Anda di halaman 1dari 10

KONSEP GHANIMAH DAN FAI

Muhammad Farhan Alwani 33030200058

Wahtim Wahyudi 33030200055

farhanalwani@gmail.com

Program studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Salatiga.

ABSTRAK

Ghanimah Secara harfiah, ghanimah berarti sesuatu yang diperoleh seseorang melalui suatu
usaha. Menurut istilah, ghanimah berarti harta yang diambil dari musuh Islam dengan cara
perang. Bentuk-bentuk harta rampasan yang diambil tersebut bisa berupa harta bergerak, harta
tidak bergerak, dan tawanan perang.Dilihat dari sejarah perang, kebiasaan ini telah dikenal sejak
jaman sebelum Islam. Hasil peperangan yang diperoleh ini mereka bagi-bagikan kepada pasukan
yang ikut perang tersebut, dengan bagian terbesar untuk pemimpin. Fa'i adalah segala harta
kekayaan orang-orang kafir yang dikuasai oleh kaum muslimin tanpa peperangan. Seperti yang
pernah terjadi pada Bani Nadhir, atau orang-orang kafir melarikan diri karena takut terhadap
kaum muslimin, dengan meninggalkan rumah dan harta mereka, sehingga harta tersebut dikuasai
oleh kaum muslimin, atau orang-orang kafir takut dan melakukan perdamaian dengan kaum
muslimin serta menyerahkan sebagian dari harta dan tanah mereka, seperti terjadi pada penduduk
Fidak.

Kata kunci : Ghanimah dan Fai

PENDAHULUAN
Kata Fai diambil dari lafal Faa-a yang berarti ”ketika kembali”. Kemudian berlaku dalam
hal harta yang kembali dari orang-orang kafir kepada kaum muslimin. Sedangkan menurut
syarak, adalah harta yang berasal dari orang-orang kafir tanpa melalui pertempuran dan
menghalau kuda atau unta, sebagaimana harta pajak seper sepuluh harta dagangan karena
ditinggal lari oleh pemiliknya. Harta yang didapat dari orang yang tidak beragama islam dengan
jalan damai (tidak berperang), pajak, harta orang murtad, hadiah.

1
Secara harfiah, ghanimah berarti sesuatu yang diperoleh seseorang melalui suatu usaha.
Menurut istilah, ghanimah berarti harta yang diambil dari musuh Islam dengan cara perang.
Bentuk-bentuk harta rampasan yang diambil tersebut bisa berupa harta bergerak, harta tidak
bergerak, dan tawanan perang. Dilihat dari sejarah perang, kebiasaan ini telah dikenal sejak
jaman sebelum Islam. Hasil peperangan yang diperoleh ini mereka bagi-bagikan kepada pasukan
yang ikut perang tersebut, dengan bagian terbesar untuk pemimpin. Ghanimah secara luas ialah
harta yang diambil alih oleh kaum muslimin dari musuh mereka ketika dalam peperangan yang
disebut juga rampasan perang.

PEMBAHASAN

I. Pengertian Ghanimah
Ada beberapa lafazh yang digunakan untuk menyebutkan istilah ghanimah yaitu
maghnam (‫)المغنم‬, ghanim (‫)الغنيم‬, dan ghunmu (‫)الغنم‬. Bentuk jama’ dari ghanimah adalah ghanaim
(‫)غنائم‬, sedangkan maghnam bentuk jama’nya adalah maghanim (‫)مغانم‬. Adapun maknanya secara
bahasa adalah al-fauzu/‫(الفوز‬kemenangan)1. Ghanimah juga bermakna fai, keuntungan (‫ربح‬K‫ )ال‬dan
kelebihan (‫)الفضل‬.
Adapun defenisi ghanimah secara istilah adalah harta musuh yang diambil dengan cara
paksaan dan melalui peperangan2. Ulama Hanafiyah menjelaskan bahwa pengambilan dengan
cara paksaan tidak terjadi kecuali dengan kekuatan, baik secara hakiki atau dengan dalalah,
artinya izin dari Imam3. Sedangkan ulama Syafi’iyah mendefenisikan ghanimah yaitu harta
yang diambil oleh kaum muslimin dari orang kafir dengan menunggang kuda dan unta 4. Ar-
Rafi’i mengatakan bahwa dalam kitab At-Tahzib disebutkan bahwa sama saja apakah harta itu
diambil dengan cara paksa atau karena mereka kalah dan meninggalkan hartanya.5

A. Landasan Hukum Ghanimah

1
Majamma’ Al-Lughah Al-‘Arabiyah Al-Idarah Al-‘Ammah li Al-Mu’jamatwaIhya’ At-Turats Negara Mesir, Al-
Mu’jam Al-Washith, (Mesir: MaktabahAsy-Syuruq Ad-Dauliyah, 2004), Cet. IV, hlm. 664.
2
Ibid... 262.
3
Al-Kasany, Bada’I Ash-Shana’I, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2005), Juz. IX, hlm. 394.
4
Ar-Rafi’I, Al-‘Aziz Syarh Al-Wajiz, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 1997), Cet. I, Juz. VII, hlm. 345.
5
Ibid... 345.

