Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN ILMU HADIS, TUJUAN, SERTA KLASIFIKASINYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis

Dosen Pengampu H. Agus Syamsul Huda, Lc., MA.

Disusun oleh:

1. Winda Dwi Fidianti (2201036070)


2. Nur Sholekha Khusnul Khotimah (2201036077)
3. Akhmad Ghulam Nurkhalim (2201036083)

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023

1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada masa rasulullah masih hidup, zaman khulafaur rasyidin dan sebagian besar
zaman umayyah sehingga akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis nabi tersebar melalui
mulut kemulut. Ketika itu umat Islam belum memiliki inisiatif untuk menghimpun hadis-
hadis nabi yang bertebaran. Mereka merasa cukup dengan menyimpan dalam hafalan
yang terkenal kuat. Dan memang diakui oleh sejarah bahwa kekuatan hafalan para
sahabat dan tabi’in benar-benar sulit ditandingannya. Hadis nabi tersebar diberbagai
wilayah yang luas dibawa oleh sahabat dan tabi’in ke seluruh penjuru dunia. Para
sahabatpun mulai berkurang jumlahnya karena meninggal dunia. Sementara itu usaha
pemalsuan terhadap hadis-hadis nabi makin bertambah banyak, baik yang dibuat oleh
orang-orang zindik dan musuh-musuh Islam maupun yang datang dari orang Islam
sendiri.

Yang dimaksud dengan pemalsuan hadis ialah menyandarkan sesuatu bukan dari
nabi saw kemudian dikatakan dari nabi saw. Berbagai motivasi yang dilakukan mereka
dalam hal ini, ada kalanya politik seperti yang dilakukan sekte-sekte tertentu setelah
adanya konflik fisik (fitnah) antara pro ali dan pro muawiyyah karena fatanisme
golongan, mahzab, ekonomi, perdagangan dan lain sebagainya pada masa berikutnya atau
unsur kejujuran dan daya ingat para perawi hadis yang berbeda. Oleh karena itu para
ulama bangkit mengadakan riset hadis-hadis yang beredar dan meletakkan dasar kaidah-
kaidah yang ketat bagi seseorang yang meriwayatkan hadis yang nantinya ilmu itu
disebut ilmu hadis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hadis dirayah dan riwayah?
2. Bagaimana sejarah karakteristik pertumbuhan, pembentukan, dan penghimpunan
ulumul hadis?
3. Apa saja cabang-cabang ilmu hadis?

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah dan Riwayah

Ulumul Hadis adalah istilah hadis didalam tradisi ulama hadis. Kata ulumul hadis
terdiri dari dua kata, yaitu ulum dan al- hadis. Kata ulum dalam bahasa Arab adalah
bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti “ ilmu-ilmu”, sedangkan al-hadis dikalangan Ulama
Hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa
perbuatan, taqir atau sifat”.1 Jadi secara bahasa ilmu hadis adalah ilmu yang membahas
segala hal yang bersumber dari Rasulullah saw.

Sedangkan menurut Prof. Dr. T.M Hasbi Ash-Shiddiqy menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan”Ilmu Hadis” itu ialah “ilmu yang berpautan dengan hadis”. Definisi ini
beliau kemukakan, mengingat ilmu yang bersangkut paut dengan hadis itu banyak
macamnya. 2

Pada mulanya ilmu-ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadis Nabi Saw dan para perawinya,
seperti ilmu al-Hadis al-Shahih, ilmu al-mursal, ilmu al-asma wa al-kuna, dan lain-lain.
Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial dilakukan, khususnya, oleh para ulama abad ke-
3 H.

Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan ulumulhadis,
karen masing-masing membicarakan tentang hadis dan perawinya. Akan tetapi, pada
masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan satu, serta
selanjutnya, dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terhadap ilmu
yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut tetap dipergunakan nama
ulumul hadis, sebagaimana halnya sebelum disatukan. Jadi penggunaan lafaz jamak
ulumul hadis, setelah mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadis, karena
telah menjadi makna perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya pertama “beberapa

1
Mahmud al-Tahhan, Taysir Musthalah al-hadis (Beirut: Dar Al-Quran al-Karim, 1979), hlm.14
2
Drs. M.Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung:Angkasa,1991), hlm 61

3
ilmu yang terpisah” menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus, yang nama
lainnya adalah Mushthalah al-Hadis.3

1. Ilmu Hadis Dirayah

Yang dimaksud dengan ilmu Hadis Dirayah adalah “ilmu-ilmu yang


mempelajari tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-
cara menerima dan menyampaikan Hadis, sifat-sifat Rawi dan sebagainya”.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa yang menjadi objek
pembahasan ilmu hadis dirayah ini ialah keadaan matan, sanad dan rawi hadis.
Sedangkan tujuan utama untuk mempelajari Ilmu Hadis Dirayah ini adalah untuk
mengetahui dan menetrapkan tentang maqbul (dapat diterima) dan mardudnya
(tertolaknya) suatu hadis Nabi Saw.

Dengan demikian ilmu Hadis Dirayah merupakan mizan (neraca) yang harus
dipergunakan untuk menghadapi ilmu hadis Riwayah. 4 Menurut Prof. Hasbi, bahwa
ilmu hadis Dirayah ini, pada zaman Muaqaddimin dinamai dengan “Ulumul Hadis”
dan pada masa yang akhir ini dimasyhurkan dengan nama “Ilmu Musthalah”.5

2. Ilmu Hadis Riwayah

Jumhur Ulama memberikan batasan tentang definisi Ilmu Hadis Riwayah.


“Suatu Ilmu untuk mengetahui sabda-sabda Nabi, perbuatan-perbuatan Nabi, taqrir-
taqrir Nabi, dan sifat-sifat beliau”. Dengan kata lain, Ilmu Hadis Riwayah ialah ilmu
yang membahas segala sesuatu yang datang dari Nabi, baik sabdanya, perbuatannya,
taqrirnya dan sebagainya.

Dalam ilmu ini tidak dibahas tentang kejanggalan-kejanggalan atau cacatnya


matan hadis, tidak dibicarakan juga tentang apakah sanadnya bersambung atau tidak,
rawinya adil atau tidak. Dengan demikian yang menjadi objek pembahasan ilmu

3
Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Ulumul Hadis, (Bandung: Tafakur)h.94)
4
Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung:Angkasa,19910h.63)
5
Prof. Dr. T. M. Hasbi As-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1976)h.15

4
Hadis Riwayah ini adalah, pribadi Nabi dari segi sabdanya, perbuatannya, taqrirnya
dan sifat-sifatnya.

Tujuan utama mempelajari Ilmu Hadis Riwayah ini ialah untuk mengetahui
segala sesuatu yang berkaitan dengan pribadi Nabi dalam usaha memahami dan
mengamalkan ajaran beliau guna memperoleh kemenangan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.6

B. Sejarah Karakteristik, Pertumbuhan, Pembentukan, dan Penghimpunan Ilmu


Hadis

Pertumbuhan Ilmu Hadis selalu mengiringi pertumbuhan hadis itu sendiri.


Pertumbuhan secara etimologi diartikan hal keadaan tumbuh, diperkembangan.
Sedangkan pembentukan dapat diartikan proses, cara, perbuatan membentuk. Dan
penghimpunan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menghimpun.

Jadi pertumbuhan Ilmu Hadis diartikan sebagai perkembangan Ilmu Hadis mulai
dari perintisnya dari tumbuh hingga perkembangnya hingga masa sekarang. Sedangkan
pembentukan dan penghimpunan Ilmu Hadis adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna terhadap ilmu-ilmu hadis mulai cikal bakalnya hingga
hadis bisa menjadi sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, sistematis, luas, dan lengkap
bahasanya, ilmu hadis secara garis besar dibagi menjadi dua disiplin limu yaitu ilmu
hadisriwayah dan ilmu hadis dirayah.7

Pembedaan di sini perlu dilakukan karena bahwasanya munculnya disiplin ilmu


hadis dirayah tidaklah sama waktu dan pencetusnya, Ilmu Hadis Riwayah, yang
selanjutnya disingkat IHR. dipelopori oleh Muhammad bin Syihab Az Zuhry (51124 H).
Ia adalah orang pertama yang menghimpun hadits Nabi SAW atas perintah Khalifah
Umar bin Abdul Aziz (Umar II, memerintah tahun 99-102 H/717-720 M ).8

