Anda di halaman 1dari 11

RUANG LINGKUP ILMU RIJĀL AL-ḤADĪTH

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ulumul Hadis II
Dosen Pengampu

Fatihatus Sakinah, M.Ag

Oleh

Arina Nikhlah M NIM: 2020.01.01.1616


Indana Zulfa NIM: 2020.01.01.1620
Laela Nur Khalimah NIM: 2020.01.01.1825
Lulu’ Mukarromah NIM: 2020.01.01.1639
Nur Tamimah NIM: 2020.01.01.1549
Shofiyah NIM: 2020.01.01.1547

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2021
RUANG LINGKUP ILMU RIJĀL AL-ḤADĪTH

Oleh: Arina Nikhlah M, Indana Zulfa, Laela Nur K, Lulu’ Mukaromah, Nur
Tamimah, dan Shofiyah

A. Pendahuluan
Para peneliti hadis selalu bertumpu pada dua komponen pokok
hadis yakni sanad dan matan hadis sebab dua hal tersebut meupakan
pokok penenttu keshahihan suatu hadis. Selain bertumpu pada sanad dan
matan yang harus perlu diperhatikan yakni hal-hal yang berkaitan dengna
sanad dan matan sepeti ‘illah al-ḥadīth, ghārib al-ḥadīth, sambung atau
tidaknya sanad hadis, kecacatan rawi hadis yang termasuk pada
pembahasan rijāl al-ḥadīth. Penjelasan mengenai rijāl al-ḥadītis .
penelitian terhadap hadis ini dilakukan sebab hadis merupakan sumber
ajaran kedua syari’at Islam setelah al-Qur`an oleh karenanya baik hadis
ataupun al-Qur`an harus benar-benar terjaga otentitasnya selain itu
penelitian terhadap hadis ini merupakan sebuah sumbangsih yang
diberikan para Ulama hadis dengan tujuan untuk menjaga hadis Nabi
sebagai sumber hukum umat Islam hingga akhir zaman nanti.
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Rijāl al-Ḥadīth
1. Pengertian Ilmu Rijāl al-Ḥadīth dan Ruang Lingkupnya
Kata rijāl dalam istilah hadis berarti orang yang menerima hadis
dari seseorang dan menyampaikan hadis yang telah diterimanya kepada
orang lain.1

