Anda di halaman 1dari 18

BAB II PEMBAHASAN

A. Takhrij Hadis

Takhrij hadis memiliki banyak arti.1 Namun, maksud takhrij hadis dalam kegiatan penelitian hadis lebih lanjut adalah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan. 2 Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam penelitian hadis. Syuhudi Ismail menyebutkan tiga alasan pentingnya dilakukan takhrij hadis, yakni untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang diteliti, dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid atau mutabi pada sanad hadis yang diteliti.3 Di sini, penulis akan memaparkan hasil takhrij dari hadis pokok dalam kitab Shahih Bukhari nomor 1339 Hasil Takhrij No. 1. 2. Mukharrij Bukhari Muslim Bab Al-Zakat Al-Zakat Nomor 1338, 1379 1715, 1716, 1717, 1718,

1 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 41 2 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi hlm. 43 3 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi hlm. 44

1727 3. 4. 5. Al-Nasai Abu Daud Ahmad Al-Zakat Al-Zakat 2484, 2486, 2487 1405

Musnad al_muktsirin min 4244, 5092, 5470, 5766, al-Shahbah 6114 616 1586 1652, 1653

6. 7. 8.

Tirmidzi Malik Al-Darimi

Al-Zakat an Rasulillah Al-Jami Al-Zakat

1. Bukhari nomor 1338

2. Bukhari nomor 1379

3. Muslim nomor 1717


4. Muslim nomor 1718

5. Ahmad nomor 4244

6. Tirmidzi nomor 616


B. Itibar Sanad

Setelah dilakukan kegiatan takhrij, langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan Itibar. Itibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat

diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad hadis tersebut.4 Dengan dilakukannya Itibar maka akan terlihat seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, begitu juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat. Kegunaan Itibar ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid (periwayat pendukung dari kalangan sahabat) dan mutabi (periwayat pendukung selain dari kalangan sahabat).5 Hadis pokok riwayat Bukhari di atas memiliki enam perawi dan didukung dengan Sembilan belas jalur sanad lainnya. Enam perawi tersebut adalah Ibnu Umar, Nafi, Ayyub, Hammad bin Zaid, Abu al-Numan, dan Bukhari. Ibnu Umar sebagai sahabat atau perawi pertama memiliki tiga orang syahid yakni Abu Hurairah, Abu Umamah, dan Hakim bin Hizam. Ini berarti Ibnu Umar tidak meriwayatkannya sendirian. Kemudian mutabinya dari setiap golongan ada sekitar 66 orang, diantaranya adalah Abdul Aziz bin Marwan, Said bin Amr, Qais bin Abi Hazim, Ajlan, Syaddad, Musa bin Thalhah, Urwah bin Zubair, Said bin Musayyab, Abu Hisyam, Malik, Musa bin Uqbah, al-Zuhri, Sufyan, Yahya, Qutaibah, Sulaiman bin Harb, Abdullah, Attab, dan lainnya.
C. Kritik Sanad

Dalam hubungannya dengan penelitian sanad, maka unsur-unsur kaidah keshahihan yang berlaku untuk sanad dijadikan sebagai acuan. Unsur-unsur itu ada yang berhubungan dengan keadaan periwayat dan rangkaian/persambungan antar periwayat/sanad. Unsur yang berhubungan dengan keadaan periwayat adalah keadilan dan kedlabitannya. Apabila kedua unsur itu ada dalam diri periwayat, maka periwayat tersebut bisa disebut dengan Tsiqah. Penelitian sanad ini difokuskan pada periwayatperiwayat yang ada dalam hadis pokok saja. Penguraian kritik sanad ini akan dibagi menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pemahaman.
1. Skema Sanad
4 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi hlm. 51 5 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi hlm. 52

Pada sub ini, penulis akan menyajikan skema sanad hadis utama riwayat Bukhari di atas untuk memperjelas urutan para priwayat hadis tersebut.