6
Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, 1991) h..62.
7
Abdul Majid Khon, OP, Cit, h.69., TM. Hasby As Siddieqy, sejarah dan pengantar ilmu hadis, h. 128
8
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, lihat juga: Abdul Majid Khon, Op, Cit, h.70

5
Sedangkan Ilmu Hadis Dirayah(IHD)/Ilmu Mustholah Hadis/Ilmu Ushul
Hadits/Ushul al-Riwayah dipelopori oleh Al Qadli Abu Muhammad Al Hasan bin
Abdurrahman bin Khalad Ar Ramahurzuri (w.360 H).

Pada dasarnya pertumbuhan, pembentukan, dan penghimpunan ilmu hadis dari


masa ke masa banyak di pengaruhi kondisi sosial dan politik pada masanya. Secara jelas
sejarah telah mengungkap hal tersebut. Pada zaman Nabi SAW di rasa kurang begitu
mendesak/perlu adanya ilmu hadis. Pada zaman sahabat juga sama. Baru pada zaman
tabi'in, dengan adanya persoalan politik, maka secara otomatis penghimpunan ilmu hadits
perlu dilakukan sebagai bentuk penyelamatan hadis itu sendiri. Begitu juga masa
sesudahnya, penghimpunan hadis juga banyak dipengaruhi kondisi sosial budaya dan
politik serta kebutuhan umat islam sendiri akan ilmu hadits.

Menurut sementara ulama ilmu hadis, pertumbuhan ilmu hadis dibagi menjadi 5
masa/periode dengan karakteristik yang menyertainya. 9 "Kelima periode itu adalah
periode Rasulullah SAW, periode Sahabat, periode Tabi'in, periode Tabi Tabi'in, dan
periode setelah Tabi' tabi'in (abad 4 H).

No Masa Karakter Indikator


1. Masa Nabi Telah ada dasar-dasar ilmu hadis Q.S Al-Hujurat 49:6
dan Al-Baqarah 282:2
2. Masa Sahabat Timbul secara lisan secara eksplisit Periwayatan harus
disertai saksi,
bersumpah dan sanad
3. Masa Tabi’in Telah timbul secara tertulis tetapi belum Ilmu hadis bergabung
terpisah dengan ilmu lain dengan fikih dan
ushul fikih, seperti al-
imm dan ar risalah
4. Masa Tabi’ Tabi’in Ilmu hadis telah timbul secara terpisah Telah muncul kitab
dari ilmu-ilmu lain tetapi belum menyatu ilmu hadis seperti at-
tarihk dan al-i’lal

9
Abdul Majid Khon, Ulum Hadis, (Jakarta:Amzah,2009)h. 78-83.

6
karya Muslim,
kitabul-asma’ wa al
kuna dan kitab at-
tawarikh karya
At=Tirmidzi
5. Masa setelah Tabi’ Berdiri sendiri sebagai ilmu hadis Ilmu hadis pertama
Tabi’in (abad ke 4 al-muhaddist al-
H) fashilbaynaar rawiwa
al-wa’I karya Ar-
Ramahurmuzi

C. Cabang-cabang ilmu hadis


1. Ilmu dan kaidah hadis tentang rawi dan sanad.
a. Ilmu Rijal Al-Hadis adalah ilmu yang membahas para perawi hadis baik dari
sahabat, tabii'in, maupun angkatan-angkatan sesudahnya.10 Yaitu ilmu yang
mempelajari tentang tokoh atau orang yang membawa hadis, semenjak dari nabi
sampai dengan periwayat terakhir (penulis kitab hadis). Hal yang terpenting di
dalam Ilmu rijal al-hadis adalah sejarah kehidupan para tokoh tersebut, meliputi
masa kelahiran dan wafat mereka, negeri asal, negeri mana saja tokoh-tokoh itu
mengembara dan dalam jangka berapa lama, kepada siapa saja mereka
memperoleh hadis dan kepada siapa saja mereka menyampaikan hadis. Kitab-
kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak ragamnya ada yang hanya
menerangkang riwayat-riwayat ringkas dari para sahabat saja, ada yang
menerangkan riwayat umum para perawi, ada yang menerangkan perawi-perawi
yang dipercayai saja, ada yang menerangkan. riwayat-riwayat para perawi yang
lemah-lemah atau para mudallis atau para pembuat hadist maudhu.
b. Ilmu Jarh Wa At-Ta'dil. Adalah ilmu tentang hal ihwal para rawi dalam hal
mencatat keaibannya dan menguji keadilannya. Ta'dil artinya menganggap adil
seorang rawi yakni memui rawi dengan sifat-sifat yang membawa maqbulnya

10
Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi ash-shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Semarang: Pusaka Rizki
Putra, 2009), cet. 8. H.113.

7
riwayat. Adapun al jahr atu tajrih artinya mencacatkan, yakni menuturkan sebab-
sebab keaiban rawi. Ilmu ini berkaitan dengan hal-hal seperti bid'ah (i'tikad
berlawanan dengan dasar syariat), mukhalafah (perlawanan sifat adil dan
dhabith), gholath (kesalahan), jahalahal-hal (tidak diketahui identitasnya), da'wa
al-inqitha' (mendakwa terputusnya sanad). Kaidah tajrih ada dua macam:

a). Naqd khariji yaitu kritik esternal, yakni tentang riwayat cara dan
sahnya riwayat dan tentang kepastian rawi.

b). Naqd dakhili yaitu kritik intrnal, yakni tentang makna hadis dan syarat
keshahihannya.

Adapun syarat-syarat pentajrih dan penta'dil adalah berilmu, taqwa, wara', jujur,
menjauhi fanatik golongan, mengetahui sebab-sebab ta'dil dan tajrih (mufassar).

2. Ilmu dan kaidah tentang matan.

a. Ilmu Gharib al-hadis adalah ilmu yang menerangkan makna kalimat yang
terdapat dalam matan hadis yang sukar di ketahui maknanya dan yang kurang
terpakai oleh umum. Yang dibahas oleh ilmu ini adalah lafadz yang musykil dan
susunan kalimat sukar dipahami, tujuannya untuk menghindarkan penafsiran
menduga-duga. Pada masa tabi in dan abad pertama hijriyah bahasa arab yang
tinggi mulai tidak dipahami oleh umum hanya diketahui secara terbatas. Maka
orang yang ahli mengumpulkan kata-kata yang tidak dapat dipahami oleh umum
tersebut dan kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari. Adapun
beberapa upaya para ulama muhaditsin untuk menafsirkan keghariban matan
hadis, antara lain:

1) Mencari dan menelaah hadist yang sanadnya berlainan dengan


yang bermatan gharib.

2) Memperhatikan penjelasan dari sahabat yang meriwayatkan


hadist atau sahabat lain yang tidak meriwayatkannya.

8
3) Memperhatikan penjelasan dari rawi selain sahabat.asbab wurud
al-hadist dan tawarikh al-mutun.

b. Ilmu Asbab adalah jama' dari kata masdar sabab yang dalam bahada berarti
sama dengan kata an-nabl artinya tali atau berarti saluran, maksudnya ialah segala
sesuatu yang menghubungkan dengan benda lain sedang dalam istilah ialah segala
sesuatu yang mengantarka pada tujuan. Atau dapat di definisikan sebagai suatu
jalan menuju terbentuknya suatu hukum itu sendiri. Sedangkan kata "wurud"
artinya sampai, muncul atau mengalir seperti ucapan yang berarti "air yang
memancar atau air yang mengalir". Jadi asbabul wurud al-hadist ialah sesuatu
yang membatasi arti dari suatu hadis baik yang berkaitan dengan arti umum atau
khusus, muqayyad, atau muthlaq, dinasakh atau seterusnya. Dengan demikian
ilmu asbabul wurud al-hadis menurut istilah adalah suatu ilmu yang membahas
masalah sebab-sebab nabi saw menyampaikan sabdanya pada saat beliau
menuturkannya. Sedang tata cara untuk mengetahui sebab- sebab lahirnya hadis
hanya bisa diketahui dengan periwayatan.

c. Ilmu nasikh wa al-mansukh. Ta'rif ilmu nasikh wa al-mansukh adalah ilmu-


ilmu yang membahas hadis- hadis yang bertentangan dan tidak mungkin diambil
jalan tengah. Hukum hadis yang satu menghapus (menasikh) dan hukum hadis
yang lain (mansukh). Yang datang dahulu disebut mansukh dan yang muncul
belakangan dinamakan nasikh. Nasikh inilah yang berlaku selanjutnya.

