Anda di halaman 1dari 270

Diedit oleh Kusun Dahari

MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


1. Memahami Ilmu Hadis

Indikator
1.1 Mengidentifikasi Pengertian Ilmu Hadis

PENGERTIAN ILMU HADIS


Ilmu hadis (ulum al-hadis) terdiri dari dua kata, yaitu ilmu (ulum) dan al-hadis. Kata ulum dalam
bahasa arab adalah bentuk jamak dari ilm, yang berarti ilmu-ilmu; sedangkan al-hadis di kalangan ulama
hadis berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi saw dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.
dengan demikian, gabungan kata ulum al-hadis mengandung pengertian ilmu-ilmu yang membahas atau
berkaitan dengan hadis nabi saw.
Sedangakan menurut ulama mutaqaddimin adalah :






Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasul
SAW dari segi hal ihwal para perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya mata rantai
sanad.
Ilmu hadis juga diartikan sebagai suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui betul tidaknya ucapan,
perbuatan, keadaan atau lain-lainnya, yang orang katakan dari nabi Muhammad saw. Dapat juga diartikan
sebagai pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantarkan kepada pengetahuan tentang rawi
(periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan, atau dengan kata lain, ilmu hadis adalah ilmu tentang
kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan matan. Sanad adalah rangkaian rijal yang menghantarkan
kepada matan. Sedangkan matan adalah perkataan yang terletak di penghujung sanad.
Pada perkembangan selanjutnya oleh ulama mutaakhirin ilmu hadis ini dipecah menjadi dua, yaitu Ilmu
hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. Pengertian Ilmu Hadis menurut Ulama Mutaqodimin di atas
dimasukkan kedalam Ilmu Hadis Dirayah.
A. ILMU HADIS RIWAYAH
Ajjaj al Khatib berpendapat, Ilmu Hadis Riwayah adalah
Siap UN Hadis Keagamaan 1

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo




Ilmu Pengetahuan yang mempelajari hadis-hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat maupun tingkah lakunya.
Ibnu al-Akfani mengatakan,










Ilmu yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi, baik periwayatannya, pemeliharaannya,
maupun penulisannya atau pembakuan lafadz-lafadznya. Ulama yang merintis lahirnya Ilmu Riwayah ini
adalah Muhammad bin Syihab az Zuhri.
Objek Ilmu Hadis Riwayah ialah bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain,
memindahkan atau mendewankan. Dalam menyampaikan atau membukukan hadis hanyadisebutkan
apaadanya, baik yang berkaitan dengan matan maupun sanadnya, ilmu ini tidak membicarakan tentang
syadz ( kejanggalan ) atau 'illat ( kecacatan ) matan haadis, dan juga tidak membahas kualitas perawi
baik keadilan, kedzabitan maupun kefasikannya.
B. ILMU HADIS DIRAYAH
Ilmu Hadis Dirayah biasa juga disebut sebagai Ilmu Musthalah Hadis, Ilmu Ushul Al Hadis, Ulum
Al-Hadis, dan Qowa'id Al-Tahdis. At-Tirmidzi mendefinisikan ilmu ini dengan :





















Kaidah-kaidah atau undang-undang untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima

dan menyampaikan Hadis, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya.


Ilmu ini juga dipahami sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana caranya untuk mengetahui
kedudukan sebuah Hadis.
Hasbi ash Shidiqi mengatakan, Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu untuk mengetahui keadaan sanad
dan matan dari sisi diterima atau ditolaknya sebuah Hadis dan yang berkaitan dengan itu.
Ibnu al Akfani berpendapat,



















Ilmu yang padanya kita mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat periwayatan, macammacamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi, syarat-syarat para perawi, macam-macam yang
diriwayatkan, dan segala yang berkaitan dengan itu.
-

Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandarannya kepada


sumber hadis atau sumber berita

Siap UN Hadis Keagamaan 2

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Syarat-syarat periwayatan adalah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan


diriwayatkan

dengan

bermacam-macam

cara

penerimaan

Turuku

At-

Tahammul )
-

macam-macam periwayatan adalah membicarakan bersambung dan tidaknya


periwayatan dan lain-lain

Hukum-hukum periwayatan ialah membicarakan diterima atau ditolaknya suatu


hadis

Keadaan Perawi membicarakan keadilan dan kecacatan serta syarat mereka


dalam menerima dan meriwayatkan hadis

Macam-macam hadis yang diriwayatkan meliputi hadis-hadis yang dapat


dihimpun pada kitab-kitab tashnif, kitab tasnid dan kitab mu'jam
Dan ada juga yang menjelaskan bahwa Ilmu Hadis Dirayah adalah :



Ilmu pengetahuan yang membahas tentang kaidah-kaidah, dasar-dasar dan peraturan-peraturan yang
dengannya kami dapat membedakan antara hadis yang sahih yang disandarkan kepada Rasulullah SAW
dan hadis yang diragukan penyandarannya kepada beliau.
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwasannya Ilmu Hadis Dirayah adalah sekumpulan kaidah
dan masalah untuk mengetahui keadaan perawi baik yang menyangkut pribadinya seperti akhlak, tabiat
dan keadaan hafalannya maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnya sanad. Sedangkan
keadaan marwi yaitu kesahihan dan kedhaifan matan, serta dari segi lain yaitu diterima atau tidaknya
suatu riwayat.
Objek kajian Ilmu Hadis Dirayah ini adalah sebuah penelitian terhadap para perawi Hadis dan
Keadaan mereka yang meriwayatkan Hadis, begitu juga halnya dengan sanad dan matannya.

Siap UN Hadis Keagamaan 3

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1.



Pernyataan yang paling tidak sesuai dengan definisi di atas adalah
A. Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis
sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para perawinya, kedabitan,
keadilan, dan dari bersambung tidaknya mata rantai sanad.
B. Ilmu yang dengannya dapat diketahui betul tidaknya ucapan, perbuatan,
keadaan atau lain-lainnya, yang orang katakan dari nabi Muhammad saw.
C. Pengetahuan

mengenai

kaidah-kaidah

yang

menghantarkan

kepada

pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan.


D. Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad
dan matan.
E. Sanad adalah rangkaian rijal yang menghantarkan kepada matan. Sedangkan
matan adalah perkataan yang terletak di penghujung sanad.
2. Ulama mutaakhirin membagi ilmu hadis menjadi dua yaitu
A. Ilmu hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah.
B. Ilmu hadis Riwayah dan Rijal al Hadis
C. Ilmu Hadis Dirayah IlmuTarikh al-Ruwwat
D. Asbabul Wurud dan Asbab an-Nuzul
E. Ilmu Nasikh wa Mansukh.
3. Ulama yang merintis lahirnya Ilmu Riwayah ini adalah
A. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy
B. Muhammad bin Syihab az Zuhri.
C. Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy
D. Abu Hafs 'Umar bin Abdul Majid al-Mayanzi
E. Abu 'Umar dan 'Utsman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri
4. Objek Pembahasan Ilmu Hadis Riwayah ialah .
A. Para perawi hadis sejak zaman Nabi sampai masa pentadwinan hadis
B. Bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain dan diterima atau
ditolaknya suatu hadis
C. Bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain memindahkan
atau mendewankan hadis.
D. Kualitas

perawi

baik

keadilan,

kedzabitan

maupun

kefasikannya,

( kejanggalan ) atau 'illat ( kecacatan ) matan hadis


E. Sanad, matan dan perawi hadis
Siap UN Hadis Keagamaan 4

syadz

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5. Yang tidak termasuk objek pembahasan dalam ilmu hadis Riwayah adalah .
A. cara penukilan hadis
B. tahamulul hadis
C. 'ada al-hadis
D. tingkatan hadis
E. tadwin al-hadis

6.








Kalimat di atas adalah pengertian .
A. Ilmu Hadis Riwayah
B. Ilmu Hadis Dirayah
C. Undang-undang fi ilm al-hadis
D. Qanun dalam ilmu hadis
E. Hadis menurut ahli ushul

7. Yang bukan nama lain dari Ilmu Hadis Dirayah adalah .


A. Ilmu Musthalah Hadis,
B. Ilmu Ushul Al Hadis
C. Ulum Al-Hadis
D. Qowa'id Al-Tahdis
E. Ummu al-Ilm fi al-ahadis
8.











Kalimat yang tidak terkait dengan definisi di atas adalah .
A. Ilmu ma'rifat itu untuk mengetahui hakikat hadis yang sebenarnya
B. Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandarannya kepada
sumber hadis atau sumber berita
C. Syarat-syarat periwayatan adalah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan
diriwayatkan

dengan

bermacam-macam

cara

penerimaan

Turuku

At-

Tahammul )
D. macam-macam periwayatan adalah membicarakan bersambung dan tidaknya
periwayatan dan lain-lain
Siap UN Hadis Keagamaan 5

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

E. Hukum-hukum periwayatan ialah membicarakan diterima atau ditolaknya suatu


hadis
9. Keadaan Perawi, keadilan dan kecacatan serta syarat mereka dalam menerima dan
meriwayatkan hadis dibahas dalam .
A. Ilmu Hadis Riwayah
B. Ilmu Hadis Dirayah
C. Ilmu Nasikh wa Mansukh
D. Ilmu Asbab al-Wurud
E. Ilmu Tahamulul al-Hadis
10.

Ilmu hadis sudah ada sejak zaman ....


A. Rasululloh
B. Khulafaur Rosyidin
C. Umar bin Abdul Aziz
D. Abad ke II H.
E. Abad ke III H.

Siap UN Hadis Keagamaan 6

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


1. Memahami Ilmu Hadis

Indikator
1.2 Mengidentifikasi Fungsi Ilmu Hadis

FUNGSI ILMU HADIS


Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam perkembangan ilmu hadis terbagi menjadi dua cabang pokok
ilmu hadis yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah yang masing masing memiliki objek yang
berbeda dan tujuan yang berbeda. Objek Ilmu Hadis Riwayah ialah bagaimana cara menerima,
menyampaikan kepada orang lain, memindahkan atau mendewankan, ilmu ini tidak membicarakan tentang
syadz ( kejanggalan ) atau 'illat ( kecacatan ) matan haadis, dan juga tidak membahas kualitas perawi baik
keadilan, kedzabitan maupun kefasikannya sehingga tujuan

atau faedahnya adalah untuk menghindari

terjadinya kesalahan dalam penukilan atau pengutipan sebuah Hadis yang bersumber dari Nabi SAW, sedang
Ilmu Hadis Dirayah objeknya adalah adalah sebuah penelitian terhadap para perawi Hadis dan Keadaan
mereka yang meriwayatkan Hadis, begitu juga halnya dengan sanad dan matannya, sehingga kita ketahui
bahwa tujuan dan faedah Ilmu Hadis Dirayah adalah untuk menetapkan diterima atau ditolaknya sebuah
Hadis, sebagai pengamalan dari Hadis yang diterima dan meninggalkan dari Hadis yang ditolak.
Ibnu Kholdun dalam kitabnya "Muqoddimah" menyatakan, salah satu faedahnya adalah sebagai
penelitian bagi kita pada sisi sanad yang sempurna syarat dan ketentuannya, agar diketahui Hadis yang wajib
diamalkan. Sehingga dalam pengamalannya itu tidak menimbulkan keraguan lagi kecuali hanya keyakinan
atau dzon (dugaan keras) atas kebenaran sebuah Hadis itu yang benar-benar bersandar dari Rasulullah SAW.
Maka hendaklah bagi kita untuk berijtihad agar dapat mengahasilkan dzon tersebut. Yaitu dengan mengetahui
Para Perawi Hadis dalam hal 'adl dan tsiqohnya.
Dengan demikian jika kita mempelajari Ilmu Hadis akan banyak sekali faedah yang bisa diperoleh,
antara lain :
1. Dapat mengetahui cara penukilan yang benar yang terhindar dari kejanggalan dan
kecacatan
2. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dari masa ke masa sejak masa
Rasul SAW sampai sekarang
3. Dapat megetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang mereka lakukan dalam
mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadis.
4. Mengetahui

kaidah-kaidah

yang

dipergunakan

oleh

para

ulama

dalam

mengklasifikasikan hadis lebih lanjut


5. Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria hadis sebagai
pedoman dalam beristinbat.

Siap UN Hadis Keagamaan 7

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Setelah ilmu hadis berkembang, maka faedah dan tujuan Ilmu Hadis menjadi lebih spesifik dengan cabang
Ilmu Hadis masing-masing diantaranya :
1. Ilmu rijal al-hadis, yakni ilmu yang mengkaji tentang para perawi hadis, baik dari sahabat, tabiin,
maupun angkatan setelahnya. Tujuannya dapat kita lihat pada definisinya sebagai berikut :










"Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis.
Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan ilmu hadis, karena objek kajian hadis pada
dasarnya ada dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijalul hadis ini lahir bersama-sama dengan
periwayatan hadis dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di
sekitar sanad.
Diantara kitab yang paling tua yang menguraikan tentang sejarah para perawi thabaqot demi thabaqot
adalah karya Muhammad ibn Sa'ad (w 230 H) yaitu Thabaqat Al-Qubra dan karya Khalifah ibn 'Ashfari (
w. 240 H) yaitu Thabaqat Al-Ruwwah dll
2. Ilmu gharib al-hadis, yakni ilmu yang membahas redaksi hadis yang pelik-pelik yang tidak mudah
dipahami, karena jarang dipakai.
Nabi adalah sefasih-fasihnya orang Arab yang diutus untuk menghadapi kaumya yang bermacam suku
dan kabilah. Adakalanya beliau berhadapan dengan kaum tertentu dan beliau menggunakan bahasa dari
kaum yang dihadapinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya setelah banyak bangsa non Arab
memeluk Islam mendapati lafal-lafal yang digunakan itu terasa asing / gharib. Nah ilmu ini dimunculkan
dengan tujuan untuk memudahkan dalam memahami hadis-hadis yang mengandung lafal-lafal yang
gharib tersebut.
Diantara para Ulama yang pertama-tama menyusun hadis-hadis yang gharib tersebut adalah Abu Ubaidah
Ma'mar bin Matsna Al-Taymi Al-Bisri (w. 210 H) dan Abu Al-Hasan bin Ismail Al-Mizini Al Nahawi (w.
204 H).
Salah satu kitab terbaik yang ada sekarang ini adalah kitab Nihayah Gharib Al-Hadis, karya Ibn Al Atsir.
3. Ilmu al-nasikh wa al-mansukh, yakni ilmu yang membahas hadis-hadis nasikh (yang menghapus hukum),
dan hadis-hadis mansukh (yang hukumnya dihapuskan)

Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk dipertemukan,
karena (materi yang berlawanan) yang pada akhirnya terjadilah saling menghapus dengan ketetapan
bahwa yang dating terdahulu disebut mansukh dan yang dating kemudian disebut nasikh.
Ilmu ini sangat penting berkaitan istinbat hukum dari nash yang samar-samar. Untuk mengetahui nasah
dan mansukh ini bias melalui beberapa cara :
a. Dengan penjelasan dari dash atau syari' sendiri yang dalam hal ini adalah Rasul
SAW
b. Dengan penjelasan dari sahabat
Siap UN Hadis Keagamaan 8

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

c. Dengan mengetahui tarikh keluarnya hadis serta sebab wurud hadis.


4. Ilmu talfiq al-hadis, yakni ilmu yang menjelaskan tentang cara-cara mendudukkan hadis yang dhahirnya
kelihatan bertentangan antara yang satu dengan lainnya.










Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadis-hadis yang isinya berlawanan
Ilmu ini juga disebut Ilmu Mukhtaliful Hadis dan yang telah berusaha menyusun ilmu ini adalah Imam
Syafi'i (204 H), Ibn Qurtaibah (276 H), At Tahawi (321H) dan Ibn Jauzi (597 H). Kitabnya bernama AtTahqiq dan sudah di Syarhkan oleh Al-Ustadz Ahmad Muhammad Syakir.
5. Ilmu ilal al-hadis, yakni ilmu yang membicarakan hadis-hadis yang secara dzahir kelihatan sah,
kemudian terdapat beberapa kekeliruan/ kesalahan.
'Ilal jamak dari 'illah yang artinya penyakit, yang menurut istilah ahli hadis adalah suatu sebab yang
tersembunyi yang dapat mengurangi status kesahihan hadis padahal dzahirnya tidak nampak ada cacat.
Sedangkan definisi menurut muhadisin adalah :

Ilmu yang membahasa sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan kesahihan hadis seperti

mengatakan muthashil terhadap hadis yang munqoti' menyebut marfu' terhadap hadis yang maukuf,
memasukkan hadis terhadap hadis lain dan hal-hal yang seperti itu.
6. Ilmu asbab wurud al-hadis, yakni ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan
masa-masa nabi menurunkan sabda tersebut.

Penting diketahui, karena ilmu itu menolong kita dalam memahami hadis, sebagaimana Asbabu AnNuzul menolong kita dalam memahami Al-Qur'an
7. Ilmu jarh wa tadil, yakni ilmu yang menerangkan catatan-catatan tentang keterangan memandang adil
periwayat atau mencacat (menerangkan keadaan yang tidak baik) periwayat.

Ilmu yang menerangkan kecacatan-kecacatan yang dihadapkan pada para perawi dan pentakdilannya
(memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat
kata-kata itu

Siap UN Hadis Keagamaan 9

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Tujuan Ilmu Hadis Dirayah yang paling utama adalah .....


A. mengetahui tingkat kesahihan hadis
B. menetapkan diterimanya atau ditolaknya sebuah Hadis
C. mengetahui tingkat kemutawatiran suatu hadis
D. menetapkan tingkat kedhaifan suatu hadis
E. untuk mengetahui hadis-hadis palsu
2. Ilmu yang mengkaji tentang para perawi hadis, baik dari sahabat, tabiin, maupun
angkatan setelahnya adalah ....
A. rijal al-hadis
B. gharib al-hadis
C. al-nasikh wa al-mansukh
D. talfiq al-hadis
E. ilal al-hadis
3. Ilmu yang membahas redaksi hadis yang pelik-pelik yang tidak mudah dipahami,
karena jarang dipakai disebut ilmu ....
A. rijal al-hadis
B. gharib al-hadis
C. al-nasikh wa al-mansukh
D. talfiq al-hadis
E. ilal al-hadis
4. Ilmu yang membahas hadis-hadis nasikh (yang menghapus hukum), dan hadishadis mansukh (yang hukumnya dihapuskan) dikenal dengan ilmu ....
A. rijal al-hadis
B. gharib al-hadis
C. al-nasikh wa al-mansukh
D. talfiq al-hadis
E. ilal al-hadis
5. Ilmu yang menjelaskan tentang cara-cara mendudukkan hadis yang dhahirnya
kelihatan bertentangan antara yang satu dengan lainnya
A. rijal al-hadis
B. gharib al-hadis
C. al-nasikh wa al-mansukh
D. talfiq al-hadis
E. ilal al-hadis
6. Ilmu yang membicarakan hadis-hadis yang secara dzahir kelihatan sah, kemudian
terdapat beberapa kekeliruan/ kesalahan adalah ....
A. rijal al-hadis
B. gharib al-hadis
C. al-nasikh wa al-mansukh
Siap UN Hadis Keagamaan 10

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

D. talfiq al-hadis
E. ilal al-hadis
7. Ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan masa-masa
nabi menurunkan sabda tersebut adalah ....
A. al-nasikh wa al-mansukh
B. talfiq al-hadis
C. ilal al-hadis
D. asbab wurud al-hadis
E. asbab Nuzul
8. Ilmu yang menerangkan catatan-catatan tentang keterangan memandang adil
periwayat atau mencacat (menerangkan keadaan yang tidak baik) periwayat
adalah ...
A. al-nasikh wa al-mansukh
B. talfiq al-hadis
C. ilal al-hadis
D. asbab wurud al-hadis
E. jarh wa tadil
9. Seorang thalib yang ingin membuktikan suatu hadis shahih apakah benar shahih
sebagaimana yang nampak atau ada cacad yang tersembunyi maka ia hendaknya
mempelajari ilmu ....
A. al-nasikh wa al-mansukh
B. talfiq al-hadis
C. ilal al-hadis
D. asbab wurud al-hadis
E. jarh wa tadil
10.

Seorang thalib menemukan 2 hadis yang secara dhahir bertentangan, ditinjau

dari segi yang lain kedua-duanya dinyatakan shahih oleh Ulama Ahli Hadis, maka
jawabannya akan ia temukan jika mau mempelajari ilmu ....
A. al-nasikh wa al-mansukh
B. talfiq al-hadis
C. ilal al-hadis
D. asbab wurud al-hadis
E. jarh wa tadil

Siap UN Hadis Keagamaan 11

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


1. Memahami Ilmu Hadis

Indikator
1.3 Menyebutkan Pengarang terkenal kitab ilmu hadis

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KITAB-KITAB ILMU HADIS


Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah masih hidup, akan tetapi
ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasul wafat, terutama sekali ketika umat Islam
memulai upaya mengumpulkan hadis dan mengadakan perlawatan yang mereka
lakukan, sudah barang tentu secara langsung atau tidak, memerlukan kaidah-kaidah
guna menseleksi periwayatan hdis. Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam
bentuk kaidah-kaidah yang sederhana.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kaidah-kaidah tersebut semakin
disempurnakan oleh para ulama yang muncul pada abad ke-II dan ke-III hijriyah, baik
mereka yang secara khusus menspesiallisasikan dirinya dalam mempelajari satu
disiplin ilmu maupun bidang-bidang lainnya, sehingga menjadi satu disiplin ilmu yang
berdiiri sendiri.
Sekalipun demikian, dalam perkembangannya tercatat bahwa ulama yang pertama
kali menyusun ilmu hadis sebagai salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara
lengkap adalah
1. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy ( w 360 H ) dengan kitabnya

Al-Muhaddits Al-Fashil baina Al-Rawi

wa Al-Wa'i kemudian disusul oleh

2.

Al-Hakim Abu Abdillah


al-Naesaburiy ( 321 405 ) dengan kitabnya berjudul
M'rifah Ulum Al-Hadis

3. Abu Nu'man Ahmad bin Abdillah Al Asfahaniy (336-430) lalu al-Khatib Al-Baghdadiy
(w. 463 H) dengan kitabnya berjudul

dan

4. Al-Qadly 'Iyadl bin Jusa (w. 544 H) dengan kitabnya yang berjudul


5. Abu Hafs 'Umar bin Abdul Majid al-Mayanzi ( W. 580 H. ) dengan kitabnya


Ma La Yasi'u Al-MuhadditsJahlahu
6. Abu 'Umar dan 'Utsman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri ( W. 643 H ) dengan
kitabnya ' Ulumul Hadis yang kemudian dikenal dengan sebutan
Muqoddimah Ibnu al-Shalah. Kitab yang terakhir ini oleh para ulama berikutnya
Siap UN Hadis Keagamaan 12

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

disyarahkan dan dibuat 27 mukhtasyar-nya sehingga dapat dijadikan pegangan


oleh generasi berikutnya.
Demikianlah kemudian muncullah berbagai macam bentuk kitab musthalah hadis
dengan berbagai jenisnya baik nazham maupun natsar atau prosa dan syarahsyarahnya, misal Nazham al-Fiyyah karya Al-Suyuthi yang disyarahi oleh Syeh Mahfuz
at-Tarmasyi ( pengasuh Pon Pes Termasyi Ponorogo Jawa Timur ) dengan judul Manhaj
Dawin Nadhor dan Al-Taqrib karya Imam Nawawi yang disyarahi oleh As-Suyuthi
sendiri dengan judul Tadrib al-Rawi.
Kitab karya ulama kontemporer misalnya Qowa'id At-Tahdis karya Jamaluddin AlQasimi 9w. 1332 H) dan Taisir Musthalah Al-Hadis karya DR. Mahmud At-Tahhan.

Siap UN Hadis Keagamaan 13

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Ilmu Hadis menjadi salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara lengkap
adalah sejak disusunnya kitab Al-Muhaddits Al-Fashil baina Al-Rawi wa Al-Wa'i karya
....
A. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy
B. Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy
C. Ahmad bin Ali bin Tsabit Abu Baqar Al Khatib Al Baghdadiy
D. Imam Maliki
E. Imam Bukhari
2. Manhaj Dawin Nadhor merupakan syarah mustholah hadis karya pengasuh salah
satu pondok pesantren di Jawa Timur yaitu ....
A. K.H. Wahid Hasyim
B. Syaikh Mahfuz at-Tarmasyi
C. Hadlrotus Syaikh K.H. Hasyim As'ari
D. Sunan Gunung Jati
E. K.H. Abdurrahman Wahid
3. Ulama pertama yang membukukan ilmu hadis dirayah adalah Abu Muhammad arRamahurmuzi (265-360 H) dengan kitabnya yang terkenal bernama ....
A. Qawa 'id at- Tahdis
B. Ma La Yasi'u Al-MuhadditsJahlahu
C. al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al- wa 'iz
D. Ma'rifah 'U1um al-Hadis
E. al-Isti'ab fi Ma'rifah al- Ashab
4. Kitab permulaan dalam ulumul hadis


jika

diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yang paling tepat

adalah ....

A. Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan Pemberi Nasihat


B. Hadis yang dipisahkan oleh Rawi dari Pemberi Nasihat
C. Ahli Hadis yang terpisah sebagai Rawi dan Pemberi Nasihat
D. Hadis yang munfasil akibat para Rawi dan Pemberi Nasihat
E. Ahli Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan Pemberi Nasihat
5. Setelah Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi (265-360 H) muncullah ulama yang
menyusun kitab Ilmu Hadis yang lebih sistematis (Ma'rifah 'U1um al-Hadis), beliau
adalah ....
A. al-Hakim an-Naisaburi
B. Abu Nu'man Ahmad bin Abdillah Al Asfahaniy
C. Muhammad bin Isma'il al-Kahlani as-San'ani
D. Ibnu Hajar al-Asqalani
E. Imam Bukhory

Siap UN Hadis Keagamaan 14

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

6. Abu Nu'aim al-lsfahani (w. 430 H/1038 M), muhaddis (ahli hadis) dari Astalun
(Persia), berusaha melengkapi

kekurangan yang masih ada pada kitab Ma'rifah

'U1um al-Hadis. Beliau menulis kitab ...


A. al-Mustakhraj 'Ala al-hakim.
B. Qawa 'id at- Tahdis
C. Ma La Yasi'u Al-MuhadditsJahlahu
D. al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al- wa 'iz
E. Ma'rifah 'U1um al-Hadis
7. Seorang Ulama Hadis yang menulis dua kitab ilmu hadis, yakni al-Kifayah fI 'Ilm arRiwayah dan al-Jami' li Adab ar-Rawi wa as- Sami' adalah ....
A. Abu Nu'aim al-lsfahani
B. Abu Bakr Ahmad al-Khatib al-Bagdadi
C. Muhammad bin Isma'il al-Kahlani as-San'ani
D. Ibnu Hajar al-Asqalani
E. Imam Bukhory

8. Kitab yang mendapat perhatian banyak ulama sehingga banyak pula yang menulis
syarah (ulasan)-nya dikenal dengan kitab Ibn Shalah. Nama lengkap beliau adalah
.
A. Muhammad bin Isma'il al-Kahlani as-San'ani
B. Ibnu Hajar al-Asqalani bin Shalah
C. Abu Amar Usman bin Shalah
D. Ibn Shalah Abu Nu'aim al-lsfahani
E. Abu Bakr Ahmad al-Khatib al-Bagdadi
9. Ibnu Hajar al-Asqalani menulis syarah untuk kitab Ibn Shalahdengan judul .
A. Tadrib ar-Rawi
B. al-Irsyad 'ala Ibn Sallah
C. Ma'rifah 'U1um al-Hadis
D. as-Syarhu A'dham Ibn Sallah
E. al-Ifsah bi Takmi1 an- Nakt 'ala Ibn Sallah
10.

Ibnu Kasir (700 H/1300 M-774 H/1373 M) juga menulis kitab ulumul hadis yang

dikenal dengan
A. Tadrib ar-Rawi
B. lkhtisar 'Ulum al-hadis.
C. al-Irsyad 'ala Ibn Sallah
D. Ma'rifah 'U1um al-Hadis
E. as-Syarhu A'dham Ibn Sallah
11.

Ulama kontemporer DR. Mahmud At-Tahhan menulis kitab hadis yang berjudul .

A. Taisir Musthalah Al-Hadis


B. Qowa'id At-Tahdis
C. Tadrib ar-Rawi
D. lkhtisar 'Ulum al-hadis.
Siap UN Hadis Keagamaan 15

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

E. al-Irsyad 'ala Ibn Sallah

Siap UN Hadis Keagamaan 16

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


2. Memahami cara menerima dan menyampaikan hadis
Indikator
2.1 Menentukan Jenis Penerimaan Hadis

TAHAAMUL DAN ADAA AL-HADIS


(Menerima dan Menyampaikan Hadis)
Contoh hadis yang masih lengkap

sanad dan matannya dari kitab Shahh al-Bukhariy sebagai

berikut :











( )



Al-Bukhari berkata : Memberitakan

kepada kami al-Humaydiy Abdullah bin Zubayr, ia berkata :

Memberitakan kepada kami Sufyan, ia berkata : Memberitakan kepada kami Yahya bin Said al-Anshari, ia
berkata : Mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim al-Taymi bahwa ia mendengar Alqamah
bin Waqqash al- Laytsiy berkata aku mendengar Umar bin al-Khjathab di atas mimbar berkata : Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesusngguhnya segala amal itu disertai dengan niat. (HR
Bukhariy)
Kata-kata yang bergaris bawah adalah lambang periwayatan bagaimana seorang periwayat
menyampaikan Hadis, adakalanya menggunakan kalimat :

= mengkhabarkan kepadaku,

= ia mendengar atau

= memberitakan kepada kami,

= aku mendengar.

Menyampaikan periwayatan disebut ad dan menerima periwayatan disebut dengan Tahammul. Lafal-lafal
yang digunakan dalam periwayatan tersebut mempunyai makna tersendiri yang menunjukkan keabsahan
periwayatan. Kegiatan tahammul dan ad hadis adalah proses periwayatan Hadis baik menerima atau
Siap UN Hadis Keagamaan 17

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

menyampaikannya yang dengan sengaja dilakukan oleh para periwayat secara ilmiah dengan menggunakan
teori dan metode tertentu demi keoriginalitas Hadis. Proses penerimaan dan penyampaian Hadis seperti
proses pembelajaran dalam dunia pendidikan atau di majlis talim, ada murid dan ada guru, ada santri dan
ada kyai, ada yang menerima dan ada yang memberi.
A. Cara Penerimaan Riwayat Hadis ( Tahammul Hadis)
Sebelum membahas tentang cara-cara penerimaan riwayat Hadis terlebih dahulu dibahas tentang
pengertian tahammul Hadis, agar mudah memahaminya. Secara etimologi tahammul (
kata

Artinya,

dari

membawa atau memikul dengan berat. Menurut

terminologi ulama ahli Hadis Tahammul adalah :

Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh

dengan cara

tertentu dari beberapa cara

penerimaan.
Atau secara singkat dikatakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadis :

Tahammil adalah mengambil Hadis dari seorang Syeikh dengan metode tertentu dari beberapa metode.
Hadis diterima dari seorang syeikh atau dari seorang guru karena dialah yang menyampaikan
Hadis. Dalam penerimaan Hadis disebutkan lafal-lafal yang menunjukkan cara penerimaan itu, karena
nantinya akan dinilai bagaimana pertemuan periwayatannya diterima atau tidak.
Sebagaimana keterangan di atas bahwa proses penyampaian dan penerimaan Hadis seperti proses
pembelajaran di lembaga pengajaran atau di majlis talim.

Para ulama tidak mempersyaratkan secara

ketat dalam tahammul. Ibarat orang masuk ke majlis ilmu tidak ada pembatasan tertentu, semua orang
boleh saja mengikutinya sekalipun non muslim dan belum baligh, hanya nanti persyaratan yang lebih
ketat adalah dalam menyampaikan periwayatan yang disebut dengan ad. Sama halnya persyaratan
ketat adanya pada guru bukan pada peserta pengajian.
Menurut mayoritas ulama anak kecil yang belum baligh boleh atau syah menerima Hadis, asal
sudah mumayyiz (paham berkomunikasi) Sebagaimana yang dilakukan

para sahabat dan tabi`in

menerima periwayatan dari sahabat yang masih kecil seperti Hasan Husain, Ibn `Abbas, dan lain-lain.
Pendapat yang kuat anak sudah mumayyiz artinya sudah terampil dalam berkomunikasi dan mampu
menjawab ketika ditanya sekalipun usianya di bawah 5 tahun. Ibnu Katsir dalam bukunya al-Baits alHatsits fi Ikhtishar Ulm al-Hatis 1/13 mengungkapkan sebagai berikut :








.






.






:










:














Siap UN Hadis Keagamaan 18

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

).






(

Sah saja anak-anak kecil menerima persaksian dan pemberitaan (khabar), demikian juga orangorang kafir. Mereka menyampaikan apa yang diterimanya pada saat kesempurnaan mereka yaitu sudah
baligh dan beragama Islam. Sayogyanya ada dorongan kepada anak-anak mendengarkan Hadis Nabi.
Tradisi yang berlaku pada masa-masa ini dan sebelumnya pada masa yang panjang, bahwa anak kecil
ditulis kehadirannya ketika telah mencapai usia 5 tahun, setelah itu didebut Sam (menerimna Hadis
dengan cara mendengar). Mereka berpedoman pada Hadis Mahmud bin al-Rab; bahwa ia ingat Nabi
saw meludahkan sekali ludah di mukanya dari air timba di rumah mereka, sedang ia berusia lima
tahun. (HR. al-Bukhari)
Anak kecil dan orang kafir boleh saja tahammul baik dalam syahadah maupun dalam menerima
khabar, tetapi ketika ad (menyampaikan periwayatan) harus sudah baligh dan beragama Islam. Anak
kecil ketika yang ikut hadir di majlis sebelum berumur 5 tahun disebut al-Hudhr dan setelah berusia
tersebut disebut al-Sam(menerimna Hadis dengan cara mendengar). Dasarnya Hadis Mahmud bin alRab di atas.





:
.
:


.







:
.

.

:
. :

.







.



Mereka membedakan antara sekedar hadir dan al-Sam. Dalam satu riwayat anak yang dapat
diterima al-Sam adalah berusia 4 tahun, sebagian hufazh mendefinisikan telah mencapai usia tamyz
(sudah pandai membedakan), dan sebagian mereka, telah membedakan antara binatang dan keledai.
Sebagain ulama ulama tidak menerima al-Sam melainkan setelah berusia 20 tahun, sebagian
berpendapat 10 tahun dan ulama lain berpendapat 30 tahun. Intinya anak tersebut sudah mumayyiz ,
bila anak kecil telah mengerti dan paham ditulis sebagai Sam.
Cara atau metode Tahammul Hadis tidak dapat dipisah-pisahkan dari Ad, karena ibarat
transaksi dua orang, keduanya harus ada. Metode tahammul berarti juga metode ad dalam Hadis.
Metode Tahammul dan Ad Hadis ada 8 macam : yaitu
1. Metode Al-Sima (

Metode al-Sim` adalah murid yang hadir mendengar bacaan Syeikh, baik dari hapalannya
maupun dari catatannya, baik dalam majlis imla (dekte) atau yang lain. Dalam pengajaran metode
ini sebagaimana metode ceramah, seorang syeikh menyampaikan periwayatan Hadis dengan cara
membaca dan seorang murid aktif mendengar. Menurut mayoritas ulama metode tahammul alSim` ini tingkatan yang paling tinggi di antara sekian metode, karena metode al-Sim` ini berarti
syeikh dan murid bertemu langsung (liq) dan berhadapan langsung (ber-musyfahah).

2. Metode
Al-Qirah / Al-'Ardl (membaca)
Maksud metode ini seorang murid membaca Hadis sedang Syeikh mendengarkan bacaannya,
baik murid itu membaca sendiri atau mendengar murid lain yang membaca di hadapannya, baik
Siap UN Hadis Keagamaan 19

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

bacaan dari hapalannya atau dari tulisan (kitab) yang telah dikoreksi oleh Syeikh, baik langsung
didengarkan syeikh atau orang yang dipercaya untuk mendengarkannya. Mayoritas muhadditsin
menyebut metode ini dengan

atau dalam

metode

pengajaran disebut Sorogan. Hukum periwayatan, jumhur ulama memperbolehkan metode

al-

Qiraah ini, bahkan meletakkan nomor dua tingkatannya di bawah metoda al-Sima.

3. Metode Al-Ijazah (
)
Ijazah menurut bahasa adalah membolehkan atau mengizinkan. Misalnya seorang murid
diizinkan meriwayatkan suatu ilmu dari guru. Seorang murid yang telah menamatkan studinya
diberi Ijazah artinya diizinkan keluar dari sekolah. Makna Ijazah menurut istilah :

Izin seorang alim kepada seorang murid atau lebih untuk meriwayatkan sebagaian
periwayatannya baik secara ucapan atau tertulis
Misalnya, ucapan seorang syeikh kepada muridnya : Aku ijazahkan kepadamu untuk
meriwayatkan dari padaku Shahh al-Bukhr. Dalam metode ijazah biasanya tidak dibacakan atau
dibacakan sebagian saja dari isi kitab tersebut.

Metode Ijazah ini memiliki beberapa syarat, di

antaranya seorang murid ahli atau layak menerima Ijazah, adanya kemampuan memahami apa yang
diijazahkannya, dan naskah murid hendaknya dipaparkan sesuai dengan aslinya.

4. Metode Al-Munawalah (
)
Maksud metode ini adalah seorang Syeikh memberikan sebuah lembaran/ catatan/ sebuah
kitab yang berisikan Hadis kepada muridnya tanpa ada perintah meriwayatkan. Misalnya seorang
Syeikh hanya mengatakan :
a.
b.


= Ini dari Hadisku atau


= Ini dari apa yang saya dengar dari si Fulan.





Lantas diriwayatkan oleh muridnya.
Hukum periwayatan metode

Munwalah yang disertai dengan Ijazah boleh-boleh saja,

bahkan bentuk Ijazah yang paling tinggi dan tingkatannnya di bawah setelah metode al-Sam` dan
al-Qirah `ala al-Syeikh. Sedangkan periwayatan Munwalah yang tidak disertai Ijazah menurut
pendapat yang shahih tidak diperbolehkan.

5. Al-Mukatabah (
)
Maksud metode ini ialah seorang Syeikh menulis apa yang ia dengar untuk murid yang hadir
atau yang tidak hadir di majlis dengan tulisan Syeikh sendiri atau dengan perintahnya, untuk
dikirim kepadanya melalui orang yang terpercaya. Hukum metode Muktabah yang disertai Ijazah
dapat diterima dan sama dengan tingkatan metode Munwalah berijazah dalam kualitas dan
keabsahannya. Adapun Muktabah yang tanpa Ijazah terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama,
di antara mereka melarang dan yang lain memperbolehkannya. Menurut pendapat yang shahih
diperbolehkan, yaitu pendapat mayoritas ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin, karena tulisan
seorang Syeikh dengan sesamanya atau kepada muridnya memberikan isyarat makna ijazah.

6. Al-Ilam (
)
Maksudnya, seorang syeikh memberi informasi kepada muridnya bahwa Hadis ini atau kitab
ini yang ia dengar atau yang ia riwayatakan, tanpa memberikan ijazah secara eksplisit. (jelas tegas
tidak berbelit-belit)
Siap UN Hadis Keagamaan 20

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Hukum periwayatan metode ini diperselisihkan para ulama, di antara mereka

ada

memperbolehkan, dengan alasan informasi seorang syeikh secara inplisit mengandung ijazah dalam
periwayatan. Seorang syeikh yang tsiqah dan amanah tidak mungkin mengaku menerima Hadis
yang ia tidak mendengar, informasi syeikh kepada muridnya tentang periwayatan menunjukkan
adanya indikasi rida dari syeikh terhadap tahammul dan ad al-Hadts. Di antara mereka ada yang
melarang, yaitu pendapat yang shahih, karena terkadang syeikh menginformasikan bahwa Hadis ini
periwayatannya, tetapi tidak boleh diriwayatkan karena adanya cacat, kecuali jika disertai ijazah.

7. Al-Washiyyah (
)
Metode al-Washiyah ialah seorang Syeikh ketika akan pergi jauh atau sebelum matinya
berpesan agar kitab yang ia riwayatkan atau yang ia susun diberikan kepada seseorang yang wajar
dipercaya baik dekat atau jauh.
Sebagian mutaakhkhirin berpendapat bahwa metode wasiat mengandung makna izin
periwayatan seperti halnya metode munwalah di atas. Sebagian ulama salaf juga melakukan
metode tahammul ini, seperti yang dilakukan Abu Qilbah Abdullah bin Zayd al-Jurumiy (w. 104
H) sebelum wafatnya berpesan agar kitab-kitabnya buat al-Sukhtiyaniy (w. 131 H), kitab-kitab itu
diserahkan kepadanya dan sebagai pengganti transportasinya ia menyerahkan uang lebih 10 dirham.
Bentuk ungkapan ad al-Hadts :



= Si Fulan berwasiat kepadaku begini,
b.


= Si Fulan memberitakan kepadaku dengan wasiat. (metode
a.

al-washiyah bercampur dengan metode al-sam)

8. Al-Wijadah (

Maksud metode ini seseorang mendapatkan sebuah atau beberapa tulisan Hadis yang
diriwayatkan seorang Syeikh yang ia kenal, tetapi ia tidak mendengar dan tidak ada ijazah dari
padanya. Atau seorang murid mendapatkan sebuah kitab tulisan seorang yang hidup semasa dan
dikenal tulisannya, baik ia pernah bertemu atau tidak, atau tulisan orang yang tidak semasa

tetapi

diyakini benar bahwa kitab tersebut tulisannya dengan bukti-bukti kuat, seperti persaksian ahli
ilmu, popularitas kitab bagi pemiliknya, adanya sanad yang kuat, dan lain-lain maka ia boleh
meriwayatkannya secara bercerita (hikayah). Misalnya : Aku temukan dalam kitab si Fulan
begini., atau si Fulan berkata begini dalam kitabnya tidak dengan cara mendengar secara
langsung..

Siap UN Hadis Keagamaan 21

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Tahammul Hadis berasal dari kata yang artinya.


B. mengandung makna yang dalam
C. membawa atau memikul dengan berat
D. menyampaikan
E. meriwayatkan
F. memberi
2.













Makna yang paling tepat untuk definisi di atas adalah .
A. Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh dengan cara tertentu dari
beberapa cara penerimaan.
B. Meriwayatkan dan menerima Hadis dari seorang syeikh harus dengan cara
tertentu dari beberapa cara penerimaan.
C. Memindah Hadis dari seorang syeikh dengan beberapa cara - cara penerimaan.
D. Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh

dengan cara

yang

disyahkan agama.
E. Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh adalah cara seseorang
menjadi perawi
3. Methode Tahamul yang paling tinggi diantara 8 methode yang lain adalah ....
A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah

4.


adalah
metodhe tahamul ....
A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah

5.




pengertian dari methode tahamul ....
A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
Siap UN Hadis Keagamaan 22

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

E. Al-Mukatabah
6.


adalah pengertian dari methode tahamul ....
A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah

7.

= Ini dari Hadisku adalah kalimat yang digunakan dalam

methode .
A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah
8. Seorang Syeikh memberikan sebuah lembaran/ catatan/ sebuah kitab yang
berisikan Hadis kepada muridnya tanpa ada perintah meriwayatkan disebut
methode tahamul .
A. Al-Qirah / Al-'Ardl
B. Metode Al-Ijazah
C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Sama'
9. Seorang Syeikh menulis apa yang ia dengar untuk murid yang hadir atau yang
tidak hadir di majlis dengan tulisan Syeikh sendiri atau dengan perintahnya, untuk
dikirim kepadanya melalui orang yang terpercaya disebut methode tahamul .
A. Al-Qirah / Al-'Ardl
B. Metode Al-Ijazah
C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Sama'



adalah metode ....

10.

A. Al-Qirah / Al-'Ardl
B. Metode Al-Ijazah

C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Al-Ilam
11.

Seorang syeikh memberi informasi kepada muridnya bahwa Hadis ini atau kitab

ini yang ia dengar atau yang ia riwayatakan, tanpa memberikan ijazah secara
eksplisit. (jelas tegas tidak berbelit-belit) adalah methode ....
Siap UN Hadis Keagamaan 23

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

A. Al-Qirah / Al-'Ardl
B. Metode Al-Ijazah
C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Al-Ilam
12.



A. Al-Washiyyah
B. Metode Al-Ijazah
C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Al-Ilam

13.

Seorang Syeikh ketika akan pergi jauh atau sebelum matinya berpesan agar

kitab yang ia riwayatkan atau yang ia susun diberikan

kepada seseorang yang

wajar dipercaya baik dekat atau jauh adalah methode ...


A. Al-Washiyyah
B. Metode Al-Ijazah
C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Al-Ilam
14.


= Si Fulan berwasiat kepadaku begini,adalah conth kalimat
yang digunakan dalam method tahammul
A. Al-Washiyyah
B. Metode Al-Ijazah
C. Metode Al-Munawalah
D. Al-Mukatabah
E. Al-Ilam
15.

Seseorang mendapatkan sebuah atau beberapa tulisan Hadis yang diriwayatkan

seorang Syeikh yang ia kenal, tetapi ia tidak mendengar dan tidak ada ijazah dari
padanya, disebut methode....
A. Metode Al-Munawalah
B. Metode Al-Ijazah
C. Al-Mukatabah
D. Al-Wijadah
E. Al-Ilam

Siap UN Hadis Keagamaan 24

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


2. Memahami cara menerima dan menyampaikan hadis
Indikator
2.2 Menentukan syarat yang harus dipenuhi oleh penerima dan periwayat hadis
Sebelum membahas tentang lafal-lafal yang digunakan untuk meriwayatkan Hadis (yang disebut dengan
ad al-Hadts) terlebih dahulu dibahas tentang pengertian ad dan syarat-syaratnya sehingga ad diterima.
Kata Ad ( (

berasal dari kata

pekerjaan pada waktunya,

= melaksanakan suatau

membayar pada waktunya, atau menyampaikan kepadanya. Misalnya

melaksanakan salat atau zakat dan atau puasa pada waktunya di sebut ad sedangkan melaksanakannya di
luar waktunya disebut qadh. Secara terminology ad diartikan :










Meriwayatkan Hadis dan menyampaikannya kepada orang lain dengan menggunakan bentuk kata
tertentu.
Definisi lain dikemukakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadts :


:
:






:


:
.



Ad adalah menyampaikan Hadis dan meriwayatkannya Sedangkan Ad al-Hadts adalah
menyampaikan Hadis kepada orang lain dan meriwayatkannya sebagainana ia mendengar sehingga
dalam bentuk-bentuk lafal yang digunakan dalam periwayatan. Tidak boleh lafal

diganti

dengan
atau
atau persamaannya karena berbeda makna dalam istilah.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad, ia berkata : Ikutilah lafalnya syeikh yang digunakan dalam periwayatan
pada perkataan

,

,

, dan

jangan engkau lewatkan.

Dalam ad harus disebutkan ungkapan atau bentuk kata yang digunakan penyampaian Hadis, karena
ungkapan ini mempunyai makna tersendiri bagi para peneliti Hadis yang menunjukkan validitasnya. Tidak
boleh menggantikan lambang-lambang periwayatan yang telah dipakai oleh guru-gurunya, tidak boleh kata
haddatsan diganti dengan akhbaran dan seterusnya.
Menurut mayoritas ulama anak kecil yang belum baligh boleh atau syah menerima Hadis, asal sudah
mumayyiz ( paham berkomunikasi ) Sebagaimana yang dilakukan para sahabat dan tabi`in menerima
periwayatan dari sahabat yang masih kecil seperti Hasan Husain, Ibn `Abbas, dan lain-lain. Pendapat yang
kuat anak sudah mumayyiz artinya sudah terampil dalam berkomunikasi dan mampu menjawab ketika
ditanya sekalipun usianya di bawah 5 tahun. Ibnu Katsir dalam bukunya al-Baits al-Hatsits fi Ikhtishar
Ulm al-Hatis 1/13 mengungkapkan sebagai berikut :












.



Siap UN Hadis Keagamaan 25

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo




.




:














( ) .



Sah saja anak-anak kecil menerima persaksian dan pemberitaan (khabar), demikian juga orang-

orang kafir. Mereka menyampaikan apa yang diterimanya pada saat kesempurnaan mereka yaitu sudah
baligh dan beragama Islam. Sayogyanya ada dorongan kepada anak-anak mendengarkan Hadis Nabi.
Tradisi yang berlaku pada masa-masa ini dan sebelumnya pada masa yang panjang, bahwa anak kecil
ditulis kehadirannya ketika telah mencapai usia 5 tahun, setelah itu didebut Sam (menerimna Hadis
dengan cara mendengar). Mereka berpedoman pada Hadis Mahmud bin al-Rab; bahwa ia ingat Nabi
saw meludahkan sekali ludah di mukanya dari air timba di rumah mereka, sedang ia berusia lima tahun.
(HR. al-Bukhari)
Mayoritas ulama

Hadis, ulama Ushul, dan ulama Fikih

sepakat bahwa

syarat-syarat

penyampaian Hadis (Ad al-Hadts) sebagai berikut :


1. Muslim (beragama Islam).
Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan Hadis sekalipun diterima dalam tahammul. Dalam
menerima Hadis bagi ortang kafir syah saja karena hanya menerima tidak ada kekhawatiran kecurangan
dan pendustaan, berbeda dengan penyampaian.
2. Baligh (dewasa)
Pengertian dewasa maksudnya dewasa dalam berpikir bukan dalam usia umumnya. Dewasa di sini
diperkiraan berusia belasan tahun yang disebut remaja dalam perkembangan anak. Usia remaja adalah
usia kritis dalam berpikir dan lebih konsisten dalam memelihara Hadis. Berbeda usia anak kecil yang
ditakutkan bohong. Anak kecil terkadang suka bohong, karena tidak ada hukuman bagi anak kecil yang
menyimpang. Kecuali jika milieu sosial dan keluarganya terbina baik dengan pembiasaan kejujuran.
Setelah anak dewasa baharu ada penerapan hukum perintah dan larangan.
3. Aqil (berakal)
Syarat berakal sangat penting dalam penyampaian Hadis, karena hanya orang berakallah yang mampu
membawa amanah Hadis dengan baik. Periwayatan seorang yang tak berakal, kurang akal, dan orang
gila tidak dapat diterima.
4. `Adlah (adil)
Adil adalah suatu sifat pribadi taqwa, menghindari perbuatan dosa (fasik) dan menjaga kehormatan
dirinya (murah). Sebagai indikatornya seorang yang adil dapat dilihat dari kejujurannya, menjauhi
dosa-dosa besar dan kecil, seperti mencuri minum dan lain-lain. Tidak melakukan perbuatan mubah yang
merendahkan kehormatan dirinya, seperti makan di jalanan, kencing berdiri dan bercanda yang
berlebihan.
5. Dhbith (kuat daya ingat)
Siap UN Hadis Keagamaan 26

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Arti dhbith adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan mengingat apa yang ia dengar. Seorang
perawi mampu mengingat atau hapal apa yang ia dengar dari seorang guru pada saat menyampaikan
Hadis. Atau jika dhabith dalam tulisan, tulisannya terpelihara dari kesalahan, pergantian, dan
kekurangan.

Siap UN Hadis Keagamaan 27

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Anak kecil ketika yang ikut hadir di majlis dan menerima hadis sebelum berumur 5
tahun disebut .
A. al 'Ada
B. as-Sibyan
C. al-Hudhr
D. al-Sam
E. al-Walad
2. Yang tidak termasuk syarat-syarat Ad al-Hadts menurut Mayoritas ulama Hadis,
ulama Ushul, dan ulama Fikih adalah .
A. Muslim (beragama Islam).
B. Baligh (dewasa)
C. Aqil (berakal)
D. Dhbith (kuat daya ingat)
E. Rijal al-Hadis (tokoh hadis)
3. Seorang anak kecil yang belum baligh boleh menerima Hadis, asal sudah mumayyiz
( paham berkomunikasi ). Ini adalah pendapat
A. Ulama Kufah
B. Ulama Basyrah
C. Mayoritas Ulama
D. Ulama Safi'iyah
E. Ulama Hanafiyah
4.

kalimat ini menunjukkan





A. Syahnya periwayatan hadis oleh orang kafir
B. Syahnya periwayatan hadis oleh orang kafir
C. Syahnya periwayatan hadis oleh anak yang belum baligh
D. Syahnya penerimaan hadis oleh anak yang belum baligh
E. Syahnya penerimaan hadis oleh anak yang belum baligh dan orang kafir

5. Mayoritas ulama Hadis, ulama Ushul, dan ulama Fikih sepakat bahwa syarat-syarat
penyampaian Hadis (Ad al-Hadts) diantaranya adalah Muslim (beragama Islam).
Pernyataan yang paling sesuai adalah .
A. Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan Hadis sekalipun diterima dalam
tahammul.
B. Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan Hadis dan tidak diterima dalam
tahammul.
C. Orang kafir diterima dalam menyampaikan Hadis dan diterima dalam tahammul.
D. Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan Hadis sekalipun diterima dalam
'ada.

