Anda di halaman 1dari 5

MATERI PBM DARING DAN SEMI LURING

MADRASAH ALIYAH SIRNARASA


TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021

Mata Pelajaran : Al Qur’an Hadits


Kelas/ Semester : X / Genap
Program : MIA / IIS
Pertemuan Ke : 6 (enam)
Proses Belajar Siswa : Membaca berulang dan menulis rangkuman materi-materi penting di
buku tulis masing-masing.
Hari, Tanggal : Senin, 8 Februari 2021

BAB IX
MENGANALISIS UNSUR-UNSUR HADIS
[ Bagian ke 2 ]

[ MENGANALISIS UNSUR HADIS ]

3. Penelitian Sanad dan Matan Hadis

Penelitian terhadap sanad dan matan hadis (sebagai dua unsur pokok hadis) sangat
diperlukan. Penelitian ini dilakukan untuk meyaring unsur-unsur luar yang masuk
kedalam hadis baik yang disegaja maupun yang tidak disengaja, baik yang sesuai dengan
dalil-dalil naqli lainya atau tidak sesuai. maka dengan penelitian terhadap kedua unsur
hadis di atas, hadis-hadis masa Rasul saw. dapat terhindar dari segala hal yang dapat
mengotorinya.

Faktor yang paling utama perlunya dilakukan penelitian ini, ada dua hal yaitu: pertama,
karena beredarnya hadis palsu (maud}u>’) pada kalangan masyarakat; kedua hadis-hadis
tidak ditulis secara resmi pada masa Rasulullah saw. (berbeda dengan al-Qur’an), sehinga
penulisan hanya bersifat individual (tersebar di tangan pribadi sahabat) dan tidak
meyeluruh.

4. Rawi
Kata rawi berarti orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan suatu hadis. Orang-
orang yang menerima hadis kemudian mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin
disebut dengan rawi. Perawi dapat disebutkan dengan mudawwin (orang yang
mengumpulkan).

1
Sedangkan orang-orang yang menerima hadis dan hanya meyampaikan kepada orang
lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadis. Setiap sanad adalah perawi pada
setiap tabaqah (levelnya), tetapi tidak setiap perawi disebut sanad hadis karena ada
perawi yang langsung membukukanya.

Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang langsung
meyampaikan hadis tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut
rawi pertama ialah para sahabat Rasulullah saw.. Dengan demikian penyebutan silsilah
antara kedua istilah ini (sanad dan rawi) berlaku kebalikannya. Artinya rawi pertama
adalah sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi terakhir.

5. Contoh
Agar menjadi jelas yang apa dimaksudkan sebagai sanad, matan dan rawi, perhatikan
contoh di bawah ini:

a. Contoh Sanad:

b. Contoh Matan

c. Contoh Rawi

Yang disebut rawi atau ‘mukharrij adalah orang yang mengeluarkan hadis atau
membukukan hadis.

6. Syarat-syarat Rawi

Rawi adalah orang orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain
dengan membukukannya ke dalam suatu kitab hadis. Syarat-syarat Rawi adalah:

2
a. Adil

Adil dalam konteks studi hadis berbeda dengan adil dalam konteks persaksian atau
hukum. Menurut muhaddisin yang dimaksud dengan adil adalah istiqaamatuddin dan
al-muruu’ah. Istiqaamatuddin adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
menjauhi perbuatan-perbuatan haram yang mengakibatkan pelakunya fasik.
Sedangkan al-muruu’ah adalah melaksanakan adab dan akhlak yang terpuji dan
meninggalkan perbuatan yang menyebabkan orang lain mencelanya.

b. Muslim

Menurut ijmak seorang rawi pada waktu meriwayatkan suatu hadis maka ia harus
muslim. Periwayatan kafir tidak sah. Seandainya seorang fasik saja kita disuruh
klarifikasi, maka lebih-lebih rawinya yang kafir. Kaitan dengan masalah ini berdasarkan
firman Alloh swt. QS al-Hujurat [49] : 6

Terjemahnya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.”

c. Balig

d. Berakal

e. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar

f. Tidak sering melakukan dosa kecil

g. Dabit

Dabit mempunyai dua pengertian yaitu:

a. Dabit dalam arti kuat hafalan serta daya ingatnya dan bukan pelupa yang sering
disebut dengan istilah daabit al-sadri.

b. Dabit dalam arti dapat memelihara kitab hadis dari gurunya sebaik-baiknya,
sehingga tidak mungkin ada perubahan yang disebut dengan daabit al-kitaabah.

