PENDAHULUAN
Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah alQuran.
Sebab hadis mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung
oleh teks suci tersebut. Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat yang masih global dan
tidak jelas Maknanya sehingga seringkali seorang mufassir memakai hadis untuk
mempermudah pemahamannya.
Hadis juga merupakan landasan hukum kedua bagi kehidupan umat Islam,
selain dari hukum-hukum dalam al-Qur‟an, perlu juga ada penjelasan melalui
hadis, agar manusia dapat memahami maksud ayat al-Qur‟an yang samar.
Karena setiap manusia dari tahun ketahun metode pemahaman dan pemikirannya
periwayatan hadis yang dilakukan oleh Rasulullah juga masih belum dapat
masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ulumul hadis, maka terdapat beberapa kalangan
yang serius sebagai pemerhati hadis. Hal ini tidak lain bertujuan untuk
mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik ditinjau dari segi matan
hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan hadis-hadis yang layak
Posisi hadis sebagai sumber hukum. Tidak lain karena adanya kesesuaian
antara hadis dengan teks suci yang ditranmisikan kepada Nabi Muhammad. Bisa
juga dikatakan bahwa hadis merupakan wahyu Tuhan yang tidak dikodifikasikan
dalam bentuk kitab sebab lebih banyak hasil dari proses berpikirnya Nabi dan
hasil karya Nabi. Akan tetapi bukan berarti hadis adalah al-Quran.
Dengan alasan itu maka selayaknya hadis mendapat perhatian yang khusus
bagi tokoh Muslim selain studi al-Quran. Agar khazanah ajaran islam benar-benar
hadir. Dalam memahami hadis Nabi, realitas mempunyai posisi yang sangat
penting. Agar hadis Nabi mampu mengakomodir segala realitas yang komplek
dan beragam. Dengan itu, maka hadis Nabi tidak akan pernah mati dan terus hidup
sampai penutupan zaman. Akan tetapi , dalam beberapa hal terdapat ciri - ciri
khusus.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat karya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu metode
yang terdapat dalam buku yang sesuai dengan materi yang akan dibahas.
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan ini berisikan hal-hal sebagai berikut yang terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
1. BAB 1 : Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,
penulisan.
2. BAB 2 : Dalam bab ini berisi tentang pembahasan rumusan masalah, tujuan
3. BAB 3 : Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan materi dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut KBBI Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
dengan haditst ialah segala sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik
akhlak Nabi baik sebelum maupun sesudah beliau di utus menjadi Rasul, baik
Ulumul hadis terdiri dari dua kata, yaitu ‘ulum dalam bahsa Arab
merupakann jamak dari kata ‘ilm yang berarti “ilmu-ilmu” sedangkan al-hadits di
kalangan ulama hadits berate “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw
dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.” Dengan demikian, gabungan dari dua
yang dimaksud dengan ilmu hadits itu ialah ilmu yang berputan dengan hadits.
Dfinisi ini beliau kemukakan, mengingat ilmu yang bersasngkut paut dengan
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits Nabi Saw dan para
Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan ulumul
tetapi, pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan dan
dijadikan satu, serta selanjutnya, dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Terhadap ilmu yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan
makna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadiist, karena telah terjadi makna
perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya yang pertama “beberapa ilmu
yang terpisah” menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus, yang nama
menjadi dua bagian yaitu ilmu hadits dirayah dan ilmu hadits riwayah.
kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan
pembahasan ilmu hadits dirayah ini ialah keadaan matan, sand, dan rawi
hadits.
Dengan kata lain, ilmu hadits riwayah ialah ilmu yang membahas
Dari ilmu hadits dirayah dan riwayah ini pada perkembangan berikutnya
muncullah cabang-cabanag ilmu hadits lainnya seperti ilmi rijal al-hadits, ilmu al
jarhwa al-ta’dil, ilmu Tarikh al-ruwah, ilmu ‘ilal al-hadits, ilmu al-naikh wa al-
mansukh, ilmu asbab wurud al-hadits, dan ilmu mukhtalif al-hadits. Secara
Ilmu Rijal Al-hadits yaitu yang membahas para perawi hadits, baik
yang terpenting di dalam ilmu Rijal al-hadita adalah sejarah kehidupan pada
tokoh tersebut, meliputi masa kelahiran dan wafat mereka, negeri asal, negeri
mana saja tokoh-tokoh itu mengembara dan dalam jangka berapa lama,
kepada siapa saja mereka memperoleh hadits san kepada siapa saja mereka
menyampaikan hadits.
