Anda di halaman 1dari 4

Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah

1. Ilmu Hadits Riwayah


Menurut Zhafar Ahmad ibn Lathif al-‘Utsmani al-Tahanawi di dalam Qawa’id fi ‘Ulum al-
Hadits, bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Hadis Riwayah adalah:

‫ ِع ْلٌم ُيْع َر ُف ِب ِه َاْق َو اُل َر ُس ْو ِل هللا ص لى هللا علي ه وس لم َو َاْفَعاُل ُه َو ِرَو اَيُتَه ا َو َض ْبُطَها‬: ‫ِع ْلُم ْالَح ِدْيِث ْالَخ اُص ِبا لِّر َو اَيِة ُهَو‬

‫َو َتْح ِر ْيُر الَفاِظَها‬

Ilmu Hadis yang khusus dengan riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui dengannya
perkataan, perbuatan dan keadaan Rasul Saw. serta periwayatan, pencatatan, dan
penguraian lafadz-lafadznya.

Dari definisi diatas dapat dipahami Hadits Riwayah pada dasarnya adalah membahas
tentang cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW. Objek
kajian Ilmu Hadits Riwayah adalah Hadits Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya. Hal
tersebut mencakup:

a) Cara periwayatan Hadits, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara
penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lain;
b) Cara pemeliharaan Hadits, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan, dan
pembukuannya.

Ilmu Hadits Riwayah ini sudah ada sejak zaman Nabi SAW masih hidup, yaitu
bersamaan dengan dimulainya periwayatan Hadits itu sendiri. Para sahabat Nabi SAW
menaruh perhatian yang tinggi terhadap Hadits Nabi SAW. mereka berupaya untuk
memperoleh hadits-hadits Nabi SAW dengan cara mendatangi majelis Rasul SAW serta
mendengar dan menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan beliau. Mereka juga
dengan seksama memperhatikan apa yang dikatakan rasul SAW baik dalam hal ibadah
maupun aktivitas sosial serta akhlaq Nabi SAW sehari-hari. Semua yang mereka terima dan
dengar dari Rasul SAW mereka pahami dengan baik dan mereka pelihara melalui hafalan
mereka. Apa yang telah dimiliki dan dihapal oleh para sahabat selanjutnya mereka
sampaikan dengan sangat hati-hati kepada sahabat lain yang kebetulan belum
mengetahuinya atau kepada para tabi’in, dan para tabi’in pun melakukan hal yang demikian.

2. Ilmu Hadits Dirayah


Para Ulama memberikan definisi yang bervariasi terhadap Ilmu Hadits Dirayah ini.
Akan tetapi, apabila dicermati definisi – definisi yang mereka kemukakan, terdapat titik
persamaan di antara satu dan yang lainnya, terutama dari segi sasaran kajian dan pokok
bahasannya. Ibn al-akhfani memberikan definisi ilmu hadits Dirayah sebagai berikut:

‫ علم ُيْعَر ُف ِم ْنُه حقيقُة الّر َو اَيِة َو ُش ُر وُطَها وانواُعها وأحكاُم ها وحال" الرواة‬: ‫علم الحديث الخاص بالّد َر اَيِة‬
‫وشروطُهْم َو اْص ناُف الَم ْر ِو َيات وما يتعلق بها‬

Dan ilmu hadits yang khusus tentang Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk
mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya,
keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengannya.1

Objek ilmu Dirayah ialah sanad rawi dan matan dari sudut diterima dan ditolaknya
suatu Hadits. Tujuan dan urgensi Ilmu Hadits ini ialah untuk mengetahui dan menetapkan
hadits-hadits yang diterima sebagai dalil atau untuk diamalkan (maqbul) dan yang ditolak
(mardud). Dengan demikian mempelajari Ilmu Hadits Dirayah ini banyak kegunaan yang
diperoleh, antara lain: dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadits dan ilmu
hadits dari masa ke masa sejak masa Rasulullah SAW sampai dengan masa sekarang. Ilmu
Hadits Dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal dengan Ulumul
Hadis, Musthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan nama-nama diatas, meskipun
bervariasi namun mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu ilmu yang membahas
tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu
Hadits, dari segi diterima dan ditolaknya.

