Anda di halaman 1dari 15

(Urgensi, Objek, Ilmu Hadis Dan Cabang-Cabangnya)

Dosen Pengampu:
DESI SUSANTI.S.Esy, M.E

01

01 02

03

Urgensi Ilmu Hadis 04


05

06

Let's Get
Started
Usaha mempelajari dan mengajarkan hadis-hadis 01
Urgensi berasal dari bahasa latin yaitu urgere
Nabi SAW. harus tumbuh subur di tengah-tengah
(kata kerja) yang berarti mendorong. Dalam bahasa
masyarakat sebagai sumber ajaran Islam guna tampak
inggris yaitu urgent (kata sifat). Dalam bahasa
nyata dalam mendampingi al-Qur`an. Hal ini mulai
02
indonesia urgensi (kata benda) yang berarti
menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita untuk harus dipandang penting karena hadis-hadislah yang
diselesaikan. menjadi penjelasan yang merinci keumuman al- 03
Urgensi mempelajari dan memasyarakatkan hadis Qur`an, mengokohkan keberadaan ayat-ayat al-
dalam arti mengajarkannya secara meluas kepada Qur`an dan dalam masalah tertentu, serta menentukan
seluruh umat Islam. Hadis sedemikian sangat penting hukum. 04
karena ia merupakan perkataan, perbuatan, dan Iman Sufyan al-Tsauri mengatakan, mempelajari
persetujuan Nabi Muhammad saw. yang menjadi hadis merupakan fardu kifayah. Mempelajarinya lebih
sumber hukum kedua setelah al-Qur`an. Dalam utama dari pada melaksanakan shalat sunnah dan puasa 05
hubungan ini, diangkat di samping pengertian hadis sunnah. Al-Tsauri mengatakan pula, saya tidak
itu sendiri, juga diangkat nama-nama lain atau mengetahui satu ilmu yang lebih utama bagi orang
sinonim hadis dan dalil ayat dan hadis yang menjadi yang berhasrat menundukan wajahnya di hadapan 06
dasar pentingnya mempelajari dan Allah SWT selain ilmu hadis. Orang-orang sangat
mengajarkan atau memasyarakatkan hadis. memerlukan ulmu ini sampai kepada soal-soal kecil
atau sederhana, seperti makan dan minum dalam hal
ini memerlukan petunjuk dari hadis.
01

Al-Hakim mengatakan, andai kata tidak banyak orang yang menghafal hadis
02
(termasuk sanadnya), niscaya menara Islam akan roboh dan para ahli bid’ah (penambah-
nambah agama) akan membuat hadis palsu (maudhu’) dan memutarbalikan sanad. Dan
Imam Syafi’i mengatakan, demi umurku, soal ilmu hadis termasuk tiang agama Islam 03
yang paling kokoh dan keyakinan yang paling teguh. Tidak digemari selain orang-orang
yang jujur dan taqwa; dan tidak dibenci menyebarkannya kecuali orang-orang munafik
dan celaka.
04
Demikianlah bahwa pentingnya hadis-hadis Nabi saw. menjadi gerakan umat
untuk mempelajari dan mengajarkannya atau memasyarakatkannya. Hanya dengan
gerakan mempelajari dan memasyarakatkan hadis-hadis yang terprogram,
05
baik yang menyangkut ibadah, akhlak dan muamalah maupun akidah dengan
pelaksanaan yang intensif, maksimal dan kontinyu yang mampu membawa umat
Islam ke dalam kecerahan. 06
01

02 02

03

Objek Ilmu Hadis 04

05

06

Let's Get
Started
Menurut mayoritas Ulama Hadits, ilmu Hadits secara garis besar itu terbagi menjadi dua bidang
pokok, yaitu Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah.
a. Ilmu Hadits Riwayah
Para Ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan Ilmu Hadits Riwayah, namun yang paling
terkenal di antara definisi-definisi tersebut adalah definisi Ibnu Al-Akhfani, yaitu :

