Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU HADIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah Ilmu Hadis

Dosen Pengampu:

Zulfikri, M. Hum, Ph. D

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1 :

1. Imam Penggawa Hanafi (2522315)


2. Wahyuli (2522323)
3. Zahra Ferly (2522333)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI

TP.2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama samawi memiliki sumber ajaran, yaitu al-Qur’an
dan Nabi Muhammad saw sebagai pembawa risalah diberikan kewenangan
oleh Allah swt untuk menjelaskan kepada umatnya tentang wahyu yang
diterimanya, dan penjelasan Nabi tersebut dikenal dengan istilah hadis Nabi
atau sunah.
Sebagian besar kaum muslimin meyakini bahwa hadis adalah
kendaraan sunah Nabi dan bahwa hadis merupakan tuntunan yang tidak dapat
diabaikan dalam memahami wahyu Allah swt. Sebagai salah satu sumber
otoritas Islam kedua setelah al-Qur’an, sejumlah literatur hadis memiliki
pengaruh yang sangat menetukan serta menjadi sumber hukum dan inspirasi
agama. Para ulama telah berupaya keras mengumpulkan dan mengklasifikasi
serta memilah hadis yang autentik dan yang palsu. Di satu sisi, para sarjana
muslim belajar hadis lebih didorong oleh peran sentral yang dimainkan oleh
hadis sebagai sumber hukum dan doktrin teologis, sedangkan serjana barat
mempelajari hadis pada dasarnya didorong oleh kepentingan sejarah (historis
interest).
Dalam pendekatan historiografi, pertumbuhan hadis telah terjadi pada
masa Rasulullah saw, selanjutnya dikembangkan oleh para sahabat, tabi’in
sampai dapat dikumpulkan menjadi sebuah kitab. Hadis tidak seperti al-
Qur’an yang dikumpulkan dalam sebuah mushaf, hadis dikumpulkan oleh
banyak penulis berdasarkan hafalan dan pengetahuanya. Oleh sebab itu, hadis-
hadis Nabi Muhammad saw terkumpul beberapa kitab yang disusun oleh
masing masing mukharrij atau penulis.
B. Rumusan Masalahh
Dalam pembahasan materi ini, dan agar tersusun secara sistematis dan
efisien maka timbulah beberapa rumusan masalah yang diantaranya:
1. Bagaimanakah Pengertian dari Ilmu Hadis?
2. Apa Saja Macam-Macam dari Ilmu Hadis?
3. Bagaimana Kitab-Kitab Ilmu Hadis?
4. Bagaimanakan Cabang-Cabang dari Ilmu Hadis?
C. Tujuan
Dalam membahan materi kali ini tujuan yang dapat diambil yaitu:
1. Untuk menambah pengetahuan mengenai Ilmu Hadis
2. Untuk mengetahui macam-macam dari Ilmu Hadis
3. Untuk mengetahui kitab-kitab dari Ilmu Hadis
4. Untuk menambah pengetahuan mengenai cabang-cabang Ilmu Hadis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Hadis
Secara leksikal, kata Hadis bermakna al-khabar (berita), al-Jadid (yang
baru), atau setiap apa yang diceritakan baik pembicaraan atau berita. Bila kata
Hadis dihadapkan pada etimologi (asal-usul kata), lafaz ‫ حدث‬dapat berarti al-
kalam (pembicaraan), al-waq’u (kejadian), ibtada’a (mengadakan), al-sabab
(sebab), rawa (meriwayatkan) dan al-qadim (lama). Secara terminologi, ulama
Hadis mendefinisikan sebagai apa yang disampaikan dari Nabi saw. meliputi
perbuatan, ucapan, persetujuan diam-diam, atau sifat-sifatnya (yakni keadaan
fisik beliau). Namun penampilan fisik Nabi saw. tidak masuk dalam definisi
yang digunakan ahli hokum (fuqaha).
Sedangkan pengertian hadits secara luas sebagaimana yang dikemukakan
oleh sebagian Muhadditsin, hadis tidak hanya dimarfu‘kan kepada Nabi
Muhammad saja, tetapi perkataan, perbuatan dan taqrir yang disandarkan
kepada sahabat dan dan tabi‘in. Dengan demikian hadis menurut defenisi ini,
meliputi segala berita yang marfu‘, mauquf (disandarkan kepada sahabat) dan
maqthu‘ (disandarkan kepada tabi‘in). Sebagaimana dikatakan oleh
Muhammad Mahfudh:

