Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH RIJALUL HADITS

Disusun Oleh
KELOMPOK 1
NANANG KURNIAWAN
CINDI ANGGRAINI
Dosen Pengampu:
EJEN, S.Pd. M.Pd

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN NUR LAMPUNG

Tahun Ajaran 2022/2023


A. Latar Belakang

Berdasarkan bukti historis ini menggambarkan bahwa periwayatan dan perkembangan


hadist sejalan seiring dengan perkembangan lainnya menatap persektif keilmuan hadits
bergambar jelas bahwa ajaran hadits ternyata mempunyai andil besar dalam mendorong
kemajuan umat islam sebab, hadist nabi sebagaimana Al Qur’an telah memerintahkan orang-
orang beriman menuntut pengetahuan dengan demikian disiplin ilmu hadits justru
menyebabkan kemajuan umat islam.

Ilmu Hadits muncul pada abad 99 H- 101 H. Umar bin Abdul Aziz mempunyai ide
untuk membukukan hadist dengan jalan memerintahkan semua ulama’ di seluruh dunia untuk
menggumpulkan hadist-hadist Rasul yang menurut anggapan mereka sama. Pembukuan
hadist pada periode ini dilakukan dengan cara mengemukakan riwayat-riwayat di sertai
dengan sanadnya sehingga memungkinkan untuk mengetahui mutu hadist yang di riwayatkan
baik shohih maupun dhoif dengan cara meneliti sanadnya denag bantuan ilmu lain yang
bermacam-macam.

Ilmu Rijalul Hadits merupakan salah satu cabang besar yang tumbuh dari hadits
riwayah dan Dirayah dengan ilmu ini dapat membantu kita untuk mengetahui keadaan para
perowi yang menerima hadits dari Rasulullah dengan keadaan rawi yang menerima hadits
dari sahabat dan seterusnya. Dengan mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad,
dan memudahkn kita menilai kualitas suatu hadits maka biasa di simpulkan bahwa ilmu
Rijalul Hadits merupakan separuh dari ilmu hadits.

1
B. Pengertian Rijalul Hadits

Ilmu rijal al-hadits ialah ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam
kapasitasnya sebagai perawi hadits. Maksudnya ialah ilmu yang membicarakan seluk beluk
dan sejarah kehidupan para perawi, baik dari generasi sahabat, tabi’in maupun tabi’it tabi’in.

Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa kedudukan ilmu ini sangat
penting, mengingat obyek kajiannya pada “matan” dan “sanad”, sebab kemunculan ilmu rijal
al-hadits bersama-sama dengan periwayatan hadits dan bahkan sudah mengambil porsi
khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Oleh sebab itu, mempelajari
ilmu ini sangat penting, sebab nilai suatu hadits sangat dipengaruhi oleh karakter dan perilaku
serta biografi perawi itu sendiri.

Adapun para perawi yang menjadi obyek kajian ilmu rijal al-hadits ini adalah:

a). Para sahabat, sebagai penerima pertama dan sebagai kelompok yang dikenal dengan
sebutan thabaqat awwal ( generasi pertama) atau dikenal sebagai sanad terakhir lantaran
sebagai penerima langsung dari sumber asalnya, yaitu Nabi Saw.

b). Para tabi’in, dikenal sebagai thabaqat tsani ( generasi kedua).

c). Para muhadhramin (‫)المحضرمين‬, yaitu orang-orang yang mengalami hidup pada masa
Jahiliyyah dan masa Nabi Saw. dalam kondisi islam, tetapi tidak sempat menemuinya dan
mendengarkan hadits darinya.

d). Para mawalliy, yaitu para perawi hadits dan ulama yang pada awalnya berstatus budak.

Sedangkan, kitab yang membahas persoalan sejarah para perawi hadits secara
periodik dari generasi ke generasi (thabaqat) adalah:

a). Thabaqat al-kubra ( ‫)طبقات الكبرى‬, karya Muhammad bin Sa’ad (w. 230 H).

b). Thabaqat al-ruwwat ( ‫) طبقات الرواة‬, karya Kalifah bin ‘Ashfariy (240 H).