3. Ilmu dan kaidah tentang sanad dan matan. 11

a. Ilmu ilal al-hadis, adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang


tersembunyi, tidak nyata yang dapat merusakkan hadits. Jadi Ilmu Hlal Al-Hadis
adalah ilmu yang membahas tentang suatu illat yang dapat mencacatkan
kesahihan hadis. Ilmu Fan al-Mubhamat adalah ilmu untuk mengetahui nama
orang-orang yang tidak disebut di dalam atan atau di dalam sanad.

b. Ilmu At-Tashif Wa At-Tahrif Ilmu Tashhif wa al-Tahrif adalah: "Ilmu yang


menerangkan Hadis-hadis yang sudah diubah titiknya (musahhaf) dan bentuknya
11
Ibid,h.118-119.

9
(muharraf)". Diantara kitab ilmu ini adalah kitab: al-Tashhif wa al-Tahrif,
susunan al-Daruquthni (358 H) dan Abu Ahmad al-Askari (283 H).

10
PENUTUP

KESIMPULAN

Ilmu ushul hadis yaitu suatu ilmu pengetahuan yang menjadi sarana untuk mengenal
keshahihan, kehasanan dan kedha’ifan hadis, matan maupun sanad dan untuk membedakan
dengan yang lainnya. Ilmu hadis secara garis besar terbagi dua yaitu:

1. Ilmu hadis riwayah


2. Ilmu hadis dirayah

Ilmu hadis riwayah merupakan ilmu yang membahas tentang cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan hadis Nabi SAW, dan menurut Ibn Al-Akhfani
sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuthi adalah ilmu hadis yang khusus berhubungan dengan
riwayah uakni ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW dan
perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya.

Ilmu hadis dirayah adalah meneliti kelakuan para perawi dan keadaan marwinya (sanad dan
matannya). Objeknya yaitu Rasulullah sendiri dalam kedudukannya sebagai Rasul. Faidah ilmu
hadis dirayah adalah untuk menetapkan maqbul (dapat diterima) atau mardud (tertolaknya) suatu
hadis dan selanjutnya untuk diamalkan dan ditinggalkan jika mardud.

Ilmu hadis berkembang menuju kesempurnaan dan mengarah kepada spesifikasi bidang.

1. Cabang-cabang ilmu hadis yang berpangkal pada sanad yaitu:


a. Ilmu rijalul hadis: ilmu yang membahas tentang para perawi mulai sahabat. Tabi’in
dan generasi sesudahnya.
b. Ilmu thabaqath al-ruwat: ilmu yang membahas tentang tingkatan-tingkatan perawi.
c. Ilmu tarikh rijal al-hadis/ ilmu ruwat: ilmu yang membahass tentang para perawi
hadis dari asspek periwayatan mereka pada hadis meliputi: sejarah kelahiran, guru-
gurunya, sejarah pendidikannya dalam ilmu hadis, proses pencarian ilmu dan hal lain
yang berkaitan dengan periwayatan,
d. Ilmu jarh wa ta’dil: ilmu yang membahas tengtang ditolak dan diterimanya riwayat
hadis dan perawi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon, OP, Cit, h.69., TM. Hasby As Siddieqy, sejarah dan pengantar ilmu hadis
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, lihat juga: Abdul Majid Khon, Op, Cit
DR.N. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag, 2011. Ilmu Hadis. Tanggerang Selatan: CV Tunas Ilmu
Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Ulumul Hadis. Bandung: TafakurDrs. M.Syuhudi Ismail, 1991.
Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa

Ibid,h.118-119

Mahmud al-Tahhan, 1979. Taysir Musthalah al-hadis. Beirut: Dar Al-Quran al-Karim

Prof. Dr. T. M. Hasbi As-Shiddieqy, 1976. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan
Bintang

Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi ash-shidieqy, 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,
Semarang: Pusaka Rizki Putra

12

Anda mungkin juga menyukai