Siap UN Hadis Keagamaan 28

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

E. Orang kafir tidak diterima dalam ada al- Hadis sekalipun tidak diterima dalam
tahammul.
6. Mayoritas ulama Hadis, ulama Ushul, dan ulama Fikih

sepakat bahwa

syarat-

syarat penyampaian Hadis (Ad al-Hadts) diantaranya adalah Baligh (dewasa).


Pernyataan yang paling sesuai adalah .
A. Tahamul harus orang dewasa
B. Ada' harus orang dewasa
C. Tahamul dan ada harus oleh orang dewasa
D. Ada' tidak harus orang dewasa
E. Dengan tahammul berarti dewasa
7. Mayoritas ulama Hadis, ulama Ushul, dan ulama Fikih

sepakat bahwa

syarat-

syarat penyampaian Hadis (Ad al-Hadts) diantaranya adalah Aqil (berakal).


Alasan yang paling tepat adalah .
A. Hanya orang berakal yang mampu membawa amanah Hadis dengan baik
B. Orang berakal saja yang dapat menerima kebenaran hadis
C. Islam yang menjadi syarat ada' terjadi hanya pada orang yang berakal
D. Aqal adalah karunia paling berharga bagi manusia
E. Tanpa aqal manusia tidak dikatakan beriman
8. `Adlah (adil) menjadi syarat syahnya penyampaian hadis, alasannya.
A. Adalah ( adl ) merupakan sifat terpuji
B. Adalah ( adl ) menjamin tidak terjadi penyimpangan yang disengaja
C. Orang yang tidak adil tak dapat dipercaya
D. Hadis yang dismpaiakan orang dalim bukan hadis
E. Orang adil pasti amanah
9. Dhbith juga menjadi syarat syahnya penyampaian hadis. Dhbith atinya.
A. Kuat ingatannya
B. Istimewa
C. Dapat dipercaya
D. Jujur
E. Amah
10.

Seorang perawi mampu mengingat atau hapal apa yang ia dengar dari seorang

guru pada saat menyampaikan Hadis. Ini berarti dia memiliki sifat.
A. Amanah
B. Terpercaya
Siap UN Hadis Keagamaan 29

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. Dhabit
D. Tsiqoh
E. Kadzib

Siap UN Hadis Keagamaan 30

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


2. Memahami cara menerima dan menyampaikan hadis
Indikator
2.3 Menentukan redaksi yang digunakan dalam penyampaian hadis kepada orang lain
LAFAL-LAFAL YANG DIGUNAKAN MERIWAYATKAN HADIS (AD)
Lafal-lafal yang digunakan dalam periwayatan Hadis

(Ad al-Hadts) beragam dan berbeda

bergantung kepada metode yang digunakan :


a. Dalam metode al-Sim

Bentuk lafal ad` yang digunakan dalam metode al-Sim` menurut al-Qdliy `Iydh adalah seperti
kata-kata berikut :

= Aku mendengar,


2)

/
= Si Fulan memberitakan kepada kami/ kepadaku,
/ = Si Fulan memberitakan kepadaku/ kepada kami

4).
/ = Si Fulan memeberitakan kepadaku/kepada kami .
= Si Fulan berkata kepadaku
5)

= Si Fulan menyebutkan kepadaku.
6)

1)

3)

Lafal haddatsan/akhbaran digunakan ad ketika tahammul sendirian, sedang kata


haddatsan/akhbaran digunakan ad ketika tahammul bersama orang lain atau berjamaah. Al-Khathb
berpendapat, bahwa lafal al-Sam` yang paling tinggi adalah sami`tu, haddatsn/, kemudian
akhbaran/ sebelum dikhususkan untuk metode al-Qirah dan anbaan/ digunakan sedikit berlaku.
Ulama mutaakhkhirin memberlakukan lafal ad a dan b di atas untuk metode al-Sam, lambang c untuk
metode al-Qiraah dan lambang d. untuk metode ijazah. Sedikit sekali di antara periwayat dalam metode
al-Sam` menggunakan kata

(dzakara l) atau

ungkapan kata yang terakhir ini kebanyakan digunakan dalam metode


(sam` al-mudzakarah = mendengar dalam mudzakarah) bukan

(qla l), karena dua

(sam` al-

tahdts = mendengar dalam rangka menerima Hadis). Jadi kedua belah pihak antara murid dan Syeikh
tidak ada kesiapan untuk periwayatan.
b. Pada metode al-Qiraah

Bentuk lafal ungkapan ada dalam metode ini :


1)
2)

= " Aku membaca di hadapan si Fulan,



"

/
= " Dibaca di hadapannya dan aku mendengarnya/
diakui bacaannya.

3) "

"

= Ia memberitkan kepada kami dengan membaca di

hadapannya.

Siap UN Hadis Keagamaan 31

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

4)

= memberitakan kepadaku/kepada kami, karena pengakuan syeikh

terhadap bacaan muridnya sama dengan pemberitaan kepadanya.


Contoh metode Qiraah di tengah-tengah sanad dan metode al-Sam pada bagian lain sebagaimana
dalam kitab Shahh al-Bukhariy 7/111 :

Memberitakan kepada kami Yahya bin Sulaiman, memberitakan kepada kami Ibnu Wahbin atau
dibacakan di hadapannya, dia berkata memberitakan kepadaku Amr dari Bukayr dari Kurayb dari
Maimunah

ra bahwa orang-orang ragu tentang puasanya Nabi pada hari Arafah. Maimunah

mngirimkan susu kepadanya sedang beliau berdiri di tempat kemudian minum susu itu dabn mereka
melihat. (HR. Al-Bukhari)
c. Metode al-Ijzah

Lambang ungkapan tahammul dalam metode Ijazah ini yang diperbolehkan hanya ijazah kepada
orang tertentu yang jelas identitasnya untuk meriwayatkan Hadis tertentu, misalnya :

= Aku ijazahkan kepadamu kitab Shahh al-Bukhariy.

Jika ijazah ditujukan kepada orang yang tidak jelas identitasnya sekalipun kitab Hadisnya jelas atau
orang yang akan diijazahi jelas tetapi Hadisnya tidak jelas, tidak dapat diterima. Pada umumnya majlis
metode al-Sim` dan al-Qiraah Hadisnya dibaca di majlis Syeikh, sedang dalam metode Ijazah tidak
dibacakan Hadisnya.
Beberapa lambang ungkapan ad al-Hads sebagai berikut ;
1)
2)

= Si Fulan memberikan ijazah kepadaku.


= Si Fulan memberitakan kepada kami dengan cara ijazah, (

metode ijazah

bercampur dengan metode al-Sam)

3)

4)

= Si Fulan memberitakan kepada kami dengan ijazah (metode ijazah


bercampur dengan metode al-Qiraah)

= Si Fulan memberitakan kepada kami (berlaku bagi mutaakhkhirin)

Al-Iraqiy dalam Syarah Muqaddimah Ibn al-Shalh al-Taqyd wa al-dhh 1/190 memberikan
persyaratan Ijazah, hendaknya orang yang memberi ijazah adalah orang alim yang mengetahui apa yang
diijazahkan dan orang yang diijazahi hendaknya ahli ilmu, karena metode iazah ini sebenarnya adalah
rukhshah (dispensasi) yang dilakukan oleh ahli ilmu karena kebutuhan yang sangat mendesak. Sebagian
ulama memberperat persyaratan ini. Demikian dikatakan oleh Abu al-Abbas al-Walid bin Abu Bakar alMaliy dari Malik. Al-Hafizh Abu Umar berkata ; Menurut pendapat yang shahih bahwa ijazah tidak
boleh kecuali bagi orang yang mahir melakukannya dan pada sesuatu yang jelas. Lebih baiknya berikut
ini teks asli dari al-Iraqiy :

Siap UN Hadis Keagamaan 32

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo


.














.

:







.

Sesungguhnya ijzaha dinilai bagus jika orang yang memberi ijazah mengetahui materi yang
diijazahkan dan orang yang menerima ijazah tergolong ahli ilmu, karena ijazah itu kelonggaran dan
kemurahan (dispensasi ) dilakukan ahli ilmu karena sangat dibutuhkan. Sebagian ulama yang
berahtihati demikian itu dijadikan syarat dalam ijazah. Abu al-Abbas al-Wald bin Bakar al-Mlikiy
mencerutakannya dari Malik. Al-Hafizh Abu Umar berkata : Menurut pendapat yang shahih bahwa
ijazah tidak diperbolehkan kecuali bagi orang yang mahir melakukan dan pada sesuatu yang
ditentukan sehingga tidak sulit menyandarkannya.
Contoh periwayatan Ijazah dalam Kitab al-Sunan al-Shaghr karya al-Bayhaqiy 6/24 :



:

:






:















Diriwayatkan oleh Mubarak bin Fudhalah, memberitakan kepada kami al-Hasan, bahwa
seorang laki-laki bertanya kepada Ali bin Abi Thalib berkata : Bagaimana jika aku berkata : Jika aku
mengawini Fulanah maka ia tertalak. Ali menjawab : Kawini dia, maka tidak apa-apa atas
engkau. Memberitakan kepada kami Abu Abdillah al-Hafizh secara iazah. Saya Abu al-Wald alFaqh, memberitakan kepada kami Muhammad bin Ishak, memberitakan kepada kami Muhammad bin
Rafi, memberitakan kepada kami Yazid bin Harun, saya Mubarak bin Fudhalah ia menyebutkannya.
Pada teks di atas yang digaris bawahi dimaksudkan contoh tahammul dengan metode ijazah :
Memberitakan kepada kami Abu Abdillah al-Hafizh secara ijazah.
d. Metode al-Munwalah
Bentuk ungkapan Ad al-Hadts dalam metode Munwalah berijazah yang paling baik adalah
dengan mengatakan :
1)

2)

3)

= Si Fulan memberikan Hadis kepadaku dan memberi ijazah


untuk meriwayatkan.
= Memberitakan kepada kami dengan metode munwalah, (munawalah
bercampur dengan al-Sam)
= Memberitakan kepada kami dengan metode munawalah
dan Ijazah (munawalah bercampur dengan al-Qiraah)
Siap UN Hadis Keagamaan 33

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Contoh Munwalah dalam kitab Hadis Sunan al-Dar Quthniy 1/175



















Memberitakan kepada kami al-Qadhiy Ahmad bin Ishak bin Bahlul, memberitakan kepadaku
aayahku secara munawalah dari am-Musayyab bin Syark (pindah sanad) memberitkan kepada kami
Yusuf bin Ya`qub bin Ishak bin al-Bahlul memberitakan kepada kami kakek saya memberitakan kepada
kami al-Musayyab bin Syarik dari al-Amasy dari Abu Sufyan dari Jabir berkata : Tidak ada atas
orang yang tertawa dalam shalat mengulangi wudhunya. Sesungguhnya demikian itu bagi mereka
ketika tertawa di belakang Rasulillah saw (HR. al-Dr Quthniy)
Kalimat : Memberitakan kepada kami al-Qdhiy Ahmad bin Ishq bin Bahll memebritakan kepada
kamu ayah saya secara munwalah dari al-Musayyab bin Syark
e. Metode al-Muktabah
Lambang ungkapan ad al-Hadts, adakalanya dengan ungkapan yang tegas, misalnya :
1)
2)


Si Fulan menulis surat kepadaku,


= Si Fulan memberitakan kepadaku atau

membertiakan kepadaku melalui surat ( metode munawalah bercampur dengan metode al-Sam
dan al-Qiraah)

Contoh metode muktabah dalam kitab Sunan Abu Dawud 9/484 :

Memberitakan kepada kami Muhammad bin Katsr Memberitakan kepada kami Sufyan dari Abdul Malik
bin Umayr, ia berkata ; memberitakan kepada kami Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya bahwa
ia menulis kepada anaknya berkata Rasulullah saw bersabda : Seorang hakim tidak boleh memutuskan
antara dua orang sedangkan ia sedang marah (HR. Abu Dawud).
f. Metode al-Ilm
Lambang ungkapan ad al-Hadts dengan menggunakan :

= Syeikhku memberikan informasi kepadaku begini ..

Contoh metode al-Ilm dalam Musnad al-Syafii 1/66 :






Siap UN Hadis Keagamaan 34

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Berkata Ibrahim dan ia tidak memberi tahu kepadaku kecuali aku mendengar Abu Bakat bin Hazm yang
membecakannya pada hari Jumat
g. Metode al-Washiyah

Bentuk ungkapan ad al-Hadts :


1)
2)



= Si Fulan berwasiat kepadaku begini,



= Si Fulan memberitakan kepadaku dengan wasiat. (metode alwashiyah bercampur dengan metode al-sam)

h. Metode al-Wijdah

Hukum periwayatan dengan wijdah termasuk bab munqathi` (terputus sanad), tetapi juga ada
unshur muttashil. Bentuk ungkapannya :
1)
2)

= Aku dapatkan pada tulisan si Fulan begini.....,


= Aku membaca pada tulisan si Fulan begini...

Pengamalan wijdah tidak diperbolehkan menurut mayoritas muhadditsin pengikut Imam Malik
sedangkan menurut al-Syfi`i dan pandangan para sahabatnya diperbolehkan, bahkan menurut sebagian
peneliti al-Syafi`i wajib diamalkan jika penukilnya memiliki kredibelitas (tsiqah) dalam periwayatan.
Tidak beda dengan perkembangan ilmu pengetahun teoritis secara ilmiah dikutip dan diriwayatkan
secara wijdah. Demikian juga Hadis Nabi yang dikutip dari berbagai kitab shahih pada era modern
bagian dari wijdah.
Dalam Kitab al-Taqyd wa al-dhh Syarah Ibn al-Shalh 1/202 dijelaskan,






.










:



...


.


Seseorang jika ingin meriwayatkan dari sebuah kitab yang ditulis oleh pengarangnya, jangan
mengatakan : Si Fulan berkata begini begini kecuali jika dipekuat dengan keabsahan naskah,
misalnya ia menerimanya langsung atau melalui orang terpercaya lain dengan beberapa dasar
sebagaimana yang kami ingatkan pada akhir pembahasan ini. Jika demikiaan itu dan sesamanya tidak
didapatkan, katakanlah : Telah sa,mpai kepada saya dari si Fulan bahwa ia menyebutkan begini
begini.. Atau : Aku dapatkan pada naskah kitab si Fulan dan sesamanya..Al-Syafii dan segolongan
ashhabnya membritakan bolehnya mengamalkan metode ini (wijdah).
Contoh metode wijdah dalam kitab Sunan al-Bayhaqiy al-Kubr 2/11 sebagai berikut:

Siap UN Hadis Keagamaan 35

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo































:


Memberitakan kepada kami Abu Abdillah al-Hafizh, memberitakan kepada kami Abu al-Hasan Ali
bin al-Husayn al-Rashfiy di Baghdad, memberitakan kepada kami Muhammad bin al-Haris
al-Askariy, memberitakan kepadaku Ahmad bin Ubaydillah bin al-Hasan al-Anbariy berkata : Aku
mendapatkan pada tulisan ayah saya, memeberitakan kepada kami Abdul Malik bin Abi Sulaiman
al-Arzamiy daru Ath bin Abi Rabah dari Jabir bin Abdillah ra berkata : Rasulullah saw mengutus
pasukan perang (sariyah) aku di dalamnya, kemudian cuca gelap menyelimuti kami, kami todak
mengetahui arah kiblat, segolongan dari padanya berkaa : Kiblat ke sini Utara, maka shalatlah (HR.
al-Baihaqiy)
Metode Wijdah pada kalimat : Ahmad bin Ubaidillah bin al-Hasan al-Anbariy berkata : Aku
mendapatkan pada tulisan ayah saya, memeberitakan kepada kami Abdul Malik

Siap UN Hadis Keagamaan 36

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1.


Artinya .







A. Meriwayatkan Hadis dan menyampaikannya kepada orang lain dengan
menggunakan bentuk kata tertentu
B. Riwayat sebuah Hadis harus disampaikan kepada orang lain dengan
menggunakan bentuk kata tertentu
C. Periwayatan Hadis dan penyampaian kepada orang lain tanpa menggunakan
bentuk kata tertentu
D. Meriwayatkan Hadis dan menyampaikannya kepada orang lain menggunakan
bentuk kata "khusus"
E. Meriwayatkan Hadis dan menyempurnakannya dengan menggunakan bentuk
kata tertentu

2. Bentuk lafal ad` yang digunakan dalam metode al-Sim` menurut al-Qdliy
`Iydh adalah seperti kata-kata berikut, kecuali ....
A.
B.
C.
D.

E.

= Aku mendengar,



/
= Si Fulan memberitakan kepada kami/ kepadaku,
/ = Si Fulan memberitakan kepadaku/ kepada kami
/ = Si Fulan memeberitakan kepadaku/kepada kami .
" /

= " Dibaca di hadapannya dan aku
mendengarnya/ diakui bacaannya

3.

= Aku membaca pada tulisan si Fulan begini... Bentuk

lafal ad` ini digunakan dalam metode .


A. Al-Munawalah
B. Qiro'ah
C. Al-Mukatabah
D. Al-Wijadah
E. Al-Ilam

/ ,

/
,

4. Lafal-lafal
redaksi khas untuk ada dengan .

adalah

A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah
5. Lafal yang digunakan ad ketika tahammul sendirian adalah ....


,

,

A. ,
B.
C.

, ,

, ,


, ,

Siap UN Hadis Keagamaan 37

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

, ,


, ,

D. ,
E.

6. Lafal yang digunakan ad ketika tahammul bersama atau berjamaah adalah ....

B. ,

,

C. ,

,

D. ,

,

E. ,

,

" adalah redaksi khas untuk ada dengan .
Lafal-lafal

A. ,

7.

A. Metode Al-Sima
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah
8.

adalah contoh lafal pada methode ijazah, methode


ini diperbolehkan dengan ketentuan ..
A. Hanya kepada penerima yang jelas identitasnya dan hadis tertentu
B. Hanya kepada orang tertentu yang jelas identitasnya
C. Meriwayatkan Hadis tertentu saja
D. Perawinya harus jelas
E. Hadis shohih saja

9. Bentuk ungkapan Ad al-Hadts dalam metode Munwalah berijazah yang paling


baik adalah dengan mengatakan " Ia memberikan Hadis kepadaku dan member
ijazah untuk meriwayatkan" yang teks arab nya ..
A.
B.
C.
D.
E.

10.

lafal ini digunakan pada methode ada' ....

A. al-Ilm
B. Al-Qirah / Al-'Ardl
C. Metode Al-Ijazah
D. Metode Al-Munawalah
E. Al-Mukatabah

Siap UN Hadis Keagamaan 38

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 39

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


2. Memahami cara menerima dan menyampaikan hadis
Indikator
2.4 Menyebutkan salah satu syarat penyampaian hadis secara bil ma`na

PERIWAYATAN HADIS SECARA MAKNA


Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu kewajiban perawi adalah menjelaskan bentuk tahamul
yang digunakan untuk menerima apa yang diriwayatkannya. Mereka menyampaikan hadis seperti yang
mereka dengar tanpa penggantian dan perubahan sedikitpun. Sebagian Ahli hadis, Ahli fiqih dan Ahli ushul
bersikap ketat mereka mewajibkan periwayatan hadis dengan lafadz dan tidak memperbolehkan periwayatan
dengan makna sama sekali.
Mayoritas ulama cenderung berpendapat bahwa seorang muhaddis boleh meriwayatkan dengan
makna, tidak dengan lafadz bila ia memahami bahasa Arab dengan seluk beluknya dan mengerti maknamakna dan kandungan hadis serta memahami kata yang bias merubah makna dan kata yang tidak
merubahnya. Bila demikian ia diperbolehkan meriwayatkan dengan makna. Karena dengan pemahamannya
yang kuat ia bisa menghidari perubahan makna dan pergeseran hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
Para ulama sependapat menetapkan, bahwa seorang perawi yang tidak mempunyai ilmu yang dalam
mengenai lafadh-lafadh hadis, madlul-madlulnya dan maksud-maksudnya, dan tidak mempunyai
pengetahuan tentang kadar-kadar perbedaan, tidak boleh meriwayatkan hadis dengan Makna, wajiblah ia
menyampaikannya persis seperti lafadh yang ia dengar dengan tidak memotong sekalimat pun dan tidak
mengganti lafadnya. Demikian menurut pendapadat Ibnu Shalah dan Annawawi. Namun mengenai yang
telah cakap dalam hal-hal tersebut, para ulama berselisih paham atas beberapa pendapat :
1. "Tidak Boleh" Inilah pendapat segolongan Ulama Hadis, Fuqaha dan Ushuliyin. Diantara yang tidak
membolehkan :
a. Ibnu Sirin
b. Tsa'lab
c. Abu Bakar Arrazi
Menurut mereka, perawi itu harus meriwayatkan persis sebagai lafadz yang ia dengar.
2.

"Boleh" jika yang diriwayatkan bukan Hadis Marfu' dan "Tidak Boleh" jika hadis Marfu" Pendapat ini
disampaikan oleh Imam Malik menurut nukilan Alkhalil ibnu Ahmad dan Albaihaqi dalam kitab AlMadkhal.

3.

"Boleh" apabila diyakini bahwa hadis itu semakna dengan lafadz yang didengar. Inilah yang ditunjukan
oleh sikap sahabat dan ulama salaf, mereka sering kali meriwayatkan suatu riwayat dengan bermacam
lafadz. Pendapat ini ditegaskan oleh Ibnu Hajar Assqalani.

4.

"Boleh" jika si perawi tidak ingat lagi akan lafadz yang ia telah dengar. Inilah Pendapat Al-Mawardi
(Tadribur Rawi, hal 312)

5.

Boleh mengganti lafadz, asalkan memakai lafadz yang muradhif dengannya.

6.

Boleh jika hadis itu mengenai ilmu, seperti i'tiqad. Jika mengenai amal, tidak dibolehkan.
Namun menurut Ibnu Arabi dalam kitab ahkamul Quran, bahwa Khilaf yang disebutkan tadi hanya

berlaku pada masa sahabat saja. Adapun bagi selain sahabat sudah jelas tidak dibolehkannya mereka
mengganti lafadz satu dengan lafadz yang lain walaupun semakna.
Siap UN Hadis Keagamaan 40

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Terakhir, Khilaf itu tidak berlaku pada tiga perkara, yaitu : Pertama, pada lafadz-lafadz yang terdapat
unsur ibadah didalamnya. Misal, lafadz Tassyahud, qunut dll. (ditukil dari pendapat Imam Azzarkasi) Kedua,
pada lafadz-lafadz Jawami'ul Kalim. Ketiga, pada lafadz yang digunakan sebagai dalil bagi suatu hukum
lughah, terkecuali kalau lafadz yang menggantikan dapat memberi hukum serupa dengan yang digantikan.
Berdasarkan uraian diatas maka bias kita simpulkan bahwa meriwayatkan hadis dengan makna
diperbolehkan selgi memenuhi syarat syarat tertentu antara lain :
1. Dilakukan oleh orang yang mengetahui maknanya dari sisi bahasa, dan dari sisi
maksud teks yang diriwayatkan.
2. Terpaksa melakukannya, semisal karena rowi lupa dengan teks asli hadis tersebut
tapi ingat maknanya. Jika teks hadis masih ingat, maka tidak boleh merubah kecuali
jika dituntut kebutuhan untuk memahamkan orang yang diajak bicara dengan
bahasa yang lebih mudah dipahami.
3. Lafadz hadis tersebut bukan merupakan lafadz yang digunakan untuk beribadah.,
seperti lafadz dzikir, dan selainnya.

1. Seseorang yang meriwayatkan hadis harus memahami ilmu tata bahasa Arab, fiqih,
dan mengerti makna dari hadis yang diriwayatkan. Pernyataan ini adalah syarat
periwayatan haaadis dengan cara .
A. bil ma'na
B. munawalah
C. wijadah
D. I'lam
E. mukatabah
2. Meriwayatkan hadis bil ma'na tidak dibolehkan tanpa memiliki syarat-syarat
tertentu, karena .
A. tidak sopan
B. tidak ada tuntunan hadisnya
C. dilarang menurut nash
D. dapat merusak arti hadis
E. menimbulkan perpecahan
3. "Tidak Boleh" meriwayatkan hadis bil makna walaupun sudah memiliki kecakapan
bahasa dan syarat lain. Inilah pendapat segolongan Ulama Hadis, Fuqaha dan
Ushuliyin kecuali
A. Ibnu Sirin
B. Tsa'lab
C. Abu Bakar Arrazi
D. Ibnu Shalah
E. Semua benar

Siap UN Hadis Keagamaan 41

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

4. "Boleh" riwayat bil ma'na jika yang diriwayatkan bukan Hadis Marfu' dan "Tidak
Boleh" jika hadis Marfu" Pendapat ini disampaikan oleh.
A. Imam Malik
B. Ibnu Sirin
C. Tsa'lab
D. Abu Bakar Arrazi
E. Ibnu Hajar Assqalani
5. "Boleh" meriwayatkan hadis bil ma'na apabila diyakini bahwa hadis itu semakna
dengan lafadz yang didengar. Pendapat ini ditegaskan oleh.
A. Imam Malik
B. Ibnu Sirin
C. Tsa'lab
D. Abu Bakar Arrazi
E. Ibnu Hajar Assqalani

Siap UN Hadis Keagamaan 42

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


3. Memahami Pembagian Hadis Berdasarkan Jumlah Periwayatnya
Indikator
3.1 Menentukan pendapat ulama tentang jumlah perawi hadis mutawatir
SYARAT-SYARAT HADIS MUTAWATIR
Suatu hadis dapat dikatakan mutawatir apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Hadis (khabar) yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan (daya tangkap)
pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan itu benar-benar merupakan hasil pemikiran semata
atau rangkuman dari peristiwa-peristiwa yang lain dan yang semacamnya, dalam arti tidak merupakan
hasil tanggapan pancaindera (tidak didengar atau dilihat) sendiri oleh pemberitanya, maka tidak dapat
disebut hadis mutawatir walaupun rawi yang memberikan itu mencapai jumlah yang banyak.
2. Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil mereka untuk berdusta. Dalam
hal ini para ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta.
a. Abu Thayib menentukan sekurang-kurangnya 4 orang. Hal tersebut diqiyaskan dengan jumlah saksi
yang diperlukan oleh hakim.
b. A-Qadhi Al-Baqillani dan Ashabus Syafi'i menentukan minimal 5 orang. Hal tersebut diqiyaskan
dengan jumlah para Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi.
c. Al-Isthakhary menetapkan minimal 10, krena 10 merupakan awal bilangan banyak
d. Ulama lain menetapkan minimal 12 orang dengan mendasarkan pada firman Allah :





dan telah kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin QS. Al-Maidah. 12
e. Sebagian ulama menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang. Hal tersebut berdasarkan ketentuan yang
telah difirmankan Allah tentang orang-orang mukmin yang tahan uji, yang dapat mengalahkan orangorang kafir sejumlah 200 orang

Siap UN Hadis Keagamaan 43

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo






Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang
sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada
seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada
orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti

f. Ulama yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40 orang. Hal tersebut diqiyaskan
dengan firman Allah:












"Wahai nabi cukuplah Allah dan orang-orang yang mengikutimu (menjadi penolongmu)." (QS. AlAnfal: 64).
Hal ini sesuai dengan hadis riwayay Al-Thabrani dan Ibn Abbas, ia berkata "telah masuk Islam
bersama Rasululla sebanyak 33 laki-laki dan 6 orang perempuan. Kemudian Umar masuk Islam,
maka jadilah 40 orang Islam
g. Ulama yang lain juga ada yang berpendapat bahwa jumlah perawi dalam hadis mutawatir sebanyak
70 orang, sesuai dengan firman Allah SWT












dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada
waktu yang telah Kami tentukan.......QS. Al-A'raf . 155
Sebenarnya penentuan jumlah seperti diatas bukan hal yang sangat prinsip, karena pada hakikatnya
penentuan hadis mutawatir bukan pada jumlahnya tapi lebih pada tercapainya Ilmu Dharuury sekalipun
jumlah perawinya tidak banyak ( tapi melebihi batas minimal yakni 5 orang ) asal telah memberikan
keyakinan bahwa berita yang mereka sampaikan itu bukan kebohongan sudah dapat dimasukkan sebagai
hadis mutawatir.
3. Adanya Keseimbangan Antara Perawi pada Thabaqot pertama dengan Thabaqot berikutnya, dengan
demikian bila suatu hadis diriwayatkan oleh 20 orang sahabat, kemudian diterima 10 tabiin dan
selanjutnya diterima oleh 5 orang tabiit tabi'in tidak bias digolongkan sebagai hadis mutawatir.

Siap UN Hadis Keagamaan 44

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Mutawtir dalam bahasa Arab dari kata :


yang

merupakan .
A. fi'il madly

B. fi'il mudlori'
C. Fi'il amar
D. isim fa'il
E. isim maf'ul
2.



dari definisi ini hadis mutawatir

memiliki 4 syara, kecuali.

A. Periwayatnya orang banyak


B. Jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
C. tidak bertentanngan dengan Qur'an atau hadis lain
D. Tercegah sepakat bohong
E. Beritanya bersifat indrawi
3. Hadis mutawtir memberi faedah ilmu dharriy, maksudnya ..
A. sangat penting untuk diketahui
B. yakin kebenarannya tak ada keraguan bahwa berita itu datang dari Nabi
C. harus di teliti kesahihannya dari segi matan dan sanad
D. mengamalkannya berarti menerima sebagai hadis makbul
E. tidak semua ulama hadis menerima sebagai hadis sahih
4. Syarat suatu hadis disebut mutawatir ialah .
A. Hadis yang diberitakan berdasarkan tanggapan (daya tangkap) pancaindera
B. Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil
mereka untuk berdusta
C. Adanya Keseimbangan Antara Perawi pada Thabaqot pertama dengan Thabaqot
berikutnya
D. Semua benar
E. Semua salah
5. Hadis yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan (daya
tangkap) pancaindera. Ini merupakan salah satu syarat untuk .
A. Hadis ahad
B. Hadis mashur
C. Hadis gharib
D. Hadis mutawatir
E. Hadis hasan
6. Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil mereka
untuk berdusta. Ini merupakan salah satu syarat untuk .
A. Hadis ahad
Siap UN Hadis Keagamaan 45

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B. Hadis mutawatir
C. Hadis mashur
D. Hadis gharib
E. Hadis hasan
7. Dalam hal batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta, Abu
Thayib menetapkan jumlah perawi hadis mutawatir minimal
A. 3
B. 4
C. 5
D. 10
E. 20
8. A-Qadhi Al-Baqillani dan Ashabus Syafi'i menentukan jumlah perawi hadis
mutawatir minimal.
A. 3
B. 4
C. 5
D. 10
E. 20
9.

adalah ayat yang dijadikan dasar bagi ulama


jumlah perawi hadis mutawatir minimal.
A. 3
B. 4
C. 5
D. 10
E. 12

10.










dijadikan dasar bagi ulama jumlah perawi hadis mutawatir minimal.

adalah ayat yang

A. 30
B. 40
C. 50
D. 70
E. 100

Siap UN Hadis Keagamaan 46

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 47

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


3. Memahami Pembagian Hadis Berdasarkan Jumlah Perwinya

Indikator
3.2 Menentukan perbedaan antara hadis mutawatir lafdzi dan ma`nawi
Pembagian hadis mutawatir
Para ulama telah membagi hadis mutawatir menjadi tiga bagian, yaitu hadis mutawatir lafdzi, hadis
mutawatir maknawi, hadis mutawatir amali.
a. Hadis mutawatir lafdzi
Hadis mutawatir lafdzi adalah mutawatir dengan susunan redaksi yang persis sama. Dengan
demikian garis besar serta perincian maknanya tentu sama pula. Juga dipandang sebagai hadis mutawatir
lafdzi, hadis mutawatir dengan susunan redaksi sedikit berbeda, karena sebagian digunakan kata-kata
muradifnya (kata-kata yang berbeda, tetapi jelas sama makna atau maksudnya) sehingga garis besar dan
perincian makna hadis itu tetap sama.
Jumlah hadis-hadis yang termasuk hadis mutawatir lafdzi sangat sedikit. Di antara contoh yang
diberikan oleh jumhur ulama adalah hadis berikut ini :







:





( )



Artinya : Rasulullah saw bersabda : Siapa yang sengaja berdusta terhadapku, maka hendaklah dia
menduduki tempat duduknya dalam neraka. ( HR Bukhari dan lain-lain).

Hadis tersebut, menurut keterangan Abu Bakar Al-Bazzar, diriwayatkan oleh empat puluh orang
sahabat, bahkan menurut keterangan ulama lain, ada enam puluh orang sahabat Rasul yang
meriwayatkan hadis itu dengan redaksi yang sama.
Contoh-contoh lain dari hadis mutawatir lafdzi, menurut jumhur ulama, adalah hadis yang
menerangkan kefardhuan membaca Al Fatihah dalam shalat dan hadis yang melarang kita melakukan
shalat di atas kuburan (selain dari shalat jenazah).
b. Hadis mutawatir maknawi
Hadis mutawatir maknawi adalah hadis mutawatir dengan makna umum yang sama, walaupun
berbeda redaksinya dan berbeda perincian maknanya. Dengan kata lain, hadis-hadis yang banyak itu,
kendati berbeda redaksi dan perincian maknanya, menyatu kepada makna umum yang sama.
Jumlah hadis-hadis yang termasuk hadis mutawatir maknawi jauh lebih banyak dari hadis-hadis
yang termasuk hadis mutawatir lafdzi. Di antara contoh hadis mutawatir maknawi adalah hadis tentang
mengangkat tangan pada waktu berdoa meminta hujan. Dijumpai hadis-hadis yang jumlahnya tidak
kurang dari tiga puluh buah, dengan redaksi dan perincian makna yang berbeda, namun terkandung
makna umum yang sama, yang menunjukkan bahwa Rasulullah saw mengangkat tangannya pada waktu
berdoa minta hujan. Tiga diantara hadis-hadis itu berbunyi sebagai berikut :






:


























( )

Anas berkata, Seorang Arab pedesaan (pegunungan) datang dan berkata (kepada Rasulullah),
Wahai Rasulullah, telah binasa binatang ternak, keluarga, dan banyak manusia (lantaran dilanda
Siap UN Hadis Keagamaan 48

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

kekeringan), maka Rasulullah mengangkat tangan mereka, (ikut) berdoa bersama Rasulullah. Anas
berkata, Hujan turun sebelum kami keluar dari masjid. (HR Bukhari)





( )






Rasulullah saw pada waktu berdoa tidak mengangkat kedua tangannya begitu tinggi sehingga terlihat
kedua ketiaknya yang putih, kecuali pada waktu berdoa memohon hujan (HR Muttafaq alaih)












()
Umar bin Khaththab berkata, Rasulullah, bila telah mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa,
belum menurunkan keduanya sebelum menyapukan keduanya itu ke mukanya. ( HR. Tirmidzi)
Ketiga hadis tersebut di atas, kendati berbeda redaksi dan perincian maknanya, jelas mengandung
pengertian umum yang sama, yaitu Rasulullah mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa.
c. Hadis mutawatir amali
Hadis mutawatir amali adalah hadis mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah saw, yang
disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat
tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya.
Segala macam amal ibadah yang dipraktekkan secara sama oleh umat Islam atau disepakati oleh
para ulama, termasuk dalam kelompok hadis mutawatir amali. Seperti hadis mutawatir maknawi,
jumlah hadis mutawatir amali cukup banyak. Di antara contohnya adalah hadis-hadis yang berkenaan,
dengan waktu shalat fardhu, jumlah rekaatnya, shalat jenazah, shalat ied dan kadar zakat harta.

Siap UN Hadis Keagamaan 49

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Hadis Mutawtir dibagi menjadi tiga macam, yakni .


A. Mutawtir lafzhi, mutawtir maknawi dan mutawatir amali
B. Mutawtir fi dzatihi, mutawtir lighorihi dan mutawatir amali
C. Mutawtir lafzhi , mutawtir lighorihi dan mutawatir amali
D. Mutawtir maknawi, mutawtir lighorihi dan mutawatir amali
E. Mutawtir haqiqi, mutawtir lighorihi dan mutawatir amali

2.


menunjukkan syarat untuk hadis.

A. Mutawtir fi dzatihi
B. Mutawtir lafzhi
C. Mutawtir maknawi
D. Mutawtir lighorihi
E. Mutawtir haqiqi

3.





menunjukkan
pengertian untuk hadis.
A. Mutawtir fi dzatihi
B. Mutawtir lafzhi
C. Mutawtir maknawi
D. Mutawtir lighorihi
E. Mutawtir haqiqi
4.

adalah alah satu kitab hadis yang


menghimpun hadis-hadis mutawtir yang merupakan karya dari .
A. al-Suyuthiy
B. Muhammad bin Ja`far al-Kattniy
C. al-Bukhari
D. at-Tirmidzi
E. an-Nasa'i

5. ketika ditemukan hadis mutawair dengan susunan redaksi yang persis sama maka hadis tersebut
disebut.
A. Mutawtir fi dzatihi
B. Mutawtir lafzhi
C. Mutawtir maknawi
D. Mutawtir lighorihi
E. Mutawtir haqiqi
6. Suatu hadis mutawatir dengan makna umum yang sama, walaupun berbeda redaksinya dan berbeda
perincian maknanya menyatu kepada makna umum yang sama disebut .
A. Mutawtir fi dzatihi
B. Mutawtir lafzhi
C. Mutawtir maknawi
D. Mutawtir lighorihi
E. Mutawtir haqiqi
Siap UN Hadis Keagamaan 50

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

7. Hadis mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah saw, yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan
oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada
generasi-generasi berikutnya disebut .
A. Mutawtir fi dzatihi
B. Mutawtir lafzhi
C. Mutawtir maknawi
D. Mutawtir amali
E. Mutawtir haqiqi

Siap UN Hadis Keagamaan 51

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


3. Memahami Pembagian Hadis Berdasarkan Jumlah Perwinya

Indikator
3. 3 Menentukan perbedaan hadis masyhur dari kalangan ahli hadis, nahwu, fuqaha atau ahli
ushul fiqh
Hadis Masyhur
Masyhur menurut bahasa adalah nampak. Sedangkan menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh
3 perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) dan belum mencapai batas mutawatir.
Contohnya, sebuah hadis yang berbunyi (artinya) :






Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu dengan melepaskan dari dada seorang hamba. Akan
tetapi akan melepaskan ilmu dengan mengambil para ulama. Sehingga apabila sudah tidak terdapat seorang
yang alim, maka orang yang bodoh akan dijadikan sebagai pemimpin, lalu memberikan fatwa tanpa
didasari ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan (HR. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).

Hadis masyhur ini juga disebut dengan nama Al-Mustafidh. Hadis masyhur di luar istilah tersebut dapat
dibagi menjadi beberapa macam yang meliputi : mempunyai satu sanad, mempunyai beberapa sanad, dan
tidak ada sanad sama sekali; seperti :

Masyhur di antara para ahli hadis secara khusus, misalnya hadis Anas :




Bahwasannya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam pernah melakukan qunut selama satu bulan
setelah berdiri dari ruku berdoa untuk (kebinasaan) Ral dan Dzakwan (HR. Bukhari dan Muslim)

Masyhur di kalangan ahli hadis dan ulama dan orang awam, misalnya :

:
Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya (HR. Bukhari
dan Muslim).

Masyhur di antara para ahli fiqh, misalnya :


Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talaq (HR. Al-Hakim; namun hadis ini adalah
dlaif).

Masyhur di antara ulama ushul fiqh, misalnya :


Telah dibebaskan dari umatku kesalahan dan kelupaan.. (HR. Al-hakim dan Ibnu Hibban).

Masyhur di kalangan masyarakat umum, misalnya :


tergesa-gesa adalah bagian dari perbuatan syaithan (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Lihat
Nudhatun-Nadhar halaman 26 dan Tadribur-Rawi halaman 533).
Siap UN Hadis Keagamaan 52

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Buku-buku yang berisi tentang kumpulan hadis masyhur, antara lain :

Al-Maqaashidul-Hasanah fiimaa Isytahara alal-Alsinah, karya Al-Hafidh As-Sakhawi.

Kasyful-Khafa wa Muzilul-Ilbas fiimaa Isytahara minal-Hadiits alal Asinatin-Naas, karya Al-Ajluni.

Tamyizuth-Thayyibi minal-Khabitsi fiimaa Yaduru alaa Alsinatin-Naas minal-Hadiits, karya Ibnu Daiba
Asy-Syaibani.

1. Hadis yang diriwayatkan oleh 3 perawi atau lebih pada setiap thabaqah (tingkatan) dan belum mencapai
batas mutawatir disebut hadis .
A. Ahad
B. Mutawatir
C. Gharib
D. Aziz
E. Mashur
2. Hadis masyhur ini juga disebut dengan nama .
A. Al-Mustafidh.
B. Al-Mustadrok
C. Muthasil
D. Marfu'
E. Maukuf
3.



Hadis ini mashur dikalangan .
A. Ahli Hadis
B. Masyarakat umum
C. Ahli ushul
D. Ahli Fiqih
E. Ahli Nahwu

4.

ini contoh hadis mashur

dikalangan.
A. Ahli Hadis
Siap UN Hadis Keagamaan 53

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B. Masyarakat umum
C. Ahli ushul
D. Ahli Fiqih
E. Ahli hadis, ulama dan orang awam
5.

hadis ini mashur dikalangan .

A. Ahli Hadis
B. Masyarakat umum
C. Ahli ushul
D. Ahli Fiqih
E. Ahli hadis, ulama dan orang awam

Siap UN Hadis Keagamaan 54

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


3. Memahami Pembagian Hadis Berdasarkan Jumlah Perwinya

Indikator
3. 4 Menentukan ciri hadis masyhur, azis atau gharib

HADIS AHAD
Dilihat dari segi jumlah atau jumlah sanad suatu hadis, maka para ulama membagi hadis ahad kepada
tiga bagian, yaitu : hadis masyhur (hadis mustafidh), hadis aziz, dan hadis gharib. Sebagaimana pernah
disinggung pada bagian permulaan, ada juga ulama yang tidak menyamakan hadis masyhur dengan hadis
mustafidh dan dengan demikian ulama tersebut membagi hadis ahad menjadi empat kelompok, yaitu : hadis
mustafidh, hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis gharib.
a. Hadis masyhur ( hadis mustafidh )
Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah tersebar atau yang sudah populer. Mustafidh menurut
bahasa juga berarti yang telah tersebar atau tersiar. Jadi menurut bahasa, hadis masyhur dan hadis
mustafidh sama-sama berarti hadis yang sudah tersebar atau tersiar. Atas dasar kesamaan dalam
pengertian bahasa, para ulama juga memandang hadis masyhur dan hadis mustafidh sama dalam
pengertian istilah ilmu hadis, atau dengan kata lain keduanya diberi batasan yang sama, yang berbunyi
sebagai berikut :








(
)












Hadis masyhur (hadis mustafidh) adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih, dan
belum mencapai derajat hadis mutawatir.

Berdasarkan batasan tersebut, jumlah rawi hadis masyhur (hadis mustfidh) pada setiap tingkatan
tidak kurang dari tiga orang, dan bila lebih dari tiga, maka jumlah itu belum mencapai jumlah rawi hadis
mutawatir. Bila sebuah hadis pada tingkatan pertama diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan kemudian
pada tingkatan-tingkatan selanjutnya diriwayatkan oleh dua orang rawi, maka hadis tersebut berdasarkan
batasan di atas belum mencapai derajat hadis masyhur (hadis mustafidh).
Contoh hadis masyhur (mustafidh) adalah hadis berikut ini :
















:


()
Artinya : Rasulullah saw bersabda, Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin tidak terganggu
oleh lidah dan tangannya (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Hadis tersebut di atas sejak dari tingkatan pertama (tingkatan sahabat-Nabi) sampai ke tingkat
imam-imam yang membukukan hadis (dalam hal ini adalah Bukhari, Muslim, dan Turmudzi)
diriwayatkan oleh tidak kurang dari tiga rawi dalam setiap tingkatan.
Menyinggung pendapat sebagian ulama yang membedakan hadis mustafidh dari hadis masyhur, menurut
pendapat mereka hadis mustafidh adalah hadis yang diriwayatkan oleh empat orang rawi atau lebih dan
belum mencapai derajat mutawatir, sedangkan hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga
orang rawi. Bila suatu hadis pada tingkatan pertama diriwayatkan oleh tiga orang rawi, kemudian pada
tingkatan-tingkatan selanjutnya diriwayatkan oleh lebih dari tiga rawi, maka hadis tersebut tetap
Siap UN Hadis Keagamaan 55

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

dipandang sebagai hadis yang diriwayatkan oleh tiga rawi, dan karenanya dikelompokkan ke dalam hadis
masyhur. Bila hadis itu sejak dari tingkatan pertama sampai pada tingkatan terakhir diriwayatkan oleh
para rawi yang tidak kurang dari empat orang pada setiap tingkatan, maka hadis itulah yang disebut
sebagai hadis mustafidh. Demikianlah pendapat ulama yang membedakan hadis mustafidh dari hadis
masyhur. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi dengan berlainan sanadnya.
Adapun gambaran sanadnya sebagai berikut:

Nabi SAW
1. Abdullah bin Amr

Abu Musa

1. Abu Hurairah

2. Asy-Syabi

2. Abu Burdah

2. Abu Shalih

3. Abu Burdah b.Abdullah b. Abi Burdah

3. Abdullah b. Abi Safar

3. al-Qaqa

4. Syubah

4.Yahya

4. Ibnu Ajlan

5. Adam

5. Said

5. al-Laits
6. Qutaibah

BUKHARI

MUSLIM

TIRMIDZI

b. Hadis aziz
Aziz menurut bahasa, berati yang mulia atau yang kuat dan juga berati jarang. Hadis aziz, menurut
bahasa berati hadis yang mulia atau hadis yang kuat atau hadis yang jarang, karena memang hadis aziz itu
jarang adanya. Para ulama memberikan batasan sebagai berikut :






Hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, kendati dua rawi itu pada satu
tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh banyak rawi.
Berdasarkan batasan di atas, dapat dipahami bahwa bila suatu hadis pada tingkatan pertama
diriwayatkan oleh dua orang dan setelah itu diriwayatkan oleh lebih dari dua rawi, maka hadis itu tetap
saja dipandang sebagai hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan karena itu termasuk hadis aziz.
Contoh hadis aziz adalah hadis berikut ini :





:

) (


( )


Rasulullah saw bersabda, Kita adalah orang-orang yang paling akhir (di dunia) dan yang paling
terdahulu di hari qiamat (HR. Hudzaifah dan Abu Hurairah)
Hudzaifah dan Abu Hurairah yang dicantumkan sebagai rawi hadis tersebut adalah dua orang
sahabat Nabi, walaupun pada tingkatan selanjutnya hadis itu diriwayatkan oleh lebih dari dua orang,
namun hadis itu tetap saja dipandang sebagai hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan karena itu
termasuk hadis aziz.
Tidak setiap hadis yang termasuk hadis aziz mempunyai derajat yang kuat, namun penamaan hadis
yang diriwayatkan oleh dua orang rawi sebagai hadis aziz (yang secara harfiah berarti hadis yang kuat
Siap UN Hadis Keagamaan 56

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

atau mulia), boleh jadi didasarkan pada anggapan pokok bahwa hadis yang diriwayatkan oleh dua orang
adalah kuat, dibading dengan hadis yang diriwayatkan oleh hanya satu orang rawi. Boleh jadi pula karena
hadis demikian memang jarang adanya. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan
sanad-sanad yang tidak sama. Susunan sanad dari keduanya sebagai berikut:

Siap UN Hadis Keagamaan 57

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Nabi saw

1. Anas

1. Abu Hurairah

2. Qatadah

2. al-`Araj

3. Muhamad b. Jafar

3. Abu Zinad

4. Muhammad b. Mutsana

4. Syuaib
5. Abul Yaman

MUSLIM

BUKHARI

Hadis tersebut memiliki dua sanad yang berbeda, maka dinamakan hadis aziz.
c. Hadis Gharib
Secara etimologi gharib berarti al-munfarid (menyendiri), atau al-baid an aqarib (jauh dari
karib kerabat). Sedangkan menurut terminologi, hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh
satu orang rawi, tidak ada orang lain yang menceritakan selain dia

Siap UN Hadis Keagamaan 58

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Sebuah hadis dikategorikan sebagai hadis ahad manakala.


A. perawinya satu
B. sumbernya satu
C. isinya ketauhidan
D. jumlah perawi sedikit
E. jumlah perawi tidak mencapai sarat mutawatir



2.



adalah definisi dari .

A. hadis sohih
B. hadis mutawatir
C. hadis ahad
D. syarat hadis
E. kumpulan hadis
3. Menurut pendapat ulama yang membedakan hadis mustafidh dari hadis masyhur, maka beda hadis
mustafidh dari hadis mashur adalah .
A. Pada jumlah perawinya
B. Pada tingkat kemashurannya
C. Pada asbabul wurudnya
D. Pada isi kandungannya
E. Pada kalangan kemashurannya
4. Menurut pendapat ulama yang membedakan hadis mustafidh dengan hadis masyhur, pernyataan yang
tepat adalah .
A. Hadis mustafid perawinya 4
B. Hadis mashur perawinya 3
C. Hadis mashur perawinya 4
D. Hadis mustafid perawinya 3
E. Hadis mustafid mashur disemua kalangan
5.











adalah definisi dari .




A. Hadis Aziz
B. Hadis Maukuf
C. Hadis marfu
D. Hadis qudsi
E. Hadis mardud

6. Hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi, tidak ada orang lain yang menceritakan selain dia disebut
.
A. Hadis Aziz
B. Hadis Maukuf
Siap UN Hadis Keagamaan 59

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. Hadis marfu
D. Hadis qudsi
E. Hadis Gharib

Siap UN Hadis Keagamaan 60

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


3. Memahami Pembagian Hadis Berdasarkan Jumlah Perwinya

Indikator
3. 5 Menentukan ciri hadis gharib mutlak atau gharib nisbi

HADIS GHARIB
Sebagian ulama menyebut hadis ini dengan al-fard. Hadis gharib dibagi menjadi dua;
-

Gharib Mutlak, adalah hadis yang ke-ghariban-nya terletak pada asal sanad. Maksudnya, hadis pada saat
disampaikan oleh Rasul saw hanya diterima oleh satu orang sahabat. Misalnya hadis nabi:

Bahwa setiap perbuatan itu bergantung pada niatnya.


...


