Anda di halaman 1dari 56

ACARA PERSIDANGAN KONGRES IV

IKATAN MAHASISWA DEMAK


(IMADE)

No Waktu Acara Penanggungjawab


Sidang Sementara (PB
1 Pleno 1 Verifikasi Peserta Kongres IV
IMADE)
Pleno 2 Pembahasan dan Pengesahan Pimpinan Sidang
2
Jadwal Acara Persidangan Sementara (PB IMADE)
Pleno 3 Pembahaan dan Pengesahan Tata Pimpinan Sidang
3
Tertib Sementara (PB IMADE)
Pimpinan Sidang
4 Pleno 4 Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno
Sementara (PB IMADE)
Pleno 5 LPJ PB IMADE Periode 2020-
5 2023 dan Pandangan Umum Cabang- Pimpinan Sidang Pleno
Cabang
6 Pleno 6 Pembahasan dan pengesahan AD Pimpinan Sidang Pleno
ART
Pleno 7 Pemilihan Pimpinan Sidang
7 Komisi-Komisi dan Sidang-Sidang Pimpinan Sidang Pleno
Komisi
Pleno 8 Pleno Komisi-Komisi dan
8 Pimpinan Sidang Pleno
Penetapan Hasil-Hasil Sidang Komisi
Pleno 9 Pemilihan dan Penetapan Ketua
9 Pimpinan Sidang Pleno
Umum IMADE Periode 2023-2025
Pleno 10 Pemilihan dan Penetapan Tim
10 Pimpinan Sidang Pleno
Formatur Kongres
Pleno 11 Pemilihan dan Penetapan Tempat
11 Pimpinan Sidang Pleno
Penyelenggaraan Kongres V IMADE
TATA TERTIB KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA DEMAK
(IMADE)

BAB I
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Kongres adalah badan musyawarah tertinggi Ikatan Mahasiswa Demak, sebagai
perwujudan kedaulatan organisasi.
2. Kongres IV IMADE diselenggarakan oleh PB IMADE dengan melibatkan semua cabang
Imade sebagai panitia pelaksana.
3. Penanggungjawab Kongres IV IMADE adalah PB IMADE Periode 2020-2022.

BAB II
WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 2
1. Kongres IV diselenggarakan pada tanggal 25 – 26 Februari 2023.
2. Tempat penyelenggaraan Kongres IV IMADE adalah di Mts Miftahussalam 1
Wonosalam, Kabupaten Demak.

BAB III
TUJUAN
Pasal 3
Kongres IV IMADE dilaksanakan dengan tujuan :
1. Mengevaluasi dan mengesahkan pelaksanaan seluruh kebijakan organisasi secara nasional.
2. Menetapkan AD/ART IMADE
3. Menetapkan arah dan strategi gerakan organisasi untuk periode berikutnya.
4. Memilih Ketua Umum PB IMADE untuk periode berikutnya.

BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG KONGRES
Pasal 4
1. Mengevaluasi dan menilai Laporan Pertanggungjawaban PB IMADE periode 2020-2022.
2. Merumuskan dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO)
3. Dapat mengadakan perubahan terhadap Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Organisasi.
4. Memilih dan menetapkan Ketua Umum PB IMADE untuk periode berikutnya.
5. Merumuskan dan menetapkan hal-hal yang perlu dan dianggap penting.

BAB V
KEABSAHAN KONGRES
Pasal 5
1. Kongres dianggap sah jika dihadiri oleh 2/3 dari jumlah Cabang definitif.
2. Kongres dapat mengambil keputusan-keputusan yang sah jika dihadiri oleh ½ + 1 dari
utusan-utusan Cabang definitif yang hadir.

BAB VI
PESERTA KONGRES
Pasal 6
1. Peserta Kongres terdiri dari delegasi Cabang definitif dan PKC maksimal 4 (dua) orang
berdasarkan mandat yang sah dari PC yang bersangkutan.
2. Peserta Kongres terdiri dari peserta penuh dan peserta peninjau
3. Peserta Penuh terdiri dari satu delegasi cabang dan PKC
4. Peserta Peninjau adalah 3 delegasi cabang, 2 delegasi PKC dan seluruh PB Imade.

BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 7
Hak
1. Peserta Kongres mempunyai hak suara dan hak bicara
2. Penggunaan hak suara peserta Kongres tidak dapat diwakilkan / diwakili oleh peserta
maupun peninjau yang lain.
3. Sistem penggunaan hak suara diatur dalam pasal tersendiri dalam tata tertib ini.
4. Peninjau Kongres hanya mempunyai hak bicara
5. Peserta dan peninjau berhak mengajukan pendapat, pertanyaan-pertanyaan, usul dan saran-
saran yang berkaitan dengan materi persidangan yang sedang berlangsung dan dilakukan
secara tertib dan teratur melalui Pimpinan Sidang Kongres.
6. Setiap peserta mempunyai hak memilih dan dipilih.
Pasal 8
Kewajiban
1. Peserta dan peninjau wajib mengikuti setiap acara persidangan Kongres.
2. Setiap peserta dan peninjau wajib menjaga ketertiban di dalam maupun di luar
persidangan.
3. Setiap peserta dan peninjau dilarang meninggalkan sidang yang sedang berlangsung tanpa
mendapat persetujuan Pimpinan Sidang.

BAB VIII
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB
Pasal 9
1. Peserta dan peninjau yang tidak tercantum namanya dalam daftar resmi / absensi Kongres,
dilarang memasuki ruang persidangan.
2. Peserta dan peninjau yang tidak mengikuti dua sesi Sidang Pleno Kongres, apapun
alasannya dinyatakan mengundurkan diri, atau gugur sebagai peserta maupun peninjau
Kongres, dan tidak dapat diganti.

BAB IX
KELENGKAPAN SIDANG
Pasal 10
1. Persidangan Kongres terdiri dari Sidang-Sidang Pleno dan Sidang-Sidang Komisi.
2. Sebelum Pimpinan Sidang Pleno Kongres terpilih, maka PB IMADE adalah Pimpinan
Sidang Sementara, sesuai jadwal acara persidangan
3. Pimpinan Sidang Pleno Kongres sebanyak-banyaknya terdiri atas satu orang Ketua, satu
orang Sekretaris dan satu orang Anggota.
4. Sidang Pleno dihadiri oleh peserta dan peninjau Kongres dengan membahas materi-materi:
a. Pembahasan dan penetapan Acara Persidangan Kongres;
b. Pembahasan dan penetapan Tata Tertib Kongres;
c. Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno Kongres;
d. Laporan Pertanggungjawaban PB IMADE Periode 2020-2023;
e. Pandangan Umum PC-PC
f. Pembahasan dan penetapan AD/ART IMADE
g. Pembacaan dan penetapan Hasil-Hasil Sidang Komisi
h. Pemilihan Ketua Umum PB IMADE perode berikutnya;
i. Pemilihan Tim Formatur Kongres;
j. Pemilihan tempat atau tuan rumah penyelenggaraan Kongres IVI IMADE
5. Sidang Komisi dipimpin oleh Pimpinan Sidang Komisi.
6. Pimpinan Sidang Komisi, sebanyak-banyaknya terdiri atas satu orang Ketua dan satu
orang Sekretaris.
7. Sidang Komisi terdiri dari :
a. Komisi Organisasi; membahas dan menetapkan materi Garis-garis haluan organisasi
(GBHO), Tata Cara Pemilihan Ketua Umum PB IMADE dan merekomendasikan hal-
hal lainnya yang berkaitan dengan organisasi, serta merekomendasikan program-
program lain yang penting bagi organisasi.
b. Komisi Kederisasi; membahas dan menetapkan materi kurikulum kaderisasi IMADE
serta merekomendasikan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kaderisasi.
c. Komisi Politik; membahas dan menetapkan materi-materi kebijakan politik dan sikap
politik organisasi.
8. Pembagian peserta dan peninjau ke dalam Komisi-Komisi didasarkan pada ketentuan
bahwa dalam Komisi yang sama tidak diperkenankan terdapat dua (2) orang peserta dari
Cabang yang sama. Sedangkan pembagian peninjau ke dalam Komisi-Komisi diserahkan
sepenuhnya kepada masing-masing peninjau Kongres.

BAB X
TATA CARA PEMILIHAN PIMPINAN SIDANG PLENO DAN KOMISI
Pasal 11
Tata Cara Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno
1. Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno dipimpin oleh Pimpinan Sidang Sementara, dan
dilakukan secara langsung dalam Sidang Pleno.
2. Sistem Pemilihan Pimpinan Sidang Pleno Kongres adalah satu Cabang definitif satu suara.
3. Setiap Cabang peserta, berhak memilih satu Cabang definitif menjadi Pimpinan Sidang
Pleno.
4. Tiga Cabang definitif yang mendapat suara terbanyak secara berturut-turut, sah menjadi
Ketua, Sekretaris dan Anggota Pimpinan Sidang Pleno.
5. Apabila dalam pemilihan tersebut, terdapat jumlah suara yang sama dari tiga Cabang
definitif yang dikehendaki, maka dilakukan pemilihan ulang khusus pada Cabang-Cabang
yang memperoleh jumlah suara sama, sampai terbentuknya Pimpinan Sidang Pleno yang
lengkap.
6. Cabang-Cabang yang telah terpilih menjadi Pimpinan Sidang Pleno, masing-masing
menyampaikan nama delegasinya kepada Pimpinan Sidang Sementara untuk ditetapkan.
Pasal 12
Tata Cara Pemilihan Pimpinan Sidang Komisi
1. Pemilihan Pimpinan Sidang Komisi dipimpin oleh Pimpinan Sidang Pleno dan dilakukan
secara langsung dalam Sidang Pleno.
2. Sistem Pemilihan pimpinan Sidang Komisi adalah satu Cabang definitif satu suara.
3. Setiap Cabang peserta, berhak memilih satu Cabang definitif menjadi Pimpinan Sidang
Komisi.
4. Dua Cabang definitif yang mendapat suara terbanyak secara berturut-turut, sah menjadi
Ketua dan Sekretaris Pimpinan Sidang Komisi.
5. Apabila dalam pemilihan tersebut, terdapat jumlah suara yang sama dari dua Cabang
definitif yang dikehendaki, maka dilakukan pemilihan ulang khusus pada Cabang-Cabang
yang memperoleh jumlah suara sama, sampai terbentuknya Pimpinan Sidang Komisi yang
lengkap.
6. Cabang-Cabang yang telah terpilih menjadi Pimpinan Sidang Komisi, masing-masing
menyampaikan nama delegasinya kepada Pimpinan Sidang Pleno untuk ditetapkan
BAB XI
HAK DAN KEWAJIBAN PIMPINAN SIDANG
Pasal 13
1. Pimpinan Sidang berhak memimpin dan mengarahkan serta menjamin kelancaran
persidangan-persidangan Kongres.
2. Pimpinan Sidang berhak memberikan peringatan baik secara lisan maupun tertulis kepada
peserta maupun peninjau yang mengganggu jalannya persidangan-persidangan Kongres.
3. Pimpinan Sidang berhak mengeluarkan peserta maupun peninjau dari sesi persidangan
yang sedang berlangsung setelah peringatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
pasal ini tidak diindahkan dengan persetujuan forum Kongres.
BAB XII
KEABSAHAN SIDANG
Pasal 14
1. Persidangan dianggap sah (quorum) apabila dihadiri oleh ½ + 1 dari jumlah peserta yang
terdaftar.
2. Apabila ketentuan ayat (1) pasal ini belum dapat terpenuhi, sidang dapat ditunda selambat-
lambatnya selama 1 X 15 menit.
3. Apabila ketentuan ayat (2) pasal ini belum juga terpenuhi, maka sidang dapat dilanjutkan
dan dianggap sah setelah mendapat kesepakatan dari peserta dan penanggungjawab
Kongres.
BAB XIII
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 15
1. Semua keputusan pada dasarnya diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2. Jika musyawarah untuk mufakat tidak mencapai hasil, maka pengambilan keputusan
dilakukan Lobby
3. Jika lobby tidak mencapai hasil, maka pengambilan keputusan dilakukan melalui
mekanisme pemungutan suara (voting).
4. Setiap peserta hanya memiliki satu hak suara (one man one vote), tanpa diwakili /
diwakilkan kepada orang lain.
5. Khusus untuk pemilihan Pimpinan Sidang Pleno, Pimpinan Sidang Komisi dan Ketua
Umum PB IMADE, penggunaan hak suara dilakukan melalui mekanisme satu Cabang
definitif satu suara.
6. Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh mayoritas suara dari peserta yang hadir.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
1. Seluruh peserta dan peninjau wajib mentaati tata tertib ini.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian dalam
persidangan-persidangan Kongres.
3. Tata tertib ini berlaku sejak ditetapkan sampai dengan berakhirnya Kongres IV IMADE.
1.
ANGGARAN DASAR