Sasaran Ilmu Mustholah Hadits

Sebagai salah satu wujud ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, seorang muslim
harus berhati-hati dalam menukil dan menerima suatu ilmu. Maka dengan adanya Ilmu
Mustholah Hadits, seorang muslim dapat memahami ilmu hadits sebabagai sumber
pedoman hukum islam dengan baik dan tidak gegabah, tidak mudah tertipu, tidak mudah
mendhaifkan, menghargai tashih yang dilakukan ulama ahli hadits, menghargai perbedaan

1
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Mutiara Sumber Wijaya, 2001), h. 2-3.
madzhab fiqih, mempelajari istimbath ulama, dan menghargai sunnah Rasulullah SAW
sebagai sumber hukum.2

Dengan mempelajari musthalah hadits, seorang Muslim dapat mengetahui apakah


amalan yang dilakukannya benar-benar berdasarkan sunnah Nabi atau bukan. Dan dengan
musthalah hadits juga seorang muslim dapat mengetahui riwayat-riwayat yang diterima
atau ditolak dari seorang periwayat dan hadits yang diriwayatkan.

Urgensitas Musthalah al-Hadits Bagi Umat Islam

Dalam hukum islam tidak dapat dipungkiri lagi betapa penting posisi hadits dalam
kehidupan umat islam, bahkan Rasulullah SAW dalam salah satu hadits menjamin bahwa
barang siapa berpegang teguh pada al-Qur’an dan hadits maka ia tidak akan tersesat.
Namun, dalam mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan suatu ilmu tentu harus
dilakukan suatu validasi atas kebenaran dari suatu ilmu tersebut, karena sebagaimana kita
ketahui bahwa banyak juga hadits-hadits palsu yang tersebar hingga saat ini.

Pada zaman Khalifah Abbasiyyah, hadits-hadits palsu dibuat demi mengambil hati
para khalifah. Menurut Abu Syahbah, hal itu sempat terjadi pada era kepemimpinan Harun
al-Rasyid. Saat itu, Abu al-Bakhtari, seorang qadi, masuk menemuinya ketika ia sedang
menerbangkan burung merpati. Lalu, Khalifah berkata kepada Abu al-Bakhtari, “Adakah
engkau menghafal sebuah hadits berkenaan dengan burung ini?”.

Lalu, dia meriwayatkan satu hadits, katanya, bahwa Nabi SAW selalu menerbangkan
burung merpati. Harun al-Rasyid tahu bahwa hadits itu palsu, dan dia segera memarahi al-
Bakhtari.3

Dengan adanya Musthalah Hadits seorang muslim bisa mengkaji keabsahan suatu
hadits, apakah shahih atau dhaif. Yaitu melalui pengetahuan tentang keadaan para
perawi hadits dan ketersambungan sanad hadits. Adapun caranya yaitu degan mengetahui
apakah hadits dan periwayat tersebut memiliki ketersambungan sanad, adil, dhabit, tidak
bertentangan dengan perawi yang lebih baik dan lebih dipercaya dan tidak ber-‘illat.

2
Anisatun Muthi’ah, Metode Pembelajaran Musthalahul Hadis Di Pondok Pesantren Darussalam Buntet
Cirebon, Jurnal Studi Hadis Nusantara. I Vol 1, No 2, (2019). 2.
3
Muhammmad Ibn Muhammad Abu Syahbah, Al-israiliyyat wa al-maudhu’at fi kutub at-tafsir (Depok: Keira
Publishing, 2016) h. 206.
Kesimpulan
Menurut Zhafar Ahmad ibn Lathif al-‘Utsmani al-Tahanawi di dalam Qawa’id fi
‘Ulum al-Hadits, mengatakan bahwa definisi ilmu hadits riwayah adalah ”ilmu yang dapat
diketahui dengannya perkataan, perbuatan dan keadaan Rasul Saw. serta periwayatan,
pencatatan, dan penguraian lafadz-lafadznya.”.

Sedangkan definisi ilmu hadits dirayah menurut Ibn al-akhfani adalah “ ilmu yang
bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan
hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang
diriwayatkan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.”

Jadi, perbedaan diantara keduanya terletak pada objek pembahasan, yaitu :

 Ilmu Hadits Riwayah : Segala perkataan, perbuatan dan persetujuan Nabi


SAW.
 Ilmu Hadits Dirayah : Meneliti hadits berdasarkan kaidah-kaidah atau
persyaratan dalam periwayatan.

Dengan adanya ilmu musthalah hadits seorang muslim bisa mengkaji keabsahan
suatu hadits, shahih atau dhaif. Dengan itu, seorang muslim tidak gegabah, tidak mudah
tertipu, tidak mudah mendhaifkan, menghargai tashih yang dilakukan ulama ahli
hadits, menghargai perbedaan madzhab fiqih, mempelajari istimbath ulama, dan
menghargai sunnah Rasulullah SAW sebagai sumber hukum.

Anda mungkin juga menyukai