Hadis ini diriwayatkan sendiri oleh Umar bin al-Khathab, lalu darinya hadis ini diriwayatkan oleh Alqamah.
Muhammad bin Ibrahim lalu meriwayatkannya dari Alqamah. Kemudian Yahya bin Said meriwayatkan
dari Muhammad bin Ibrahim. Kemudian setelah itu, ia diriwayatkan oleh banyak perawi melalui Yahya bin
Said. Dalam gharib muthlak ini yang menjadi pegangan adalah apabila seorang shahabat hanya sendiri
meriwayatkan sebuah hadis.
-

Gharib Nisbi, yaitu apabila keghariban terjadi pada pertengahan sanadnya, bukan pada asal sanadnya.
Maksudnya satu hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari satu orang perawi pada asal sanadnya, kemudian
dari semua perawi itu hadis ini diriwayatkan oleh satu orang perawi saja yang mengambil dari para perawi
tersebut. Semisal hadis nabi:



Bahwa Nabi shallallaahu alaihi wasallam masuk kota Makkah dengan mengenakan penutup kepala di
atas kepalanya
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Malik bin Anas dari az-Zuhri. Dinamakan dengan gharib nisbi
karena kesendirian periwayatan hanya terjadi pada perawi tertentu. Para ulama memberikan batasan sebagai
berikut :

Hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi (sendirian) pada tingkatan manapun
dalam sanad.
Berdasarkan batasan tersebut, maka bila suatu hadis hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi dan
baru pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh banyak rawi, hadis tersebut tetap dipandang sebagai hadis
gharib.
Contoh hadis gharib itu antara lain adalah hadis berikut :



















)







:



(
Siap UN Hadis Keagamaan 61

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Dari Umar bin Khaththab, katanya, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Amal perbuatan itu hanya
(dinilai) menurut niat, dan setiap orang hanya (memperoleh) apa yang diniatkannya. (HR. Bukhari, Muslim
dan lain-lain)
Kendati hadis di atas diriwayatkan oleh banyak imam hadis, teramsuk Bukhari dan Muslim, namun
hadis tersebut pada tingkatan pertama hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi, yaitu Umar bin
Khaththab, dan pada tingkatan kedua juga diriwayatkan oleh hanya satu orang tabiin, yaitu Alqamah.
Dengan demikian hadis itu dipandang sebagai hadis yang diriwayatkan oleh satu orang dan termasuk hadis
gharib.
Catatan penting :
Sebelum kita pindah untuk membicarakan fasal berikutnya, penting untuk kita maklumi bahwa di
samping pemahaman seperti di atas, ada lagi pemahaman lain yang dianut oleh sebagian ulama. Menurut
ulama ini, penentuan apakah hadis itu termasuk hadis gharib, hadis aziz, atau termasuk hadis masyhur
(mustafidh) tidak perlu melihat kepada jumlah rawi pada tingkatan sahabat (tingkatan pertama), tetapi
melihat kepada jumlah rawi sejak dari tingkatan tabiin dan tingkatan-tingkatan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan sebagai berikut :
Bila suatu hadis diriwayatkan oleh hanya seorang sahabat, dan setelah iitu baru diriwayatkan oleh tidak
kurang dari tiha rawi pada tingkatan-tingkatan berikutnya, maka hadis itu tidak dinamakannya hadis gharib,
tetapi disebutnya hadis masyhur (hadis mustafidh). Bila suatu hadis diriwayatkan oleh hanya seorang
sahabat, dan setelah itu diriwayatkan oleh dua orang tabiin, serta selanjutnya oleh tidak kurang dari dua
orang rawi, maka hadis itu tidak dinamakannya hadis gharib, tetapi dinamakan hadis aziz. Bila suatu hadis
diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi, kemudian juga orang seorang tabiin, dan pada tingkatan-tingkatan
selanjutnya diriwayatkan oleh satu atau lebih dari satu rawi, maka hadis demikian memang termasuk hadis
gharib. Begitulah pendapat sebagian ulama.
Mengingat adanya perbedaan pendapat seperti itu, maka sebaiknya kita berusaha mengetahui : menurut
pengertian yang mana, sebutan hadis gharib, hadis aziz, dan hadis masyhur (hadis mustafidh) itu digunakan
oleh seseorang dalam suatu pembicaraan. Kita sebaiknya mengetahui apakah ia menggunakan sebutan hadis
masyhur menurut pengertian hadis yang masyhur sejak tinngkatan sahabat Nabi atau hadis yang masyhur
sejak tingkatan tabiin, atau bahkan mungkin sejak tingkatan rawi sesudah tabiin. Demikian juga halnya
dengan hadis gharib dan hadis aziz. Pendeknya, sebaiknya kita mengetahhui perbedaan pandangan dalam
suatu hal, mengetahui pandangan yang mana yang digunakan seseorang dalam pembicaraannya, dan tentu
kita harus bersikap lapang dad (toleran) terhadap pandangan yang tidak kita anut.
1. Kedudukan hadis ahad
Apabila hadis mutawatir bisa dipastikan sepenuhnya berasal dari Rasulullah saw, maka tidak
demikian halnya hadis ahad. Hadis ahad tidak pasti berasal dari Rasulllah saw, tetapi diduga (zhanni atau
mazhnun) berasal dari beliau. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa hadis ahad mungkin benar
berasal dari Rasulullah saw dan mungkin pula tidak benar berasal dari beliau.
Taraf dugaan terhadap hadis-hadis yang termasuk hadis ahad tidaklah sama. Taraf kemungkinannya
berasal dari Rasulullah saw tidak sama. Ada hadis yang sangat besar taraf kemungkinannya berasal dari
beliau. Ada pula hadis yang sangat kecil taraf kemungkinannya berasal dari Rasulullah saw, dengan kata
lain, sangat kecil dugaan bahwa hadis tersebut berasal dari beliau. Di samping itu juga ada hadis yang
taraf kemungkinannya berasal dari Rasulullah sama besarnya dengan taraf kemungkinannya tidak berasal
Siap UN Hadis Keagamaan 62

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

dari beliau, dengan kata lain, sama besarnya taraf dugaan bahwa hadis itu berasal dari beliau dengan taraf
dugaan bahwa hadis itu tidak berasal dari beliau.
Karena hadis ahad itu tidak pasti (ghairu qathi atau ghairu maqthu), tetapi diduga (zhanni atau
mazhnun) berasal dari Rasulullah saw., maka kedudukan hadis ahad, sebagai sumber hukum atau sebagai
sumber ajaran Islam, berada di bawah kedudukan hadis mutawatir. Ini berarti bahwa bila sautu hadis, yang
termasuk kelompok hadis ahad, bertentangan isinya dengan hadis mutawatir, maka hadis tersebut harus
ditolak.
Bila diperinci lebih lanjut, kedudukan hadis-hadis ahad itu berbeda-beda, sejalan dengan perbedaan
taraf dugaan atau taraf kemungkinannya berasal dari Rasulullah saw. Sebagian hadis-hadis tersebut lebih
tinggi kedudukannya dari sebagian hadis yang lain, kendati semuanya sama-sama termasuk hadis ahad.
Hadis-hadis ahad itu ada yang dinilai shahih, ada yang dinilai hasan, dan ada pula yang dinilai dhaif,
kedudukan hadis shahih lebih tinggi dari kedudukan hadis hasan, dan kedudukan hadis hasan lebih tinggi
dari hadis dhaif ( hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dhaif akan dibicarakan secara khusus pada bab
kedua).
Demikianlah kedudukan hadis ahad yang secara umum, berada di bawah kedudukan hadis
mutawatir dan secara terperinci mempunyai kedudukan yang berbeda-beda.
2. Perbedaan hadis ahad dengan hadis mutawatir
Dari uraian-uraian terdahulu, cukup jelas bahwa haddits ahad itu berbeda dengan hadis mutawatir.
Perbedaan keduanya dapat ditegaskan lagi sebagai berikut :
a. Dari segi jumlah rawi, hadis mutawatir diriwayatkan oleh para rawi yang jumlahnya begitu banyak pada
setiap tingkatan sehingga, menurut adat kebiasaan, mustahil (tidak mungkin) mereka sepakat untuk berdusta,
sedangkan hadis ahad diriwayatkan oleh rawi atau para rawi dalam jumlah yang menurut adat kebiasaan
masih memungkinkan dia atau mereka untuk sepakat berdusta.
b. Dari segi pengetahuan yang dihasilkan, hadis mutawatir menghasilkan ilmu qathi (pengetahuan yang pasti)
atau ilmu dharuri (pengetahuan yang mendesak untuk diyakini) bahwa hadis itu sungguh-sungguh dari
Rasulullah sehingga dapat dipastikan kebenarannya, sedangkan hadis ahad menghasilkan ilmu zhanni
(pengetahuan yang bersifat dugaan) bahwa hadis itu berasal dari Rasulullah saw, sehingga kebenarannya
masih berupa dugaan pula.
c. Dari segi kedudukan, hadis mutawatir sebagai sumber ajaran Islam memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dari hadis ahad. Sedangkan kedudukan hadis ahad sebagai sumber ajaran Islam berada di bawah kedudukan
hadis mutawatir.
d. Dari segi kebenaran keterangan matan, dapat ditegaskan bahwa keterangan matan hadis mutawatir mustahil
bertentangan dengan keterangan ayat dalam Al-Quran, sedangkan keterangan matan hadis ahad mungkin
saja (tidak mustahil) bertentangan dengan keterangan ayat al-Quran. Bila dijumpai hadis-hadis dalam
kelompok hadis ahad, yang keterangan matannya bertentangan dengan keterangan ayat Al-Quran, maka
hadis-hadis itu ditetapkan secara pasti sebagai hadis-hadis yang tidak berasal dari Rasulullah. Mustahil
Rasulullah mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran.

Siap UN Hadis Keagamaan 63

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Hadis gharib sering disebut dengan .


A. hadis mardud
B. al-fard
C. dhaif
D. layyin
E. mursal
2. Hadis gharib yang ke-ghariban-nya terletak pada asal sanad disebut dengan .
A. Gharib saja
B. Gharib lafdzi
C. Gharib mutlak
D. Gharib ma'nawi
E. Gharib nisbi
3. Hadis ini diriwayatkan sendiri oleh Umar bin al-Khathab, lalu darinya hadis ini
diriwayatkan oleh Alqamah. Muhammad bin Ibrahim lalu meriwayatkannya dari
Alqamah. Kemudian Yahya bin Said meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim.
Kemudian setelah itu, ia diriwayatkan oleh banyak perawi melalui Yahya bin Said.
Hadis ini disebut .
A. Gharib ma'nawi
B. Gharib nisbi
C. Gharib saja
D. Gharib lafdzi
E. Gharib mutlak
4. Hadis yang kegharibanya terjadi pada pertengahan sanadnya, bukan pada asal
sanadnya disebut .
A. Gharib wustho
B. Gharib nisbi
C. Gharib ausat
D. Gharib lafdzi
E. Gharib mutlak
5.


















adalah definisi untuk hadis .

A. Gharib ma'nawi
B. Gharib nisbi
C. Gharib saja
D. Gharib lafdzi
E. Gharib mutlak

Siap UN Hadis Keagamaan 64

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 65

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


4. Memahami hadis berdasarkan kualitas sanad
Indikator
4.1 Menentukan pendapat atau syarat pengamalan hadis dhaif dalam fadlailul
`amal

1. Pengertian Hadis Dha`if


Secara bahasa arti dha`if adalah lemah. Kelemahan ini dikarenakan
sanad dan matan-nya tidak memenuhi persyaratan Hadis Shahih dan Hasan yang
dapat diterima sebagai hujjah. Sedangkan secara istilah Hadis Dha`if adalah :





Adalah Hadis yang tidak terhimpun di dalamnya segala sifat Shahih dan
segala sifat Hasan .
Dari definisi ini Hadis Dha`if adalah Hadis yang tidak memenuhi sebagian
atau semua sifat-sifat Hadis Hasan dan Shahih, misalnya sanad-nya tidak
bersambung (munqhati`), para perawinya tidak adil dan tidak dhbith, terjadi
keganjilan baik dalam sanad atau matan (sydz) dan terjadinya cacat yang
tersembunyi (`illah) pada sanad dan matan.
2. Contoh Hadis Dha`if
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi melalui jalan Hakim al-Atsram dari
Abi Tamimah al-Hujaymiy dari Abi Hurayrah dari Nabi saw bersabda :







( )

Dalam sanad Hadis di atas terdapat seorang dha`if yaitu Abi Qays al-Awdiy
nilai jarhnya (



( ) sangat benar tetapi terkadang menyalahi).
Siap UN Hadis Keagamaan 66

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

3. Hukum Periwayatan Hadis Dhaif


Hadis dhaif tidak identik dengan Hadis maudhu(Hadis palsu). Di antara Hadis
dhaif terdapat kecacatan pada perawinya yang tidak terlalu parah, seperti daya
hafalan yang kurang kuat tetapi adil dan jujur. Sedangkan Hadis maudlu
perawinya pendusta.
Para ulama memperbolehkan meriwayatkan Hadis Dha`if sekalipun tanpa
menjelaskan kedha`ifannya dengan dua syarat, yaitu :
a. Tidak berkaitan dengan akidah seperti sifat-sifat Allah SWT
b. Tidak menjelaskan hukum syara` yang berkaitan dengan halal dan haram,
tetapi berkaitan dengan masalah fadhil aml (keutamaan amal),
mau`izhah, targhb dan tarhb (Hadis-hadis tentang ancaman dan janji),
Dalam beberapa kitab pada umumnya penyebutan Hadis Dhaif yang tidak
disertai sanad cukup menggunakan bentuk mabn majhl (bentuk kalimat pasif ) ,
misalnya :

= diriwayatkan

= dipindahkan

= pada

sesuatu yang di riwayatkan.


4. Berhujjah dengan Hadis Dhaif
Para ulama sepakat melarang meriwayatkan Hadis dlaif yang maudlu (yang
dicipta oleh seorang pendusta) tanpa menyebutkan kemaudluannya.
Adapun kalau Hadis dlaif itu bukan Hadis maudlu, maka diperselisihkan oleh
para ulama tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah. Dalam hal ini
ada 3 (tiga) pendapat, yaitu:
a. Tidak dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan amal (fadhail
amal) apalagi dalam hukum dan aqidah sebagaimana yang diberitakan oleh Ibnu
Sayyid An-Nas dari Yahya bin Main. Pendapat pertama ini adalah pendapat AlImam Al-Bukhari, Al-Imam Muslim, Abu Bakar Al-Arabi (Madzhab Malikiyah),
Yahya bin Ma'in, Ibnu Hazm, Abu Syamah al-Maqdisi (Madzhab Syafiiyah) dan
lainnya. Di zaman sekarang ini, ada tokoh seperti Al-Albani dan para pengikutnya
termasuk Dr. M. Ajaj al-Khatib
b. Dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan amal (fadhail amal)
atau dalam hukum (ahkam),
Bagi mereka, sedhai'f-dha'if-nya suatu Hadis, tetap saja lebih tinggi derajatnya
dari akal manusia dan logika atau bahwa Hadis dhaif lebih kuat daripada
pendapat para ulama.

Pendapat kedua ini adalah pendapat Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abu
Daud, Ibnul Mahdi, Ibnul Mubarok dan yang lainnya.

Al-Imam

As-Suyuthi

mengatakan

bahwa

mereka

berkata,

Bila

Siap UN Hadis Keagamaan 67

kami

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

meriwayatkan Hadis masalah halal dan haram, kami ketatkan. Tapi bila
meriwayatkan masalah fadhilah dan sejenisnya, kami longgarkan."

c. Kalangan Tawasuth (Jalan Tengah)

Dapat diamalkan dalam keutamaan amal (fadhail amal), mauidhoh, targhib


(janji yang menyenangkan) dan tarhib (ancaman yang menakutkan) dengan
syarat-syarat tertentu. Pendapat ketiga ini adalah pendapat jumhur ulama, para
imam mazhab yang empat serta para ulama salaf dan khalaf. Seperti: Abdur
Rohman bin Mahdy, Abdullah bin Al-Mubarrak, al-Zarkasyi, Ibnu al-Shalh, alNawawi

juga

Ibn

Hajar.

Syarat-syarat yang mereka ajukan untuk menerima Hadis dhaif antara lain,
sebagaimana diwakili oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dan juga Al-Imam An-Nawawi
rahimahullaah, adalah:
a. Tidak terlalu dhaif, seperti diantara perawinya pendusta (Hadis maudlu),
orang yang dituduh dusta (Hadis matruk) dan orang yang daya ingat
hafalannya sangat kurang, dan berlaku fasik dan bidah baik dalam perkataan
atau perbuatannya (Hadis mungkar)
b. Sesuai dengan dasar-dasar yang berlaku. Masuk dalam kategori Hadis yang
diamalkan (mamul bih) seperti Hadis muhkam (Hadis maqbul yang tidak
terjadi pertentangan dalam Hadis lain), nasikh (Hadis yang membatalkan
hukum pada Hadis sebelumnya), dan rajih (Hadis yang lebih unggul
dibandingkan oposisinya).
c. Tidak beritikad ketetapannya ketika beramal sebagai Hadis yang benar-benar
bersumber dari Nabi SAW, melainkan karena berhati-hati semata atau
(ikhtiyth) artinya hanya mempergunakan dalam rangka sebagai ganti
memegangi pendapat yang tiada berdasarkan nash sama sekali.

Siap UN Hadis Keagamaan 68

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Uji Kompetensi

1. Hadis yang tidak terhimpun di dalamnya segala sifat Shahih dan segala sifat
Hasan adalah definisi dari Hadis .
A.
B.
C.
D.
E.

Mardud
Dlaif
Ahad
Aziz
Gharib

2. Sanad-nya tidak bersambung (munqhati`), para perawinya tidak adil dan tidak
dhbith, terjadi keganjilan baik dalam sanad atau matan (sydz) dan terjadinya
cacat yang tersembunyi (`illah) pada sanad dan matan. Adalah ciri-ciri dari
Hadis.
A.
B.
C.
D.
E.

Mardud
Dlaif
Ahad
Aziz
Gharib

3. Para ulama memperbolehkan meriwayatkan Hadis Dha`if sekalipun tanpa


menjelaskan kedha`ifannya. Manakah masalah-masalah yang tidak boleh
diriwayatkan?.
A. berkaitan dengan masalah fadhil aml (keutamaan amal),
B. berkaitan dengan akidah seperti sifat-sifat Allah
C. berkaitan dengan mau`izhah,
D. berkaitan dengan targhb dan tarhb (hadis-hadis tentang ancaman dan janji),
E. berkaitan dengan kisah-kisah

4. Hadis dhaif yang digunakan untuk keperluan fadhail amal adalah jika kedhoifannya
tidak berlebihan dan dalam mengamalkan tidak meyakininya sebagai Hadis yang
A.
B.
C.
D.
E.
5.

benar-benar bersumber dari Nabi SAW. Pernyataan ini diungkapkan oleh .


Ibnu Hajar Al-Asqalani
Ibnu Sirin
Ibnu Hambal
Abu Nuaim
Abu Hanifah
Hadis dlaif tidak dapat diamalkan secara mutlak dalam keutamaan amal (fadhail
amal) atau dalam hukum hal ini adalah sebagaimana pendapat .

A. Abu Dawud
B. Abu Bakar Ibnu Al-Arabi, Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Hazm.
C. Al-Zarkasyi, dan Ibnu al-Shalh
D. Imam Ahmad
E. al-Nawawi dan Ibn Hajar
6. Sebalik nya ada yang berpendapat dapat diamalkan secara mutlak baik dalam
keutamaan amal (fadhail amal) atau dalam hukum (ahkam), hal ini adalah
sebagaimana pendapat .
A. Abu Dawud dan Imam Ahmad
Siap UN Hadis Keagamaan 69

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B. Abu Bakar Ibnu Al-Arabi, Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Hazm.


C. Al-Zarkasyi, dan Ibnu al-Shalh
D. Muslim, dan Ibnu Hazm.
E. al-Nawawi dan Ibn Hajar
7. Hadis dhaif boleh diamalkan dalam hal fadhoilul amal saja, namun tetap harus
memenuhi syarat berikut:
1. Kedhaifannya tidak terlalu parah (bukan karena kefasikan perawi, bukan karena
dusta perawi)
2. Sesuai dengan dasar-dasar yang berlaku
3. Ketika mengamalkan tidak bermaksud meyakini bahwa Hadis tersebut dari nabi,
namun hanya berhati0hati saja.
Ulama yang mensyaratkan seperti ini adalah.
A.
B.
C.
D.
E.

Ibnu Hazm
Ibnu Taimiyah
Imam Bukhari
Imam Muslim
Ibnu Hajar al-Asqalani

8. Bahwa mereka berkata, Bila kami meriwayatkan Hadis masalah halal dan haram,
kami ketatkan. Tapi bila meriwayatkan masalah fadhilah dan sejenisnya, kami
longgarkan."
Ulama yang mengatakan adalah ..
A.
B.
C.
D.
E.
9.

Ibnu Hazm
Ibnu Taimiyah
Imam Bukhari
Al-Imam As-Suyuthi
Ibnu Hajar al-Asqalani
Salah satu syarat bolehnya

beramal

Hadis

dlaif

adalah

tidak

beritikad

ketetapannya ketika beramal sebagai Hadis yang benar-benar bersumber dari Nabi
SAW, melainkan karena berhati-hati semata atau (ikhtiyth). Maksudnya ikhtiyath
adalah .
A. Hanya mempergunakan dalam rangka sebagai ganti memegangi pendapat yang
tiada berdasarkan nash sama sekali.
B. Hanya mempergunakan dalam rangka sebagai ganti memegangi pendapat yang
berdasarkan nash sama sekali.
C. Tidak mempergunakan dalam rangka sebagai ganti memegangi pendapat yang
berdasarkan nash sama sekali.
D. Tidak mempergunakan dalam rangka sebagai ganti memegangi pendapat yang
tiada berdasarkan nash sama sekali.
E. Supaya tidak terjerumus pada Itikad yang salah
10. Meriwayatkan Hadis dlaif yang maudlu (yang dicipta oleh seorang pendusta)
A.
B.
C.
D.

tanpa menyebutkan kemaudluannya adalah ..


Tidak boleh secara mutlak
Boleh secara mutlak
Boleh apabila untuk fadlailul amal
Boleh apabila untuk kisah-kisah
Siap UN Hadis Keagamaan 70

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

E. Boleh apabila untuk targhib wa tarhib

Standar Kompetensi Lulusan


4. Memahami hadis berdasarkan kualitas sanad

Indikator
4.2.Menentukan pendapat ulama tentang rangkaian sanad
yang paling buruk dalam hadis dhaif

Kualitas Tingkatan Sanad


Para ahli Hadis membagi tingkatan sanad kepada 3 (tiga) yaitu:
1. Asahhul-Asaanid (sanad-sanad yang lebih shahih)
2. Ahsan Al-Asaanid (sanad-sanad yang lebih hasan)
3. Adafu Al-Asaanid/Auhal-Asaanid (sanad-sanad yang lebih lemah)
Kualitas Tingkatan Sanad Pada Hadis Dlaif
Hadis dlaif bertingkat-tingkat keadaannya berdasarkan pada lemahnya para
perawi antara lain: dlaif, dlaif jiddan, wahi, munkar. Dan seburuk-buruk tingkatan Hadis
adalah maudlu (palsu).
Sebagaimana dalam Hadis shahih, ada yang disebut oleh para ulama dengan
istilah ashahhul asanid, dan dalam Hadis hasan ada Ahsan Al-Asaanid, maka dalam
Hadis dlaif ada juga yang disebut dengan Adafu Al-Asaanid atau awhal asanid
(sanad yang paling lemah) bila disandarkan kepada sebagian sahabat.
Rangkaian sanad yang Adafu Al-Asaanid atau awhal asanid antara lain:
a. Yang muqoyyad kepada sahabat, contohnya:
1. Sanad paling lemah dari Abu Bakar ash-Shidiq ra., adalah yang diriwayatkan oleh
Shadaqah bin Musa Ad-Daqiqy, dari Farqad As-Sabakhy, dari Murrah Ath-Thayyib,
dari Abu Bakar ra.
2. Sanad paling lemah dari Ibnu Abbas adalah yang diriwayatkan oleh Muhammad
bin Marwan, dari Kalaby, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas. AL-Hafidh Ibnu Hajar
berkata, Ini adalah silsilah pendusta bukan silsilah emas.
3. Sanad paling lemah dari Abu Hurairah adalah yang diriwayatkan oleh As-Sarry
bin Ismail, dari Dawud bin Yazid Al-Yazid, dari bapaknya, dari Abu Hurairah ra.
4. Sanad yang paling lemah dari Ali bin Abi Thalib ra. (Ahlil bait), adalah yang
diriwayatkan oleh Amru bin Syamir Al-Jufi dari Jabir bin Yazid dari Harits Al-Awar
dari Ali bin Abi Thalib ra.
b. Yang muqayyad kepada penduduk
1. Sanad paling lemah bila dinisbatkan kepada Syamiyyin (orang-orang Syam)
adalah yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais Al-Maslub, dari Ubaidillah
bin Zahr, dari Ali bin Zaid, dari al-Qasim, dari Abu Umamah ra.
2. Sanad paling lemah bila dinisbatkan kepada kota Yaman adalah yang
diriwayatkan oleh Hafsh bin Umar dari Al-Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu
Abbas ra.
Siap UN Hadis Keagamaan 71

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

3. Sanad

paling

lemah

bila

dinisbatkan

kepada

kota

Mesir

adalah

yang

diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaj Ibnu Rusydi dari ayahnya
dari kakeknya dari Qurrah bin Abdurrohman dari setiap orang yang memberikan
Hadis kepadanya.
Contoh:
Sebuah Hadis yang mengatakan, Barangsiapa yang sholat 6 rokaat setelah
sholat maghrib dan tidak berbicara sedikitpun diantara sholat tersebut, maka
baginya sebanding dengan pahala ibadah selama 12 tahun.
Diriwayatkan oleh Umar bin Rasyid dari Yahya bin Abi Katsir dari Abu Salamah
dari Abu Hurairah. Imam Ahmad dan Yahya bin Main dan Ad-Daruquthni
mengatakan bahwa Umar ini adalah dlaif. Imam Ahmad juga berkata, Hadisnya
tidak bernilai sama sekali. Bukhari berkata, Hadis

yang munkar dan dliof

jiddan (lemah sekali), Ibnu Hibban berkata, Tidak halal menyebut Hadis ini
kecuali untuk maksud mencatatnya, karena dia memalsukan Hadis atas nama
Malik dan Ibnu Abi Dzib dan selain keduanya dari orang-orang yang tsiqoh.

Siap UN Hadis Keagamaan 72

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Uji Kompetensi
1.
A.
B.
C.
D.
E.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
3.
A.
B.
C.
D.
E.
4.

A.
B.
C.
D.
E.
5.

Ashahhul asanid, adalah istilah tingkatan sanad untuk Hadis .


Shohih
Hasan
Dlaif
Maudlu
Ahad
Ahsan Al-Asaanid, adalah istilah tingkatan sanad untuk Hadis .
Shohih
Hasan
Dlaif
Maudlu
Ahad
Adafu Al-Asaanid/Auhal-Asaanid adalah istilah tingkatan sanad untuk Hadis .
Shohih
Hasan
Dlaif
Maudlu
Ahad
As Shariy bin Ismail dari Daud bin Yazid al-Azdhi dari ayahnya.
Sanad di atas adalah rangkaian sanad yang paling buruk dalam hadis dlaif yang
dinisbatkan kepada salah seorang sahabat yang bernama..
Abu Hurairah ra
Anas bin Malik ra
Jabir bin Abdillah ra
Abdullah bin Umar ra
Ali bin Abi Tholib ra
Auha al-Asanid (sanad yang paling buruk) yang diriwayatkan dari Shadaqoh bin
Musa ad-Daqiqi dari Farqad as-Subkhi dari Murrotu at-Thib adalah dihubungkan

A.
B.
C.
D.
E.
6.

kepada .
Abu Bakar ra
Ibnu Abbas ra
Ubay bin Kaab ra
Umar bin Al-Khattab ra
Abu Hurairoh ra
Muhammad bin Marwan, dari Kalaby, dari Abu Shalih.
Sanad di atas adalah rangkaian sanad yang paling buruk dalam hadis dlaif yang

A.
B.
C.
D.
E.
7.

dinisbatkan kepada salah seorang sahabat yang bernama..


Abu Bakar ra
Ibnu Abbas ra
Ubay bin Kaab ra
Umar bin Al-Khattab ra
Abu Hurairoh ra
Amru bin Syamir Al-Jufi dari Jabir bin Yazid dari Harits Al-Awar
Sanad di atas adalah rangkaian sanad yang paling buruk dalam hadis dlaif yang

A.
B.
C.
D.
E.
8.

dinisbatkan kepada salah seorang sahabat yang bernama..


Abu Bakar ra
Ibnu Abbas ra
Ali bin Abi Tholib ra
Umar bin Al-Khattab ra
Abu Hurairoh ra
Muhammad bin Qais Al-Maslub, dari Ubaidillah bin Zahr, dari Ali bin Zaid, dari alQasim, dari Abu Umamah ra.
Sanad di atas adalah rangkaian sanad yang paling buruk dalam hadis dlaif yang

dinisbatkan kepada penduduk..


A. Arab Saudi
B. Mesir
Siap UN Hadis Keagamaan 73

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C.
D.
E.
9.

Syam
Madinah
Yaman
Hafsh bin Umar dari Al-Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ra.
Sanad di atas adalah rangkaian sanad yang paling buruk dalam hadis dlaif yang

dinisbatkan kepada penduduk..


A. Arab Saudi
B. Mesir
C. Syam
D. Madinah
E. Yaman
10.
Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaj Ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari
Qurrah bin Abdurrohman dari setiap orang yang memberikan Hadis kepadanya.
Sanad di atas adalah rangkaian sanad yang paling buruk dalam hadis dlaif yang
A.
B.
C.
D.
E.

dinisbatkan kepada penduduk..


Arab Saudi
Mesir
Syam
Madinah
Yaman

Siap UN Hadis Keagamaan 74

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

BAB V
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
HADIS BERDASARKAN TEMPAT PENYANDARAN
5. Memahami hadis berdasarkan tempat penyandarannya atau dari sumber
beritanya.
ATAU SUMBER BERITA

INDIKATOR
5.1. Menentukan kriteria hadis Qudsi.

1. Hadis Qudsiy
Dari segi bahasa kata al-Qudsiy



diartikan suci. Hadis

Qudsiy adalah Hadis yang bersifat suci. Hadis dinamakan suci (al-Qudsiy), karena
disandarkan kepada Allah yang Maha Suci. Sebagian ulama menyebut

(Hadis Ilhiy)

atau


( Hadis

Rabbniy = ketuhanan).

Menurut istilah Hadis Qudsiy adalah :


Sesuatu yang diisandarkan oleh Nabi saw kepada Tuhan selain al-Quran.
Berita dalam Hadis Qudsiy memang disandarkan Nabi saw kepada Allah tetapi
bukan al-Quran. Maksudnya isi berita disandarkan kepada Allah sedang redaksinya
dari Nabi sendiri. Berbeda dengan al-Quran yang redaksi dan maknnya dari Allah.
Di samping itu, Hadis Qudsiy maknanya diterima dari Allah melalui ilham atau
mimpi.
Ada beberapa bentuk kalimat yang digunakan penyandaran Hadis Qudsiy,
antara lain sebagai berikut :
a. Nabi saw bersabda, bahwa Allah berfirman :



.... :




.... :

b. Nabi saw bersabda pada apa yang diriwayatkan dari Tuhannya :
Siap UN Hadis Keagamaan 75

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo


... :




... :



c. Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya berfirman :











... :

Contoh Hadis Qudsiy yakni sabda Nabi saw yang diriwayatkan dari Tuhannya
sebagai berikut :










( )

Memberitakan kepada kami Abu bakar bin Abi Syaybah dan Ali bin
Muhammad,mereka berkata : Memberitakan kepada kami Abu Muawiyah dari alAmasy dari Abi Shaleh dari Abi Hurairah berkata : Rasulillah saw bersabda : Allah
swt berfirman : Saya menurut dugaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya
ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku sendirian Akupun ingat
kepadanya sendirian. Jika mengingat kepada-Ku dalam kelompok, Akupun
mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari mereka. Jika ia mendekat
kepada-Ku satu jengkal, maka Aku mendekati-Nya satu hasta dann jika ia
mendatangi-Ku berjalan maka Aku mendatangi-Nya dengan berlari.( HR. Ibnu
Majah)
Nama Hadis Qudsiy (suci) tidak menunjukkan keshahihananya secara otomatis,
tetapi harus dilihat dari segi kualitas sanad dan matannya. Jika memenuhi
persyaratan shahih maka hukumnya shahih, jika tidak memenuhi persyaratan maka
hukumnya Hasan atau dhaif. Dengan demikian tidak seluruh Hadis Qudsiy shahih,
tetapi adakalanya shahih, hasan dan dhaif.
1. Perbedaan al-Quran, Hadis Qudsiy, dan Nabawi
Hadis

Qudsiy

tidak

sama

dengan

al-Quran.

Ada

beberapa

perbedaan

sebagaimana yang disebutkan Dr. Mahmud al-Thahan dalam Taysr Musthalah alHadts sebagai berikut :













.

Siap UN Hadis Keagamaan 76

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo


.

.

Perbedaan antara Hadis Qudsiy

dan al-Quran banyak sekali yang paling

terkenal adalah sebagai berikut :


a. al-Quran lafal dan maknanya dari Allah sedang Hadis Qudsiy maknanya dari
Allah dan lafalnya dari Nabi
b. al-Quran dihitung beribadah membacanya sedang Hadis Qudsiy tidak dihitung
ibadah membacanya
c. al-Quran kepastiannya disyaratkan mutawtir sedang Hadis Qudsiy tidak
disyaratkan mutawtir.
d. Al-Quran semua ayat-ayatnya adalah mukjizat sedangkan Hadis Qudsiy tidak
demikian halnya.
e. Al-Quran ada ketentuan hukumnya seperti pantangan menyentuh bagi yang
berhadats keciil dan pantangan membancanya bagi yang berhadats besar
sedang Hadis Qudsiy tidak ada pantangannya.
f. Al-Quran tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja atau mengganti
lafadz sinonimnya sedangkan Hadis Qudsiy bisa.
Secara umum al-Quran dapat dibedakan dengan Hadis dengan beberapa
perbedaan sebagai berikut ;
a.

al- Quran mu`jizat Rasul sedangkan Hadis bukan maujizat sekalipun Hadis
Qudsiy.

b.

Al-Quran terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian tangan orangorang jahil (lihat QS. Al-Hijr/15 :9) tetapi terpeliharanya al-Quran berarti pula
terpeliharanya Hadis, karena Hadis pendamping al-Quran yang menjelskan
maknanya. Realita sejarah membuktikan adanya pemeliharaan Hadis seperti
usaha-usaha para perawi Hadis dari masa ke masa dengan menghapal, mencatat,
meriwayatkan, dan mengkodifikasikannya ke dalam berbagai buku-buku Hadis.
c.

Al-Quran seluruhnya diriwayatkan secara mutawtir, sedangkan Hadis tidak

banyak diriwayatkan secara mutawtir. Mayoritas Hadis diriwayatkan secara hd


(individu, artinya tidak sebanyak periwayat mutawtir ).
d.

Kebenaran ayat-ayat al-Quran bersifat qath`iy al-wurd (pasti atau mutlak


kebenarannya) dan kafir yang mengingkarinya. Sedangkan kebenaran Hadis
kebanyakan bersifat zhanniy al-wurd ( relatif kebenarannya) kecuali yang
mutawtir.

e.

Al-Quran redaksi (lafazh) dan maknanya dari Allah dan Hadis Qudsiy

maknanya

dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya. Sedang Hadis
Nabawi berdasarkan wahyu Allah atau ijtihad yang sesuai dengan wahyu. Oleh
karena itu haram meriwayatkan al-Quran secara makna tanpa lafazh, dan boleh
periwayatan secara makna dalam Hadis dengan persyaratan yang ketat.
f.

Proses penyampaian al-Quran melalui wahyu yang tegas (jaliy) sedang Hadis
Qudsiy melalui wahyu, atau ilham, dan atau mimpi dalam tidur
Siap UN Hadis Keagamaan 77

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

g.

Kewahyuan al-Quran disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang dibacakan)


sedang kewahyuan Sunah disebut wahyu ghayr matluw (wahyu yang tidak

dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara jelas dan yakin kemudian diungkapkan
Nabi dengan redaksinya sendiri.
h.

Membaca al-Quran dinilai sebagai ibadah setiap satu huruf pahalanya 10

kebaikan, sedang membaca Hadis sekalipun Qudsiy tidak dinilai ibadah kecuali
disertai dengan niat yang baru.
i.

Di antara Surah al-Quran wajib dibaca dalam shalat seperti membaca Surah alFtihah yang dibaca pada setiap rakaat. Sedangkan dalam Hadis tidak ada yang
harus dibaca dalam shalat sekalipun Qudsiy, bahkan tidak shalat seseorang yang
menggantikan Surah al-Quran dengan Hadis Qudsiy .
j.

Haram menyentuh atau membawa mushahaf al-Quran menurut sebagian

pendapat) bagi yang ber-hadats baik hadats kecil maupun hadats besar (tidak
bersuci).
Sedangkan perbedaan antara Hadis Qudsiy dan Hadis Nabawi di antaranya
sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawi Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sedang
pada Hadis Qudsiy beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada Hadis Qudsiy,
Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan menggunakan
redaksinya sendiri.
b. Pada Hadis Qudsiy Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawliy sedang pada
Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan/qawliy, perbuatan/fi`liy, dan
persetujuan/taqrriy.
c. Hadis Nabawi merupakan penjelasan dari kandungan wahyu baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu yang tidak secara langsung, Nabi berijtihad
terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah. Jawaban itu ada kalanya sesuai
dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan
wahyu, maka datanglah wahyu untuk meluruskannya. Hadis Qudsiy wahyu
langsung dari Allah swt.
d. Hadis Nabawi lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat, sedang
Hadis Qudsiy maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
Hadis Qudsiy selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamr mutakallim) :
Aku (Allah)Hai hamba-Kusedang Hadis Nabawi tidak menggunakan ungkapan
ini.
Diantara kitab Hadis Qudsy adalah Al- Ittihaf As-Saniyah bi Al-AHadis Al-Qudsiyyah
yang ditulis oleh Abdul Rauf Al-Munawi. Didalamnya terdapat sekitar 272 buah Hadis.

Siap UN Hadis Keagamaan 78

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Uji Kompetensi


1. Ungkapan diatas adalah definisi untuk ..
A. Al-Quran
B. Hadis Qudsi
C. Hadis Nabawi
D. Khobar

E.
2.

Atsar



: ....

Ungkapan diatas adalah ciri untuk periwayatan ..


A. Al-Quran
B. Hadis Qudsi
C. Hadis Nabawi
D. Khobar
E. Atsar
3. Hadis dengan ciri disandarkan oleh Rasulullah SAW dari Allah, dimana Hadis
tersebut tidak bersumber dari ucapan, perbuatan, atau ketetapan nabi sendiri.
Hadis semacam ini dinamakan Hadis .
A. Marfu
B. Mauquf
C. Maqthu
D. Qudsi
E. Muttashil
4. Lafadz yang disandarkan kepada Allah SWT, diperoleh oleh nabi melalai ilham
dan boleh diriwayatkan dengan maknanya saja disebut Hadis.
A. Masyhur
B. Shahih
C. Qudsi
D. Mutawatir
E. Aziz
5. Sandaran Hadis Qudsi adalah .
A. Nabi Muhammad SAW
B. Allah swt
C. Sahabat
D. Tabiin
E. Tabiit Tabiin
6. Yang menyandarkan Hadis Qudsi adalah. ...
Siap UN Hadis Keagamaan 79

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

A. Nabi Muhammad SAW


B. Allah swt
C. Sahabat
D. Tabii
E. Tabiit Tabiin
7. Kualitas Hadis Qudsi adalah .
A. Shahih
B. Hasan
C. Dhaif
D. Bergantung persyaratan yang terpenuhi
E. Maqbul
8.

Manakah yang bukan termasuk perbedaan antara Hadis Qudsiy

dan al-

Quran?....
A. al-Quran lafal dan maknanya dari Allah sedang Hadis Qudsiy maknanya
dari Allah dan lafalnya dari Nabi
B. al-Quran dihitung beribadah membacanya sedang Hadis Qudsiy tidak
dihitung ibadah membacanya
C. al-Quran kepastiannya disyaratkan mutawtir sedang Hadis Qudsiy tidak
disyaratkan mutawtir.
D. Al-Quran semua ayat-ayatnya adalah mukjizat sedangkan Hadis Qudsiy
tidak demikian halnya.
E. Al-Quran boleh diriwayatkan dengan maknanya saja atau mengganti
lafadz sinonimnya sedangkan Hadis Qudsiy tidak boleh.
9. Manakah yang bukan termasuk perbedaan antara Hadis Qudsiy

dengan

Hadis Nabawi?....
A. Pada Hadis Nabawi Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan,
sedang pada Hadis Qudsiy beliau menyandarkannya kepada Allah swt.
B. Pada Hadis Qudsiy Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawliy sedang
pada Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi qawliy, fi`liy, dan taqrriy.
C. Hadis Qudsiy semuanya diriwayatkan secara mutawatir sedangkan Hadis
Nabawi tidak demikian
D. Hadis Nabawi merupakan penjelasan dari kandungan wahyu baik secara
langsung ataupun tidak langsung sedang Hadis Qudsiy wahyu langsung dari
Allah swt.
E. Hadis Nabawi lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang Hadis Qudsiy maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
10. Kitab Hadis Qudsy Al- Ittihaf As-Saniyah bi Al-AHadis Al-Qudsiyyah yang ditulis
oleh Abdul Rauf Al-Munawi didalamnya terdapat sekitar berapa buah Hadis? .
A.
B.
C.
D.
E.

172
272
372
732
722

buah
buah
buah
buah
buah

Hadis
Hadis
Hadis
Hadis
Hadis

Siap UN Hadis Keagamaan 80

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


5. Memahami hadis berdasarkan tempat penyandarannya atau dari sumber
beritanya.

INDIKATOR
5. 2. Menentukan kriteria hadis marfu qauli atau hadis marfu washfi.

BAB V
Klasifikasi Hadis berdasarkan tempat penyandarannya atau dari sumber beritanya
atau segi yang menyampaikannya ada tiga yaitu Hadis marfu, Hadis mauquf dan
Hadis maqthu.
Hadis Marfu
a. Pengertian

Marf` dari segi bahasa berasal dari


diartikan yang

diangkat atau yang ditinggikan. Hadis dinamakan marf` dalam arti


menjadi tinggi derajatnya karena disandarkan

kepada Rasulillah saw.

terangkat
Menurut

istilah sebagian Ulama Hadis memberikan definisi sebagai berikut :










Marf adalah Hadis yang disandarkan kepada Rasulillah saw baik berupa
perkataan, perbuatan atau persetujuan.
Dalam definisi ini memperjelas posisi Hadis Marf adalah yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW baik sanadnya bersambung atau terputus, seperti
Hadis Mursal, Muttashil, dan Munqathi` dan baik yang menyandarkan itu seorang
sahabat atau seorang tabii.
b.

Macam-macam Hadis Marfu


Menurut Prof. Dr.TM. Hasbi ash-Shiddieqy, para ahli Hadis membagi Hadist
marf kepada :
1. Marfu sharih (marfu haqiqy) yaitu di-marf-kan secara tegas
Hadis yang di-marfukan kepada Nabi SAW dengan sharih adalah Hadis yang
tegas-tegas dikatakan oleh seorang sahabat bahwa Hadis tersebut didengar atau
dilihat dan atau disetujui dari Rasulullah SAW.
Misalnya perkataan seorang sahabat : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda
begini atau Aku melihat Rasulullah saw berbuat begini dan atau Saya berbuat
di hadapan Rasulullah saw begini.
Contoh dalam kitab al-Jamu Bayna al-Shahhayn al-Bukhari wa Muslim 1/41 :
Siap UN Hadis Keagamaan 81

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo















} {

( )





Dari riwayat Abis bin Rabiah berkata : Aku melihat Umar mencium Hajar Aswad
dan berkata : Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah batu tidak
dapat member manfaat dan tidak dapat membahayakan. Jikalau bahwa aku tidak
melihat Rasulillah saw menciummu aku tidak menciummu. Hadis ditakhrij oleh alAl-Bukhari dari riwayat Aslam maula Umar dari Umar.
Hadis Marfu Sharih ( Marfu Haqiqy) dibagi tiga yaitu:
1. Marfu qauly
Seperti yang diberitakan oleh Abu Said Al-Khudri ra berkata:
Telah bersabda Rasulullah SAW sesungguhnya orang yang beriman itu
terhadap sesamanya, sama dengan keadaan batu tembok, satu dengan yang
lain saling mengikat (HR.Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasai).
2. Marfu Fily
Seperti perkataan Anas ra:
Bahwa Nabi SAW membetulkan shaf-shaf kami apabila kami akan sholat. Maka
setelah shaf itu lurus, barulah Nabi bertakbir
3. Marfu Taqriry
Seperti perkataan Ibnu Abbas ra:











Bahwa kami (para sahabat) melaksanakan shalat dua rakaat setelah
terbenamnya matahari (sebelum shalat Magrib ). Rasululah melihat kami, beliau
tidak menyuruh kami dan tidak mencegah kami. (HR. Muslim)

2. Marfu ghairu sharih (marfu hukmy) yaitu di-marf-kan secara hukum


Maksud Hadis marf hukmi adalah Hadis

seolah-olah

dikatakan oleh seorang

sahabat tetapi hakekatnya disandarkan kepada Rasulillah saw secara hukum (dihukumi
marfu)
Misalnya, perkataan Anas bin Malik r.a



Di antara Sunnah apabila seorang laki-laki beristri dengan seorang gadis (bikr)
sedang ia mempunyai seorang istri lain, hendaklah ia berdiam diri di rumah si
gadis itu 7 hari lamanya. (H.R. Al-Bukhari Muslim)
Marfu ghairu sharih (marfu hukmy) dibagi tiga juga, yaitu:
1. Perkataan seorang sahabat yang menerangkan, bahwa sahabat pernah
berbuat sesuatu dimasa Rasulillaah SAW
Siap UN Hadis Keagamaan 82

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

2. Perkataan seorang sahabat yang bersifat menetapkan suatu pahala atau


siksa.
3. Perkataan seorang sahabat, bahwa yang demikian itu menurut Sunnah.
Untuk jenis yang ketiga ini, diperselisihkan ulama, karena perkataan
menurut Sunnah, mungkin dikehendaki Sunnah Nabi SAW sendiri, mungkin
Sunnah Abu Bakar dan mungkin pula Sunnah seorang khalifah yang lain.
Tentang klasifikasi Hadis Marfu, ada pula yang berpendapat sebagaimana
diterangkan Fatch Rahman, yaitu:
1. Marfu Qauly Hakiki
Ialah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi tentang sabdanya,
bukan perbuatannya atau iqrarnya, yang dikatakan dengan tegas bahwa nabi
bersabda. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan lafazh qauliyah :


Aku mendengar Rasulullah saw bersabda begini
Contohnya :


:
:

()
Warta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat
jamaah itu lebih afdhal dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat sendirian
( HR Bukhari dan Muslim)
2. Marfu Qauly Hukmi
Ialah Hadis marfu yang tidak tegas penyandaran sahabat terhadap sabda
Nabi, melainkan dengan perantaran qarinah yang lain, bahwa apa yang
disandarkan sahabat itu berasal dari sabda nabi. Seperti pemberitaan sahabat
yang menggunakan kalimat :

.
Aku diperintah begini., aku dicegah begitu
Contohnya :

Siap UN Hadis Keagamaan 83

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

( )
Bilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan iqamah (HR
Mutafaqqun Alaih)
Pada contoh diatas Hadis tersebut dihukumkan marfu dan karenanya Hadis
yang demikian itu dapat dibuat hujjah. Sebab pada hakikatnya si pemberi
perintah itu tidak lain kecuali Nabi saw.
3. Marfu Fili Hakiki
Adalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan perbuatan
Rasulullah saw.
Contohnya :




) : ,
(( )
Warta dari Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendoa di waktu sembahyang,
ujarnya: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan hutang (HR
Bukhari)
4. Marfu Fili Hukmi
Ialah perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapan Rasulullah atau diwaktu
Rasulullah masih hidup. Apabila

perbuatan sahabat itu tidak

disertai

penjelasan atau tidak dijumpai suatu qarinah yang menunjukkan perbuatan itu
dilaksanakan di zaman Rasulullah, bukan dihukumkan Hadis marfu melainkan
dihukumkan Hadis mauquf. Sebab mungkin adanya persangkaan yang kuat,
bahwa tindakan sahabat tersebut diluar pengetahuan Rasulullah saw.
Contohnya :

):
(
Jabir r.a. berkata : Konon kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw
masih hidup (HR Nasai)
5. Marfu Taqririyah Hakiki
Ialah tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada memperoleh reaksi,
baik reaksi itu positif maupun negatif dari beliau.
Siap UN Hadis Keagamaan 84

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Contohnya, Seperti pengakuan Ibnu Abbas r.a:




Konon kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam,
Rasulullah

saw

mengetahui

perbuatan

kami,

namun

beliau

tidak

memerintahkan dan tidak pula mencegah.


6. Marfu Taqririyah Hukmy
Ialah apabila pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat sunnatu Abi
Qasim, Sunnatu Nabiyyina atau minas Sunnati.
Contohnya, perkataan Amru Ibnu Ash r.a kepada Ummul Walad:

( )
Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami. (HR. Abu Dawud)
Perkataan di atas tidak lain adalah sunnah Nabi Muhammad saw, akan tetapi
kalau yang memberitakan dengan kalimat minas sunnati dan yang sejenis
dengan itu seorang tabiin, maka Hadis yang demikian itu bukan disebut Hadis
marfu, tetapi disebut Hadis mauquf.
Hadis yang Dianggap Marfu
Selain yang tersebut di atas, terdapat beberapa ketentuan untuk menggolongkan
Hadis kepada Hadis marfu, antara lain:
1. Apabila dalam memberitakan itu, diikuti dengan kata-kata seperti: Yarfaahu,
Marfuan, Riwayatan, Yarwihi, Yannihi, Yatsuruhu/yablughu bihi.
Contohnya, yaitu Hadis al-Araj:

( ) :
()
Warta dari Abu Hurairah r.a, yang ia rafakan kepada Nabi saw: manusia itu
menjadi pengikut orang Quraisy. (HR. Mutafaq alaih)
2. Tafsir sahabat yang berhubungan dengan asbabun nuzul.
3. Sesuatu yang bersumber dari sahabat yang bukan semata-mata hasil
pendapat ijtihad beliau sendiri.
Siap UN Hadis Keagamaan 85

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Contohnya:


()
Konon Ibnu Umar dan Ibnu Abbas r.a, sama-sama berbuka puasa dan
mengejar shalat dalam perjalanan sejauh empat barid (18.000 langkah). (HR.
Bukhari).

4.

Uji Kompetensi

1. Manakah Hadis di bawah ini yang termasuk klasifikasi Hadis berdasarkan tempat
A.
B.
C.
D.
E.

2.
A.
B.
C.
D.
E.

penyandarannya atau dari sumber beritanya atau segi yang menyampaikannya yaitu? .
Mutawatir
Ahad
Marfu
Mursal
Munqhati`
Marf` dari segi bahasa berasal dari
Yang di hormati

diartikan....

yang dimulyakan
yang dibesarkan
Yang di angkat atau yang ditinggikan

yang di agungkan

3. Ungkapan diatas adalah definisi secara istilah dari Hadis .


A.
B.
C.
D.
E.

Mutawatir
Ahad
Marfu
Mauquf
Maqthu
4. Hadis yang disandarkan kepada Nabi baik ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat
dinamakan Hadis marfu. Jika seorang sahabat berkata;

A.
B.
C.
D.
E.
5.

maka Hadis tersebut adalah Hadis marfu.


Fili
Qauli
Taqriri
Hammiyah
Washfi
Pemberitaan sahabat yang diikuti dengan kalimat Sunnatu Abi Qosim disebut marfu.
A. Fily
B. Taqriry
C. Washfi
D. Qauly
E. Hukmi

Siap UN Hadis Keagamaan 86

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

6. Matan Hadis di atas adalah untuk contoh Hadis marfu .


A. Fili
B. Qauli

C.
D.
E.
7.

Taqriri
Hammiyah
Washfi
Hadis yang di-marfukan kepada Nabi SAW dengan tegas-tegas dikatakan oleh seorang
sahabat bahwa Hadis tersebut didengar atau dilihat dan atau disetujui dari Rasulullah SAW

adalah Hadis marfu yang .


Sharih
Hukmiy
Washfy
Qauly
Fily
8. Hadis marf yang seolah-olah
A.
B.
C.
D.
E.

dikatakan oleh seorang sahabat tetapi hakekatnya

disandarkan kepada Rasulillah SAW adalah kategori Hadis marfu yang .


Sharih
Hukmiy
Hakiky
Qauly
Fily
9. Perkataan seorang sahabat yang menerangkan, bahwa sahabat pernah berbuat sesuatu
A.
B.
C.
D.
E.

pada masa Rasulillaah SAW atau perkataan seorang sahabat, bahwa yang demikian itu
A.
B.
C.
D.
E.

menurut Sunnah. Adalah termasuk kategori Hadis marfu .


Sharih
Haqiqiy
Ghairu Sharih
Qauly
Filiy

( )
Bilal r.a. diperintah menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamah (HR
Mutafaqqun Alaih)
10.

Hadis di atas adalah contoh dari Hadis marfu..

A. Qauly Hakikiy
B. Qauly Hukmy
C. Fily Hakiky
D. Fily Hukmy
E. Taqriry Hakiky

Siap UN Hadis Keagamaan 87

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 88

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


5. Memahami hadis berdasarkan tempat penyandarannya atau dari sumber beritanya.

INDIKATOR
5. 3. Menentukan pendapat ulama tentang hukum mengamalkan hadis marfu.

BAB V
HADIS BERDASARKAN TEMPAT PENYANDARAN
A. Berhujjah dengan Hadis Marfu
Menurut penjelasan Fatchur Rahman, bahwa dengan melihat definisi Hadis marfu
memungkinkan Hadis muttashil, mursal, munqathi, mudhal dan muallaq menjadi
marfu. Sedangkan Hadis mauquf dan Hadis maqthu, tak dapat menjadi marfu bila
tak

ada

qarinah

yang

memarfukannya.