Mukaddimah
Mahasiswa merupakan salah satu elemen dalam masyarakat yang diharapkan mampu menjadi
motor bagi terwujudnya mobilitas sosial menuju tatanan masyarakat yang lebih baik. Untuk
mewujudkan harapan itu tentu saja mahasiswa perlu proses dan bekal yang cukup dengan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman tentang masyarakat sekitarnya. Hal inilah yang
selama ini sudah disadari oleh para mahasiswa dari kabupaten Demak yang berinisiatif
membentuk wadah organisasi kedaerahan untuk mewujudkan hal tersebut.

Organisasi kedaerahan mahasiswa Demak sudah memiliki sejarah yang cukup panjang, nama
serta orientasi yang variatif namun tidak saling bertentangan. Dalam posisi seperti itu
organisasi kedaerahan mahasiswa Demak berjalan secara parsial dan kurang maksimal dalam
mewujudkan cita-cita pembangunan daerahnya. Menyadari akan keadaannya yang seperti itu,
organisasi-organisasi kedaerahan mahasiswa Demakk membentuk satu wadah tunggal di
bawah Pengurus Besar IMADE yang bertujuan menyamakan visi dan misi pembangunan
daerah dengan berpartisipasi aktif dalam melakukan mobilisasi sosial di daerah.

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
1. Organisasi ini bernama Ikatan Mahasiswa Demak disingkat IMADE
2. IMADE didirikan di Demak pada tanggal 12 Rabiul Awal 1434 Hijriyah, bertepatan
dengan tanggal 23 Januari 2013 dengan jangka waktu yang tidak terbatas.
3. Pelaksana organisasi tertinggi berkedudukan di Kabupaten Demak.

BAB II
ASAS

Pasal 2
IMADE berAsaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
BAB III
SIFAT

Pasal 3
IMADE bersifat kedaerahan, independen, bebas aktif dan kemasyarakatan

BAB IV
MOTTO

Pasal 4
Belajar, berkarya, berkhidmat.

BAB V
TUJUAN DAN USAHA

Pasal 5
Tujuan
IMADE adalah organisasi kader yang bertujuan untuk mendidik kader daerah dalam
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 6
Usaha
1. Melaksanakan tujuan organisasi dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong melalui
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan asas IMADE.
2. Dalam menyelenggarakan usaha-usaha organisasi senantiasa memperhatikan persatuan,
keutuhan dan peraturan organisasi.

BAB VI
ANGGOTA

Pasal 7
1. Anggota Imade adalah seluruh mahasiswa Demak yang menuntut ilmu di perguruan
tinggi.
2. Anggota Imade terdiri atas :
a. anggota aktif,
b. anggota biasa,
3. Keanggotaan Imade akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 8
Hak Dan Kewajiban Keanggotaan
1) Hak-hak anggota:
a. Hak bicara dan hak suara
b. Hak memilih dan dipilih
c. Hak membela diri
d. Hak mendapatkan perlindungan dari organisasi
2) Kewajiban anggota:
a. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, peraturan serta disiplin
organisasi.
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi, aktif melaksanakan program dan
kegiatan organisasi.

BAB VII
SUSUNAN ORGANISASI, PENGURUS DAN WEWENANG

Pasal 9
Susunan Organisasi
1) IMADE di tingkat pusat dipimpin oleh Pengurus Besar (PB)
2) IMADE di tingkat Kabupaten/Kota atau gabungan Kabupaten/Kota dipimpin oleh
Pengurus Koordinator Cabang (PKC)
3) IMADE di tingkat Perguruan Tinggi atau gabungan Perguruan Tinggi dipimpin oleh
Pengurus Cabang (PC)

Pasal 10
Pengurus Besar (PB)
1) Memimpin seluruh kegiatan organisasi dan mewakili organisasi keluar serta kedalam.
2) Berkewajiban menjalankan segala ketetapan Kongres dan mempertanggungjawabkan
seluruh kebijakannya kepada Kongres berikutnya.
3) Tugas dan wewenang Pengusur Besar ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
4) Tata cara pengambilan keputusan dalam Pengurus Besar ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 11
Pengurus Koordinator Cabang (PKC)
1) Memimpin seluruh kegiatan organisasi Kabupaten/Kota atau gabungan Kabupaten/Kota
dan mewakili organisasi keluar serta kedalam Kabupaten/Kota atau gabungan
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
2) Berkewajiban menjalankan setiap ketetapan Konferensi Koordinator Cabang dan
mempertanggungjawabkan seluruh kebijakannya dalam Konferensi Koordinator Cabang
berikutnya.
3) Tata cara pengambilan keputusan dalam Pengurus Koordinator Cabang ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
4) Tugas dan wewenang Pengurus Koordinator Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 12
Pengurus Cabang (PC)
1) Memimpin seluruh kegiatan organisasi ditingkat Pengurus Cabang dan mewakili
organisasi keluar serta kedalam Perguruan Tinggi
2) Menjalankan segala ketetapan-ketetapan Konferensi Cabang dan
mempertanggungjawabkan pada Konferensi Cabang berikutnya
3) Tata cara pengambilan keputusan dalam Pengurus Cabang ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga.
4) Tugas dan wewenang Pengurus Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VIII
PERMUSYAWARATAN

Pasal 13
Permusyawaratan organisasi terdiri dari:
1. Kongres
2. Kongres Luar Biasa (KLB)
3. Musyawarah Pimpinan Nasional (MUSPIMNAS)
4. Konferensi Koordinator Cabang (KONFERKOORCAB)
5. Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa (KONFERKOORCAB LB)
6. Musyawarah Pimpinan koordinator Cabang (MUSPIMKOORCAB)
7. Konferensi Cabang (KONFERCAB)
8. Konferensi Cabang Luar Biasa (KONFERCAB LB)
9. Musyawarah Pimpinan Cabang (MUSPIMCAB)

Pasal 14
Kongres
1. Badan musyawarah tertinggi yang melaksanakan kedaulatan dan memutuskan kedaulatan
serta memutuskan kebijakan nasional dalam organisasi.
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.
3. Dapat mengadakan perubahan terhadap Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah
Tangga
4. Menyusun dan menetapkan Garis-garis besar haluan organisasi (GBHO)organisasi untuk 2
(dua) tahun berikutnya.
5. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Pengurus Besar.
6. Memilih dan menetapkan tim formatur.
7. Mengukuhkan dan menetapkan keputusan pemecatan anggota yang dilakukan oleh
Pengurus Koordinator Cabang.
8. Berwenang memutuskan dan membatalkan pemecatan keanggotaan sekalipun tanpa
dihadiri oleh yang bersangkuatan.
9. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Besar.
10. Menetapkan tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
11. Menetapkan tempat MUSPIMNAS.

Pasal 15
Kongres Luar Biasa
1. Jika dipandang perlu dapat diadakan Kongres Luar Biasa.
2. Syarat-syarat mengenai penyelenggaraan Kongres Luar Biasa ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga

Pasal 16
Musyawarah Pimpinan Nasional (MUSPIMNAS)
1. Diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
2. Dapat membuat rekomendasi terhadap perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
3. Dapat membuat rekomendasi tentang perubahan garis besar kebijakan, untuk selanjutnya
disahkan dalam Kongres.
4. Penyampaian Progress Report oleh PB, PKC, dan PC dalam rangka memetakan
perkembangan organisasi.
5. Memberikan rekomendasi kepada Pengurus Besar tentang kebijakan yang sedang dan
akan ditempuhnya.
6. Dapat menetapkan Peraturan Organisasi IMADE
7. Dapat memberikan rekomendasi untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa.
8. Merumuskan dan mengadakan perubahan materi pokok kaderisasi serta mengevaluasi
pelaksanaannya oleh Pengurus Besar.
9. Apabila dipandang perlu dapat menetapkan perubahan waktu dan tempat penyelenggaraan
Kongres.
10. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Nasional ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 17
Konferensi Koordinator Cabang
1. Badan Musyawarah tertinggi ditingkat Koordinator Cabang.
2. Diselenggarakan satu kali dalam 1 (dua) tahun.
3. Menyusun dan menetapkan program umum Pengurus Koordinator Cabang untuk 1 (satu)
tahun berikutnya.
4. Memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Koordinator Cabang.
5. Menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus Koordinator Cabang.
6. Dapat membuat rekomendasi dan keputusan yang menyangkut daerah/wilayah
bersangkutan.
7. Tata cara penyelenggaraan Konferensi Koordinator Cabang ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 18
Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa
1. Jika dipandang perlu dapat diadakan Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa.
2. Syarat-syarat mengenai penyelenggaraan Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga,

Pasal 19
Musyawarah Pimpinan Koordinator Cabang
1. Rapat koordinasi antara Pengurus Koordinator Cabang dengan Pengurus Cabang dalam
satu wilayah daerah.
2. Diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
3. Memberikan rekomendasi kepada Pengurus Koordinator Cabang tentang kebijakan yang
sedang dan akan ditempuhnya.
4. Dapat memberikan rekomendasi untuk menyelenggarakan Konferensi Koordinator
Cabang Luar Biasa.
5. Apabila dipandang perlu dapat menetapkan perubahan waktu dan tempat penyelenggaraan
Konferensi Koordinator Cabang.
6. Tata cara penyelenggaraaan Musyawarah Pimpinan Koordinator Cabang ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20
Konferensi Cabang
1. Badan musyawarah tertinggi di tingkat Cabang.
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
3. Menyusun dan menetapkan peraturan organisasi pengurus cabang untuk 1 (satu) tahun
berikutnya.
4. Memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Cabang.
5. Menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang.
6. Tata cara Konferensi Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 21
Konferensi Cabang Luar Biasa
1. Jika dipandang perlu dapat diadakan Konferensi Cabang Luar Biasa.
2. Syarat-syarat Konferensi Cabang Luar Biasa ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22
Musyawarah Pimpinan Cabang
1. Rapat koordinasi Pengurus Cabang dengan anggota.
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
3. Memberikan rekomendasi kepada Pengurus Cabang tentang kebijakan yang sedang dan
akan ditempuhnya.
4. Dapat memberikan rekomendasi tentang Konferensi Cabang Luar Biasa.
5. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Cabang diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB IX
ATRIBUT

Pasal 23
1. IMADE mempunyai bendera organisasi yang berbentuk segi empat panjang dengan warna
putih ditengah yang memuat lambang IMADE serta tulisan Ikatan Mahasiswa Demak di
bawahnya.
2. IMADE mempunyai Lambang, Mars, dan Panji serta atribut organisasi lainnya yang
ditetapkan kongres.
3. Bendera dan Lambang IMADE di tingkat PC dan PKC ditetapkan oleh PC dan PKC yang
bersangkutan.