‫علم يعرف به رواة احلديث من حيث اهنم رواة للحديث‬

Ilmu untuk memiliki para perawi hadis dalam kapasitas mereka


sebagai perawi hadis

‫علم يبحث فيه عن رواة حلديث من الصحابة والتابعني ومن بعدهم‬

1
Kementrian Agama, Hadis-Ilmu Hadis, (Jakarta: Kemenag RI, 2015), 5.
Pengertian diatas dipaparkan oleh as-Shidqiey yang memiliki pengertian
“Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabi’in
maupun dari perangkat-perangkatan sesudahnya”.2
Definisi di atas tersebut menunjukkan bahwa Ilmu Rijāl al-Hadīth adalah
ilmu yang membicarakan tentang sejarah kehidupan para perawi , baik dari
sahabat, tabiin, dan generasi selanjutnya. Para Ulama mendefinisikan Ilmu
Rijāl al-Hadīth adalah ilmu yang membahas tentang para perawi dan
biografinya dari kalangan sahabat dan generasi seterusnya.3 Ilmu ini
merupakan bagian dari ‘ulūmul hadīth yang sangat penting. Objek Ilmu
hadis yaitu mempelajari sanad dan matan hadis, sanad hadis adalah para
perawi hadis yang merupakan obyek pembahasan Ilmu Rijāl al-Hadīth.
2. Signifikansi dan Manfaat mempelajari Ilmu Rijāl al-Ḥadīth
Munculnya ilmu ini bersamaan dengan periwayatan hadis dalam
agama Islam dan mengambil tema khusus untuk memepelajari persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan sanad. Kedudukan Ilmu Rijāl al-Hadīṣ
sangat penting, mengingat objek kajiannya ada pada sanad hadis. Ulama
telah memberikan perhatian yang sangat serius terhadap persoalan sanad
untuk lebih mengetahui tentang tokoh-tokoh yang ada dalam sanad dan
kualitas suatu hadis.4
Dalam pembahasan para Ulama menggali seputar tentang para
perawi hadis, baik berkaitan dengan umur, tempat asal, dan sejarah belajar
mereka dari berbagai guru. Hal tersebut dilakukan untuk lebih mengetahui
keshahihan simā’ yang dikatakan oleh perawi dan demi mengetahui ke
muttaṣil-an sanad dari yang terputus, yang mursāl dari yang marfū’ dan
lainnya.
Signifikansi dalam mengetahui Ilmu Rijāl al-Ḥadīth dapat dilihat
dari segi sejarah para perawi hadis (ilmu tārīkh al-ruwāh) dan hal-hal yang
menjadikan berkurangnya kedhabitan perawi(jārh wa tā’dil) oleh
karenanya disiplin ilmu Rijāl al-Ḥadīth dibagi menjadi dua bagian yang
penting yakni:
2
Hasbi as-Shiddqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: t.np 1991),153.
3
Aulia Karomah, Ilmu Rijal al-Hadis, (Medan: UIN Sumatra Utara, 2018), 2.
4
Marhumah emha, Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh, (Yogyakarta: SUKA
Press, 2014), 22.
a. Ilmu Sejarah para Perawi hadits “‫”علم تاريخ الرواة‬
Menurut Muhammad ‘Ajāj Al-Khaṭīb, Ilmu Tārīkh al-Ruwāt
adalah ilmu yang membahas tentang para rawi hadits dari segi yang
berhubungan dengan periwayatan mereka terhadap hadits.
Menerangkan semua hal ihwal para rawi dengan menyebut tahun
kelahiran dan wafatnya serta menyebutkan guru-guru mereka, tahun
kapan ia mendengar hadits dari guru-gurunya, siapa saja yang
meriwayatkan hadits darinya. Menyebutkan asal negara dan tempat
tinggalnya, juga menerangkan perjalanan rawi dan kedatangannya ke
berbagai daerah yang berbeda-beda. Menyebutkan cara mendengar
rawi dari sebagian guru-gurunya itu lemah atau sesudah mereka
lemah dan segala hal yang berhubungan dengan urusan hadits.5
Para Ulama Salaf menamakan ilmu ini dengan nama yang
berbeda-beda, ada yang menyebutnya dengan “Tārīkh al-Ruwāh”,
“Ilmu Tārīkh” atau “at-Tawārīkh wa al-rufayāt”. Ilmu Tārīkh al-
Ruwāt tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan para
perawi hadis. Ilmu ini sangat penting diketahui oleh para peneliti
hadis untuk mengetahui sanad dan hadis yang diterima serta yang
tertolak.
b. Ilmu al-jārh wa tā’dil “‫”علم الجرح والتّعديل‬
Lafad “‫رح‬VVV‫ ”الج‬menurut bahasa berarti “melukai”, sedangkan
menurut istilah adalah menampakkan suatu sifat kepada rawi yang
dapat merusak keadilannya atau merusak kekuatan hafalan dan
ketelitiannya serta segala sesuatu yang dapat menggugurkan
riwayatnya dan menyebabkan riwayatnya di tolak. Sedangkan “‫”العدل‬
menurut bahasa berarti “sesuatu yang menentramkan jiwa yang
menunjukkan bahwa ia seorang yang teguh terhadap kebenaran”.
sedang “’adil” menurut istilah adalah orang yang tidak tampak pada
dirinya dalam urusan agama dan kehormatannya sesuatu yang dapat
merusaknya. Oleh karena itu ia diterima riwayat dan kesaksiannya
apabila telah memenuhi persyaratan keahlian meriwayatkan. Dalam

