Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEMBAGIAN HADITS
(HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH)
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah :
“STUDI HADITS”
Dosen pengampu : MOH. HELMI HIDAYAT, SE, ME

OLEH :

ARUUNG PANGESTU

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN

SUMENEP MADURA

2021

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Makalah 4
C. Tujuan makalah 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ilmu hadis dirayah dan riwayah 5
B. perintis ilmu hadits riwayah dan dirayah 6
C. hukum mempelajari hadits riwayah dan dirayah 7
D. faedah dari belajar ilmu hadits riwayah dan dirayah 8
E. sejarah perkembangan ilmu hadits 9

BAB III PENUTUP


A. Simpulan 10

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Study Hadits. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
pembagian hadits.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Moh. Helmi Hidayat SE,ME
selaku dosen mata kuliah studi hadits atas Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ulum al-hadits adalah ilmu yang membahas sabda, perbuatan, pengakuan, gerak-
gerik dan bentuk jasmaniyah rasulullah saw. Beserta sanad dan ilmu pengetahuan untuk
membedakan keshahihannya, kehasanaannya, kedhoifannya, dan kepalsuan hadits baik
dari sisi matan maupun sisi sanadnya.
Sebagian ulama’ juga membuat istilah lain selain ulumul hadits, yaitu ushul al-
hadits. Pengrtian ilmu ushul al-hadits ialah suatu ilmu yang menjadi sarana untuk
mengenal keshahihan, kehasanan, kedhoifan dan kepalsuan hadits, baik dari sisi matan
maupun sanand hadits dan untuk membedakan denganyang lainnya.
Dari definisi ini, maka cakupan ilmu hadits sangat luas, tidak saja menyangkut
matan dan sanad hadits secara murni, tetapi juga menyangkut setting sosial budaya,
politik dan sosial ekonomi yang melingkupi hadits nabi. Maka dari itu ilmu hadits bisa
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu itu sendiri. Misalnya ilmu
sosiologi hadits, ilmu psikologi hadits dan sebagainya. Dan Secara garis besar ilmu-ilmu
hadits dapat dibagi menjadi dua, yaiut ilmu hadits dirayah dan ilmu hadits riwayah.

B. Rumusan masalah
1. Apa pegertian ilmu hadits riwayah dan dirayah ?
2. Siapa yang merintis ilmu hadits riwayah dan dirayah ?
3. Bagaimana hukum mempelajari hadits riwayah dan dirayah ?
4. Apa faedah dari belajar ilmu hadits riwayah dan dirayah ?
5. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu hadits ?

C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui ilmu hadits riwayah dan dirayah
2. Untuk mengetahui siapa yang merintis ilmu hadits riwayah dan dirayah
3. Untuk mengetahui hokum mempelajari hadits riwayah dan dirayah
4. Untuk mengetahui faedah dari belajar ilmu hadits riwayah dan dirayah
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu hadits

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi ilmu hadits riwayah dan dirayah
Menurut al-suyuti, ulama al-mutaqqidimin (ulama yang hidup sebelum abad keempat
hijriyah) mendefinisikan ilmu hadis sebagai berikut:
“ ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara-cara persambungan hadits sampai kepada
rasulullah saw, dari segi mengetahui hal ihwal para periwayatnya, menyangkut ke-dabit-an
dan keadilannya, dan dari segi tersambung atau terputusnya sanad, dan sebagainya”1

a. Pengertian Hadits dirayah


Menurut bahasa, Dirayah berarti pengetahuan. Ilmu Hadits Dirayah juga sering disebut-
sebut sebagai pengetahuan tentang ilmu hadits atau pengantar ilmu hadits. Ilmu hadits
dirayah adalah ilmu pengetahuan tentang rawi dan yang diriwayahkan atau sanad dan
matannya baik juga berkaitan dengan pengetahuan tentang syarat-syarat periwayahan,
macam-macamnya atau hukum-hukumnya.
Ulama lain berpendapat, ilmu hadits dirayah adalah ilmu yang dapat mengetahui keadaan
sanad dan matan. Menurut imam Assyuthi, Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya dan hukum-
hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-
hal yang berkaitan dengannya.2
Sedangkan menurut muhamad mahfuzd at-Tirmizi dalam mendefinisikan pengertian ilmu
hadits diroyah ialah
‫قَ َوانِيْنُ يُ ْد َرى بِهَا اَحْ َوا ُل َو َسنَ ٍد‬
Artinya :Undang-undang atau kaidah-kaidah untuk mengetahui dan matan.
Yang terkandung dalam pengetian di atas ialah segala ketentuan, baik berkaitan denga
kualitas kesahihannya (sahih, hasan, dan dha’if-nya Hadits). Sandaranya (marfu, mauquf,
dan maqthu’-nya), serta menerima dan meriwayatkannya (kaifiah at-tahmul wa al-ada),
maupun sifat-sifat dan mendefinisikannya dengan-nya.3 Ketentuan itu terdapat dalam kitab-
kitab ilmu hadits yang disusun oleh para ulama hadits.
Al-suyuti, mengutip pendapat ibn al-afkani, mendefinisikan ilmu hadits dirayah dengan
menyatakan bahwa hadits dirayah ialah Ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakikat
periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui

1
Jalal al-din ‘abd al-rahman ibn abi bakr alsyuthi, tadrib al-rawi fi syarh tarqib al-nawawi, jilid 1 (Beirut: Dar al-fikr,
1988), 5-6
2
Abdul muis, perbankan syari’ah,https://dolmaprinting.blogspot.com, 18,14:25
3
Muhammad mahfuz ibn ‘abd allah al-tirmisi, manhaj dzawi al-nazar (Beirut:far al-fikr, 1947), 23

5
keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macam Hadits yang diriwayatkan, dan
segala yang berkaitan dengannya.4
b. Pengertian hadits riwayah
Menurut bahasa riwayah berarti Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Ilmu hadis
riwayah, secara bahasa, berarti ilmu hadis yang berupa periwayatan.
Para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan ilmu hadis riwayah, namun yang paling
terkenal diantara definisi-definisi tersebut adalah definisi Ibnu Al-Akhfani, yaitu ilmu hadis
riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW,
periwayatannya, pencatatannya, dan penelitian lafazh-lafazhnya.
Sedangkan ilmu hadits riwayah menurut istilah sebagaimana pendapat Dr. Subhi
Asshalih, ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti
dan berhati-hati bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa
perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat serta segala segala sesuatu yang disandarkan
kepada sahabat dan tabiin.
Menurut Ibn al-Akfani, sebagaimana yang dikutip oleh Al-Suyuthi, bahwa yang
dimaksud Ilmu Hadis Riwayah adalah Ilmu Hadis yang khusus berhubungan dengan riwayah
adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi saw dan perbuatannya,
serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya
Ilmu hadits Riwayah ialah ilmu yang membahas perkembangan hadits Dari segi kelakuan
para Perawinya, mengenai kekuatan hapalan dan keadilan mereka dan dari segi keadaan
sanad. Ilmu hadits riwayah ini berkisar pada bagaimana cara-cara penukilan hadits yang
dilakukan oleh para ahli hadits, bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain dan
membukukan hadits dalam suatu kitab.

2. Perintis ilmu hadits riwayah dan dirayah


a. Hadits dirayah
Orang yang menyusun Ilmu Hadits Dirayah atau Ilmu Musthalah Hadits untuk pertama
kalinya adalah Al-Qodli Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdur Rahman Ar-Ramahurmuzi ra.
Karya beliau mengenai Ilmu Hadits Dirayah atau Ilmu Musthalah Hadits tertulis dibukukan
dalam sebuah kitab yang diberi nama Al-Muhadditsul Fashil.
b. Hadits riwayah
Orang yang pertama kali merintis Ilmu Hadits Riwayah ini adalah Imam Muhammad bin
Syihab Az-Zuhri dimulai pada tahun 99 H sampai 101 H atas perintah Khalifah Umar bin
Abdul Aziz. Beliau merupakan salah satu ahli hadist pada masa pemerintahan Khalifah Umar
bin Abdul Aziz.

4
Jalal al-din ‘abd al-rahman ibn abi bakr al-suyuthi, tadrib al-rawi fi syarh tarqib al-nawawi, jilid 1 (beirut: Dar al-
fikr, 1988), juz 1, 40

6
3. Hukum mempelajari hadits riwayah dan dirayah
Adapun hukum mempelajari ilmu hadits adalah sama seperti hukum mempelajari ilmu
hadits riwayah dan dirayah adalah fardlu ‘ain jika hanya ada satu orang yang berusaha
mempelajarinya. Namun, jika jika sudah banyak orang yang mepelajari disiplin ilmu ini,
maka hukumnya fardlu kifayah.

4. Faedah ilmu hadits riwayah dan dirayah


a. Hadits riwayah
Yang menjadi objek ilmu Hadits ini ialah membicrakan bagaimana cara menerima,
menyampaikan kepada orang lain memindahkan dan memtadwin-kan Hadits. Dalam
menyampaikan dan membukaan Hadits hanya disebutkan apa adanya, baik yang berkaitan
dengan matan maupun sanadnya. Ilmu ini tidak membicarakan Hadits dari sudut kualitasnya,
seperti tentang adalah (keadilan) sanad, sidaz ( kejanggalan), dan illat (kecacatan) matan
Adapun kegunaan atau signifikansi memepelajari ilmu Hadits ini ialah untuk
menghindari adanya penukilan yang salah. Dari yang beredar pada umat islam bisa jadi
bukan hanya Hadits, melainkan juga ada berita-berita lain, yang sumbernya bukan dari nabi
atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.
b. Hadits dirayah
Objek ilmu dirayah ialah sanad rawi dan matan/marwi. Dari sudut diterima (maqbul) atau
ditolaknya (mardud), suatu Hadits. Dari asfek sanadnya diteliti tentang keadilan dan
kecacatannya, bagaimana mereka menerima dan menyampaikan Haditsnya serta ittishal a-
sanad atau bersambung atau tidaknya antara sanad-sanad Hadits tersebut.
Tujuan dan urgensi ilmu Hadits dirayah adalah untuk mengetahui dan menetapkan
Hadits-Hadits yang maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau untuk diamalkan) dan
yang mardud (yang ditolak).Dengan mempelajari ilmu Hadits dirayah ini, banyak kegunaan
yang diperoleh, antara lain:
pertama, dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Hadits dan ilmu Hadits dari
masa kemasa sejak masa Rasulallah SAW sampai dengan masa sekarang kedua; dapat
mengetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam mengumpulkan,
memelihara dan meriwayatkan Hadits; ketiga, dapat mengetahui kaidah-kaidah yang
dipergunakan oleh ulama dalam mengklasifikasikan Hadits lebih lanjut:, keempat, dapat
mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan
Hadits lebih lanjut; dan kelima, dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria
Hadits sebagai pedoman dalam menetapkan sutau hukum syara5.

c. Sejarah perkembangan ilmu hadits


5
Sohari sahrani, ulumul Hadits, (bogor, ghalia indonesia, 2010) 75

7
Ilmu hadits riwayah merupakan ilmu yang lebih dahulu lahir dibandingkan dengan
ilmu hadits dirayah. Hal ini disebabkan pada awalnya umat tidak mengalami kesulitan pada
aspek sanad hadis. Masalah yang mereka hadapi biasanya pada aspek pemahaman terhadap
teks hadis itu sendiri. Diantara sahabat ada yang saling menegur ketika terjadi
kesalahpahaman terhadap suatu teks. Seperti yang dilakukan aisyah terhadap kesalahan anas
bin malik dalam hal mayat disiksa lantaran ditangisi oleh keluarganya.
Demikian pula teguran abu bakar kepada umar ibn khattab yang teks tulisan
haditsnya masih belum tuntas dan perlu dilengkapi sehingga melahirkan perbedaan dalam
mempersepsikan hadits. Hasbi ash-syiddieqy bahwa orang yang mula-mula meletakkan
dasar-dasar ilmu hadis ini adalah imam ibnu syihab al-zuhri (51-124 H)6
Setelah terjadi kasus pemalsuan terhadap hadits-hadits nabi, barulah ada gerakan
yang signifikan dalam proses penerimaan dan periwayatan hadits. Sejak itulah perhatian
ulama tertuju kepada kredebilitas perawi dan peletaka kaedah-kaedah yang dapat dijadikan
acuan dalam penerimaan hadis dan penolakannya. Pada awalnya teori-teori proses
penerimaan dan periwayatan hadits serta kredibilitas perawi ilmu (ilmu dirayah) masih
tersisip dalam buku-buku yang belom spesifik, berbaur dengan berbagai makalah seperti
yang dilakukan imam al-syafi’i dan lainnya dalam karya-karya mereka.
Tidak ditemukan kepastian tahun berapa ilmu hadits lahir, tetapi yang jelas ilmu ini
lahir ketika hadits sudah terkodifiksi pada abad ke-II H. dengan demikian, rintisan ilmu
hadits adalah terjadi pada abad ke-III H. memang seperti pengetahuan tentang kredibilitasi
perawi sudah ada sejak zaman rasulullah saw., tetapi pada saat itu belum menjadi disiplin
ilmu yang berdiri sendiri.
Ketika imam al-syafi’i (w. 204 H) menulis kitab al-risalah, sebenarnya ilmu hadits
telah mengalami perkembangan lebih maju, sebab didalam kitab telah dibahas kaidah-kaidah
tentang periwayatan, hanya saja masih bercampur dengan kaidah ushul fiqh. Demikian pula
dalam kitab al-umm. Disana telah ditulis pula kaidah yang berkaitan dengan cara
menyelesaikan hadits-hadits yang bertentangan, tetapi masih bercampur dengan fiqih.
Artinya, ilmu hadits pada saat itu sudah mulai tempak bentuknya, tetapi masih belum
terpisah dengan ilmu lain, belum menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Sesudah generasi al-syafi’i, banyak sekali para ulama yang menulis ilmu hadits,
misalny ali bin al-madani menulis kitab mukhtalif al-hadits, ibnu qutaibah (w. 276 H)
menyusun kitab ta’wil mukhtalif al-hadits. Imam muslim dalm muqaddimah kitab
shahihnya, al-turmizi menulis al-asma’ wa al-kuna, muhammad bin sa’ad menulis al-
tabaqat al-qubra. Demikian pula imam al-bukhari menulis tentang rawi-rawi yang lemah
dalam kitab al-dhu’afa’.

Dengan banyaknya ulama yang menulis tentang persoalan yang menyangkut ilmu
hadits pada abad ke-III H ini, maka dapat dipahami mengapa abad ini disebut sebagai awal
kelahiran ilmu hadits, walaupun tulisan yang ada belum membahas ilmu hadits secara
lengkap dan sempurna. Penulisan hadis secara lengkap baru terjadi ketika al-qodi abu
muhammad al-hasan bin Abdurrahman al-ramahurmuzi (w. 360 H/abad ke IV H) menulis
6
Hasbi ash-syiddieqy, pokok-pokok ilmu dirayah hadis, (jakarta; bulan bintang, 1981) jilid I, 37

8
buku al-muhaddis al-fasil bayn al-rawi wa al-wai. Kemudian disusul al-hakim al-nasyaburi
(w. 405 H) menulis ma’rifah ‘ulum al-hadits, alkhatib abu bakar al-baghdadi menulis kitab
al-jami’ li adab asy-syaikh wa al-sami’, al-kifayah fi ilm al-riwayah dan al-jami’ li akhlaq
al-rawi wa adab al-sami.7

BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Dari segi pengertiannya Ilmu hadits dirayah adalah ilmu pengetahuan tentang rawi dan
yang diriwayahkan atau sanad dan matannya baik juga berkaitan dengan pengetahuan tentang
7
Bandingkan dengan penjelasan hasbi ash-shiddieqy, pokok-pokok, jilid I, 37-38

9
syarat-syarat periwayahan, macam-macamnya atau hukum-hukumnya. Dan juga ilmu hadis
riwayah ialah ilmu yang membahas perkembangan hadits Dari segi kelakuan para Perawinya,
mengenai kekuatan hapalan dan keadilan mereka dan dari segi keadaan sanad. Ilmu hadits
riwayah ini berkisar pada bagaimana cara-cara penukilan hadits yang dilakukan oleh para
ahli hadits, bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain dan membukukan hadits dalam
suatu kitab.
Dan yang merintis ilmu hadits, baik itu riwayah ataupun dirayah adalah beberapa ulama
yang mempunyai keahlian dari segi kekuatan hafalannya, keadilan mereka, dan juga
kekuatan sanad-nya. Dan juga faedah dalam mempelajari ilmu hadits adalah dapat
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Hadits dan ilmu Hadits dari masa kemasa sejak
masa Rasulallah SAW sampai dengan masa sekarang kedua; dapat mengetahui tokoh-tokoh
serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan
meriwayatkan Hadits
ketiga, dapat mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh ulama dalam
mengklasifikasikan Hadits lebih lanjut:, keempat, dapat mengetahui kaidah-kaidah yang
dipergunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan Hadits lebih lanjut; dan kelima,
dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria Hadits sebagai pedoman dalam
menetapkan sutau hukum syara

10

Anda mungkin juga menyukai