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 24
Perubahan Anggaran Dasar (AD) hanya dapat dilakukan melalui kongres dengan
mendapat persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari peserta yang hadir.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25
1. Segala sesuatu yang dalam Anggaran Dasar (AD) menimbulkan perbedaan penafsiran
dikoordinasikan melalui hierarki organisasi dan dimusyawarahkan dalam Musyawarah
Pimpinan Nasional yang selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam kongres.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar (AD), akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga (ART), Peraturan dan kebijakan organisasi lainnya.
3. Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Dasar (AD) ini,
masih memiliki masa kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan harus melakukan
penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya Anggaran Dasar (AD)
ini.
4. Mekanisme penyesuaian organisasi sebagaimana yang dimaksud ayat 3 (tiga) di atas,
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
1. Anggaran Dasar (AD) ini disertai Anggaran Rumah Tangga (ART) dan lampiran
penjelasannya yang merupakan bagian tak terpisahkan
2. Anggaran Dasar (AD) ini disempurnakan dalam Kongres IV IMADE di MTS.
Miftahussalam Wonosalam Kab. Demak dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN MAHASISWA DEMAK

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
1) Seluruh mahasiswa Demak yang tercatat sebagai mahasiswa pada suatu perguruan
tinggi.
2) Keanggotaan IMADE tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama, etnis,
golongan dan status sosial.
3) Mahasiswa Demak yang telah menyelesaikan program studi pada suatu perguruan
tinggi baik D2, D3, S1, S2, atau S3 tetapi belum melampaui jangka waktu 3 (tiga)
tahun.

Pasal 2
Status Anggota
1) Anggota aktif adalah Mahasiswa Demak yang pernah mengikuti Penerimaan
Anggota Baru (PAB).
2) Anggota biasa adalah Mahasiswa Demak yang tidak pernah mengikuti Penerimaan
Anggota Baru (PAB).

Pasal 3
Hak-Hak Anggota
1) Hak suara dan hak bicara dalam rapat-rapat dan permusyawaratan organisasi selama
tidak ada ketentuan lain untuk itu.
2) Memilih dan dipilih dalam segala jabatan organisasi selama tidak ada ketentuan lain
untuk itu.
3) Bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul kepada pimpinan secara
langsung, baik lisan maupun tertulis berkaitan dengan kebijakan organisasi.
4) Melakukan pembelaan diri dalam Kongres terhadap pemecatan sementara.
5) Mendapat perlidungan organisasi sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
kebijakan organisasi.

Pasal 4
Kewajiban Anggota
1) Mentaati Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) , peraturan dan
keputusan serta ketentuan lainnya dalam organisasi.
2) Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik organisasi.
3) Aktif melaksanakan tujuan, usaha dan program-program organisasi tanpa terkecuali.
4) Membayar uang iuran anggota sebesar Rp. 50.000 (lima puluh ribu rupiah) per tahun

Pasal 5
Kehilangan Keanggotaan
1) Bukan mahasiswa lagi kecuali mereka yang memenuhi ketentuan pasal (1).
2) Bukan lagi Warga Kabupaten Demak.
3) Atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada Pengurus
Cabang/Pengurus Koordinator Cabang serta mendapat persetujuan Pengurus Besar.
4) Dipecat dan yang bersangkutan tidak mampu melakukan pembelaan diri dalam
Kongres.
5) Berhalangan tetap atau meninggal dunia.

BAB II
PENGURUS

Pasal 6
Pengurus Besar
1) Kepengurusan Pengurus Besar bersifat kolektif.
2) Susunan Pengurus Besar minimal terdiri dari seorang Ketua Umum, beberapa Ketua
(bidang organisasi, kaderisasi, politik), seorang Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris
Jenderal, seorang Bendahara dan Wakil Bendahara.
3) Jumlah pejabat Pengurus Besar disesuikan dengan kebutuhan organisasi.
4) Ketua Umum Pengurus Besar dipilih dan ditetapkan dalam Kongres.
5) Pejabat Pengurus Besar dilarang merangkap jabatan dan keanggotaan dalam :
organisasi peserta pemilu dan partai politik, dan organisasi lainnya yang ditetapkan
oleh kongres.
6) Masa kepengurusan Pengurus Besar selama 2 (dua) tahun.
7) Jabatan Pengurus Besar maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan setelah itu
tidak dapat dipilih kembali.
8) Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman salah satu dan atau beberapa
pejabat Pengurus Besar, maka dapat dilakukan pergantian antar waktu.
9) Pergantian Antar Waktu diputuskan melalui rapat pleno Pengurus Besar.
10) Pada masa akhir jabatannya, Pengurus Besar menyampaikan laporan
pertanggungjawaban dalam Kongres.

Pasal 7
Tugas Dan Wewenang
1) Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan
ketetapan- ketetapan kongres lainnya.
2) Dalam melaksanakan ayat (1), Pengurus Besar menetapkan peraturan-peraturan dan
keputusan-keputusan Pengurus Besar.
3) Membentuk Badan semi otonom dan atau lembaga-lembaga tingkat Nasional.
4) Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap AD/ART yang kemudian
dimusyawarahkan dalam Musyawarah Pimpinan Nasional dan
dipertanggungjawabkan di Kongres.
5) Menetapkan Pengurus Koordinator Cabang berdasarkan ketetapan Konferensi
Koordinator Cabang dan atau Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa.
6) Kabupaten/Kota yang belum terdapat IMADE, Pengurus Besar dapat menetapkan
Pengurus Koordinator Cabang Caretaker sebagai pemegang mandat dalam
pengembangan IMADE di wilayah/daerah bersangkutan.
7) Menetapkan Pengurus Cabang berdasarkan ketetapan Konferensi Cabang dan atau
Konferensi Cabang Luar Biasa.
8) Pengurus Besar berwenang menyelesaikan sengketa pada tingkat organisasi
dibawahnya.
9) Menegakkan disiplin organisasi.
10) Dapat memberikan sanksi kepada anggota/pengurus pada tingkat organisasi
dibawahnya yang telah terbukti melanggar peraturan organisasi dengan
memperhatikan pertimbangan laporan Pengurus Cabang/Pengurus Koordinator
Cabang atau berdasarkan laporan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
Kongres.
11) Menyelenggarakan Musyawarah Pimpinan Nasional dan Kongres sesuai waktu
yang ditetapkan.
12) Menyampaikan Progress Report dalam Musyawarah Pimpinan Nasional.
13) Melaksanakan Pendidikan Lanjutan.

Pasal 8
Rapat Pengurus Besar
1) Rapat Pengurus Besar terdiri dari:
a. Rapat Pleno Pengurus Besar.
b. Rapat Pengurus Harian.
2) Pengambilan kebijakan Pengurus Besar dilakukan melalui rapat pleno Pengurus
Besar.
3) Pengambilan kebijakan teknis organisasi melalui rapat pengurus harian.
4) Setiap keputusan dalam rapat pleno Pengurus Besar pada dasarnya diambil
berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
5) Apabila ayat (4) tidak dapat dilaksanakan, maka dapat dilakukan penetapan suara
terbanyak.
6) Dalam hal menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi dan atau kepentingan
organisasi yang mendesak, keputusan diambil melalui hak prerogative Ketua Umum.
7) Keputusan hak prerogative Ketua Umum dikontrol dan dipertanggungjawabkan
dalam rapat pleno Pengurus Besar.
8) Apabila diantara keputusan yang akan diambil berada diluar ketetapan Kongres,
keputusan dapat diambil dalam rapat pleno Pengurus Besar dan
dipertanggungjawabkan dalam Kongres berikutnya.
9) Rapat pleno Pengurus Besar dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3
jumlah pejabat Pengurus Besar.
10) Untuk kepentingan keselamatan/eksistensi organisasi yang mendesak dimana ayat 9
(sembilan) diatas tidak terpenuhi, maka rapat ditunda 3x60 menit. Apabila
penundaan tersebut tidak memenuhi ayat 9 (sembilan), maka rapat Pengurus Besar
dianggap sah bila dihadiri ½ n+1 dari jumlah Pengurus Besar dan hasil-hasil tersebut
dilaporkan pada rapat pleno Pengurus Besar berikutnya.
11) Keputusan rapat pleno Pengrus Besar mengikat pengurus di setiap tingkatan
struktural organisasi.

Pasal 9
Pengurus Koordinator Cabang
1) Dalam satu wilayah kabupaten/kota atau gabungan kabupaten/kota yang sekurang-
kurangnya terdapat 2 (dua) lembaga perguruan tinggi dapat dibentuk Pengurus
Koordinator Cabang. Setelah dibentuk minimal 1 (satu) PC.
2) Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari Pengurus Koordinator Cabang
bertanggung jawab kepada Pengurus Besar.
3) Pengurus PKC tidak diperkenankan merangkap keanggotaan dan jabatan: Organisasi
partai politik peserta pemilu, Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Kongres
4) Masa kepengurusan Pengurus Koordinator Cabang selama 1 (satu) tahun.
5) Jabatan Pengurus Koordinator Cabang maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan
setelah itu tidak dapat dipilih kembali.
6) Pengurus pemangku sementara (caretaker) Pengurus Koordinator Cabang yang baru
ditetapakan oleh PB bertugas menyiapkan Konferensi Koordinator Cabang dalam
jangka waktu minimal 6 (enam) bulan setelah ditetapkan.
7) Untuk pembentukan Pengurus Koordinator Cabang baru, dipersiapkan dalam waktu 1
(satu) tahun kemudian dapat ditetapkan sebagai cabang definitive
8) Apabila dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun, PKC Careteker belum mampu
melaksanakan konferensi koordinator cabang menuju PKC Definif, maka status PKC
Carteker tersebut dapat ditinjau kembali
9) Susunan pengurus PKC terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua (bidang
organisasi, kaderisasi, politik) seorang Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa
Wakil Bendahara.
10) Tata kerja Pengurus Koordinator Cabang ditetapkan dalam Rapat Kerja Pengurus
Koordinator Cabang, dalam melaksanakan hasil-hasil Konferensi Koordinator
Cabang.
11) Jika melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman pengurus PKC maka dapat dilakukan
Pergantian Antar Waktu (PAW) melalui Rapat pleno Pengurus Koordinator Cabang.
12) Pada akhir masa jabatannya, pengurus PKC mempertanggungjawabkan segala
Program dan kebijakannya dalam Konferensi Koordinator Cabang.

Pasal 10
Tugas dan Wewenang
1) Melaksanakan program-program kerja organisasi di wilayah koordinator cabang yang
diatur dalam keputusan PKC .
2) Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Konferensi
koordinator cabang/ Konferensi koordinator Cabang Luar Biasa.
3) Membentuk Badan semi otonom dan atau lembaga-lembaga tingkat koordinator
cabang.
4) PKC berwenang untuk memberikan rekomendasi pemecatan sementara terhadap
anggota yang dianggap melakukan pelanggaran berat terhadap peraturan dan disiplin
organisasi kepada PB.
5) Mempersiapkan pembentukan Pengurus Cabang baru dalam wilayah koordinator
cabang bersangkutan.
6) Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar Pengurus Cabang dalam wilayah
koordinator cabangnya.
7) Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat koordinator cabang.