Dengan

demikian,

dapat

diambil

ketetapan, bahwa tiap-tiap Hadis marfu tidak selamanya bernilai shahih atau
hasan, tetapi setiap Hadis Hadis shahih atau hasan, tentu marfu atau dihukumkan
marfu.
Sementara menurut penjelasan Badri Khaeruman, Hadis marfu bisa bernilai
shahih, dalam hal ini apabila memenuhi syarat keshahihan lainnya, atau
penyandarannya dengan sanad yang muttashil (bersambung). Bisa tidak shahih,
bila tidak ditunjang oleh persayaratan keshahihan lainnya atau penyandarannya
dengan sanad yang tidak muttashil atau munqathi (terputus).
Olehkarena itu, menurut Jumhur Ulama maka Hadis marfu yang maqbul yang
shahih dan hasan bisa dijadikan hujjah dalam Islam dan wajib diamalkan, karena
karena kedua hadist ini dapat digolongkan kepada Hadis mutawatir, sedangkan
taraf kapasitas tentang benarnya Hadis mutawatir berasal dari Nabi SAW adalah
tertinggi atau 100 %, keshahihannya berasal dari Nabi bersifat pasti, tidak bersifat
dugaan; karena itu kedudukannya sebagai sumber ajaran agama Islam adalah
tertinggi ketimbang Hadis-Hadis lain.
Sedangkan Hadis marfu yang

dhaif, tidak dapat dijadikan hujjah dalam

menetapkan akidah dan hukum, kecuali boleh dijadikan hujjah hanya untuk
menerangkan

fadhailil

amal,

yaitu

yang

menjelaskan

tentang

berbagai

keutamaan yang terkandung dalam suatu amal yang diperintahkan oleh Allah dan
RasulNya.
Kehujjahan Hadis Marfu yang Shahih

Menurut penjelasan Abdul Majid Khon, Hadis yang memenuhi persyaratan Hadis

shahih wajib diamalkan sebagai hujjah atau dalil syara sesuai ijma ulama Hadis
dan sebagian ulama ushul dan fikih.
Ada beberapa pendapat para ulama yang memperkuat kehujjahan Hadis Shahih
ini, di antaranya sebagai berikut:

Siap UN Hadis Keagamaan 89

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

a. Hadis shohih memberi faedah qathiI (pasti kebenarannya) jika terdapat di dalam
kitab Shahihayn (Al-Bukhari dan Muslim) sebagaimana pendapat yang dipilih
Ibnu Ash-Shalah.
b. Wajib menerima

Hadis

shahih

sekalipun

tidak

ada

seorangpun

yang

mengamalkannya, pendapat Al-Qasimi dalam qawaid at-tahdits.


Kehujjahan Hadis Marfu yang Hasan
Menurut penjelasan Abdul Majid Khon, Hadis hasan dapat dijadikan hujjah walaupun
kualitasnya di bawah Hadis shahih. Semua Fuqaha, sebagian Muhadditsin dan
Ushuliyyin mengamalkannya kecuali sedikit dari kalangan orang yang sangat ketat
dalam

mensyaratkan

Muhadditsin

yang

penerimaan

Hadis

(musyaddidin).

mempermudah

dalam

persyaratan

Bahkan

shahih

sebagian

(mutasahilin)

memasukkannya ke dalam Hadis shahih, seperti Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu
Khuzaimah.
Kehujjahan Hadis Marfu yang Dlaif

Sebagaimana penjelasan sebelumnya tentang berhujjah dengan Hadis Dhaif

Uji Kompetensi
1. Jika shahaby itu tidak menyandarkan kepada masa Nabi SAW, maka tidak dihukumi
sebagai marfu, hanya dihukumi mauquf. Tetapi jika disandarkan kepada masa Nabi SAW,
umpamanya mereka mengatakan kami berbuat dimasa hayat Nabi SAW, maka dihukumi
.
A. Marfu
B. Mauquf
C. Maqthu
D. Muttashil
E. Munqhati`
2. Jika Hadis marfu yang maqbul, maka wajib dijadikan sebagai hujjah. Pendapat ini adalah
A.
B.
C.
D.
E.
3.

A.
B.
C.
D.
E.
4.

5.

pendapat .
Ibnu Syihab az-Zuhrii
Muhammad bin Jabir
Jumhur Ulama
Orang awam
Ahli Hadis
Boleh berhujjah dengan menggunakan Hadis Marfu walaupun tidak semua Hadis marfu
itu shahih dan hasan.
Ungkapan diatas adalah pendapat .
Khatib al-Baghadadi
Ibnu Hajar al-Asqalani
Ibnu Hambal
Jumhur Ulama
Ashabus Syafii
Hadis marfu yang shohih berderajat atau memberi faedah..
A. Dhonni
B. Qothi
C. Syadz
D. Mutlak
E. Nisbi
Sedangkan Hadis marfu yang dlaif, berderajat atau memberi faedah..
A. Dhonni
B. Qothi

Siap UN Hadis Keagamaan 90

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. Syadz
D. Mutlak
E. Nisbi
6. Wajib menerima Hadis marfu yang shahih sekalipun tidak ada seorangpun yang
mengamalkannya, adalah pendapat dari .
A. Al-Hakim
A. Ibnu Hibban
B. Ibnu Khuzaimah
C. Al-Qasimi
D. Abu Dawud
7. Hadis marfu yang hasan dapat dijadikan hujjah walaupun kualitasnya di bawah Hadis
shahih, kecuali sedikit dari kalangan .
A. Fuqaha
B. Muhadditsin
C. Ushuliyyin
D. Musyaddidin
E. Mufassirin
8. Hadis marfu maqbul yang shahih dapat digolongkan kepada Hadis .
A. Mutawatir
B. Ahad
C. Masyhur
D. Aziz
E. Gharib
9. Hadis marfu maqbul yang hasan dapat digolongkan kepada Hadis .
A. Mutawatir
B. Ahad
C. Masyhur
D. Aziz
E. Gharib
10.Hadis marfu yang dhaif boleh dijadikan hujjah hanya untuk menerangkan ..
A. Masalah aqidah
B. Masalah hukum
C. Masalah ibadah
D. Masalah fadhailil amal
E. Masalah ushuluddin

Siap UN Hadis Keagamaan 91

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya sebagai
hujjah

INDIKATOR
6.1. Menjelaskan hadis muhkam, matruk, mudallas, munkar, muallaq
A. PENGANTAR

Pembicaraan mengenai pembagian hadis ditinjau dari segi diterima dan


ditolaknya hadis berarti pembicaraan hadis dari segi kualitasnya. Hadis ditinjau
dari segi kualitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hadis hasan, dan
hadis dhaif. Hadis Shahih dan hadis hasan termasuk kategori hadis maqbul, yaitu
hadis yang telah sempurna padanya syarat-syarat penerimaan, sedangkan hadis
dhaif dikategorikan sebagai hadis mardud (tertolak), dimana pada hadis tersebut
tidak terpenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat hadis maqbul. Syarat hadis
shahih adalah:
1. Sanadnya bersambung;
2. perawinya adil;
3. perawinya dhabit;
4. tidak syadz (janggal);
5. tidak berillat.

Hadis shahih dibagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatihi dan shahih li ghairihi.
Tingkatan hadis di bawah hadis shahih adalah hadis hasan, dimana hadis hasan
memiliki persyaratan-persyaratan yaitu:
1. Sanadnya bersambung;
2. Perawinya adil;
3. Perawinya dhabit, tetapi kualitas ke-dhabit-annya di bawah ke-dhabit-an perawi hadis
shahih;
4. Tidak terdapat kejanggalan;
5. Tidak berillat.

Siap UN Hadis Keagamaan 92

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Hadis shahih juga dibagi menjadi dua, yaitu hasan

li dzatihi dan hasan li

ghairihi. Berikut ini adalah beberapa macam hadis ditinjau dari segi diterima dan
ditolaknya sebagai hujjah.
1. HADIS MUHKAM
Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan, atau yang diteguhkan.
Yaitu hadis-hadis yang tidak mempunyai saingan dengan hadis yang lain, yang
dapat mempengaruhi artinya.
Pengertian hadis muhkam dalam versi yang lain adalah hadis

yang

tidak

kontra

dengan hadis lain sebagaimana mayoritas hadis. Atau diartikan hadis yang petunjuk
maknanya jelas dan tegas, tidak ada kemungkinan makna lain sebagaimana dalam
ayat-ayat muhkamt.
Dikatakan muhkam karena dapat dipakai sebagai sumber hukum lantaran dapat
diamalkan secara pasti, tanpa syubhat sedikitpun. Contoh:
























( )



Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami alLaits, ia berkata, bercerita kepadaku Said al-Maqburiy, dari Abu Suraih al-Adawi, ia
berkata, saya mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua
mataku manakala Nabi saw bercakap-cakap beliau saw bersabda: Barang siapa
percaya kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya... (alBukhari)
2. HADIS MATRUK
Dari segi bahasa kata matruk berasal dari akar kata:

artinya tertinggal. Pemberitaan seseorang tertinggal dalam arti tidak

didengar, tidak dianggap, dan tidak dipercaya karena menyangkut pribadi yang
tidak baik. Menurut istilah hadis matruk yaitu hadis yang salah satu periwayatnya
seorang tertuduh dusta. Diantara sebab-sebab tertuduhnya dusta seorang perawi
ada beberapa kemungkinan, yaitu: 1) periwayatan hadisnya menyendiri; 2) seorang
perawi dikenal pembohong; 3) menyalahi kaidah-kaidah yang maklum. Hadis matruk
dikategorikan sebagai hadis dhaif dengan sebab cacat keadilan perawi, dimana
perawi pada suatu hadis tidak memiliki sifat adil (terkenal sebagai pendusta).
3. HADIS MUDALLAS
Mudallas adalah hadis yang disembunyikan cacatnya. Maksudnya, hadis yang
diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya,
padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Maka hadis
mudallas ini ialah hadis yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya. Sedang pelakunya
disebut mudallis.
Ada tiga macam jenis hadis mudallas, yaitu mudallas isnad, mudallas syuyukh
dan mudallas taswiyah.
Siap UN Hadis Keagamaan 93

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

a. Mudallas isnad.

Misalnya seorang muhaddis menyembunyikan nama gurunya yang merupakan


satu di antara perawi dalam rangkaian sanad, lalu langsung menyebutkan perawi
yang lebih atas dari gurunya. Namun adanya lompatan jalur periwatan ini
disembunyikan sedemikian rupa, bahkan dengan tetap memakai ungkapan yang
memberikan pengertian kepada si pendengar bahwa hal itu dinukilnya secara
langsung. Misalnya, suatu hadis diriwayatkan oleh A dari B dari C dan dari D. A
tahu bahwa gurunya, B adalah perawi yang lemah. Bila dicantumkan dalam hadis
yang diriwayatkannya, pastilah hadis itu tidak akan diterima orang lain. Maka A
menyembunyikan keberadaan B dan langsung mengatakan bahwa dia mendengar
dari C. Padahal A tidak pernah bertemu atau meriwayatkan langsung dari C. Meski
A tahu bahwa C itu adil dan dhabith, namun karena A tidak pernah mendengar
langsung dari C kecuali lewat B, maka A berbohong dan mengaku mendengar
langsung dari C dan menghapus B dari daftarperawinya.
b. Mudallas syuyukh.

Trik lainnya untuk mengelabuhi adalah dengan tidak menghilangkan nama


gurunya, tetapi gurunya itu digambarkan dengan sifat yang tidak dikenal oleh
umumya kalangan ahli hadis. Misalnya, A tetap mengatakan bahwa dia
meriwayatkan hadis dari B dan dari C dan dari D. Karena A tahu bahwa B itu
perawi yang lemah dan kalau disebutkan secara jelas identitas B akan membuat
hadis itu jadi lemah, maka A tidak secara tegas menyebutkan identitas B dengan
nama yang sudah dikenal kalangan ahli hadis. Misalnya A menyebut nama julukan
lain yang sebenarnya mengacu kepada B, tapi orang lain tidak tahu bahwa yang
dimaksud oleh A dengan julukan itu sebenarnya adalah B.
c. Mudallas taswiyah.

Trik ini adalah menggugurkan seorang perawi dhaif di antara dua orang perawi
yang tsiqah.
4. HADIS MUNKAR
Hadis Munkar yaitu hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah
(dhaif) yang bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang
tepercaya/jujur. Lawan dari hadis munkar dalah hadis maruf, yaitu hadis yang
diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya (tsiqah).
Perbedaan antara hadis munkar dengan hadis maruf adalah jika datang dari perawi
yang terpercaya maka disebut hadis maruf, dan apabila datang dari perawi yang
tidak terpercaya disebut hadis munkar. Demikian ini adalah pengertian yang paling
populer sebagaimana dikuatkan oleh Ibnu Hajar.
5. HADIS MUALLAQ
Yaitu hadis yang diriwayatkan tanpa memakai sanad. Misalnya, Rasulullah SAW
bersabda atau Diriwayatkan dari Ibn Umar dari Rasulullah SAW atau Bukhari
meriwayatkan hadis Rasulullah SAW. Hadis muallaq ini kadang tidak disebut
Siap UN Hadis Keagamaan 94

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

sanadnya oleh seorang ahli hadis karena hendak meringkasnya, padahal sanadnya
ada.

Siap UN Hadis Keagamaan 95

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Di bawah ini adalah hadis yang dapat diterima sebagai hujah dan dapat diamalkan
a. Hadis muhkam
b. Hadis matruk
c. Hadis muallaq
d. Hadis mudallas
e. Hadis mursal
2. Hadis matruk adalah hadis yang dhoif disebabkan
a. Perawinya cacat keadilannya dan tertuduh dusta
b. Sanadnya terputus
c. Perawi kurang dhabith
d. Perawi masih anak-anak
e. Terdapat kejanggalan dalam matan hadis
3. Yang tidak termasuk macam-macam hadis mudallas adalah
a. Mudallas syuyukh
b. Mudallas isnad
c. Mudallas guru
d. Mudallas tahrij hadis
e. Mudallas taswiyah

4.
Suatu hadis yang tidak disebutkan sanadnya sebagaimana di atas adalah..
a. Hadis muallal
b. Hadis mudallas isnad
c. Hadis munkar
d. Hadis muallaq
e. Hadis mursal
5. Antara hadis maruf dengan hadis munkar terdapat perbedaan yang kontradiktif, jika
pada hadis maruf perawinya tsiqah tetapi pada hadis munkar perawinya tidak dapat
dipercaya. Pengertian ini adalah menurut..
a. Ibnu Qutaibah
b. Ibnu Hajar al-Asyqalani
c. Ibnu Abdil Barr
d. Ibnu Masud
e. Ibnu Umar
6. Hadis maqbul adalah
a. Hadis yang memiliki kualitas dari sisi sanad dan matan hadis
b. Hadis yang popular di kalangan sahabat
c. Hadis yang telah sempurna padanya syarat-syarat penerimaan.
d. Hadis yang bisa digunakan sebagai fadhailul amal
e. hadis yang sanadnya bersambung

7. Di bawah ini yang bukan hadis maqbul adalah.


a. hadis shahih li dzalitihi
b. hadis shahih li ghairihi
c. hadis shahih maa ghairihi
Siap UN Hadis Keagamaan 96

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

d. hadis hasan li dzatihi.


e. hadis hasan li ghairihi
8. Terdapat persamaan dan perbedaan antara hadis shahih dengan hadis hasan.
Perbedaannya adalah..
a. Hadis shahih sanadnya bersambung, hadis hasan sanadnya terputus
b. Hadis shahih dan hadis hasan tidak ada perbedaan yang signifikan
c. Hadis shahih perawinya dhabit,hadis hasan perawinya kurang dhabit
d. Hadis shahih perawinya adil, hadis hasan perawinya kurang adil
e. hadis shahih tidak terdapat illat, hadis hasan ada illat
9. Lawan dari hadis maqbul adalah..
a. hadis mursal
b. hadis muhkam
c. hadis mardud
d. hadis maruf
e. hadis musnad
10. Hadis yang petunjuk maknanya jelas dan tegas tidak ada kemungkinan makna
lain disebut.
a. hadis mursal
b. hadis muhkam
c. hadis mardud
d. hadis maruf
e. hadis muallaq

Siap UN Hadis Keagamaan 97

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya
sebagai hujjah
INDIKATOR
6.2 Menentukan cara/alasan suatu hadis lebih arjah dari hadis yang lain

PENGANTAR
Salah satu masalah yang wajib diyakini oleh setiap muslim adalah bahwasanya
Dienullah (agama Allah/Islam) adalah terjaga dari saling bertentangan dan bertolakbelakang, dan syariatnya bersih dari saling berbenturan satu sama lain. Karena syariat
Islam diturunkan dari sisi Allah Yang Maha tahu dan Maha bijaksana, yang firmanfirman-Nya dan hukum-hukum-Nya tidak saling bertentangan dan bertolak belakang.
Maka tidak mungkin ada dua dalil yang sama-sama shahih dan sama-sama
sharih (tegas dan jelas) saling bertentangan secara hakiki, yang mana tidak mungkin
lagi untuk dikompromikan atau dirajihkan (dikuatkan) salah satunya, dalam kondisi apa
pun. Pernyataan bahwa ada kontradiksi di antara perkataan Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam yang satu dengan perkataan beliau yang lain, bisa jadi muncul karena
ketidaktahuannya dalam ilmu hadis, di mana ia tidak mampu membedakan antara
hadis yang shahih dengan yang lainnya. Lalu dia membawakan kontrasiksi hadis yang
tidak ada asal-muasalnya, atau mempertentangkan hadis shahih dengan hadis palsu.
Mungkin pula adanya pernyataan bahwa ada kontradiksi di antara perkataan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam yang satu dengan perkataan beliau yang lain disebabkan
karena ketidak pahaman, lemahnya fiqih dalam memahami hakikat yang diinginkan
oleh nash (dalil).
Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah beliau adalah orang yang terkenal ahli
dalam menggabungkan hadis-hadis yang secara sekilas bertentangan, beliau berkata:
. " "
Aku tidak mengetahui ada dua hadis yang bertentangan (kontradiksi), dan barang
siapa yang memiliki hadis yang bertentangan, hendaklah mendatangiku membawa
hadis itu supaya aku mengkompromikan keduanya.
Kenyataanya, bahwa adanya kontradiksi pada lahiriyah (makna yang nampak
secara sekilas) sebagian nash-nash (al-Quran atau hadis) bukanlah perkara yang aneh,
selama hal itu dalam koridor hal-hal yang mesti terjadi, seperti lafadz umum dan
khusus, mutlaq dan muqayad, mujmal dan mufasal, nasih dan mansukh (karena halhal tersebut secara lahiriyah bertentangan antara satu nash dengan yang lainnya).
Sebab-Sebab Perbedaan Hadis
Para ulama rahimahumullah telah menyebutkan beberapa sisi yang menjadi
sebab timbulnya perbedaan hadis, di antaranya:

Siap UN Hadis Keagamaan 98

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Banyaknya perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh para Sahabat radhiyallahu'anhum.


Kadang kala Nabi melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu pada dua kondisi yang
berbeda, maka salah seorang dari Sahabat radhiyallahu 'anhu meriwayatkan apa yang
dilihatnya atau didengarnya dari Nabi pada satu kondisi, dan Sahabat yang lain
meriwayatkan dari Nabi sesuatu yang berbeda dengan Sahabat yang pertama pada
kondisi yang lain.

2. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan satu perbuatan, akan tetapi dalam lebih
dari satu bentuk (baik cara maupun jumlahnya), hal itu untuk menunjukkan
kebolehan. Seperti hadis-hadis tentang shalat witir beliau, bahwasanya beliau
kadang melakukan 7 rakaat, 9 rakaat atau 11 rakaat.
3. Perbedaan para Sahabat radhiyallahu'anhum dalam mengabarkan apa yang
dilihatnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. seperti perbedaan mereka dalam
masalah haji Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, apakah haji Nabi adalah Qiron atau
Mufrid atau Tamattu. Dan seluruh jenis haji ini boleh saja difahami oleh para
Sahabat radhiyallahu'anhum dari perbuatan Nabi, karena niat haji Qiron, Tamattu
atau Ifrad merupakan sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh manusia.
4. Seorang Sahabat mendengar hukum baru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
yang me-mansukh-kan (menghapuskan) hukum yang pertama. Namun hal itu tidak
didengar oleh Sahabat yang lain, lalu dia (sahabat yang tidak mendengar) tetap
meriwayatkan hukum yang lama (sebelum dihapus), sesuai apa yang apa yang
dengar.
Dan masih banyak lagi sebab-sebab yang lain. Sekalipun demikian para Muhadis
(Ahli Hadis) telah berinteraksi dengan hadis-hadis yang semacam ini. Mereka telah
meletakkan

kaidah-kaidah

dan

aturan-aturan

yang

menjamin

tidak

adanya

pertentangan dan kontradiksi di antara hadis-hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam. Kaidah-kaidah tersebut yang dikenal dengan Ilmu Mukhtalaf al-Hadis,
yaitu

ilmu

yang

megkaji

tentang

bertentangan dan bagaimana

hadis-hadis

yang

secara

eksplisit

tampak

mendudukkan hadis-hadis tersebut sebagai sumber

hokum. Ilmu ini sangat tinggi kedudukannya dan besar manfaatnya dan dibutuhkan
oleh setiap ulama dan ahli fiqih. Tidak bisa menggelutinya kecuali orang-orang yang
luas ilmunya, cermat pemahamannya, dan cemerlang otaknya.
Dan kaidah-kaidah tersebut adalah inti dari manhaj (metode) ahli hadis dalam
mengkritisi, dan ia memiliki hubungan erat dan langsung dengan syarat-syarat
diterimanya hadis. Oleh sebab itu muncullah dari kaidah-kaidah ini, cabang-cabang
dalam ilmu hadis seperti syadz (hadis yang diriwayatkan oleh orang yang tsiqah
tetapi menyelisihi orang yang lebih tsiqah darinya) dan mahfudz (lawan dari syadz),
munkar (hadis yang diriwayatkan oleh orang yang dhaif menyelisihi orang yang
shahih) dan maruf (kebalikan dari munkar), nasikh (hadis yang menghapus) dan
mansukh (yang dihapus), mudhtharib (goncang) dan muallal (hadis yang ada
illatnya/cacatnya).
Maka hadis yang maqbul (diterima) apabila bertentangan dengan hadis dhaif
(lemah) maka dibuang hadis dhaif tersebut dan dihukumi sebagai hadis munkar, dan
yang menyelisihinya (yang shahih) adalah hadis maruf . Adapun jika yang
Siap UN Hadis Keagamaan 99

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

menyelisihinya adalah hadis dari riwayat orang tsiqah kali ini tidak dinamakan hadis
shahih- maka kita lihat kedudukan kedua hadis itu dan pentadilannya: Apabila
memungkinkan untuk digabungkan antara kedua hadis yang bertentangan, dan
menjelaskan sisi penafsiran tiap-tiap hadis yang rumit, yang bisa menghilangkan
kerumitannya dan meghilangkan pertentangannya, maka saat itu wajib menempuh
langkah yaitu mengkompromikan keduanya dengan cara mengamalkan kedua
hadis tersebut.
Yang termasuk contoh dalam hal ini yang ada di dalam hadis-hadis hukum
adalah hadis:

(( ))
Apabila jumlah air melebihi dua qullah, tidak membawa kotoran (tidak membuat
najis)
Dengan hadis:
. )) ((
Allah menciptakan air itu suci dan mensucikan, tidak dinajiskan oleh sesuatu, kecuali
denga apa yang merubah rasanya, warnanya dan baunya.
Hadis yang pertama secara lahiriyah menunjukkan sucinya air dua qullah baik
berubah ataupun tidak. Hadis kedua secara lahiriyah menunjukkan sucinya air yang
tidak berubah (rasa, warna maupun bau) baik dua qullah maupun kurang dari dua
qullah. Maka keumuman masing-masing dari kedua hadis dikhususkan oleh hadis yang
lainnya, atau dengan kata lain masing-masing hadis saling mengkhususkan satu sama
lain. Kesemuanya adalah hadis shahih, dan para ulama telah menempuh berbagai
metode untuk menggabungkan hadis-hadis di atas dan menghilangkan pertentangan
di antara hadis-hadis tersebut.
Adapun kalau tidak memungkinkan untuk digabungkan di antara hadis-hadis
yang bertentangan tersebut, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Pertama, terbukti setelah penelitian sejarah bahwa salah satu dari dua hadis datang
lebih akhir dan menggantikan posisinya, maka tidak ada pertentangan juga,
karena Syari (pembuat Syariat) yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala menghapus
hukum yang datang lebih awal dengan hukum yang datang belakangan. Maka
saat itulah Nasikh (hukum yang menghapus) diamalkan dan Mansukh (hukum
yang dihapus) tidak diamalkan.
Kedua,

jika tidak ada petunjuk yang menunjukkan bahwa ada naskh mansukh, maka
saat itu kita menempuh jalan tarjih (menguatkan salah satu hadis). Kemudian
kita mengamalkan hadis yang rajih (kuat) dan itu dinamakan hadis shahih
atau disebut juga mahfudz, dan jadilah hadis yang marjuh (lemah) sebagai
hadis syadz atau muallal dan tidak diamalkan.
Dan para ulama telah memperhatikan masalah tata cara dan urutan dalam
mentarjih, mereka membuat kaidah-kaidah dalam mentarjih, baik secara
global maupun terperinci. Dan keseluruhan kaidah itu kembali kepada tujuh
garis besar, sebagaimana disebukan oleh Imam Suyuthi dalam kitab Tadribu
ar-Rawi,

seperti

tarjih

dengan

melihat

kondisi

perawi

hadis,

Siap UN Hadis Keagamaan 100

cara

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

menerima/mendapatkan hadis, cara periwayatan, lafadz hadis, mentarjih


dengan faktor eksternal (yang tidak terkait dengan hadis secara langsung)
dan lain-lain.
Ketiga, menurut Muhammmad Alawi al Maliki dalam bukunya Ilmu Ushul Hadis, jika
makna kedua hadis yang secara eksplisit saling bertentangan, dengan cara
apapun tidak mungkin mentarjih / menguatkan salah satu di antara keduanya,
maka kedua hadis itu harus dimauqufkan.

Siap UN Hadis Keagamaan 101

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Seorang imam hadis yang terkenal ahli dalam menggabungkan hadis-hadis yang secara
sekilas bertentangan adalah..
a. Ibnu qutaibah
b. Anas bin Malik
c. Ibnu Abas
d. Ibnu Khuzaimah
e. Ibnu Abdil Barr
2.

artinya.
a. Tidaklah ada dua hadis yang saling berlawanan, kecuali bisa dikompromikan
b. Aku tidak mengetahui adanya dua hadis yang saling bertentangan
c. Datanglah kepadaku jika ada dua hadis yang bertentangan
d. Pertentangan dua hadis merupakan masalah yang segera diselesaikan
e. Aku tidak mengetahui ada dua hadis yang bertentangan (kontradiksi), dan barang
siapa yang memiliki hadis yang bertentangan, hendaklah mendatangiku membawa
hadis itu supaya aku mengkompromikan keduanya.
3. Contoh dua hadis yang dhahirnya bertentangan adalah seperti berikut ini:


dengan


Langkah yang ditempuh adalah
a. Dikompromikan dan diamalkan keduanya
b. Hadis pertama yang dipakai karena datang kemudian
c. Hadis kedua yang diamalkan karena sifatnya lebih khusus
d. Dimauqufkan karena kedua hadis sifatnya sangat umum
e. Harus dilihat mana hadis yang sifatnya lebih tafsili, itulah yang diamalkan
4. Tarjih adalah
a. Usaha untuk mengkompromikan hadis yang bertentangan
b. Menguatkan salah satu hadis dari hadis lain yang tampak berlawanan
c. melemahkan salah satu hadis dari hadis lain yang tampak berlawanan
d. mengamalkan setelah dikompromikan
e. perlawanan antara dua hadis
5. Ilmu yang megkaji tentang hadis-hadis yang secara eksplisit tampak bertentangan dan
bagaimana mendudukkan hadis-hadis tersebut sebagai sumber hukum disebut
a. Ilmu gharibil hadis
b. Ilmu rijalil hadis
c. Ilmu nasikh mansukh
d. Ilmu mukhtalaful hadis
e. Ilmu hadis dirayah
6. Di bawah ini yang bukan sebab-sebab terjadinya perbedaan hadis adalah

Siap UN Hadis Keagamaan 102

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

a. Adanya perawi yang tidak adil


b. Sahabat mendengar hukum baru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang memansukh-kan (menghapuskan) hukum yang pertama, namun tidak didengar oleh
sahabat yang lain
c. Perbedaan para Sahabat radhiyallahu'anhum dalam mengabarkan apa yang
dilihatnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
d. Nabi melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu pada dua kondisi yang berbeda
yang didengar atau dilihat oleh sahabat yang berbeda pula
e. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan satu perbuatan, akan tetapi dalam lebih
dari satu bentuk (baik cara maupun jumlahnya)
7. Jika makna kedua hadis yang secara eksplisit saling bertentangan,

dengan cara

apapun tidak mungkin mentarjih / menguatkan salah satu di antara keduanya, maka
solusinya adalah
a. Dimauqufkan
b. Dilakukan pentarjihan ulang
c. Diamalkan bersama-sama
d. Mengamalkan hadis yang datang lebih awal
e. Mengamalkan hadis yang datang kemudian
8. Kompromi hadis dilakukan jika.
a. Kedua hadis bisa diamalkan bersama-sama
b. Adanya nasikh mansukh
c. Perawi hadis dhabith dan adil
d. Sanad hadis bersambung
e. Hadis pertama muhkam sedang hadis yang kedua ghairu muhkam
9. Kitab Tadribu ar-Rawi adalah karya..
a. Imam Nawawi
b. Imam Suyuthi
c. Ibnu Hajar al- Asyqalani
d. Imam Ahmad Ibn Hanbal
e. Imam as-Syafii
10.Lawan dari lafal rajih adalah..
a. Syadz
b. Dhaif
c. Marjuh
d. Layyin
e. Qawwiy

Siap UN Hadis Keagamaan 103

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya
sebagai hujjah
INDIKATOR
6.3. Menjelaskan sebab kemursalan suatu hadis
Pengertian Hadis Mursal
Hadis mursal yaitu hadis yang gugur sanadnya setelah tabiin. Yang dimaksud gugur
di sini ialah nama sanad terakhir tidak disebutkan padahal sahabat adalah orang yang
pertama menerima hadis dari rasul. Al-Hakim merumuskan hadis mursal dengan:


Hadis yang disandarkan langsung oleh tabiin kepada rasul saw
perbuatan maupun taqrirnya. Tabiin tersebut

baik perkataan,

baik termasuk tabiin kecil maupun

besar.
Ada 3 macam hadis mursal:
1. Mursal al-Jali, yaitu tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat tersebut dilakukan oleh
tabiin besar
2. Mursal al-khafi, yaitu pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabiin yang masih
kecil. Hal ini terjadi karena hadis yang diriwayatkan oleh tabiin tersebut meskipun ia
hidup sezaman dengan sahaby, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadis pun
daripadanya.
3. Termasuk juga ke dalam hadis mursal ini, hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat
yang ia sendiri tidak langsung mendengar dari rasul (karena mungkin ia masih kecil atau
tidak pada majlis rasul pada saat hadis itu diwurudkan atau terbelakang masuk
islamnya), tetapi dikatakannya bahwa ia menerima hadis itu dari rasul. Oleh para ahli
hadis, hadis yang diriwayatkan dengan cara ini disebut dengan mursal al-shahabi.

Contoh hadis mursal shahaby adalah hadis yang diriwayatkan oleh Malik bin Ibnu
Syihab dari Ubaidillah bin abdillah bin Atabah dari Abdullah bin Abbas. Kata Ibnu
Abbas:



Bahwa rasulullah saw keluar menuju ke Mekah pada tahun kemenangan pada
bulan ramadhan karena hanya beliau berpuasa sampai ke Kadid, lalu setelah beliau
berbuka, kemudian orang-orangpun berbuka.
Menurut Al-Qabisy, hadis tersebut termasuk hadis mursal shahaby, lantaran Ibnu
Abbas tidak ikut bepergian bersama rasulullah saw. Beliau di rumah (Mekah)
Siap UN Hadis Keagamaan 104

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

bersama dengan orang tuanya, jadi tidak menyaksikan kisah perjalanan tersebut.
Hal itu diketahui berdasarkan berita dari sahabat lain.
Hadis mursal shahaby dianggap sebagai hadis shahih karena pada ghalibnya ia
tidak meriwayatkan selain dari para sahabat. Sedangkan hadis mursal al-khafi
dihukumi sebagai hadis dhaif.
Dari pengertian dan pembagian hadis mursal di atas, dapat diketahui sebabsebab kemursalan hadis, antara lain:
1. Tidak pernah bertemunya antara tabiin yang meriwayatkan hadis dengan sahabat
sebagai sanad pertama yang langsung menerima (mendengar/melihat) dari rasul saw
karena mereka tidak hidup sezaman.
2. Seorang tabii tidak pernah mendengar hadis dari sahabat meskipun mereka hidup
sezaman, hal ini dimungkinkan karena seorang tabii tersebut usianya masih muda
(masih kecil).
3. Seorang sahabat yang ia sendiri tidak langsung mendengar dari rasul (karena mungkin
ia masih kecil atau tidak pada majlis rasul pada saat hadis itu diwurudkan), tetapi
dikatakannya bahwa ia menerima hadis itu dari rasul (mursal shahaby).
4. Karena sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut lebih belakang masuk islamnya.

Berhujjah dengan hadis mursal


Sikap para ulama dalam menggunakan hujjah hadis mursal bermacam-macam,
yaitu:
1. Imam Malik dan Ahmad dan Abu Hanifah, menerima hadis mursal sebagai hujjah.Mereka
beralasan,

seorang

rawi

yang

adil

tentu

enggan

membuat

penipuan

dengan

menyembunyikan atau menggugurkan rawi yang tidak adil.


2. Jumhur Ulama dan Imam Syafii memandang bahwa hadis mursal adalah dhaif, karenanya
tidak dapat dijadikan hujjah. Imam Syafii mengecualikan beberapa hal, yaitu:
a. Hadis mursal dari Ibnu al-Musayyab. Sebab pada umumnya ia tidak meriwayatkan
hadis selain dari Abu Hurairah (mertuanya)
b. Hadis mursal yang dikuatkan oleh hadis musnad, baik dhaif maupun shahih
c. Hadis mursal yang dikuatkan oleh qiyas
d. Hadis mursal yang dikuatkan oleh hadis-hadis mursal yang lain
3. Menurut asy-Syaukani, bahwa yang benar itu hadis mursal tidak dapat dibuat hujjah
secara mutlak karena adanya keraguan dan tidak diketahui dengan jelas keadaan
rawinya. Ini adalah pendapat yang rajih menurut muhaddisin.

Dari tiga pendapat di atas timbullah beberapa pendapat yang kalau dijabarkan bisa
menjadi 10 pendapat, yaitu:
1. Hadis mursal dapat dijadikan hujjah secara mutlak.
2. Tidak dapat digunakan secara mutlak.
3. Dapat, asal yang mengirsalkan ulama abad ketiga.
4. Dapat, bila yang mengirsalkan itu orang adil.
5. Dapat, bila yang mengirsalkan itu Said ibnu al-Musayyab.
6. Dapat, asal ada penguatnya
7. Dapat, bila dalam bab itu tidak ada hadis lain.
8. Ia lebih kuat daripada musnad.
9. Dapat untuk amalan-amalan sunnat.

Siap UN Hadis Keagamaan 105

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

10.Dapat, asal yang mengirsalkan itu sahabat.

Siap UN Hadis Keagamaan 106

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai!


1. Hadis mursal yaitu hadis yang gugur sanadnya setelah tabiin. Yang dimaksud sanad
setelah tabiin adalah.
a. Rasulullah saw
b. Sahabat
c. Tabiit tabiin
d. Ulama mutaqaddimin
e. Ulama salaf
2. Disebut hadis mursal al-Jali karena yang menggugurkan sanad terakhir itu adalah..
a. Sahabat nabi
b. Tabiin besar
c. Tabiin kecil
d. Tabiit tabiin
e. Sahabat yang masih muda usianya
3. Hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang ia sendiri tidak langsung mendengar dari
rasul tetapi dikatakannya bahwa ia menerima hadis itu dari rasul, disebut.
a. Hadis mursal al-jali
b. Hadis mursal al-khafi
c. Hadis mursal shahaby
d. Hadis muallaq
e. Hadis tadlis syuyukh
4. Di bawah ini adalah sebab-sebab kemursalan suatu hadis
a. Karena sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut lebih belakang masuk islamnya
b. Seorang sahabat yang ia sendiri tidak langsung mendengar dari rasul karena
mungkin ia masih kecil, tetapi dikatakannya bahwa ia menerima hadis itu dari rasul
c. Seorang sahabat yang ia sendiri tidak langsung mendengar dari rasul karena tidak
pada majlis rasul pada saat hadis itu diwurudkan, tetapi dikatakannya bahwa ia
menerima hadis itu dari rasul
d. Tidak pernah bertemunya antara tabiin yang meriwayatkan hadis dengan sahabat
sebagai sanad pertama yang langsung menerima (mendengar/melihat) dari rasul
saw karena mereka tidak hidup sezaman
e. Semua jawaban benar
5. Para ulama yang menjadikan hadis mursal sebagai hujjah secara mutlak adalah
a. Imam Tirmidzi dan Abu Hanifah
b. Imam Malik dan Imam Syafii
c. Imam Ahmad dan Imam Nawawi
d. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik
e. Imam Ahmad, Abu Hanifah, dan Imam Malik
6. Imam Syafii menilai hadis mursal sebagai hadis dhaif sehingga tidak boleh dijadikan
sebagai hujjah, dengan beberapa pengecualian, yaitu.
a. Hadis mursal dari Ibnu Abdil Barr
b. Hadis mursal yang dikuatkan ijma
c. Hadis mursal dari Abu Said al-Khudzry
d. Hadis mursal dari Abu Hurairah

Siap UN Hadis Keagamaan 107

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

e. Hadis mursal dari Ibnu al-Musayyab


7. Pendapat yang rajih menurut muhaddisin tentang kehujjahan hadis mursal adalah.
a. Hadis mursal dapat dijadikan hujjah secara mutlak.
b. Tidak dapat digunakan sebagai hujjah secara mutlak.
c. Dapat, asal yang mengirsalkan ulama abad ketiga.
d. Dapat, bila yang mengirsalkan itu orang adil.
e. Tidak dapat dibuat hujjah secara mutlak karena adanya keraguan dan tidak diketahui
dengan jelas keadaan rawinya
8. 1) Hadis mursal dari Ibnu al-Musayyab.
2) Hadis mursal yang dikuatkan oleh pendapat ulama
3) Hadis mursal yang dikuatkan oleh qiyas
4) Hadis mursal yang dikuatkan musnad
5) Hadis yang diriwayatkan oleh tabiin besar
6) Hadis yang diriwayathan oleh murid-murid Abu Hurairah
Jumhur Ulama dan Muhaddisin menjadikan hadis mursal sebagai hujjah dengan
beberapa pengecualian. Yang termasuk dalam pengecualian itu adalah
a. 1) 2) 3)
b. 1) 3) 5)
c. 1) 3) 4)
d. 3) 4) 5)
e. 1) 4) 6)
9. Seorang tabii tidak pernah bertemu dengan sahabat meskipun hidup sezaman menjadi
alasan suatu hadis diriwayatkan oleh tabii secara.
a. Muallaq
b. Mursal
c. Mudallas
d. Majhul
e. Musnad
10.Hadis mursal dari Ibnu al-Musayyab bisa dijadikan hujjah dengan alasan.
a. Ibnu al-Musayyab adalah hidup sezaman dengan sahabat
b. Ibnu al-Musayyab seoarang yang tsiqah
c. Ibnu al-Musayyab meriwayatkan hadis yang berasal dari Abu Hurairah
d. Ibnu al-Musayyab selalu berada di majlis rasul ketika hadis disampaikan
e. Ibnu al-Musayyab termasuk tabii besar yang adil

Siap UN Hadis Keagamaan 108

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya hadis
INDIKATOR
6.4. Menentukan pendapat ulama dalam mengamalkan hadis mursal
A. Pengertian hadis mursal
Kata mursal menurut etimologi diambil dari kata irsal yang berarti
melepaskan. Kata ini digunakan sebagai istilah untuk menyebut suatu hadis karena
orang yang meriwayatkannya melepaskan hadis itu langsung kepada nabi saw
tanpa menyebutkan rawinya, yakni tidak menyebutkan seseorang yang pertama
mengeluarkan hadis tersebut.
Hadis mursal adalah hadis yang terputus sanadnya pada tingkatan shahaby
(sahabat), sehingga dari tingkat tabi`iy langsung ditarik kepada nabi Muhammad
saw tanpa menyebutkan generasi sahabat. Atau dengan pengertian lain hadis yang
dimarfukan oleh tabii kepada nabi saw. Artinya seorang tabii secara langsung
mengatakan, bahwasanya rasulullah saw bersabda:
Contoh:















( ).




Dari Malik, dari Abdillah bin Abi Bakr bin Hazm, bahwa dalam surat yang ditulis

Rasulullah saw kepada Amr bin Hazm (tersebut): Bahwa tidak menyentuh alQuran melainkan orang yang bersih.
Catatan:

Abdullah bin Abi Bakr ini seorang tabii, sedang seorang tabii tidak

semasa dan tidak bertemu dengan Rasulullah saw.


B. Pendapat ulama dalam mengamalkan hadis mursal

Secara umum terdapat perbedaan ulama dalam mengamalkan hadis mursal.


Muhammad Ajjaj al-Khathib menyebutkan bahwa perbedaan tersebut sampai
sepuluh pendapat, tetapi yang tergolong masyhur hanya tiga pendapat.
1. Membolehkan berhujjah dengan hadis mursal secara mutlak. Ulama yang
termasuk dalam kelompok pertama adalah Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Ahmad, dan pendapat sebagian ahli ilmu.
2. Tidak membolehkan secara mutlak, yang menurut Imam Nawawi pendapat
ini didukung oleh Jumhur ulama ahli fiqih dan ahli ushul.
3. Membolehkan menggunakan hadis mursal apabila ada riwayat lain yang
musnad, diamalkan oleh sebagian ulama, atau sebagian besar ahli ilmu.
Abdul Majid Khon dalam bukunya Ulumul Hadis membedakan kehujahan hadis
mursal kepada mursal shahabi, mursal tabii dan mursal khafi.
Di kalangan ulama terdapat

perbedaan ulama

tentang kehujahan hadis

mursal tabii, yaitu:


Siap UN Hadis Keagamaan 109

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1.Hukumnya shahih dan dapat dijadikan hujjah, jika yang memursalkannya dapat
dipercaya keadilan dan kedhabithannya. Dengan alasan orang tsiqah tidak
mungkin memursalkan hadis kecuali dari orang tsiqah pula.

Ini Pendapat

imam Hanifah, malik, Ahmad.


2. Dhaif tidak dapat dijadikan hujah, dengan alasan sifat-sifat perawi yang
digugurkan tidak diketahui secara jelas. Diantara mereka yang berpendapat
kedua adalah Muslim bin al-Hajjaj, Abu hatim, Al-Hakim, Ibnu As-sholah, AnNawawi, dan Ibnu Hajar.
3. Dapat diterima dan dijadikan hujjah, dengan beberapa syarat menurut Imam
as-SyafiI dan sebagian ahli ilmu. Syaratnya ada 4, yang 3 berkaitan dengan
periwayat yang memursalkan hadis dan yang satu

berkaitan dengan

hadisnya, yaitu sebagai berikut:


a). Perawi yang memursalkan hadis seorang tabiin senior (kibar at-tabiin)
b). Perawi seorang tsiqah
c). Tidak menyalahi para huffazh yang amanah
d). syarat di atas ditambah salah satu dari 4 syarat berikut:
(1). Hadisnya diriwayatkan melalui sanad yang lain
(2). Ada periwayatan lain secara mursal juga oleh ahli ilmu yang bukan
pemursal pertama
(3). Sesuai dengan perkataan sahabat
(4). Atau sesuai dengan fatwa mayoritas ahli ilmu.
Mengenai kehujahan hadis mursal shahabi, para ulama juga terjadi
perbedaan pendapat, yaitu:
1. Pendapat jumhur muhadditsin: Mursal shahabi shahih, dan dapat dijadikan
hujah, karena para shahabat

semua bersifat adil dan periwayatan sahabat

sangat langka dari tabiin. Jika mereka meriwayatkan dari mereka tentu
menjelaskannya.
mendengar

dari

Jika

tidak

sahabat

menjelaskannya,
lain,

membuang

pada

dasarnya

nama

mereka

sahabat

tidak

membahayakan.
2. Pendapat golongan ushuliyin, di antaranya Abu Ishaq al-Isfarayini; Tidak dapat
dijadikan hujah, kecuali dapat dikatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan
dari sahabat.
Adapun kehujahan mursal khafi, tergolong mardud dan dhaif karena tidak
ada persambungan sanad atau di antara periwayat tidak bertemu langsung
dengan si pembawa berita (ghair ittishal as-sanad)

Siap UN Hadis Keagamaan 110

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Secara etimologi kata mursal berasal dari kata irsal, yang artinya.
a. Menguatkan
b. Membuang
c. Melepaskan
d. Meninggalkan
e. Mengutus
2. Seorang tabii mengatakan,rasulullah saw bersabda:, adalah contoh.
a. Hadis mudallas
b. Hadis mursal
c. Hadis dhaif
d. Hadis muallaq
e. Hadis muhkam
3. Hadis yang terputus sanadnya pada tingkatan shahaby (sahabat), sehingga dari tingkat
tabi`iy langsung ditarik kepada nabi Muhammad saw tanpa menyebutkan generasi sahabat
disebut
a. Hadis mudallas
b. Hadis mursal
c. Hadis dhaif
d. Hadis muallaq
e. Hadis muhkam
4. Membolehkan berhujjah dengan hadis mursal secara mutlak. Ini adalah pendapat .
a. Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Ahmad
b. Imam Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad
c. Imam Hanifah, Imam SyafiI, Imam Hambali
d. Imam Hanifah, Imam, Hambali, Imam Malik
e. Imam SyafiI dan ulama ahli Ushul Hadis
5. Jumhur ulama ahli fiqih dan ahli ushul berpendapat bahwa berhujjah dengan hadis mursal
adalah.
a. Membolehkan berhujjah secara mutlak
b. Tidak membolehkan secara mutlak
c. Boleh jika hadisnya diriwayatkan melalui sanad yang lain
d. Boleh karena perawinya seorang tsiqah
e. Boleh saja karena para sahabat adalah orang yang adil
6. Menurut Muslim bin al-Hajjaj, Abu Hatim, Al-Hakim, Ibnu As-sholah, An-Nawawi, dan Ibnu
Hajar, bahwa kehujahan hadis mursal tabii, adalah
a. Dhaif tidak dapat dijadikan hujah, dengan alasan sifat-sifat perawi yang digugurkan
tidak diketahui secara jelas
b. Tidak dapat dijadikan hujah, kecuali dapat dikatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan
dari sahabat.
c. Tergolong mardud dan dhaif karena tidak ada persambungan sanad atau di antara
periwayat tidak bertemu langsung dengan si pembawa berita
d. Hukumnya shahih dan dapat dijadikan hujjah, jika yang memursalkannya dapat
dipercaya keadilan dan kedhabithannya

Siap UN Hadis Keagamaan 111

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

e. Boleh jika hadisnya diriwayatkan melalui sanad yang lain


7. Mengenai kehujahan hadis mursal shahabi, para ulama juga terjadi perbedaan

pendapat.

Menurut Jumhur Muhaddisin adalah..


a. Tidak dapat dijadikan hujah, kecuali dapat dikatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan
dari sahabat.
b. Shahih dan dapat dijadikan hujah, karena para shahabat

semua bersifat adil dan

periwayatan sahabat sangat langka dari tabiin


c. Tergolong mardud dan dhaif karena tidak ada persambungan sanad atau di antara
periwayat tidak bertemu langsung dengan si pembawa berita
d. Tidak membolehkan secara mutlak
e. Bisa dijadikan hujjah karena yang memursalkan hadis adalah seorang tabiin senior
(kibar at-tabiin)
8. Menurut Imam as-Syafii dan sebagian ahli ilmu, hadis mursal tabii bisa diterima sebagai
hujjah, dengan syarat sebagaimana berikut, kecuali.
a. Perawi yang memursalkan hadis seorang tabiin senior (kibar at-tabiin)
Perawi seorang tsiqah
b. Tidak menyalahi para huffazh yang amanah
c. Hadisnya diriwayatkan melalui sanad yang lain
d. Ada periwayatan lain secara mursal juga oleh ahli ilmu yang bukan pemursal pertama
e. TabiI yang meriwayatkan hadis adalah adil
9. Abu Ishaq al-Isfarayini berpendapat bahwa berhujjah dengan hadis mursal shahaby
adalah..
a. Tidak dapat dijadikan hujah, kecuali dapat dikatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan
dari sahabat.
b. Shahih dan dapat dijadikan hujah, karena para shahabat

semua bersifat adil dan

periwayatan sahabat sangat langka dari tabiin


c. Bisa dijadikan hujjah karena yang memursalkan hadis adalah seorang tabiin senior
(kibar at-tabiin)
d. Tergolong mardud dan dhaif karena tidak ada persambungan sanad atau di antara
periwayat tidak bertemu langsung dengan si pembawa berita
e. Tidak membolehkan secara mutlak
10.Adapun kehujahan hadis mursal khafi adalah.
a. Boleh asal hadisnya diriwayatkan dengan sanad lain
b. Tidak dapat dijadikan hujah, kecuali dapat dikatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan
dari sahabat.
c. Shahih dan dapat dijadikan hujah, karena para shahabat

semua bersifat adil dan

periwayatan sahabat sangat langka dari tabiin


d. Bisa dijadikan hujjah karena yang memursalkan hadis adalah seorang tabiin senior
(kibar at-tabiin)
e. Tergolong mardud dan dhaif karena tidak ada persambungan sanad atau di antara
periwayat tidak bertemu langsung dengan si pembawa berita

Siap UN Hadis Keagamaan 112

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 113

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya
sebagai hujjah
INDIKATOR
6.5. Menentukan ciri hadis mudallas

Pengertian Hadis Mudallas


Untuk membahas ciri-ciri hadis mudallas tentu tidak akan lepas dari
pembahasan mengenai pengertian dan pembagian hadis mudallas itu sendiri.
Secara bahasa mudallas artinya menutupi aib. Menurut Syaikh Mana al Qaththan
adalah menyembunyikan

aib dalam hadis dan menampakan kebaikan pada

dzahirnya.
Pembagian tadlis:
1. Tadlis Isnad, yaitu Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari orang yang satu
masa dengannya, yang sebenarnya dia tidak pernah mendengar darinya namun secara
ekplisit disebutkan seolah-olah dia mendengar darinya.
Pengertian meriwayatkan dari

orang yang satu masa dengannya adalah lebih umum

dan signifikan dari pada pengertian ia tidak pernah menemuinya atau ia pernah
menemuinya tetapi ia tidak mendengar darinya atau ia mendengar darinya tetapi
bukan hadis itu yang didengar darinya. Meriwayatkan hadis dari orang yang satu masa
dengannya tetapi ia tidak pernah bertemu, maka menurut Ibnu Hajar hadis yang
diriwayatkannya itu disebut mursal al-khafi, demikian juga menurut Ibnu al-Shalah dan
Imam

al-nawawi.