Dari skema di atas, kita bias melihat nama-nama periwayat beserta urutannya. Untuk lebih jelasnya, skema tersebut akan penulis paparkan juga dalam bentuk tabel. No. Nama Periwayat Urutan Periwayatan 1. 2. 3. 4. 5. Abdullah Ibn Umar Ayyub Hammad Ibn Zaid Abu al-Numan Bukhari I II III IV V V IV III II I dalam Urutan dalam Sanad

2. Biografi Periwayat

Setelah mengetahui nama-nama periwayat pada sanad hadis utama, maka dalam sub ini akan disajikan biografi para periwayat tersebut yang bersumber dari kitab-kitab rijal.
a) Abdullah Ibn Umar

Nama Lengkap beliau adalah Abdullah bin Umar bin Khatthab bin Nufail al-Qursyi al-Adawi. Laqabnya adalah Ibnu Umar. beliau lahir pada tahun ketiga kenabian. Wafat pada tahun 84 H menurut al-Waqidi, menurut Haitsam bin Addiy dari Malik beliau wafat pada usia 87 tahun. Guru beliau diantaranya adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Abu Dzar, Muadz, Aisyah, dan lain-lain. sedangkan murid beliau diantaranya adalah Jabir, Ibnu Abbas, Salim, Abdullah, Hamzah, Bilal, Zaid, Abdullah, Hafsh bin Amir, Said bin Musayyab, Aslam

Maula Umar, Alqamah bin Waqqash, Abu Abdurrahman al-Nahdi, Masruq, Jubair bin Nafir, Abdurrahman bin Abu Laila, Abdullah bin Dinar, Nafi, Zaid, Khalid bin Aslam, Mushab bin Saad, Musa bin Thalhah, Urwah bin Zubair, Bisyr bin Said, Atha, Thariq, Mujahid, Ibnu Sirin, Hasan, Shafwan bin Mihriz, dan lainnya.(al-Ishabah, juz 4, halaman 181)

b) Nafi Nama Lengkap beliau adalah Nafi Maula Abdullah Ibn Umar Ibn alKhatthab al-Qursyi al-Adawi. Kunyah nya adalah Abu Abdillah al-Madani. Beliau merupakan anak dari Hurmuz/Kawus. Beliau wafat pada tahun 117 H menurut Harun bin Hatim. Dikatakan pula beliau wafat pada tahun 120 H. (Tk jilid 29 hlm 305). Beliau memiliki banyak guru, diantaranya adalah Ibrahim bin Abdullah bin Hunain, Ibrahim bin Abdullah bin Mabad bin Abbas, Aslam Maula Umar bin alKhatthab, Hunain, Orang tua Abdullah bin Hunain, Rafi bin Khadij, Zaid bin Abdullah bin Umar, Salim bin Abdullah bin Umar, Said bin Abi Hind, Abdullah bin Hunain, Abdullah bin Abdullah bin Umar, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq, Ubaidillah bin Abdullah bin Umar, Ammar bin Abi AmmarAmru bin Tsabit al-Atwari, Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar alShiddiq, Masruh muaddzin Umar, Mughirah bin Hakim al-Shanani, Ibnu Wahab al-Abdari, Abu Said al-Khudri, Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu ,Lubabah bin Abdul Mundzir, Abu Hurairah, Rabi bintu Mawadz bin Afra, Saibah Maulah alFkih bin Mughirah, Shafiyah bintu Abu Ubaid, Aisyah, istri Abdullah bin Umar, Ummu Salamah. Murid beliau juga sangat banyak diantaranya adalah Abban bin Shalih,

Abban bin Thariq, Ibrahim bin Said al-Madani, Ibrahim bin Abdurrahman, Usamah bin Zaid bin Aslam, Usamah bin Zaid al-Laitsi, Ishaq bin Abdullah bin Abu farwah, Ismail bin Ibrahim bin Uqbah, Ismail bin Umayyah al-Qursyi, Aufa bin Dalham al-Adawi, Ayyub bin Abi Tamimah al-Sakhtiyani, Ayyub bin Musa al-Qursyi, Barad bin Sinan al-Syami, Bukair bin Abdullah bin al-Asyaj, Tsabit bin Zuhair, Jarir bin Hazim, Abu Bisyr Jafar bin Ubay, Hasyiyah, Juwairiyah bin Asma al-Dlabi, al-Hajjaj bin Arthah al-Nakhai, Hisan bin Athiyyah al-Syami, al-Hasan bin al-Har al-Nakhai,