Pasal 11
Rapat Pleno PKC
1) Dalam menjalankan ketetapan Konferensi Koordinator Cabang, PKC dapat membuat
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan PKC yang ditetapkan dalam rapat
PKC.
2) Setiap keputusan dalam PKC, pada dasarnya diambil secara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
3) Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika keputusan
tersebut menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi.
4) Rapat PKC hanya sah jika dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
pengurus PKC.
5) Untuk kepentingan keselamatan organisasi yang mendesak dimana ayat (4) diatas
tidak terpenuhi, maka rapat ditunda maksimal 3x60 menit. Apabila penundaan tidak
memenuhi ayat 4 (empat) maka rapat PKC dianggap sah, bila dihadiri oleh 1/2n+1
dari anggota PKC dan hasil-hasil tersebut dilaporkan pada rapat PKC berikutnya.
6) Keputusan rapat PKC mengikat semua pengurus dan anggota PKC bersangkutan.

Pasal 12
Pengurus Cabang
1) Penggurus Cabang dapat dibentuk disetiap Perguruan Tinggi atau gabungan
Perguruan Tinggi yang memiliki anggota minimal 10 orang.
2) Penggurus Cabang merupakan struktur organisasi yang bertugas melakukan
koordinasi pelaksanaan program operasional ditingkat Cabang.
3) Penggurus Cabang dipilih oleh Konferensi Cabang dan disahkan oleh PB.
4) Susunan PC minimal terdiri dari seorang Ketua, beberapa wakil Ketua (bidang
organisasi, kaderisasi, politik) seorang sekretaris, seorang bendahara dan beberapa
departemen
5) Pada perguruan tinggi yang belum memiliki PC, dapat dibentuk pemangku sementara
(carteker) oleh PKC/PB yang bertugas mempersiapkan dan menyelenggarakan
Konferensi Cabang.
6) Tata kerja Penggurus Cabang ditetapkan dalan rapat pleno Penggurus Cabang
7) Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Penggurus Cabang bertanggungjawab kepada
PKC/PB.

Pasal 13
Tugas Wewenang Pengurus Cabang
1) Melakukan koordinasi pelaksanaan program operasional organisasi ditingkat
Perguruan Tinggi.
2) Menghimpun calon anggota dan menarik uang iuran tahunan.
3) Melaksanakan Penerimaan Anggota Baru (PAB).
4) Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar Anggota Pengurus Cabang.
5) Membentuk Badan semi otonom dan atau lembaga-lembaga tingkat Cabang.

BAB III
MAJELIS PEMBINA

Pasal 14
Majelis pembina ditetapkan oleh pengurus di masing-masing tingkatan.

BAB IV
PERMUSYAWARATAN

Pasal 15
Kongres
1) Diselenggarakan PB dengan dibantu oleh kepanitiaan Kongres yang dibentuk oleh
PB.
2) Rancangan materi, Acara dan tata tertib Kongres dipersiapkan oleh PB untuk
selanjutnya dibahas dan ditetapkan oleh sidang-sidang Kongres.
3) Pembahasan Acara dan tata tertib dipimpin oleh PB dan selanjutnya dipimpin oleh
pimpinan sidang terpilih.
4) Kongres sah jika dihadiri oleh 2/3+1 (dua per tiga) dari jumlah PC dan PKC Definitif.

Pasal 16
Peserta Kongres
1) Peserta Kongres adalah utusan PC dan PKC Definitif yang jumlahnya ditetapkan oleh
Badan Pekerja Kongres.
2) Peninjau Kongres adalah PB, Pengurus Lembaga Tingkat Nasional, dan Badan-
Badan Semi Otonom, PC caretaker dan PKC caretaker.

Pasal 17
Pengambilan Ketetapan-Ketetapan Kongres
1) Ketetapan-ketetapan pada dasarnya diambil dengan mengutamakan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
2) Dalam keadaan dimana terdapat pendapat-pendapat yang tidak dapat dipertemukan,
Kongres dapat meminta PB untuk menjelaskan pokok persoalan.
3) Apabila ayat (1) dan (2) tidak dapat dipenuhi, ketetapan dapat diambil berdasarkan
suara terbanyak. Ketetapan sah jika disetujui oleh minimal 1/2n+1 peserta yang hadir.

Pasal 18
Kongres Luar Biasa
1) Kongres Luar Biasa hanya dapat diselanggarakan dalam keadaan darurat yang dinilai
dapat mengancam eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah mendapat persetujuan
minimal 2/3 (dua per tiga) Jumlah PC dan PKC definitif.
2) Rancangan Materi, Acara dan tata tertib Kongres Luar Biasa, dipersiapkan oleh PB
untuk selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Kongres Luar Biasa.
3) Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh PB dan selanjutnya dipimpin oleh
pimpinan sidang terpilih.
4) Pelaksanaan Kongres Luar Biasa ditetapkan melalui Musyawarah Pimpinan Nasional
melalui inisiatif PB dan atau PKC yang disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah PC dan
PKC definitif.
5) Pengambilan keputusan dalam Kongres Luar Biasa mengacu pada pasal 17 Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 19
Musyawarah Pimpinan Nasional
1) Diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun PB , dan dibantu
oleh panitia yang dibentuk oleh PB.
2) Apabila ayat (1) tidak dapat diselenggarakan sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) pasal
16 ayat 1, maka PC dan PKC dapat menyelenggarakan MUSPIMNAS bila disetujui
minimal 2/3 (dua per tiga) jumlah PC dan PKC definitif.
3) Rancangan materi, acara dan tata tertib disiapkan oleh panitia MUSPIMNAS.
4) Sidang MUSPIMNAS dipimpin oleh PB.
5) MUSPIMNAS sah jika dihadiri oleh 2/3 PC dan PKC definitive.
6) Ketetapan-ketetapan dalam MUSPIMNAS pada dasarnya diambil dengan
mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
7) Apabila ayat 6 (enam) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan MUSPIMNAS sah
apabila disetujui minimal 1/2n+1 peserta yang hadir.

Pasal 20
Konferensi Koordinator Cabang
1) Diselenggarakan oleh PKC dibantu oleh panitia Konferensi Koordinator Cabang yang
dibentuk melalui Rapat PKC.
2) Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh PKC dan selanjutnya dipimpin oleh
pimpinan sidang terpilih.
3) Konferensi Koordinator Cabang sah jika dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) PC definitif.
4) Ketetapan-ketetapan Konfrensi Koordinator Cabang pada dasarnya diambil dengan
mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
5) Jika ayat (3) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan dalam Konferensi Cabang dianggap
sah jika disetujui minimal ½ n+1peserta yang hadir.

Pasal 21
Konfrensi Cabang Koordinator Luar Biasa
1) Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa hanya dapat diselenggarakan dalam
keadaan darurat yang dinilai mengancam eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah
mendapat persetujuan 2/3 (dua per tiga) PC definitif.
2) Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh PKC dan selanjutnya dipimpin oleh
pimpinan sidang terpilih.
3) Rancangan materi, acara dan tata tertib Konferensi Cabang Luar Biasa disiapkan oleh
PKC atau panitia yang direkomendasikan oleh Musyawarah Koordinator Cabang, untuk
selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa.
4) Pelaksanaan Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa ditetapkan melalui
Musyawarah Koordinator Cabang atas inisiatif PKC dan atau 2/3 PC definitive.
5) Ketetapan dalam Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.
6) Jika ayat (4) tidak terpenuhi, maka ketetapan Konferensi Koordinator Cabang Luar
Biasa sah jika disetujui ½ n+1 jumlah peserta yang hadir.

Pasal 22
Musyawarah Pimpinan Koordinator Cabang
1) Diselenggarakan minimal 1 (satu) tahun sekali oleh PKC.
2) Musyawarah Koordinator Cabang sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
jumlah PC definitive
3) Rancangan materi, acara, tata tertib Musyawarah Koordinator Cabang disiapkan oleh
PKC.
4) Dapat memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan Konferensi Koordinator Cabang
Luar Biasa
5) Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Pimpinan Cabang pada prinsipnya diambil dengan
mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat.
6) Jika ayat 2 (dua) tidak dapat terpenuhi maka ketetapan Rapat Pimpinan Cabang sah
apabila disetujui oleh minimal 1/2n+1 jumlah peserta yang hadir.

Pasal 23
Konferensi Cabang
1) Diselenggarakan oleh PC.
2) musyawarah Komisariat sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
jumlah anggota PC
3) Rancangan materi, acara dan tata tertib Musyawarah Komisariat dipersiapkan oleh PC,
untuk selanjutnya ditetapkan dalam Konferensi Cabang.
4) Ketetapan-ketetapan dalam Konferensi Cabang, pada dasarnya diambil dengan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
5) Jika ayat 2 (dua) tidak dapat dilakukan maka ketetapan Konferensi Cabang sah apabila
disetujui oleh minimal ½ n+1 jumlah peserta yang hadir.
6) PKC hadir dalam Konferensi Cabang sebagai penijau, pengurus komisariat sebagai
anggota peserta kehormatan, dan utusan komisariat lainnya sebagai undangan.

Pasal 24
Konfrensi Cabang Luar Biasa
1) Konferensi Cabang Luar Biasa hanya dapat diselenggarakan dalam keadaan darurat
yang dinilai mengancam eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah mendapat
persetujuan 2/3 (dua per tiga) anggota PC.
2) Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh PKC dan selanjutnya dipimpin oleh
pimpinan sidang terpilih.
3) Rancangan materi, acara dan tata tertib Konferensi Cabang Luar Biasa disiapkan oleh
PC atau panitia yang direkomendasikan oleh Musyawarah Pimpinan Cabang, untuk
selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Konferensi Cabang Luar Biasa.
4) Pelaksanaan Konferensi Cabang Luar Biasa ditetapkan melalui Musyawarah Pimpinan
Cabang atas inisiatif 2/3 anggota PC.
5) Ketetapan dalam Konferensi Koordinator Cabang Luar Biasa diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.
6) Jika ayat (4) tidak terpenuhi, maka ketetapan Konferensi Cabang Luar Biasa sah jika
disetujui ½ n+1 jumlah peserta yang hadir.

Pasal 25
Musyawarah Pimpinan Cabang
1) Diselenggarakan minimal 1 (satu) tahun sekali oleh PC.
2) Musyawarah Pimpinan Cabang sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
anggota PC.
3) Rancangan materi, acara, tata tertib Musyawarah Pimpinan Cabang disiapkan oleh PC.
4) Dapat memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan Konferensi Cabang Luar Biasa
5) Ketetapan-ketetapan dalam Musyawarah Pimpinan Cabang pada prinsipnya diambil
dengan mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat.
6) Jika ayat 2 (dua) tidak dapat terpenuhi maka ketetapan Musyawarah Pimpinan Cabang
sah apabila disetujui oleh minimal 1/2n+1 jumlah peserta yang hadir.

BAB V
PENTAHAPAN PENDIDIKAN

Pasal 26
1) Pentahapan Pendidikan pada dasarnya adalah proses kaderisasi untuk menunjang
kesinambungan, kualitas kepemimpinan dan pengabdian organisasi.
2) Pendidikan dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu :
a. Penerimaan Anggota Baru (PAB)
b. Sekolah Kader IMADE

BAB VI
DISIPLIN ORGANISASI

Pasal 27
1) Dilarang melakukan kegiatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik
organisasi.
2) Dilarang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pertentangan dan perpecahan
dalam tubuh organisasi serta tindakan lainnya yang menyimpang dari kebijakan
organisasi.
3) Dilarang menyebarluaskan paham, isu serta fitnah yang dapat menimbulkan
permusuhan di antara anggota dan masyarakat pada umumnya.
4) Larangan sebagaimana dalam ayat (1), (2) dan (3) tersebut diatas berlaku bagi seluruh
anggota tanpa membeda-bedakan jenjang jabatan dalam organisasi.

