Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI DAN FUNGSI ILMU RIJALUL HADIST

Ferdy Hasan Haswin


IAIN Pontianak, pontianak, ferdyh781@gmail.com
Dzikri Hawwin Alaina Rahman
IAIN Pontianak, pontianak, alainahawwin1@gmail.com

Abstrak
 Tujuan
 Medote
 Hasil
Hadis adalah suatu fan ilmu yang dari ilmu tersebut dijadikan sebagai rujukan kedua
umat islam untuk mengatahui hukum-hukum setelah al-qur’an, untuk memahami
hadist kita harus terbih dahulu mempelajari ilmu hadist, dalam ilmu hadist ada materi
tentang rijalul hadist, dalam penerimaan hadist diperlukan adanya sanad yang jelas
yang jika ditelusuri sanad ini bersambung sampai Rasulallah SAW. Di sinilah
diperlukannya adanya ilmu rijalul hadist untuk mengetahui bagaimana cara
penyampaian hadist tersebut agar kita mengetahui kualitas hadist,dengan mengeahui
keadaan para perawi yang menjadi sanad, dan memudahkan kita mengetahui kualitas
suatu hadist maka bisa kita simpulkan bersama bahwa ilmu rijalul hadist ini merupakan
separuh dari ilmu hadist, maka dari itu penulis akan membahas tentang rijalul hadist.
metode dalam penulisan ini yakni deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yakni
melalui studi pustaka yang bersumber dari literatur terkait seperti buku, jurnal, artikel,
dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil analisis penulis bahwa rijalul hadist adalah ilmu
untuk mengetahui atau memilah milih para perawi hadist sebagai perawi hadist untuk
memastikan bahwa hadist yang mereka bawa itu layak di jadikan rujukan ummat.
Kemudian fungsi dari rijalul hadis yaitu untuk mengetahui sebuah kapasitas suatu
sanad dan matan hadist
Kata kunci: rijalul hadis dan fungsinya

A. Pendahuluan
a. Latar belakang
Telah kita ketahui bersama sebagai salah satu sumber ajaran islam hadist
menempati urutan kedua di bawah al-qur’an. Berbeda dengan al-Qur’an yang
semua ayatnya diterima secara turun-temurun, kalau hadist yang turun-temurun
adalah periwayatannya. Perlu diketahui kodifikasi hadist yang resmi baru dirintis
pada masa khalifah Umar bin Abdul-Aziz.
Karena merupakan salah satu sumber ajaran islam dan periwayatannya
secara berangsur-angsur , maka perlu adanya ilmu yang mengupas secara
mendalam mengenai orang yang meriwayakan hadist untuk memastikan benar
tidaknya hadist yang mereka sampaikan. Karena yang mereka sampaikan adalah
ucapan utusan Allah ta’ala.
Dalam menerima hadist diperlukan adanya sanad yang jelas yang jika
ditelusuri sanad itu bersambung sampai Rasulullah SAW. Sanad adalah sandaran
hadist, dari siapa hadist itu di dengar. Di sinilah diperlukan adanya ilmu Rijalul
Hadist , yaitu ilmu untuk mengetahui para perawi hadist dalam mengetahui
posisi mereka sebagai perawi hadist. Ilmu inilah yang membahas tentang
persoalan-persoalan yang terdapat dalam sanad, jadi bisa dikatakan bahwa ilmu
rujalul hadist ini merupakan separuh dari ilmu hadist.
Jadi, diantara sebab munculnya ilmu rijalul hadist adalah belum
terkumpulnya hadist Nabi SAW dalam kitab-kitab tertentu, melihat derajat
tingkatan hadist digolongkan hal yang penting sebagai salah satu sumber ajaran
islam begitu juga al-qur’an, maka kerena hal itu tidak sedikit orang-orang yang
memanfaatkan dan tidak bertanggung jawab. Orang-orang itu mengada-adakan
hadist palsu, dalam bentuk maklumat-maklumat yang mereka katakan berasal
dari Nabi SAW, akan tetapi Nabi SAW tidak pernah menyatakan demikian.
Pada zaman Nabi SAW, pemalsuan hadits hanyalah pusaran kepentingan
muamalah di kalangan individu dalam masyarakat. Sepeninggal Nabi, terutama
setelah Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, banyak motif seseorang
memalsukan hadis. Puncaknya adalah ketika umat Islam terpecah menjadi
pendukung khalifah Ali bin Abi Thalib, pendukung Gubernur Muawiyah dan
keduanya (khawarij).
Jika pada masa Rasulullah SAW, hadits dipalsukan untuk kemaslahatan
umat Islam secara individu, maka pada masa perang Shiffin tahun 37 Hijriyah
dan fitnah Kubra sekitar tahun 40 Hijriyah, hadits tersebut dipalsukan untuk
kepentingan politik. - Kepentingan kolektif untuk melegitimasi hasrat mereka.
Oleh karena itu, pada saat itu sulit untuk membedakan antara hadits maudhu
(palsu) dan hadits shahih (shahih).
Ada hal yang harus diperhatikan mengenai sanad, yaitu tentang pembahasan
seluk beluk dan perihal periwayatan hadist yang sering disini akan kita bahas
yaitu ilmu rijalul hadist.