5
M. Ajjaj al-Khatib, ‘uṣul al-ḥadith, (Beirut: Dar al-Fikr, 2002), 164.
penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan “Ilmu al- jārh wa
tā’dil” adalah Ilmu yang membahas tentang segala keadaan para
perawi dari segi diterima dan ditolaknya periwayatan mereka. 6 Ilmu
jārh wa tā’dil adalah ilmu yang membahas tentang kualitas para rawi
dari segi segala sesuatu yang dapat melemahkannya dan keadilan para
rawi dengan menggunakan kata-kata yang khusus untuk menerima
atau menolak riwayat dari mereka.7
Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
jārh wa tā’dil merupakan suatu ilmu yang membahas data-data
perawi hadis dari segi kelemahan dan kelebihan dalam meriwayatkan
hadis dengan membuat kualifikasi tingkat kelemahan dan kelebihan
perawi dengan istilah-istilah khusus.
3. Riwayat para tokoh Rijāl al-Ḥadīth dari kalangan Sahabat dan Tabiin
Beberapa tokoh hadis telah meriwayatkan hadis-hadis yang menjadi
rujukan setelah al-Qur`an. Berikut riwayat dari para tokoh hadis pada
masa sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis pada masa para
sahabat yaitu:
a. Abu Hurairah
Abu Hurairah mempunyai nama lengkap ‘Abdullah al Rahman Ibn
Shakhr al-Dausi al-Yamani. Abu Hurairah masuk Islam saat berada di
Yaman yaitu ketika di hadapan al-Thufail Ibn ‘Amr yang turut
berhijrah ke Madinah dan bergabung bersama Rasulullah saat
penaklukan Khaibar pada tahun 7 H. Abu Hurairah adalah salah satu
sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari sahabat-sahabat
lainnya. Hadis yang telah diriwayatkan Abu Hurairah sekitar 5374
hadis dan banyak tokoh hadis lainnya juga meriwayatkan hadis dari
Abu Hurairah.8
b. Abdullah Ibn Umar
Abdullah Ibn Umar yang lahir pada tahun ke 2 atau ke 3 dari
kenabian.Abdullah Ibn Umar masuk Islam ketika berusia 10 tahun

6
Aulia Karomah, Ilmu Rijal al-Hadis, 5.
7
M. Ajjaj al-Khatib, ‘uṣul al-ḥadith, 168.
8
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2015), 280.
bersama ayahnya tetapi Abdullah Ibn Umar hijrah lebih dulu ke
Madinah dari pada Umar Ibn al-Khattab. Abdullah Ibn Umar telah
meriwayatkan hadis sekitar 2630 hadis yang diriwayatkan dari Nabi
dan para sahabat diantaranya dari ayahnya sendiri yaitu Umar Ibn al-
Khattab, Abu Bakar, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib, dan
lainnya.9
c. Anas Ibn Malik
Anas IbnMalik mempunyai nama lengkap Anas Ibn Malik Ibn al-
Nadhr Ibn Dhamdham al-Anshari al-Khazraji al-Najjari. Ketika
Rasulullah hijrah ke Madinah, Anas masih berusia 10 tahun dan saat
itu Anas diserahkan kepada Rasululllah oleh ibunya. Kemudian Anas
tubuh dan besar bersama Rasulullah dan berkhidmah pada Rasulullah
selama 10 tahun. Anas telah meriwayatkan hadis sebanyak 2286 hadis
yang berseumber dari Rasulullah dan para sahabat lainnya.
Diantaranya 318 hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, 80
hadis diriwayatkan oleh Bukhari saja dan 70 hadis yang diriwayatkan
oleh Muslim.10
d. Aisyah
Aisyah binti Abu Bakar al-Shiddiq yaitu salah satu istri Rasulullah
yang dinikahi pada tahun 2 H bulan Syawal. Aisyah hidup bersama
Rasulullah selama 8 tahun 5 bulan. Aisyah telah meriwayatkan sekitar
2210 hadis yang bersumber langsung dari Rasulullah dan para sahabat.
Banyak para sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadis dari Aisyah
seperti Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid Ibn Khalid al-Juhni,
dan lainnya.11
e. Abdullah Ibn Abbas
Abdullah Ibn Abbas mempunyai nama lengkap Abu al-Abbas
Abdullah Ibn Abbas Ibn Abdul al-Mutholib Ibn Hasyim Ibn Abd
Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi. Abdullah Ibn Abbas merupakan anak
dari paman Rasulullah. Abdullah Ibn Abbas lahir pada tahun 3