persoalan ini. Ada yang menyebut Ilmu Tarikh, ada yang ,menyebut Tarikh
perawi hadits disebabkan oleh sesuatu yang dapat merusak keadilan atau
“sifat jelek” yang melekat pada periwayat hadits seperti pelupa, pembohonh,
dan sebagainya. Apabila sifat itu dapat dikemukakan maka dikatakan bahwa
periwayat tersebut cacat. Hadits yang dibawa oleh periwayat seperti ini
ditolah, dan hadits di nilai lemah (dha’if). Maksudnya al-Ta’dil (menilai adil
kepada orang lain) yaitu istilah yang digunakan untuk menunujkkan sifat baik
yang melekat pada periwayat, seperti kuat hafalan, terpeercaya, cermat, dan
lain sebagainya.
hadits yang dibawanya dapat diterima sebagai sumber ajaran Islam, maka
Dengan ilmu ini akan diketahui keadaan dan identitas para perawi,
Jadi ilmu Tarikh al-ruwah ini merupakan senjata yang ampuh untuk
kebohongan para perawi. Mengetahui tanggal lahir para perawi juga sangat
bertemu dengannya.
Kata ‘ilal adlah bentuk jama’ dari kata al ‘illah menurut Bahasa berarti
Adapun yang dimaksud dengan ilmu ‘illah hadits menurut muhadditin adlah
hadits ke dalam hadits lain, dan hal- hal yang seperti itu.
Menurut al Hakim, ilmu ‘ilal hadits ialah ilmu yang berdiri sendiri,
selain dari ilmu shaih dan dhaif, jarh dan ta’dil. Ia menerangkan ‘ilal hadits
yang tidak termasuk kedalam bahasan jarh, sebab hadits yang majruh adalah
cukup.
(menasikh) hukum Hadits yang lain (mansukh). Yang datang dahulu disebut
mansukh, dan yang muncul belakangan dinamakan nasikh. Nasikh inilah yang
berlaku selanjutnya.
)١٠٦ :٢̸ ما ننسخ من اية اوننسها نات بخير منها اومثلها الم تعلم ان هللا علي كل شيء قد ير (البقرة
Ayat mana saja yang kami naskhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang
sebanding dengannya. Tiadalah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah maha kuasa atas segala sesuatu. (QA Al Baqarah(2) : 106)
Untuk mengetahui nasakh dan mansukh ini bisa melalui beberapa cara :
a. Dengan penjelasan dari nash atau syari’itu sendiri, yang dalam hal ini
ialah rasulullah .
Dengan demikian akan diketahui mana yang datang terlebih dahulu dan
Kata asbab adalah jama’ dari kata sabab. Menurut ahli bahasa
diartikan dengan “al-habl” (tali), saluran yang artinya jelas sebagai : “segala
“Sesuatu yang membatasi arti suatu hadits’ baik berkaitan dengan arti umum
atau khusus, mutlak atau muqayyad, dinasakhan dan seterusnya” atau, “Suatu
sebab Nabi SAW. Menuturkan sabdanya dan waktu beliau menuturkan itu.”
Seperti sabda Rasul SAW. Tentang kesucian air lautdan apa yang ada di
dalamnya. Ia bersabda: “Laut itu suci airnya dan suci bangkainya”. Hadits ini
dituturkan oleh Rasul SAW. Saat berada di tengah lautan dan ada salah
air (tawar).
Urgensi asbab al-wurud terhadap hadits, sebagai salah satu jalan untuk
memahami kandungan hadits. Ini terlihat dari beberapa faedahnya, antara lain,
dapat mentakhsis arti yang umum, membatasi arti yang mutlak, menjelaskan
asbab wurud hadits ini,dapat dengan mudah memahami apa yang dimaksud
yang sukar diketahui dan dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan
bahasa arab pasar (umum). Ilmu ini bisa juga diartikan sebagai ilmu yang
menerangkan mkna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar
ialah ungkapan dari lafazh-lafazh yang sulit dan rumit untuk dipahami yang
Rasul sefasih-fasihnya orang Arab yang diutus oleh Allah SWT. untuk
tertentu yang gharib (asing). Oleh karena itu ilmu ini dimunculkan atas usaha
para ulama untuk memudahkan dalam memahami hadits-hadits yang
langkah pertama memahami suatu hadits dan untuk istinbath hukum. Oleh
karena itu ilmu ini akan banyak menolong untuk menuju ke pemahaman
tersebut.
sulit untuk menjelaskannya, juga menyerahkan kepada ahli bahasa (gharib al-
hadits).
yang meriwayatkan hadits dari nabi saw dari bani sulaimah, adalah ‘utbah ibn
al-Bazr, padahal yang sebenarnya ‘itbah ibn al-Nazr. Dalam hadits ini terjadi
DAFTAR PUSTAKA
1. Zulia Nadziroh, Putri Indah PermatasarI, M. Fauzun Ni’am,Mujib Amirul
2. https://www.academia.edu/8963010/PENGERTIAN_PENGETAHUAN_ILM
3.