2
Ghanimah adalah salah satu dari keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah
atas umat-umat yang lain. Nabi SAW bersabda,
“Aku telah diberikan lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku, aku
dimenangkan dengan perasaan takut (dalam diri musuh) sejauh satu bulan perjalanan, bumi
dijadikan bagiku masjid dan suci maka siapapun yang mendapati waktu sholat maka hendaklah
ia sholat, ghanimah dihalalkan bagiku dan tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelumku, aku
diberikan syafaat, Nabi hanya diutus pada kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh
manusia”. (HR. Bukhari).6

Pada awalnya, pembagian ghanimah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian


turunlah firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ketentuan dalam pembagian ghanimah
tersebut,

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan ibnussabil”. (QS. Al-Anfal: 41)

Dalam ayat ini telah ditetapkan bahwa yang dibagikan kepada pasukan hanyalah 4/5 dari harta
ghanimah, adapun sisanya (1/5) untuk selain mereka sebagaimana dalam ayat di atas. Ghanimah
pertama yang dikenakan ketentuan menarik seperlima oleh Rasulullah SAW setelah perang Badr
adalah ghanimah perang Bani Qainuqa’.7
B. Macam-macam Ghanimah
Adapun ghanimah, maka cabang-cabangnya dan hukum-hukumnya sangat
banyak, karena ia adalah akar dari fai. Jadi hukumnya lebih luas. Pembahasan ghanimah
mencakup tawanan perang, sandera, lahan tanah dan harta.

D. Tawanan Perang
Tawanan perang adalah orang laki-laki kafir yang terlihat perang, kemudian kaum
Muslimin berhasil menangkap mereka hidup-hidup. Para fuqaha’ berbeda pendapat mengenai
perlakuan terhadap mereka. Imam Syafi’i berpendapat, “Imam (khalifah) atau wakilnya bebas
memilih mana diantara empat opsi yang paling mendatangkan kemaslahatan dalam
kefakirannya;8
6
IbnuHajar Al-‘Asqalany, Fath Al-Bari, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2004), Juz. I, hlm. 513. Haditsnomor: 335.
7
Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, (Kuwait: Maktabah Dar IbnQutaibah, 1989), Cet. I, hlm. 177.
8
Imam al-mawardi, Al-ahkam As-sulthaniyyah, (PT.Darul falah,Bekasi 2016) cet.7 Hal.233

3
 Membunuh mereka
 Menjadikan mereka sebagai budak
 Mereka ditebus dengan uang atau penukaran tawanan
 Membebaskan mereka tanpa uang tebusan.
E. Sandera
Yang di maksud dengan sandera adalah wanita dan anak anak, jika mereka berasal dari
ahli kitab, mereka tidak boleh di bunuh, karena Rasulullah SAW melarang pembunuhan wanita
dan anak anak, mereka menjadi budak dan di bagi bagikan bersama rampasan peran yang lain.

Jika sandera wanita tidak berasal dari ahli kitab, misalnya atheis, dan penyembah berhala,
jika mereka menolak masuk islam, menurut imam syafi’i mereka di bunuh. Menurut Abu
hanifah, mereka di jadikan budak.

Sandera wanita yang di jadikan budak tidak boleh di pisahkan dengan anaknya, karena
Rasulullah SAW bersabda :

“Seorang ibu tidak boleh di pisahkan dari anaknya” (Diriwayatkan Al-Baihaqi)

Jika sandera wanita menebus dirinya dengan uang, maka di perbolehkan, karena
penebusan ini adalah jual beli dan uang tebusan mereka menjadi ghanimah. Jika imam (khalifah)
ingin mengadakan pertukaran tawanan dengan tawanan perang kaum muslimin yang ada pada
orang-orang kafir, maka sebagai gantinya orang-orang yang menangkap tawanan perang tersebut
di beri gantirugi dari jatah kepentingan umum.