9
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, 283.
10
Ibid, 285.
11
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (t.tp: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), 449.
sebelum HIjriyah di Syi’b Makkah. Abdullah Ibn Abbas telah
meriwayatkan sekitar 1660 hadis yang bersumber dari Rasulullah,
Ayahnya, ibunya, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abd al-Rahman Ibn
Auf, dan lainnya. Hadis dari Abdullah Ibn Abbas banyak diriwayatkan
oleh para sahabat seperti Abdullah Ibn Amr Ibn Tsalabah, al-Masur
Ibn Makhramah, Abu Thufail, dan lainnya, sedangkan juga banyak
diriwayatkan oleh para tabi’in seperti Sa’id Ibn al-Musyyab, Abdullah
Ibn al-Harits, Abu Salamah, al-Qasim Ibn Muhammad, Ikrimah, dan
lainnya.12
f. Jabir Ibn Abdullah
Jabir Ibn Abdullah mempunyai nama lengkap Jabir Ibn Abdullah
Ibn Amr Ibn Haram Ibn Tslabah al-Khazraji al-Salami al-Anshari Abu
Abdullah. Jabir Ibn Abdullah telah meriwayatkan 1540 hadis yang
bersumber dari Rasulullah dan para sahabat seperti Abu Bakar, Umar,
Ali, Abu Ubaidah, Thalhah, Mu’adz Ibn Jabal, Ammar Ibn Yasir,
Khalid Ibn Unais, dan lainnya. Hadis dari Jabir Ibn Abdullah
diriwayatkan oleh Abdullah al-Rahman, ‘Uqail , Muhammad, Sa’id
Ibn al-Musayyab, Mahmud Ibn Lubaid, Amr Ibn Dinar, Abu Ja’far al-
Baqir, dan lainnya.13
g. Abu Sa’id al Khudri
Abu Sa’id al Khudri mempunyai nama lengkap Sa’ad Ibn Malik
Ibn Sinan Ibn ;Ubaid Ibn Tsalabah Ibn Ubaid Ibn al-Abjar. Abu Sa’id
al Khudri telah meriwayatkansekitar 1170 hadis yang bersumber dari
Rasulullah, ayahnya yaitu Malik Ibn Sinan, Qatadah Ibn Nu’man, Abu
Bakar, Umar, Ali, Zaid Ibn Tsabit, dan lainnya.14

Berikut riwayat dari para tokoh hadis pada masa tabi’in, yaitu:

a. Sa’id Ibn Musayyab


Sa’id Ibn Musayyab mempunyai nama lengkap adalah Said Ibn al-
Musayyib Ibn Hazn Ibn Abi Wahb al-Makhzumi al-Quraisy Sa’id Ibn

12
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, 451.
13
Ibid, 454.
14
Ibid, 456.
Musayyab lahir pada tahun 15 H/636 M dan wafat pada tahun 94
H/715M.