Seorang

rawi

meriwayatkan

hadis

itu

dengan

lafadz

yang

mengandung assima(mendengar secara langsung) atau yang sejenisnya agar orang


mendengar bisa percaya bahwa ia memang mendengar hadis darinya. Contoh hadis
tadlis isnad adalah hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim yang sanadnya bersandar
pada Ali bin Khasram yang berkata, Ibnu Uyainah telah berkata kepada kami dari az
Zuhri, lalu ditanyakan kepadanya apakah engkau mendengarkan dari Az Zuhri? Ia
menjawab,tidak, bahkan tidak juga dari orang yang mendengarnya dari Az Zuhri. Telah
menuturkan kepadaku abdul razak dari mamar dari Az Zuhri.
Contoh tadlis isnad
Hadis yang diriwatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah melalui jalan Abu Ishaq
as-Subayi dari al-Barra bin Azib berkata. Rasul saw bersabda:

Tidak ada dari dua orang muslim yang bertemu kemudian bersalam-salaman kecuali
diampuni bagi mereka sebelum berpisah
Abu Ishaq as-Subayi nama aslinya Amr bin Abdullah , dia seorang tsiqqah tapi disifati
mudallis. Dia mendengar beberapa hadis dari al-barra bin Azib, tetapi dalam hal ini ia
tidak mendengar daripadanya secara langsung, ia mendengar dari Abu dawud al-Ama
yang matruk hadisnya, kemudian meriwayatkannya dari al-Barra bin Azib dan

Siap UN Hadis Keagamaan 114

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

menyembunyikan

Abu

dawud

al-Ama

dengan

ungkapan

ananah

(sanadnya

menggunakan kata an= dari)


2. Tadlis taswiyah, adalah menghilangkan selain syaikhnya karena dia perawi yang dhaif
dan muda umurnya sehingga (seakan-akan) hadis tersebut diriwayatkan oleh orang
yang tsiqah dari perawi yang tsiqah pula, kemudian hadis tersebut dihukumi shahih.
Adapun orang yang sering melakukan tadlis adalah Baqiyah bin walid dan Walid bin
muslim.
Ilal berkata, Aku mendengar bapakku, seraya menyebutkan hadis yang diriwayatkan
Ishak bin Rahawaih dari Baqiyah, telah menuturkan kepadaku Abu Wahab Al-Asadi dan
Nafi bin Umar dari Ibnu Umar sebuah hadis yang berbunyi, Janganlah kalian memuji
keislaman seseorang sebelum kalian mengetahui simpul pikirannya. Dalam hadis ini
Baqiyah menyebutkan Abu Wahab dengan nama lainnya yang menggunakan julukan
dan gelaran yang menisbahkan kepada Bani Asad agar ia tidak digugat.
Hadis tadlis taswiyah adalah jenis hadis tadlis yang paling buruk apabila dilakukan
dengan sengaja. Ulama salaf menyebut tadlis taswiyah dengan sebutan tadlis tajwid,
karena dalam periwayatannya terdapat seorang rawi yang berusaha memperbaiki
sanad hadis itu dengan cara menghilangkan rawi yang lemah dan menetapkan rawi
yang baik-baik saja.
3. Tadlis syuyukh, yaitu meriwayatkan hadis yang didengarnya dari gurunya, namun ia
menyebut nama gurunya itu dengan menggunakan sebutan yang tidak popular,
misalnya dengan menggunakan nama kuniyahnya, atau nisbatnya, atau sifatnya,
dengan pertimbangan agar tidak diketahui

dengan jelas identitas guru yang lemah,

sehingga tertutup kelemahannya. Atau disengaja demikian supaya dirinya dianggap


mempunyai banyak guru, misalnya pada suatu ketika ia mengatakan telah bercerita
kepadaku Muslim, kemudian pada saat yang lain ia mengatakan telah bercerita
kepadaku Abu al-Husein al-Qusyairi dan pada ketika yang lain ia mengatakan telah
bercerita kepadaku Abu Hajjaj al-Naisaburi, maka dengan model seperti ini audiens
mengira bahwa yang disebutkan tadi adalah tiga orang, padahal yang disebutkan tadi
sebenarnya adalah sifat-sifat dari satu orang saja. Atau ada kemungkinan gurunya
masih muda, sehingga rawi merasa malu meriwayatkan hadis darinya, supaya hadis
yang diriwayatkannya tidak dinilai nazil, kemudian dia menyebut gurunya dengan
sifatnya yang dikenal, sehingga tidak tampak adanya nazil dalam sanadnya.
Ahmad Muhammad Syakir menambahkan macam-macam tadlis lain yaitu:
a. Hadis tadlis taswiyah yang dibahas di atas
b. Hadis tadils athf (mengikuti sebelumnya), seperti perkataan, Fulan dan fulan
berbicara kepadaku/haddatsana fulan wa fulan padahal ia tidak mendengar dari
fulan yang kedua
c. Hadis tadlis sukut (diam), yaitu seperti perkataan

atau

kemudian diam, dan berkata Hisyam bin Urwah atau al Amasy, maka seakan-akan
ia mendengar dari keduanya padahal ia tidak mendengar dari keduanya. Tadlis ini
disebut juga tadlis qatha (memutus sanad).

Motivasi pembuatan tadlis.


Motivasi yang mendorong tadlis syuyukh ada 4:
1. Lemahnya guru atau tidak tsiqah

Siap UN Hadis Keagamaan 115

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

2. Meninggalnya lebih akhir dibandingkan dengan guru guru lain yang sekelompok
3. Usia gurunya lebih muda dibandingkan dengan perawi yang meriwayatkan hadisnya
4. Banyak riwayatnya untuk mengesankan gurunya banyak, sementara ia tidak suka
menyebut-nyebut nama gurunya dengan satu bentuk.

Motivasi yang mendorong tadlis isnad ada 5:


1. Supaya dikira derajat sanadnya tinggi (memberikan pemahaman isnad ali/isnad yang
sedikit perawinya)
2. Terlewatinya bagian hadis yang berasal dari syaikh yang didengarnya, karena
banyaknya.
3. 3), 4) dan 5) adalah 3 motivasi pertama yang terdapat pada tadlis syuyukh.

Derajat hadis mudallas


Dari tiga macam tadlis di atas maka

tadlis taswiyah adalah seburuk-buruk

tadlis, kemudian tadlis isnad, dan yang paling ringan adalah tadlis syuyukh dan
kesemuanya dikategorikan hadis dhaif. Imam as-Suyuthi dalam kitab alfiyah
mengatakan:
Hadis tadlis isnad ialah hadis yang diriwayatkan dari orang yang satu masa
dengannya

selama

dia

tidak

meriwayatkannya

dengan

menggunakan

kata

anna/bahwasanya, dan semuanya (hadis tadlis isnad) adalah tercela, sebagian


ulama bahkan menilai orang yang melakukannya, walau hanya sekali saja adalah
cacat,sejelek-jelek hadis tadlis adalah tadlis tajwid, sedang yang dinamakan hadis
tadlis taswiyah ialah menggugurkan rawi yang bukan gurunya dan menetapkan
seperti gurunya, seperti dengan menggunakan kataan/dari. Perbuatan seperti itu
sudah pasti dicacat.Adapun tingkatan hadis tadlis dibawahnya ialah tadlis syuyukh,
yaitu meriwayatkan dengan menyebutkan sifat-sifat gurunya yang tidak dikenal
karena dianggap lemah/cacat, kecil, atau supaya dianggap banyak gurunya. Maka,
menurut pendapat sebagian ulama hal yang demikian itu termasuk cacat, namun
lebih ringan dari sebelumnya.
Kitab Hadis mudallas
1. At tabyin li Asma al Mudallisin karya al-Khatib al-Baghdadi
2. Tarif ahl at taqdis bi maratib al-Maushufin bi at-tadlis karya ibnu Hajar

Siap UN Hadis Keagamaan 116

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai!


1. Secara bahasa mudallas berarti.
a. Menutupi aib
b. Membuka aib
c. Menghilangkan aib
d. Samar-samar
e. Menghilangkan sanad
2. Menyembunyikan aib dalam hadis dan menampakan kebaikan pada dzahirnya adalah
pengertian hadis mudallas menurut..
a. Ibnu Hajar al-Asyqalani
b. Manna qaththan
c. Mushthafa al-Maraghi
d. Ibnu Katsir
e. Ibnu Abdil Barr
3. Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari orang yang satu masa dengannya, yang
sebenarnya dia tidak pernah mendengar darinya namun secara ekplisit disebutkan
seolah-olah dia mendengar darinya adalah pengertian .
a. Hadis mursal al-Jali
b. Hadis mudallas
c. Hadis tadlis isnad
d. Hadis tadlis syuyukh
e. Hadis muhkam
4. Menurut Ibnu Hajar, Ibnu al-Shalah, dan Imam al-Nawawi, meriwayatkan hadis dari
orang yang satu masa dengannya tetapi ia tidak pernah bertemu, maka hadis tersebut
dinamai dengan..
a. Hadis mutassil
b. Hadis muallaq
c. Hadis mrsal al-Jali
d. Hadis mursal al-khafi
e. Hadis musnad
5. seorang rawi yang berusaha memperbaiki sanad hadis itu dengan cara menghilangkan
rawi yang lemah

dan menetapkan rawi yang baik-baik saja, seolah-olah hadis yang

diriwayatkannya berasal dari gurunya yang tsiqah, adalah merupakan ciri dari.
a. Hadis tadlis syuyukh
b. Hadis mauquf
c. Hadis tadlis taswiyah
d. Hadis mursal al-jali
e. Hadis maqthu
6. Ulama salaf memberi

nama terhadap suatu hadis dengan istilah tadlis tajwid. Hadis

tadlis yang dimaksud adalah.


a. Tadlis syuyukh
b. Tadlis taswiyah
c. Tadlis isnad

Siap UN Hadis Keagamaan 117

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

d. Tadlis athf
e. Tadlis sukut
7. Di bawah ini yang bukan merupakan alasan diriwayatkannya hadis tadlis syuyukh
adalah.
a. Perawi mahir dalam meriyatkan hadis sehingga dia dimunculkan hadis dengan sanad
yang berbeda-beda
b. Lemahnya guru atau tidak tsiqah
c. Meninggalnya lebih akhir dibandingkan dengan guru guru lain yang sekelompok
d. Usia gurunya lebih muda dibandingkan dengan perawi yang meriwayatkan hadisnya
e. Banyak riwayatnya untuk mengesankan gurunya banyak, sementara ia tidak suka
menyebut-nyebut nama gurunya dengan satu bentuk.
8. Perawi yang sering melakukan tadlis adalah.
a. Baqiyah bin walid dan Walid bin muslim.
b. Abu Wahab Al-Asadi
c. Nafi bin Umar
d. Ishak bin Rahawaih
e. al-Barra bin Azib
9. Seorang perawi meriwayatkan hadis dengan mengatakan haddatsana fulan wa fulan
padahal ia tidak mendengar dari fulan yang kedu. Demikian adalah contoh hadis
tadlis.
a. Tadlis syuyukh
b. Tadlis taswiyah
c. Tadlis isnad
d. Tadlis athf
e. Tadlis sukut
10.At tabyin li Asma al Mudallisin adalah sebuah kitab hadis tadlis yang merupakan karya
tokoh ahli hadis yaitu..
a. al-Khatib al-Baghdadi
b. Ibnu Hajar
c. As-Suyuthi
d. Ibnu al-Shalah
e. Al-Nawawi

Siap UN Hadis Keagamaan 118

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


7. Memahami Ilmu Jarh wa Tadil

INDIKATOR
7.1

Menentukan ciri tajrih

PENGANTAR
Sebelum kita membahas tentang ciri-cii tajrih, ada baiknya kita mengetahui
apa itu jarh wa tadil. Jarh menurut ulama muhadddisin ialah sifat seorang rawi
yang dapat mencatatkan keadilan dan kehafalannya. Dan yang dimaksud dengan
men-jarh atau men-tajrih seorang rawi berarti menyifati seorang rawi dengan sifatsifat yang dapat menyebabkan kelemahan atau tertolak apa yang diriwayatkannya.
Jarh atau tajrih dalam pengertian bahasanya adalah melukai tubuh atau yang
lainnya dengan menggunakan benda tajam pisau, pedang dan lain-lainnya. Dan luka
yang disebabkan pisau itu dinamakan jarah, sedang menurut istilah jarh adalah
menampakkan sifat pada rawi yang dapat menyebabkan hilangnya keadilan atau
kedhabitannya, sehingga periwayatannya menjadi gugur, lemah, atau tertolak.
Tadil menurut bahasa adalah menyamaratakan, mengimbangi sesuatu dengan
yang lain dan menegakkan keadilan atau berlaku adil. Menurut istilah ialah
mengidentifikasi

perawi dengan sifat-sifat yang dipandang orang tersebut adil,

yang menjadi puncak penerimaan riwayat.


Dari dua pengertian di atas jarh dan tadil- disusunlah suatu ilmu yang disebut
ilmu jarh wa tadil. Subhi Shalih mendefinisikan bahwa ilmu jarh wa tadil adalah
ilmu yang membahas tentang para rawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan
keadaan mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka dengan
ungkapan atau lafadz tertentu.
Adapun kegunaan jarh wa tadil disini adalah untuk mengetahui dan menetapkan
bahwa riwayat seorang perawi itu dapat diterima atau ditolak. Dalam artian apabila
seorang perawi itu di jarh oleh para ahli hadis maka perawi itu di catat sebagai rawi
yang cacat, dan konsekuensinya harus ditolak. Dan apabila dalam periwayatannya
Siap UN Hadis Keagamaan 119

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

diterima oleh para ahli hadis maka hal itu menandakan bahwa perawi tersebut tidak
ada kecacatan dalam meriwayatkannya, tapi syarat-syarat yang lain untuk
menerima hadis harus dipenuhi.
CIRI-CIRI TAJRIH
Cacat (aib) rawi itu banyak, akan tetapi umumnya berkisar pada 5 macam, yaitu :
1. Bidah, melakukan tindakan tercela, diluar ketentuan Syara.
2. Mukhalafah , meriwayatkan hadis yang berbeda dengan periwayatan rawi yang lebih
tsiqah.
3. Ghalath, banyak kekeliruan dalam periwayatannya.
4. Jahalatul hal, tidak dikenal identitasnya.
5. Dawal inqitha, diduga keras sanadnya terputus.

Lafal digunakan dalam

Tajrh

Susunan lafal yang digunakan dalam tajrh ada enam, yaitu sebagai berikut:
1. Tajrh dengan menggunakan uangkapan kata yang menunjukkan cacat keadilan
yang ringan, misalnya :
1)

= Si Fulan lemah Hadisnya


2)

= Padanya ada pembicaraan (catatan)
3)

= Si Fulan tidak kuat
2. Tajrh dengan menggunakan ungkapan lafal yang menunjuk tidak dapat
dijadikan hujjah atau sesamanya secara tegas, misalnya :
1)


= Si Fulan tidak dapat dijadikan hujjah

2)


= Si Fulan lemah
3)



= Hadisnya diingkari

3. Tajrh dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjuk tidak ditulis


Hadisnya secara tegas, misalnya :
1)


= Si Fulan tdak ditulis Hadisnya


2)
= tidak halal meriwayatkan dari padanya

3)


= lemah sekali

4. Tajrh dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjuk tuduhan dusta atau
sesamanya, misalnya :
1)

= Si Fulan tertuduh dusta


2)


= tertuduh membuat Hadis maudhu`

3)
= ia mencuri Hadis


4)
atau

= gugur atau tertinggal Hadisnya

5)

= tidak tsiqah
5. Tajrh dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjuk sifat pembohong,
misalnya:


1)


atau
atau
= pendusta, Dajjal/pengrusak, dan pemalsu
Siap UN Hadis Keagamaan 120

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

2)

atau


= bohong atau memalsukan Hadis

6. Tajrh dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjukkan sifat bohong


yang besar (mublaghah) atau menggunakan makna lebih atau paling (tafdhl) ,
misalnya :
1)


= kepadanya puncak kebohongan

2)

= dia tiang kebohongan
3)
= manusia yang paling bohong
Dua tingkatan yang pertama dari tingkatan tajrh di atas tidak dapat dijadikan
hujjah hadisnya, tetapi ditulis untuk bahan penelitian, sekalipun keduanya memiliki
tingkatan yang berbeda. Sedang 4 tingkatan akhir tidak dapat dijadikan hujjah, tidak
ditulis hadisnya, dan tidak perlu diteliti karena sangat-sangat lemah
kebohongannya.
Dalam kitab al-Taqyid wa al-Idhah Syarah Muqaddimah Ibn Shalah /159
disebutkan secara panjang tentang susunan lafal al-jarh. Ibnu al-Shalah membuat
susunan lafal dalam tajrh menjadi 4 susunan, yaitu sebagai berikut:
a. Lafal :


( layn al-Hadts) berarti lemah Hadisnya, ditulis Hadisnya dan
diteliti sebagai Iitibar berarti perbandingan sanad lain
b. Lafal :

( Lays bi qawiyyin ) berarti tidak kuat sama dengan tingkatan
awal sebagaimana dalam kitab-kitab Hadis, tetapi menurut Ibnu Abi Hatim ia
berada di bawah dari yang pertama
c. Lafal :
( Dhaf al-Hadts) berarti lemah Hadisnya, di bawah

nomor dua tidak dibuang Hadisnya tetapi buat Itibar


d. Lafal :



( Matrk al-Hadts), berarti ditinggal Hadisya,
( Kadzdzb) dengan arti
(Dzhib al-Hadts) berarti hilang Hadisnya atau

pendusta. Hadisnya digugurkan dan tidak ditulis menduduki tingkatan ke-4
Dalam al-Taqyid wa al-Idhah Syarah Muqaddimah Ibn Shalah 1/159 diungkapkan
pendapat al-Khathb tentang tadl dan tajrh yang paling tinggi dan yang paling
rendah yaitu sebagai berikut.


:




.







.

:





:



:




:


:
:



:








.


:
:

.




Al-Hafizh Abu Bakar berpendapat, bahwa lafal

yang paling tinggi untuk kritik

kualitas para periwayat hadis adalah kata ;

( hujjatun) = dapat dijadikan hujah


Siap UN Hadis Keagamaan 121

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

( tsiqatun) = atau dapat dipercaya.



Sedangkan kritik

kualitas para periwayat hadis yang paling rendah adalah

kata ;

( kadzdzb) = pendusta


( Sqith)= yang gugur

Ahmad bin Shaleh berkata : Tidak ditinggal hadis seseorang sehingga seluruh
ulama

sepakat untuk meninggalkan hadisnya, terkadang dikatakan


(Fuln dhaf) = si Fulan lemah. Adapun perkataan ; :
( Fuln matrk) = si
Fulan

ditinggalkan

jangan

ditinggalkan

kecuali

sepakat

semua

ulama

meninggalkan hadisnya.

Siap UN Hadis Keagamaan 122

untuk

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Sifat seorang rawi yang dapat mencatatkan keadilan dan kehafalannya adalah
pengertian jarh menurut..
a. Ulama ahli Ushul
b. Ulama muhaddisin
c. Orang awam
d. Ushuliyyin
e. Fuqaha
2. Kegunaan jarh wa tadil adalah....
a. Untuk mengetahui dan menetapkan bahwa riwayat seorang perawi itu dapat
diterima atau ditolak.
b. Untuk mengetahui cacat perawi hadis
c. Untuk mengetahui keadilan perawi
d. Untuk mengetahui kedhabithan perawi
e. Untuk mengetahui ketersambungan sanad hadis
3. Cacat (aib) perawi pada umumnya berkisar pada 5 macam. Di bawah ini yang
tidak termasuk cacat parawi adalah.
a. Mukhalafah
b. Ghalath
c. Jahalatul hal
d. Dawal inqitha
e. Ghibah

4.

Ungkapan kata yang menunjukkan cacat keadilan yang ringan, misalnya:..

a.



b.
c.

d.



e.


Siap UN Hadis Keagamaan 123

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5. Salah satu cacat rawi adalah Jahalatul hal, artinya adalah..


a. melakukan tindakan tercela, diluar ketentuan Syara.
b. meriwayatkan hadis yang berbeda dengan periwayatan rawi yang lebih tsiqah
c. banyak kekeliruan dalam periwayatannya
d. tidak dikenal identitasnya.
e. diduga keras sanadnya terputus.
6. Jika perawi dalam meriwayatkan hadis dianggap cacat dengan sebab Dawal inqitha,
maka periwayatan hadisnya..
a. Bernilai shahih
b. Dhaif dan tidak bisa dijadikan hujah
c. Diterima sebagai hujah
d. Diterima sebagai fadhailul amal
e. Diamalkan oleh sebagian kaum
7. Ibnu al-Shalah membuat susunan lafal dalam tajrh menjadi 4 susunan sebagaimana
berikut ini kecuali.

a.



b.


c.



d.

e.



8. Al-Hafizh Abu Bakar berpendapat, bahwa lafal

yang paling tinggi untuk kritik

kualitas para periwayat hadis adalah kata:

a.


b.

c.


d.


e.
9. Sedangkan kritik kualitas para periwayat hadis yang paling rendah adalah kata:


a.

b.



c.



d.

e.

10.

Tajrh dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjuk tidak ditulis

hadisnya secara tegas adalah.

a.

b.



c.

d.


Siap UN Hadis Keagamaan 124

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

e.


Siap UN Hadis Keagamaan 125

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


7. Memahami Ilmu Jarh wa Tadil

INDIKATOR
7.2 Menentukan ciri tadil

PENGANTAR
Orang yang tsiqah (terpercaya) dalam agamanya adalah orang yang bisa
diterima hadis dan riwayatnya. Mereka itu orang yang adil dan dhabith, sedang ahli
bidah adalah orang yang tidak bisa diterima riwayatnya, apabila perbuatan bidah
yang dilakukannya sudah sampai pada batas kekafiran. Tetapi jika tidak, dan dia
bukan tergolong orang yang menghalalkan dusta serta tidak menyeru kepada
perkara bidah, maka riwayatnya diterima. Berikut ini akan dipaparkan orang-orang
yang riwayatnya dapat diterima karena keadilan dan kedhabithan dari perawi dilihat
dari sisi sifat yang melekat padanya.
Menentukan Ciri tadil
Ibnu Hajar dalam kitab Taqribu al- Tahdzib menjelaskan bahwa jarh wa tadil
itu ada 12 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat kejujuran dan terpercayanya para sahabat.
2. Kejujuran dan terpercayanya orang-orang yang dipuja dengan sebutan orang
yang paling... dimana biasanya dikuatkan dengan menggunakan sighat afala
seperti

menyebutnya

sebagai

autsaqu

al-naasi(manusia

yang

paling

terpercaya) atau dengan kata tsiqah (terpercaya) atau tsiqatu al- hafidz
(seorang hafidz yang terpercaya).
3. Kejujuran dan terpercayanya orang-orang yang dipuja dengan menyebutkan
sifatnya dalan bentuk satu kata seperti tsiqqah, mutqin (orang yang kuat untuk
dipercaya), tsabat (benar untuk dipercaya) atau adl (orang yang jujur).
4. Orang yang tingkat kejujuran dan terpercayanya di bawah sedikit dari tingkat
ketiga seperti disebut sebagai shaduq (orang yang banyak jujurnya), la basa
bihi (orang yang tidak berbahaya diambil riwayatnya), atau laisa bihi basun
(orang yang tidak ada padanya sesuatu yang membahayakan untuk diambil
riwayatnya).
5. Orang yang tingkat kejujuran dan terpercayanya di bawah sedikit dari tingkat
keempat seperti disebut sebagai shaduq sayyiu al hifdzi (orang yang banyak
jujurnya namun jelek hafalannya), shaduq yuham (orang yang banyak jujurnya
namun ada persangkaan berbuat salah),

lahu auham (orang yang disangka

banyak berbuat kesalahan), yuththi (orang yang berbuat kesalahan), atau


Siap UN Hadis Keagamaan 126

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

taghayyar biakhirihi (orang yang berubah pada usia lanjutnya), juga orang yang
suka mengikuti hawa nadsunya atau ahli bidah.
6. Orang yang mempunyai sedikit hadis. Jika hadisnya dianggap benar sebab ada
hadis lain yang menguatkannya maka ia disebut maqbul, tapi jika hadisnya
dianggap tidak benar karena tidak ada hadis lain yang menguatkannya, maka
dia disebut layyin al hadis.
7. Orang yang meriwayatkan daripadanya lebih dari

satu orang, namun tidak

tsiqah. Orang yang adalahnya pada tingkatan ini disebut mastur (tertutup) atau
majhul hal (tidak diketahui catatan pribadinya).
8. Orang yang dirinya tidak pernah dianggap tsiqah bahkan ada yang menganggap
dhaif meskipun tidak secara tegas dan jelas, orang semacam ini disebut dhaif.
9. Orang yang tidak ada meriwayatkan padanya kecuali satu orang , dan tidak
dianggap tsiqah, orang semacam ini disebut majhul.
10.

Orang yang dirinya tidak pernah dianggap tsiqah sama sekali. Orang

semacam ini secara jelas dan tegas dinyatakan dhaif sebab adanya cacat dan
disebut matruku al hadis, wahilu al hadis, atau saqithu al hadis (gugur).
11.

Orang yang ada persangkaan berbuat dusta. Orang semacam ini disebut

muttaham (tertuduh) atau muttaham fi al- kidzbi (tertuduh dusta).


12.Orang yang secara tegas disebut pendusta atau ahli membuat hadis palsu,
disebut sebagai

kadzdzab atau wadhdha (orang yang banyak membuat hadis

palsu).
Lafal-lafal digunakan dalam Ta`dl :
a. Tadl menggunakan ungkapan kata yang menunjukkan ketinggian sifat
keadilan (mubalaghah) dan kedhabithan (ketsiqahan) periwayat hadis dengan
menunjuk makna lebih (afal tafdhl) dan sesamanya, misalnya :
1)


= Si Fulan paling kuat hafalan dan

keadilannya
2)

3)

= Si Fulan manusia paling terpercaya atau


= Manusia yang paling kuat hapalan dan keadilannya.



= tak ada tandingannya

b. Tadl menggunakan kata yang menunjukkan ketsiqahan periwayat hadis


dengan dua sifat atau lebih atau satu sifat yang terulang (tawkd), misalnya :


1)
/




2)





3)

= dapat dipercaya dan kuat hafalan

= dapat dipercaya dan amanah


= dapat dipercaya, dapat dipercaya
Siap UN Hadis Keagamaan 127

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

c. Tadl dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjukkan ketsiqahan


seorang periwayat dengan satu sifat tanpa tawkd, misalnya ;
1)


= Si Fulan dapat dipercaya
2)

, atau
atau

,atau

= kuat hapalan, kuat daya

ingat, teguh dan bagus periwayatannya, menjadi hujjah


d. Tadl dengan menggunakan ungkapan kata menunjuk ta`dl saja dan tidak
dhbith, misalnya :

1)


atau

2)

Ibn

atau

= sangat benar


= tidak ada cacat padanya, tetapi menurut

Ma`n ungkapan : digunakan pada arti tsiqah

3)

= dipandang sangat benar

e. Tadl dengan menggunakan ungkapan kata yang tidak menunjukan tsiqah dan
tidak tajrh, misalnya :


1)
= Si Fulan seorang syeikh
2)
= Hadisnya diriwayatkan orang

f. Ungkapan kata yang menunjukkan dekat dengan tajrh, misalnya :
1)
= ditulis Hadisnya

2)

atau

= Baik Hadisnya
Tiga tingkatan Ta`dl awal di atas dari no a-c (1-3) dapat dijadikan hujjah
tanpa diteliti lebih lanjut sekalipun berbeda dari segi tingkat potensinya.
Tingkatan ke-4 dan ke-5 tidak dapat dijadikan hujjah, tetapi ditulis hadisnya untuk
diadakan verifikasi kembali sekalipun tingkat d (4) lebih tinggi dari pada tingkat e
(5). Verifikasi dapat dilaksanakan dengan cara memperbandingkan dengan
periwayatan orang-orang tsiqah ini, jika sesuai maka dapat dijadikan hujjah dan
jika tidak sesuai tidak dapat dijadikan hujjah. Sebagian ulama Hadis ahli tahqq
menggunakannya dalam tingkat di bawah tingkat shahih, yakni Hasan. Adapun
tingkatan terakhir yakni ke-f (6) tidak dapat dijadikan hujjah, tetapi tetap ditulis
hadisnya untuk bahan penelitian saja.
Dalam kitab al-Taqyd wa al-Idhah Syarah Muqaddimah Ibn Shalah 1/157
disebutkan sebagai berikut :


:





:
:












:
.







.





.




:




:













.
Susunan lafal tadl secara ringkas ada dua tingkatan :

Siap UN Hadis Keagamaan 128

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

a. Ibnu Abi Hatim berkata : jika dikatakan kepada seseorang :




( tsiqah)=
bahwa ia dapat dipercaya atau

( mutqin) = teguh dan mayakinkan

kepercayaannya, maka ia tergolong orang yang dapat dijadikan hujah
hadisnya. Aku katakan : demikian juga, jika dikatakan
( tsabatun) = teguh
atau


( hujjatun) =menjadi hujah. Demikian juga jika dikatakan dalam



keadilan

= sesungguhnya ia hfizh atau kuat hapalannya atau


(dhbith)=kuat daya ingatannya.
b. Ibnu Abi Hatim berkata : Jika seseorang dikatakan
= sesungguhnya

ia shadq sangat jujur atau
( mahalluhu al-shidqu) = statusnya

jujur atau
( l basa bihi) = tidak apa-apa. Mereka tergolong orang
yang ditulis hadisnya dan diteliti kebenaranya tergolong tingkatan kedua.

Siap UN Hadis Keagamaan 129

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Orang yang dinilai paling adil menurut penilaian tokoh jarh wa tadil adalah.....
a. Para sahabat Nabi saw
b. Tabiin
c. Tabiit tabiin
d. Orang yang dinilai dengan lafadz autsaqun nas
e. Orang-orang yang hadisnya dapat dijadikan hujah
2. Seorang periwayat hadis dinilai tingkat kejujuran dan keadilannya dengan ungkapan la
basa bihi, maksudnya adalah....
a. orang yang banyak jujurnya namun jelek hafalannya

b. dapat dipercaya dan kuat hafalan


c. orang yang tidak berbahaya diambil riwayatnya
d. tidak dapat dijadikan hujjah
e. orang yang banyak jujurnya namun ada persangkaan berbuat salah

3. Mengidentifikasi perawi dengan sifat-sifat yang dipandang orang tersebut adil,


yang menjadi puncak penerimaan riwayat adalah pengertian.
a. Jarh
b. Tadil
c. Al-Jarih
d. Muaddil
e. Mujarrih
4. Di bawah ini adalah tadl dengan menggunakan ungkapan kata yang
menunjukkan

ketinggian

sifat keadilan (mubalaghah) dan kedhabithan

(ketsiqahan) periwayat hadis dengan menunjuk makna lebih (afal tafdhl) .....

a.




b.



c.



d.

e.

Siap UN Hadis Keagamaan 130

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5. Tadl menggunakan

kata yang menunjukkan ketsiqahan periwayat hadis

dengan dua sifat atau lebih atau satu sifat yang terulang (tawkd), contohnya
adalah....

a.



b.




c.

d.



e.


6. Menurut Ibnu Abi Hatim, ungkapan tadil terhadap periwayat yang hadisnya
dapat dijadikan hujjah adalah sebagaimana berikut ini, kecuali.

a.



b.


c.

d.

e.


7. Ungkapan tadil yang menunjukkan dekat dengan tajrh contohnya.

a.


b.

c.



d.



e.


8. Di bawah ini tadl dengan menggunakan ungkapan kata menunjuk ta`dl saja
dan tidak dhbith, kecuali....

a.

b.

Siap UN Hadis Keagamaan 131

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

c.

d.



e.



9. Seorang periwayat hadis dinilai dengan ungkapan wadhdha, artinya.....
a. Orang yang suka berdusta
b. Orang yang suka membuat hadis palsu
c. Orang yang hadisnya tertolak
d. Orang yang banyak membuat bidah
e. Orang yang hadisnya banyak diriwayatkan oleh orang lain
10.

Orang yang disangka banyak berbuat kesalahan diungkapkan dengan

istilah.....
a. Mutqin
b. Hujjatun
c. Innahu tsabatun
d. Tsiqah tsiqah
e. Lahu uaham

Siap UN Hadis Keagamaan 132

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


7. Memahami Ilmu Jarh wa Tadil

INDIKATOR
7.3

Menyebutkan ungkapan tadil dari rasulullah kepada

sahabatnya

PENGANTAR
Sebelum kita membahas tentang ungkapan tadil rasulullah saw kepada
sahabatnya, ada baiknya kita jelaskan tentang adalatus shahabah. Kata 'Adalah
atau 'Adl lawan dari Jaur artinya kejahatan. Rojulun 'Adl maksudnya : seseorang
dikatakan adil yakni seseorang itu diridhai dan diberi kesaksiannya. Al-Hafizh Ibnu
Hajar berkata : "Yang dimaksud dengan adil ialah orang yang mempunyai sifat
ketaqwaan dan muru'ah".
Maksud 'Adalatus Shahabah ialah : "Bahwa semua shahabat ialah orang-orang
yang taqwa dan wara, yakni mereka adalah orang-orang yang selalu menjauhkan
diri dari maksiat dan perkara-perkara yang syubhat. Para shahabat tidak mungkin
berdusta atas nama Rasulullah saw atau menyandarkan sesuatu yang tidak sah dari
beliau. Syaikh Waliyullah Ad-Dahlawi berkata : "Dengan menyelidiki (semua
keterangan) maka dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa semua shahabat
berkeyakinan bahwasanya berdusta atas nama Rasulullah saw sebesar-besar dosa,
maka mereka menjaga sungguh-sungguh agar tidak terjatuh dalam berdusta atas
nama beliau".
Al-Khatib Al-Baghdadi berkata : "Semua hadis yang bersambung sanadnya
dari orang-orang yang meriwayatkan sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, tidak boleh diamalkan kecuali kalau sudah diperiksa keadilan rawi-rawinya
serta wajib memeriksa biografi mereka dan dikecualikan dari mereka adalah
shahabat Rasulullah saw, karena 'Adalah (keadilan) mereka sudah pasti dan sudah
diketahui dengan pujian Allah atas mereka. Allah memberitakan tentang bersihnya
mereka dan Allah memilih mereka (sebagai penolong Rasul-Nya) berdasarkan nash
Al-Qur'an".
Imam Syairaji berkata dalam Tabshirah fi Ushulil-Fiqh hal. 329 : "Semua
shahabat sudah tetap keadilannya, maka tidak perlu lagi diperiksa tentang keadaan
mereka".
Dalil-dalil tentang keadilan sahabat
1. Qs. Ali Imran: 110



Siap UN Hadis Keagamaan 133

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

"Artinya : Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian
menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang munkar dan kalian beriman kepada
Allah". (Ali-Imran : 110)
2. Qs. Al-Baqarah: 143




Artinya : Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian umat yang adil dan "

"pilihan
3. Nabi saw menjelaskan bahwa para shahabat dan umat Islam yang mengikuti jejak
mereka adalah orang-orang yang adil. Sebagaimana sabda beliau :
"Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudri adalah ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, Nuh akan dipanggil pada hari kiamat. Lalu ia jawab :
"Aku penuhi panggilan-Mu dan Maha Bahagia nama-Mu wahai Rabb-ku". Allah
bertanya : "Apakah sudah engkau sampaikan (dakwah/risalah) ?". Ia berkata : "Ya
sudah". Lalu umatnya ditanya; "Apakah ia sudah menyampaikan (risalah) kepada
kalian ?." Mereka berkata : "Tidak pernah ada pengancam (Da'i) yang datang
kepada kami ?! Allah bertanya lagi pada Nuh 'Alaihi sallam : "Siapakah yang akan
menjadi saksi bagimu (bahwa kamu sudah menyampaikan risalah)?" Ia (Nuh)
jawab : "Muhammad dan umatnya". Kemudian ia menjadi saksi bahwa ia telah
menyampaikan

risalah,

dan

Rasulullah

saw

menjadi

saksi

atas

kalian.

Demikianlah Allah berfirman : "Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian
umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan Rasulullah saw menjadi saksi atas (perbuatan) kalian". Wasath dalam ayat ini
bermakna adil. (Hadis Shahih Riwayat Bukhari/Fathul Bari 8 : 171-172 No. 4487).
4. Allah meridhai mereka (para Shahabat dari Muhajirin dan Anshar) dan orangorang

yang

mengikuti

jejak

mereka

dengan

baik.

"Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)


dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalirkan sungai-sungai di
dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar".

(At-Taubah

100)

"Artinya : Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika


mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon". (Al-Fath : 18)
"Artinya : Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang bersama beliau adalah
keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka ;
Siap UN Hadis Keagamaan 134

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

kalian lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya ...".
(Al-Fath : 29)
5. Sifat-sifat
Mereka

para

adalah

Shahabat
orang-orang

yang

disebutkan

yang

dalam

benar-benar

Al-Qur'an

beriman.

adalah:

(Al-Anfaal:

74).

Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-Hujuraat:7)


Mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (At-Taubah : 20)
Mereka

adalah

orang-orang

yang

benar.

Mereka

adalah

orang-orang

yang

bertaqwa.

(At-Taubah
(Al-Fath

119)
:

26)

Mereka adalah orang-orang yang menjengkelkan orang-orang kafir dan mereka


benci kepada kekafiran. (Al-Fath : 29) Dan sifat-sifat lainnya yang termasuk
dalam Al-Qur'an.
6. Rasulullah saw bersabda:
"Artinya : Sebaik-baik manusia adalah zamanku ini, kemudian yang sesudah itu,
kemudian yang sesudah itu, kemudian nanti akan ada satu kaum dimana
persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya itu
mendahului persaksiannya". (Hadis Shahih Riwayat Bukhari 4:189, Muslim
7:184-185, Ahmad 1:378,417,434,442)
7. Rasulullah saw bersabda:
"Artinya : Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir".
Kata Ibnu Hibban : "Hadis ini sebesar-besar dalil yang menunjukkan bahwa
semua shahabat adil dan tidak satupun diantara mereka yang tercela dan
lemah". (Al-Jarh wat Ta'dil oleh Abi Lubabah ; Ibnu Hibban 1:123).
"Artinya : Ibnu Abbas berkata : 'Janganlah kalian mencaci maki atau menghina
para shahabat Rasulullah saw. Sesungguhnya kedudukan salah seorang dari
mereka bersama Rasulullah sesaat (sejam) itu lebih baik dari amal seorang dari
kalian selama 40 (empat puluh) tahun". (Hadis Riwayat Ibnu Batthah dengan
sanad yang shahih)
"Artinya : Rasulullah saw bersabda : "Tidak akan masuk neraka seorang-pun dari
orang-orang yang berba'iat di bawah pohon (di Hudaibiyyah)". (Hadis Shahih
Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Muslim).
"Artinya : Rasulullah saw: Tidak akan masuk neraka seseorang yang ikut serta
dalam perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyyah". (Hadis Shahih Riwayat Ahmad
III:396 dari Jabir).
Ungkapan tadil rasulullah saw kepada sahabatnya
Jika diselidiki lebih lanjut ternyata ilmu al-jarh wa al-tadil sudah muncul sejak
zaman Rasulullah, walaupun baru bersifat embrio karena belum dikodifikasikan dan
Siap UN Hadis Keagamaan 135

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

belum dinyatakan sebagai jenis ilmu. Hal ini dapat kita lihat dari hadis Nabi yang
menunjukkan

hal

itu,

diantaranya:

Dari Aisyah ra, bahwa seorang laki-laki minta izin kepada Nabi SAW, namun ketika
Beliau melihatnya beliau berkata: sungguh jelek saudara dan anak Asyirah ini,
tetapi manakala ia duduk beliau bermurah muka kepadanya dan melapangkannya
lalu ketika itu keluar, Aisyah bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, ketika
engkau melihat orang itu engkau katakan ini dan itu, tetapi kemudian engkau
bermurah

muka

dan

melapangkannya?

Rasulullah

menjawab:

Aisyah

pernahkah engkau melihatku berbuat fahisyi (tercela)? sesungguhnya


seburuk-buruk manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang
ditinggalkan (diabaikan) manusia karena takut akan kejahatannya. Dalam
hadis

lain

yang

diriwayatkan

oleh

Imam

Tirmidzi,

Rasulullah

bersabda:

sesungguhnya Amr bin Ash adalah orang Quraisy maksudnya adalah


Rasulullah menegaskan bahwa Amr bin Ash adalah orang yang baik yang apabila
meriwayatkan hadis maka patut diterima periwayatannya. Karena ungkapan
quraisy berarti sebagai parameter bagi orang baik pada saat itu.
Dari kedua madlul hadis diatas, cukup untuk membuktikan bahwa pada masa
Rasulullah kebaikan dan keburukan seseorang dapat diungkap untuk kebaikan dan
keabsahan dan kebaikan agama, yang salah satu sumbernya adalah hadis Nabi
SAW.

Selanjutnya Ibnu Mubarakh pun menyebutkan bahwa si fulan telah

berbohong, maka seorang berkata kepada Ibnu Mubarak, apakah anda berbuat
ghibah? Ia menjawab diam kamu! Kalau kita tidak menjelaskan hal itu dari mana
kita tahu mana yang hak dan yang bathil.
Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda : Sebaik-baik
hamba Allah adalah Khalid bin Walid, salah satu pedang diantara pedangpedang Allah (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abi Hurairah radliyallaahu anhu). Dari
tiga hadis di atas jelas bahwa rasulullah pernah men-tadil sahabatnya dengan
sabda-sabda (ungkapan tertentu) beliau yang ditujukan kepada sahabat tertentu,
meskipun juga rasul pernah menjarh pada sahabat tertentu pula.
Dalam sebuah hadis, rasulullah saw pernah mendoakan Anas bin Malik yang
berbunyi;Ya Allah, perbanyaklah harta dan anak-anaknya, dan masukkanlah ia ke
dalam surga.
Anas berkata,Doa itu telah aku buktikan, dan ternyata doa pertama dan kedua
(banyak

harta dan anak) itu telah terwujud. Demi Allah, sesungguhnya harta

kekayaanku benar-benar

menjadi sangat banyak, demikian juga dengan anak

cucuku yang sampai hari ini telah mencapai jumlah kurang lebih seratus.
Rasulullah mendoakan Anas bin Malik sedemikian rupa tiada lain karena sikap dan
sopan santun yang diutunjukkan oleh Anas kepada beliau. Anas yang menjadi
pelayan rasul senantiasa taat menjalankan tugasnya, ia membawa dan menjaga
sandal rasul dan tempat air minum yang terbuat dari kulit milik rasul. Berkah
melayani nabi itulah dia memperoleh keagungan dan derajat yang tinggi.

Siap UN Hadis Keagamaan 136

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pada kali yang lain, rasul juga pernah mendoakan Ibnu Abbas dengan
doanya:Semoga Allah SWT memberimu ilmu dan kepahaman. Imam al-Bukhari
meriwayatkan dengan sanad darinya, ia berkata:Nabi pernah merangkulku ke
dalam dadanya sambil berdoa,Ya Allah, berilah dia ilmu hikmah. (Dalam riwayat
lain disebutkan ,berikan dia ilmu al-Quran) Diriwayatkan mengenai diri Ibnu
Abbas, dari Saad bin Zubair, dia berkata,Meskipun usianya masih muda, tetapi
karena banyak bergaul dengan rasulullah, dia banyak memperoleh faedah
daripadanya. Hal tersebut telah mengantarkan dia menjadi seorang yang tinggi
derajatnya dan popular namanya serta kekal peninggalan-peninggalannya. Sesuatu
yang mendukung popularitasnya adalah etika dan sopan santunnya yang mulia
sesuai didikan rasul terhadapnya dan saudara-saudaranya.
Dua hadis yang berisi doa rasul untuk Anas bin Malik dan Ibnu Abbas merupakan
representasi dari sikap adalah yang dimiliki oleh para sahabatnya itu sehingga rasul
dengan serta merta bermohon pada Allah untuk kemuliaan mereka. Disamping
pernah mentadil, rasul saw juga pernah menjarh beberapa sahabatnya dengan
ungkapan sebagai berikut:
Sabda Rasulullah saw kepada seorang laki-laki : (Dan) itu seburuk-buruk saudara di
tengah-tengah keluarganya (HR. Bukhari).
Sabda Rasulullah saw kepada Fathimah binti Qais yang menanyakan tentang
Muawiyyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm yang tengah melamarnya : Adapun Abu
Jahm, dia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya (suka memukul),
sedangkan Muawiyyah seorang yang miskin tidak mempunyai harta (HR. Muslim).
Dua hadis di atas merupakan dalil Al-Jarh dalam rangka nasihat dan kemaslahatan.

Siap UN Hadis Keagamaan 137

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai!


1. Adil ialah orang yang mempunyai sifat ketaqwaan dan muru'ah. Demikian adalah
definisi adil menurut..
a. Jumhur muhaddisin
b. Jumhur fuqaha
c. Ulama Mekkah
d. Ibnu Hajar al-Asyqalani
e. Ulama ahli ushul hadis
2. Semua al hadis yang bersambung sanadnya dari orang-orang yang meriwayatkan
sampai kepada Nabi saw tidak boleh diamalkan kecuali kalau sudah diperiksa keadilan
rawi-rawinya serta wajib memeriksa biografi mereka dan dikecualikan dari mereka
adalah shahabat rasulullah saw karena 'adalah (keadilan) mereka sudah pasti dan sudah
diketahui dengan pujian Allah atas mereka.Demikian perkataan.
a. Ibnu Hajar al-Asyqalani
b. Al-Khatib Al-Baghdadi
c. Ibnu abbas
d. Ibnu Qutaibah
e. Ibnu Khuzaimah
3. Sebaik-baik manusia adalah zamanku ini, kemudian yang sesudah itu, kemudian yang
sesudah ituIni adalah bukti keadilan sahabat yang diucapkan oleh.
a. Rasulullah saw
b. Anas bin Malik
c. Ibnu Abbas
d. Ibnu Umar
e. Bukhari Muslim
4. Embrio ilmu jarh wa tadil telah muncul pada masa rasulullah hanya saja belum
terkodifikasi sebagai sebuah ilmu. Rasul pernah mentadil sahabatnya yang bernama
Amr ibn Ash dengan mengatakan.
a. Sesungguhnya Amr bin Ash adalah orang Quraisy
b. Sesungguhnya Amr bin Ash adalah pedang Allah
c. Sesungguhnya Amr bin Ash adalah hamba Allah yang wara
d. Sesungguhnya Amr bin Ash adalah hamba Allah yang adil
e. Sesungguhnya Amr bin Ash adalah sahabat rasul yang taat
5.

Rasulullah saw juga pernah mentadil Khalid bin Walid dengan sabdanya..
a. Khalid bin Walid adalah sebaik-baik manusia pada zamannya
b. Khalid bin Walid adalah hamba Allah yang paling mulia
c. Khalid bin Walid adalah ahli pedang ternama
d. Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid, salah satu pedang diantara
pedang-pedang Allah
e. Khalid bin Walid adalah manusia pemberani, pembela agama Allah

6. Ya Allah, perbanyaklah harta dan anak-anaknya, dan masukkanlah ia ke dalam surga.


Kutipan doa di atas ditujukan kepada seorang sahabat yang bernama.
a. Aisyah ummul muminin
b. Abdullah bin Abbas ra

Siap UN Hadis Keagamaan 138

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

c. Abdullah bin Umar ra


d. Anas bin Malik ra
e. Abu Said al Khudzry
7. Imam al-Bukhari meriwayatkan hadis dengan matan yang berbunyi: Nabi pernah
merangkulku ke dalam dadanya sambil berdoa,Ya Allah, berilah dia ilmu hikmah.
Sahabat yang dimaksud dalam doa nabi saw adalah.
a. Abdullah bin Abbas ra
b. Abdullah bin Umar ra
c. Anas bin Malik ra
d. Abu Said al Khudzry ra
e. Abu Hurairah ra
8. Saad bin Zubair berkata,Meskipun usianya masih muda, tetapi karena banyak bergaul
dengan rasulullah, dia banyak memperoleh faedah daripadanya. Orang yang dimaksud
dalam perkataan Saad bin Zubair adalah.
a. Ali bin Abi Thalib ra
b. Saad bin Abi Waqash
c. Abdullah bin Abbas ra
d. Anas bin Malik
e. Ibnu Umar ra
9. Rasulullah saw disamping mentadil sahabatnya, juga pernah menjarh sahabat yang
lain. Diantaranya beliau bersabda: Adapun Abu Jahm, dia tidak pernah meletakkan
tongkat dari pundaknya. Maksudnya adalah.
a. Abu Jahm adalah orang yang kasar
b. Abu jahm adalah orang yang suka memukul
c. Abu Jahm adalah orang yang suka menolong meringankan beban orang lain
d. Abu Jahm adalah orang yang penyayang pada seorang wanita
e. Abu Jahm adalah orang yang buruk perangainya
10.Sedangkan terhadap Muawiyyah, Nabi mencacatnya dengan ucapan.
a. Muawiyyah seorang yang miskin tidak mempunyai harta
b. Muawiyyah seorang yang pandai bersilat lidah
c. Muawiyyah seorang yang buruk sifatnya
d. Muawiyyah seorang yang buruk rupanya
e. Muawiyyah seorang yang tak berilmu

Siap UN Hadis Keagamaan 139

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


7. Memahami Ilmu Jarh wa Tadil

INDIKATOR
7.4. Menentukan syarat al jarih atau muadil
Ilmu al-jarh wa al-tadil adalah timbangan bagi para rawi hadis. Rawi yang
berat timbangannya diterima riwayatnya dan rawi yang ringan timbangannya
ditolak riwayatnya. Oleh karena itu para ulama hadis memperhatikan ilmu ini dengan
penuh perhatian dan mencurahkan segala pikirannya untuk menguasainya.
Syarat Ulama al- Jarih dan Muaddil
Seorang al- Jarih dan Muaddil harus memenuhi kriteria-kriteria yang
menjadikannya objektif. Syarat-syaratnya adalah:
1. Berilmu, bertaqwa, wara dan jujur.
2. Mengetahui sebab-sebab al-Jarh wa al-Tadil
3. Mengetahui penggunaan kalimat-kalimat bahasa Arab.
Hal-hal yang tidak diisyaratkan bagi ulama al- Jarih dan Muaddil
1. Tidak diisyaratkan bagi ulama al-jarh wa al-tadil harus laki-laki dan merdeka.
2. Suatu pendapat menyatakan bahwa tidak dapat diterima al-jarh wa al-tadil
kecuali dengan pernyataan dua orang.
Secara

rinci

syarat-syarat

bagi

Penta'dil

(muaddil))

adalah

sebagai

berikut:
Para ulama' mensyaratkan dalam memberikan rekomendasi keadilan seseorang,
syarat-syarat tersebut yaitu:
1. Muadil harus seorang yang adil, yaitu, muslim, baligh, berakal, dan selamat dari
sebab-sebab kefasikan dan dari perangai yang buruk.
2. Muadil harus bersungguh-sungguh dalam mencari dan mempelajari keadaan para
perawi.
3. Ia harus mengetahui sebab-sebab yang menjadikan seorang perawi adil atau jarh
(cacat). Dan tidak menghukumi kecuali telah pasti kebenaran sebab-sebab tersebut.
4. Tidak ta'ashub terhadap orang yang dita'dilnya, sehingga ia akan manta'dil dan
menjarh dikarenakan ashabiyah madzhab atau negara.

Sedangkan syarat bagi al jarih adalah sebagai berikut


Siap UN Hadis Keagamaan 140

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Al jarih harus seorang yang adil, agar ia menahan dan berhati-hati dari menuduh
seseorang dengan kebatilan.
2. Dia harus mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari dan mengetahui keadaan
perawi.
3. Mengetahui sebab-sebab jarh.
1. Tidak ta'ashub.
Tata tertib Ulama al-jarh wa al-tadil
Beberapa tata tertib penting yang perlu diperhatikan oleh ulama al- Jarih dan
Muaddil :
1. Bersikap objektif dalam tazkiyah
2. Tidak boleh jarh melebihi kebutuhan
3. Tidak boleh hanya mengutip jarh saja sehubungan dengan orang yang dinilai jarh
oleh sebagian kritikus, tapi dinilai adil oleh sebagian lainnya
4. Tidak boleh jarh terhadap rawi yang tidak perlu dijarh, karena hukumnya
disyariatkan lantaran darurat.
Syarat diterimanya al-Jarh wa al-Tadil
1. al-jarh wa al-tadil diucapkan oleh ulama yang telah memenuhi segala syarat sebagai
ulama al-jarh wa al-tadil.
2. jarh tidak dapat diterima kecuali dijelaskan sebab-sebabnya.

Sedang kaedah dasar yang dipedomani dalam jarh wa tadil sebagaimana ditulis
oleh Abdul Majid Khon adalah sebagai berikut :
1. Amanah dalam hukum
Mereka hendaknya menyebutkan kelebihan dan kekurangan para periwayat
Hadis. Oleh karena itu Muhammad bin Sirin berkata : Engkau mendzalimi
saudaramu, jikalau engkau hanya menyebutkan kekurangannya saja dan tidak
menyebutkan kelebihannya.
2. Ketelitian dan kehati-hatian
Para peneliti sangat berhati-hati dan teliti dalam menyampaikan kritik sanad.
Banyak di antara mereka yang menyebutkannya disertai masa pikun atau kacau
akalnya, sebab terduga sesuatu, dan dibedakan antara kecacatan pada keadilan
dan pada hapalan. Misalnya ketika orang bertanya kepada Imam `Ali al-Madiniy
tentang ayahnya, ia menjawab : tanyakan kepada orang lain. Begitu orangorang bertanya kembali, seraya beliau menundukkan kepala kemudian
3. Menjaga etika dalam jarh
Al-Muzaniy ketika ditanya al-Syafi`i tentang seseorang pada suatu hari
menjawab: Fulan kadzdzb (pendusta). Beliau berkata : Hai Ibrahim gunakan
kata-katamu yang sopan, jangan engkau katakan si Fulan pendusta, katakanlah :

Hadis si Fulan tidak ada apa-apanya.





4. Bijaksana dalam ta`dil dan terperinci dalam tajrh
Untuk mengetahui keadilan seorang periwayat atau tidaknya ada dua cara:
a. Dengan ketenarannya, seperti Imam empat, Sufyan al-Tsauriy, al-Auza`iy, dan
lain-lain, siapa yang tidak kenal keadilan mereka.
b. Dengan rekomendasi (tazkiyah) seorang adil [dalam satu pendapat] atau dua
orang adil yang ahli dan mengetahui sebab-sebab jarh dan ta`dil.
Siap UN Hadis Keagamaan 141

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Para ahli Hadis dalam menta`dilkan seseorang cukup dengan keterangan


(tazkiyah) orang adil kepadanya tanpa menjelaskan sebab-sebab keadilan,
karena sebab-sebab keadilan itu terlalu banyak tidak mungkin disebutkan secara
keseluruhan. Sesuai dengan pendapat Ibn `Abd al-Barr, bahwa seorang ahli ilmu
yang dikenal kesungguhannya dinilai adil sehingga nampak kecacatannya.
Berbeda dalam tajrh, harus dijelaskan sebab-sebabnya secara terperinci, karena
tidak sulit menyebutkannya di samping terjadi perbedaan antara lain orang

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai!