Pasal 28
Penilaian Pelanggaran Organisasi
1) Penilaian pelanggaran disiplin anggota dilakukan langsung oleh PC bersangkutan dan
secara tidak langsung oleh PKC.
2) Penilaian pelanggaran disiplin oleh PKC dilakukan oleh PKC dengan memperhatikan
pandangan anggota.
3) Penilaian pelanggaran disiplin oleh PKC dilakukan oleh PB dengan memperhatikan
pandangan PC.
4) Penilaian pelanggaran disiplin oleh PB dilakukan oleh rapat pleno PB, dibahas dan di
sahkan dalam Musyawarah Pimpinan Nasional dan atau Kongres.

Pasal 29
Pelaksanaan Tindakan Disiplin
1) Pelaksanaan tindakan disiplin dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi.
2) Jenis tindakan disiplin dan mekanisme pelaksanaannya diatur dalam peraturan dan
keputusan organisasi.
3) Bila salah satu atau beberapa pengurus PB dan PKC terbukti melakukan pelanggaran
disiplin organisasi, maka PB melalui rapat pleno dapat menetapkan sanksi penonaktifan
terhadap yang bersangkutan.
4) Pengurus PB dan PKC yang mengalami penonaktifan dapat melakukan pembelaan diri
dalam kongres.
5) Bila salah satu atau beberapa pengurus PC atau anggota PC yang terbukti melakukan
pelanggaran disiplin organisasi, maka PKC dapat menetapkan sanksi penonaktifan
terhadap yang bersangkutan.
6) Pengurus PC atau anggota PC yang mengalami penonaktifan dapat melakukan
pembelaaan diri dalam Konferensi Koordinator Cabang dan selanjutnya dilaporkan
kepada PB untuk ditetapkan.
7) Pemecatan diputuskan dalam kongres setelah yang bersangkutan tidak dapat membela
diri dalam kongres.

BAB VII
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 30
1) Yang dimaksud dengan sengketa dalam hal ini adalah perselisihan diantara pengurus
dan atau anggota yang membahayakan keutuhan organisasi.
2) Pedoman penyelesaian sengketa adalah keluhuran budi, Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi lainnya, persatuan dan kesatuan serta keutuhan
organisasi.
Pasal 31
Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa
1) Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi.
2) Apabila dipandang perlu, dapat dibentuk tim khusus yang disetujui oleh pihak-pihak
yang bersengketa.
3) Apabila sengketa tidak dapat diselesaikan dan sengketa tersebut dinilai membahayakan
keutuhan organisasi, maka pengurus organisasi pada hierarki diatasnya berhak
mengambil kebijaksanaan yang dianggap perlu.
BAB VIII
KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 32
1) Yang dimaksud dengan kekayaan organisasi adalah seluruh harta benda yang dimiliki
oleh organisasi.
2) Organisasi berkewajiban memelihara harta benda dan diinventarisasikan secara baik.

BAB IX
KEUANGAN

Pasal 33
Keuangan organisasi diperoleh dari iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat dan
usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART).

BAB X
HIERARKI PERATURAN ORGANISASI

Pasal 34
Tata urutan peraturan organisasi disusun secara hierarki sebagai berikut:
1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2) Peraturan Organisasi
3) Ketetapan Kongres
4) Keputusan Musyawarah Pimpinan Nasional
5) Keputusan Pengurus Besar
6) Instruksi Pengurus Besar
7) Ketetapan Konferensi Koordinator Cabang
8) Ketetapan Musyawarah Pimpinan Koordinator Cabang
9) Keputusan Pengurus Koordinator Cabang
10) Ketetapan Konferensi Cabang
11) Keputusan Pengurus Cabang
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 35
1) Segala sesuatu dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menimbulkan perbedaan
penafsiran, dimusyawarahkan dalam Musyawarah Pimpinan Nasional.
2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) ini, akan
diatur dalam peraturan dan kebijakan organisasi lainnya.
3) Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga
(ART) ini masih memiliki masa kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan, harus
melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak ditetapkannya
Anggaran Rumah Tangga ini.
4) Mekanisme organisasi untuk melakukan penyesuaian sebagaimana dimaksud dengan
ayat (3) adalah :
a. Pengurus Koordinator Cabang melalui mekanisme Musyawarah Pimpinan
Koordinator Cabang.
b. Pengurus Cabang melalui mekanisme Musyawarah Pimpinan Cabang.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36
1. Anggaran Rumah Tangga (ART) ini merupakan bagian tak terpisahkan dari
Anggaran Dasar.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Rumah Tangga (ART) ini akan ditetapkan dalam
peraturan Organisasi.
3. Rumah Tangga (ART) ini berlalu sejak tanggal ditetapkan
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO)
IKATAN MAHASISWA DEMAK
2023-2025

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
1. Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) IMADE adalah pernyataan
kehendak IMADE yang ditetapkan oleh Kongres. Di dalamnya merupakan
rangkaian kebijakan dan program yang menyeluruh, terarah, dan terpadu yang
berlangsung secara terus menerus dalam rangka mewujudkan tujuan IMADE
yaitu untuk mendidik kader daerah dalam mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Pola Dasar Kebijakan, adalah dasar-dasar yang dijadikan landasan disusun dan
dilaksanakannya suatu kebijakan (program), sehingga pelaksanaannya mengarah
pada tercapainya tujuan IMADE.
3. Kebijakan IMADE adalah suatu pedoman yang disusun sebagai arah kebijakan
atau program dalam satu periode Kongres.
4. Pelaksanaan Kebijakan dan Program adalah garis-garis pokok tindakan yang
memiliki alternatif rencana program dalam mencapai tujuannya.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan ditetapkannya Garis-Garis Besar Haluan Organisasi
IMADE adalah untuk memberikan arah bagi pelaksanaan usaha-usaha IMADE,
yang pada pokoknya diwujudkan dalam bentuk Kebijakan dan Program IMADE.
Sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan IMADE sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi menurut keberadaan dan kemampuan IMADE sendiri.

C. Landasan Kebijakan
Kebijakan IMADE berdasarkan pada :
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMADE.
2. Keputusan Kongres IMADE yang masih berlaku.
3. Keputusan PB IMADE.

D. Sistematika
Sistematika Garis-Garis Besar Haluan Organisasi IMADE:
Bab I : Pengertian- Pengertian tentang Garis-Garis Besar Haluan Organisasi, Pola
Dasar Kebijakan, Kebijakan IMADE, dan Pelaksanaan Kebijakan dan Program.
Serta memuat Maksud dan Tujuan, Landasan Kebijakan, dan Sistematika.
Bab II : Pola Dasar Kebijakan memaparkan tentang Makna dan Hakikat Kebijakan,
Tujuan Kebijakan, Prinsip-Prinsip Kebijakan, Sasaran Kebijakan, serta Modal
Dasar dan Faktor Dominan.
Bab III : Kebijakan IMADE memaparkan tentang sasaran Program, Prioritas, dan
Uraian.
Bab IV : Memuat tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Program yang memaparkan
tentang Prinsip Pengorganisasian Program serta Pengorganisasian dan Pelaksanaan
Program di tingkat Koordinator Cabang dan Cabang.
Bab V : Penutup.

BAB II
POLA DASAR KEBIJAKAN

A. Makna dan Hakikat Kebijakan IMADE


Pola Dasar Kebijakan IMADE memberikan dasar-dasar bagi kebijakan
IMADE dalam upaya mewujudkan tujuan IMADE.
Pola dasar kebijakan IMADE memuat tentang tujuan kebijakan, prinsip-
prinsip kebijakan, sasaran kebijakan serta modal dasar dan faktor dominan. Oleh
karena itu, makna dan pola dasar kebijakan IMADE adalah penegasan dari tujuan
IMADE dalam bentuk penjabaran komponen- komponen yang mendasari serta
berpengaruh bagi upaya pencapaian tujuan IMADE.
Sedangkan hakikat pola dasar kebijakan IMADE adalah wujud nyata dari
upaya yang dilakukan secara bersama-sama dalam suatu kerjasama antara pimpinan
dan anggota IMADE untuk mencapai tujuan IMADE.
B. Tujuan Kebijakan IMADE
Tujuan kebijakan IMADE diarahkan pada tercapainya tujuan IMADE yaitu
mengusahakan terbentuknya kader daerah dalam rangka mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

C. Prinsip-prinsip Kebijakan IMADE


Untuk mencapai tujuan IMADE maka setiap kebijakan atau program yang
dilaksanakan hendaknya didasarkan atas prinsip-prinsip:
1. Prinsip Tujuan
Ialah bahwa segala usaha dan program senantiasa mengacu pada
pencapaian tujuan IMADE yaitu mengusahakan terbentuknya kader daerah
dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Dengan demikian segala sesuatunya dilakukan bukan secara
spontanitas insidental, melainkan sebagai bagian dari upaya mendekati
pencapaian tujuan itu sendiri.
2. Prinsip Kekaderan
Ialah bahwa segala kegiatan yang dilakukan merupakan pencerminan dari
kaderisasi diri dalam mempersiapkan kader-kader yang terlatih dan berkualitas
sebagai kader pimpinan bagi organisasi. Target kualifikasi profil kader yang
dituju dalam keseluruhan proses IMADE adalah kader yang memiliki
kompetensi dasar intelektual dan kemanusiaan.
3. Prinsip Kedaerahan
Ialah bahwa aktivitas IMADE dalam memerankan dirinya di tengah-
tengah masyarakat adalah cerminan dari upaya peran serta IMADE dalam
pembangunan kabupaten demak sebagai wujud kecintaan terhadap daerah.
4. Prinsip Kebersamaan
Ialah bahwa segala bentuk program dan pilihan kebijakan IMADE
merupakan hasil kehendak dan orientasi cita-cita seluruh anggota organisasi.
Kolektivitas dan kolegialitas adalah watak organisasi dalam mengemban misi
untuk mencapai tujuan bersama dalam model “tim kerja” dan “kerja tim” bagi
program kerja organisasi.
5. Prinsip Keseimbangan
Ialah bahwa pilihan gerakan IMADE merupakan wujud apresiasi yang
seimbang dalam pemenuhan peran keilmuan dan kemasyarakatan.
6. Prinsip Relevansi
Ialah bahwa kebijakan dan program kegiatan IMADE adalah serangkaian
aktivitas yang dilaksanakan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan yang
relevan dengan sikap, watak dan kebutuhan anggota organisasi.
7. Prinsip Kesinambungan
Ialah bahwa kegiatan-kegiatan IMADE dalam setiap struktur pimpinan
senantiasa memperhatikan kebutuhan jangka panjang dan kesinambungan
gerakan.
8. Prinsip Kemajuan atau Progresifitas
Ialah bahwa segala bentuk program, kegiatan, maupun pilihan kebijakan
IMADE senantiasa diambil sebagai usaha IMADE ke arah yang lebih baik, lebih
progresif dan mencerahkan bagi organisasi serta masayarakat.