Dalam perkembangan selanjutnya, muncullah dari kedua kitab tersebut pembahasan


lanjutan yang memang sudah terbahas di dalamnya, yaitu ilmu jarh wal al-ta’dil dan ilmu
tarikh ar-ruwwat.

2
Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits
dari Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.
Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, mahzhab yang
dipegang oleh para perawi dan keadaaan-keadaaan para perawi itu dalam menerima hadits.

Tujuan ilmu rijal al-hadits yaitu untuk mengetahui dan meneliti keadaan ( hal ihwal)
tokoh-tokoh dalam sanad hadits dapat diterima atau tidak. Urgensi dikuasainya ilmu ini
karena di dalamnya membahas tentang periwayat hadits yang dapat menentukan status sanad
hadith. Jika perawi dalam sanad itu muttasil dan tsiqah pada setiap tingkatannya maka
periwayatannya sudah dapat diterima meskipun belum final.

Sebagai contoh urgensi ilmu ini adalah, disebutkan bahwa Umar bin Khathab
melarang dan membakar tulisan – tulisan hadits dan sampai memukul sahabat Abu Hurairah.
Riwayat yang menyebutkan bahwa Umar pernah menyebarkan edaran ke berbagai daerah
agar orang – orang membakar tulisan hadits adalah bersumber dari orang yang bernama
Yahya bin Ja’d. Dan setelah diteliti, sanadnya terputus sehingga tidak dapat pertimbangkan
sebagai argumen yang shahih. Begitu juga riwayat yang mengatakan bahwa Umar pernah
memukul Abu Hurairah. Riwayat ini setelah diteliti ternyata palsu, karena bersumber dari
seorang Syi’ah yang justru anti sahabat, khususnya Umar. Karenanya riwayat seperti ini juga
gugur dari pertimbangan. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Syeikh Abdullah bin Mubarak
wafat 181 H, sistem sanad adalah merupakan bagian dari agama Islam, sebab seandainya
tidak ada sanad maka setiap orang dapat mengatakan apa saja dengan menisbahkan kepada
Nabi saw.

Sasaran Pokok Rijalul Hadits, meliputi:

a. Ilmu Tarikh ar-Ruwah

Secara bahasa, kata Tarikh ar-Ruwah berarti sejarah para periwayatan hadis. Menurut
etimologis ini, ilmu Tarikh ar-Ruwah adalah ilmu yang membahas segala hal yang terkait
dengan para periwayat hadis. Dalam pengertian terminologisnya, ilmu ini difokuskan
pengetahuan tentang para periwayat hadis dari segi keberadaan mereka sebagai periwayat
hadis bukan dari segi-segi lain dalam kehidupan mereka.

Yang dimaksud dengan ilmu ini adalah ilmu yang mencoba mengenal para perawi
hadits dari aspek yang berkaitan dengan periwayatan mereka terhadap hadits tersebut. Ilmu
ini mencakup penjelasan tentang keadaan para perawi, sejarah kelahirannya, wafatnya, guru-

3
gurunya, sejarah mendengarnya (belajarnya) dari mereka, perjalanan-perjalanan ilmiah yang
mereka lakukan, sejarah kedatangannya ke negeri-negeri yang berbeda-beda, masa belajarnya
sebelum atau sesudah mengalami kekacauan pikihran dan penjelasan-penjelasan lain yang
memiliki kaitan erat dengan persoalan-persoalan hadits.