Berikut ini adalah daftar para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis (al-
muksiruuna fii al-hadits) atau disebut juga bendaharawan hadis antara lain:

3
1) Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadis.
2) Abdullah bin Umar, meriwayatkan 2.630 hadis.
3) Anas bin Malik, meriwayatkan 2.286 hadis.
4) Aisyah Ummul Mukminin, meriwayatkan 2.210 hadis.
5) Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadis.
6) Jabir bin Abdullah, meriwayatkan hadis 1.540 hadis.
7) Abu Sa’id Al-Khudri, meriwayatkan 1.170 hadis.

7. Memahami Pengertian Rijaal al- Hadits

Para rawi hadis disebut juga rijaal al-hadits. Untuk dapat mengetahui keadaan para rawi
hadis itu terdapat ilmu rijaal al-hadits yaitu: ‚Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik
dari kalangan sahabat maupun tabi’in dan orang-orang (angkatan) sesudah mereka.

Dalam ilmu rijaal al-hadits ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi hadis dan
riwayat hidupnya, dan mazhab yang dianut serta sifat-sifat rawi dalam meriwayatkan
hadis. Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak macamnya. Ada yang hanya
menerangkan riwayat singkat dari sahabat Nabi dan ada yang menerangkan riwayat
hidup rawi secara lengkap.

Ada juga yang menjelaskan para rawi yang dipercayai (siqah) saja. Ada yang
menerangkan riwayat-riwayat para rawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau
para pembuat hadis maudu’. Dan ada yang menjelaskan sebab-sebab dicatat dan sebab-
sebab dipandang adil dengan menyebut kata-kata yang dipakai untuk itu serta martabat-
martabat perkataan.

Pertama seorang ulama yang menyusun kitab riwayat ringkas para sahabat, ialah: Imam
al-Bukhari ( w. 256 H). Kemudian, usaha itu dilaksanakan oleh Muhammad ibn Sa’ad (w.
230 H). Sesudah itu bangunlah beberapa ahli lagi. Di antaranya, yang penting diterangkan
ialah Ibn Abdil Barr ( w. 463 H). Kitabnya bernama al-Isti’aab.

Pada permulaan abad yang ketujuh Hijrah berusahalah ‘Izzuddin Ibnul Asir (630 H)
mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam sebuah kitab
besar yang dinamai Usd al- Gaabah‛. Ibnul Asir ini adalah saudara dari Majduddin Ibnu
Asir penulis An-Nihaayah fi Gariib al-Hadits. Kitab ‘Izzuddin diperbaiki oleh Az-Zahabi (w.
747 H) dalam kitab at-Tajriid.

Sesudah itu di dalam abad yang ke sembilan Hijrah, bangunlah al-Hafiz Ibnu Hajar al-
‘Asqalaanii menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama al-Isaabah. Dalam kitab ini
dikumpulkan al-Isti’aab dengan Usd al-Gaabah dan ditambah dengan yang tidak
terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Kitab ini telah diringkaskan oleh as-Sayuutii dalam
kitab ‘Ain al-Isaabah.
4
----------------------------

PERILAKU ORANG YANG BERPEGANG TEGUH PADA HADIS

Setelah belajar tentang unsur-unsur hadis maka kita mesti memahami bahwa semestinya
sebagai seorang pembelajar hadis, kita harus bersikap:

a. Mempelajari lebih serius unsur-unsur hadis dengan dilandasi oleh rasa ingin tahu dan
semangat untuk menumbuhkembangkannya di dalam diri kita.

b. Kita mesti sepaham bahwa mempelajari unsur-unsur ilmu hadis adalah hal yang
semestinya dilakukan dengan sepenuh hati dan terus dilakukan, baik selama di dalam
madrasah maupun di luar madrasah.

c. Tetap teguh mempelajari para pelaku sejarah yang telah menjadi unsur-unsur hadis
(sanad dan rawi) melalui karya-karya mereka dan sedapat mungkin belajar menjadi
penerus mereka.

RANGKUMAN

1. Sanad adalah rentetan perawi-perawi (silsilah) atau rangkaian orang-orang yang


meyampaikan materi hadis Rasulullah saw.

2. Matan hadis adalah redaksi hadis nabi atau isi perkataan Rasulullah.

3. Orang-orang yang menerima hadis kemudian mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin
disebut dengan rawi.

4. Ilmu rijaal al-hadits adalah ilmu yang mempelajari para perawi hadis, dari zaman sahabat,
tabiin hingga para pengumpul yang membukukan hadis.

-- o0o --

Guru Mata Pelajaran,

Subhan Firdaus

Anda mungkin juga menyukai