Anda di halaman 1dari 9

MENGANALISIS

UNSUR-UNSUR
HADIS BAB IX
Anggota :
Hasbi Khoiruzzaman
Muhammad Nur Raihan Tajalli
Muhammad Zein
1. Sanad
Secara bahasa, sanad berasal dari kata ‫ سند‬yang
berarti penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain.
Sanad bisa juga berarti ‫( المعتمد‬pegangan/tempat
bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau
yang sah). Sanad diartikan sebagai sandaran karena
sanad hadis merupakan sesuatu yang menjadi
sandaran dan pegangan.
Sedangkan secara terminologi, sanad adalah jalan
yang dapat menghubungkan matan hadis sampai
kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan kata lain,
sanad adalah rentetan perawi-perawi (silsilah).
2. Matan
Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
huruf ‫ م‬-‫ ت‬-‫ ن‬. Matan memiliki makna ma shaluba wa
irtafa’amin al-aradhi (tanah yang meninggi) atau
punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan
menonjol ke atas,.
Secara terminologis, istilah matan dalam ilmu
hadis adalah redaksi sabda Nabi Muhammad Saw
atau isi dari hadis tersebut. Matan ini adalah inti dari
apa yang dimaksud oleh hadis.
3. Penelitian Sanad dan
Matan Hadits
Penelitian ini dilakukan untuk meyaring unsur-unsur luar yang masuk
kedalam hadits baik yang disegaja maupun yang tidak disengaja, baik yang
sesuai dengan dalil-dalil naqli lainya atau tidak sesuai. maka dengan penelitian
terhadap kedua unsur hadis di atas, hadis-hadis masa Rasul Saw dapat
terhindar dari segala hal yang dapat mengotorinya.
Faktor yang paling utama perlunya dilakukan penelitian ini, ada dua hal
yaitu: pertama, karena beredarnya hadits palsu (maudhu) pada kalangan
masyarakat; kedua hadits-hadits tidak ditulis secara resmi pada masa
Rasulullah Saw. (berbeda dengan al-quran), sehinga penulisan hanya bersifat
individual (tersebar di tangan pribadi sahabat) dan tidak meyeluruh.
4. Rawi
Kata rawi atau arrawi, berarti orang yang meriwayatkan atau yang
memberitakan suatu hadis. Orang-orang yang menerima hadits kemudian
mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Perawi dapat
disebutkan dengan mudawwin (orang yang mengumpulkan).
Sedangkan orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan
kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits.
Setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqah (levelnya), tetapi tidak
setiap perawi disebut sanad hadis karena ada perawi yang langsung
membukukanya.
5. Syarat-syarat
Rawi
Syarat-syarat Rawi
antara lain adalah :

a. Adil
Menurut muhaddisin (ahli hadits) yang dimaksud dengan adil adalah
istiqamatuddin dan al-muru’ah.
b. Muslim.
c. Balig
d. Berakal
e. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa besar
f. Tidak sering melakukan dosa kecil
g. Dhabit,
Dabit mempunyai dua pengertian yaitu:
a. Dabit al-shadri, kuat hafalan serta daya ingatnya
b. Dabit al-kitabah, dapat memelihara kitab hadis dari gurunya sebaik-baiknya,
sehingga tidak mungkin ada perubahan

Berikut ini adalah daftar Para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis
(al-muktsiruna fil-hadis) atau disebut juga bendaharawan hadis antara lain:
1) Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadis.
2) Abdullah bin Umar, meriwayatkan 2.630 hadis.
3) Anas bin Malik, meriwayatkan 2.286 hadis.
4) Aisyah Ummul Mukminin, meriwayatkan 2.210 hadis.
5) Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadis.
6) Jabir bin Abdullah, meriwayatkan hadis 1.540 hadis.
7) Abu Sa’id Al-Khudri, meriwayatkan 1.170 hadis.
6. Memahami Pengertian
Rijalul Hadis
Para rawi hadis disebut juga “Rijalul Hadis”. Untuk dapat
mengetahui keadaan para rawi hadis itu terdapat “Ilmu Rijalul Hadis”
yaitu: “Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan
Sahabat maupun Tabi’in dan orang-orang (angkatan) sesudah
mereka.”
Dalam ilmu Rijalul Hadis ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi
hadis dan riwayat hidupnya, dan mazhab yang dianut serta sifat-sifat rawi dalam
meriwayatkan hadis. Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak macamnya. Ada
yang hanya menerangkan riwayat singkat dari sahabat Nabi, dan ada yang
menerangkan riwayat hidup rawi secara lengkap.
Ada juga yang menjelaskan para rawi yang dipercayai (siqah) saja. Ada yang
menerangkan riwayat-riwayat para rawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau
para pembuat hadis maudu’.
Dan ada yang menjelaskan sebab-sebab dicatat dan sebab-sebab dipandang
adil dengan menyebut kata-kata yang dipakai untuk itu serta martabat-martabat
perkataan.

Anda mungkin juga menyukai