Ilmu Tarikh ar-Ruwah merupakan ilmu mencakup penjelasan tentang keadaan para
perawi, biografi, dan penjelasan lain yang berkaitan dengan persoalan hadits. Melalui ilmu ini
dapat diketahui keadaan para periwayatyang menerima hadis dari Rasulullah dan yang
menerima hadis dari sahabat dan seterusnya.

b. Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil

Secara bahasa, kata al-Jarh artinya cacat atau luka dan al-ta’dil artinya mengadilkan
atau menyamakan. Maka, ilmu Al-Jarh wa at-Ta’dil adalah ilmu yang menerangkan tentang
cacat-cacat yang dihadapkan kepada perawi dan tentang penta’dilannya (memandang lurus
perangai para perawi) dengan memakai kata-kata khusus dan untuk menerima atau menolak
riwayat mereka.

Kecacatan rawi itu bisa ditelusuri melalui perbuatan-perbuatan yang dilakukannya,


biasanya dikategorikan ke dalam lingkup perbuatan : bid’ah, yakni melakukan tindakan
tercela atau di luar ketentuan syariah; mukhalafah, yakni berbeda dengan periwayatan dari
rawi yang tsiqqah; ghalath, yakni banyak melakukan kekeliruan dalam meriwayatkan hadis;
jahalat al-hal, yakni tidak diketahui identitasnya secara jelas dan lengkap; dan da’wat al-
inqitha’, yakni diduga sanadnya tidak tersambung.

Ilmu Al-Jarh wa at-Ta’dil adalah ilmu yang memberikan penjelasan sifat pada
seseorang perawi yang memakai kata-kata khusus untuk menerima atau menolak riwayat
mereka.

Dari kedua pokok ilmu rijal al-hadits di atas, muncul pula cabang-cabang yang
mempunyai cirri pembahasan tersendiri. Di antaranya ilmu thaqabat al-ruwat, ilmu al-
mu’talif wa al-mukhtalif, ilmu al muttafiq wa al-muftariq, dan ilmu al-mubhamat.

Di antara kitab-kitab terkenal dalam cabang ilmu hadits Jarh wa at-ta’dil adalah
Ma’rifat al-Rajal karya Yahya bin Ma’in (158-233 H) yang merupakan karya buku tertua, al-
Do’afa’ karya Muhammad bin Isma’il al-Bukhari (194-252), Al-Jarh wa At-Ta’dil karya
‘Abdurrahman bin Abi Hatim al-Razi (240-326 H).

4
Ada juga kitab yang membahas ilmu Tarikh al-ruwah adalah al-Asami wa al-Kuna
karya Ali ibn Abd Allah al-Madani (161-234 H), al-Kuna wa al-Asma oleh Abu Basyar
Muhammad ibn Ahmad al-Dawlabi (234-320 H), al-Ikmal fi Raf al-Irtiyab ‘an al-Mu’talif wa
al-Mukhtalif min al-Asma wa al-Kuna wa al-Ansab oleh Ali ibn Hibah Allah al-Baghdadi
(421-486 H), al-Musytabih fi Asma al-rijal karya al-Dzahabi 9673-748 H), Nuzhah al-Albab
fi al-Alqab oleh ibn Hajar al-‘Asqalani (773-852 H), al-Ansab oleh al-Sam’ani (506-562 H),
kitab al-Lubab karya Muhammad al-Syabani al-Jaziri (555-630 H).

5
D. Kesimpulan

Ilmu Rijal al-hadits adalah ilmu yang membahasa para rawi, baik dari kalangan
sahabat, tabiin, maupun dari generasi-generasi sesudahnya. Fungsi dan kegunaan ilmu Rijalul
Hadits adalah pembahasan para rawi hadis dengan penekanan aspek-aspek biografi hidup dan
penjelasan persoalan-persoalan rawi dan sanad. Sasaran pokok dari Ilmu rijal al-hadits adalah
ilmu Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil. Dan buku-buku yang membahas ilmu
perlu dikaji dan telaah agar dapat mengetahui para periwayat hadis dan hadis dari segi dapat
diterima atau ditolak riwayatnya.

6
Daftar Pustaka

Indri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010)

M.Solahudin & Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002)

Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadits, Yogyakarta: Madani Pustaka, 2003.

Anda mungkin juga menyukai