B. Definisi
Pengertian rijalul hadist secara bahasa adalah orang-orang disekitar hadist.
Sedangkan menurut istilah adalah ilmu yang membahas tentang para periwayat hadist
baik dari kalangan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabiin dalam kapasitas mereka sebagai
perawi hadist.1
Jadi ilmu rijalul hadis ialah, suatu pembahasan mengenai latar belakang riwayat
keseharian kehidupan para perawi-perawi hadist agar untuk memastikan kalau hadist
yang mereka sampaikan itu benar-benar hadist yang bersumber dari Nabi Muhmmad
SAW.
Menurut pendapat Al-Zarqoni, ilmu rijalul hadist ialah:
‫وهو علم يعرف به رواة الحديث من حيث انهم رواة للحديث‬
Artinya:”ilmu untuk mengetahui para periwayat hadist dari segi pribadi mereka sebagai
perawi hadist”2
Menurit istilah :Ilmu rijalul hadist adalah ilmu yang membahas tentang para perawi-
perawi hadist yang meriwayatkan hadist, mereka ini dikenali bukan hanya tentang
biografinya, namanya dan juga nama bapaknya, dan nama kakeknya dan sererusnya, di
cari tentang kelahiran dan wafatnya, proses sa’at ia menuntut ilmunya, perjalanan
hidupnya, dan juga yang tidak kalah penting adalah ketika perawi yang meriwayatkan
hadist riwayatnya layak atau tidak untuk diterima kerena ini menyangkut agama
menyangkut risalah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, maka diperlukan adanya

1
Mudasir,ilmu hadist,(Bandung:Pustaka setia:1999),hal 4
2
Subhi Al-shalih,1988:110.
standar yang sangat tinggi dan sangat ketat untuk bisa sampai kepada kita sebagai
hadist yang bisa diterima sebagai rujukan
Jadi, bisa disimpulkan dari definisi ilmu rijalul hadist secara istilah adalah suatu
kajian yang mana dalam kajian tersebut membahas tentang biografi kehidupan para
perawi hadist untuk mengetahui suatu sanad dalam hadist tersebut, karena dalam
hadist itu tidak akan pernah lepas dari nama nya sanad dan matan, maka bisa
dikatakan bahwa ilmu rijalul hadist ini adalah sebagian dari hadits karena didalamnya
membahas suatu kapasiatas dari para perawi untuk mengetahui sanad 3 dan
matan4,hadist yang kita jadikan rujukan.
Dalam ilmu hadist atau rijalul hadist adalah syarat perawi hadist dalam keadilannya
adalah kejujuran5. Jadi dalam meriwayat kan hadist maka para perawi hadist harus
memiliki sifat jujur dikarenakan yang disampaikan adalah hadist yang menjadi sumber
hukum dan pedoman kehidupan manusia, jika para perawinya tidak memliki sifat jujur
maka dikhawatirkan akan menambah-nambahkan suatu hadist itu hingga bisa saja
artinya bisa tidak sesuai dengan sumber yang awal dari Nabi SAW atau bisa jadi
mengada-adakan terhadap suatu hadist untuk kepentingan pribadi dalam urusan nya.
Sehingga hadist tersebut tidak bisa dipakai untuk suatu rujukan hukum atau pedoman
hidup manusia dikarenakan perawinya tidak menjaga kemurnian hadist tersebut.

C. Fungsi rijalul hadist


Dapat kita ketahui dari beberapa definisi diatas bahwa fungsi atau keguna’an ilmu
rijalul hadist adalah untuk mengetahui posisi hadis yang kita baca, dilihat dari ihwal para
periwayat yang meriwayatkan hadist yang kita pakai.Hal itu sangat diperlukan karena
untuk menghindari yang namanya pemalsuan suatu hadist, kerena dalam sejarah
terdapat oknum-oknum yang memalsukan hadist. Untuk memilah-milih hadist-hadist
palsu itu, maka perlunya akan ilmu rijalul hadist, dan juga untuk menempatkan tingkatan
ke shahihan pada setiap hadist.

3
‫سلسلة الرجال الموصلة الى المتن‬ “yaitu mata rantaipara perawi hadis yang menghubungkan sampai
kepada”. Didalam ulumul hasdis karya Dr. Abdul Majid khon, M.Ag. edisi ke dua hal 107

4
“Kalimat tempat terakhirnya sanad atau lafadz-lafadz hadist” ,Memehami lmu Hadis, karya asep herdi, hal 52
5
Proyek Kehidupan, sesuai ketentuan al-qur’an dan hadist 2020
Untuk mengantisipasi umat muslim agar tidak begitu saja mudah dalam menerima
suatu hadist tanpa perlu untuk mengetahui siapa perawinya dan bagaimana perawi
tersebut dalam meriwayatkan hadist, maka para ulama’ risau sehingga tergarak hati
mereka untuk membuat ilmu rijalul hadist, dan belau-beliau pun sangat bergairah untuk
meneliti para perawi-perawi hadis.
Hal-hal yang diteliti oleh para ulama’ sebagai ilmu rijalul hadis ialah : meneliti sanad
hadist, ketersambungan sanad dan keterputusan sanad secara runtut dalam sanad suatu
hadist, dan juga kepantasan suatu hadis untuk bisa dikatakan hadist yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW atau hadist yang di tolak (mauquf).
D. Pembahasan
I. Kajian Ilmu Rijalul Hadist
Ilmu rijalul hadist adalah ilmu yang membahas tentang orang-orang yang
meriwayatkan hadist, mereka ini dikenali bukan hanya tentang bigrafinya, namanya dan
juga nama bapaknya, dan nama kakeknya dan sererusnya, di cari tentang kelahiran dan
wafatnya, proses sa’at ia menuntut ilmunya, perjalanan hidupnya, dan juga yang tidak
kalah penting adalah ketika perawi yang meriwayatkan hadist riwayatnya layak atau
tidak untuk diterima kerena ini menyangkut agama menyangkut risalah yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW, maka diperlukan adanya standar yang sangat tinggi
dan sangat ketat untuk bisa sampai kepada kita sebagai hadist yang bisa diterima
sebagai rujukan.6
Ilmu rijalul hadist di juga dikenal dengan nama lain ilmu tarikh Ar-ruwwat (ilmu
sejarah perawi).7 Jadi ilmu juga bisa disebut sebagai ilmu Tarikh Ar-ruwwat dikarenakan
ilmu ini membahas seluruhnya tentang sejarah dari para perawi hadist, baik dari tempat
kelahirannya,dan wafatnya guru-gurunya,dan juga orang-orang yang menyampaikan
darinya , negri dan tanah air mereka dan juga keseluruhan para perawi.
Berikut ini adalah perawi-perawi yang menjadi obyek kajian ilmu rijalul hadist:
 Para sahabat
 Para tabi’in
 Para tabiut-tabi’in
 Para muhadramin(meraka adalah orang yang mengalami hidup pada
masa jahiliyah dan orang yang hidup juga pada masa ketika beliau
6
Penjelasan dari Ust.Ridwan Hamidi, Lc.,M.P.I.
7
Takhrij hadis, Dr. Shabri Shaleh anwar. M.Pd.I, Dr. Ade Jamaruddin,SS.,MA, Surdirman Anwar. M.Pd,I. 2018,
hal 23
Nabi Muhammad SAW, dalam keada’an islam, akan tetapi oran-orang
itu tidak bertatap langsung dengan beliau dan mendengarkan hadist
langsung dari beliau Nabi Muhammad SAW).8
 Para mawalliy(mereka adalah para perawi hadist dan para ulama’
yang pada awalnya berstatus sebagai seorang budak.9)
Adapun ruang lingkup kajian ilmu rijalul hadist ini ialah:
o Nasab seorang perowi,
o Biografi keseharian seorang porowi,
o Tempat Lahir , dibesarkan , menuntut ilmu , dan wafatnya seorang perawi,
o Pendapat orang-orang yang berada disekitarnya dan pada masanya, tentang
perawi tersebut,
o Keada’an murid-murid seorang perowi.
Adapun para ulama’ dalam membuat suatu kitab tentang ilmu rijalul hadist
menggolongkan kitab-kitab mereka berdasarkan:
 Berdasarkan nasab dan nama-nama para perawi hadist yang serupa, karena
banyak sekali dari nama-nama perawi,kunya, dan laqob i yang secara jelas
serupa tetapi orangnya berbeda, diantara kitab yang membahas tentang hal
tersebut adalah kitab Al-Musytabah fi al-rijal : Asma’ihim wa Ansabihim,
karangan Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Ustman bin Qoymaz Adz-
Dzahaby.10
 Berdasarkan riwayat hidup para perawi hadist, diantara kitab yang
membahas mengenai hal tersebut adalah kitab al-Tarikh al-Kabir karangan
Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim al-Ja’fi atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Al-bhukhari pada zamannya.
 Berdasarkan kualitas para perawi hadist baik yang tsiqqot
(dipercaya),ataupun yang dhoif(lemah), diantara kiyab yang menghimpun
nama-nama para perawi hadist yang tsiqqoh adalah kitab Al-tsiqqat wa Al-
Musabbithin, karangan Ali bin Abdullah Al-Madini(234H),

8
Musthalahul hadist.Faturrahman
9
As-Suyuthi,Taqrib al-Rawiy syarh Taqrib Li al-Nawawiy fann ushul al-Hadist,hal;302
10
Al-Musytabah fi al-rijal : Asma’ihim wa Ansabihim, karangan Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin
Ustman bin Qoymaz Adz-Dzahaby,(Beirut:Dar Ihya’ al-Kutub Al-‘arabiyah,1962).Cet 1,Juz 1, hal,4
Sedangkan kitab yang menghimpun perawi hadist yang dha’if adalah Al-
Kamil fi Al-Du’afa, karangan Al-Hafizd Al-Imam Abu Ahmad Abdillah bin Adiy
(w.365 H)

II. Cabangan Ilmu Rijalul Hadist

Dalam penetapan atau penerima’an hadist terdapat standar yang sangat tinggi
agar suatu hadist bisa dinilai layak untuk dijadikan rujukan, berhubungan dengan hal
itu diperlukan cabangan-cabangan ilmu yang lain untuk memenuhi standar untuk
menyeleksi hadist-hadist tersebut yaitu:11
 Ilmu Thabaqoh Ruwah; Ialah suatu pembahasan yang membagi para perawi
ke dalam suatu generasi serta thabaqat-thabaqat tertentu, salah satu kitab
yang membahas mengenai ilmu tersebut ialah At-thabaqatu al qubra
karangan Syech Muhammad bin sa’ad bin mani’ al-hafizd katib Al-
Waqidy(168-230H)
 Ilmu al-Mu’talif wa al-Mukhtalif; Ialah suatu pembahasan yang membahas
mengenai bentuk tulisan dari nama asli yang serupa, nama samaran, dan
keturunan para perawi,
 Ilmu al-Muttafiq wa al-Muftariq; Ialah suatu pembahasan yang membahas
perserupa’an tentang bentuk tulisan dan bunyi baca’annya, akan tetapi
berbeda orangnya. Muttafiq (sama) dari sisi lafazd dan khath(cara
penulian)namun berbeda (muftariq) dari sisi orangnya.12
 Ilmu al-Mubhamat; Ialah suatu pembahasan yang membahas atau untuk
mengetahui nama-nama rawi yang sengaja atau tidak sengaja tidak
disebutkan dalam sanad hadist, salah satu kitab yang membahas mengenai
hal ini adalah al-Asma’ al-mubhama fi ‘I-anba’ al-mukhama:Karangan Syech
Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi al-shafi’i 13

E. Penutup

11
Al-fatih Suryadilaga,dkk.,Ulumul Hadist,hal.311
12
Mandhumah Al-Baiquni,Amr bin Muhammad bin futuh Al-Baiquni(1600an M)
13
Nuzhah Al-Nathr,by Ibn Hajar,pg.45-51,published with al-Nukat of Ali ibn Hasan,Dar Ibn al-Jawzi,Dammam,
Saudi Arabia.
Alhamdulillah semoga dari pembahasan yang telah kita bahas bersama diatas dapat
disimpulkan bahwa dalam sebuah hadist terdapat yang namanya sanad. Jadi, dalam
menentukan tingkatan-tingkatan hadist (shohih,hasan,atau dho’if) para ulama’
membuat yang satu fan ilmu namanya ilmu Rijalul Hadist yang sangat dibutuhkan,
Untuk mengantisipasi umat muslim agar tidak begitu saja mudah dalam menerima
suatu hadist tanpa perlu untuk mengetahui siapa perawinya dan bagaimana perawi
tersebut dalam meriwayatkan hadist, maka para ulama’ risau sehingga tergarak hati
mereka untuk membuat ilmu rijalul hadist, dan belau-beliau pun sangat bergairah untuk
meneliti para perawi-perawi hadis.
Beliau-beliau khawatir karena tidak sedikit yang memanfa’atkan, untuk kepentingan
tertentu, serta tidak bertanggung jawab, yaitu mereka oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Mereka secara lancang membuat hadist palsu, berupa sebuah
maklumat-maklumat yang mereka katakan berasal dari Nabi SAW, padahal Nabi
Muhammad SAW tidak pernah mengatakan hal demikian. Dengan ilmu rijalul hadist
inilah dapat digunakan sebagai penyaring dari hadist-hadist yang tersebar, karena
didalam metode yang digunakan dalam ilmu rijalul hadist menggunakan standar
penyeleksian yang sangat tinggi, karena ini menyangkut hadist sebagai wahyu dari
ALLAH, yang digunakan sebagai rujukan dalam kehidupan umat islam.
Maka pantaslah untuk mengatakan ilmu rijalul hadist adalah separuh dari ilmu
hadist.Oleh karenanya kita sebagai umat muslim, kita dalam menggunakan hadist,
sebelumnya kita terlebih dahulu menelusuri para perawi-perawi hadisnya yang telah
dirumuskan atau dikumpulkan oleh para ulama’ dari kitab-kitab mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Mudasir,ilmu hadist,(Bandung:Pustaka setia:1999),hal 4
Materi Ajar, Ulumul hadist,untuk kelas X MA KEMENAG RI 2013,YOGYAKARTA
Subhi Al-Shalih,1988:110
‫“ سلسلة الرجل الموصلة الى المتن‬yaitu mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada
matan”. Didalam ulumul hadist ,Majid Khon Kholil, edisi ke dua hal 107
Herdi Asep,Memahami Ilmu Hadist,,hal 52
Proyek Kehidupan, Sesuai ketentuan al-qur’an dan hadist 2020
Penjelasan dari Ust.Hamidi Ridwan,Lc.M.P.I.
Dr.Saleh Anwar Shabri,M.Pd.I, Dr.Jamaruddin Ade,SS,MA,Takhrij Hadist,2018
Faturrahman,Musthalahul Hadist
As-suyuthi,Taqrib al-Rawiy syarh Taqrib Li al-Nawawiy fann ushulul hadist,hal.302
Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Ustman bin Qoymaz Adz-Dzahaby,Al-
Musyatabah fi al-rijal:Asma'ihim wa Ansabihim.(Beirut:Dar al-Kutub Al-
arabiyahArabiyaet 1, juz 1, hal.4
Muhammad bin futuh Al-baiquni Amr bin, Mandhumah Al-Baiquni(1600an M)
Nuzhah Al-Nathr,by Ibn Hajar,pg.45-51,published with al-Nukat of Ali ibn Hasan,Dar Ibn
al-Jawzi,Dammam, Saudi Arabia.

Anda mungkin juga menyukai