Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Prodi Dirasah Islamiyah Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
RISKAYANTI
NIM. 80100221120
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah.
1
1. Bagaimana Ilmu hadis ditinjau dalam perspektif ontologis ?
2. Bagaimana Ilmu hadis ditinjau dalam perspektif epistimologis ?
3. Bagaimana Ilmu hadis ditinjau dalam perspektif aksiologis?
Tujuan :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, Ilmu Hadis terdiri dari dua kata yakni kata “ilmu” dan
“hadis”, kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,
‘ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu, yang berarti mengerti, memahami benar-
benar. Kata hadis secara etimologi berarti komunikasi, kisah, percakapan yang
bersifat Religius, sekuler, historis, atau kontemporer, dan secara
terminologinya hadis adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Saw baik
dari segi perkataan, perbuatan, dan penetapan. Menurut Al-‘alamah at-
Tabrizy dalam kitabnya Syarhu’d Di-baj’il-Mudzahhab diperoleh suatu
pengetian bahwa Ulumul Hadis adalah
وتمييز صحاحها> وحسانها,هو العلم بأقوال رسول هللا صلعم وأفعاله وتقريراته وهيئته وشكله مع أسانيدها
وضعافها> عن خالفها متنا واسناد.
هو معرفة القواعد التي يتوصل بها إلي معرفة الراوي والمروي.
Para ulama membagi ilmu hadis kepada dua bagian utama yaitu: Ilmu
Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah :
)5( علم يعرف به نقل ما أضيف للنبي صلعم قوال أو فعال أوتقريرا أو غير ذلك وضبطها وتحريرها
3
Dari definisi tersebut, dapat difahami bahwa yang menjadi objek
pembahasan dari Ilmu Hadis Riwayah adalah bagaimana cara menerima,
menyampaikan,dan memindahkan (mendewankan) suatau hadis kepada orang
lain. Ilmu ini tidak membicarakan tentang syadz (kejanggalan) serta illat
(kecacatan) matan hadis. Demikian pula ilmu ini tidak membicarakan tentang
kualitas para perawi baik dari segi keadilannya, kedabitan ataupun
kepasikannya. ilmu hadis riwayah bertujuan untuk: “memelihara syari’at
Islam dan otentitas Sunnah Nabi saw”. Adapun faedah mempelajari ilmu
riwayah ini ialah untuk menghindari adanya kemungkinan salah kutip
terhadap apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Perintis
pertama ilmu riwayah ialah Muhammadd bin Syihab Az-Zuhry yang wafat
pada tahun 124 hijriah.
وأصناف, وحال الرواة وشروطهم,علم يعرف منه حقيقة الرواية وشروطها وانواعها وأحكامها
)9(.المرويات وما يتعلق بها
4
B. Perbedaan Pandangan Ulama Tentang Ulumul Hadis.
“Imam Suryan Sauri berkata saya tidak mengenal ilmu dan yang
lebih utama bagi orang yang berhasrat menundukkan wajahnya dihadapan
Allah selain dari pada ilmu hadis, orang-orang sangat memerlukan ilmu
ini, sampai kepada soal-soal kecil sekalipun, seperti makan, minum
memerlukan petunjuk dari al-hadis.”
5
bahkan pembeberan ilmu hadis ke dalam jumlah itu masih perlu juga
dipertimbangkan. Karena masih dimungkinkan memasukkan sebagian
kepada sebagian yang lain, yang lebih layak dari yang beliau sebutkan itu.
Disamping itu, beliau juga membedakan beberapa bahasan yang
sebenarnya memiliki kemiripan. Karena itu selayaknya masing-masing
cabang dimasukkan ke dalam bagian yang selaras, sehingga jumlahnya
bisa diperkecil.
a. Ilmu Rijal al-Hadis
Ilmu Rijal al-Hadis adalah;
Artinya; Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis, baik dari
sahabat, tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya.
b. Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil.