‫ظ‬

“Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
Nabi SAW., periwayatannya, pencatatannya, dan penelitian lafadh-lafadhnya.”
Objek kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW.,
Sahabat, dan Tabiin, yang meliputi :
1) cara periwayatannya, yakni cara penerimaan dan penyampaian Hadits dari seorang periwayat
(rawi) kepada periwayat lain;
2) cara pemeliharaan, yakni penghapalan, penulisan, dan pembukuan Hadits.
Ilmu ini tidak membicarakan Hadits dari sudut kualitasnya, seperti pembahasan tentang
‘adalah (keadilan) sanad, syadz (kejanggalan), dan ‘illat (kecacatan) matan. Ilmu Hadits Riwayah
ini bertujuan untuk menghindari adanya kemungkinan salah kutip terhadap apa yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
b. Ilmu Hadits Dirayah
Ilmu Hadits Dirayah atau disebut juga dengan Ilmu Musthalah al-Hadits menurut Muh.
Mahfudh At-Turmusy, yaitu :

ْ ‫َو‬

“Undang-undang (kaidah-kaidah) untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima
dan menyampaikan Al-Hadits, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya”.
Objek Ilmu Hadits Dirayah adalah meneliti kelakuan para perawi dan keadaan marwinya
(sanad dan matannya). Menurut sebagian Ulama, yang menjadi objeknya adalah Rasulullah sendiri
dalam kedudukannya sebagai Rasul Allah. Kajian terhadap masalah-masalah yang bersangkutan
dengan sanad disebut Naqd as-Sanad atau kritik ekstern. Disebut demikian karena yang dibahas
dalam ilmu ini adalah akurasi (kebenaran) jalur periwayatan, mulai sahabat sampai kepada
periwayat terakhir yang menulis dan membukukan Hadits tersebut. Sementara itu kajian terhadap
masalah yang menyangkut matan disebut Naqd al-Matn (kritik matan) atau kritik intern karena
yang dibahas adalah materi Hadits itu sendiri, yakni perkataan, perbuatan, atau ketetapan
Rasulullah SAW.
Tujuan dan manfaat Ilmu Hadits Dirayah adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Hadits dan ilmu Hadits dari masa ke masa sejak
masa Rasulullah SAW. sampai masa sekarang;
2. Mengetahui tokoh-tokoh dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam mengumpulkan,
memelihara, dan meriwayatkan Hadits;
3. Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para Ulama dalam mengklasifikasikan
Hadits lebih lanjut;
4. Mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria-kriteria Hadits sebagai pedoman dalam
menetapkan suatu hukum syara’.
01

03 02

03

Ilmu Hadis 04
Dan Cabang-Cabangnya
05

06

Let's Get
Started
a. Pengertian
b. Cabang – Cabang Ilmu Hadis
 Ilmu Hadis adalah ilmu yang membahas kaidah- Dari ilmu hadis Riwayah dan Dirayah
kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan di atas, pada perkembangan berikutnya,
matan, apakah diterima atau ditolak. Atau Ilmu muncul lah cabang-cabang ilmu hadis
pengetahuan yang membicarakan tentang cara- lainnya, diantaranya:
cara persambungan hadis kepada Rasulullah
SAW dari segi hal, ihwal para perawinya, yang 1. Ilmu Rijal al-Hadis
menyangkut kehabitan dan keadilanya, dan dari 2. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
bersambung dan terputusnya sanad, dan 3. Ilmu Tarikh al-Ruwah
sebagainya. 4. Ilmu `Ilal al-Hadis
5. Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh
6. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis
7. Ilmu Gharib al-Hadis
8. Ilmu al-Tashif wa al-Tahrif
9. Ilmu Mukhtalif al-Hadis
1. Ilmu Rijal al-Hadis

adalah Ilmu untuk mengetahui para perawi Hadis dan kapasitas mereka sebagai perawi hadis. Ilmu
ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan ilmu hadis, kerena sebagaimana diketahui, objek
kajian hadis pada dasarnya pada dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijal al-Hadis dalam hal
ini, mengambil porsi khusus mempelajari persoalan persoalan disekitar sanad.

2. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil contoh ungkapan untuk kecacatan


perawi, antara lain ;
 ‫( الناس أكذب ن فال‬fulan orang yang
Ilmu al Jarh adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
kecacatan para perawi, seperti pada kedabitan dan paling berdusta),
keadilanya. Al jarh, yang secara bahasa berarti luka atau  ‫ فال ن متهم بالكدب‬dusta), tertuduh (ia
cacat. Sedangkan al-Ta`dil, secara bahasa berarti al-  ‫ فال ن ليس با حجة‬hujjah). bukan (fulan
Tasyiwiyah (menyamakan).
 Berdasarkan pengertian di atas, para ulama Contoh ungkapan untuk mengetahui
mendefenisikan Ilmu al Jarh dan al-Ta`dil dengan keadilan para perawi, antara lain:
rumusan: Ilmu yang membahas tentang para perawi  ‫ فال ن أوثق الناس‬paling yg orang (fulan
hadis dari segi yang dapat menunjukkan keadaan dipercaya),
mereka, dengan ungkapan atau lafaz tertentu.  ‫( ضابط ن فال‬fulan itu kuat hafalannya)
dan
‫( حجة ن فال‬fulan hujjah).
3. Ilmu Tarikh al-Ruwah