D. Sasaran Kebijakan IMADE


1. Sasaran Personal
Yaitu sasaran yang menyangkut pembinaan dan pengembangan kepribadian
serta sumber daya mahasiswa, agar tercipta keteladanan. Untuk itu, pembinaan
dan pengembangan kepribadian serta sumber daya mahasiswa diarahkan pada:
a. Tercapainya kualitas kader dan Pimpinan IMADE yang siap menampilkan
diri sebagai seorang intelektual dalam seluruh tindakannya.
b. Terciptanya kualitas kader dan pimpinan IMADE yang mampu
mencerminkan nilai-nilai intelektual dan kemanusiaan dalam kehidupan
sehari-harinya.
c. Terciptanya kualitas kader dan pimpinan IMADE yang siap berjuang dan
berani menghadapi segala macam tantangan dalam kehidupannya, baik dalam
rangka pengambilan peran institusional maupun dalam pemenuhan
kualifikasi personalnya.
d. Terciptanya kader dan pimpinan IMADE yang memiliki tingkat pemahaman
yang tepat tentang fungsi dan perannya dalam membangun cita-cita IMADE
menuju masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
e. Terbinanya kualitas kader dan pimpinan IMADE yang terlatih dan terampil
dalam menjalankan perannya di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan
spesifikasi program, keahlian dan pilihan kerjanya.
f. Terbinanya kualitas kader dan pimpinan IMADE yang mampu menampilkan
daya tarik yang tepat bagi generasi muda, khususnya mahasiswa untuk
terlibat dalam aktivitas organisasi.
g. Terbinanya kualitas kader dan pimpinan yang cakap menjalankan organisasi
sehingga memenuhi standar kualitas anggota dan pimpinan yang memenuhi
aturan konstitusi organisasi.
2. Sasaran Institusional
Yakni sasaran yang menyangkut pembinaan dan pengembangan organisasi, baik
di dalam (internal) maupun ke luar (eksternal). Pembinaan dan pengembangan
yang bersifat internal diarahkan pada penataan, pelaksanaan serta pengawasan
organisasi, sehingga secara bertahap akan dicapai keadaan sebagai berikut:
a. Terbinanya mental pimpinan dan atau mekanisme kerja kepemimpinan
sehingga secara bertahap akan terwujud suasana tata kepemimpinan yang
baik.
b. Terbinanya administrasi organisasi dan atau mekanisme keorganisasian
sehingga secara bertahap akan terwujud suasana tata keorganisasian yang
baik.
c. Terbinanya program dan kegiatan sehingga secara bertahap akan terwujud
suasana tata kegiatan yang baik.
Pembinaan dan pengembangan organisasi yang bersifat eksternal diarahkan pada
pemantapan organisasi secara bertahap sehingga tercapai suasana sebagai
berikut:
a. Terbinanya kepemimpinan IMADE yang tertib, baik vertikal maupun
horisontal dalam rangka pelaksanaan program untuk mencapai tujuan
IMADE.
b. Terbinanya peran aktif IMADE sebagai organisasi mahasiswa kedaerahan
dalam meningkatkan fungsinya sebagi pelopor, penerus dan penyempurna
cita-cita keadilan dan kesejahteraan.
c. Terbinanya peran aktif IMADE sebagai salah satu organisasi atau gerakan
mahasiswa yang mampu menghimpun dan menyalurkan serta
mengembangkan aspirasi, minat dan bakat mahasiswa.
d. Terbinanya peran aktif IMADE sebagai salah satu ormas kepemudaan di
tengah-tengah dinamika kancah kehidupan kepemudaan dan kebangsaan di
daerah.
e. Terjalinnya komunikasi mutualistik IMADE dengan pemerintah serta
lembaga OKP-OKP lainnya.

E. Modal Dasar dan Faktor Dominan


1. Modal Dasar
Modal dasar merupakan potensi obyektif lingkungan IMADE yang
menjadi modal pertama untuk menggerakkan dan berjuang untuk organisasi.
Modal Dasar IMADE dalam kiprahnya adalah :
Para mahasiswa demak yang tersebar di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.
a. Para mahasiswa demak yang berada di perguruan tinggi yang menyetujui
maksud dan tujuan IMADE.
b. Karakteristik umum mahasiswa sebagai generasi muda potensial yang
memiliki potensi dasar intelektual dan kemanusiaan.
2. Faktor-Faktor Dominan
a. Tersebarnya alumni dan jaringan IMADE baik secara personal maupun
institusional di daerah maupun di luar daerah.
b. Tersedianya sumber dana yang potensial dari anggota.
c. Kerjasama dan dukungan dari berbagai organisasi dan institusi lainnya.
BAB III
KEBIJAKAN IMADE PERIODE KONGRES IV

A. Sasaran dan Prioritas Kebijakan


Prioritas kebijakan periode Kongres IV dititikberatkan kepada penguatan
basis organisasi dan kader yang dapat memberikan manfaat nyata di tengah-tengah
masyarakat, dengan melakukan agenda-agenda strategis mengenai isu-isu
kontemporer, yang memberikan imbas langsung kepada masyarakat.

B. Uraian Kebijakan Program


1. Bidang Organisasi
a. Melakukan konsolidasi (evaluasi dan kontrol) organisasi dari dan antar
bidang dalam menata terciptanya stabilitas organisasi.
b. Meningkatkan kapasitas manajemen organisasi.
c. Mengawal tertib organisasi.
d. Menguatkan kemampuan dokumentasi organisasi, penelusuran dan
penjagaan dokumen- dokumen penting organisasi.
e. Bersama bidang lain yang terkait, menciptakan system database kader
berbasis teknologi.
f. Menganalisis dan menyelesaikan permasalahan yang mengancam organisasi
g. Penguatan ekspansi organisasi (pembentukan PC/PKC)
2. Bidang Kader
a. Percepatan perkaderan.
b. Paradigma perkaderan diarahkan kepada paradigma perkaderan berbasis
realitas sesuai problematika daerah.
3. Bidang Politik dan Hukum
a. Menguatkan konsolidasi gerakan di tingkat internal dalam merespon isu-isu
daerah dan nasional.
b. Meningkatkan bargaining power IMADE dalam rangka mempengaruhi
kebijakan.
c. Mendorong terbentuknya lembaga yang concern ke advokasi .
d. Mendorong kultur aktivitas gerakan berdasar analisis dengan data dan
metodologi yang lebih baik.
e. Penguatan kapasitas gerakan kader terfokus pada kapasitas analisis dan
strategi sosial- politik.
4. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan
a. Mendorong terciptanya wadah kader-kader intelektual.
b. Menguatkan kapasitas metodologi riset dan pengembangan keilmuan
c. Mendorong terciptanya wadah integrasi antara disiplin ilmu akademis
dengan gerakan IMADE.
5. Bidang Media dan Komunikasi
a. Menciptakan media organisasi yang aktual dan faktual.
b. Pembangunan kapasitas skill komunikasi kader, sehingga tercapai misi
IMADE sebagai pelopor gerakan di daerah.
c. Melakukan upaya image building di tengah ruang publik.
d. Bersama bidang organisasi menciptakan database kader yang mumpuni.
6. Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Mendorong munculnya lembaga pemberdayaan masyarakat yang menjadi
buffer gerakan pemberdayaan masyarakat oleh IMADE secara berkelanjutan.
b. Menguatkan kapasitas analisis dan teknikalitas pemberdayaan masyarakat
sebagai modal gerakan pemberdayaan IMADE dalam memberdayakan
kelompok-kelompok masyarakat marjinal.
7. Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
a. Membentuk dan mengelola badan usaha menjadi lembaga ekonomi produktif
dan berkelanjutan sebagai ujung tombak upaya kemandirian organisasi.
b. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan kader dan organisasi.
c. Menggalang kerjasama dengan pihak lainnya dalam melakukan penguatan
ekonomi organisasi dan basis kemandirian kader.
8. Bidang Seni, Budaya dan Olahraga
a. Melakukan apresiasi seni dan budaya yang relevan dengan nilai-nilai
pancasila.
b. Penguatan nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan yang lahir dari nilai
kemanusiaan
c. Meningkatkan kegiatan seni dan budaya di kalangan mahasiswa sebagai upaya
untuk memperkenalkan seni dan budaya daerah.
d. Menampilkan seni dan budaya pada momentum hari-hari besar daerah..

BAB IV
PELAKSANAAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM
( Strategi pengembangan dan Implementasi Program)

A. Prinsip Pengorganisasian Program


Program IMADE dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip
pengorganisasian dan pelaksanaan program sebagai berikut:
1. Program IMADE hasil Kongres IV merupakan program yang menjadi acuan
umum bagi kewenangan, kepentingan dan kondisi masing-masing.
2. Menentukan prioritas program pada setiap bidang, yakni memilih jenis-jenis
program dalam bentuk kegiatan yang telah ditetapkan untuk diutamakan
pelaksanaannya dalam periode ini.
3. Menentukan atau memilih program unggulan, yakni program yang paling utama
dan secara signifikan dapat membawa kemajuan atau perubahan yang luas dan
dalam bagi IMADE.
4. Perlu mekanisme baku mengenai program kerjasama, sehingga program
ini selain terintegrasi dengan program IMADE yang telah ada juga tidak bersifat
ad hoc. Kebijakan ini penting agar program kerjasama dapat dikelola dengan
tersistem dan membawa kemaslahatan atau kemajuan bagi IMADE.
5. Dalam melaksanakan program dan kegiatan hendaknya dikembangkan secara
lebih teratur dan tersistem mengenai monitoring dan evaluasi, selain pelaporan
yang bersifat rutin, sehingga selalu dapat terkonsolidasikan dan terkendali
dengan baik. Terutama adanya “chek-list” bulanan atau dwi bulanan terhadap
program atau kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan di setiap tingkatan
kepengurusan IMADE.
6. Pelaksanaan program sangat memerlukan dana, selain sumberdaya dan
infrastruktur lainnya, karena itu bagaimana mobilisasi dana dapat dilakukan
pada setiap tingkatan sehingga tidak mengalami kendala dalam pemasukan dan
pendayagunaanya.
7. Perlu disusunnya rumusan strategi dan prosedur pergerakan dan perkaderan
yang sesuai dengan karakteristik Perguruan Tinggi masing-masing.

B. Pengorganisasian dan pelaksanaan program di tingkat Koordinator Cabang


1. Rumusan program IMADE di tingkat Koordinator Cabang diputuskan dalam
Musyawarah Pimpinan Koordinator Cabang, yang materinya bersifat kebijakan
umum sebagai pelaksanaan kebijakan program pusat di masing-masing
Koordinator Cabang yang disesuaikan dengan kewenangan, kreatifitas,
kepentingan dan kondisi setempat.
2. Pengurus Koordinator Cabang bertanggung jawab dalam memonitor
pengorganisasian dan pelaksanaan program di tingkat Koordinator cabang sesuai
dengan mekanisme organisasi.
3. Program tingkat Koordinator cabang disusun dengan mengacu program pusat
dan lebih diarahkan pada hal-hal berikut: relevansi program dengan potensi dan
permasalahan daerah dengan mengacu pada kondisi koordinator cabang yang
bersangkutan, pembinaan dan pengembangan kaderisasi sehingga tercipta kader
yang tangguh dan militan, dan mencantumkan target yang akan dicapai selama
satu periode dan target tri atau catur wulan.

C. Pengorganisasian dan pelaksanaan program di tingkat Cabang


1. Rumusan program IMADE di tingkat Cabang diputuskan dalam Musyawarah
Pimpinan Cabang, yang materinya bersifat kebijakan umum sebagai pelaksanaan
kebijakan program pusat dan koordinator cabang di masing- masing Cabang
yang disesuaikan dengan kewenangan, kreatifitas, kepentingan dan kondisi
cabang
2. Pengurus Cabang bertanggung jawab dalam memonitor pengorganisasian dan
pelaksanaan program di Cabang sesuai denga mekanisme organisasi
3. Program tingkat Cabang disusun dengan mengacu program pusat dan
koordinator cabang dan lebih diarahkan pada hal-hal berikut: relevansi program
dengan potensi dan permasalahan daerah dengan mengacu pada kondisi Cabang
yang bersangkutan, pembinaan dan pengembangan intelektual kader di tingkat
Cabang. Dalam hal ini diharapkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
program dapat menambah keilmuan dan intektualitas kader, dan mencantumkan
target yang akan dicapai selama satu periode dan target tri atau catur wulan.