علم يبحث فيه عن جرح الرواة وتعديلهم بألفاظ مخصوصة وعن مراتب تلك األلفاظ
6
ilmu yang membahas tentang sejarah pribadi perawi, mulai dari
kelahirannya, proses penerimaannya terhadap hadis dan segala hal yang
berhubungan dengan pribadi sang perawi hadis.
Selain ketiga ilmu di atas ada juga ilmu thabaqah yang tidak kalah
penting dibandingkan dengan ketiga ilmu tersebut, ilmu thabaqah itu,
termasuk bagian dari ilmu Rijal al-Hadis karena obyek yang dijadikan
pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu hadis. Hanya
saja masalahnya berbeda, kalau di dalam ilmu rijalul hadis para rawi
dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima
dan memberikan hadis dan lain sebagainya, maka dalam ilmu tabaqah
menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan,
sesuai dengan alat pengikatnya. Misalnya rawi-rawi yang sebayah
umurnya, digolongkan dalam satu thabaqah dan para rawi yang
seperguruan, mengikatkan diri dalam satu thabaqah pula.
- Thabaqat as-sahabah
- Thabaqat at-tabi’iy
7
Apabila didapati suatu hadis yang maqbul, tidak ada pelawanan
dinamailah hadis tersebut Muhkam. Dan jika dilawan oleh hadis yang
sederajat, tapi mungkin dikumpulkan dengan tidak sukar, maka hadis itu
dinamai Mukhatakiful Hadis. Jika tak mungkin dikumpul dan diketahui
mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu dinamai Nasikh dan
yang terdahulu dinamai Mansukh.
علم يعرف به السبب الذي ورد ألجله الحديث والزمان الذي جاء فيه.
Ulama yang mula-mula menyusun kitab ini dan kitabnya ada
dalam masyarakat adalah Abu Hafas Ibn Umar Muhammad ibn Raja Al-
Ukhbari. Kemudian dituliskan pula oleh Ibrahim ibn Muhammad, yang
terkenal dengan nama Ibnu Hamzah Al-Huzaini (1120 H), dalam
kitabnya Al-Bayan Wat-Tarif dan dicetak pada tahun 1329 H.[24]
علم الذي يبحث في األحاديث التي ظاهرها متعارض فيزيل تعارضها أويوفق بينهم كما يبحث في األحاديث
التي يشكل فهمها> أو تصورها فيدفع أشكالها ويوضح حقيقتها
Ilmu ini termasuk ilmu terpenting bagi ahli hadis, ahli fiqh dan
ulama –ulama lain. Yang menekuninya harus memiliki pemahaman yang
8
mendalam, dan mampu memadukan antara hadis dan fiqhi. Ulama telah
memberikan perhatian serius terhadap ilmu ini sejak masa sahabat,
kemudian generasi demi generasi mengikuti jejak mereka,
mengkrompomikan antar hadis yang tampaknya saling bertentangan dan
menghilangkan kesulitan dalam memahaminya.
Karya paling awal dalam bidang ini adalah kitab Ikhtilaf al-Hadits
karya Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi’iy (150-204 H) dan
merupakan kitab terklasik yang sampai kepada kita.
Diantara Ulama yang menulis ilmu ini ialah Ibn Mandini (234 H),
Ibn Abi Hatim (327 H), kitab beliau dinamai Kitab Illail Hadis. Selain itu
Ulama yang menulis kitab ini adalah Al-Imam Muslim (261 H), Ad-
Daruqutni (357 H), dan Muhammad Ibn Abdillah Al-Hakim.
)6( َصيبُوا قَوْ ًما بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َعلَى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين
ِ ُق بِنَبٍَإ فَتَبَيَّنُوا َأ ْن ت ِ َ)يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا ِإ ْن َجا َء ُك ْ>م ف
>ٌ اس
Terjemahannya:
9
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya,
agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecorobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”. (QS.
Al-Hujurat: 06)
10
e) Karya Imam al-Tirimizi : al-Asama’ wa al-Kuna, al-‘Ilal (yang
dicantumkan pada bagian akhir kitabnya al-Jami’), dan al-Tawarikh.
Dan banyak lagi, karya-karya dalam ilmu hadis yang lahir pada
abad III namun semuanya hanya berbicara pada bab-bab tertentu dalam
ilmu hadis dan atau salah satu diantara cabang-cabang ilmu hadis
sebagaimana yang telah diklasifikasikan pada poin terdahulu.
Memasuki abad kesepuluh sampai awal abad keempat belas hijriah
dinamai dengan masa kebekuan dimana ijtihad dalam masalah ilmu hadis
berhenti total. Tahap ini ditandai dengan lahirnya sejumlah kitab-kitab
hadis yang ringkas dan praktis, baik dalam bentuk syair maupun prosa.
Para penulis juga sibuk dengan kritikan-kritikan terhadap istilah-istilah
yang terdapat dalam kitab yang telah ada tanpa ikut menyelami inti
permasalahannya, baik melalui penelitian maupun melalui ijtihad. Kitab
yang disusun pada abad ini antara lain: Al-manzhumat al-Baiquniyyah
karya Umar bin Muhammad bin Futuh Al-Baiquni ad-Dimasyqi (w.1080
H).
11
Pada permulaan abad ke-14 H, Umat Islam terbangkitkan oleh
sejumlah kekhawatiran yang setiap saat bisa muncul akibat persentuhan
antara dunia Islam dengan dunia Timur dan Barat, bentrokan militer yang
tidak manusiawi, serta kolonialisme pemikiran yang lebih jahat dan lebih
bahaya. Kondisi ini, menuntut disusunya kitab-kitab yang membahas
seputar informasi tersebut, guna menyanggah kesalahan-kesalahan dan
kedustaan mereka. Maka tersusunlah kitab Ulumul Hadis seperti;
12
3. Untuk mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para Ulama
dalam mengklasifikasikan sebuah hadis.
4. Mengetahui usaha-usaha dan jerih payah yang ditempuh para ulama
dalam menerima dan menyampaikan periwayatan hadis, kemudian
menghimpun dan mengkodifikasikannya ke dalam berbagai kitab
hadis.
5. Untuk mengetahui istilah-istilah, nilai-nlai, dan kriteria-kriteria hadis
yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam beristinbat.
6. Untuk mengetahui muttashil, tau mungqathinya sanad hadis dan untuk
mengetahui marfu’ atau mursalnya pemberian hadis.
7. Untuk mengetahui nama-nama hadis yang maqbul (dapat diterima) dan
nama hadis yang seharusnya ditolak (mardud).
8. Bagian dari ‘ilm rijal al-hadis ini adalah ‘ilm tarikh rijal al-hadits. Ilmu
ini secara khusus membahas perihal para rawi hadis dengan penekanan
pada aspek-aspek tanggal kelahiran, nasab atau garis keturunan, guru
sumber hadis, jumlah hadis yang diriwayatkan, dan murid-
muridnya. Ilmu ini juga menetapkan apakah periwayatan seorang rawi
itu dapat diterima atau harus ditolak sama sekali.
9. Dengan ilmu Asbabi Wurudi’l-Hadits terhindar dari kebohongan
riwayat-riwayat yang bukan datangnya dari Nabi ataupun para
sahabat. Juga untuk menolong memahami dan menafsirkan hadis. Dan
masih terlalu banyak mamfaat dan faedah yang dapat kita ambil dalam
mempelajari Ilmu-Ilmu Hadis.
13
B AB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
14
sumber pertamanya yaitu Nabi SAW. Serta bagaimana mempertahankan
hadis-hadis Nabi SAW sebagai sumber hukum kedua bagi Umat Islam,
dari serangan orang-orang yang tidak senang terhadap Nabi SAW. beserta
ajaran-ajarannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis, Cet. IV; Gaya Media Pratama: Jakarta,
2001.
16
Soetari, Adiwikarta Endang, Al-Takhrij: Sebuah Metode Sebuah
Hadist, 30 April 2005.
17