b. ‘Urwah Ibn Zubair


‘Urwah Ibn Zubair mempunyai nama lengkap adalah Abu ‘Abdillah
‘Urwah Ibn Az-Zubair Ibn Al-’Awwam Ibn Khuwailid Ibn Asad Ibn
‘Abdil ‘Uzza Ibn Qushay Ibn Kilab Al-Qurasyi Al-Asadi Al-Madani.
‘Urwah Ibn Zubair dilahirkan pada tahun ke-23 Hijriyyah pada masa
kekhalifahan ‘Utsman bin ‘Affan di kota Madinah, Putra dari Az-Zubair
Ibn Al-’Awwam radhiyallahu ‘anhu. Ibu ‘Urwah Ibn Zubair adalah Asma’
bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq.
c. Naif al-Adawy
Naif al-Adawy memunyai nama lengkap adalah Nafi' Ibn
Abdurrahman Ibn Abi Nu'aim al-Laitsi al-Kanani atau lebih dikenal
sebagai Nafi' al-Madani. Beliau lahir pada tahun 70 H, wafat di Madinah
pada tahun 169 H. Naif al-Adawy adalah seorang ulama dibidang qira'at
al-Qur'an dan merupakan salah satu Imam qira'at sepuluh. Dalam bidang
hadits, beliau sangat sedikit sekali meriwayatkan hadis Nabi. Namun hal
tersebut tidak mengurangi kredibilitas dan kapabilitas beliau sebagai ahli
qira’at.
d. Al-Hasan al-Basri
Al-Hasan al-Basri meriwayatkan banyak hadis dari para sahabat Rasul,
seperti Utsman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib, Abu Musa al-Asy'ari,
Abdullah Ibn Umar, Abdullah Ibn Abbas, Anas Ibn Malik, dan masih
banyak lain.
e. Muhammad Ibn Sirrin
Muhammad Ibn Sirrin mempunyai nama lengkap Abu bakar
Muhammad Ibn Sirin al-Bashri atau disingkat Ibnu Sirin. Muhammad Ibn
Sirrin adalah salah seorang tokoh ulama ahli fiqih dan perawi hadis dari
golongan tabi'in yang menetap di Bashrah. Ibnu Sirin juga terkenal
kemampuannya dalam menakwilkan mimpi, serta atas kesalehannya.
Beliau lahir pada tanggal 653 M di Basra, Irak. Beliau meninggal pada
tanggal 12 Januari 729 M. Ibnu Sirin mempelajari ilmu agama serta
meriwayatkan hadis antara lain dari Abu Hurairah, Abdullah Ibn Umar,
Abdullah Ibn Zubair, Imran Ibn Hushain, dan Anas Ibn Malik.
Muhammad Ibn Sirrin merupakan guru dari Qatadah Ibn Di'amah, Khalid
al-Hadda, Ayyub al-Sakhtiyani, dan lain-lain.15
C. Keutamaan Sanad dan Kepentingannya terhadap Ilmu Rijāl al-
Ḥadīth
Para ahli hadis sangat berhati-hati dalam meneliti sanad tersebut
karena adanya suatu tujuan karena sanad hadis merupakan penentu dalam
suatu kualitas hadis, pada zaman sahabat Abu Bakar r.a, dan Umar bin
Khatab r.a pengawasan terhadap sanad hadis sudah terjadi, hadis tidak
akan bisa diterima tanpa adanya saksi kebenaran oleh seseorang yang
lainnya hal ini juga terjadi dimasa kepemimpinan sahabat Ali bin Abi
Thalib r.a hadis tidak akan diterima bila orang yang menyampaikan hadis
tersebut tidak menyatakan sumpahnya, tetapi pengawasan ini tidak berlaku
bagi para sahabat yang memang sudah sangat terpercaya karena yang
diperlukan dalam menerima hadis adalah adanya kepercayaan penuh
terhadap perawi hadis jika suatu saat terdapat keraguan maka perlu
didatangkan saksi atau keterangan mengenai hadis yang disampaikan.
Dapat dilihat dari hal yang telah disampaikan bahwa sanad sangat penting
bagi kualitas suatu hadis16, sebab bila terdapat suatu kecacatan dalam
sanad hadis sekalipun itu samar tetap akan mengancam pada kualitas hadis
tersebut.
Kedudukan sanad hadis begitu penting karena hadis yang diperoleh
atau hadis yang disampaikan akan mengikuti siapa yang
menyampaikannya atau yang meriwayatkan, melalui sanad periwayatan
hadis juga dapat diketahui antara hadis yang dapat diterima dan hadis yang
tidak dapat diterima atau tertolak selain dapat menentukan kualitas sanad
hadis juga memiliki peranan dalam proses pendokumentasian hadis yang
menyangkut dengan pengumpulan dan pemeliharaan hadis, bukti tentang
15
Kementrian Agama, Hadis-Ilmu Hadis, 31.
16
Marhumah emha, Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh, 25.
keutamaan hadis telah disebutkan dalam hadis dan atsār salah satunya
yang telah diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Sirin.17
D. Kesimpulan
Materi ilmu Rijāl al-Ḥadīth ini dapat di ketahui dengan meneliti
objek hadis melalui sanadnya, para peneliti memakai ilmu ini tidak lain
hanya untuk mengetahui seputar biografi dan keadaan seorang perawi
sebab hal ini dapat mempengaruhi pada kualitas hadis. Disiplin Ilmu Rijāl
al-Ḥadīth sudah ada sejak zaman khulafa` rasyidin dari sini kemudian
berkembanglah disiplin ilmu ini. Diantara kemanfaatan yang dapat diambil
dalam mempelajari Ilmu ini adalah untuk mengetahui diterima atau
tidaknya suatu hadis dan kedhabitan seorang perawi hadis serta menjaga
otentitas hadis.

17
Ibid, 26.
Daftar Pustaka

Agama, Kementrian. Hadis-Ilmu Hadis. Jakarta: Kemenag RI, 2015.

Emha, Marhumah. Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh.

Yogyakarta: SUKA Press, 2014.

Karomah, Aulia. Ilmu Rijal al-Hadis. Medan: UIN Sumatra Utara, 2018.

Khatib (al), M. Ajjaj. ‘uṣul al-ḥadith. Beirut: Dar al-Fikr, 2002.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2015.

Shiddqi (as), Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: t.np, 1991.

Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. t.tp: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001.

Anda mungkin juga menyukai