F. Harta kaum Muslimin yang dikuasai orang-orang Musyrik

Jika orang-orang muslim menguasai harta kaum muslimin mereka tidak berhak
memilikinya dan harta tersebut tetap menjadi hak milik kaum muslimin. Jika harta tersebut
dikuasai kembali kaum muslimin, harta tersebut dikembalikan kepada pemiliknya tanpa
pemberian ganti rugi kepada orang yang berhasil membebaskannya

Abu Hanifah berkata, “harta tersebut menjadi milik orang-orang musyrik, jika mereka
menguasainya termasuk budak wanita. Jika majikannya memasuki negara kafir tersebut, ia
diharamkan menggaulinya.”

4
Jika orang yang menguasai lahan tanah tersebut masuk islam, ia lebih berhak
memilikinya, namun jika kaum muslimin menguasainya, mereka lebih berhak memiliknya
daripada pemiliknya.

Imam Malik berkata, “jika pemilik lahan tanah menemukan lahan tanahnya sebelum
dibagi-bagi kepada kaum muslimin, ia lebih berhak memilikinya kembali. Jika ia
menemukannya setelah pembagian, pemiliknya berhak atas harganya, dan orang-orang yang
menguasainya berhak atas lahan tanah tersebut.”

G. Lahan Tanah yang dikuasai kaum Muslimin

Jika kaum muslimin berhasil menguasai lahan tanah, maka lahan tanah tersebut terbagi
kedalam tiga bagian :

Pertama, lahan tanah yang dikuasai kaum muslimin dengan kekerasan dan secara paksa,
hingga orang-orang kafir meninggalkannya baik dengan pembunuhan atau penyanderaan atau
pengusiran.

Kedua, lahan tanah yang dikuasai kaum muslimin dengan damai, karena orang-orang
kafir meninggalkannya karena ketakutan. Dengan penguasaan ini, lahan tanah tersebut menjadi
tanah waqof. Ada yang mengatakan, “lahan tanah tersebut tidak menjadi tanah waqof hingga
imam (kholifah) mengatakannya secara resmi, lahan tanah tersebut dikenakan pajak dan uang
pajaknya untuk gaji pengawasannya muslim atau orang kafir muwahid.”

H. Harta Benda Bergerak

Harta benda bergerak termasuk ghanimah yang bisa di tolerir. Tadinya Rasulullah SAW
membagi-bagikannya berdasarka ijtihadnya, namun karena kaum muhajirin dan anshar
memperebutkannya pada perang badar, allah azza wa jalla menjadikannya sebagai milik Rasul-
nya dan beliau bebas menggunakannya.

II. Pengertian Fai

Fai secara bahasa bermakna naungan (‫ل‬KK‫)الظ‬, kumpulan (‫ع‬KK‫)الجم‬, kembali (‫وع‬KK‫)الرج‬,
ghanimah, kharaj, dan sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada pemeluk agama-Nya yang

5
berasal dari harta-harta orang yang berbeda agama tanpa peperangan 9. Ada pun fai secara istilah
adalah harta-harta yang didapatkan dari musuh dengan cara damai tanpa peperangan, atau setelah
berakhir peperangan seperti jizyah, kharaj dan lain sebagainya.10
Harta fai dengan harta ghanimah ada kesamaan dari dua segi dan ada perbedaan dari
dua segi pula. Segi persamaanya adalah: Pertama, kedua harta itu didapatkan dari kalangan
orang kafir, Kedua, penerima bagian seperlima adalah sama. Adapun segi perbedaannya adalah:
Pertama, harta fai diberikan dengan sukarela, sementara ghanimah dengan paksaan, Kedua,
penggunaan empat perlima bagian dari harta fai berbeda penggunaannya dengan empat perlima
bagian dari ghanimah.
Muhammad Saddam mengemukakan Negara mempuyai otoritas penuh dalam mengatur
harta fai, maka kita dapat menyebutnya sebagai pendapatan penuh Negara, karena keuntungan
dari pendapatan fai dibagi rata untuk kepentingan bersama dari seluruh populasi, maka Al-
Ghazaly mendefenisikannya sebagai amwal al-mashalih yaitu pendapatn untuk kesejahteraan
rakyat11.
Hanimah dan Fai adalah harta yang didapatkan kaum Muslimin dari kaum Musyirikin
atau mereka menjadi penyebab perolehan harta tersebut. Hukum kedua jenis harta tersebut
berbeda. Keduanya juga berbeda dengan harta zakat dalam empat aspek;

1. Zakat diambil dari kaum Muslimin untuk membersihkan mereka, sedang ghanimah dan
fai diambil dari orang-orang kafir untuk menghukum mereka.
2. Distribusi zakat sudah dipastikan dalam nash Al-Qur’an hingga imam (khalifah) tidak
boleh berijtihad didalamnya, sedang distribusi ghanimah dan fai diserahkan sepenuhnya
kepada ijtihad para ulama.
3. Muzakki (pembayar zakat) diperbolehkan bertindak sendiri dalam distribusi zakatnya,
sedang pemilik ghanimah dan fai tidak boleh bertindak sendiri dalam distribusi
ghanimah dan fai kepada penerimanya, hingga pihak yang berwenang yang mengelola
pendistribusiannya.