BAB V
PENUTUP

Garis-Garis Besar Haluan Organisasi ini disusun untuk menjadi acuan gerakan di
setiap struktur kepengurusan dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan panduan GBHO
diharapkan keserasian gerak organisasi dari tingkat paling bawah samapi pusat dapat
diwujudkan. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung percepatan pelaksanaan program
dan agenda organisasi guna mencapai tujuan terbentuknya kader daerah dalam rangka
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
KURIKULUM PENDIDIKAN
IKATAN MAHASISWA DEMAK

A. PENDAHULUAN
B. PENERIMAAN ANGGOTA BARU (PAB)
1. Maksud
Penerimaan Anggota Baru, atau disingkat PAB, adalah masa penerimaan
anggota baru IMADE, yang terbuka untuk semua mahasiswa Demak. PAB
berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan organisasi kepada seluruh
mahasiswa Demak sebagai calon anggota IMADE agar lebih memahami
organisasi IMADE, peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab, visi dan misi, serta
perannya dalam bermasyarakat sebagai organisasi pemuda serta wahana
perkaderan. Dengan pelaksanaan PAB, diharapkan calon anggota akan terpacu
untuk memutuskan bergabung dengan IMADE sebagai generasi muda yang rentan
dengan kondisi ketimpangan yang berlaku di Kabupaten Demak.
2. Tujuan
Tujuan PAB adalah merekrut anggota sebanyak mungkin. Ini adalah bentuk
perluasan basis massa organisasi dan bentuk perluasan nilai dan cita-cita IMADE.
3. Format Pengkaderan
Format/bentuk pengkaderan yang dilaksanakan dalam PAB adalah dalam
bentuk materi ruang. Di dalamnya para peserta diberikan pemahaman umum
terkait dengan pengenalan IMADE sebagai suatu organisasi mahasiswa daerah
yang konsen terhadap berbagai persoalan kedaerahan.
4. Metode
Metode yang digunakan dalam PAB adalah materi ruang, yang disampaikan
dalam bentuk:
a. Kuliah Umum
b. Ceramah
c. Dialog
d. Diskusi Kelompok
5. Materi
Materi yang diberikan dalam PAB adalah materi yang berkaitan dengan
pengenalan umum peserta terhadap IMADE, dengan tujuan agar peserta dapat
lebih mengenal organisasi IMADE, sekaligus untuk memperkuat rasa memiliki
terhadap organisasi. Berikut adalah 4 (empat) materi pokok dalam PAB:
a. Ke-IMADE-an
Materi ke-IMADE-an meliputi:
1. Sejarah IMADE
Hasil kongres I hingga sekarang
2. Keorganisasian
 Pengenalan tentang AD/ART IMADE dan pola karakter keorganisasian
IMADE
 Struktur Organisasi, kewenangan dan wilayah kerja
 Asas dan cita-cita IMADE
 Hak dan kewajiban anggota
 Uniform, mars, logo dan bendera IMADE
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 90 menit.
b. Peran Pemuda dan Mahasiswa
Meliputi peran dan eksistensi pemuda dan mahasiswa sebagai generasi
muda yang memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap masa depan
bangsa Indonesia dari era kebangkitan nasional mulai dari pergerakan pemuda
dan mahasiswa (Budi Utomo) tahun 1908 hingga sekarang ini.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 90 menit.
c. Ke-Daerah-an
Meliputi pengenalan tentang perkembangan Demak dari awal mula
terbangun hingga saat ini.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 90 menit.
d. Muatan Lokal (Mulok)
Materi ini disesuaikan dengan kondisi kultur masing-masing cabang.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 90 menit.
6. Kerangka Acuan Materi
a. Materi Ke-IMADE-an
1. Sejarah IMADE
Materi ini ditujukan untuk mengenalkan IMADE sebagai organisasi
mahasiswa kedaerahan sekaligus wahana perkaderan kepada para calon
anggota IMADE. Pengenalan sejarah tersebut meliputi perjalanan sejarah
IMADE dari proses awal terbentuk hingga saat sekarang ini. Disamping itu,
materi ini juga meliputi peran dan tantangan yang dihadapi IMADE sebagai
organisasi mahasiswa kedaerahan dalam kehidupan bermasyarakat. Materi
kesejarahan ini dapat dianalisa dan ditinjau dari runtutan perjalanan IMADE
dari Kongres ke Kongres dimana didalamnya terjadi berbagai dinamika dalam
upaya mewujudkan cita-cita IMADE.
Dengan menyampaikan materi sejarah IMADE ini maka para calon
anggota diharapkan dapat mengetahui proses perjalanan sejarah IMADE dan
dinamika didalamnya serta dapat memaknai hakikat dari nilai perjuangan
IMADE.
2. Keorganisasian
Materi keorganisasian IMADE meliputi pengenalan tentang AD/ART
IMADE dan aturan-aturan turunan keorganisasian lainnya serta hal-hal lain
menyangkut sistem dan karakter keorganisasian IMADE. Pemberian materi ini
ditujukan untuk memperkenalkan sistem keorganisasian IMADE kepada para
calon anggota, khususnya tentang aturan hukum (rule of law) dan aturan main
(rule of game) yang berlaku di IMADE. Dimulai dari model
permusyawaratannya dalam pengambilan keputusan, hierarki struktur
keorganisasian hingga hak dan kewajiban anggota serta tugas, fungsi dan
wewenang tiap-tiap struktur organinsasi.
Adapun yang menjadi pokok-pokok prioritas materi AD/ART antara lain
adalah Anggaran Dasar yang menerangkan tentang sifat dan tujuan IMADE;
struktur keorganisasian yang berkaitan dengan pembagian tugas, kerja dan
tanggung jawab tiap unsur kepengurusan berdasarkan hierarki organisasi serta
hak dan kewajiban para anggota IMADE.
Dengan pengenalan keorganisasian ini maka para peserta PAB
diharapkan dapat memahami tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
mekanisme keorganisasian yang berlaku sebagai anggota IMADE nantinya.
Selain daripada itu para peserta PAB diharapkan dapat mengenali struktur
kepemimpinan serta wilayah kerja tingkatan struktur organisasi di IMADE.
b. Materi Peran Pemuda dan Mahasiswa
Materi peran pemuda dan mahasiswa dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dimulai dari sejarah kebangkitan Indonesia di era pra
kemerdekaan (pergerakan pemuda dan mahasiswa sejak 1908) hingga saat
sekarang ini. Pemaparan sejarah tersebut dengan menitikberatkan ulasan pada
dialektika ide-pemikiran, strategi gerakan dan paradigma yang berkembang di
kalangan gerakan pemuda dan mahasiswa pada saat pra kemerdekaan dan
gerakan pemuda pasca kemerdekaan dalam berbagai momentum perubahan di
Indonesia.
Diharapkan para peserta dapat menelusuri latar kesejarahan pergerakan
pemuda dari dahulu hingga sekarang serta perbedaan tiap gerakan pada
masanya masing–masing. Para peserta juga diharapkan akan mampu melihat
dan menganalisa letak keberhasilan dan kegagalan gerakan pemuda baik pada
masa pra kemerdekaan maupun pada masa pasca kemerdekaan. Selain daripada
itu para peserta juga diharapkan dapat memaknai bahwa peran pemuda dan
mahasiwa dalam arus perubahan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itu
adalah sangat penting dan menjadi suatu tanggung jawab yang harus
dijalankan.
c. Materi Ke-Daerah-an
Materi ke-Daerah-an diawali dengan membahas tahapan-tahapan sejarah
munculnya Demak sebagai tahapan sejarah yang paling awal dari Kabupaten
Demak. Selain itu materi ini mengetengahkan tentang perkembangan sosio-
politik, budaya dan keyakinan masyarakat demak secara historis sejak masa
kerajaan hingga saat ini.
Dengan materi ini maka para peserta diharapkan mendapatkan
pemahaman secara utuh dan benar tentang proses terbentuknya Kabupaten
Demak. Agar dapat terciptanya suatu spirit pemahaman bersama bahwa
Kabupaten Demak tidak boleh dan tidak akan mati, dan tentu saja adalah
menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk terus-menerus
menggelorakan semangat mencintai daerah dalam perjuangan IMADE.
d. Materi Muatan Lokal (Mulok)
Muatan lokal merupakan materi tambahan yang diberikan kepada
anggota PAB sebanyak satu materi, dan materi tersebut disesuaikan dengan
karakteristik kampus atau kebutuhan masing-masing cabang.
7. Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis
a. Pelaksana
1. Pelaksana PAB adalah PC
2. PAB dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam satu periode
kepengurusan PC.
3. PAB dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang dibentuk dan disahkan oleh
PC.
4. Kepanitiaan PAB juga dapat dibentuk dengan cara lintas PC (kepanitiaan
bersama) di dalam wilayah koordinasi yang sama.
b. Teknis Pelaksanaan
1. Waktu pelaksanaan PAB maksimal adalah 3 (tiga) hari.
2. Peserta PAB adalah Mahasiswa yang memenuhi syarat-syarat keanggotaan.
3. PAB dapat dilaksanakan dengan minimal peserta adalah 10 (sepuluh) orang.
4. Pemateri dalam PAB adalah Pengurus PKC/PB IMADE, dan atau
Alumni yang ditunjuk oleh PB IMADE.
5. Proses upacara pembukaan dan penutupan PAB dilakukan oleh PKC.
8. Evaluasi dan Kriteria Penilaian
a. Evaluasi peserta PAB dilaksanakan oleh PC dan atau PKC dengan
memperhatikan saran dan masukan dari kepanitiaan PAB.
b. Evaluasi peserta PAB dilakukan selambat-lambatnya satu minggu setelah
dilaksanakan PAB.
c. Peserta PAB yang berhak dinyatakan lulus adalah yang mendapatkan penilaian
minimal 75 %.
d. Peserta PAB yang tidak lulus dalam proses PAB dapat mengikuti kelas
remidial dan atau mengerjakan tugas sesuai kebijakan PC.
No. Kriteria Penilaian (%)
1 Kehadiran (presensi) peserta dalam materi PAB 50
2 Keaktifan peserta dalam forum PAB 20
3 Sikap dan perilaku (attitude) peserta dalam mengikuti PAB 20
4 Wawancara 10
Total 100