‫والمقطو ل الحديث ان بالمر يحتص اليه فوع بل باء جاء طالقه ايضا‬

‫لصاحاب ع ونحوه‬
‫ي‬ ‫اىل اضيف ما وهو للموقوف قول من ا‬

(‫للتابع اضيف ما هو و‬
‫ي‬ ‫)كذلك‬

“Sesungguhnya hadis itu bukan hanya yang dimarfu’kan kepada Nabi


saw saja, melainkan dapat pula disebutkan pada apa yang mauquf
(dihubungkan dengan perkataan, dan sebagainya dari sahabat, dan pada apa
yang maqthu’ (dihubungkan dengan perkataan dan sebagainya dari tabi’in)’’.1

1
Helmina, ULUMUL HADIS,(Kerinci: IAIN Kerinci), hal. 7
Ulama hadits yang lain memberikan pengertian hadits sebagai berikut:

‫اقواله صلى هلال عليه وسلم وافعاله واحوله‬

“Segala ucapan Nabi SAW, segala perbuatan dan segala keadaannya.”2

Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis adalah ilmu
yang membicarakan tentang keadaan atau sifat para periwayat dan yang
diriwayatkan. Periwayat adalah orang-orang yang membawa, menerima, dan
menyampaikan berita dari Nabi yaitu mereka yang ada dalam sanad suatu
hadis. Bagaimana sifat-sifat mereka apakah bertemu langsung dengan
pembawa berita atau tidak, bagaimana sifat kejujuran dan keadilan mereka dan
bagaimana daya ingat mereka apakah sangat kuat atau lemah. Sedangkan
maksud yang diriwayatkan (marwi) terkadang guru-guru periwayat yang
membawa berita dalam sanad suatu hadis atau isi berita (matan) yang
diriwayatkan, apakah terjadi keganjilan jika dibandingkan dengan sanad atau
matan periwayat yang lebih kredibel (tsiqah). Dengan mengetahui hal tersebut
dapat diketahui mana hadis yang sahih dan yang tidak sahih.3

B. Macam-Macam Ilmu Hadis


Pada perkembangannya, ulama mutaakhirin membagi ilmu hadis menjadi
dua, yakni ilmu hadis riwāyah dan ilmu hadis dirāyah.
1. Ilmu Hadis Riwāyah
Ilmu hadis riwāyah adalah ilmu hadis yang khusus berhubungan dengan
riwayah, yakni ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan,
perbuatan, ketetapan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dari definisi tersebut
dapat dipahami bahwa ilmu hadis riwāyah pada dasarnya adalah membahas
tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan
hadis Nabi Muhammad SAW. Objek kajian ilmu hadis riwāyah adalah hadis
Nabi Muhammad SAW. dari segi periwayatan dan pemeliharaannya. Hal
tersebut mencakup:

2
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis,(Yogyakarta: IAIN PO Press, 2018), hal. 1-3
3
Al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi
1) Cara periwayatan hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga
dari cara penyampaiannya dari seorang perawi ke perawi lain.
2) Cara pemeliharaan hadis, yaitu dalam bentuk hafalan, penulisan, dan
pembukuannya. Ilmu hadis riwāyah ini sudah ada sejak Nabi SAW. masih
hidup, yaitu bersamaan dengan dimulainya periwayatan dengan hadis itu
sendiri. Para sahabat Nabi SAW. menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadis
Nabi SAW. Mereka berusaha untuk memperoleh hadis-hadis Nabi SAW.
dengan cara mendatangi majelis-majelis Nabi Muhammad SAW. serta
mendengar dan menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan Nabi SAW..
Demikianlah periwayatan dan pemeliharaan hadis Nabi SAW. berlangsung
hingga usaha penghimpunan hadis secara resmi pada masa pemerintahan
khalifah ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Azīz (memerintah pada 99 H/717 M- 124 H/ 742
M).
Pokok pembahasan ilmu hadis riwayah berkisar tentang proses periwayatan
kepada orang lain, pencatatan, dan pengkajian sanad-sanadnya, serta menguji
status setiap hadis; apakah sahih atau da’if. Adapun faedah dalam mempelajari
ilmu hadis riwayah, yaitu untuk menjaga As-sunah dan menghindari kesalahan
dalam periwayatan.

2. Ilmu Hadis Dirāyah


Dari segi bahasa kata Dirayah berasal dari kata dara, yadri, daryan,
dirayatan atau dirayah yang berarti pengetahuan. Ilmu Hadits Dirayah adalah
ilmu hadits dari segi pengetahuannya, yaitu pengetahuan tentang hadits atau
pengantar ilmu hadits.4 Secara istilah menurut Ibnu al-Kafani, Ilmu Hadits
Dirayah adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan,
syarat-syaratnya, macam-macamnya, dan hukum-hukumnya, serta untuk
mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macam hadits
yang diriwayatkan, dan segala yang berkaitan dengannya.
Ilmu Hadits Dirayah biasa juga disebut Ilmu Mustalahul hadits, Ilmu Usul
al-Hadits, dan Ilmu Qawaid at-Tahdits. at-Turmuzi menta'rifkan Ilmu Hadits

4
Ibid.
Dirayah adalah Undang-undang atau kaidah- kaidah untuk mengetahui keadaan
sanad dan matan, cara menerima dan meriwayatkan, sifat-sifat perawi, dan
lain-lain.
Secara rinci, dijelaskan sebagai berikut:
a. Hakikat periwayatan adalah penukilan hadits dan penyandarannya
kepada sumber hadits atau sumber berita.
b. Syarat-syarat periwayatan ialah penerimaan perawi terhadap hadits yang
akan diriwayatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan, seperti
melalui as-Sima (pendengaran), al-Qiraah (pembacaan), al-Wasiah
(berwasiat), dan al-Ijazah (pemberian izin dari perawi).
c. Macam-macam periwayatan ialah membicarakan sekitar bersambung dan
terputusnya periwayatan.
d. Hukum-hukum periwayatan ialah pembicaraan sekitar diterima atau
ditolaknya suatu hadits.
e. Keadaan para perawi ialah pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan para
perawi, dan syarat-syarat mereka dalam menerima dan meriwayatkan
hadits.

Objek kajian ilmu Hadits Dirayah adalah keadaan para perawi dan
marwinya. Keadaan para perawi, baik yang menyangkut pribadinya maupun
yang menyangkut persambungan dan terputusnya sanad. Sedangkan keadaan
marwi, baik dari sudut kesahihan dan kedaifannya maupun sudut lain yang
berkaitan dengan keadaan matan.
Dengan mempelajari Ilmu Hadits Dirayah ini, banyak sekali manfaat yang
diperoleh, antara lain:
a. Dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadits dan ilmu
hadits dari masa ke masa.
b. Dapat mengetahui tokoh-tokoh serta usaha yang telah mereka lakukan
dalam mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadits.
c. Dapat mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama
dalam mengklasifikasikan hadits lebih lanjut.
Secara umum manfaatnya adalah untuk mengetahui diterima dan ditolaknya
suatu hadits, baik itu dari segi matan maupun dari sudut sanadnya.5

C. Kitab-Kitab Ilmu Hadis

Kitab Induk Hadits Ketika disebut kitab matan Hadits, maka secara
otomatis yang dimaksud adalah kitab yang disusun oleh mukharrij (kolektor
Hadits), berisi matan Hadits dan sanad-nya tersambung mulai dari yang
terendah, yaitu kolektor, sampai kepada nabi Muhammad saw. Berikut ini
adalah diantara kitab-kitab induk Hadits sesuai kronologis dan jenisnya:
a. Kitab-kitab al-Muwattha`dan al-Musannaf
Di antara kitab dengan metode ni yang terkenal ialah kitab al-
Muwattha’yang disusun oleh Imam Malik ibn Anas Abu`Abdullah al-
Ashbahi (93-179 H)3. Kitab ini terdiri atas 2 juz dan 61 bab, dimulai dari
pembahasan tentang waktu shalat dan diakhiri dengan pembahasan tentang
nama-nama Nabi Muhammad SAW. Terjadi perbedaan pandangan di
kalangan ulama ketika dihadapkan pada pertanyaan apakah al-
muwattha’merupakan kitab fiqh atau kitab Hadits. AbûZahwu berpendapat
bahwa al-Muwattha’ bukan hanya kitab fiqh namun kitab Hadits sekaligus,
karena sistematika penulisan yang menggunakan bab-bab fiqh tidak hanya
monopoli Imam Malik, namun juga digunakan oleh para penyusun kitab
Hadits lainnya.
b. Kitab-kitab al-Musnad
Orang pertama yang menyusun Hadits dengan konsep ini adalah Abu
Dawud Sulayman ibn al-Jarrad al-Tayyalasi (133-204 H). Kitab sejenis
yang dianggap paling luas dan mernadai adalah Musnad Ahmad bin Hanbal,
yang disusun oleh Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal bin Hilal (164-241
H). Kitab ini berisi 40.000 Hadits, diulang-ulang sekitar 10.000, Putranya
yang bernama Abdullah menambahkan sekitar 10.000 Hadits, demikian pula
ratwi yang meriwayatkan dari Abdullah, yaitu Ja'far al-Qathi'i, memberikan
beberapa tambahan di dalamnya. Seperti diketahui, bahwa Ahmad ibn

5
Asep Herdi Op.Cit. Hlm. 36-37.
Hanbal telah terlebih dahulu meninggal dunia sebelum memperbaikinya.
Oleh karena itu, yang berperan dalam mengurutkan kitab Musnad itu adalah
anaknya, Abdullah. Sedangkan yang mengurutkan Musnad berdasarkan
huruf hijaiyah adalah Abú Bakr Muhammad ibn Abdillah al-Muqaddasi.
c. Kitab-kitab al-Juz'u
Dalam istilah ahli Hadits, al-Juzu adalah kitab yang disusun dengan cara
mengumpulkan Hadits-Hadits yang mempunyai tema sama dengan konsep
yang sederhana, atau kitab-kitab yang sebenarnya tidak ditulis secara khusus
sebagai kitab Hadits. Misalnya, kitab al-Jihad dan al-Zuhud karya Ibn al-
Mubarak, Fadhi'il al-Qur'an dan al-Linom karya al-Syafi'i, Tafsir al-Tabari
dan Tarikh al-Thabari karya Thabari, dan lain-lain.
d. Kitab-kitab al-Shalhilh
Ulama yang menjadi pelopor penulisan jenis ini adalah Muhammad
Isma'il al-Bukhari (194-256 H) dengan kitabnya yang populer disebut
Shaahih al-Bukhari. Imam al-Bukhari menulis kitab Shalhilh-nya selama 16
tahun dan merupakan hasil seleksi dari sekitar 600.000 Hadits. Setiap kali
dia ingin meletakkan suatu Hadits shahih dalam kitabnya selalu didahului
dengan bersuci dan shalat dua rakaat. Al-Bukhari hanya menulis Hadits
dalam kitabnya dari kelompok periwayat tingkat pertama dan sedikit dari
tingkat kedua, yaitu yang memiliki sifat ådil dan kuat hafalan, teliti, jujur,
dan lama dalam berguru. Tingkat kedua memiliki kriteria sama dengan yang
pertama, namun tidak lama dalam berguru.
e. Kitab-kitab al-Sunan
Pada era ini, istilah-istilah baru yang berdasarkan pada klasifikasi
kualitas Hadits bermunculan, di antaranya Hadits hasan. Istilah ini
dimunculkan oleh al-Tirmidzi, sebelumnya ulama hanya membagi Hadits
kepada dua kategori yakni, Hadits shahin dan dla if n Karena kitab al-
Tirmidzi banyak memuat Hadits jasan, maka kitab ini populer pula dengan
sebutan kitab Hadits jasen.
f. Kitab-kitab al-Mustadni
Diantara kitab jenis ini adalah al-Mustadrak karya Muhammad ibn
Abdullah al-Hakim al- Naysaburi. Dengan sistematika penyusunan jami,
kitab ini merupakan salah satu yang paling terkenal dalam jenisnya. 23
Terdapat pula al-Mustadrak karya Abu Dzar dan karya al-Daraquthni.
g. Kitab-kitab al-Mustakhraj
Konsep penyusunan ini lazim digunakan pada abad ke-4 H dan abad ke-5
H. Di antara kitab yang disusun dengan konsep ini adalah Mustakhraj Abi
Awanah Ala Muslim, Mustakhraj al-Isma di alā al-Bukhari, dan lain lain.
Abad ke-5 H merupakan akhir dari era kodifikasi Hadits. Setelah era
tersebut, sumber asli dari kitab-kitab Hadits serta sanad yang mu tabar
relatif tidak terdapat lagi. Bahkan menurut al-Bayhaqi, para ulama menolak
mengambil Hadits selain dari kitab para ulama' lima abad pertama.
h. Kitab-kitab penghimpunan
Setelah abad ke-5, alur penyusunan Hadits berubah dalam sistematika
kajiannya. Dari penyusunan Hadits secara independen, yaitu ber-sanad dari
penyusunnya bersambung sampai ke nabi saw. kepada studi dan penelitian
Hadits cenderung bertumpu pada usaha mengelaborasi karya-karya yang
dihasilkan ulama lima abad pertama. Mulai men-syari, menyatukan
beberapa kitab Hadits, dan menghimpun Hadits-Hadits dari kitab-kitab
Hadits induk sesuai tema, seperti menghimpun Hadits-Hadits hukum yang
dilakukan oleh Ibn Hajar (773-852 H) dengan kitabnya Bulugh al-Maran.
Penghimpunan Hadits berdasar tema juga dilakukan oleh Imam al-Nawawi
(631-676 H) dalam karyanya Riyadh al-Shalilgin yang menghimpun Hadits-
Hadits tentang keutamaan-keutamaan amal.
i. Kitab-kitab Syarli
Makin luasnya wilayah Islam menunjang terjadinya akulturasi budaya
yang berakibat pula pada perbendaharaan bahasa Arab yang makin menipis.
Bahasa nabi yang lugas serta memiliki sastra yang tinggi, membuatnya sulit
untuk dipahami oleh generasi yang hidup jauh setelah era kenabian. Oleh
karenanya, merujuk kepada kitab syarlı dalam mengkaji Hadits seperti
menjadi ritual wajib dan tidak terelakkan. Kitab ini menjelaskan mufradat
pada matan yang dianggap sulit dipahami, di dalamnya penulis sesekali
menjelaskan tentang kondisi sanad dan berusaha untuk mengkomparasikan
dengan jalur sanad berbeda dari mukharrij lain.
j. Kitab-kitab Rijal al-Hadits
Suatu Hadits dianggap valid dari sisi sanad, apabila sanad-nya
bersambung kepada nabi, tidak ada 'illah, tidak syadz, dan diriwayatkan oleh
orang-orang yang memiliki kapabilitas dari sisi intelektual dan moral. Oleh
karena itu, dalam studi isnad diperlukan pengetahuan tentang para periwayat
Hadits dari sahabat, tabrin, dan seterusnya, baik perihal masa kehidupan
mereka, pekerjaan, karakter pribadi, bahkan penilaian para ulama bagi setiap
rawî dan hal itulah yang disebut dengan ilmu rijal al-hadits. Mengingat
urgensi sanad, sudah dapat dipastikan kajian mengenai rijal-nya sangat
beragam dengan karakteristik dan metodologi yang berbeda-beda.6