9
IbnuManzhur, Lisan Al-‘Arab, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2005), Cet. I, Juz.VI, hlm.131-132.
10
Nazih Hammad, Mu’jam Al-Mushthalahat Al-Iqtishodiyah fi Lughah Al-Fuqaha’, (Riyadh: Ad-Dar Al-‘Alamiyah
li Al-Kitab Al-Islamy, 1995), Cet. III, hlm.161
11
Muhammad Saddam, Ekonomi Islam Sistem Ekonomi Menurut Islam, ter. Hary Kurniawan, (Jakarta: Taramedia,
2002), hlm. 51.

6
Ghanimah dan fai mewakili dua kesamaan dan dua perbedaan. Dua kesamaan diantara
keduanya adalah, keduanya didapatkan dari orang-orang kafir dan alokasi seperlima keduanya
sama. Sedang dua perbedaan di antara keduanya adalah sebagai berikut;

Pertama, fai diambil dengan sukarela, sedang ghanimah diambil secara paksa.

Kedua, alokasi empat perlima fai berbeda dengan alokasi empat perlima harta ghanimah
seperti akan saya terangkan, Insya Allah.

Penerima pertama adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau masih
hidup. Beliau menggunakan jatahnya untuk dirinya sendiri, keluarganya, kepentingan
pribadinya, dan kepentingan umum kaum muslimin.

Penerima fai kedua adalah sanak kerabat Rasul. Abu Hanifah berpendapat, “Harta
mereka sekarang atas fai sudah gugur.” Menurut ImamSyafi’i, “Harta mereka atas fai masih
ada.” Sanak kerabat yang dimaksud adalah Bani Hasyim, dan Abdul Muthalib yang kedua-
duanya adalah anak keturunan Abdul Manaf. Orang-orang Quraisy selain mereka tidak
mempunyai hak atas fai. Fai ini dibagi rata kepada anak kecil mereka, orang dewasa
mereka,orang-orang kaya mereka, dan orang miskin mereka. Oorang laki-laki dari mereka
mendapatkan bagian dua kali lipat dari bagian wanita (seperti dalam warisan), karena mereka
diberi jatah tersebut atas nama sanak kerabat. Mantan budakdan cucu-cucu dari anak perempuan
mereka tidak mempunyai hak atas fai. Jika salah seorang dari mereka meninggal dunia sebelum
mendapatkan jatahnya, dan faitersebut belum dibagi, maka jatahnya menjadi milik ahli warisnya.

Penerima fai ketiga adalah anak-anak yatim dari kalangan orang-orang miskin. Anak
yatim adalah anak yang ditinggal meninggal ayahnya ketika ia masih kecil. Tidak bedanya dalam
hal ini antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Jika keduanya tidak lagi dikatakan anak
yatim. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “yang dikatakan yatim setelah anak
bermimpi (baligh).” (diriwayatkan Abu Daud).

Penerima fai keempat adalah orang-orang miskin. Mereka adalah orang-orang penerima
fai yang tidak memiliki sesuatu untuk mencukupi kebutuhannya, karena orang-orang miskin dari
kalangan penerima zakat.

7
Penerima fai kelima adalah ibnu sabil, yaitu para penerima fai yang tidak mempunyai
perbekalan untuk perjalanannya; mereka akan memulai perjalanannya atau ditengah-tengah
perjalanannya.

A. Landasan Hukum Fai


Fai disyariatkan melalui firman Allah dan juga atsar12. Adapun firman Allah adalah:
“Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kudapun
dan (tidak pula) seekor untapun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya
terhadap apa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apa saja
harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar
di antara orang-orang kaya saja di antara kamu”. (QS. Al-Hasyr: 6-7)
Atsar dari Umar RA bahwa beliau berkata: “Dahulu harta dari Bani Nadhir adalah fai
yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya, dan harta itu ada yang dikhususkan untuk beliau.
Kemudian beliau mengeluarkan biaya hidup keluarga untuk satu tahun sedangkan sisanya
beliau jadikan untukku dan senjata”.(HR. Bukhari)
B. Sumber-sumber Fai
Harta fai bersumber dari beberapa jalan13,yaitu:
a) Tanah dan harta yang tidak bergerak lainnya seperti rumah.
b) Harta yang bisa dipindahkan.
c) Kharaj
d) Jizyah
e) Ushurahl adz-dzimmah
f) Harta yang diperoleh oleh kaum muslimin dari musuh untuk berdamai.
g) Harta orang murtad jika terbunuh atau mati
h) Harta kafir dzimmy jika mati dan tidak punya ahli waris.

