Disusun oleh:
MANAJEMEN DAKWAH
2023
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa rasulullah masih hidup, zaman khulafaur rasyidin dan sebagian besar
zaman umayyah sehingga akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis nabi tersebar melalui
mulut kemulut. Ketika itu umat Islam belum memiliki inisiatif untuk menghimpun hadis-
hadis nabi yang bertebaran. Mereka merasa cukup dengan menyimpan dalam hafalan
yang terkenal kuat. Dan memang diakui oleh sejarah bahwa kekuatan hafalan para
sahabat dan tabi’in benar-benar sulit ditandingannya. Hadis nabi tersebar diberbagai
wilayah yang luas dibawa oleh sahabat dan tabi’in ke seluruh penjuru dunia. Para
sahabatpun mulai berkurang jumlahnya karena meninggal dunia. Sementara itu usaha
pemalsuan terhadap hadis-hadis nabi makin bertambah banyak, baik yang dibuat oleh
orang-orang zindik dan musuh-musuh Islam maupun yang datang dari orang Islam
sendiri.
Yang dimaksud dengan pemalsuan hadis ialah menyandarkan sesuatu bukan dari
nabi saw kemudian dikatakan dari nabi saw. Berbagai motivasi yang dilakukan mereka
dalam hal ini, ada kalanya politik seperti yang dilakukan sekte-sekte tertentu setelah
adanya konflik fisik (fitnah) antara pro ali dan pro muawiyyah karena fatanisme
golongan, mahzab, ekonomi, perdagangan dan lain sebagainya pada masa berikutnya atau
unsur kejujuran dan daya ingat para perawi hadis yang berbeda. Oleh karena itu para
ulama bangkit mengadakan riset hadis-hadis yang beredar dan meletakkan dasar kaidah-
kaidah yang ketat bagi seseorang yang meriwayatkan hadis yang nantinya ilmu itu
disebut ilmu hadis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hadis dirayah dan riwayah?
2. Bagaimana sejarah karakteristik pertumbuhan, pembentukan, dan penghimpunan
ulumul hadis?
3. Apa saja cabang-cabang ilmu hadis?
2
PEMBAHASAN
Ulumul Hadis adalah istilah hadis didalam tradisi ulama hadis. Kata ulumul hadis
terdiri dari dua kata, yaitu ulum dan al- hadis. Kata ulum dalam bahasa Arab adalah
bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti “ ilmu-ilmu”, sedangkan al-hadis dikalangan Ulama
Hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa
perbuatan, taqir atau sifat”.1 Jadi secara bahasa ilmu hadis adalah ilmu yang membahas
segala hal yang bersumber dari Rasulullah saw.
Sedangkan menurut Prof. Dr. T.M Hasbi Ash-Shiddiqy menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan”Ilmu Hadis” itu ialah “ilmu yang berpautan dengan hadis”. Definisi ini
beliau kemukakan, mengingat ilmu yang bersangkut paut dengan hadis itu banyak
macamnya. 2
Pada mulanya ilmu-ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadis Nabi Saw dan para perawinya,
seperti ilmu al-Hadis al-Shahih, ilmu al-mursal, ilmu al-asma wa al-kuna, dan lain-lain.
Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial dilakukan, khususnya, oleh para ulama abad ke-
3 H.
Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan ulumulhadis,
karen masing-masing membicarakan tentang hadis dan perawinya. Akan tetapi, pada
masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan satu, serta
selanjutnya, dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terhadap ilmu
yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut tetap dipergunakan nama
ulumul hadis, sebagaimana halnya sebelum disatukan. Jadi penggunaan lafaz jamak
ulumul hadis, setelah mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadis, karena
telah menjadi makna perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya pertama “beberapa
1
Mahmud al-Tahhan, Taysir Musthalah al-hadis (Beirut: Dar Al-Quran al-Karim, 1979), hlm.14
2
Drs. M.Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung:Angkasa,1991), hlm 61
3
ilmu yang terpisah” menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus, yang nama
lainnya adalah Mushthalah al-Hadis.3
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa yang menjadi objek
pembahasan ilmu hadis dirayah ini ialah keadaan matan, sanad dan rawi hadis.
Sedangkan tujuan utama untuk mempelajari Ilmu Hadis Dirayah ini adalah untuk
mengetahui dan menetrapkan tentang maqbul (dapat diterima) dan mardudnya
(tertolaknya) suatu hadis Nabi Saw.
Dengan demikian ilmu Hadis Dirayah merupakan mizan (neraca) yang harus
dipergunakan untuk menghadapi ilmu hadis Riwayah. 4 Menurut Prof. Hasbi, bahwa
ilmu hadis Dirayah ini, pada zaman Muaqaddimin dinamai dengan “Ulumul Hadis”
dan pada masa yang akhir ini dimasyhurkan dengan nama “Ilmu Musthalah”.5
3
Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Ulumul Hadis, (Bandung: Tafakur)h.94)
4
Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung:Angkasa,19910h.63)
5
Prof. Dr. T. M. Hasbi As-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1976)h.15
4
Hadis Riwayah ini adalah, pribadi Nabi dari segi sabdanya, perbuatannya, taqrirnya
dan sifat-sifatnya.
Tujuan utama mempelajari Ilmu Hadis Riwayah ini ialah untuk mengetahui
segala sesuatu yang berkaitan dengan pribadi Nabi dalam usaha memahami dan
mengamalkan ajaran beliau guna memperoleh kemenangan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.6
Jadi pertumbuhan Ilmu Hadis diartikan sebagai perkembangan Ilmu Hadis mulai
dari perintisnya dari tumbuh hingga perkembangnya hingga masa sekarang. Sedangkan
pembentukan dan penghimpunan Ilmu Hadis adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna terhadap ilmu-ilmu hadis mulai cikal bakalnya hingga
hadis bisa menjadi sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, sistematis, luas, dan lengkap
bahasanya, ilmu hadis secara garis besar dibagi menjadi dua disiplin limu yaitu ilmu
hadisriwayah dan ilmu hadis dirayah.7
6
Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, 1991) h..62.
7
Abdul Majid Khon, OP, Cit, h.69., TM. Hasby As Siddieqy, sejarah dan pengantar ilmu hadis, h. 128
8
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, lihat juga: Abdul Majid Khon, Op, Cit, h.70
5
Sedangkan Ilmu Hadis Dirayah(IHD)/Ilmu Mustholah Hadis/Ilmu Ushul
Hadits/Ushul al-Riwayah dipelopori oleh Al Qadli Abu Muhammad Al Hasan bin
Abdurrahman bin Khalad Ar Ramahurzuri (w.360 H).
Menurut sementara ulama ilmu hadis, pertumbuhan ilmu hadis dibagi menjadi 5
masa/periode dengan karakteristik yang menyertainya. 9 "Kelima periode itu adalah
periode Rasulullah SAW, periode Sahabat, periode Tabi'in, periode Tabi Tabi'in, dan
periode setelah Tabi' tabi'in (abad 4 H).
9
Abdul Majid Khon, Ulum Hadis, (Jakarta:Amzah,2009)h. 78-83.
6
karya Muslim,
kitabul-asma’ wa al
kuna dan kitab at-
tawarikh karya
At=Tirmidzi
5. Masa setelah Tabi’ Berdiri sendiri sebagai ilmu hadis Ilmu hadis pertama
Tabi’in (abad ke 4 al-muhaddist al-
H) fashilbaynaar rawiwa
al-wa’I karya Ar-
Ramahurmuzi
10
Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi ash-shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Semarang: Pusaka Rizki
Putra, 2009), cet. 8. H.113.
7
riwayat. Adapun al jahr atu tajrih artinya mencacatkan, yakni menuturkan sebab-
sebab keaiban rawi. Ilmu ini berkaitan dengan hal-hal seperti bid'ah (i'tikad
berlawanan dengan dasar syariat), mukhalafah (perlawanan sifat adil dan
dhabith), gholath (kesalahan), jahalahal-hal (tidak diketahui identitasnya), da'wa
al-inqitha' (mendakwa terputusnya sanad). Kaidah tajrih ada dua macam:
a). Naqd khariji yaitu kritik esternal, yakni tentang riwayat cara dan
sahnya riwayat dan tentang kepastian rawi.
b). Naqd dakhili yaitu kritik intrnal, yakni tentang makna hadis dan syarat
keshahihannya.
Adapun syarat-syarat pentajrih dan penta'dil adalah berilmu, taqwa, wara', jujur,
menjauhi fanatik golongan, mengetahui sebab-sebab ta'dil dan tajrih (mufassar).
a. Ilmu Gharib al-hadis adalah ilmu yang menerangkan makna kalimat yang
terdapat dalam matan hadis yang sukar di ketahui maknanya dan yang kurang
terpakai oleh umum. Yang dibahas oleh ilmu ini adalah lafadz yang musykil dan
susunan kalimat sukar dipahami, tujuannya untuk menghindarkan penafsiran
menduga-duga. Pada masa tabi in dan abad pertama hijriyah bahasa arab yang
tinggi mulai tidak dipahami oleh umum hanya diketahui secara terbatas. Maka
orang yang ahli mengumpulkan kata-kata yang tidak dapat dipahami oleh umum
tersebut dan kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari. Adapun
beberapa upaya para ulama muhaditsin untuk menafsirkan keghariban matan
hadis, antara lain:
8
3) Memperhatikan penjelasan dari rawi selain sahabat.asbab wurud
al-hadist dan tawarikh al-mutun.
b. Ilmu Asbab adalah jama' dari kata masdar sabab yang dalam bahada berarti
sama dengan kata an-nabl artinya tali atau berarti saluran, maksudnya ialah segala
sesuatu yang menghubungkan dengan benda lain sedang dalam istilah ialah segala
sesuatu yang mengantarka pada tujuan. Atau dapat di definisikan sebagai suatu
jalan menuju terbentuknya suatu hukum itu sendiri. Sedangkan kata "wurud"
artinya sampai, muncul atau mengalir seperti ucapan yang berarti "air yang
memancar atau air yang mengalir". Jadi asbabul wurud al-hadist ialah sesuatu
yang membatasi arti dari suatu hadis baik yang berkaitan dengan arti umum atau
khusus, muqayyad, atau muthlaq, dinasakh atau seterusnya. Dengan demikian
ilmu asbabul wurud al-hadis menurut istilah adalah suatu ilmu yang membahas
masalah sebab-sebab nabi saw menyampaikan sabdanya pada saat beliau
menuturkannya. Sedang tata cara untuk mengetahui sebab- sebab lahirnya hadis
hanya bisa diketahui dengan periwayatan.
9
(muharraf)". Diantara kitab ilmu ini adalah kitab: al-Tashhif wa al-Tahrif,
susunan al-Daruquthni (358 H) dan Abu Ahmad al-Askari (283 H).
10
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu ushul hadis yaitu suatu ilmu pengetahuan yang menjadi sarana untuk mengenal
keshahihan, kehasanan dan kedha’ifan hadis, matan maupun sanad dan untuk membedakan
dengan yang lainnya. Ilmu hadis secara garis besar terbagi dua yaitu:
Ilmu hadis riwayah merupakan ilmu yang membahas tentang cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan hadis Nabi SAW, dan menurut Ibn Al-Akhfani
sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuthi adalah ilmu hadis yang khusus berhubungan dengan
riwayah uakni ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW dan
perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya.
Ilmu hadis dirayah adalah meneliti kelakuan para perawi dan keadaan marwinya (sanad dan
matannya). Objeknya yaitu Rasulullah sendiri dalam kedudukannya sebagai Rasul. Faidah ilmu
hadis dirayah adalah untuk menetapkan maqbul (dapat diterima) atau mardud (tertolaknya) suatu
hadis dan selanjutnya untuk diamalkan dan ditinggalkan jika mardud.
Ilmu hadis berkembang menuju kesempurnaan dan mengarah kepada spesifikasi bidang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon, OP, Cit, h.69., TM. Hasby As Siddieqy, sejarah dan pengantar ilmu hadis
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, lihat juga: Abdul Majid Khon, Op, Cit
DR.N. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag, 2011. Ilmu Hadis. Tanggerang Selatan: CV Tunas Ilmu
Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Ulumul Hadis. Bandung: TafakurDrs. M.Syuhudi Ismail, 1991.
Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa
Ibid,h.118-119
Mahmud al-Tahhan, 1979. Taysir Musthalah al-hadis. Beirut: Dar Al-Quran al-Karim
Prof. Dr. T. M. Hasbi As-Shiddieqy, 1976. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan
Bintang
Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi ash-shidieqy, 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,
Semarang: Pusaka Rizki Putra
12