D. Cabang-Cabang Ilmu Hadis

Dari ilmu hadis riwayah dan hadis dirayah, pada perkembangan berikutnya,
muncullah cabang-cabang ilmu hadis lainya. Dan cabang-cabang ilmu hadis
tersebut digolongkan dalam beberapa kategori, sebagai berikut:
1. Cabang ilmu hadis yang pokok bahasanya menekankan pada persoalan
sanad dan rawi terdiri atas:

a. Ilmu rijal al-hadis


Ilmu yang membahas secara umum tentang hal ihwal kehidupan
para perawi, baik dari golongan sahabat, tabi’in, maupun angkatan
sesudahanya. Ilmu rijal al-hadits dinamakan juga ilmu tarik al-ruwah,
ialah ilmu untuk mengetahui keadaan para perawi hadis.
Ilmu ini sangat penting kedudukanya dalam lapangan ilmu hadis.
Karena ilmu in lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam

6
Arif wahyudi. Mengurai Peta Kitab Kitab Hadist, (Pamekasa: Stain Pemekasan Jurnal Online,
2013), hlm 4-9.
islam dan mengambil porsi khusus yang mempelajari persoalan-
persoalan disekitar sanad.

Ilmu yang membahas tentang keadaan perawi berdasarkan


pengelompokan dalam keadaan tertentu. Umpamanya dari segi
pengelompokan dari segi umurnya, dari segi gurunya dan sebagainya.
Atau dalam makna sederhannya, ilmu ini menekankan pada pemetaan
para perawi hadis dari segi umur, dan kepada siapa dia berguru.
b. Ilmu tarikh rijal al-hadis
Ilmu yang membahas tentang keadaan perawi hadis dari segi data
kelahiranya, silsila keturunannya, gurunya dan muridnya, bahkan sampai
pada jumlah hadis yang diriwayatkan dan murid-murid yang pernah
berguru padanya.7 Dengan ilmu ini, dapat diketahui keadaan perawi hadis
seperti kelahiranya, wafatnya, guru-gurunya, orang yang meriwatkan
darinya, negeri dan tanah air mereka, atau yang berhubugan dengan
sejarah para perawi.
c. Ilmu jahri wa al-ta’dil
Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis, dari segi yang
dapat menunjukan keadaan mereka, baik mecacatkan atau membersihkan
mereka, dengan ungkapan atau lafal tertentu. Sehingga dapat ditentukan
siapa diantara perawi yang dapat diterima atau ditolak sebuah
riwayatnya.

2. Cabang ilmu hadis yang pokok pembahasanya menekankan pada

persoalan matan hadis, terdiri atas:


a. Ilmu gharib al-hadis
Ilmu yang menerangkan tentang lafazh-lafazh yang sulit dipahami
dalam matan hadis, karena lafazh tersebut jarang sekali digunakan,
karena terkandung nilai sastra yang sangat tinggi.
Ilmu ini muncul atas inisiatif para ulama untuk memudahkan dalam
memahami hadis-hadis yang mengndung lafazh-lafazh gharib tersebut.

7
Ambo Ase, Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis Nabi Saw, h. 135.
Karena memahami kosa kata (mufrad) matan hadis merupakan langkah
pertama dalam memahmi suatu hadis serta untuk melakuakn istinbath
hukum.
Sejak dimulainya pembukuan hadis pada ahir abad kedua dan awa
abad hijriyah, para ulama sudah menyusun buku tantang gharib al-hadis.
Dan tokoh ulama yang pertama kali menyusun gharib al-hadis adalah
Abu Ubaidah Mu’amar bin al-Mutsana At-Taini (wafat 210 H).
b. Ilmu asbab wurud al-hadis
Ilmu yang membahas tentang sebab-sebab atau latar belakang
lahirnya sebuah hadis. Ilmu ini sangat penting mengantar untuk
memahami hadis tentang kondisi yang dihadapi dan menjadi sebab hadis
itu diucapkan.
Menguatkan maksud di atas, menurut Prof Dr. Zuhri ilmu asbab
wurud al-hadits adalah ilmu yang menyingkapi sebab-sebab timbulnya
hadits. Terkadang, ada hadits yang apabila tidak diketahui sebab
turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak
diamalkan. Ulama yang merintis ilmu ini adalah Abu Hamid bin Kaznah
al-Jubary dan Abu Hafsh Umaru bin Muhammad bin Raja al-Ukbari.
c. Ilmu tawarikh al-mutun
Ilmu yang menerangkan tantang kapan sebauah hadis itu diucapkan
atau diperbuat oleh Rasulullah saw, yang dilihat dari aspek ( tempat,
waktu, dan kondisi). Imu ini sangat penting dan berguna untuk
mengantar dalam memahami sebuah hadis dar statusya, atau apakah
hadis tersebut terjadi nasikh mansukh. Ulama yang merintis ilmu ini
adalah, Sirajuddin Abu Hafsh Amr al-Bulkiny.
d. Ilmu al-nasikh wa al-mansukh
Ilmu yang membahas hadis-hadis yang yang berlawanan yang tidak
mungkin untuk dipertemukan karena materinya (berlawanan) yang pada
akhirnya terjadilah saling menghapus, dengan ketetapan yang datang
terdahulu disebut mansukh dan yang datang kemudian dinamakan naskh.
e. Ilmu talfiq al- hadis
Ilmu yang menerangkan tentang cara/metode mengumpulkan
hadis-hadis yang saling bertentangan atau berlawanan. Cara untuk
mengumpulkan atau mengkompromikan hadis yang beralawanan
tersebut. Ulama yang pertamamenulis ilmu ini adalah Imam Safi’i
dengan kitabnya “mukhtalif al-hadis”.
f. Ilmu tashhif wa al-tahrif
Ilmu yang menerangkan tentang hadis-hadis yang sudah diubah
titik dan syakalnya dan bentiknya. Atau dalam makna lainya, ialah ilmu
yang menjelaskan terjadi perubahan lafazh dan tanda bacanya dalam
hadis. Dan ulam yang dianggap sebagai perintis dari ilmu ini ialah: Imam
al-Daruquthny (w. 358 H) dan Abu Ahmad as-Askary (w. 283 H).

3. Cabang ilmu hadis yang pokok pembahasanya menekankan pada

persoalan sanad dan matan, terdiri atas:


a. Ilmu i’ilal al hadis
Ilmu yang menerangkan tantang sebab yang dapat mencacatkan
hadis. Ulama yang dipandang ahli dalam ilmu ini, di antaranya: Ibnu Al-
Madny, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari.
b. Ilmu al-fanni al-mubhamat
Ilmu yang menerangkan tentang nama-nama orang yang tidak
disebutkan dalam sanad hadis. Ulam yang merintis ilmu ini adalah al-
Khatib al-Bagdady.
Dalam mempelajari cabang-cabang ilmu hadis, ada beberapa manfaat
utama yang dapat dipahami dan dicermati, antara lain:

a. Memberikan gambaran tentang cara untuk menjaga As-sunah dan

menghindari kesalahan dalam periwayatannya.

b. Memberikan pengetahuan baru tentang cara mengetahui kualitas

sebuah hadis, apakah hadis tersebut diterima dan ditolak, baik dari

sudut sanad maupun matanya.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berangkat dari beberapa masalah pokok yang menjadi pembahasan


dalam ilmu hadis, penulis merumuskan beberapa kesimpulan:

1. Ilmu hadis dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang

membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada

Rasulullah saw, dari segi ihwal para perawinya, kedabitan, keadilan, dan

dari bersambung tidaknya sanad dan sebagainya.


2. Macam-macam ilmu Hadits terbagi atas dua, yaitu Ilmu Hadits Riwayah
dan Ilmu Hadits Dirayah. Ilmu Hadits Riwayah ialah ilmu pengatahuan
yang mempelajari hadits-hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, takrir tabiat maupun tingkah lakunya.
Sedangkan Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu pengetahuan untuk
mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, dan
hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik
syarat-syaratnya, macam-macam hadits yang diriwayatkan, dan segala
yang berkaitan dengannya.
3. Kitab-kitab yang ada dalam Ilmu Hadits diantaranya kitab-kitab al-
Muwattha`dan al-Musannaf, kitab-kitab al-Musnad, kitab-kitab al-Juz'u,
kitab-kitab al-Shalhilh, kitab-kitab al-Sunan, kitab-kitab al-Mustadni,
kitab-kitab al-Mustakhraj, kitab-kitab penghimpunan, kitab-kitab Syarli,
dan kitab-kitab Rijal al-Hadits.

4. Cabang-cabang ilmu hadis dapat diaktegorikan ke dalam tiga bagian,

antara lain:

1. ilmu hadis yang menekankan pada persoalan sanad dan rawi, seperti:

Ilmu Rijal Al-Hadis, Ilmu Tabaqat Al-Ruwah, Ilmu Tarikh Rijal Al-

Hadis, dan Ilmu Jahri Wa Al-Ta’dil.


2. Ilmu hadi yang menkankan pada persolan matan hadis, seperti: Ilmu

Gharib Al-Hadis, Ilmu Asbab Wurud Al-Hadis, Ilmu Tawarikh Al-

Mutun, Ilmu Al-Nasikh Wa Al-Mansukh, Ilmu Talfiq Al- Hadis dan

Ilmu Tashhif Wa Al-Tahrif.

3. Ilmu hadis yang menekankan pada persoalan sanad dan matan,

seperti: Ilmu I’ilal Al Hadis, dan Ilmu Al-Fanni Al-Mubhamat

B. SARAN

Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Helmina. ULUMUL HADIS. (Kerinci: IAIN Kerinci).

Rofiah, Khusniati. 2018. Studi Ilmu Hadis. (Yogyakarta: IAIN PO Press)

Tadrib al-Rawi, Al-Suyuthi, Dirasah Fiy al-Hadis al-Nabawi wa al-Tarikh


al-Tadwinih, terjemahan Ali Mustafa Yaqub. Cet.I; Jakarta: Pustaka Firdaus,
1994.

Herdi, Asep. 2014. Memahami Ilmu Hadis. Bandung: tafakup.

Wahyudi, Arif. 2013. Mengurai peta kitab kitab hadist. Pamekasa: Stain
pemekasan jurnal online.
Ase, Ambo. Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis Nabi Saw. Cet. I; Makassar:
Alauddin Pers, 2010.

Anda mungkin juga menyukai