12
Wizarah Al-Auqafwa As-Syu’un Al-Islamiyah, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: Dar Ash-Shofwah, 1995), Cet.
I, Juz.XXXII, hlm. 229-230.
13
Wizarah Al-Auqafwa As-Syu’un Al-Islamiyah, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: Dar Ash-Shofwah, 1995), Cet.
I, Juz.XXXII, hlm. 230.Untuk pembahasan lebih lanjut lihat kitab Al-Amwal karangan Abu Ubaid dan karangan
Humaid bin Zanjawaih.

8
i) Tanah-tanah ghanimah artinya tanah-tanah pertanian bagi yang berpen dapat bahwa tanah
tersebut tidak dibagi.
C. Karakteristik Petugas Fai
Petugas fai selain harus memiliki sifat amanah dan kredibilitas pribadi yang baik, ia juga
harus mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan bidang yang diatangani. Bidang atau tugas
yang ditangani tersebut ada tiga macam,14yaitu:
a) Penentu jumlah fai yang harus dipungut dan orang-orang yang berhak mendapatkan
bagian. Untuk bagian ini karak teristiknya adalah merdeka, Islam, mujtahid, menguasai
ilmu berhitung dan pengukuran luas tanah.
b) Pengumpul seluruh harta fai. Petugas ini harus memiliki syarat seperti pada bagian
pertama kecuali mujtahid.
c) Pengumpul satu jenis dari harta fai. Tugas ini jika dijalankan secara resmi, maka
petugasnya harus merdeka, Islam dan menguasai ilmu berhitung dan pengukuran luas
tanah. Jika tidak resmi maka bisa dilakukan oleh hamba sahaya atau kafir dzimmi.

PENUTUP
Ghanimah Secara harfiah, ghanimah berarti sesuatu yang diperoleh seseorang melalui
suatu usaha. Menurut istilah, ghanimah berarti harta yang diambil dari musuh Islam dengan cara
perang. Bentuk-bentuk harta rampasan yang diambil tersebut bisa berupa harta bergerak, harta
tidak bergerak, dan tawanan perang.Dilihat dari sejarah perang, kebiasaan ini telah dikenal sejak
jaman sebelum Islam. Hasil peperangan yang diperoleh ini mereka bagi-bagikan kepada pasukan
yang ikut perang tersebut, dengan bagian terbesar untuk pemimpin.
fa'i adalah segala harta kekayaan orang-orang kafir yang dikuasai oleh kaum muslimin
tanpa peperangan. Seperti yang pernah terjadi pada Bani Nadhir, atau orang-orang kafir
melarikan diri karena takut terhadap kaum muslimin, dengan meninggalkan rumah dan harta
mereka, sehingga harta tersebut dikuasai oleh kaum muslimin, atau orang-orang kafir takut dan
melakukan perdamaian dengan kaum muslimin serta menyerahkan sebagian dari harta dan tanah
mereka, seperti terjadi pada penduduk Fidak.
Para pakar ekonomi berpendapat bahwa pajak yang baik adalah pajak yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:

14
Al-Mawardi, op.cit.hlm. 165-166.

9
 Keyakinan (ada ketegasan)
 Kesesuaian
 Proporsional
 Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA
Manzhur, Ibnu, Lisan Al-‘Arab, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2005)

Hammad, Nazih, Mu’jam Al-Mushthalahat Al-Iqtishodiyah fi Lughah Al-Fuqaha’, (Riyadh: Ad-Dar


Al-‘Alamiyah li Al-Kitab Al-Islamy, 1995)

Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, (Kuwait: Maktabah Dar IbnQutaibah, 1989)

Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, (Bekasi:PT.Darul falah 2016)

Wizarah Al-Auqafwa As-Syu’un Al-Islamiyah, Al-Mausu’ah Al-FiqhiyahJuz XXXII, (Kuwait: Dar Ash-
Shofwah, 1995)

Al-Kasany, Bada’I Ash-Shana’I, (Kairo: Dar Al-Hadits, 2005)

10

Anda mungkin juga menyukai