C. PENDIDIKAN LANJUTAN
1. Maksud
Pendidikan Lanjutan adalah proses pengkaderan tingkat kedua yang
ditujukan kepada seluruh anggota IMADE yang telah disahkan melalui
PAB. Pendidikan Lanjutan memiliki maksud untuk menguji tingkat wacana dan
cara berpikir kader yang dikaitkan langsung dengan cita-cita IMADE.
Pelaksanaan Pendidikan Lanjutan juga sekaligus mengolah seluruh wacana (teori)
yang dikuasai para kader untuk disinergikan sesuai dengan tujuan IMADE,
sehingga tidak paradoks jika diimplementasikan.
2. Tujuan
Tujuan Pendidikan Lanjutan adalah menyiapkan peserta menjadi kader
pelopor yang siap menjadi motor penggerak masyarakat akar rumput. Oleh karena
itu, maka tiap-tiap kader yang telah lulus dari Pendidikan Lanjutan diharapkan
telah mampu memegang kantung-kantung massa dan melakukan pengorganisiran
di tiap kantung-kantung massa tersebut.
3. Format Pengkaderan
Format/bentuk pengkaderan yang dilaksanakan dalam Pendidikan Lanjutan
adalah dalam bentuk materi ruang yang dilaksanakan di tempat-tempat yang
bernuansa alam, jauh dari keramaian. Pemilihan tempat tersebut bertujuan untuk
memudahkan proses indoktrinasi. Dengan asumsi bahwa hal tersebut akan lebih
mengonsentrasikan diri para peserta untuk menyerap seluruh materi yang
diberikan dalam proses Pendidikan Lanjutan. Selain materi ruang, Pendidikan
Lanjutan juga dilakukan dengan terjun ke lapangan untuk mengimplementasikan
materi-materi secara langsung di masyarakat pedesaan.
4. Metode
Metode yang di gunakan dalam kegitan Pendidikan Lanjutan ini adalah :
a. Kuliah Umum,
b. Ceramah,
c. Dialog,
d. Diskusi kelompok,
e. Terjun Lapangan.
5. Materi
Materi-materi yang disampaikan dalam Pendidikan Lanjutan adalah materi
yang terkait pengantar filsafat, pengantar politik, manajemen organisasi, analisa
sosial, pengorganisasian massa, serta manajemen aksi. Materi pendukung lain
yang akan dipergunakan dalam Pendidikan Lanjutan luar ruang adalah : studi
kasus. Dengan tujuan agar para peserta mampu memahami cara mengelola
organisasi dan disiplin-disiplin di dalamnya, ditambah mengenali sekaligus
mengimplementasikan proses-proses dan model-model pengorganisasian massa.
Berikut 7 (tujuh) materi pokok dalam Pendidikan Lanjutan:
a. Pengantar Filsafat
Meliputi pemahaman tentang filsafat, secara khusus yang terbagi pada
dua aliran besar yaitu filsafat materialisme dan filsafat idealisme.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
b. Pengantar Politik Indonesia
Meliputi pengertian politik menurut pandangan dari beberapa ahli,
memahami sistem politik Indonesia, interaksi politik serta tindakan-tindakan
politik.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
c. Manajemen Organisasi
Meliputi pemahaman tentang manajemen organisasi dan melatih karakter
kepemimpinan serta pendalaman pemahaman akan sistem keorganisasian
IMADE.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
d. Analisa Sosial
Meliputi kajian tentang pemetaan struktur kemasyarakatan secara utuh
dan menyeluruh dalam kaitannya dengan menganalisa persoalan-persoalan
yang ada dalam masyarakat pada berbagai aspek seperti: kesehatan,
pendidikan, lingkungan, ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
e. Advokasi dan Pengorganisasian
Meliputi pengenalan tentang proses dan model-model pengorganisasian
massa.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
f. Manajamen Aksi
Manajemen aksi meliputi pemahaman mengenai bagaimana melakukan
perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap Aksi yang
dilakukan.
Materi ini diberikan dengan alokasi waktu minimal 120 menit.
g. Studi Kasus
Materi studi kasus merupakan uji materi kemampuan kader dalam
melakukan penganalisaan sistem masyarakat untuk memetakan sosial politik,
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat serta aspek sosial lainnya.
Studi kasus dilaksanakan selama minimal 3 hari.
6. Kerangka dan Acuan Materi
a. Pengantar Filsafat
Materi ini mencakup sejarah kehidupan dan pemikiran filsafat yang
berkembang di dunia dari era yunani kuno hingga saat ini. Dengan
memperkenalkan pemikiran-pemikiran filsafat yang hingga kini masih
berpengaruh seperti: Socrates, Aristoteles, Plato dan lain sebagainya.
Setelah itu arus pemikiran filsafat yang berkembang dikerucutkan pada
dua arus besar aliran filsafat, yaitu filsafat idealisme dan filsafat materialisme.
Pemaparan ini dengan menelaah pemikiran-pemikiran filsafat Hegel terutama
mengenai dialektika serta konsepsi “Idealisme absolute” yang dikemukan
Hegel.
Pemikiran filsafat Hegel sebagai keterwakilan dari arus besar filsafat
idealisme kemudian dikomparasikan dengan pemikiran filsafat Feurbach
tentang hukum-hukum materialisme yang mewakili arus besar pemikiran
filsafat materialisme sebagai wujud kritik terhadap filsafat idealisme yang
dikembangkan Hegel.
Dengan memahami materi filsafat ini maka diharapkan pola berpikir
kritis (berpikir filsafat) dapat terinternalisasi dengan baik pada para peserta
sehingga mampu melihat berbagai kondisi dan situasi dengan kritis tapi tetap
bijaksana. Selain itu diharapkan para peserta akan mampu memahami dan
menyelami latar filosofis dari munculnya ideologi-ideologi yang ada di dunia
dan aliran filsafat yang mempengaruhinya.
b. Pengantar Politik Indonesia
Materi pengantar politik dimaksudkan memberikan pemahaman bagi
peserta mengenai sistem politik Indonesia, karena dalam perjuangan IMADE
tentunya tidak dapat melepaskan diri dari dinamika politik. IMADE harus
dapat menentukan sikap politik organisasi dan bagaimana IMADE berperan
dalam sistem politik.
Memahami sistem politik Indonesia akan memberikan gambaran bagi
kader IMADE untuk menentukan strategi-strategi perjuangan IMADE.
c. Manajemen Organisasi
Materi ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta
mengenai manajemen organisasi, bagaimana mengelola dan memaksimalkan
potensi-potensi yang ada dalam organisasi, mengatur dan menyusun program
gerakan serta bagaimana mengenali dan menganalisa permasalahan-
permasalahan yang ada dan cara penyelesainnya (problem solving), diteruskan
dengan pemahaman bagaimana melakukan pengambilan keputusan yang
cepat, tepat dan bijaksana dalam menghadapi berbagai persoalan.
Selanjutnya peserta dididik untuk lebih memahami disiplin organisasi
dan disiplin gerakan yang mendukung pola gerakan IMADE, dengan cara
memahami kembali sistem keorganisasian IMADE serta terkhusus pola dan
karakter gerakan perjuangan IMADE.
Dengan menyampaikan materi manajemen organisasi, maka peserta
diharapkan dapat menuguasai manajemen organisasi serta menguasai karakter
dan teknik-teknik kepemimpinan yang baik. Disamping itu para calon kader
harapannya dapat memahami serta dapat mengimplementasikan disiplin
keorganisasian dan disiplin gerakan dalam berorganisasi.

d. Analisa Sosial
Materi analisa sosial meliputi kajian tentang pemetaan pola dan
karateristik masyarakat, sistem sosialnya, struktur sosialnya, hubungan-
hubungan ekonomi politik pada suatu komunitas masyarakat tertentu untuk
kemudian mengidentifikasi dan menentukan kontradiksi pokok yang terjadi
dalam masyarakat itu dengan tetap memperhatikan berbagai variabel yang ada
dalam masyarakat tersebut. Untuk mendukung hal itu penting untuk
memberikan pemahaman tentang metode dan teknik dalam melakukan analisa
sosial.
e. Advokasi dan Pengorganisasian
Materi advokasi dan pengorganisasian meliputi pengenalan tentang
teknik-teknik advokasi dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka
pengorganisasian massa. Dengan pengenalan ini maka para peserta Pendidikan
Lanjutan diharapakan dapat mengenali teknik-teknik advokasi dan
pemberdayaan masyarakat serta model-model pengorganisasian massa.
Disamping itu para peserta diharapkan lebih mendalami tugas dan
tanggung jawab IMADE untuk mengorganisir massa nantinya.
f. Manajamen Aksi
Materi ini memberikan informasi tentang bagaimana suatu manajemen
aksi dalam skala luas, massif dan berkesinambungan. Aksi disini tidak hanya
dipahami sebagai aksi demonstrasi, akan tetapi berbagai jenis aksi yang tepat
guna dan diharapkan tepat sasaran.
Untuk itu kajian dipusatkan bagaimana mengatur dan menggerakan
potensi-potensi gerakan, pemilihan issue, hierarki komando dan hal-hal lainnya
yang diperlukan dalam mengorganisir aksi yang berskala luas, massif dan
berkesinambungan.
Dengan demikian diharapkan peserta memiliki pemahaman akan
manajemen aksi serta memiliki kemampuan untuk mengorganisir aksi massa
yang berskala luas.
g. Studi Kasus
Materi terakhir mengharuskan peserta untuk melakukan studi kasus, yaitu
praktek di lapangan secara langsung, dimana tiap peseta diberikan tugas dan
tanggung jawab untuk melakukan analisa sosial terhadap organ-organ sektoral
yang antara lain: petani, buruh, nelayan dan komunitas masyarakat lainnya.
Analisa sosial tersebut dilakukan dengan cara integrasi langsung dalam
kehidupan masyarakat (leave in) dengan cara berprofesi dan berpola perilaku
sesuai dengan wilayah komunitas yang didiami. Selama proses integrasi, setiap
peserta memiliki tugas untuk melakukan pemetaan (maping) untuk
mengidentifikasi variabel-variabel pokok dan tidak pokok yang dihadapi oleh
masyarakat yang ia diami.
Selama proses studi kasus, peserta juga diwajibkan untuk membuat
laporan tertulis. Laporan tertulis tersebut akan digunakan sebagai bahan
evaluasi akhir peserta.
7. Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis
a. Pelaksana
1. Pelaksana Pendidikan Lanjutan adalah PB IMADE.
2. Pendidikam Lanjutan dilaksanakan minimal 2 (dua) kali dalam satu periode
kepengurusan PB IMADE.
3. Pendidikan Lanjutan dilaksanakan oleh sebuah kepanitiaan yang
dibentuk oleh PB IMADE dan disahkan oleh PB IMADE.
b. Teknis Pelaksanaan
1. Waktu pelaksanaan Pendidikan Lanjutan maksimal adalah 7 (tujuh) hari.
2. Peserta Pendidikan Lanjutan adalah anggota IMADE yang telah mengikuti
PAB (minimal 1 bulan setalah PAB).
3. Pendidikan Lanjutan dapat dilaksanakan dengan minimal peserta adalah 20
(sepuluh) orang.
4. Pemateri dalam Pendidikan Lanjutan adalah Pengurus PB IMADE, alumni
dan atau orang yang ditunjuk oleh PB IMADE.
5. Proses upacara pembukaan dan penutupan Pendidikan Lanjutan dilakukan
oleh PB Imde.
8. Evaluasi dan Kriteria Penilaian
a. Evaluasi peserta Pendidikan Lanjutan dilaksanakan oleh PB IMADE dengan
memperhatikan saran dan masukan dari kepanitiaan Pendidikan Lanjutan
b. Evaluasi peserta Pendidikan Lanjutan dilakukan selambat-lambatnya satu
minggu setelah uji lapangan dilaksanakan.
c. Peserta Pendidikan Lanjutan yang berhak dinyatakan lulus adalah yang
mendapatkan penilaian minimal 75 %
d. Peserta Pendidikan Lanjutan yang tidak lulus dalam proses Pendidikan
Lanjutan dapat mengikuti pada Pendidikan Lanjutan berikutnya
No. Kriteria Penilaian (%)
1 Kehadiran (presensi) peserta dalam materi 50
2 Keaktifan peserta dalam forum 20
3 Hasil laporan tertulis 20
4 Wawancara 10
Total 100

9. Pengesahan dan Pelantikan


a. PB berwenang melakukan pengesahan terhadap peserta Pendidikan Lanjutan
b. Pengesahan dan pelantikan peserta yang telah mengikuti Pendidikan Lanjutan
menjadi kader IMADE sepenuhnya menjadi wewenang PB IMADE
berdasarkan hasil evaluasi Pendidikan Lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai