Anda di halaman 1dari 3

Pengantar Penyusun

Kisah penulisan bahan ajar ini bermula sejak pertengahan 2013. Saat itu, saya
diberi amanat untuk mengampu mata kuliah kaidah tafsir. Dalam benak saya,
pemikiran keagamaan itu adalah hal misterius (sebab ia sangat plural). Inti
dari pemikiran keagamaan adalah tafsir. Artinya, tafsir adalah hal yang
misterius. Oleh sebab kemisteriusan ini maka tidak ada yang pasti dalam
dunia tafsir; yang ada hanyalah kemungkinan-kemungkinan yang mendekati
kebenaran. Di sisi lain, ada terma kaidah yang kemudian disandingkan
dengan terma tafsir. Kaidah sendiri adalah rumus sebab ia bersifat pasti.
Pertanyaannya, bagaimana mungkin hal yang pasti bertemu dengan hal yang
misterius. Bagaimana mungkin hal yang memiliki sifat dasar pluralitas
disandingkan dengan hal yang absolut.
Dalam mempersiapkan mata kuliah kaidah tafsir, saya mencoba untuk
mencari kemungkinan-kemungkinan literatur yang relevan untuk dijadikan
bahan acuan mengajar. Hasilnya, sangat tidak memuaskan. Jamak karya yang
berjudul kaidah tafsir, tetapi ekspektasi saya akan terma kaidah tafsir kurang
tercermin dalam literatur-literatur tersebut. Akhirnya, saya memutuskan
untuk menggunakan risalah doktoralnya Khā lid Uṡmā n al-Sabt sebagai pintu
masuk untuk menggandeng beragam literatur yang ada. Namun demikian,
ketebalan risalah ini membuat saya harus memilah dan memilih mana kaidah
yang relevan dan mana yang tidak. Di samping itu, kesenjangan budaya
antara latar belakang Khā lid Uṡmā n al-Sabt di Saudi Arabia dan kelas saya di
Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri.
Problem-problem tersebut sangat mengganggu laju kecepatan proses belajar-
mengajar di kelas saya. Hingga di akhir pertemuan, saya berbincang dengan
salah seorang mahasiswa saya bernama, Nurul, untuk menyusun adaptasinya
yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis mata kuliah. Ide itu berjalan dan
hanya seumur jagung. Mimpi itu hilang entah kemana sebab kesibukan yang
terus bertubi datang silih berganti. Hingga kemudian saya dipertemukan
dengan angkatan berikutnya pada mata kuliah yang sama.
Pada pertengahan 2014 saya mempersiapkan beragam strategi agar
kekurangan-kekurangan yang terjadi di tahun 2013 tidak terulang. Namun
demikian, Kendala ketebalan halaman dan mendalamnya pembahasan tetap
hadir untuk gagal mendulang sukses kaidah tafsir. Untungnya, di awal
perkuliahan 2014 saya meminta salah seorang mahasiswa yang dengan
sukarela mau merekam seluruh aktivitas pembelajaran dan mahasiswi
bernama Toipah hadir untuk itu. Pasca-perkuliahan selesai, mimpi untuk

i
menyusun karya ini kembali menguap tanpa jejak. Penyebabnya hampir sama
dengan tahun sebelumnya; kesibukan yang datang bertubi silih berganti.
Pada awal Ramadan 2015, seorang mahasiswi bernama Puput Noer Fitri
Hasanah mencurahkan isi hatinya kepada saya akan kegiatan yang dapat
dilakukan saat jeda semester genap-ganjil tiba. Saya memberikan masukan
untuk melanjutkan garapan yang sudah dua kali hilang entah kemana. Ia pun
kemudian berkorrdinasi dengan teman-temannya; Nurul, Toipah, Siddiq
Abdur Rozzaq, Eva Hanifah, dan Rina Faiqoh. Mereka bersepakat untuk
melanjutkan garapan kaidah tafsir. Oleh sebab program Ramadan yang
berubah, akhirnya hanya Puput, Toipah dan Eva Chan yang dapat
mengerjakan. Sembari berpuasa dan mengaji mereka menyisihkan waktu dua
sampai tiga jam untuk mendiskusikan kaidah-kaidah tafsir satu demi satu
hingga liburan Idulfitri tiba. Pasca-liburan usai, Siddiq dan Anwar Kurniawan
mulai bergabung. Akhirnya, tim penyusun lengkap menjadi delapan orang
dan dapat menyelesaikan drafnya.
Karya sederhana ini tidak mendiskusikan ragam problem dalam masing-
masing kaidah secara mendalam. Karya ini hadir untuk menyederhanakan
ragam problem yang ada dalam kaidah tafsir. Karya ini disusun sepraktis
mungkin agar dapat menjadi panduan mata kuliah kaidah tafsir atau menjadi
referensi bagi mereka yang ingin dengan cepat mengetahui kaidah dari suatu
penafsiran. Karya ini hanya merupakan adaptasi dari risalah doktoralnya
Khā lid Uṡmā n al-Sabt.
Peta pembahasan karya ini disusun berdasarkan klasifikasi Kyai Ā mīn al-
Khullī. Menurutnya, studi Alquran itu dapat dipetakan menjadi dua macam
wilayah, mā ḥawla al-naṣ (seputar teks) dan mā fī al-naṣ (internal teks). Pada
klasifikasi pertama terdapat lima sub pembahasan, sedangkan pada
klasifikasi kedua terdapat dua sub pembahasan, yang masing-masing
memiliki beragam topik. Sebelum mengurai kaidah-kaidah tafsir terlebih
dahulu diulas pengertian, kedudukan, dan sejarah perkembangan kaidah
tafsir sebagai pengantar. Harapannya, seluruh pembahasan dalam karya ini
dapat diselesaikan selama 14 kali tatap muka. Berkaitan dengan teknik
penulisan ayat Alquran, penyusun menyesuaikan dengan software yang ada.
Oleh sebab itu, pembaca akan menemukan perbedaan gaya penulisan dengan
Alquran versi cetak yang ditashih Kementerian Agama maupun versi Saudi
Arabia.
Sebagai penutup, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada K.H.
Mu’tashim Billah, Pengasuh PP Sunan Pandanaran, Yogyakarta, yang telah
merestui penerbitan karya ini sekaligus memberikan kata pengantar. Terima
kasih kami sampaikan juga kepada Mbak Nuha (demikian teman-teman

ii
memanggilnya) yang rela terganggu ketenangan istirahatnya di rumah;
semoga kelak janin yang dikandung menjadi ahli Alquran. Tidak lupa kami
sampaikan kepada STAISPA dan beragam pihak yang mendukung
terselesaikannya karya ini. Kritik dan saran konstruktif sangat kami tunggu
agar ke depan karya ini semakin baik. Semoga karya sederhana ini dapat
bermanfaat dan mebawa berkah bagi kita semua. Amin.

Jogoripon, 28 September 2015


a.n. Tim Penyusun,

Mohamad Yahya

iii

Anda mungkin juga menyukai