al-Hadlrami bin Lahiq, Hafsh bin Annan al-Syami, al-Hikam bin Athiyyah, Abu Shakhr Hamid bin Ziyad al-Madini, Abu al-Khatthab Hamid bin Yazid, Hamid alThawilah, Handhalah bin Abu Sufyan al-Jumhi, Kharijah bin Abdullah bin Sulaiman bin Zaid bin Tsabit, Khalid bin Ziyad al-Tirmidzi, Khalid bin Abu Amran al-Tajiyyi, Khalad bin Sulaiman al-Hadlrami al-Mishri, Daud bin Hashin al-Madini, Daud bin Abu Shalih al-Laitsi, Ruqbah bin Mushqalah al-Abdi, Zaid bin Muhammad bin Zaid al-Amri, Zaid bin Waqid al-Syami, Salim Abu al-Nadlr, Saad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, Said bin Maimun, Said bin Abi Hilal, Salamah bin Alqamah al-Tamimi, Sulaiman bin Musa al-Dimasyqi, Sulaiman al-Amasy, dan lainnya. (Tahdzibul kamal hal 298-302) Para Ulama banyak memuji Nafi. Diantara pujian ulama-ulama tersebut yaitu, Muhammad bin Saad mengatakan bahwa Nafi adalah orang yang tsiqah dan banyak meriwayatkan hadis. Imam bukhari mengatakan bahwa sanad yang paling shahih adalah berasal dari Malik dari Nafi dari Ibnu Umar. Kemudian Sufyan bin Uyainah mengatakan, saya mendengar Ubaidillah bin Umar berkata, Allah memuji kita dengan adanya Nafi.(TK jilid 29 halmn 303) c) Ayyub

Nama Lengkap beliau adalah Kisan al-Sakhtiyani (TK jilid 3 hlm 457). Kunyahnya adalah Abu Bakar al-Bashari (TK jilid 3 hlm 457). beliau lahir pada tahun 66 H/68 H (jilid 3 hlm 463) dan wafat pada tahun 131 H pada usia 63 tahun. (jilid 3 hlm 463). Sedangkan tempat tinggalnya pada Bani Harisy di Bashrah (TK jilid 3 hlm 457). Ayyub memiliki banyak guru. Diantara guru-gurunya adalah Ibrahim bin Murrah, Ibrahim bin Maisarah al-Thaifi, Abi al-Syasya Jabir bin Zaid al-Asydi, Hasan al-Bashri, Hamid bin Hilal al-Adawi, Khalied bin Darik, Daisam al-Sadusi, Dzakwan Abu Shalih al-Saman, Zaid bin Aslam, Salim bin Abdullah bin Umar, Said bin Jubair, Said bin Mina, Abi Khalil Shalih bin Abi Maryam, Abi al-Walid Abdullah bin al-Harits al-Bashri, Abi Qalabah Abdullah bin Zaid al-Jarami, Abdullah bin Said bin Jubair, Abdullah bin Syaqiq, Abdullah bin Ubaidillah bin Abi Malikah, Abdullah bin Katsir al-Qari, Abdurrahman bin Qasim,

Abdurrahman bin Hurmuz al-Araj, Abdul Karim bin Malik al-Jazari, dan lain-lain. (tahdzibul kamal jilid 3 halaman 458). Selain memiliki banyak guru, Ayyub juga banyak memiliki murid. Diantara murid-murid nya adalah Ibrahim bin Thahman, Ismail bin Ulayyah, Jarir bin Hazim, Hatim bin Wardan, Abu Umair al-Harits bin Umair, Hasan bin Abu Jafar, Husain bin Waqid al-Marwazi, Hakam bin Sinan, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, Hammad bin Yahya alAbah, HUmaid al-Thawil, Zaid bin Hibban, Abu Ubaidah Syarrar bin Mujassyar al-Anazi, Said bin Abu Arubah, Sufyan al-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Sufyan bin Musa, Sulaiman al-Amasy, Simak bin Athiyyah, Salllam bin Abu Muthi, Syubah bin al-Hajjaj, Ashim bin Hilal al-Bariqi, Abbad bin Manshur al-Naji, Abdullah bin Aun, Abdu al-Salam bin Harb, Abdu al-Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah al-Majisyun, Abdul Aziz bin Abdul Shamad al-Ammi, dan lainnya. (tahdzibul kamal jilid 3 hlm 459). Beliau juga tidak diragukan kredibiltasnya. Terbukti dengan banyaknya pujian-pujian yang diberikan para ulama kepadanya. Abu alWalid dari Syubah mengatakan bahwa Ayyub adalah Sayyid al-Fuqaha. Kemudian Abu Dawud dari Syubah mengatakan, aku tidak melihat orang yang sebaik Ayyub, Yunus bin Ubaid, dan Ibnu Aun. Sedangkan Abu Jafar berkata, Menurut saya, Ayyub adalah orang terbaik dimasanya dan orang yang sangat kuat mengikuti sunnah. (jilid 3 hlm 461)

d) Hammad bin Zaid

Nama Lengkap beliau adalah Hammad bin Zaid bin Dirham alAzdi al-Jahdlami (TK jilid 7 hlm 239). Sedangkan kunyahnya yaitu Abu Ismail al-Bashri al-Azraq Maula Alu Jarir bin Hazim (TK jilid 7 hlm 239). Beliau dilahirkan pada tahun 98 H. (TK jilid 7 hlm 252) dan wafat pada tahun 179 H. (TK jilid 7 hlm 252).

Guru beliau sangat banyak diantaranya Abban bin Taghlab, Ibrahim bin Uqbah, al-Azraq bin Qais, Ishaq bin Suwaid al-Adawi, Anas bin Sirin, Ayyub al-Sakhtiyani, Bahr bin Marrar bin Adurrahman bin Abu Bakrah, Budail bin Maisarah, Burd bin Sinan al-Syami, Bisyr bin Harb Abu Amr al-Nadabi, Bahz bin Hakim bin Muawiyah bin Jaidah alQusyairi, Tsabt al-Bunani, Jad Abu Utsman, Jamil bin Murrah, Hajib bin al-Muhallab bin Abu Shufrah, Hajjaj bin Abu Utsman al-Shawaf, Humaid al-Thawil, Khalid bin Salamah, Khalid al-Haddza, Khutsaim bin Iraq bin Malik, Dawud bin Abu Hind, Abu Fazarah Rsyid bin Kaisan, Rasyid Abu Muhammad al-Himmani, Zubair bin al-Khirrit, Zubair bin Arabi, Zaid bin Dirham (ayah hammad), dan lainnya. (TK jilid 7 hlm 240). Sedangkan murid-murid beliau diantaranya adalah Ahmad bin Ibrahim al-Maushili, Ahmad bin Abdul Malik bin Waqid al-Harrani, Ahmad bin Abdah al-Ddlabbi, Abu al-Asyats Ahmad bin Miqdam al-Ijli, Azhar bin Marwan al-Raqasyi, Ishaq bin Abu Israil, Ishaq bin Isa bin al-Thabba, al-Aswad bin Amir Syadzan, al-Asyats bin Ishaq alSijistani (orang tua Abu Dawud), Bisyr bin Muadz al-Aqadi, Jubarah bin Mughallis al-Himmani, Hamid bin Umar al-Bakrawi, Hajjaj bin Minhal al-Anmathi, al-Hasan bin al-Rabi al-Burani, al-Husain bin Walid alNaisaburi, Abu Umar Hafsh bin Umar al-Haudli, Abu Umar Hafsh bin Umar al-Dlarir, Abu Usamah Hammad bin Usamah, Abu al-Numan Muhammad bin al-Fadl Arim, Yahya bin Yahya al-Naisaburi, dan lainnya. (TK jilid 7 hlm 242-245). Kredibiltas beliau sangat baik terbukti dengan banyaknya pujian yang ditujukan padanya. Amr bin Ali dari Abdurrahman bin Mahdi mengatakan bahwa Imam dalam hadis itu ada empat, al-Auzai, Malik bin Anas, Sufyan al-Tsauri, dan Hammad bin Zaid. Kemudian Ubaidillah bin Hasan mengatakan,ada dua orang Hammad, jika kalian mencari ilmu maka mintalah kepada dua orang Hammad itu.6 Ahmad bin Yusuf al6 TK jilid 7 hlm 245

Sulami dari Yahya bin Yahya berkata, aku tidak melihat seorang syeikh yang lebih hafidh dari Hammad bin Zaid. (TK hlm 247)

e) Abu al-Numan

Nama beliau adalah Muhammad bin al-Fadl al-Sadusi. Kunyahnya Abu Numan al-Bashri. Beliau dikenal dengan sebutan Arim. Beiau wafat pada tahun 224 H menurut Ahmad bin Said al-Darimi. (hlm 291) Beliau memiliki banyak guru diantaranya adalah Abu Zaid Tsabit bin Yazid al-Ahwal, Jarir bin Hazim, Hammad bin Zaid, Hammad bin Salamah, Dawud bin Abi al-Furat, Said bin Zaid, Shaq bin Hazn, Abdullah bin al-Mubarak, Abdul Aziz bin Muhammad al-Darawardi, Abdul Wahid bin Ziyad, Abdul Warits bin Said, Umarah bin Zadzan alShaidalani, Qazaah bin Suwaid al-Bahili, Muhammad bin Rasyid alMakhuli, Abu Hilal Muhammad bin Sulaim al-Rasibi, Mutamir bin Sulaiman, Mahdi bin Maimun, Mulazim bin Amr al-Hanafi, Abu Awanah al-Wadlah bin Abdillah, dan Wuhaib bin Khalid. (jilid 26 hlm 287-288) Sedangkan murid beliau diantaranya adalah al-Bukhari, Ibrahin bin Harb al-Askari, Abu Musli Ibrahim bin Abdullah al-Kajji, Ibrahin bin Yakub al-Jurjani, Ibrahim bin Yunus bin Muhammad al-Muaddib, Abu alAzar Ahmad bin al-Azhar al-Naisaburi, Ahmad bin Said al-Darimi, Ahmad bin Sulaiman al-Ruhawi, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin al-Mualla al-Adami, Ahmad bin Nashr alNaisaburi, Ismail bin Ishaq al-Qadli, Ismail bin Abdullah al-Ashbihani, Hasan bin Ali al-Khalal, Hammad bin Ishaq bin Hammad bin Zaid, Khusyaisy bin Ashram al-Nasai, dan lainnnya. (hlm 288-289) Banyak pula pujin-pujian ulama yang ditujukan kepadanya seperti Muhammad bin Muslim bin Warah yang menyebut Arim bin alFadl dengan sebutan al-Shaduq al-Makmun. Pengarang sendiri mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari ayahnya bahwa Arim itu

ikhtilath pada akhir umurnya dan hilang akalnya. Barang siapa yang mendengar darinya sebelum ia ikhtilath maka sima-nya itu shahih. Saya menulis darinya sebelum ikhtilath pada tahun 14, dan saya tidak mendengar darinya setelah ikhtilath. Barang siapa yang mendengar darinya sebelum tahun 220, maka sima-nya bagus. Sedangkan Abu Zurah bertemu dengannya pada tahun 222.(hlm 290). Ada juga yang berkomentar bahwa beliau Tsiqah. (hlm 291)
f) Bukhari

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Badzdizbah. Dikatakan pula Bardizbah. Kunyahnya adalah Abu Abdillah bin Abi al-Hasan al-Bukhari al-Hafidh. Beliau adalah pemilih kitab Shahih. Ibnu Mujahid mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 256 H. (hal 467) Guru-guru beliau sangat banyak diantaranya adalah Ibrahim bin Hamzah bin Zubairi, Ibrahim bin al-Mundzir al-Hizami, Ibrahim bin Musa al-Razi, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Shalih al-Mishri, Ahmad bin Abu al-Thayyib al-Marwazi, Ahmad bin Muhammad al-Azraqi, Adam bin Abi Iyas al-Asqalani, Abu al-Nadlr Ishaq bin Ibrahim al-Faradisi, Ishaq bin Ruhawaih, Ismail bin Abban al-Waraq, Ismail bin Abi Uwais, Suraij bin Numan al-Jauhari, Abdul Aziz bin Abdullah al-Uwaisi, Abu Nuaim alFadl bin Dukain, Qabidlah bin Uqbah, Qutaibah bin Said, Qais bin Hafsh al-Darimi, dan lainnya. (TK jilid 24 hal 431-432). Sedangkan murid-muridnya diantaranya adalah al-Tirmidzi, Ibrahim bin Ishaq al-Harbi, Ibrahim bin Maqil al-Nasafi, Ibrahim bin Musa al-Jauzi, Abu Hamid Ahmad bin Hamdun bin Ahmad bin Rustum alAmasyi al-Naisaburi, Ahmad bin Sahl bin Malik, Abu Bakar Ahmad bin AMr bin Abi Ashim, Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad al-Azhar alAzhari al-Naisaburi, Ahmad bin Muhammad bin al-Jalil al-Bazzar alBukhari, dan lainnya. (TK jilid 24 hal 434)

Kredibiltas Imam Bukhari terkenal baik. Ulama-ulama banyak yang memberikan pujian kepadanya. Diantaranya adalah Nuaim bin Hammad yang mengatakan bahwa Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) adalah Faqih dari umat ini (hal 459). Muhammad bin Hamdawaih mengatakan bahwa Muhammad bin Ismail berkata: Aku hafal seratus ribu hadis yang shahih dan dua ratus hadis yang tidak shahih(halaman 461).
g) Persambungan Sanad

Dalam melihat persambungan sanad, data-data di atas bisa dilihat lebih ringkas dalam bentuk tabel di bawah ini. Rawi Ibnu Umar Nafi Ayyub Hammad bin Zaid Abu al-Numan Bukhari Lahir 66/68 H 98 H Wafat 84 H 117/120 H 131 H 179 H 224 H 256 H

Jika kita melihat dari tabel di atas, maka pertemuan antar rawi itu sangat dimungkinan. Hal ini diperkuat juga dengan data-data yang ditemukan dalam kitab Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal. Tiap rawi memiliki hubungan seperti guru dengan murid ataupun murid dengan gurunya. Seperti Ibnu Umar yang merupakan murid dari nabi memiliki murid bernama Nafi. Kemudian nafi juga memiliki murid yang diantaranya adalah Ayyub al-Sakhtiyani, Ayyub al-Sakhtiyani memiliki murid Hammad bin Zaid, Hammad bin Zaid memiliki murid diantaranya bernama Abu al-Numan. Abu al-Numan memiliki murid Imam Bukhari. Dari data tersebut terlihat adanya hubungan antara para periwayat. Namun, dalam meneliti persambungan sanad tidak

hanya cukup dengan melihat hubungan antar periwayat. Tetapi juga melihat kata yang digunakan dalam periwayatan atau shighat tahammul wal ada. Dalam hadis pokok di atas, shighat tahammul wal ada yang digunakan Ibnu Umar dalam hadis di atas adalah anna. Lafadh ini diduga merupakan lambang terputusnya sanad. Sedangkan dalam riwayat al-Darimi, lafadh yang digunakan adalah samitu. Lafal ini tidak disepakati penggunaannya. Namun, sebagian periwayat menggunakannya untuk metode al-Sama dan sebagian periwayat lagi menggunakannya untuk al-qiraah.7 Sedangkan tiga periwayat setelah Ibnu Umar menggunakan kata an. Sebagian ulama menyatakan bahwa hadis yang yang menggunakan kata an atau yang biasa disebut dengan hadis muanan, sanadnya terputus. Namun sebagian ulama lain mngatakan bahwa hadis muanan ini bisa dinilai bersambung sanadnya bila memenuhi beberpa syarat, yakni pada sanad hadis yang bersangkutan tidak terdapat tadlis, para periwayat yang namanya beriring dan diantarai oleh kata an ataupun anna itu telah terjadi pertemuan, dan periwayat yang menggunakan kata an ataupun anna itu merupakan periwayat kepercayaan.8 Kemudian dua periwayat terakhir menggunakan kata periwayatan haddatsana yang menunjukkan bahwa ia mendapatkan hadis dengan metode sima. Sedangkan untuk ketsiqahan periwayatnya, ulama banyak yang berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang yang tsiqah, walaupun Abu Numan dketahui bahwa beliau ikhtilath di akhir hayatnya.

h) Syadz dan Illah

Ulama masih berbeda pendapat mengenai pengertian syudzudz-nya suatu hadis. Namun, pengertian yang paling banyak diikuti oleh para ulama hingga saat ini adalah pendapat imam SyafiI yang mengatakan bahwa hadis syudzudz adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang tsiqah tetapi

7Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi.. hlm. 82-83 8Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi.. hlm.83

riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang dikemukakan oleh banyak periwayat yang tsiqah juga.9 Merujuk pada pendapat ini, jika memperhatikan hasil takhrij maupun Itibar al-Sanad, maka menurut penulis hadis ini bebas dari Syudzudz. Sedangkan untuk illah-nya, seperti yang sudah disebutkan dalam penelitian rawi di atas, para ulama mengakui ke-tsiqah-an para periwayat hadis pokok di atas. Walaupun disebutkan bahwa salah satu rawi, yakni Abu al-Numan, mengalami ikhtilath pada akhir usianya, namun ada juga ulama yang mengatakan bahwa ia tidak mendengar hadis dari Abu al-Numan setelah ikhtilath. Namun, hadis-hadis yang didapat sebelum beliau ikhtilath, maka dianggap shahih. Setelah penulis mencari dalam kitab illah pun, hadis utama di atas tidak tercantum dalam kitab illah.

D. Kritik Matan

Dilihat dari obyek penelitian, sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting dalam hubungannya dengan status kehujjahan hadis.10 Unsur-unsur yang diteliti dalam matan adalah Syadz dan illah. Syadz-nya hadis bisa berupa pertentangan dengan al-Quran, hadis lain yang lebih kuat, sejarah, logika, dan lain-lain. Sedangkan illah dalam hadis dilihat dalam matan, berupa sisipan dalam pertukaran redaksi (iqlab), sisipan dalam matan hadis (idraj), ataupun lainnya.
1. Analisis Syadz a. Bertentangan dengan al-Quran

Banyak ayat al-Quran yang menganjurkan untuk memberi baik berupa shadaqah, infak, maupun zakat. Contohnya adalah surat al-Taubah ayat 103

9 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi.. hlm.85-86 10 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi.. hlm.122

yang menyuruh orang islam untuk mengambil zakat dari harta yang mereka miliki.

ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Dalam ayat tersebut secara jelas disebutkan perintah untuk berzakat yang bertujuan untuk mensucikan harta mereka maupun diri mereka. Selain ayat di atas, banyak juga ayat al-Quran yang secara jelas menyebutkan kewajiban zakat dengan menggunakan kata .
b. Bertentangan dengan hadis yang lebih kuat

Hadis-hadis yang mendukung anjuran memberi juga sangat banyak diantaranya adalah hadis riwayat Muslim nomor 1650 dalam bab zakat.

Dalam hadis di atas, terlihat jelas perintah untuk berzakat dengan disebutkannya ancaman bagi orang yang tidak mengeluarkan zakat harta yang ia

miliki. Walaupun redaksinya yang disebutkan hanya tentang sapid an kambing, namun esensinya adalah zakat harta yang harus dikeluarkan.
c. 2. Analisis illah

Jika kita melihat hasil takhrij hadis yang telah disebutkan pada awal penelitian ini, tidak ada matan hadis yang memiliki perbedaan isi yang signifikan. Semua hadis mengindikasikan adanya anjuran untuk memberi tanpa menyebutkan bentuk yang spesifik dari pemberian itu. Adapun perbedaan redaksinya hanyalah perbedaan bentuk hadis, ada yang berbentuk cerita, ada yang hanya menyebutkan Qaul nabi, dan lainnya. penulis juga mengecek hadis ini dalam kitab ilal al-hadis untuk menguatkan penelitian penulis tersebut. Namun, dalam kitab ilal al-hadis pun tidak ditemukan adanya hadis pokok di atas.
E. k

Anda mungkin juga menyukai