Adalah Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan mereka
terhadap hadis. Ilmu ini bermanfaat untuk mempelajari keadaan identitas para perawi, seperti
kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, kapan mereka mendengar hadis dari gurunya, siapa orang
meriwayatkan hadis daripadanya. Tempat tinggal mereka, tempat mereka mengadakan lawatan,
dan lain-lain. Selain itu, , ilmu ini mengkhususkan pembahasannya secara mendalam pada
sudut kesejarahan dari orang-orang yang terlibat dalam periwayatan.

4. Ilmu `Ilal al-Hadis


Kata `Ilal” adalah bentuk jama` dari kata ”al-Ilaah” yang menurut bahasa berarti penyakit atau sakit.
Menurut ulama muhaddisin, istilah “illah” berarti sebab tersembunyi atau samar-samar yang
berakibat tercemarnya hadis, akan tetapi yang kelihatan adalah kebaikannya, yakni tidak terlihat
adanya kecacatan. Menurut Abu Abdullah al-hakim al-Naisaburi menyebutkan bahwa ilmu “Ilal al-
Hadis, ialah ilmu yang berdiri sendiri, selain dari ilmu shaheh dan dha`if, jarh, dan ta`dil.
5. Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh
Menerangkan ilmu nasikh dan mansukh dalam hadis adalah: “ ilmu yang membahas hadis- hadis
yang berlawanan yang tidak dapat dipertemukan dengan ketetapan bahwa yang datang
terdahulu disebut mansukh dan yang datang kemudian disebut nasikh”.

6. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis

Kata Asbab adalah jama`ah dari sabab. Menurut ahli bahasa diartikan al-habl (tali). Maksud
ilmu ini ialah suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab Nabi SAW
menuturkan sabdanya dan waktu beliau menuturkan itu, seperti sabda Rasul SAW tentang suci dan
menyucikan air laut yang artinya.”Laut itu suci airnya,dan halal bangkainya “Hadis ini dituturkan oleh
Rasul SAW karena seorang sahabat hendak berwudu’ ketika ia berada ditengah laut ia dalam
kesulitan.
7. Ilmu Gharib al-Hadis
Ialah ilmu untuk mengetahui dan menerangkan makna yang terdapat pada lafaz-lafaz hadis yang jauh
dan sulit dipahami, karena lafaz tersebut jarang digunakan. Ilmu ini muncul atas usaha para ulama
setelah wafat karena banyaknya bangsa yang bukan Arab memeluk islam serta banyak-nya
yang kurang memahami istilah atau lafaz lafaz tertentu yang gharib atau yang sukar
dipahaminya.
8. Ilmu al-Tashif wa al-Tahrif

adalah ilmu Pengetahuan yang berusaha menerangkan hadis-hadis yang sudah diubah titik atau
syakalnya (mushhaf) dan bentuknya (Muharraf). Menurut Al –Hafiz Ibn Hajar, Ilmu ini
merupakan satu disiplin ilmu yang menilai tinggi, yang dapat membangkitkan semangat
para penghafal hadis. Hal ini disebabkan, karena dalam hapalan terkadang para ulama
terjadi kesalahan bacaan dan pendengaran yang diterima dari orang lain. Sebagai
contoh; dalam suatu riwayat disebutkan juga, bahwa salah seorang yang meriwayatkan
hadis dari Nabi SAW dari Bani Sulaimah, adalah Utbah ibn al-Bazr, padahal yang
sebenarnya adalah `Utbah ibn al Nazr. Dalam hadis ini terjadi perubahan sebutan al-
Nazr menjadi al-Bazr.

9. Ilmu Mukhtalif al-Hadis

Ialah ilmu yang membahas hadis-hadis, yang menurut lahirnya saling bertentangan atau
berlawanan, agar pertentangan itu dapat dihilangkan atau dikompromikan keduanya,
sebagaimana membahas hadis-hadis yang sulit dipahami isi atau kandungannya, dengan
menghilangkan kesulitan serta menjelaskan hakikatnya.
‫شكرا‬
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai