperti
kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, orangyang meriwayatkan hadis darinya,
tempat tinggal mereka mengadakan lawatan dan laini-lain. Sebagai bagian dari ilmu
rijal al-hadis, ilmu ini mengkhususkan pembahasan secara mendalam pada sudut
kesejahteraan dari orang-orang yang terlibat dalam periwayatannya.
Adapun berkenaan dengan hubungan ilmu ini dengan ilmu tabaqah ar-ruwah,
terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama. Ada ulama yang membedakan
secara khusus, tetapi ada juga yang mempersamakannya. Menurut As-Suyuti,
4
Dr. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Yogyakarta: Mutiara Sumber Widya, 2001), hal. 09-
10.
hubungan antara ilmu tabaqah ar-ruwah dan ilmu tarikh ar-ruwah adalah umum dan
khusus. Keduanya bersatu dalam pengertian yang berkaitan dengan para perawi,
tetapi ilmu tarikh ar-ruwah menyendiri dalam hubungannya dengan kejadian-
kejadian yang baru. Menurut As-Sakhawi, para ulama mutakhirin membedakan
antara kedua disiplin ilmu tersebut. Menurut mereka, ilmu tarikh ar-ruwah melaui
eksistensinya berfungsi untuk memperhatikan kelahiran dan wafat para perawi dan
melalui sifatnya, berfungsi untuk memperhatikan hal ihwal para perawi. Adapun
ilmu tabaqah ar-ruwah, melalui eksistensinya, berfungsi untuk memperhatikan hal
ihwal perawi dan melalui sifatnya, berfungsi untuk memperhatikan kelahiran dan
wafat mereka.
Menurut Ibnu Shalah, yang di maksud dengan gharib al-hadish ialah : ilmu
untuk mengetahui dan menerangkan makna yang terdapat pada lafal-lafal hadis
yang jauh dan sulit dipahami karena (lafal-lafal tersebut) jarang digunakan. Ilmu
ini muncul atas usaha para ulama setelah Rasulullah SAW. Wafat ketika banyaknya
bangsa-bangsa yang bukan arab memeluk islam serta banyaknya orang yang kurang
memahami istilah atau lafal-lafal tertentu yang gharib atau sukar dipahami.
Para ulama berusaha menjelaskan apa yang dikandung oleh kata-kata yang
gharib itu dengan mensyarahkannya. Bahkan, ada mensyarahkan secara khusus
hadis-hadis yang mengandung kata-kata gharib. Di antara para ulama yang pertama
kali menyusun hadis-hadis yang gharib ialah Abu Ubaidah Ma’mar bin Masnat At-
Tarmimi Al-Bisri (wafat 210 H) dan Abu Al-Hasan bin Ismail Al-madini An-
Nahawi (wafat 204 H). Salah satu kitab terbaik yang ada sekarang ini adalah kitab
Nihayah Gharib Al-Hadis karya Ibnu Al-Asir.5
5
Mudasir, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 49-59
7. Ilmu Rijal al-Hadits
Secara bahasa kata Rijal al-Hadits artinya orang-orang di sekitar hadits. Maka
kata ilmu Rijal al-Hadits artinya ilmu tentang orang-orang disekitar hadits. Secara
terminologis ilmu Rijal al-Hadits ialah ilmu untuk mengetahui para perawi hadits
dalam kapasitas mereka sebagai perawi hadits. Ilmu ini sangat penting
kedudukannya dalam lapangan ilmu hadits. Hal ini karena sebagaimana diketahui
bahwa objek kajian hadits pada dasarnya pada dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu
Rijal al-Hadits dalam hal ini mengambil porsi khusus mempelajari persoalan-
persoalan di sekitar sanad. Ulama yang pertama kali memperkenalkan dan
mempelajari secara serius ilmu ini ialah al-Bukhari. 'Izz ad-Din Ibn al-Atsir atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn al-Atsir (630H), ulama abad ke-7 hijriah
berhasil menyusun kitab usus al-Gabah fi Asma' ash- shahabah. Kitab ini memuat
uraian tentang para sahabat nabi SAW atau rijal al-Hadits pada thaqobah pertama,
meskipun didalamnya terdapat nama-nama yang bukan sahabat.6
Kata 'ilal dari 'alla ya 'illu, adalah jamak dari kata "al-Illah", yang menurut
bahasa artinya al-marad" (penyakit atau sakit). Menurut ulama ahli hadits arti 'illah,
ialah: "sebab yang tersembunyi atau samar-samar yang berakibat tercacatnya hadits
namun dari sudut zhahirnya, nampak selamat dari sebab yang mencatatkan ya itu.
Adapun yang dimaksud ilmu ilal Al hadits menurut mereka adalah ilmu yang
membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencatatkan ke shahih an
hadits seperti mengatakan bersambung terhadap hadits yang munqati',
(mengatakan), Marfu terhadap mauquf, memasukan hadis kedalam hadis lain dan
lain-lain. Hadis yang diketahui diriwayatkan dengan cara diatas, disebut Hadis
Mu'allal. Hadis-hadis yang termasuk kategori ini dari sudut kualitasnya tidak dapat
dijadikan hujah.
6
Utang Ranuwijaya, ilmu hadis, ilmu hadis, (Jakarta: Gaya Media Pramata,1996), hal. 79-85.
Menurut al-Hakim ilmu illal al-Hadits merupakan ilmu yang berdiri sendiri
selain dari ilmu shahih dan Dha'if, jarh dan ta'dil. Oleh karena itu, para ulama ada
yang menulisnya secara khusus seperti yang disusun oleh Ibn al-Madini, Muslim,
Ibn Abi Hatim, Ali Ibnu Umar ad-Daruquthi, dan Ibn al-Jauzi.
Kata asbab wurud hadits, Secara bahasa artinya sebab-sebab adanya hadits itu.
Secara terminologis ialah ilmu pengetahuan yang menjelaskan sebab-sebab atau
latar belakang diwurudkan nya hadits dan hal-hal yang berkaitan dengan nya, atau
Muhammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul Hadis, (Yogyakarta, Kalimedia, 2017), hal.
19hal ihwal yang menjadi sebab datangnya hadits dari rasul SAW.
Banyak hadits rasul yang diwurudkan karena adanya sesuatu sebab tertentu.
Seperti halnya hadits tentang kedudukan air laut sebagai alat bersuci, yang artinya
"laut itu suci airnya dan halal bangkai nya"(H.R Al-Khamsah). Hal ini diwurudkan
karena kesulitan seorang sahabat untuk mendapatkan air wudhu di tengah lautan
persediaan air yang di bawanya sangat terbatas jika ia gunakan untuk berwudhu
maka tidak ada cadangan untuk keperluan minum begitu pula persoalan sebaliknya.
Ilmu ini diperlukan sebagai salah satu satu jalan untuk menerjemahkan sebuah
kandungan hadits. Sama halnya perlunya ilmu asbab Nuzul al-quran terhadap al-
Quran.7
7
Muhammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul Hadis, (Yogyakarta, Kalimedia, 2017), hal. 19.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara umum ulumul hadits dibagi menjadi dua yaitu ilmu hadits riwayah dan
ilmu hadits dirayah. Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mencakup pemindahan
dan periwayatan segala sesuatu yang disandarkan kepada rasulillah SAW.
Sedamgkan Ilmu hadits dirayah disebut juga ilmu ushul al-hadits atau ushul
riwayatul-hadits atau ilmu mushtholah al-hadits atau ilmu mushtholah ahli atsar.
Nama ini, yakni ilmu mushtholah hadits atau ilmu mushtholah ahli atsar adalah
yang termasyhur dan lebih gamblang.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Yuslem Nawir, MA. 2001. Ulumul Hadits. Yogyakarta: Mutiara Sumber
Widya
Dr. Hasby Tengku Muhammad. 2005. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra
Drs. Syakur M. Sf., M.Ag. 2009. ‘Ulumul Hadits:Kajian Mushthalah dan Sejarah.
Kudus: MASEIFA Jendela Ilmu.
LAMPIRAN