1. Di bawah ini yang bukan termasuk syarat-syarat al- jarih dan muaddil adalah..
a. Berilmu dan bertaqwa
b.

Mengetahui sebab-sebab al-Jarh wa al-Tadil

c.

Mengetahui penggunaan kalimat-kalimat bahasa Arab.

d. Wara dan jujur.


e. Mengetahui asbabul wurudil hadis

2. Kritikus hadis yang menilai kecacatan (jarh) seorang perawi hadis disebut.
a. jarh
b. tadil
c. al-jarih
d. muaddil
e. al-tajrih
3. Kritikus hadis yang menilai keadilan seorang perawi disebut..
a. jarh
b. tadil
c. al-jarih
d. muaddil
e. al-tajrih
4. Secara khusus syarat menjadi muaddil sebagaimana rekomendasi para ulama adalah
a. Tidak ta'ashub terhadap orang yang dita'dilnya
b. Menjarh sesuai dengan kebutuhan
c. Diperlukan minimal 3 orang yang mentadil
d. Mentadil didahulukan daripada menjarh
e. Menjarh lebih didahulukan daripada mentadil

5. Tata tertib yang perlu diperhatikan oleh ulama al- Jarih dan Muaddil adalah
sebagaimana di bawah ini, kecuali.
a. Al jarih atau muaddil disyaratkan laki-laki
b. Bersikap objektif dalam tazkiyah
c. Tidak boleh jarh melebihi kebutuhan
d. Tidak boleh hanya mengutip jarh saja sehubungan dengan orang yang dinilai jarh
oleh sebagian kritikus, tapi dinilai adil oleh sebagian lainnya

Siap UN Hadis Keagamaan 142

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

e. Tidak boleh jarh terhadap rawi yang tidak perlu dijarh

6. Hai Ibrahim gunakan kata-katamu yang sopan, jangan engkau katakan si Fulan
pendusta, katakanlah :

Hadis si Fulan tidak ada apa



apanya. Pernyataan di atas adalah contoh kaedah yang harus dipedomani


dalam jarh wa tadil, yaitu.
a. Amanah di dalam hukum
b. Bijaksana dalam tadil
c. Terperinci dalam jarh
d. Ketelitian dan kehati-hatian
e. Menjaga etika dalam jarh
7. Ada dua cara untuk mengetahui keadilan seorang perawi atau tidaknya, yaitu.
a. Dengan pengakuan dua pentadil dan keadilan sahabat
b. Dengan ketenarannya dan tazkiyah seorang yang adil
c. Dengan ketenarannya dan jarh dari al jarih
d. Dengan pengakuan keadilan oleh para ahli hadis
e. Adanya pernyataan adil dan jarh oleh kritikus hadis
8. Muslim, baligh, berakal, dan selamat dari sebab-sebab kefasikan dan dari
perangai yang buruk merupakan syarat seorang muaddil yang memiliki sifat..
a. Tsiqah
b. Wara
c. Jujur
d. adil
e. Terpercaya
9. Seorang ahli ilmu yang dikenal kesungguhannya dinilai adil sehingga nampak
kecacatannya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah ..
a. Di dalam melakukan jarh mesti dijelaskan sebab-sebabnya/ alasan
b. Di dalam melakukan tadil tidak perlu dijelaskan alasannya
c. Etika di dalam jarh wa tadil harus dipegang teguh oleh al-jarih dan muaddil
d. Al-jarih/ muaddil dalam menjarh harus menjelaskan sebab-sebabnya dan
dalam mentadil tidak perlu menjelaskan alasannya
e. Al-jarih/muaddil harus memiliki ilmu tentang jarh wa tadil
10.

Pernyataan sebagaimana terdapat pada soal nomor 9 merupakan

a. As-Suyuthi
b. Ibnu Abdil Barr
c. Ibnu as-Shalah
d. Ibnu Hajar al-Asyqalani
e. Ibnu Sirin

Siap UN Hadis Keagamaan 143

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 144

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


7. Memahami Ilmu Jarh wa Tadil

INDIKATOR
7.5. Menentukan pandangan ulama klasik/kontemporer apabila ada
pertentangan antara tajrih dan tadil.

Keadaan kontradiksi antara jarh dan tadil


Keadaan kontradiksi antara jarh dan tadil ada empat:
Keadaan Pertama
Antara jarh dan tadil sama-sama mubham (samar). Maksudnya tidak dijelaskan
pada

keduanya

sebab-sebab jarh atau tadil.

diterima jarh yang mubham (samar),

berarti

Maka

jika

kita

kita

katakan

mengambil

tidak

tadilnya

(meskipun mubham) karena hakikatnya tidak terdapat jarh yang menyelisihinya.


Sedangkan jika kita menerima jarh yang mubham (samar) dan itulah pendapat yang
kuat, maka terjadi pertentangan (antara jarh dan tadil). Jika demikian keadaannya,
maka yang kita ambil adalah yang paling mendekati kebenaran, baik dengan melihat
sifat adil pemberi jarh dan tadil, pengetahuan pemberi jarh dan tadil tentang keadaan
rawi, atau dengan sebab-sebab jarh dan tadil atau dengan melihat jumlah yang
terbanyak.
Keadaan Kedua
Antara jarh dan tadil sama-sama dijelaskan (tidak mubham/samar). Maksudnya,
sebab-sebab jarh dan tadil dijelaskan.

Jika

demikian,

maka

kita

mengambil jarh,

karena orang yang mengatakan jarh tersebut mempunyai tambahan ilmu (tentang
perawi keadaan tersebut). Kecuali jika ahli tadil mengatakan : Kami mengetahui
sebab-sebab

jarhnya

telah

hilang. Maka

pada

saat

seperti

ini,

kita

mengambil tadil karena orang yang mentadil mempunyai tambahan ilmu (tentang
keadaan rawi) yang tidak dimiliki oleh orang yang menjarh.

Keadaan Ketiga
Jika disebutkan tadil secara mubham (samar) dan jarh dengan penjelasan, maka
diambil jarhya. Karena pada orang yang menjarh terdapat tambahan ilmu (tentang
keadaan rawi).
Keadaan Keempat
Siap UN Hadis Keagamaan 145

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Jika jarhnya mubham (samar) dan tadilnya dengan penjelasan, maka


diambil tadil dalam hal ini lebih kuat.
Pendapat yang shahih adalah yang dikutip oleh al-Khatib al-Baghdadi dari jumhur
ulama dan dishahihkan oleh Ibnu al-Shalah dan muhaddis dan sebagian ulama ushul
kaidah ini terbatas dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Jarh harus dijelaskan dan harus memenuhi semua syarat-syaratnya
2. Orang yang menjarh tidak sentiment atas orang yang dijarh/terlalu mempersulit
dalam menjarh
3. Pentadil tidak menjelaskan bahwa jarh yang ada tidak dapat diterima bagi rawi
yang bersangkutan.
4. Hal-hal yang menetapkan tadil dan Jarh seorang rawi diantaranya:
- Dua seorang ahli ilmu menyatakan keadilan
- Telah masyhur di kalangan ahli riwayat bahwa dia adalah seorang periwayat
yang tsiqat. Alasannya adalah bahwa mengetahui rahasia para rawi yang
mastur dan masyhurnya keadilan mereka itu lebih kuat daripada sekedar tadil
dari seorang /dua orang.
- Tadil oleh seseorang
- Tadil bagi orang yang dikenal sebagai pengemban ilmu.
Beberapa hal yang tidak dapat diterima pada al-Jarh wa al-Tadil
- Tadil secara samar
- Ibnu Hibban berpendapat bahwa bila seseorang rawi tidak jarh/orang yang
diatasnya dan dibawahnya dalam sanad tidak jarh, sementara ia tidak pernah
meriwayatkan hadis munkar, maka hadisnya dapat diterima
- Bila seorang rawi yang adil meriwayatkan hadis dari seorang rawi lain yang
disebut namanya, maka hal itu bukanlah suatu tadil
- Pengalaman dan fatwa seorang alim yang sesuai dengan hadis yang
diriwayatkannya tidaklah berarti bahwa hadis itu pasti shahih
Sumber al-Jarh wa al-Tadil
Kitab-kitab

tentang

kaidah

al-Jarh

wa

al-Tadil,

diantaranya

adalah

- Muqaddimah kitab al-jarh wa al-tadil karya Ibnu Abi Hatim al-Razi.


- Al-Rafu wa al-Takmil fi al-jarh wa al-tadil karya Iman Abu al-Hasanat
Muhammad Abdul Hayyi al-Laknawi al-Hindi.

Siap UN Hadis Keagamaan 146

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 147

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai!


1.

Berikut adalah keadaan-keadaan di mana terjadi kontradiksi antara jarh wa tadil,


yaitu
a. Antara jarh dan tadil sama-sama mubham
b. Antara jarh dan tadil sama-sama dijelaskan
c. Jika disebutkan tadil secara mubham (samar) dan jarh dengan penjelasan, maka
diambil jarhya

d. Jika jarhnya mubham (samar) dan tadilnya dengan penjelasan, maka


diambil tadil dalam hal ini lebih kuat.
e. Semua jawaban benar
2.

Hadis yang mubham adalah.


a. Hadis yang samar matan hadisnya
b. Hadis yang jelas maksudnya
c. Hadis yang sanadnya bersambung
d. Hadis yang perawinya adil
e. Hadis yang di dalamny ada kontradiksi dengan hadis yang lebih kuat

3.

Jika antara jarh dan tadil sama-sama mubham (samar), maksudnya tidak
dijelaskan pada keduanya sebab-sebab jarh atau tadil, maka yang harus dilakukan
adalah.

a. Mendahulukan tadil daripada jarh


b. Mendahulukan jarh dari pada tadil
c. Kedua hadis sama-sama diamalkan
d. Kedua hadis dimauqufkan
e. Jarh dan tadil harus sama-sama dijelaskan alasannya
4.

Jika

antara jarh dan tadil sama-sama

dijelaskan

(tidak mubham/samar),

maksudnya sebab-sebab jarh dan tadil dijelaskan, maka.

a. Diutamakan/diambil jarh
b. Diutamakan/diambil tadil
c. Diamalkan bersama-sama
d. Dimauqufkan kedua hadisnya
e. Kontradiksi menjadi hilang

Siap UN Hadis Keagamaan 148

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5.

Jika disebutkan tadil secara mubham (samar) dan jarh dengan penjelasan, maka
.

a. Diutamakan/diambil jarh
b. Diutamakan/diambil tadil
c. Diamalkan bersama-sama
d. Dimauqufkan kedua hadisnya
e. Kontradiksi menjadi hilang
6.

Jika jarhnya mubham (samar) dan tadilnya dengan penjelasan, maka ..

a. Diutamakan/diambil jarh
b. Diutamakan/diambil tadil
c. Diamalkan bersama-sama
d. Dimauqufkan kedua hadisnya
e. Kontradiksi menjadi hilang
7.

Bila seseorang rawi tidak jarh/orang yang di atasnya dan di bawahnya dalam
sanad tidak jarh, sementara ia tidak pernah meriwayatkan hadis munkar, maka
hadisnya dapat diterima. Ini adalah pendapat.

a. Ibnu Abdil Barr


b. Ibnu Hibban
c. Ibnu Hajar
d. Ibnu majah
e. Ibnu Khuzaimah
8.

Al-Khatib al-Baghdadi dari jumhur ulama dan dishahihkan oleh Ibnu al-Shalah dan
muhaddis dan sebagian ulama ushul telah membuat kaidah-kaidah dalam jarh wa tadil,
yaitu.

a. Dua seorang ahli ilmu menyatakan keadilan


b. Orang yang menjarh tidak sentiment atas orang yang dijarh/terlalu
mempersulit dalam menjarh
c. Jarh harus dijelaskan dan harus memenuhi semua syarat-syaratnya
Siap UN Hadis Keagamaan 149

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

d. Jawaban a dan b benar


e. Hanya jawaban c yang benar
9.

Al-Rafu wa al-Takmil fi al-jarh wa al-tadil adalah kitab yang menjadi rujukan


dalam jarh wa tadil yang merupakan karya dari.

a.

Iman Abu al-Hasanat Muhammad Abdul Hayyi al-Laknawi al-Hindi.

b.

Ibnu Abi Hatim al-Razi

c.

Ibnu Hajar al Asyqalani

d.

IbnuHibban

e.

Muhammad Musthofa al Maraghi


10.

Sedangkan kitab Muqaddimah kitab al-jarh wa al-tadil adalah karya

a.Iman Abu al-Hasanat Muhammad Abdul Hayyi al-Laknawi al-Hindi.


Ibnu Abi Hatim al-Razi
Ibnu Hajar al Asyqalani
IbnuHibban
Ibnu al-Shalah

Siap UN Hadis Keagamaan 150

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 151

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


7. Memahami Ilmu Jarh wa Tadil

INDIKATOR
7. 6. Menentukan contoh tazkiah di dalam al jarh wa tadil
Pembahasan tentang tazkiah dalam jarh wa tadil tentu tidak mungkin lepas dari
pembahasan sanad sebuah hadis. Untuk mengetahui apakah sebuah hadis bernilai
shahih, hasan ataupun dhaif salah satu petunjuknya yaitu dengan mengetahui perawi
yang meriwayatkan hadis, apakah dia adil, dhabith atau tidak, disamping juga harus
diketahui apakah di dalam matan hadis tersebut ada illat atau kejanggalan. Mengenai
keadilan seorang perawi dapat diketahui melalui pentadilan yang dilakukan oleh
muaddil, demikian juga untuk mengetahui kecacatan seorang perawi dapat diketahui
melalui tajrih yang dilakukan oleh al-jarih.
Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh hadis yang dinukil dari kitab
Bulughul Maram, yang mana dengan pemaparan contoh hadis tersebut akan dapat
diketahui derajat/nilai hadis serta diketahui pula pentadilan (tazkiah) dan pentajrihan
perawi hadis sehingga terkuak nilai sebuah hadis.
Hadis 1



: - -





















Dari Abu Qotadah Radliyallaahu 'anhu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda perihal kucing -bahwa kucing itu tidaklah najis, ia adalah
termasuk hewan berkeliaran di sekitarmu. Diriwayatkan oleh Imam Empat dan
dianggap shahih oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.

Keterangan hadis
Derajat hadis: Hadis Shahih
Ash Shanani berkata, Hadis ini dishahihkan oleh Al-Bukhari, Al-Uqaili, dan Ad
Daruquthni. Al-Majd berkata di dalam Al-Muntaqo, Hadis ini diriwayatkan oleh
imam yang lima. At Tirmidzi berkata, hadis ini hasan shahih.
Ad-Daruquthni berkata, periwayat-periwayat (rijal) nya terpercaya dan dikenal.
Imam Al- Hakim berkata, Hadis ini dishahihkan oleh Malik, dan beliau berhujjah
dengannya di dalam al-Muwaththo. Bersamaan dengan itu, hadis inipun memiliki
syahid (penguat) dengan sanad yang shahih yang diriwayatkan oleh Malik.
Diriwayatkan juga dari Malik oleh Abu Dawud, An-Nasaa-i, At-Tirmidzi, Ad-Daarimiy,
Siap UN Hadis Keagamaan 152

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqiy, dan Ahmad, seluruh mereka meriwayatkan hadis
ini dari Malik dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Tholhah dari Humaidah binti Abi Ubaidah
dari bibinya Kabsyah binti Kaab bin Malik. Dan Kabsyah ini dibawah asuhan Abu
Qotadah Al-Anshoriy. Hadis inipun dishahihkan oleh An-Nawawi di dalam Al-Majmu,
dan beliau menukil dari Al-Baihaqiy bahwa Al-Baihaqiy tersebut berkata, sanadsanadnya shahih.
Hadis ini memiliki banyak jalur periwayatan lain. Akan tetapi Ibnu Mandah
mencacati hadis ini dengan mengatakan bahwa Humaidah dan Kabsyah adalah
perawi

yang

majhul.

Namun

dapat

dijawab

bahwa

Anaknya

yaitu

Yahya

meriwayatkan hadis darinya, dan Yahya ini adalah terpercaya bagi Ibnu Main.
Adapun Kabsyah, ada pendapat bahwa dia adalah seorang sahabat (wanita), dan ini
khusus pada sanad ini, jika tidak, maka telah datang dari jalur lain dari Abu Qotadah.
Dengan demikian terbantahlah pencatatan hadis oleh Ibnu Mandah, sehingga
hadis ini menjadi shahih dengan penshahihan oleh imam-imam di atas, wallahu
alam.
Hadis 2








Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sesungguhnya (hakekat) air adalah suci dan mensucikan,
tak ada sesuatu pun yang menajiskannya."
Dikeluarkan oleh Imam Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad.
Keterangan hadis
Derajat hadis: Hadis ini shahih.
- Hadis ini juga dinamakan "hadis bi'ru bidho'ah". Imam Ahmad berkata, "hadis bi'ru
bidho'ah ini shahih.
- Imam At -Tirmidzi berkata "hasan".
- Abu Usamah menganggap hadis ini baik. Hadis ini telah diriwayatkan dari Abu Sa'id
dan selainnya dengan jalur lain.
- Disebutkan di dalam "at-Talkhish" bahwa hadis ini dishahihkan oleh Ahmad, Yahya
bin Mu'in, dan Ibnu Hazm.

Siap UN Hadis Keagamaan 153

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

- Al-Albani berkata, "periwayat pada sanadnya adalah periwayat Bukhari dan Muslim
kecuali Abdullah bin Rofi'. Al Bukhari berkata, "keadaannya majhul", akan tetapi
hadis ini telah dishahihkan oleh imam-imam sebagaimana yang telah disebutkan di
atas.
- Hadis ini adalah hadis yang masyhur (dikenal) dan diterima oleh para imam.
- Syaikh Shodiq Hasan di kitab Ar-Raudah, "Telah tegak hujjah dengan pen-shahih-an
oleh sebagian imam . Telah dishahihkan juga (selain yang telah disebutkan di atas)
oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Taimiyah, dll. Walaupun Ibnul
Qothon mencacati hadis ini dengan majhulnya riwayat dari Abu Sa'id, akan tetapi
pencacatan oleh satu orang Ibnul Qothon tidak dapat melawan penshahihan oleh
imam-imam besar (yang telah disebutkan di atas).
Kosa Kata:
- Kata ( Thohur), artinya suci substansinya dan dapat mensucikan selainnya.
tidak ada yang sesuatupun yang = (Laa yunajjisuhu syai-un) Kata dapat menajiskannya. Perkataan ini dimuqoyyad-kan (diikat) dengan syarat yaitu
sesuatu (najis) tersebut tidak mengubah salah satu dari tiga sifat air, yaitu bau,
.rasa, dan warna
Hadis 3






Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Jika banyaknya air telah mencapai dua kullah maka ia
tidak mengandung kotoran." Dalam suatu lafadz hadis: "Tidak najis".
Dikeluarkan oleh Imam Empat dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan
Ibnu Hibban.
Keterangan hadis
Derajat hadis: Hadis ini shahih, dinamakan juga dengan hadis qullatain (dua
kullah).
Para ulama berbeda pendapat mengenai keshahihan hadis ini, sebagian ulama
menghukumi hadis ini dengan syadz (nyeleneh) pada sanad dan matannya. Syadz
pada matannya dari segi bahwa hadis ini tidak masyhur padahal kandungan hadis ini
Siap UN Hadis Keagamaan 154

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

sangat dibutuhkan, seharusnya dinukil secara masyhur, namun hal ini tidak. Dan
tidak ada yang meriwayatkan hadis ini kecuali Ibnu Umar saja.
Adapun segi idhtirob (simpang siur) pada matan, yaitu adanya sebagian riwayat
jika air mencapai dua kullah, ada juga jika air mencapai tiga kullah, ada
juga jika air mencapai empat kullah. Ukuran kullahpun tidak diketahui, dan
mengandung pengertian yang berbeda-beda.
Adapun ulama yang membela hadis ini dan mengamalkannya seperti Imam
Asy-Syaukani, beliau berkata, telah dijawab tuduhan idhtirob (simpang siur) dari
segi sanad bahwa selagi terjaga di seluruh jalur periwayatannya, maka tidak bisa
dianggap idhtirob (simpang siur), karena hadis tersebut dinukil oleh yang terpercaya
kepada yang terpercaya. Al Hafidz berkata, Hadis ini memiliki jalur periwayatan dari
Al-Hakim dan sanadnya dikatakan baik oleh Ibnu Main. Adapun tuduhan idhtirab
dari segi matan, maka sesungguhnya riwayat tiga itu syadz, riwayat empat
kullah itu mudhtarib, bahkan dikatakan bahwa kedua riwayat tersebut maudhu,
dan riwayat empat kullah di-dhoifkan oleh Ad-Daruqtni.
Syaikh Al-Albani berkata, hadis ini shahih, diriwayatkan oleh lima imam
bersama Ad Darimi, At Thohawi, Ad Daruquthni, Al -Hakim, Al -Baihaqi, Ath -Thoyalisi
dengan sanad yang shahih. Ath-Thohawi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Adz Dzahabi,
An Nawawi, Al Asqolaani menshahihkan hadis ini, dan sikap sebagian ulama yang
mencacati hadis ini dengan idhtirob (simpang siur) tidaklah dapat diterima.
Ibnu Taimiyah berkata, kebanyakan ulama menghasankan hadis ini dan
menjadikannya sebagai hujjah (dalil), mereka telah membantah perkataan yang
mencela hadis ini Diantara ulama yang menshahihkan hadis ini adalah Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Mandzah, At Thohawi, An Nawawi, Adz Dzahabi, Ibnu
Hajar, Asy Suyuthi, Ahmad Syakir, dll.
Kosa kata:
- Kata ( qullataini) = dua kullah. Dua kullah sama dengan 500 ritl irak, dan 1 ritl
irak sama dengan 90 misqol. Dengan takaran kilo, dua kullah sama dengan 200 kg.
- Kata ( lam yahmil khobats), yaitu tidak dicemari oleh kotoran (najis),
maknanya adalah air tidak ternajisi dengan masuknya najis ke dalamnya, jika air
tersebut mencapai dua kullah. Dikatakan juga bahwa maksudnya adalah air
tersebut dapat melarutkan (menghilangkan) najis yang masuk ke dalamnya,
sehingga air tersebut tidak ternajisi.
- Kata ( khobats) adalah najis.
Faedah hadis:

Siap UN Hadis Keagamaan 155

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Jika air mencapai dua kullah, maka air tersebut dapat menghilangkan najis
(dengan sendirinya) sehingga najis tidak memberi pengaruh, dan inilah makna
tersurat dari hadis tersebut.
2. Dipahami dari hadis tersebut bahwa air yang kurang dari dua qullah, terkadang
terkontaminasi oleh najis dengan masuknya najis sehingga air tersebut menjadi
ternajisi, tetapi terkadang tidak menjadi ternajisi dengannya.
3. Ternajisi atau tidaknya air bergantung pada ada atau tidaknya zat najis di
dalamnya, jika najis tersebut telah hancur dan larut, maka air tersebut tetap pada
kesuciannya.

Siap UN Hadis Keagamaan 156

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai!


Soal nomor 1 3 berdasar hadis 1
1. Hadis yang diriwayatkan oleh al-arbaah dari sanad Abu Qatadah bernilai shahih, tetapi
menurut at-tirmidzi bernilai.

a. hasan shahih
b. Hasan
c. Dhaif
d. layyinul hadis
e. majhul
2. hadis di atas memiliki syahid (penguat) dengan sanad yang shahih yang diriwayatkan
oleh.

a. Ibnu majah
b. Imam Ahmad
c. Malik
d. Abu dawud
e. Abu Hurairah
3. Ibnu Mandah mencacati hadis di atas dengan mengatakan bahwa Humaidah dan Kabsyah
adalah perawi yang majhul. Namun dapat dijawab bahwa Anaknya yaitu Yahya
meriwayatkan hadis darinya, Yahya ini adalah terpercaya menurut
a. Ibnu majah
b. Ibnu hibban
c. Al-Baihaqi
d. Ibnu Main
e. al-Bukhari
Soal nomor 4 7 berdasar hadis 2
4. Al Bukhari mengatakan bahwa sanad hadis 2 "keadaannya majhul", akan tetapi hadis ini
telah dishahihkan oleh.
a. Ahmad, Tirmidzi, nasai
b. Malik dan Ahmad

c. Ahmad, Yahya bin Mu'in, dan Ibnu Hazm.


d. Yahya bin Muin, Ahmad, dan Malik
e. Ahmad, Tirmidzi, dan Nasai
5. Imam Ahmad mengatakan bahwa hadis bi'ru bidho'ah ini berderajat shahih, sedang
Imam At -Tirmidzi menilai.
a. hasan shahih
b. Hasan
c. Dhaif
d. matrukul hadis
e. majhul
6. 6. Ibnul Qothon mencacati hadis nomor 2 dengan majhulnya periwayat yang bernama.
a. Abu Said al-Khudzry
b. Abu Hurairah
c. Ibnu Hibban
d. Kabsyah
e. Ibnu Umar

Siap UN Hadis Keagamaan 157

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

7. "Telah tegak hujjah dengan penshahihan oleh sebagian imam. Telah dishahihkan juga
(selain yang telah disebutkan di atas) oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Taimiyah, dan lain-lain. Demikian komentar Syaikh Shodiq Hasan tentang hadis 2 di
dalam kitabnya yang diberi judul ..
a. Ar-Raudah

b. ilmu rijalil hadis


c. ilmu ruwatul hadis
d. at-Talkhish
e. Biru bidhoah
Soal nomor 8 9 berdasar hadis 3
8. Dari segi sanad, hadis 3 dianggap tidak masyhur karena hanya diriwayatkan oleh satu
orang sahabat, yaitu.
a. Abu Hurairah
b. Umar bin Khattab
c. Abdullah bin Umar
d. Abu Said al-Khudzry
e. Abu Qatadah
9. Sebagian dari ulama mengatakan hadis 3 idhtirab dari segi sanad maupun matan. Makna
idhtirab adalah.
a. Ada kesimpangsiuran di dalam sanad maupun matan hadis
b. Ada kejanggalan pada matan hadis
c. Ada perawi yang majhul
d. Matan hadis berbeda-beda
e. Perawinya hanya satu orang saja
10.Kritikus hadis menilai perawi dengan sebutan

, maka yang dilakukan kritikus

tersebut adalah
a. Menjarh
b. tazkiyah
c. Mencacat
d. Mentajrih
e. mentarjih

Siap UN Hadis Keagamaan 158

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


8. Mengenal sejarah singkat Sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dan
Pentakhrij Hadis yang dikenal sebagai Perawi

Indikator
8.1 Menjelaskan Biografi Abdullah bin Umar

Ringkasan materi
Dalam menilai kualitas suatu Hadis perlu adanya kritik sanad dan matan. Kritik sanad
artinya kemampuan menilai secara jernih tentang kualitas para perawi Hadis yang ada
dalam

sanad suatu Hadis apakah bersambung sanadnya ? Apakah adil dan dhabit

para perawi dalam sanad tersebut ?

dan seterusnya. Untuk mengetahui kualitas

seorang perawi terlebih dahulu harus mengetahui biografinya. Di mana dia lahir dan
meninggal, bagaimana sifat-sifat yang dimiliknya, bagaimana sifat kepercayaanya
dalam periwayatan, bagaimana kemampuan mengingat atau menghapal,

bagaimana

kontribusinya terhadap perkembangan periwayatan dan pembukuan Hadis

dan

seterusnya.
Para

periwayat

Hadis

di

kalangan

para

sahabat

tidak

sama

jumlah

periwayatannya. Di antara mereka ada yang banyak dalam periwayatan Hadis dan
ada yang sedikit, bergantung dari ketekunan dan keahlian masing-masing. Di antara
mereka ada yang menekuni bidang Tafsir seperti Abdullah bin Mas`d dan Abdullah
bin `Abbs. Di antara mereka ada yang lebih menekuni bidang Faraidh seperti Zaid bin
Tsbit, dan di antara mereka juga ada yang menekuni Hadis seperti Abu Hurairah dan
di antara mereka ada yang lebih menekuni dan terjun dalam politik praktis, pertanian/
atau perkebunan dan lain-lain.
Banyaknya periwayatan bukan karena seseorang lebih dahulu masuk Islam ( alSbiqn al-Awwaln) seperti Abu Bakar, umar, Utsman dan Ali. Bahkan mareka tidak
meriwayatkan sebanyak sahabat lain, karena Hadis pada awal perkembangan Islam
tidak boleh ditulis dan hanya dihapal atau diingat saja, di samping ada larangan
memperbanyak periwayatan Hadis masa Khulafaur Rasyidin.

Pada buku ini akan

dipaparkan di antara para sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis (al-muktsirn fi


riwyat al-Hadts). Maksud banyak periwayatan

di sini adalah jumlah Hadis yang

diriwayatkan seseorang lebih dari seribu Hadis.


Siap UN Hadis Keagamaan 159

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Dalam fase ini dikenal beberapa orang sahabat dengan julukan bendaharawan
hadis,

yakni

orang-orang

yang

riwayatnya

lebih

dari

seribu

hadis.

Mereka

memperoleh riwayat-riwayatnya yang banyak itu karena


1. Yang paling awal masuk Islam, seperti Khulafaur Rasyidin dan Abdullah bin
Masud
2. Terus menerus mendampingi Nabi SAW dan kuat hafalannya, seperti Abu
Hurairoh
3. Menerima riwayat dari sebagian sahabat selain mendengar dari Nabi SAW dan
panjang pula umurnya, seperti Anas ibn Malik, walaupun beliau masuk Islam
sesudah Nabi SAW menetap di Madinah
4. Lama menyertai Nabi SAW dan mengetahui keadaan Nabi SAW, seperti istri-istri
beliau Aisyah dan Ummu Salamah
5. Berusaha untuk mencatatnya, seperti

Abdullah

ibn Amr

ibn

Ash

yang

meriwayatkan hadis dalam buku catatannya yang dinamai Ash-Shadiqah


Di antara sahabat yang mengembangkan periwayatan hadis adalah :
a. Abu Hurairah.
Menurut keterangan Ibnu al-Jauzy dalam Talqih Ahl al Atsar hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairoh sejumlah 5.374 buah. Menurut hitungan Al
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kirmany 5.364 buah. Dalam Musnad Ahmad 3.848 buah


Abdullah ibn Umar, sebanyak 2.630 hadis
Anas ibn Malik, sebanyak 2.276 hadis
Aisyah, sebanyak 2.210 hadis
Abdullah bin Abbas, sebanyak 1.660 hadis
Jabir ibn Abdullah, sebanyak 1.540 hadis
Abu Said al-Khudry, sebanyak 1.170 hadis

Dalam itu pula ada sahabat yang menyedikitkan riwayatnya, yaitu Az-Zubair karena
takut terjerumus dalam kedustaan. Zaed ibn Arqam tidak berani lagi meriwayatkan
hadis sesudah usianya lanjut takut telah banyak yang dilupakannya, seperti yang
diterangkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya
A. Sejarah singkat tokoh yang meriwayatkan hadis
1.

Abdullah bin `Umar


Abdullah bin Umar adalah Abu Abd ar-Rahman Abdullah ibn Umar ibn alKhaththab al-Quraisyi al-Adawy, seorang sahabat Rasul yang terkemuka dalam
bidang ilmu dan amal. Abdullah dilahirkan di Makkah pada tahun 10 sebelum hijrah
sama dengan 618 M.Beliau wafat di Makkah pada tahun 73 H atau 693 M.
Dalam usia 10 tahun beliau bersama ayahandanya berhijrah ke Madinah lebih
dahulu dari pada ayahandanya.Beliau adalah saudara kandung Khafshah, istri
Rasul.Sejak kecil beliau sudah mempunyai perhatian dalam perkembangan dan
kejuan Islam. Dia tidak diizinkan ikut perang Uhud oleh Rasulullah karena usianya
yang masih kecil kecuali pada perang- perang berikutnya.

Kemudian ia aktif ikut

serta perang seperti Khandaq dan beberapa peperangan sesudahnya termasuk


penaklukan

Mesir dan di negeri-negeri Afrika lainnya. Abdullah bin Umar dikenal

sebagai sosok yang tekun beribadah, zuhud, dermawan dan gigih dalam berjuang
Siap UN Hadis Keagamaan 160

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

untuk kehidupan Islam. Abdullah bin Umar merasa hidupnya di muka bumi ini
sebagai tamu atau musafir sehingga kehidupannya dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Disamping juga mempunyai hafalan dan kekuatan ingatan yang tinggi.

Teman-

teman Abdullah bin `Umar mengakui keunggulannya, Abdullah bin Masud berkata :


Sungguh aku melihat kita (sahabat) orang-orang yang sempurna, tidak ada
seorang pemuda di tengah-tengah kami yang lebih mampu menguasai dirinya
dibandingkan dengan Abdullah bin Umar.
Beliau termasuk seorang sahabat yang tekun dan berhati-hati dalam
periwayatan Hadis. Abi Ja`far berkata : Tidak ada seorang sahabat Nabi yang
mendengar Hadis dari Rasulillah yang lebih berhati-hati dari pada Ibn `Umar ia
tidak mengurangi dan tidak menambah periwayatan. Menurut Imam Malik, Selama
60 tahun sesudah wafat Nabi Ibn `Umar memberi fatwa hukum dan meriwayatkan
Hadis. Ibn al-Bakkar juga mengatakan, Ibn `Umar menghapal semua yang ia dengar
dari Rasulillah dan bertanya kepada orang-orang yang yang menghadiri majlismajlis Rasulillah tentang segala
menilainya

sebagai

seorang

perkataan dan perbuatannya.

sahabat

yang

banyak

memberi

Ibn Hazm
fatwa

dan

meriwayatkan Hadis.
Jumlah Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar sekitar 2.630 buah. Ia
meriwayatkan Hadis dari Nabi dan dari para sahabat, di antaranya dari ayahnya
sendiri `Umar, pamannya Zaid, saudara kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Umar, Ali,
Bilal, Ibn Mas`d, Abu Dzarr, dan Mu`adz. Imam al-Bukhari meriwayatkan sekitar
81 buah Hadis dari padanya, Muslim meriwayatkan dari padanya sekitar 31 buah
Hadis, dan yang disepakati Bukhary-Muslim sebanyak 1700 buah Hadis. Banyaknya
periwayatan Abdullah bin `Umar karena disebabkan beberapa faktor, antara lain :
a.

Ia tergolong

sahabat pendahulu masuk Islam dan berusia panjang

mencapai 87 tahun
b.

Selalu hadir di majlis-majlis Nabi saw dan mempunyai hubungan dekat


dengan beliau, karena menjadi iparnya saw

c.

Tidak punya ambisi kedudukan dan tidak melibatkan diri dalam


berbagai konflik politik di kalangan sahabat.

Ibnu al-Bikr mengatakan, Ibnu Umar menghafal semua yang didengar dari Rasul
dan bertanya kepada orang-orang yang menghadiri majelis-majelis Rasul tentang
tutur kata dan perbuatan Rasul.

Siap UN Hadis Keagamaan 161

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang pada pilihan jawaban
A, B, C, D, atau E
1. Siapakah sahabat di bawah ini yang mempunyai julukan

adalah
A.
B.
C.
D.
E.

Abdullah
Abdullah
Abdullah
Abdullah
Abdullah

ibnu
ibnu
ibnu
ibnu
ibnu

Harits ibnu Naufal


Rabiah
Abbas
Umar
Masud

2. Perawi hadis yang merupakan ipar Rasulullah saw dari istrinya Khafshah adalah .
A. Abu Hurairoh
B. Abdullah Ibnu Umar
C. Anas Ibnu Malik
D. Abdullah Ibnu Abbas
E. Jabir ibnu Abdillah
3. Abdullah bin Umar meriwayatkan hadis sebanyak .
A. 5375 hadis
B. 5364 hadis
C. 2630 hadis
D. 2210 hadis
E. 1700 hadis
4. Abdullah bin Umar merupakan sahabat nabi yang mendapat gelar bendaharawan
hadis ke .
A. Satu
B. Dua
C. Tiga
D. Empat
E. Lima
5. Abdullah bin Umar adalah tokoh hadis terkemuka dalam bidang ilmu dan amal
yang berasal dari .
A. Bashrah
B. Quraisy
C. Kufah
D. Makkah
E. Madinah
6. Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar dan mendapatkan kesepakataan
Bukhari Muslim sebanyak .
A. 875 hadis
B. 1700 hadis
C. 2276 hadis
D. 2340 hadiits
E. 2630 hadis
7. Yang Bukan perawi hadis yang tergolong dalam Empat Abdillah adalah .
A. Abdullah ibnu Harits ibnu Naufal
B. Abdullah ibnu Umar
C. Abdullah ibnu Abbas
D. Jabir ibnu Abdillah
E. Abdullah ibnu Msud
8. Ketika berumur 10 tahun Abdulllah bin Umar ingin mengikuti perang. Tetapi ditolak
oleh Rasululah saw karena usianya yang relative masih muda. Perang tersebut
adalah .
A. Perang Uhud
B. Perang Khandaq
C. Perang Badar
D. Perang Tabuk
E. Perang Siffin
Siap UN Hadis Keagamaan 162

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

9. Abdullah bin Umar adalah seorang tokoh hadis yang hidup pada masa Rasul yang
tegolong dalam
A. Khuulafaur Rosyidin
B. Sahabat Besar
C. Sahabat Kecil
D. Tabiin
E. Tabiit Tabiin
10.
Abdullah bin Umar menerima hadis dari
A. Nabi saw
B. Sahabat
C. Khulafaur Rosyidin
D. Nabi saw dan Sahabat
E. Perawi hadis yang terpercaya

Siap UN Hadis Keagamaan 163

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


8. Mengenal sejarah singkat Sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dan
Pentakhrij Hadis yang dikenal sebagai Perawi

Indikator

8.2 Menjelaskan Biografi Anas bin Malik


Anas bin Malik
Anas bin Malik adalah Abu Tsumamah (Abu Hamzah) Anas ibn Malik ibn Nadhr
ibn Dhamdham al-Najjary al-Anshary, seorang sahabat yang melayani Nabi saw yang
terpercaya, bapaknya bernama Malik bin al-Nadhar dan ibunya bernama Ummu Sulaim
yang pernah membawanya kepada Nabi

ketika berusia 10 tahun dan ia mohon

hendaknya beliau berkenan menerima anaknya sebagai khadimnya dan Nabipun


menerimanya. Ia sering membawakan sandal dan ember Rasulillah untuk berwudhu. Ia
mendapat doa Rasulillah :

Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya dan masukkanlah ke surga.


Anas berkata : Sungguh aku melihat dua orang wanita dan aku mengharapakan
wanita yang ketiga. Demi Allah, hartaku melimpah ruah dan sungguh jumlah anakanakku dan anak cucuku pada hari ini mencapai 100 orang.
Nabi sering mengajak canda dan humor dengan Anas dengan panggilan : Ya
dza al-udzunayn (Hai anak yang memiliki telinga dua) sehingga tidak terkesan
sebagai pergaulan tuan dan budaknya. Anas menceritakan selama pergaulannya
dengan Nabi : Beliau tidak pernah mempersoalkan apa yang aku lakukan ; mengapa
kamu lakukan begini, mengapa kamu tinggalkan begini atau mengapa kau tidak
tingalkan begini ? dan seterusnya. Tetapi beliau mengatakan : Apa yang dikehendaki
Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendak-Nya tidak terjadi.
Pada saat perang Badar Anas masih berusia muda maka belum mengikuti
peperangan ini, tetapi setelah itu ia banyak melibatkan diri dalam berbagai
pertempuran.

Ketika

Abu

Bakar

bermusyawarah

dengan

`Umar

tentang

pengangkatannya sebagai gubernur Bahrayn, `Umar memujinya ; dia adalah seorang


pemuda yang cerdas dan penulis. Dia seorang wara dan taqwa

sebab telah lama

pergaulannya dengan Nabi. Abu Hurairah berkata :




( )

Aku tidak melihat seorang yang shalatnya lebih serupa dengan Nabi dari pada
Ibn Sulaim yakni Anas bin Malik.
Ibn Srn juga berkata :

Siap UN Hadis Keagamaan 164

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Anas adalah manusia yang paling baik shalatnya

baik dalam shalat hadhar

(mukim di rumah) maupun safar (bepergian jauh).


Ia dibesarkan di tengah-tengah keluarga Nabi selama 9 tahun dan beberapa
bulan sehingga ia banyak mengetahui hal ihwal Nabi baik berupa perkataan,
perbuatan dan pengakuan beliau. Ia dikaruniai cukup panjang umur sehingga ia msih
hidup selama 83 tahun setelah wafat beliau. Hal inilah di antaranya yang
menyebabkan ia banyak meriwayatkan Hadis dari beliau baik secara langsung dari
beliau maupun melalui sesama para sahabat kemudian disampaikan kepada umat.
Jumlah Hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik

mencapai 2.286 buah Hadis

Imam al-Bukhri meriwayatkan dari padanya sebanyak 83 buah Hadis dan Muslim
sebanyak 71 buah Hadis. Pada akhir hayatnya ia berpindah ke Bashrah dan salah
seorang sahabat yang terakhir wafatnya di Bashrah. Wafat pada tahun 93 H dalam
usia lebih 103 tahun.
Anas menerima hadis dari Nabi saw dan dari banyak sahabat, di antaranya
ialah Abu Bakar, Umar, Utsman, Abdullah bin Rahawah, Fathimah az-Zahrah, Tsabit bin
Qais, Abd ar-Rahman ibn Auf, Ibnu Masud, Abu Dzar, Malik ibn shasshaah, Muadz ibn
Jabal, Ubadah ibn Shamit dari ibunya sendiri Ummu Sulaiman dan saudara-saudara
ibunya Ummu Hiram, dan Ummu Fadhel.

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang pada pilihan jawaban
di antara A, B, C, D, atau E
1. Di bawah ini nama perawi yang merupakan Khadam (pelayan) Rasulullah saw
adalah .
A. Abdullah binUmar
B. Anas bin Malik
C. Aisyah ash shiddiqiyyah
D. Jabir ibnu Abbas
E. Abdullah bin Abbas
2. Anas bin Malik adalah seorang bendaharawan hadis yang meriwayatkan hadis
sebanyak .
A. 1660 hadis
B. 1700 hadis
C. 2210 hadis
D. 2276 hadis
E. 2630 hadis
3.

. Doa Rasululloh tersebut ditujukan

kepada .
A. Tsabit bin Qais
B. Muadz ibnu Jabir
C. Ubadah ibnu Shamit
D. Anas ibnu Malik
E. Abdullah ibnu Rohawah
4. Nabi sering mengajak canda dengan Anas bin Malik, biasanya dengan panggilan .
A. Ya Ibnu Sulaim
B. Ya Dzal Qorib
Siap UN Hadis Keagamaan 165

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. Ya Aba Hurairoh
D. Ya Ibn Malik
E. Ya dza al-udzunayu
5. Perhatikan sahabat-sahabat nabi berikut!
No
Nama
1 Umar bin Khattab
2 Ibnu Sirin
3 Said Ibnu Musayyab
4 Abu Salamah
5 Harits ibnu Naufal
Sahabat yang memberi pujian kepada Anas bin Malik sebagai manusia yang paling
baik sholatnya adalah sahabat nomor .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
6. Perhatikan pentahrij hadis berikut!
No

Nama

Bukhari

Nasai

Turmudzi

Ibnu Majjah

Muslim

Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik banyak disepakati oleh .
A. 1 dan 3
B. 1 dan 4
C. 1 dan 5
D. 2 dan 4
E. 3 dan 5
7. Di antara hal yang tumbuh dalam masa ke tiga adalah munculnya orang-orang
yang membuat hadis-hadis palsu. Hal ini terjadi pada era .
A. Perebutan kekuasaan dalam masa Bani Umayyah
B. Tidak kuatnya periwayatan suatu hadis
C. Berbaurnya antara ayat Al Quran dengan hadis
D. Sesudah Ali wafat
E. Tidak ada yang mensepakati hadis
8. Anas bin Malik ketika hidupnya penuh dengan perjuangan untuk mengumpulkan
haits. Tempat yang paling banyak di diaminya adalah .
A. Mesir
B. Madinah
C. Makkah
D. Kufah
E. Bashrah
9. Seorang perawi harus memiliki sifat Dzabit, artinya
A. Memahami kaidah-kaidah bahasa Arab
B. Kuat ingatan
C. Cerdik
D. Hidup bersama Rasulullah SAW
E. Ikhlas dan zuhud
10.
Munculnya hadis palsu bermulaa dari golongan syiah yang
mengutamakan pribadi-pribadi dengan kepentingan tertentu, sehingga Imam Malik
Siap UN Hadis Keagamaan 166

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

menyebut daerah tersebut sebagai pabrik hadis palsu. Yang dimaksud dengan
daerah itu adalah .
A. Israil
B. Iran
C. Iraq
D. Palestina
E. Yaman

Siap UN Hadis Keagamaan 167

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan

8. Mengenal sejarah singkat Sahabat yang banyak meriwayatkan hadis


dan Pentakhrij Hadis yang dikenal sebagai Perawi

Indikator

8.3 Menentukan nama lengkap / sebutan lain Imam Muslim

Imam Muslim (204 H/820 M 261 H/875 M)


Nama lengkapnya adalah Abu Husayn Muslim bin al-Hajjaj al-Quraysyiy alNaysaburiy. Beliau dilahirkan di Naysabur pada tahun 204 H/ 820 M yaitu kota kecil
yang terletak di negera Iran. Beliau salah seorang ahli Hadis terkemuka dan murid alBukhari. Sejak kecil beliau belajar Hadis ke beberapa guru di berbagai negara
antaranya ke Hijaz, Syam, Irak, Mesir dan lain-lain seperti gurunya al-Bukhari. AlNawawi

berkata

Imam

Muslim

seorang

yang

sangat

berhati-

hati,teguhpendirian,wara`, dan makrifah.


Beliau melawat ke Hijaz, Iraq, Syiria, dan Mesir untuk mempelajari hadis dari
ulama hadis. Beliau meriwayatkan hadis dari Yahya ibn Yahya an-Naisabury, Ahmad ibn
Hanbal, Ishaq ibn rahawaih dan Abdullah ibn Maslamah Al-Qanaby, Al Bukhory dan
lain-lain. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh ulama

Baghdad yang sering beliau

datangi At-Tirmidzy, Yahya ibn Said, Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah, Muhammad
ibn Abd al-Wahhab Al-Farra, Ahmad ibn Salamah, Abu Awanah, Yaqub ibn Ishaq alIsfarayiny, Nashr ibn Ahmad dan lain-lain.
Abu Ali an-Naisabury berkata, Tidak ada di bawah kolong langit dan bumi,
kitab yang lebih shahih dari kitab Muslim dalam ilmu hadis.
Di antara buku Hadis yang beliau tulis adalah Shahh Muslim berisikan 4.000
Hadis yang merupakan hasil penyeleksian dari 12.000 buah Hadis yang dihitung
secara berulang, atau pendapat lain sebanyak 7.275 buah Hadis secara terulangulang. Menurut Fuad Abd al-Bqiy sebanyak 3.033 buah Hadis tanpa diulang. Buku itu
disusun selama 12 tahun. Shahh al-Bukhariy dan Shahh Muslim, keduanya kitab yang
paling shahih setelah al-Quran, para ulama menerimanya secara aklamasi (qabl) dan
mayoritas mereka menilai al-Bukhari lebih shahih, tetapi Shahh Muslim lebih indah
sistematika penulisannya. Imam Muslim berkata :

Seandainya ahli Hadis menulis Hadis selama 200 tahun, maka intinya pada
kitab Shahhnya.

Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan Muslim dalam


kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan Shahh al-Bukhriy. Ibn al-Shalh
mengatakan bahwa persyaratan Muslim dalam kitab Shahh-nya adalah :
a.Hadis itu bersambung sanad-nya

Siap UN Hadis Keagamaan 168

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

b. Hadis diriwayatkan oleh orang kepercayaan (tsiqah) dari generasi permulaan


sampai akhir
c. Terhindar dari syudzdz dan `illah.
Pengertian

( bersambung sanad) menurut al-Bukhari, seorang

periwayat harus benar-benar bertemu ( ) dengan penyampai Hadis. Sedang


Muslim mensyaratkan semasa ( /al-mu`sharah=hidup satu masa).
Para Gurunya
Imam Muslim mempunyai guru hadis sangat banyak sekali, diantaranya adalah: Usman bin Abi
Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah, Syaiban bin Farukh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harab, 'Amar an-Naqid,
Muhammad bin Musanna, Muhammad bin Yasar, Harun bin Sa'id al-Aili, Qutaibah bin sa'id dan lain
sebagainya.
Murid yang meriwayatkan Hadisnya
Banyak para ulama yang meriwayatkan hadis dari Imam Muslim, bahkan di antaranya terdapat
ulama besar yang sebaya dengan dia. Di antaranya, Abu Hatim ar-Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin
Salamah, Abu Bakar bin Khuzaimah, Yahya bin Said, Abu Awanah al-Isfarayini, Abi isa at-Tirmidzi, Abu
Amar Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli, Abul Abbas Muhammad bin Ishaq bin as-Sarraj, Ibrahim bin
Muhammad bin Sufyan al-Faqih az-Zahid. Nama terakhir ini adalah perawi utama bagi Syahih Muslim. Dan
masih banyak lagi muridnya yang lain.
Pujian para Ulama
Apabila Imam Bukhari sebagai ahli hadis nomor satu, ahli tentang ilat-ilat (cacat) hadis dan seluk
beluk hadis, dan daya kritiknya sangat tajam, maka Muslim adalah orang kedua setelah Bukhari, baik dalam
ilmu, keistimewaan dan kedudukannya. Hal ini tidak mengherankan, karena Muslim adalah salah satu dari
muridnya. Al-Khatib al-Bagdadi berkata: "Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, mengembangkan ilmunya
dan mengikuti jalannya." Pernyataan ini bukanlah menunjukkan bahwa Muslim hanya seorang pengikut saja.
Sebab ia mempunyai ciri khas tersendiri dalam menyusun kitab, serta memperkenalkan metode baru yang
belum ada sebelumnya.
Imam Muslim mendapat pujian dari ulama hadis dan ulama lainnya. Al--Khatib al-Bagdadi
meriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, katanya "Saya me-lihat Abu Zur'ah dan Abu Hatim selalu
mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dari pada guru- guru hadis lainnya. Ishak bin Mansur al-Kausaj berkata
kepada Muslim: "Kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah menetapkan engkau bagi kaum
muslimin."
Ishak bin Rahawaih pernah mengatakan: "Adakah orang lain seperti Muslim?". Ibnu Abi Hatim
mengatakan: "Muslim adalah penghafal hadis. Saya menulis hadis dari dia di Ray." Abu Quraisy berkata: "Di
dunia ini, orang yang benar- benar ahli hadis hanya empat orang. Di antaranya adalah Muslim." Mak-sudnya,
ahli hadis terkemuka di masa Abu Quraisy. Sebab ahli hadis itu cukup banyak jumlahnya.
Kitab tulisan Imam Muslim
Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak. Di antaranya:
1. Al-Jamius Syahih
2. Al-Musnadul Kabir Alar Rijal
Siap UN Hadis Keagamaan 169

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

3. Kitab al-Asma' wal Kuna


4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal
7. Kitab al-Intifa' bi Uhubis Siba'
8. Kitab al-Muhadramain
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin
10. Kitab Auladus Sahabah
11. Kitab Auhamul Muhadisin.

Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius Syahih atau Syahih Muslim.
Di antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar
hingga kini ialah Al Jami as-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua
kitab yang paling sahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap
umat Islam.
Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan
para perawi, menyaring hadis-hadis yang diriwayatkan, membandingkan riwayat riwayat itu satu sama lain.
Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan
adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedeemikian rupa, maka lahirlah kitab Sahihnya.
Bukti kongkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi
kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahwa ia pernah berkata: "Aku susun
kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadis."
Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : "Aku menulis bersama Muslim untuk
menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadis.
Dalam pada itu, Ibn Salah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahwa jumlah hadis Sahih
Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadis. Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahwa
perhitungan pertama memasukkan hadis-hadis yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan
kedua

hanya

menghitung

hadis-hadis

yang

tidak

disebutkan

berulang.

Imam Muslim berkata di dalam Sahihnya: "Tidak setiap hadis yang sahih menurutku, aku cantumkan di sini,
yakni dalam Sahihnya. Aku hanya mencantumkan hadis-hadis yang telah disepakati oleh para ulama hadis."
Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Tuhan yang diterimanya: "Apabila
penduduk bumi ini menulis hadis selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar
kitab

musnad

ini."

Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadis yang diriwayatkan dalam Sahihnya dapat dilihat dari
perkataannya sebagai berikut : "Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadis dalam kitabku ini, melainkan
dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadis daripadanya melainkan dengan alasan pula."
Imam Muslim di dalam penulisan Sahihnya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun juduljudul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskah Sahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya
dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan juduljudul

bab

dan

sistematika

babnya

adalah

Imam

Nawawi

dalam

Syarahnya.

Sumber: Kitab Hadis Sahih yang Enam, Muhammad Muhammad Abu Syuhbah.
Siap UN Hadis Keagamaan 170

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Banyak para Ulama yang mengambil Hadis dari padanya di antaranya alTurmudzi, Abu Hatim al-Rziy, Ahmad bin Salamah, Musa bin Harun, Yahya bin Sh`id,
Muhammad bin Mukhallad, abu `Uwnah Ya`qb bin Ishak al-Isfarniniy, Muhamad bin
Abd al-Wahhb al-Farr, `Ali bin al-Husain, dan lain-lain. Akhirnya beliau meninggal
di Naisabur pada tahun 261 H/875 M dalam usia 55 tahun.

Siap UN Hadis Keagamaan 171

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang pada pilihan jawaban
di antara A, B, C, D, dan E
1. Imam Muslim adalah pentakhrij hadis yang berasal dari .
A. Iraq
B. Naisabus
C. Iran
D. Basrah
E. Kufah
2. Imam Muslim sejak kecil sudah mulai bergaul kepada .
A. Abdullah bin Umar
B. Ali bin Abi Thalib
C. Anas bin Malik
D. Al-Bukhari
E. Zaid bin Tsabit
3. Di antara kumpulan hadis yang ditulis oleh Imam Muslim yang popular dinamai .
A. Shahih Muslim
B. Sunan Muslim
C. Shahih Bukhari Muslim
D. Diwanul Hadis An-Nabawy
E. Riyadhus Sholihin
4. 1. hadis itu bersambung sanadnya
2. Hadis diriwayatkan oleh orang kepercayaan dari generasi permulaan sampai
dengan akhir
3. Terhindar dari syudzudzz dan illah
4. Disepakati sejumlah perawi hadis.
5. Dapat dipertanggungjawabkan
Dalam penetapan hadis-hadis dalam shahih Musllim persyaratan-persyaratan yang
diajukan adalah .
A. 1,2,3
B. 1,3,5
C. 2,3,4
D. 1,2,3,4
E. 2,3,4,5
5. Abu al Husain ibnu al Hajjaj ibn Muslim al Qusyairy an Naisabury merupakan nama
lain dari .
A. Imam Bukhari
B. Imam Muslim
C. Imam Turmudzi
D. Imam Nasai
E. Abu Dawud
6. Di bawah ini yang bukan kota pelawatan Imam Muslim untuk mempelajari dalam
periwayatan hadis adalah .
A. Hijaz
B. Iraq
C. Syiria
D. Mesir
E. India
7. Imam Muslim adalah pentakhrij hadis yang terkemuka. Hadis yang merupakan
kesepakatan Imam Muslim dengan Al Bukhari disebut .
A. Shahih Bukhari
B. Muttafaqun Alaihi
C. Shahih Muslim
D. Shahibul Hadis
E. Al Musnatul kamil
8. Nama lain dari gabungan karya Bukhari dan Muslim disebut .
A. Al Hajjaj
Siap UN Hadis Keagamaan 172

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B. Mujtaba
C. Sokhikhain
D. Al Muwatho
E. Sirojul Munir
9. Di bawah ini adalah nama-nama kota yang ditempati oleh Muslim untuk
mempelajari hadis dari Ulama-Ulama Hadis. Kota tersebut adalah .
A. Hijaz, Iraq, Syiria, dan Mesir
B. Iraq, Iran, Madinah, dan India
C. Hijaz, Makkah, Madinah, dan Kufah
D. Syiria, Damaskus, dan Parsi
E. Saudi Arabia, Yaman, Iraq, dan Iran
10.
Kitab Shahih Muslim disebut juga.
A. Al Jamius Shahih
B. Al Jamiul Hadis
C. Shahihain
D. Auhamul Muhadditsin
E. Kitabal Aqran

Siap UN Hadis Keagamaan 173

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan

8. Mengenal sejarah singkat Sahabat yang banyak meriwayatkan hadis


dan Pentakhrij Hadis yang dikenal sebagai Perawi

Indikator

8.4 Menentukan Guru Imam at-Tirmidzi

At-Turmudzi (200 H/824 M- 279 H/892 M)


Imam Al Turmudzi nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn
Tsurah ibn Musa ibn Dhahak Al Sulami Al Bughi Al Tirmidzi adalah seorang muhaddits
yang dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota kecil di pinggir utara sungai Amuderiya,
sebelah utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut ;pada bulan Dzulhijjah 200 H
( atau tepatnya 824 M ). Imam Bukhari dan Imam Turmudzi keduanya sedaerah sebab
Bukhara dan Turmudzi adalah satu adalah satu daerah dari daerah ma waraun nahr.
Beliau mengambil hadis dari ulama hadis yang kenamaan, seperti Abdullah ibn
Muawiyah al-Jumahy, Ali ibn Hujr al-Marwazy, Suwaid ibn Nashr al-Maerwazy,
Qutaibah ibn Said ats-Tsaqafy, Abu Mushab, Ahmad ibn Abi Bakar Az-Zuhry al-Madiny,
Ibrahim ibn Abdullah ibn Hatim al-Hawary.
At-Turmudzy adalah salah seorang ulama yang mendapat asuhan dan didikan AlBukhory, mempelajari ilmu hadis, mendalami fiqihnya dan mengadakan munazharoh
(diskusi) dengannya. At-Turmudzy sering berbeda pendapat dengan gurunya.
At-Turmudzi banyak melawat ke berbagai negeri. Hadis-hadisnya diriwayatkan
oleh oleh banyak ulama dan yang terpenting antara mereka adalah Al-Mahbudy yang
meriwayatkan kitab AlJami.
Untuk member kesaksian tentang ketinggian At-Turmudzy dalam bidang hadis
maka Al-Bukhory sengaja menerima suatu hadis daripadanya. Sebagaimana biasa
dilakukan oleh ulama besar, yaitu mendengar hadis dari ulam yang lebih rendah
daripadanya.
Thasy Kubra Zadah berkata, At-Turmudzy adalah salah seorang dari ulama
penghafal hadis yang terkenal, berilmu luas dalam bidang fiqih dan menerima hadis
dari ulama besar.
Al Mizzy berkata, At-Turmidzy adalah seorang penghafal hadis yang terkemuka
yang telah dapat dimanfaatkan kirabnya oleh para Muslim.
Menurut Ibnu al-Atsir, kitab Al-Jami dan kitab-kitab yang lain, salah seorang
imam hadis yang terkemuka yang telah dapat dimanfaatkan kitabnya oleh para
Muslim.
Di antara karyanya adalah Kitab Sunan atau yang disebut ( Jmi` alTurmudziy). Di dalam kitab ini ia mengklasifikasikan kualitas Hadis menjadi shahih,
hasan, dan dha`if. Setelah selesai menulis kitab ini beliau perlihatkannya kepada para
ulama Hijaz, Irak, dan Khurrasan. Mereka bersenang hati dan bangga melihatnya.
Beliau berkata :



Siap UN Hadis Keagamaan 174

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Aku tulis bukuku ini dan telah aku sodorkan kepada para ulama Hijaz, Irak, dan
Khurrasan dan mereka menyenanginya. Barang siapa di rumahnya terdapat kitab
Sunan ini, maka seakan-akan di rumahnya ada seorang Nabi yang berbicara.
Buku inilah sumber pertama Hadis Hasan. Kualitas Hadisnya terbagi empat
macam ; yaitu sebagian dipastikan keshahihanny, sebagian lain shahih atas syarat
Abu Dawud dan al-Nasi, sebagian lain dijelaskan `illat-nya, dan sebagian lagi beliau
terangkan : Aku tidak keluarkan suatu Hadis dalam kitbaku ini kecuali yang
diamalkan oleh sebagian Fuqah.
Beliau meninggal dunia pada tahun 279 H/892 M bulan Rajab di Turmudz
setelah sakit mata pada akhir hayatnya.

Siap UN Hadis Keagamaan 175

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang pada pilihan jawaban
di antara A, B, C, D, atau E !
1. Seorang Imam yang menjadi panutan dalam bidang hadis diantaranya ialah At
Turmudzi. Beliau mempunyai nama lengkap .
A. Abu Isa ibn Sauroh ibn Musa ibn Shakkar as Sulamy al Bughy At Thurmudzi
B. Abu Add ar Rohman Ahmad ibn Syuaib ibn Ali Ibn Bakar ibn Sunan An Nasay
C. Abu Al Husain Muslim ibn al Hajjaj ibn Muslim al Qusyairy an naisabury
D. Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughiroh al-Jafi
E. Abu Daud Sulaiman ibn Asyats ibn Syidad ibn Amar ibn Amir As Sijistany
2. Imam Turmudzi berguru kepada
A. Imam Bukhari
B. Imam Muslim
C. Abu Daud
D. Nasay
E. Rahawaih
3. At Turmudzi menyusun kitab hadis yang dinamakan .
A. Al Mujtaba
B. Al jami
C. As Subky
D. Sunan Turmudzi
E. Shahih Turmudzi
4. Menurut Ibnu al Atsir, diantara kitab-kitab karya At-Thurmudzi yang paling baik
adalah .
A. Muttafaqun Alaihi
B. Sunan At Turmudzi
C. Al Ilalul Hadis
D. Al Jamial Kabir
E. Al jami
5. Dalam sejarah perkembangan ilmu hadis status At Thurmudzi dalam status hadis
disebut
A. Rijalul Hadis
B. Pentakhrij Hadis
C. Perawi Hadis
D. Orang yang meriwayatkan hadis
E. Orang yang menerima hadis
6. Perhatikan nama-nama berikut!
N

Nama

o
1
2
3
4
5

Quthaibah bin said


Dawud Zamahsari
Ishaq bin Musa
Sufyan bin Waji
Muslim

Di antara nama-nama di atas di mana At-Thurmudzi pernah berguru kepadanya


adalah .
A. 1,2,3,4
B. 2,3,4,5
C. 1,3,4,5
D. 1,2,4,5
E. 1,2,3,5
7. Ulama yang banyak meriwayatkan Kitab Al Jami adalah .
A. Abu Daud as-Sijistany
B. Zaed ibn Yahya ibn Ubaid ad Dimasyqy
C. Ibnu Syuwail
Siap UN Hadis Keagamaan 176

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

D. Ibnu al-Katsir
E. Al-Mahbudy
8. Turmudzi adalah ahli hadis yang berasal dari
A. Bugh
B. Iraq
C. Mesir
D. Kufah
E. Madinah
9. Kitab Al-Jami ash-Shahih dan Asy-Syamil merupakan kitab yang berkembang dalam
masyrakat. Kitab tersebut disusun oleh .
A. Bukhari
B. Muslim
C. Turmudzi
D. Nasay
E. Al Mizzy
10.
Imam Turmudzi di samping dikenal sebagai Ulama Hadis,
beliau juga dikenal sebagai Ulama .
A. Tokoh Tasawuf
B. Ulama Fiqih
C. Sufi
D. Tabib
E. Filosof

Siap UN Hadis Keagamaan 177

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan

8. Mengenal sejarah singkat Sahabat yang banyak meriwayatkan hadis


dan Pentakhrij Hadis yang dikenal sebagai Perawi

Indikator

8. 5 Menyebutkan gelar yang diberikan Ulama Hadis kepada Imam An


Nasai

An-Nasay (215/839 M-303 H/915 M)


Nama lengkapnya Abu Abd ar-Rahman Ahmad ibn Syuaib ibn Ali ibn Bakar ibn
Sunan An-Nasay. Beliau dilahirkan di kota Nasa suatu kota masuk wilayah Khurrasan
pada tahun 215 HDAN WAFAT DI Makkah pada tahun 303 H. Beliau mengembara ke
berbagai kota besar untuk mencari Hadis, antara lain ke Khurrasan, Hijaz, Irak, dan
Mesir kemudian menetap di Mesir. Beliau juga seorang faqih bermadzhab al-Syfi`i,
ahli ibadah, berpegang teguh pada Sunah, dan memiliki wibawa kehormatan yang
besar. Beliau juga seorang penulisn As-Sunan yang dinamakan Al-Mujtaba. Setelah
melaksanakan ibadah haji ia menetap di Mekkah sampai menghadap ke hadirat Ilahi
pada tahun 303 H /915 M. Beliau meningal di al-Ramalah dan dimakamkan di Bayt alMaqdis. Imam al-Daru Quthniy memberi komentar tentang al-Nasai :









al-Nasai adalah orang yang paling alim Fikih di antara syeikh-syeik Mesir pada
masanya dan orang yang paling mengetahui hadis dan para perawinya.
Beliau meriwayatkan hadis dari Qutaibah ibn Said, Ishaq ibn Ibrahim, Hummaid ibn
Masadah, Ali ibn Thasyram, Muhammad ibn Abd al-Ala, Mahmud ibn Ghailan, Abu
Basyar ad-Daulaby, Abu Qasim ath-Thabary, Abu Jafar ath-Thahawy, Muhammad ibn
Harun ibn Shalih ibn Sinan, Abu Bakar Ahmad ibn Ishaq as-Sunny, seorang penghafal
hadis
Cukup banyak karangan beliau kurang lebih 15 buku, yang paling populer adalah alSunan yang disusun seperti bab Fiqh. Di dalamnya tidak ada seorang periwayat yang
disepakati kritikus untuk ditinggalkannya. Dari segi kualitas Hadisnya terdapat Hadis
shahih, hasan dan dha`if. Beliau beri nama buku itu ( al-Sunan al-Kubr),
kemudian diajukan kepada seorang amir di al-Ramalah, beliau ditanya : Apakah
semua Hadis di dalamnya shahih ? Beliau menjawab : Di dalamnya ada yang shahih,
hasan, dan yang mendekatinya. Tuliskan yang shahih saja dari padanya! sahut Amir.
Maka beliau menyaring dari kitab itu Hadis-Hadis shahih saja yang kemudian disebut
( al-Sunan al-Sughr) dan diberi nama ( al-Mujtab min alSunan) yaitulah yang sampai di tangan kita. Para ahli Hadis banyak yang berpedoman
periwayatan dari al-Nasai, ia bagian dari kitab induk enam yang sedikit kedha`ifannya
dan seimbang atau dekat dengan Sunan Abi Dawd kitab kedua dari 4 Sunan. Oleh
karena itu, An Nasai dinilai menempati nomor dua dari urutan Sunan Al Arbaah.
Kitab Sunan ini telah diberi syarh oleh As Suyuthi dalam kitab Zahr Ar Ruba ala Al
Mujtaba dan Abd Hasan Muhammad ibn Abd Hadi As Sindi Al Hanafi
Siap UN Hadis Keagamaan 178

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 179

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang pada pilihan jawaban
di antara A, B, C, D, atau E !
1. Seorang Imam Hadis di antaranya adalah An Nasay. Beliau mempunyai nama
lengkap.
A. Abu Abd Rahman Ahmad ibn Syuaib ibn Ali ibn Bakar ibn Sunan An-Nasay
B. Abu Daud as-Sijistany
C. Abu Basyar ad-Daulaby
D. Ibrahim ibn Muhammad ibn Shalih ibn Sinan
E. Abu Bakar Ahmad ibn Ishaq as-Sunny
2. Karya terbesar An Nasay tentang penulisan buku hadis adalah .
A. Al Jami
B. Al Mustawa
C. As Sahih
D. As Sunan
E. Al Mujtaba
3. Di antara karya An Nasay tentang penulisan buku hadis adalah Ilalul Hadis. Dalam
karya tersebut mempuntai ciri-ciri .
A. Sedikit hadis dhaifny, derajatnya di bawah As Shahih
B. Sedikit hadis dhaifny, derajatnya di bawah As Sunan
C. Sedikit hadis dhaifny, derajatnya di atas As Shahih
D. Sedikit hadis dhaifny, derajatnya sama dengan As Shahih
E. Sedikit hadis dhaifny, derajatnya sama dengan As Sunan
4. Di bawah ini manakah gelar yang diberikan para Ulama kepada Imam an Nasai
A. Al-Hafidz dan Al-Hakim
B. Al-Hafidz dan Ad-Dhabit
C. Al-Hafidz dan Al-Alim
D. Al-Hafidz dan Az-Zahid
E. Al-Hafidz dan Al-Warai
5. Seorang Amir yang meminta An Nasay untuk menyaring kedudukan hadis dalam
kitab-kitabnya adalah .
A. Harrun ar-Rasyid
B. Ar-Ramlah
C. Umar bin Abdul Aziz
D. Ibnu Khaldun
E. Al-Karabisy
6. Kitab hadis yang dipandang oleh para Muhadditsin sebagai kitab induk yang ke tiga
adalah .
A. Kitab al-Mufhim
B. Kitab Ikmal al-Ikmal
C. Kitab Maalim as-Sunan
D. Kitab Ikmali Mulim
E. Kitab Al-Mujtaba
7. Kitab hadis Al-Mujtaba disusun oleh An-Nasay dan telah disyarahkan oleh.
A. Ibnu Mulaqqin
B. Al-Bukhary
C. Muslim
D. Abu Daud
E. At-Tirmidzi
8. Dalam penyusunan Kitab Al-Mujtaba zawaidnya atas.
A. Al-Bukhary
B. Abu Ath-Thaib
C. Al-Haqq Azhim Abdy
D. Ibnu Al-Qayyim al-Jauziyah
E. Asy-Syayuthy

Siap UN Hadis Keagamaan 180

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

9. Abu Said Abd ar-Rahman ibn Ahmad ibn Yunus, penulis sejarah, mengatakan bahwa
An-Nasay banyak menghabiskan hidupnya untuk mengembangkan ilmu hadis di
daerah .
A. Madinah
B. Mesir
C. Makkah
D. Persia
E. Yaman
10.
Kitab Al-Mujtaba mendapat syarahan dari
A. Ibnu Mulaqqin
B. Abu Daud
C. At-Turmudzy
D. Al-Bukhary dan Muslim
E. Asy-Syayuthy dan As-Sindy

Siap UN Hadis Keagamaan 181

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


9. Menjelaskan pengertian, contoh, dan mengidentifikasi kitab-kitab Hadis alJami dan al-Mustakhraj

Indikator
9.1 Menentukan ciri kitab al-Jami`

Pembukuan Hadis dalam perkembangannya banyak sekali ragamnya, bahkan ia


yang terbanyak di antara berbagai pembukuan disiplin ilmu. Ragam pembukan ini
bergantung pada kebutuhan, kemampuan dan kemajuan peradaban manusia pada
masa perkembangannya. Kalau dibandingkan dengan model pembukuan yang lain,
misalnya seperti al-Quran hanya satu bentuk pembukuan yakni berurutan dari surah
ke surah sesuai dengan petunjuk Rasul saw (tawqfiy). Perkembangan pembukuan
kitab Fikih juga demikian hanya satu bentuk yakni mulai dari ibadah, muamalah,
munakahat, dan jinyat (pidana dan hukumannya).
Sejak Baghdad dihancurkan oleh Hulagu Khan, kegiatan perkembangan hadis
berpindah ke Mesir dan India. Dalam masa ini banyak kepala-kepala pemerintahan
yang berkecimpung dalam bidang ilmu hadis seperti Al-Burquq.
Di antara kitab hadis yang berkembang dan diterbitkan di India adalah kitab
Ulum al-Hadis karya Al-Hakim. Namun akhirnya kegitan penerbitan buku-buku hadis
berpindah lagi dan berkembang di Saudi Arabia.
Jalan yang ditempuh oleh para Ulama pada masa ini ialah menertibkan,
menyaring, dan menyusun kitab takhrij. Serta membuat kitab-kitab jami yang umum,
kitab-kitan yang mengumpulkan hadis hukum, mentakhrijkan hadis-hadis yang
terdapat dalam beberapa kitab, mentakhrijkan hadis-hadis yang terkenal dalam
masyarakat dan menyusun kitab athraf.
Dilihat dari masa kejayaan

pembukuan Hadis

bersamaan dengan kejayaan

pembukuan ilmu-ilmu lain seperti Fikih, Ilmu Kalam dan ilmu pengetahuan (saint),
yakni abad 3 H atau abad 8 M. Perkembangan pembukuan Hadis bersamaan dengan
perkembangan penelitian Hadis

yang semula hanya diingat

atau dihapal oleh para

ulama sampai kepada penghimpunan dan pengkodifikasian yang paripurna. Di antara


ragam pembukuan hadis, antara lain ; al-Jmi, as-Sunan, al-Mushannaf, al-Mustadrak,
al-Mustakhraj, al-Musnad, dan al-Mujam.

Siap UN Hadis Keagamaan 182

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Ada kitab-kitab hadis tafsir dan fiqih yang mencantumkan hadis dengan tidak
menerangkan

sanad-sanadnya

dengan

tidak

menerangkan

tempat

(sumber)

pengambilannya karena itu tidak dapat kita pegang sebelum kita melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu.
Sebagian kesulitan yang harus kita lalui untuk memeriksa derajat hadis yang
terdapat dalam kitab-kitab tafsir dan fiqih telah dihilangkan penulis yang berusaha
untuk menerangkan derajat-derajat hadis yang termaktub dalam berbagai kitab tafsir
dan fiqih. Di antara kitab takhrij itu adalah :
a.

Takhrij Al hadis al Kasyasyaf yang disusun oleh Jamaluddin Al Hanafi. Kitab in


menerangkan derajat hadis-hadis yang terdapat dalam Tafsir al-Kasysyaf.

b. Kitab takhrij yang disusun oleh Abd ar-Rahman al-Manawy yang menerangkan
derajat hadis-hadis yang terdapat dalam Tafsir al Baidhawy.
c. Ath-Thuruq wa al Wasail, kitab yang menerangkan keadaan hadis yang terdapat
dalam kitab Khulashah ad-Dalail, sebuah kitab Hanafy. Kitab takhrij ini disusun oleh
Ahmad ibn utsman at Turkumany.
d. Kitab takhrij yang disusun oleh Az-Zailay yang menerangkan derajad-derajad hadis
yang terdapat dalam kitab Al Hidayah
e. Kitab yang menerangkan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam Syarah al-Wajiz,
yang disusun oleh oleh Ibnu Mulaqqin dan diringkaskan oleh Ibnu Hajar al-Asqalany
dengan nama Talkhish al-Khabir
f. Takhrij Ahadis al-Minhaj yang disusun oleh Ibnu Mulaqqin. Kitab ini yang
menerangkan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam kitab Minhaj ath-Thalibin.
g. Idrak al-Haqiqah, kitab yang menerangkan derajat-derajat hadis yang terdapat
dalam kitab Ath-Thariqah. Kitab takhrij ini disusun oleh Ali Ibnu Hasan ibn Shadaqah
al-Mishry, selesai dibuat dalam tahun 1050 H.
h. Al-Mughnian Haml al-Asfar yang disusun oleh Al-Hafizh AL-Iraqy. Kitab ini yang
menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam Al-Ihya.
A. Kitab Al Jami
Kata al-Jmi berarti

menghimpun, mengumpulkan, dan mencakup. Boleh jadi

kata al-Jmi dimaksudkan kitab yang mencakup, menghimpun atau mengumpulkan


segala permasalahan. Secara terminologi diartikan sebagai berikut :









Pembukuan Hadis yang mengakomodasi semua bab Hadis yang mereka sebutkan
8 masalah yaitu masalah aqaid, hukum (Fikih), perbudakan (riqq), adab makan
minum, tafsir, sejarah dan riwayat hidup, sifat-sifat akhlak (symil), berbagai fitnah
( fitan), dan kisah-kisah (manqib) .
Di antara usaha-usaha ulama hadis yang terpenting dalam pembukuan ini adalah :
1. Mengumpulkan hadis-hadis Al Bukhory atau Muslim dalam sebuah kitab
2. Mengumpulkan hadis-hadis kitab enam
Siap UN Hadis Keagamaan 183

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

3. Mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam berbagai kitab


4. Mengumpulkan hadis-hadis hukum dan menyusun kitab-kitab athraf
Kitab yang mengumpulkan hadis-hadis Al Bukhary dan Muslim di antaranya kitab
Al jami baina ash-Shahihaini, oleh Ismail ibn Ahmad yang terkenal dengan
nama Ibnu al-Furrat (414 H), oleh Muhammad ibn Nashr al-Humaidy (488 H),
oleh Al-Baghawy, dan oleh Muhammad ibn Abd al-Haqq al-Asybily (582 H).
Buku Hadis al-Jmi adalah ragam pembukuan Hadis yang paling lengkap, karena ia
mencakup segala permasalahan

sebagaimana di atas, tidak hanya terfokus satu

masalah saja. Segala aspek agama dan segala aspek kehidupan manusia

dimuat

dalam kitab tersebut.


Contoh kitab al-Jmi sebagai berikut :
1. al-Jmi` li al-Imam `Abd al-Razzq bin Hammm al-Shan`niy
Shanniy

karya al-

( 211 :



)
2. al-Jmi` al-Shahh li al-Bukhriy karya al-Bukhari

( 256 :


)
3.

al-Jmi` al-Shahh li Muslim karya Imam Muslim,

( 261 :)
4. Jmi` al-Turmudziy karya al-Turmudzi

( 279 :
)
Kualitas Kitab al-Jmi karya

al-Bukhari dan Muslim disepakati oleh para ulama

shahih seluruhnya sebagaimana disebutkan pada nama kitab tersebut

yang

menyebutkan kata al-Shahh di dalamnya ; al-Jmi` al-Shahh li al-Bukhriy dan alJmi` al-Shahh li al-Bukhriy.

Menurut penulisnya seluruh Hadus yang terkandung

di dalamnya berkualitas shahih seluruhnya.

Sedang kitab al-Jmi` li al-Imam `Abd

al-Razzq bin Hammm al-Shan`niy (w. 211 H), dan Jmi`al-Turmudziy sekalipun
disebut kitab al-Jmi, namun kualitasnya sama dengan kitab Sunan yakni ada yang
shahih, hasan, dan dha`if. Dengan demikian nama

al-Jmi tidak menunjukkan

kualitas hadis yang dikandung. Ia hanya menunjukkan bahwa kitab tersebut memuat
segala hadis yang mencakup segala permasalahan.
Ulama hadis dalam masa ini mengumpulkan pula hadis-hadis yang terdapat dalam
beberapa kitab ke dalam sebuah kitab khusus. Di antara kitab yang merupakan
jawami yang umum ialah :
1. Jami al-Masanid was-Sunan al-Hadi li Aqwami Sanan karya Al-Hafidz Ibnu Katsir
(774 H). Dalam kitab ini dikumpulkan hadis-hadis dari Shahih al-Bukhory, Shahih
Muslim, Sunan an-Nasay, Sunan Abi Daud, Sunan at-Tirmidzy, Sunan Ibnu-Majah,
Musnad Ahmad, Al-Bazzar, Abu Yala dan Mujam al-Kabir (susunan Ath-Thabrany)

Siap UN Hadis Keagamaan 184

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

2. Jami al-Jami, susunan Al-Hafidz As-Sayuthy (911 H). Dalam kitab ini dikumpulkan
hadis-hadis kitab enam dan lain-lain. Kitab ini mengandung hadis dhaif dan
maudhu
Alaudin Al-Hindy (945 H) telah menertibkan kitab-kitab ini dalam sebuah kitab
yang dinamai Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwali wal-Afal. Kemudian diringkasnya
dalam kitab Muntakhabu Kanz al-Ummal. As sayuthy sendiri telah mengikhtisarkan
kaitab itu. Mukhtasyarnya dinamai Al-Jami ash-Shaghir fi Hadis al-Basyir an-Nadzir.
Di antara kitab yang mengumpulkan hadis-hadis kitab enam ialah :
a. Tajrij ash-Shihah, oleh Razin Muawiyah. Kita bini disempurnakan oleh Ibnu Atsir alJazary dalam kitabnya Jamial-Ushul li Ahadis ar Rasul. Kitab ini telah disyarahkan
oleh Abdu Rabbih ibn Sulaiman yang terkenal dengan nama Al-Qalyuby. Kita bini
dinamai Jamial-Maqul wa al-Manqul, syarah Jamial-Ushul.
b. Al-Jami, oleh Abd al-Haqq ibn Ab dar-Rahman al-Asybily yang terkenal dengan
nama Ibnu al-Kharrat (582 H).

Di antara kitab-kitab yang mengumpulkan hadis dari berbagai kitab ialah :


a. Mashabih as-Sunnah, oleh Al-Imam Husain ibn Masud al-Baghawy (516 H). Di
dalamnya terdapat 4.484 buah hadis. Kita bini telah disaring oleh Al-Khathib atTabrizy dan kitab itu dinamai Misykat al-Mashabih. Di antara yang mensyarahkan AlMisykah ini ialah Al-Baidhawy (685 H)
b. Jami al-Masanid wa al-Alqab, oleh Abd ar-Rahman ibn Ali al-Jauzy (597). Kita bini
telah ditertibkan isinya oleh Al-Muhibb ath-Thabary (964)
c. Bahr al-Asanid, oleh Al-Hafizh Al-Hasan ibn Ahmad al-Samarqandy (491) di dalamnya
terdapat 100.000 buah hadis.
Di antara kitab-kitab yang mengumpulkan hadis-hadis hukum ialah :
a. Muntaqa al-Akhbar oleh Al-Majduddin Ibnu Taimiyah Al-Harrany (652 H) yang telah
disyarahkan oleh Asy-Syaukani (1250 H) dalam kitabnya Nail al-Authar
b. As-Sunan al-Kubra oleh Al-Baihaqy (458 H)
c. Al-Ahkam ash-Shughra, oleh Al-Hafizh Abu Muhammad Abd al-Haqq al-Asybily (Ibnu
al-Kharrat) (582 H)
d. Umdat al-Ahkam, oleh Abd al-Ghanny al-Maqdiusy (600 H) yang telah disyarahkan
oleh Ibnu Daqiq al-Ied, dalam kitab Ihkam al-Ahkam.
Di antara kitab-kitab yang mengumpulkan hadis-hadis targhib dan tarhib ialah AtTarghib wa at-Tarhib oleh Al-Mundziry (656 H)

Siap UN Hadis Keagamaan 185

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang pada pilihan jawaban
di antara A, B, C, D, atau E !
1.
A.
B.
C.
D.
E.
2.

Kitab-kitab hadis yang memuat seluruh bab hadis dinamakan.


Al Masanid
As Sunan
Al Mustaakhrij
Al Mustadrok
Al Jami
Pembukuan hadis berkembang pesat pada abad 8 H. Di anatar ragam pembukuan

A.
B.
C.
D.
E.
3.

hadis ialah .
Al Jami, As Sunan, Al mustadrok, Al Mustakhraj
Al Jami, Al Kitab, Al Musnad, Al Mujam
Al Jami, As Sunan, Al Musnad, Al Furqon
Al jami, As Sunan, Al Bayan, Al Musnad
Al Jami, As Sunan, Al Muwatho, Al Musnad
Kitab Takhrij Al Hadis al-Kasysyaf adalah kitab yang isinya menerangkan derajat

A.
B.
C.
D.
E.
4.

hadis yang terdapat dalam tafsir Al-Kasysyaf. Kitab ini ditulis oleh.
Abdul Rahman Al Manawy
Ibnu Muhayyan
Jamaludin Al Hanafi
Ibnu Hajar Al As qolamy
Ali Ibnu Hasan
Kitab yang berisikan hadis-hadis yang berasal dari suatu kitab tertentu kemudian

disunting dengan sanadnya sendiri disebut.


A. Al Mujan
B. Al Sunan
C. Al Mushannaf
D. Al Muqtadroh
E. Al Mustakhraj
5. Kitab Takhrij al-Hadis al-Kasysyaf disusun oleh.
A. Bukhari dan Muslim
B. Ali ibnu Haasan ibn Shadaqoh Al Mishry
C. Ibnu Mulaqqin
D. Ahmad ibn Utsman Atturkumani
E. Jamaludin Al Hanafi
6. Yang bukan cirri-ciri Kitab Jawami adalah.
A. Menghimpun hadis-hadis
B. Isinya mencakup semua permasalahan
C. Mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat dalam berbagai kitab
D. Mengumpulkan hadis-hadis hukum
E. Menyunting hadis yang sahih
7. As-Shanany membukukan kitab hadis yang berjudul.
A. Al Jami li al Imam Abd al Razzaq bin Hammam
B. Al Jaami al Shahih li al Bukhory
C. Al Jami al Shahih li Muslim
D. Jami al Turmudzy
E. Jami Al Nasay
8. Kitab yang mengumpulkan hadis-hadis Bukhary dan Muslim dikenal dengan nama .
A. Al Jami li Bukhory
B. Al Jami li An Nasay
C. Al Jaami Baina ash Shohihaini
D. Muttafaqun Alaihi
E. Bukhory wa Muslim fi riwayah
9. Al-Baihaqy menyusunh kitab dengan cara mengumpulkan hadis dari berbagai kitab
hadis, kitab karya beliau yang popular adalah.
A. Muntaqa al Akhbar
B. Al Akhkam ash Shughro
C. Athrof as Shohiani
Siap UN Hadis Keagamaan 186

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

D. Bahr al Asanid
E. As Sunan al Kubro.
10.
KitabTarghib dan Tarhib disusun oleh.
A. As Syaukani
B. Al Mundziry
C. Al Baidhawy
D. Al Baihaqy
E. Al Mahib Ath Thobary

Siap UN Hadis Keagamaan 187

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Standar Kompetensi Lulusan


9. Menjelaskan pengertian, contoh, dan mengidentifikasi kitab-kitab Hadis alJami dan al-Mustakhraj

Indikator
9.2 Menentukan ciri kitab al-Mustakhraj
B.Kitab Al Mustakhraj
Mustakhraj secara etimologi dari kata kharaja yang berarti keluar. Istakhraja
berarti mengeluarkan. Teknik pembukuan Mustakhraj secara etimologi diartikan :

.

Yaitu seorang hafizh bermaksud mengeluarkan Hadis -Hadis dari sebuah kitab
Hadis seperti Shahh li al-Bukhari atau Shahh Muslim dan atau yang lain dengan
menggunakan sanad sendiri yang bukan sanad kitab tersebut, maka bisa bertemu
pada sanad itu pada syeikhnya atau orang di atasnya walaupun pada sahabat serta
memelihara urutan, matan dan jalan sanadnya.
Kitab-kitab mustakhraj ialah kitab-kitab yang mengambil hadis dari sebuah kitab
ulama hadis, dari kitab Al-Bukhary umpamanya, lalu menyebut satu persatunya
dengan sanadnya sendiri, yakni mencari sanadnya sendiri dari selain jalan Al-Bukhary
hingga berjumpa dengan Al-Bukhary pada guru Al-Bukhary, atau di atasnya lagi.
Banyak kitab dalam berbagai ilmu yang mengandung hadis tetapi tidak disebut
siapa perawi dan pentakhrijnya serta tidak diterangkan nilainya. Maka sebagian
Ulama berusaha menerangkan tempat-tempat pengambilan hadis-hadis itu dan nilainilainya dalam sebuah kitab tertentu yang dinamakan kitab-kitab takhrij. Di antara
kitab-kitab takhrij ini ialah :
1. Takhrij Ahadis Tafsir al-Kasysyaf karya Az-Zailay (762 H). Kitab ini tidak
mentakhrijkan seluruh hadis yang disebut oleh penulis Al-Kasysyaf secara
isyarat.
2. Al-Kafisy Syafi Takhriji Ahadisi Kasyasyaf oleh Ibnu Hajar al-Asqalany. Dalam
kitab ini ditakhrijkan hadis-hadis yang lupa ditakhrijkan oleh Az-Zailay.
3. Takhrij Ahadis al-Baidhawy oleh Abd ar-Rauf al-Manawy.
4. Tuhfah ar-Rawy fi Takhriji Ahadisi al-Baidhawy oleh Muhammad Hammad Zadah
(1175 H).
5. Takhrij Ahadis asy-Syarah Maani al-Atsar karya Ath-Thahawy, kitab ini dinamai
Al-Hawi.
6. Takhrij Ahadis al-Adzkar oleh Ibnu Hajar al-Asqalany.

Siap UN Hadis Keagamaan 188

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

7. Takhrij Ahadis al-Misbah wal-Misykah yang dinamai Hikayat ar-Ruwah ila Takhriji
Ahadis al-Mashabih wal-Misykah.
8. Manahil as-Safa fi Takhriji Ahadisi Syifa oleh Asy-Syayuthy.
9. Takhrij Ahadis Minhaji al-Ushul oleh As-Subky dan Ibnu Mulaqqin serta Zainuddin
al-Iraqy.
10.

Takhrij Ahadis Mukhtasyar karya Ibnu Hajib, Ibnu Hajar, Ibnu Mulaqqin dan

Muhammad ibn Abd al-Hadi (794 H).


11.

Takhrij Ahadis al-Hidayah fi Fiqh al-Hanafiyah oleh Jamualuddin az-Zailay

yang dinamai Nash bar-rayah li Ahadis al-Hidayah.


12.

Ad-Dirayah fi Muntakhabi Takhrij Ahadis hidayah oleh Ibnu Hajar.

13.

Takhrij Ahadis al-Ihya oleh Zainuddin al-Iraqy.

Kitab yang paling banyak dibuat kitab mustakhrajnya ialah Shahih al-Bukhary dan
Shahih Muslim. Di antara kitab mustakhraj terhadap Shahih al-Bukhary ialah AlMustakhraj, susunan Abu Nuaim Ahmad ibn Abdillah al-Ashbahany (430 H),
Mustakhraj al-Ismaily (371 H), Mustakhraj al-Barqany (425 H).
Di antara mustakhraj terhadap an-Naisabury (311 H). Mustakhraj Abu Awanah alIsfarayiny (316 H), Mustakhraj Abi Shahih Muslim ialah Mustakhraj Ahmad ibn Hamdan
an-Nashr ath-Thusy (344 H), dan Al Mustakhraj, susunan Abu Nuaim al-Ashbahany.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa mustakhraj ialah seorang penghimpun
Hadis mengeluarkan beberapa buah Hadis dari sebuah buku Hadis seperti yang
diterima dari gurunya sendiri dengan menggunakan sanad sendiri, maka akan terjadi
pertemuan pada syeikhnya atau orang di atasnya. Seperti yang dilakukan oleh Abi
Bakar al-Ismail mengeluarkan beberapa Hadis dari kitab Shahih Bukhari dengan
menggunakan sanad sendiri yang diterima dari guru-gurunya. Kitab beliau disebut
Mustakhraj Ab Bakr al-Isma`il `al Shahh al-Bukhriy (w. 371 H). Contoh buku
mustakhraj lain :
1. Mustakhraj al-Hafizh Abi Bakar bin Mardawayh al-Ashbahniy al Shahh alBukhariy (w. 416 H)

(

)
2. Mustakhraj al-Hafizh Abi Uwnah Yaqb bin Ishq al-Asfaryniy ala Shahh Muslim
( w.316)





)




(

3. Mustakhraj al-Hafizh Muhammad bin Yaqb al-Naysabriy al al-Shahhayn. (w.


344 H)

(




)


Model pembukuan hadis beragam, diantaranya : Al Jami, Sunan, Musnad, Al
Mushannaf, Al Mustakhraj, Al Mustadrak, dan Al Mujam. Kitab Al Jami menghimpun
Siap UN Hadis Keagamaan 189

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

segala masalah seperti Al Jami Al Shahih li Al Bukhari. Sunan bentuk susunannya


seperti Fiqih di dalamnya ada hadis shahih, hasan, dan dhaif. Musnad dan Al
Mushannaf artinya didasarkan pada nama Sahabat yang meriwayatkan hadis seperti
Musnad al Imam Ahmad. Al Mustadrak karya Al hakim. Al Mujam, ensiklopedi hadis
didasarkan pada nama Sahabat atau Syeikh-Syeikhnya atau negerinya seperti Al
Mujam karya Al Baihaqi dan Al Mustakhraj adalah penghimpun hadis dari sebuah buku
hadis dengan menggunakan sanad sendiri, seperti yang dilakukan oleh Abi bakar al
Ismaili dalam kitab ala Shahih al Bukhari ( wafat 371 H )

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan member tanda silang pada pilihan jawaban
di antara A, B, C, D, dan E !
1. Kitab yang mengambil hadis dari sebuah kitab ulama hadis dinamakan .
A. Kitab Jami
B. Kitab Musnad
C. Kitab Mustadrok
D. Kitab Mustakhraj
E. Kitab As Shahih
2. Di antara kitab mustakhraj terhadap shahih Al Bukhari ialah mustakhraj yang
disusun oleh .
A. Abi an-Nashr ath Thusy
B. Abu Nuaim Ahmad ibn Abdullah
C. Abi Nashr ath Thusy
D.Abu Awanah Al Isfaroyini
E. Abd Raufal-Manawy
3. Kata mustakhraj secara etimologi berasal dari kata kharaja yang artinya .
A. Keluar
B. Mengeluarkan
C. Dikeluarkan
D.Tempat keluar
E. Orang yang mengeluarkan
4. Orang yang menghimpun hadis/mengeluarkan beberapa hadis dalam istilah ulumul
hadis disebut .
A. Al Musnad
B. Istakhraj
C. Mustakhraj
D.Al Hafidz
E. Muhadisin
5. Di bawah ini yang merupakan ciri-ciri kitab mustakhraj adalah .
A. Mengeluarkan kitab hadis dari sebuah kitab hadis
B. Mengumpulkan kitab hadis dari sebuah kitab hadis
C. Menghimpun kitab hadis dari sebuah kitab hadis
D.Menyaring kitab hadis dari sebuah kitab hadis
E. Menyepakati kitab hadis dari sebuah kitab hadis
6. Ulama yang termasuk membukukan kitab mustakhraj adalah .
A. Imam Hanafi
B. Abu Hurairah
C. Al Hafidz Abi Bakar bin Mardawah Al Ashbabahani ala Shohih Bukhory
D.Abu Nuaim Ahmad ibn Abdillah Al Ashfahani
E. Ibnu Hatim
7. Kitab yang paling banyak di buat kitab mustakhrajnya adalah .
A. Sunan Turmudzi
B. Sunan Nasai
C. Al Muwatho
D.Shohih Bukhory dan Muslim
E. Mujam Mufakhroj
Siap UN Hadis Keagamaan 190

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

8. Di antara mustakhraj terhadap sahih Muslim adalah .


A. Mustakkhraj Ahmad ibn Hamdan an Naisabury
B. Mustakhraj Al Hafidz Abi Bakar bin Mardawaih Al Ashbahany
C. Takhrij Al Hadis Al Baidhowy
D.Takhrij Al Hadis Minhaji Al Ushul
E. Tuhfah ar Rawifi Takhriji Ahadis al Baidhowy
9. Di bawah ini yang bukan pentakhrij Shah Muslim adalah .
A. Ahmad ibn Handan an Naisabhury
B. Abu Awanah Al Isfaroyini
C. Abi An Nasr ath Thusy
D.Abu Nuaim al Ashbahany
E. Al Busyiri
10.
Takhrij Al hadis asy Syarh Maani al Atsar karya At Thahary dinamai
dengan.
A. Al Adzkar
B. Ath Thahawy
C. Al Manawy
D.Al Hawi
E. Al Kasysyaf

Siap UN Hadis Keagamaan 191

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


10. Memahami hadis tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
INDIKATOR
10.1. Mengartikan matan dan intisari hadis tentang taat kepada Allah dan RasulNya
10.2. Menyebutkan intisari dari matan hadis tentang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya

TEKS HADIS
A. Taat Kepada Allah










)




(...



























...

(





)







(












)









(



)(

1. Mufradt

= keberatan atau tidak mampu mengamalkan


a.
Siap UN Hadis Keagamaan 192

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

b.

= berdiri, duduk atau derdiam di atas lutut

= Kami dibebani
d.
= kami mampu
= Dua ahli kitab yaitu Yahudi dan Nashrani
e.

f. =
= membaca
g.
= terhina, lancar, mudah

h.


= lesan mereka, bacaan
c.

2. Terjemahan
Dari Abu Hurairah ra berkata : Ketika turun kepada Rasulillah saw ayat al-Quran ( al-Baqarah/2: 284) :
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di
dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu..., (QS. 2:284). Para sahabat merasa sangat cemas karenanya. Maka mereka
pergi menghadap kepada Rasulillah saw kemudian berlutut di hadapan beliau seraya berkata : Ya
Rasulullah kami telah dibebani tugas-tugas yang kami mampu melaksanakannya, yaitu salat, puasa, jihad
dans sedekah (zakat). Lalu ayat ini diturunkan kepada engkau, sedangkan kami tidak mampu
melaksanakannya. Rasulullah saw bersabda : Apakah kamu ingin berkata seperti yang dikatakan dua
ahli kitab sebelum kamu (Yahudi dan Nashrani) yaitu perkataan : Kami mendengar dan kami durhaka
(tidak taat) ? Akan tetapi katakanlah : Kami mendengar dan kami taat, ampunilah dosa kami wahai
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali kami. Mereka menjawab : Kami mendengar dan
kami taat, ampunilah dosa kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali kami. Setelah
mereka membacanya, mulut mereka tidak berbicara apa-apa lagi. Lalu Allah menurunkan ayat (berikutnya
al-Baqarah/2: 285) : Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya,
demikian pula orang-orang yang beriman..., "Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali". (QS. 2:285)
Setelah mereka melakukannya, Allah menasakh (menghapus hukum) ayat tersebut dengan menurunkan ayat
(al-Baqarah/2: 286) : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
bersalah. Allah menjawab : Ya. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami". Allah menjawab : Ya :
Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri
maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir" . (QS. 2:286) Allah menjawab : Ya (HR. Muslim)
3. Penjelasan
Hadis di atas menggambarkan bagaimana kepatuhan para sahabat kepada Allah dan Rasul-Nya ketika
mendengar ayat-ayat al-Quran diturunkan kepada mereka atau ketika mendengar petunjuk-petunjuk dari
Rasul. Tetapi ketika turun ayat al-Quran Surah al-Baqarah/2 : 284 yang menjelaskan bahwa Allah akan
memperhitungkan (hisab amal ) segala ucapan manusia termasuk yang masih tersembunyi dalam hati mereka
keberatan dan terus terang menghadap kepada Nabi bahwa mereka tidak mampu mengamalkan ayat tersebut.
Hadis di atas menjelaskan ketaatan para sahabat ketika turun wahyu dari Allah swt dan sekaligus menjadi
Asbab Nuzul (sebab-sebab turunnya Ayat) QS. Al-Baqarah/2 : 284-286.
Untuk lebih mudah memahami Hadis yang panjang di atas berikut ini dipaparkan secara kronologis
yang merupakan tahapan kepatuhan para sahabat dalam mengamalkan wahyu terutama ayat tersebut :
a. Kepatuhan para sahabat
Para sahabat adalah generasi yang paling patuh kepada Rasul di antara sekian banyak generasi yang
ada. Apapun perintah dan larangan yang datang dari Allah dan Rasul-Nya mereka siap melaksanakan. Suatu
contoh ketika datang ayat al-Quran al-Maidah/5 : 90 tentang keharaman minuman keras (al-Khamr) dalam
banyak riwayat Imam Ahmad yang disebutkan dalam Tafsir Ibn Katsr. Di antara sahabat ada yang sedang
berjualan minuman keras begitu sampai informasi tentang keharaman Khamr, langsung khamr dituang dan
dibuang. Di antara mereka ada yang sedang minum khamr begitu sampai informasi tentang keharamannya
Siap UN Hadis Keagamaan 193

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

lansung dimuntahkan dari mulutnya dan seterusnya. Begitu kepatuhan para sahabat terhadap segala wahyu
yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Begitu kepatuhan mereka sangat tinggi kepada Allah dabn RasulNya.
b. Sikap keberatan sahabat terhadap ayat 284
Para sahabat merasa keberatan ketika turun ayat 284 Surah al-Baqarah. Mereka menghadap Nabi
duduk berlutut untuk menyampaikan isi hatinya bahwa mereka tidak kuat atau keberatan mengamalkan ayat
tersebut. Mereka mampu melaksanakan perintah-perintah lain seperti shalat, puasa, jihad dan sedekah, tetapi
yang satu itu mereka tidak mampu yakni perhitungan (hisab) kata hati atau yang terlintas dalam hati dan
belum dilakukan.
Duduk berlutut ini menurut Abu Abdillah al-Mazari, dimaksudkan untuk mencari kasih sayang.
Dalam kondisi sulit dan menghadapi persoalan yang memberatkan ini tentunya hanya Rasul yang bisa
memecahkan persoalan. Sikap sahabat ini tentunya sikap yang terbaik karena ketika menghadapi suatu
persoalan atau kesulitan selalu berkomunikasi dengan Nabi saw dan mengatakan apa adanya secara
transparan.
c. Nabi saw memantapkan keimanan mereka
Sikap para sahabat yang merasa keberatan turunnya ayat 284 Surah al-Baqarah ditanggapi Nabi
dengan sabdanya : Apakah kalian akan berkata seperti apa yang dikatakan dua ahli kitab sebelum kalian
yakni Yahudi dan Nashrai ?. Orang-orang Yahudi dan Nashrani ketika datang perintah dari Tuhannya
mereka berkata :

= Kami mendengar dan kami tidak patuh . Akan tetapi katakanlah :

= Kami mendengar dan kami taat. Lantas mereka segera mengatakannya.

Demikianlah petunjuk Rasulillah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para sahabat
yang menekankan kepada kepatuhan terlebih dahulu yakni mendengar dan patuh. Kalau seseorang itu
dasarnya mau mendengar dan patuh apapun yang disampaikan kepadanya kiranya dapat diterima dan
dilaksanakan. Berbeda dengan orang yang tidak patuh jika toh mendengar hanya mendengar belaka dan
tidak mematuhinya.

Inilah ciri-ciri orang beriman sebagaimana imannya para sahabat begitu mendengar

perintah atau larangan dari Allah atau dari Nabi-Nya segera mendengar, memperhatikan dan mematuhinya
tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani. Sesuai juga dengan QS. Al-Nur/24 : 51
Allah berfirman :



Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul
mengadili diantara mereka ialah ucapan "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orangorang yang beruntung.
d. Nabi meringankan beban mereka
Setelah ayat di atas sudah dibaca dengan lancar sudah tidak dirasa berat maka turunlah ayat
berikutnya QS. Al-Baqarah/2 : 285 yang menjelaskan keadaan orang-orang yang beriman adalah yang
mengimani kepada Allah, malaikat, para rasul dan kitab-kitab suci. Mereka berkata : Kami mendengar dan
Siap UN Hadis Keagamaan 194

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

kami taat. Demikain tahapan-tahapan Allah dalam memperkuat keimanan mereka. Orang yang beriman
pasti berkata : Kami mendengar dan kami taat, ketika datang wahyu dari Allah swt.
Setelah mereka telah melaksanakannya datanglah ayat berikutnya 286 yang menasakh (menghapus)
apa yang mereka rasakan berat, bahwa Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuan sebagai
manusia, Allah juga tidak mengambil tindakan perbuatan karena lupa atau bersalah, mereka tidak dibebani
yang berat seperti umat dahulu dan tidak dibebabi suatu beban yang tidak ada kemampuan melaksanaknnya.
Allah yang menciptakan manusia tentunya lebih mengetahui kapasitas kemampuannya

dalam

melaksanakan tugas-tugas dan beban yang diberikannya. Demikian juga Allah maha mengetahui esensi dan
segala hikmah yang terkandung dalam tugas-tugas tersebut. Karena keimanan mereka yang mendorong
ungkapan kami mendengar dan kami patuh inilah kemudian Allah dengan kasih sayang-Nya
menghapuskannya dengan ayat berikutnya tersebut yakni meringankan beban yang dirasa berat semula. Ayat
di atas sekalipun bentuknya berdoa tetapi maknanya adalah menghapus tuntutan kata hati yang belum
direlisasikan dalam bentuk kerja nyata.
Kata hati ini sekalipun tidak ada tuntutan, namun dalam beberapa Hadis lain diperhitungkan dalam
hal-hal yang menguntungkan bagi manusia sebagai kasih sayang Tuhan. Sebagaimana Hadis tentang niat,
rencana (azam) atau cita-cita (himmah) sudah tercatat sebagai amal yang diperhitungkan pahalanya.
Misalnya, Hadis Nabi :





























( )





Dari Ibn Abbas ra dari Rasulullah saw pada hadis yang diriwayatakn dari Tuhannya berfirman :
Sesungguhnya Allah menulis segala kebaikan dan keburukan. Kemudian menjelaskannya, barang siapa yang
bercita-cita melakukan suatu kebaikan kemudian tidak jadi diamalkannya maka ditulis baginya satu
kebaikan yang sempurna dan barang siapa yang bercita-cita melakukan suatu kebaikan kemudian
dilakukannya maka ditulis 10 sampai 700 kelipatan bahkan sampai dengan kelipatan yang banyak. Barang
siapa yang bercita-cita melakukan suatu kejahatan kemudian tidak dimelakukannya, maka tidak ditulis
Allah di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna dan jika bercita-cita melakukan keburukan kemudian
dilakukannya, maka Allah menulisnya satu keburukan. (HR Muslim).
Hadis di atas menunjukkan sifat rahman rahim Allah, di mana cita-cita (himmah/azam) kebaikan
posisinya dibedakan dengan cita-cita keburukan. Cita-cita kebaikan sekalipun andaikata tidak jadi dilakukan
sudah ditulis satu kebaikan dan jika jadi dilaksanakan dilipat gandakan pahalanya sampai 10 atau 700 kali
lipat. Sedangkan cita-cita keburukan jika tidak jadi dilaksanakan tidak ditulis dianggap tidak ada dan jika jadi
dilaksanakan ditulis hanya satu keburukan.
Dua ayat akhir surah al-Baqarah di atas sebaiknya

dihapal dan dijadikan doa sewaktu-waktu

sebagaimana para sahabat dan umat setelah Nabi. Adapun di antara keutamaan membaca dua ayat tersebut,
sebagaimana sabda Nabi : Barang siapa yang membacanya pada malam hari, maka ia dicukupi. Artinya
dicukupi dari ibadah malam atau diartikana sama dengana pahala ibadah malam hari atau diartikan dicukupi
dari segala sesuatu yang dibenci pada malam itu.


} :

:









Siap UN Hadis Keagamaan 195

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

,
,






,






" :

"
.

:
:


Demikian kepatuhan sebenarnya bergantung kepada keimanan seseorang kepada Allah dan RasulNya. Jika seseorang beriman kuat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka menjadi kuat pula kepatuhannya,
demikian juga sebaliknya. Penanaman keimanan menjadi sangat penting dalam kehidupan orang-orang
mukmin. Segala keraguan, keberatan dan kemalasan dapat dibasmi dengan keimanan tersebut sehingga
terungkap dengan sendirinya kalimat Kami mendengar dan kami taat. Tidak seperti ungkapan orang-orang
yang tidak beriman Kami mendengar dan kami durhaka.
4. Pelajaran yang Dipetik
a. Kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya secara absolut tak ada batas tertentu berbeda dengan kepatuhan
selainya.
b. Kepatuhan dan ketaatan hanya didasarkan kepada keimanan seseorang kepada Allah dan Rasulnya. Jika
ada iman pasti ada kepatuhan dan jika tidak ada iman maka tidak ada pula kepatuhan
c. Allah memuliakan umat Muhammad saw dengan memberikan keringanan beban yang tidak seperti umat
sebelumnya
d. Kondisi para sahabat sangat mematuhi hukum syara yang diturunkan kepada mereka
e. Kata hati yang belum direalisasikan dalam bentuk perbuatan atau perkataan tidak ada tuntutan, tetapi
dalam kebaikan sudah dihargai pahala sebagai kemurahan Allah kepada umat Muhammad saw.
B. Taat Kepada Rasul














)







(
1. Mufradt

a.

= umatku, orang yang hidup pada masaku

b.
= tidak mau, terhalang atau tercegah
= taat kepadaku
c.

d.

= maksiat kepadaku (durhaka, tidak patuh)

2. Terjemahan
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulillah saw bersabda : Setiap umatku masuk surga kecuali yang tidak
mau. Mereka bertanya : Ya Rasulullah saw siapa yang tidak mau ? Beliau menjawab : Barang siapa
yang yang taat kepadaku ia masuk surga dan barang siapa yang durhaka kepadaku maka berarti ia tidak
mau. (HR Bukhari Muslim)
3. Penjelasan
Hadis di atas menunjukkan kemurahan sifat rahman dan rahim Allah swt yang membuka pintu surga
selebar-lebarnya kepada seluruh umat Rasulillah saw yang mau memasukinya. Siapa saja yang mau masuk
surga Allah menyambut dan mempersilahkan, kecuali bagi mereka yang tidak mau. Semua orag kalau ditanya
masuk surga pasti

mau, tidak ada yang menolak kecuali kalau diajak beramal yang menyebabkan masuk
Siap UN Hadis Keagamaan 196

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

surga pada umumnya sangat berat. Ibaratnya manusia itu maunya bergaji atau berhonor tetapi malas bekerja,
manusia maunya memetik buah tetapi tidak mau menanam. Di dunia tidak ada konsep seperti itu, yang ada
bekerja dulu baru menerima upah atau gaji. Allah berfirman dalam QS. Al-Insyirah /94 : 5-8

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap".
Ayat di atas menegaskan perlunya usaha dan bekerja yang optimal untuk mencapai suatu kemudahan
baik urusan dunia maupun urusan akhirat. Demikian juga perlu kontinyutas dalam usaha silih berganti
secara sungguh-sungguh untuk mendapatkan suatu cita-cita yang diharapkan.
Secara garis besar Hadis di atas menjelaskan bahwa umat Nabi Muhammad saw dalam hal kaitannya
mau masuk surga atau tidak, ada dua golongan :
a. Umat yang mau surga
Maksud mau surga di sini tidak sekedar mau ucapan saja akan tetapi mau lahir dan batin yakni
ucapan, keyakinan dan perbuatan yang menyebabkan masuk surga yakni beriman dan beramal shaleh.
Para sahabat terheran-heran ketika mendengar pernyataan Nabi ; Ada orang yang tidak mau surga.
Mereka bertanya : Siapa mereka yang tidak mau surga ?. Lantas beliau menjawab dengan sabdanya :

= Barang siapa yang yang taat kepadaku berarti masuk surga.


Penjelasan tersebut dimaksudkan, bahwa orang yang mau masuk surga adalah orang yang taat

kepadaku yakni mengikuti sunah-sunah dan ajaranku. Sedangkan orang yang tidak mau adalah orang
yang maksiat atau durhaka terhadapku. Orang yang taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah, karena
segala perintah Rasul adalah perintah Allah dan segala larangan Rasul adalah larangan Allah sebagaimana
disebutkan dalam Hadis lain yang diriwayatkan oleh al-Bukari dari Abi Hurairah juga :

= Barang siapa yang taat kepadaku, maka ia telah taat

kepada Allah.
Tandanya orang cinta kepada Allah ialah taat kepada Nabi dan orang yang taat kepada Nabi saw
dicintai Allah sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran/3 : 31 dan 32




Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31)

Katakanlah:"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang kafir".
Orang yang mau masuk surga adalah orang yang taat, cinta dan mengkuti Rasulillah saw.

b. Umat tidak mau surga


Golongan kedua dari umat Nabi Muhammad saw adalah golongan yang tidak mau surga. Mereka
itu adalah sebagaimana yang disebutkan pada lanjutan Hadis di atas :

= Dan barang siapa yang durhaka kepadaku, berarti ia tidak

mau surga.
Ungkapan beliau ini sebagai jawaban pertanyaan sahabat ; Siapa orang yang tidak mau surga ?
Beliau menjawab orang yang tidak mau surga adalah orang yang durhaka kepadaku yakni tidak taat
Siap UN Hadis Keagamaan 197

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

kepadaku. Orang yang durhaka terhambat tidak dapat masuk surga baik selamanya bagi orang kafir atau
tidak masuk surga sementara bagi orang muslim tetapi maksiat yakni tidak bisa masuk surga bersama
orang-orang yang terdahulu memasukinya yakni orang-orang shaleh. Sebagaimana kata Al-Asqalani :

.


Jadi maksud tidak mau masuk surga adalah tercegah jika ia kafir bukan sekedar tidak mau dalam arti

tidak berkeinginanan atau tidak tertarik, karena masuk surga ada persyaratannya yaitu mematuhi segala
perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya. Orang kafir tidak akan masuk surga selamanya karena tidak
ada iman dan tidak ada ketaatan. Sedangkan orang Islam sekalipun maksiat pasti masuk surga nantinya
setelah diadili segala kesalahan dan kemaksiatannya.
4. Pelajaran yang Dipetik
Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari Hadis di atas, di antaranya adalah :
a. Semua umat Nabi berhak masuk surga kecuali yang tidak mau
b. Orang yang tidak taat kepada Nabi berarti tidak mau surga
c. Semua umat Islam pasti masuk surga tetapi ada yang duluan dan ada yang belakangan
d. Umat Islam yang masuk surga lebih dahulu adalah orang yang sangat patuh kepada Rasul. Sedangkan
orang yang masuk surga belakangan adalah orang Islam yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Siap UN Hadis Keagamaan 198

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Para sahabat Nabi mengajukan protes ketika turun ayat








, adapun



yang menjadi objek atau alasan protesnya adalah.....


A. Ketidakmampuan sahabat melaksanakan tugas yang dibebankan kepada
mereka
B. Tidak mau disamakan dengan ahlul kitab
C. Allah akan menghisab apa saja yang terlintas dalam hati meskipun baru
diniatkan
D. Perintah untuk melaksanakan shalat, puasa, dan zakat
E. Kewajiban untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya

2. Sebagai orang yang beriman ketika dituntut mengikuti perintah Allah dan rasulNya, maka niscaya mereka menjawab.
A. Kami patuh dan kami taat
B. Kami akan mengikutinya
C. Kami mendengar dan kami patuh
D. Kami akan senantiasa melaksanakan syariat-Nya
E. Kami hanya akan taat kepada rasul
3. Wujud keimanan para sahabat adalah sikap taat dan patuh kepada Allah. Ketika
para sahabat keberatan terhadap isi kandungan Qs. Al-baqarah: 284, maka Allah
dengan sifat rahman rahim-Nya menasakh ayat tersebut dengan turunya ayat
yaitu..
A. QS. AnNur: 51
B. QS. Al-Baqarah: 285
C. QS. Al-Nisa: 285
D. QS. Ali imran: 31
E. QS. Ali imran: 32
4. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa dalam urusan niat maka Allah
memperhitungkannya sebagai amal, jika niat baik maka berpahala 1 kebaikan,
potonganhadis yang dimaksud adalah..
A.
B.
C.
D.
E.

5. Ketaatan dan kepatuhan seorang mumin terhadap Allah dan rasul-Nya

bersifat..
A. Mutlak/ absolut
B. Nisbi
C. Sementara waktu
D. Sesuai dengan tingkat keimanan seseorang
E. Kebolehan sesuai kemampuan
Siap UN Hadis Keagamaan 199

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

6.

penggalan hadis di atas artinya adalah....


A. Para sahabat merasa sangat cemas karenanya
B. Maka mereka pergi menghadap kepada Rasulillah saw kemudian berlutut di hadapan beliau
C. kami telah dibebani tugas-tugas yang kami mampu melaksanakannya,
D. Lalu ayat ini diturunkan kepada engkau, sedangkan kami tidak mampu
melaksanakannya
E. Apakah kamu ingin berkata seperti yang dikatakan dua ahli kitab sebelum kamu

7.

artinya adalah....

A. Setiap manusia pasti akan masuk surga

B. Setiap umat akan masuk surga kecuali yang kufur


C. Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan
D. Setiap manusia akan merasakan surga setelah dihisab
E. Setiap umatku akan masuk surga karena amal baiknya

8.

orang yang akan masuk surga menurut penggalan


hadis adalah mereka yang....
A. Lebih banyak kebaikannya daripada kejelekannya
B. Orang yang taat kepada Allah
C. Orang yang taat pada rasul muhammad saw
D. Orang yang beriman dan beramal shaleh
E. Orang yang berbakti pada orang tua
8. Orang yang mau masuk surga kata rasulullah adalah orang yang taat kepadaku
yakni mengikuti sunah-sunah dan ajaranku, Sedangkan orang yang tidak mau
adalah ....
A. Orang yang maksiat atau durhaka terhadapku.
B. Orang yang menyekutukan Allah
C. Orang yang enggan berbuat kebaikan
D. Orang yang banyak berbuat dosa kepada sesama manusia
E. Orang yang timbangan kebaikannya lebih sedikit daripada kejelekannya
9. Yang dimaksud tidak mau masuk surga adalah orang yang tercegah karena ia
kafir

bukan sekedar tidak mau dalam arti tidak berkeinginanan atau tidak

tertarik, karena masuk surga ada persyaratannya yaitu mematuhi segala


perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya. Demikian penjelasan dari tokoh
hadis, yaitu...
A. Ibnu Abdil barr
B. Ibnu Hajar al-Asyqalani
C. Ibnu Qutaibah
D. An-Nawawi
E. As-Suyuthi
10. Di bawah ini yang bukan merupakan pelajaran yang dapat dipetik dari Hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Abu Hurairah adalah...
A. Semua umat Nabi berhak masuk surga kecuali yang tidak mau
B. Orang yang tidak taat kepada Nabi berarti tidak mau masuk surga
C. Semua umat Islam pasti masuk surga tetapi ada yang duluan dan ada yang
belakangan
D. Umat Islam yang masuk surga lebih dahulu adalah orang yang sangat patuh
kepada Rasul, sedangkan orang yang masuk surga belakangan adalah orang
Islam yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.
E. Siapa yang taat kepada Allah berarti harus taat kepada rasul-Nya

Siap UN Hadis Keagamaan 200

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Siap UN Hadis Keagamaan 201

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


10. Memahami hadis tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

INDIKATOR
10.3 Menunjukkan perbuatan yang relevan dengan matan hadis tentang taat kepada Allah dan RasulNya

1. Tingkat keimanan seseorang yang tertinggi adalah.


A. Beramar maruf nahi mungkar
B. Mengisi hidup dengan amal saleh dan berzikir
C. Taat kepada Allah dan RasulNya di atas segala-galanya
D. Menjunjung tinggi Al Quran dan berjalan di atas sirathal mustaqim
E. Menjauhkan diri dari dosa dan menghindari segala bentuk kemaksiatan
2. Kepatuhan seseorang sebenarnya bergantung dari prestasi keimanannya. Hal ini
membuktikan bahwa.
A. Derajat seseorang dinilai dari tingkat keimanannya
B. Setiap perbuatan manusia akan mendapat pembalasan
C. Allah mencintai orang-orang yang beriman dan beramal saleh
D. Kemuliaan seseorang ditandai dengan dalamnya ilmu
E. Iman adalah hidayah dari Allah SWT
3. Pembelajaran Rasulullah saw kepada para sahabatnya dalam menyelesaikan
permasalahan permasalahan yang dihadapi selalu menekankan kepada


A.
B.
C.
D.
E.

Hikmah yang bisa kita ambil adalah.


Menerima segala sesuatu secara mentah-mentah
Dalam hal keimanan selalu menerima dengan terbuka
Mendengarkan dan mentaati Rasul
Aktif dan berpikir kritis terlebih dahulu
Kita mendengarkan dan mentaati perintah jika sesuai dengan logika

4. Potongan ayat berikut

memberikan motivasi

supaya kita.
A. Taat kepada Allah dan RasulNya
B. Tidak mendurhakai Rasulullah karena takut kepada Allah
C. Kita menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya
D. Kita akan celaka jika mendurhakai ajaran Rasul yang berarti mendurhakai
Allah
E. Tidak menyia-siakan waktu dan kesempatan untuk mengabdi kepada Allah
5. Semua umat Nabi berhak masuk sorga kecuali yang tidak mau. Mereka yang
tidak mau maksudnya adalah.
A. Orang-orang kafir
B. Orang yang banyak dosanya
C. Orang berbuat fasik
D. Orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan RasulNya
E. Orang-orang yang dzalim
6. Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seseorang kufur kepada Allah adalah.
A. Keturunan
B. Kekuasaan
C. Lemahnya mental
D. Tidak mempunyai prinsip hidup
E. Lingkungan
7. Peranan orang tua dalam membina iman anak dapat dilakukan dengan.
A. Memberikan bacaan yang bermutu
B. Memberikan nasehat dan ceramah
C. Memarahi bila anak bersalah
D. Memberi pujian atau hadiah untuk anak yang rajin beribadah
E. Mengajak, menasehati, dan member keteladanan
Siap UN Hadis Keagamaan 202

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

8. Seorang mumin yang menjalankan syariat Allah dan sunnah RasulNya


menjadikan dirinya berhak masuk sorga sebagaimana sabda Rasul .

A.



B.
C.


D.




E.




9. Bapak Andi beragama Islam, tetapi tidak rajin sholat, bahkan enggan membayar
zakat. Jika dikaitkan dengan penjelasan hadis tentang taat kepada Allah dan
RasulNya, bagaimana nasibnya di akherat.
A. Akan masuk sorga tetapi dengan penghisaban yang berat
B. Masuk neraka selama-lamanya
C. Tidak akan mencium bau sorga
D. Mendapat siksaan yang pedih
E. Mendapat syafaat
10.

Ketaatan para sahabat Nabi tidak tertandingi. Mereka senantiasa patuh

dan taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka sholat, puasa, zakat, serta berjihat.
Tetapi ketika turun QS. Al Baqarah ayat 284 mereka mengajukan keberatan
berkaitan dengan isi kandungan ayat tersebut. Keberatan tersebut berkaitan
dengan.
A. Beban berat yang harus dipikulnya
B. Tidak adanya kemampuan untuk melaksanakan kewajiban
C. Adanya perhitungan amal meskipun suatu perbuatan itu baru diniatkan dalam
hati
D. Kekhawatiran jika amalnya tidak diterima
E. Tidak semua Sahabat Nabi dapat masuk sorga

Standar Kompetensi Lulusan


11. Menjelaskan hadis tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT

Indikator
11.1 Menentukan hadis atau maknanya tentang kebesaran dan kekuasaan Allah

A.

Kebesaran dan Kekuasaan Allah

Siap UN Hadis Keagamaan 203

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo














) (



1. Mufradt
a.
= Aku mengharamkan, Aku melarang di sini makksudnya Aku


mensucikan

b.
= zhalim, berbuat salah, aniaya, menempatkan sesuatu tidak pada
tempatnya dan melebihi batas.

c.
= orang yang tersesat
d.
= orang yang lapar

e.

= Aku beri makan dia

f.

= Maka mintalah makan kepada-Ku

g.
= telanjang, tidak berpakaian
h.
= Aku beri pakaian dia

i.
bersalah
= engkau

Uji Kompetensi
j.
= engkau sampai

k.
= berbuat madharat kepada-Ku

= hati seorang laki-laki yang paling taqwa



m.

= satu tempat daratan

n.

= jarum
o.

= dari pada kerajaan-Ku

p.

= Aku perhitungkan dia

= kemudian Aku penuhi kalian
q.

r.
= Maka sungguh jangan mencela

l.

2. Terjemahan
! Diriwayatkan dari Abi Dzar ra dari Nabi saw Allah swt berfirman : Wahai hamba-hamba-Ku
Sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim (aniaya) atas diri-Ku sendiri, dan Aku jadikannya haram di
antara kamu, maka janganlah saling berbuat zhalim. Wahai hamba-hamba-Ku ! Kamu semua sesat kecuali
orang yang Aku berikan petunjuk. Maka minta petunjuklah kepada-Ku, niscaya aku memberi petunjuk
Siap UN Hadis Keagamaan 204

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku ! Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan. Maka
mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku memberi makan kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku ! Kamu
semua itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku
berikan pakaian kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku ! Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa)
pada malam dan siang hari, sedngkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua. Maka mohon
pengampunanlah kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu. Wahai hamba-hamba-Ku ! Sesungguhnya kamu
tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka berbuat madaratlah kepada-Ku dan kamu tidak akan
dapat memberi manfaat kepada-Ku, maka berilah manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku !
Andaikata kamu semua mulai dari yang pertama sampai terakhir baik dari manusia maupun jin, menjadi
hati seorang yang paling taqwa di antara kamu, demikian itu tidak dapat menambah kerajaan-Ku
sedikitpun. Wahai hamba-hamba-Ku ! Andaikata kamu semua dari yang pertama sampai terakhir baik dari
manusia maupun jin, menjadi hati seorang yang paling durhaka di antara kamu, demikian itu tidak dapat
mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-hamba-Ku ! Andaikata kamu semua dari yang pertama
sampai terakhir baik dari manusia maupun dari jin, berdiri di sebuah dataran lalu mereka semua memohon
kepada-Ku, kemudian masing-masing Ku-penuhi permohonannya, semua itu tidak akan mengurangi
kekayaan yang Aku miliki, kecuali sebagaimana air yang melekat pada jarum yang dimasukkan ke dalam
laut.
Demikian itu tidak dapat menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-hamba-Ku !
Sesungguhnya semua itu amalmu, yang Aku perhitungkan untukmu, kemudian Aku penuhi untukmu. Barang
siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah memuji kepada Allah dan barang siapa yang mendapatkan
selain demikian, hendaklah mencela diri sendiri. Said berkata : Abu Idris al-Khawlani apabila
menyampaikan Hadis ini bertekuk di atas kedua lututnya. (HR. Muslim)
B.

Sifat Keagungan dan Kebesaran Allah







()
1. Mufradt
a.
= pakaian
b.

= selendang-Nya
c.
= menentang

Aku, di sini dimaksudkan menentang dengan cara berpribadi


kesombongan dan keagungan

2. Terjemahan
Dari Abi Said al-Khudri dan Abi Hurairah berkata : Rasulullah saw : Keagungan adalah pakaian-Nya
dan kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa yang menentang Aku (bergaya seperti sifat-Ku),
maka Aku siksa dia. (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Uji Kompetensi
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Perhatikan penggalan hadis berikut!

.







Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A.
B.
C.
D.

Kamu semua sesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.


Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan
Kamu semua itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian.
Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa) pada malam dan siang hari,

sedangkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua


E. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka
berbuat madaratlah kepada-Ku
Siap UN Hadis Keagamaan 205

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

2. Perhatikan penggalan hadis berikut!

.







Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A. Kamu semua sesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.
B. Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan
C. Kamu semua itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian.
D. Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa) pada malam dan siang hari,
sedangkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua
E. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka
berbuat madaratlah kepada-Ku
3. Perhatikan penggalan hadis berikut!


.







Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A. Kamu semua sesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.
B. Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan
C. Kamu semua itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian.
D. Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa) pada malam dan siang hari,
sedangkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua
E. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka
berbuat madaratlah kepada-Ku
4. Perhatikan penggalan hadis berikut!


.









Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A. Kamu semua sesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.
B. Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan
C. Kamu semua itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian.
D. Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa) pada malam dan siang hari,
sedangkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua
E. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka
berbuat madaratlah kepada-Ku
5. Perhatikan penggalan hadis berikut!

.




Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A. Kamu semua sesat, kecuali orang yang Aku berikan petunjuk.
B. Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan
C. Kamu semua itu telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian.
D. Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa) pada malam dan siang hari,
sedangkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua
E. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka
berbuat madaratlah kepada-Ku
6. Perhatikan penggalan hadis berikut!







.




Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A. Paku
B. Jarum
Siap UN Hadis Keagamaan 206

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. Besi
D. Lautan
E. Daratan
7. Barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah memuji kepada Allah
adalah arti dari lafadz penggalan hadis ..
A.
B.
C.
D.
E.

8. Dan barang siapa yang mendapatkan selain demikian, hendaklah mencela diri
sendiri. adalah arti dari lafadz penggalan hadis ..

A.









B.








C.





D.









E.






9. Perhatikan hadis berikut!







( )

Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .
A. Keagungan adalah pakaian-Nya
B. Dan kesombongan adalah selendang-Nya
C. Keagungan adalah pakaian-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya
D. Barang siapa yang menentang Aku (bergaya seperti sifat-Ku), maka Aku siksa
dia
E.
Barangsiapa yang mengagungkan-Ku, maka Aku beri pahala
10. Perhatikan hadis berikut


....

()

Arti matan hadis yang bergaris bawah adalah. .


A. Keagungan adalah pakaian-Nya
B. Dan kesombongan adalah selendang-Nya
C. Keagungan adalah pakaian-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya
D. Barang siapa yang menentang Aku (bergaya seperti sifat-Ku), maka Aku siksa
dia
E. Barangsiapa yang mengagungkan-Ku, maka Aku beri pahal

Standar Kompetensi Lulusan


11. Menjelaskan hadis tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT

Indikator
Siap UN Hadis Keagamaan 207

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

11.2 Menyimpulkan matan hadis tentang kebesaran dan kekuasaan Allah dan kekuasaan Allah

A. Penjelasan Hadis Tentang Kebesaran dan Kekuasaan Allah HR. Muslim


Hadis di atas Rasulullah saw menyandarkan pemberitaan Hadis kepada Allah swt yang disebut
dengan Hadis Qudsi. Jadi Hadis Qudsi firman Allah swt secara maknawi, sedang Nabi hanya meriwayatkan
maknanya dengan menggunakan redaksi sendiri. Di antara tanda-tanda atau ciri-ciri Hadis Qudsi adalah
sebagai berikut :
a. Dalam Hadis itu disebutkan Rasulullah saw bersabda dari apa yang diriwayatkan dari Tuhannya
b. Ada panggilan Wahai hamba-Ku !
c. Redaksi matan Hadis selalu menggunakan kata Aku (orang pertama)
Pada Hadis Qudsi ini, Allah menyatakan sifat-sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya yaitu sebagai berikut :
1. Maha Suci dari Kezhaliman
Pada Hadis di atas disebutkan firman Allah :

= Hai hamba-hamba-Ku ! Aku telah mengharamkan penganiayaan terhadap diriku sendiri dan Aku
jadikannya haram di antara kamu, maka janganlah saling berbuat zhalim
Dalam kitab Fath al-Bari Syarah al-Bukhari disebutkan, bahwa di antara ulama berkata : Makna Aku
mengharamkan... Aku sucikan dan Aku agungkan diri-Ku dari sifat penganiayaan, karena sifat zhalim ini
mustahil bagi Allah. Bagaimana Allah bertindak zhalim atau melebihi batas sementara tidak ada di atas Allah
yang harus dipatuhi ? Bagaimana Allah bertindak zhalim sementara alam ini milik-Nya dan di bawah
kekuasaan-Nya sendiri ? Apa yang dilakukan Allah adalah terserah pada kehendak Allah tidak ada yang
melarang dan tidak ada yang perintah. Asalnya kata zhalim diartikan larangan atau pencegahan kemudian
Allah suci dari sifat zhalim maka dapat dikatakan haram atas diri Allah sifat zhalim. Keduanya ada
persamaan yaitu sama-sama tercegah. Allah Maha suci dari sifat kezhaliman, maknanya manusia sebagai
hamba Allah tidak boleh saling menganiaya atau berbuat salah dengan sesamanya, sebagian terhadap
sebagian.
2. Maha Pemberi Petunjuk
Pada Hadis di atas Allah berfirman:

= Bahwa kalian itu sesat kecuali yang

Aku beri petunjuk atau hidayah mohonlah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku beri petunjuk kamu.
Hidayah atau petunjuk di sini ada dua pengertian :
1) Sebelum hadirnya Rasul manusia dalam kedaan sesat kemudian datanglah Rasul membawa petunjuk
dari Allah swt berupa al-Quran
2) Sesungguhnya petunjuk itu hanya di tangan Allah, manusia tidak bisa memberikan petunjuk dan
manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Manusia hanya menyampaikan tetapi tidak bisa memberi
petunjuk. Banyak usaha manusia yang dilakukan untuk menyampaikan nasehat dan mauizhah
kepada saudara-saudaranya atau masyarakat di sekitarnya, tetapi hasilnya nihil, karena belum
mendapat petunjuk dari Allah swt.
Siap UN Hadis Keagamaan 208

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Oleh karena itu manusia hendaknya selalu memohon petunjuk dari Allah. Di antara doa mohon
petunjuk yang diajarkan Rasulullah saw adalah :


( )




Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada Engkau petunjuk, taqwa, menahan diri dan kekayaan. (HR
Muslim)
Petunjuk ini harus dicari tidak serta merta datang dengan sendirinya. Petunjuk akan datang setelah
ada usaha manusia pada jalannya, di samping mengharap dan memohon kepada-Nya.
3. Maha Pemberi Makan dan Pakaian
Pemberi makan, minum dan pakaian adalah Allah. Ini suatu keyakinan bagi umat Islam bahwa
hakekat yang memberi makan, minum, pakaian dan segala kebutuhan adalah Allah bukan manusia. Manusia
hanya sebagai sebab atau perantara belaka semata. Betul memang kita melamar pekerjaan ke suatu PT atau
suatu perusahaan yang menerima direktur PT atau perusahaan tersebut. Demikian juga yang menggaji atau
memberi honor dan upah adalah direkturnya yakni manusia. Namun semua ini kalau tidak dikehendaki
Allah tidak akan terjadi. Kesuksesan PT tersebut karena dikehendaki Allah dan anda diterima di PT tersebut,
anda menerima gaji dan upah

dari PT tersebut karena kehendak Allah. Dengan demikian Allahlah yang

memberi makan dan pakaian. Pada Hadis di atas Allah berfirman :



Wahai hamba-hamba-Ku ! Kamu semua itu lapar, kecuali orang yang Aku beri makan. Maka mintalah
makan kepada-Ku, niscaya Aku memberi makan kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku ! Kamu semua itu
telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku beri kan
pakaian kepadamu.
Pada Hadis ini Allah menawarkan diri-Nya kepada para hamba yang lapar dan telanjang agar minta
makanan, minuman dan pakaian kepada Allah. Artinya usaha manusi harus lahir dan batin. Lahirnya
berusaha dengan melamar pekerjaan di tempat kerja, bekerja keras sesuai dengan aturan dan tata tertib di
tempat kerja, batinya banyak berdoa, maka Allah akan memudahkan segala usaha kita.
4. Maha Pengampun



Wahai hamba-hamba-Ku ! Sesungguhnya kamu berbuat salah (berbuat dosa) pada malam dan siang hari,
sedangkan Aku mengampuni dosa-dosamu semua. Maka mohon pengampunanlah kepada-Ku, niscaya Aku
mengampunimu.
Pada Hadis di atas selalu diulang-ulang panggilan wahai hamba-hamba-Ku, menunjukkan kedekatan
dan kasih sayang Allah kepada mereka. Seolah-olah tidak ada jarak antara keduanya dan keduanya saling
menyambut. Segala kekurangan dan kesalahan mereka sudah diketahui Allah dan Allahpun siap membantu
memberi segala kekurangan dan mengampuni segala dosa dan kesalahan.
Siap UN Hadis Keagamaan 209

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pada Hadis di atas Allah menyatakan bahwa manusia semua berbuat salah, tidak ada manusia yang
tidak berbuat salah. Tetapi di antara mereka yang berbuat salah ada yang terbaik, yaitu mereka yang
mengakui kesalahannya dan mau mohon pengampunan atas kesalahannya. Allah menawarkan diri-Nya akan
memberi pengampunan asal mereka mau mohon pengampunan. Sifat mengakui kesalahan ketika bersalah,
mau minta maaf atas kesalahan dan memberi maaf atas kesalahan orang lain adalah di antara sifat terpuji
dan tawadhu. Banyak orang melakukan kesalahan tetapi tidak mengakui kesalahan bahkan kadang-kadang
dibela-bela,

ini adalah sifat kesombongan. Demikian juga sifat sombong dan takabur orang bersalah

bergengsi tidak mau minta maaf atau memaafkan orang lain.


5. Maha Berbuat Apa yang Dikehendaki
Sifat ini terkandung dalam firman-Nya pada Hadis Qudsi berikutnya :


= Wahai hamba-Ku!. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat madarat kepada-Ku, maka berbuat
madaratlah kepada-Ku dan kamu tidak akan dapat memberi manfaat kepada-Ku, maka berilah manfaat
kepada-Ku.
Sifat Maha Perbuatan Allah terhadap apa saja yang dikehendaki tidak dapat dikuasai manusia.
Perbuatan Allah bersifat mutlak tak terbatas oleh apapun dan siapapun. Oleh karena itu manusia tidak dapat
berbuat sesuatu kepada-Nya baik berbuat yang bermanfaat maupun yang madharat. Pada Hadis Qudsi di
atas Allah menantang kepada para hamba-Nya. Jika mereka mampu berbuat madharat atau bermanfaat
kepada Allah perbuatlah dan dipersilahkan. Termasuk terhadap sesama manusia atau makhluk lain, manusia
tidak dapat berbuat manfaat kepada sesamanya kecuali dengan kehendak-Nya dan tidak dapat berbuat
madharat kepada sesamanya kecuali dengan kehendak-Nya.
6 Maha Sempurna Kerajaan-Nya
Kerajaan dan kekuasaan Allah sangat sempurna. Di dunia ini banyak kerajaan dan banyak kekuasaan
tetapi tidak seperti kerajaan dan kekuasaan Allah yang sangat sempurna. Kerajaan da kekuasaan dapat
digambarkan dalam Hadis Qudsi berikut ini :



Wahai hamba-hamba-Ku ! Andaikata kamu semua dari yang pertama sampai terakhir baik dari manusia
maupun jin menjadi hati seorang yang paling taqwa di antara kamu, demikian itu tidak dapat menambah
kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-hamba-Ku ! Andaikata kamu semua dari yang pertama sampai
terakhir baik dari manusia maupun jin menjadi hati seorang yang paling durhaka di antara kamu,
demikian itu tidak dapat mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun.
Kerajaan dan kekuasaan Allah telah sempurna tidak perlu bantuan dari manusia. Perbuatan manusia
tidak ada pengaruhnya terhadap kerajaan dan kekuasaan Allah. Andaikata seluruh manusia itu beriman
semua, saleh semua, taqwa semua dan menyembah Allah semua sungguh tidak akan menambah kerajaan
Siap UN Hadis Keagamaan 210

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Allah. Sebaliknya andaikata mereka kafir semua tidak ada yang beriman dan tidak ada yang menyembah
Allah tidak akan mengurangi kerajaan Allah.
7. Maha Kaya Raya
Kekayaan Allah luar biasa tidak ada tara dan bandingannya, karena seluruh alam dan seisinya ini
milik Allah. Kekayaan Allah bukan hanya bumi dan langit saja akan tetapi seluruh alam jagat raya yang
terdiri milyaran planit dan bintang dan berbagai benda lain di dalam dan di luar angkasa seluruhnya milik
kekayaan Allah. Kekayaan Allah dapat dilihat dalam perumpamaan firman-Nya dalam Hadis Qudsi :




Bahwa andaikata seluruh manusia dan jin dari awal sampai akhir memohon kepada Allah apa saja yang
dikehendaki yang sebanyak-banyaknya dan permohonan itu diperkenankan semua, hanya bagaikan air yang
melekat pada jarum yang kecil dimasukkan ke air laut yang sangat luas. Pemberian Allah yang diberikan
seluruh manusia dan jin hanya bagaikan air yang melekat pada jarun kecil. Sedangkan kekayaan Allah
bagaikan air laut yang sangat luas dan dalam.
Perumpamaan tersebut mengambil perbandingan benda yang ada di sekitar manusia agar mudah
dipahami manusia. Laut merupakanm pandangan manusia yang luas, besar dan dalam sedangkan jarun
adalah benda yang kecil.

Betapa luas dan banyak kekayaan yang dimiliki Allah dan betapa sedikit yang

diberikan Allah sehingga tidak mengurangi kekayaan Allah. Kurangnya benda yang diberikan terjadi pada
benda alam yang rusak. Sedang sifat rahmat dan kemurahan Allah qadim (terdahulu) tidak mengurangi
kekayaan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fath al-Bariy :



:
,




"





;
" :


,




,








,


,




,



;



,
,


,






.



8 Maha Membalas Amal

Sifat Allah juga Maha Membalas amal manusia sekecil apapun baik itu amal baik maupun amal
buruk. Semuanya akan diperhitungkan (dihisab) oleh Allah swt dan dibalas dengan balasan yang setimpal.
Sebagaimana firman Allah :



Wahai hamba-hamba-Ku ! Sesungguhnya semua itu amalmu, yang Aku perhitungkan untukmu, kemudian
Aku penuhi untukmu. Barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah memuji kepada Allah dan
barang siapa yang mendapatkan selain demikian, hendaklah mencela diri sendiri.

Siap UN Hadis Keagamaan 211

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Perbuatan baik dilipatgandakan balasannya 1 : 10 atau sampai 700. Sedang amal buruk hanya
dibalas dengan balasan yang setimpal yakni 1 : 1 atau malah dihapus jika mendapat pengampunan. Inilah di
antara sifat kemurahan Allah swt yang diberikan kepada kita. Pada akhir Hadis dikatakan barang siapa yang
menjumpai amal baiknya, hendaklah memuji kepada Allah dan barang siapa yang tidak menjumpai demikian
jangan mencela orang lain, tetapi cela diri sendiri. Ini maksudnya manusia diberikan kebebasan Allah untuk
memilih perbuatan yang menguntungkan dirinya sendiri baik untuk di duinia maupun di akhirta. Perbuatan
baik sangat menguntungkan di akhirat nanti mengapa pada waktu di dunia tidak beramal saleh yang banyak.
4. Pelajaran Yang Dipetik
a. Sifat-sifat kebesaran dan kekuasaan Allah yang disebutkan dalam Hadis Qudsi di atas adalah Maha
suci dari kezhaliman, Maha pemberi petunjuk, Maha pemberi makan dan pakaian, Maha pengampun,
Maha berbuat apa yang dikehendaki, Maha kaya raya, dan Maha membalas amal manusia.
b. Sifat-sifat kebesaran dan kekuasaan Allah secara mutlak dan tak terbatas tidak sama dengan sifat-sifat
kebesaran dan kekuasaan makhluk.
5. Biografi Perawi
Abu Dzar, nama aslinya Jundub bin Junadah bin Sufyan bin Ubayd dari suku Bani Ghifar dari
Kinanah bin Khuzaymah. Dia seorang sahabat yang masuk Islam awal di antara sahabat senior, ahli zuhud
dan sahabat muhajirin. Dalam satu riwayat ia seorang sahabat ke-5 masuk Islam dan dibuat perumpamaan
dalam kejujurannya, meninggal di al-Rabdah pada tahun 32 H dan meriwayatkan 281 Hadis tersebar di
berbagai kitab Hadis.
B.

Penjelasan

Sifat Keagungan dan Kebesaran Allah HR. Muslim dan Abu

Dawud
Hadis di atas menjelaskan sifat keagungan dan kebesaran Allah yang hanya dimiliki Allah. Sifat
kesombongan artinya sifat merasa paling agung sedangkan yang lain rendah atau diartikan menolak
kebenaran

() ,

karena biasanya orang sombong merasa paling benar sehingga tidak mau

mendengar kebenaran yang disuarakan orang lain. Sedangkan sifat keagungan maksudnya merasa agung atau
lebih agung dari yang lain. Sifat manusia hendaknya merendahkan hati (tawdhu) dan merendahkan diri
(tadzallul) sekalipun tidak rendah. Justru orang akan hormat kepada kita ketika orang lain melihat kita tidak
sombong dan tidak mengagungkan diri.
Kedua sifat itu layak dipakai Allah karena sifat kesempurnaan-Nya dan tidak layak dipakai selain
Allah karena sifat serba kekurangannya. Bagi Allah keagungan sebagai pakaian dan kebesaran sebagai
selendang-Nya. Pakaian dan selendang Allah di sini tidak seperti apa yang kita lihat di dunia ini. Makna
pakaian dan selendang adalah sifat Allah, karena Allah tidak perlu pakaian dan selendang sebagaimana yang
diperlukan makhluk. Jadi maknanya keagungan dan kebesaran adalah sifat Allah. Penggunaan kata pakaian
dan selendang, keduanya melekat pada diri manusia sebagai pelindung dan keindahan. Lantas dijadikan
perumpamaan bagi Allah yang lebih berhak memiliki kedua sifat tersebut.
Manusia memang tidak layak bersifat sombong, angkuh dan agung, karena segala kelebihan yang
dimilikinya pemberian dan ciptaan Allah. Aandaikata seseorang
kekayaannya, kekayaan yang ada di tangan manusia itu

sombong dan merasa agung karena


pemberian Allah. Andaikata seorang

menyombongkan keilmuannya, ilmu itu pemberian Allah. Andaikata kesombongan itu karena kecantikan dan
kegantengan seseorang, cantik dan ganteng itu ciptaan Allah. Semuanya ciptaan dan pemberuan Allah,
Siap UN Hadis Keagamaan 212

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya Allah saja yang berhak menyandang kesombongan dan
keagungan.


Redaksi kalimat Hadis ada perubahan dari bentuk kata orang ketiga (Nya) menjadi orang pertama
(Aku). Dengan demikian ada kalimat yang terbuang yakni jika dinyatakan ;

= Allah

berfirman : ..., Hadis ini melarang keras siapa saja yang menyerupai atau bergaya seperti sifat-Ku yakni
keagungan

dan kebesaran-Ku (kesombongan), aku siksa dia. Hukumnya haram bagi seseorang yang

mengagungkan diri dan menyombongkan diri. Dalam Hadis lain Rasulullah saw bersabda :


( )







Tidak masuk neraka seseorang di dalam hatinya terdapat sekecil atom dari iman dan tidak masuk surga
seseorang yang di dalam hatinya terdapat sekecil atom dari pada sifat kesombongan. (HR. Muslim)
Al-Khathabi dalam kitab Awn al-Mabd menjelaskan sebagai berikut :


.













Al-Khathabi berkata : Makna pembicaraan ini bahwa sifat kebesaran dan keagungan adalah dua sifat

yang khusus dimiliki Allah. Tidak ada seorang yang bersekutu memiliki dua sifat tersebut dan tidak layak
bagi makhluk melakukannya karena sifatnya makhluk adalah rendahn hati dan rendah diri. Perumpamaan
selendang dan pakaian pada sifat keagungan dan kebedaran Allah, bahwa sebagaimana manusia tidak ada
yang menyekutui pada selendang dan pakaian-Nya, demikian juga tifdak ada makhluk yang menyekutui Aku
dalam kebesaran dan keagungan.
Kegungan dan kebesaran Allah tidak ada perbandingannya dengan makhluk. Keagungan dan
kebesranan-Nya sangat sempurna dan tidak ada kekurangan sedikitpun. Segala perintah dan larangan harus
dipatuhi, tidak ada yang membantah dan menentangnya.
4. Pelajaran Yang Dipetik
a. Sifat keagungan dan kebesaran hanya milik Allah karena kesempurnaan segala sifat-Nya
b. Manusia yang mengagungkan diri dan menyombongkan dirinya berarti merampas sifat Tuhan
c. Seorang yang memiliki sifat keagungan dan kesombongan tidak dapat masuk surga.

Siap UN Hadis Keagamaan 213

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Uji Kompetensi
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Pada Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang
.

A.
B.
C.
D.
E.
2.

Maha
Maha
Maha
Maha
Maha
Pada

Suci dari Kezhaliman


Pemberi Petunjuk
Pemberi Makan dan Pakaian
Pengampun
Berbuat Apa yang Dikehendaki
Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang


A.
B.
C.
D.
E.
3.

Maha
Maha
Maha
Maha
Maha
Pada

Suci dari Kezhaliman


Pemberi Petunjuk
Pemberi Makan dan Pakaian
Pengampun
Berbuat Apa yang Dikehendaki
Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang


A.
B.
C.
D.
E.

Maha
Maha
Maha
Maha
Maha
4. Pada

Suci dari Kezhaliman


Pemberi Petunjuk
Pemberi Makan dan Pakaian
Pengampun
Berbuat Apa yang Dikehendaki
Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang



A.
B.
C.
D.
E.

Maha
Maha
Maha
Maha
Maha
5. Pada

Suci dari Kezhaliman


Pemberi Petunjuk
Pemberi Makan dan Pakaian
Pengampun
Berbuat Apa yang Dikehendaki
Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang


A. Maha Suci dari Kezhaliman
B. Maha Pemberi Petunjuk
C. Maha Pemberi Makan dan Pakaian
Siap UN Hadis Keagamaan 214

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

D. Maha Pengampun
E. Maha Berbuat Apa yang Dikehendaki
6. Pada Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang
.





A.
B.
C.
D.
E.

Maha
Maha
Maha
Maha
Maha
7. Pada

Sempurna Kerajaan-Nya
Kaya Raya
Membalas Amal
Pengampun
Berbuat Apa yang Dikehendaki
Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang



A.
B.
C.
D.
E.

Maha
Maha
Maha
Maha
Maha
8. Pada

Sempurna Kerajaan-Nya
Kaya Raya
Membalas Amal
Pengampun
Berbuat Apa yang Dikehendaki
Hadis dibawah ini adalah sifat- sifat kebesaran dan kekuasaan-Nya tentang



A.
B.
C.
D.
E.
9.

Maha Sempurna Kerajaan-Nya


Maha Kaya Raya
Maha Membalas Amal
Maha Pengampun
Maha Berbuat Apa yang Dikehendaki
Kandungan Hadis Rasulullah saw yang bergaris di bawah ini adalah.











( )
A. Sifat keagungan dan kebesaran hanya milik Allah karena kesempurnaan segala
sifat-Nya
B. Manusia yang

mengagungkan

diri

dan

menyombongkan

dirinya

berarti

merampas sifat Tuhan


C. Seorang yang memiliki sifat keagungan dan kesombongan tidak dapat masuk
surga.
D. Tidak masuk neraka seseorang di dalam hatinya terdapat sekecil atom dari
iman
E. Allah SWT adalah dzat yang Maha mempunyai keagungan dan kebesaran
Siap UN Hadis Keagamaan 215

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

10.
A.
B.
C.
D.
E.

Menurut Al-Khathabi, apa dua sifat khusus yang hanya di miliki oleh Allah SWT

..
Sifat
Sifat
Sifat
Sifat
Sifat

keindahan dan keagungan


keindahan dan kebesaran
kebesaran dan keagungan
kebaikan dan kebesaran
kebaikan dan keagungan

Standar Kompetensi Lulusan


11. Menjelaskan hadis tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT

Indikator
11.3 Menunjukkan perbuatan yang sesuai dengan matan hadis tentang kebesaran dan kekuasaan
Allah SWT

Sesuai hadis Nabi Muhammad SAW yang artinya: Berakhlaq kamu sekalian dengan
akhlaq Allah sesuai dengan kadar kemanusian.
Maka, akhlaq Allah SWT dalam Hadis Qudsi Riwayat Muslim di atas, sangat perlu kita
amalkan sesuai kadar kemanusian kita.
Pengamalan/Perbuatan yang sesuai dengan Hadis Qudsi Riwayat Muslim Tentang
Kebesaran dan Kekuasaan Allah SWT, yaitu diantaranya:
1. Tidak akan melakukan kedzaliman baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain
2. Suka memberi saran pendapat
3. Suka memberi pertolongan kepada orang lain yang kesusahan maupun kelaparan
4. Suka memberi maaf kepada orang lain
5. Suka merealisasikan cita-cita yang di hendakinya
6. Berusaha mewujudkan kesempurnaan menjadi insal yang kamil
7. Berusaha menjadi orang kaya yang bermanfaat untuk orang lain
8. Suka memberi reward atau hadiah, pujian kepada orang lain
Sedangkan pengamalan/Perbuatan yang sesuai dengan Hadis Riwayat Muslim dan Abu
Dawud Tentang Sifat Keagungan dan Kebesaran Allah SWT, yaitu diantaranya:
1. Tidak membanggakan dan menyombongkan diri sendiri
2. Berlaku tawadlu/ rendah hati terhadap sesama makhluk Allah SWT

Siap UN Hadis Keagamaan 216

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Uji Kompetensi
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
1. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap orang lain.

A. Suka memberi makan


B. Suka memberi saran pendapat
C. Tidak akan melakukan kedzaliman
D. Suka memberi maaf
E. Suka merealisasikan cita-citanya
2. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap orang lain.


A. Suka memberi makan
B. Suka memberi saran pendapat
C. Tidak akan melakukan kedzaliman
D. Suka memberi maaf
E. Suka merealisasikan cita-citanya
3. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.

A. Suka memberi makan


B. Suka memberi saran pendapat
C. Tidak akan melakukan kedzaliman
D. Suka memberi maaf
E. Suka merealisasikan cita-citanya
4. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.



A. Suka memberi makan
B. Suka memberi saran pendapat
C. Tidak akan melakukan kedzaliman
D. Suka memberi maaf
E. Suka merealisasikan cita-citanya
5. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.


A. Suka memberi makan
B. Suka memberi saran pendapat
C. Tidak akan melakukan kedzaliman
D. Suka memberi maaf
E. Suka merealisasikan cita-citanya
6. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.



Siap UN Hadis Keagamaan 217

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo



A. Berusaha menjadi orang kaya yang bermanfaat untuk orang lain
B. Berusaha mewujudkan kesempurnaan dirinya
C. Suka memberi hadiah atau pujian pada orang lain
D. Suka memberi saran pendapat
E. Tidak akan melakukan kedzaliman
7. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.



A. Berusaha menjadi orang kaya yang bermanfaat untuk orang lain
B. Berusaha mewujudkan kesempurnaan dirinya
C. Suka memberi hadiah atau pujian pada orang lain
D. Suka memberi saran pendapat
E. Tidak akan melakukan kedzaliman
8. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.



A. Berusaha menjadi orang kaya yang bermanfaat untuk orang lain
B. Berusaha mewujudkan kesempurnaan dirinya
C. Suka memberi hadiah atau pujian pada orang lain
D. Suka memberi saran pendapat
E. Tidak akan melakukan kedzaliman
9. Seseorang yang mengamalkan hadis di bawah ini, akan berperilaku. terhadap
orang lain.











( )

A. Qonaah
B. Ikhlas
C. Tidak sombong
D. Jujur
E. Amanah
10. Seseorang yang mengamalkan hadis yang bergaris di bawah ini, akan
berperilaku. terhadap orang lain







()
A. Sombong
B. Berwibawa
C. Tawadlu
D. Ikhlas
E. Ridlo

Siap UN Hadis Keagamaan 218

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


12. Memahami hadis tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya
INDIKATOR
12.1. Menentukan hadis atau maknanya tentang syukur nikmat

PENGANTAR
Nikmat yang diberikan Allah swt kepada manusia sangat banyak jumlahnya, manusia tidak mampu
menghitungnya. Tetapi secara garis besar nikmat itu adakalanya nikmat lahir dan ada kalanya nikmat batin,
ada nikmat yang bersifat materi dan ada pula nikmat immateri. Nikmat itu wajib disyukuri dengan cara
menggunakannya sesuai dengan tujuan diberikannya. Syukur sebagai upaya perawatan dalam melestarikan
kenikmatan tersebut agar tidak menghilang atau tidak lenyap dari tangan orang yang menerimanya. Syukur
dapat dilakukan mulai dari yang sederhana sampai kepada yang lebih besar. Seseorang tidak akan mampu
mensyukuri nikmat yang besar jika nikmat kecil saja tidak mampu mensyukurinya.

Banyak nikmat dan

banyak ragam syukur yang disebutkan dalam Hadis yang akan disebutkan berikut ini.
A.

TEKS HADIS
Kewajiban Bersyukur











( )






1. Mufradt
= bersyukur, berterima kasih
a.

b.

= memberitakan

c.
= perpecahan lawan dari

d.

= persatuan, berkelompok

2. Terjemahan
Dari Numan bin al-Basyir berkata : Rasulullah saw bersabda di atas minbar : Barang siapa yang yang
tidak bersyukur yang sedikit, maka tidak bersyukur yang banyak. Dan barang siapa yang tidak bersyukur
kepada manusia maka tidak bersyukur kepada Allah. Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan
meninggalkannya adalah kufur. Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah azab. (HR. Ahmad)

B. Berpesan Syukur

Siap UN Hadis Keagamaan 219

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo



















( )




1. Mufradat

a.

b.

= berpegangan tangan tanda cinta

= Sungguh jangan engkau tinggalkan

c.

= belakang atau selesai

2. Terjemahan
Dari Muadz bin Jabal bahwa Nabi saw memegang dengan tangannya, kemudian bersabda : Wahai
Muadz, Demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu. Beliau bersabda: Aku wasiatkan kepadamu wahai
Muadz, Sungguh jangan engkau tinggalkan pada setiap selesai shalat membaca doa : Ya Allah bantulah
aku untuk imgat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu dan beribadah yang baik kepada-Mu. (HR. Abu
Dsawud, al-nasai dan Ahmad)
c. Hadis tentang cara mensyukuri nikmat


(
)

1. Mufradat

: lihatlah olehmu sekalian


: di atasmu
: lebih rendah
: supaya kamu tidak memantas-mantaskan

2. Terjemahan
Rasulullah saw bersabda: lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah
kamu melihat kepada orang yang di atasmu, maka dia lebih pantas supaya kamu tidak
memantas-mantaskan nikmat Allah kepadamu (Hr. Muslim)

Siap UN Hadis Keagamaan 220

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Hadis tentang kewajiban bersyukur kepada Allah yang diriwayatkan oleh Ahmad
adalah bersanadkan.
A. Numan bin Abu Bakar
B. Numan bin Basyir
C. Muadz bin jabal
D. Abu Hurairah
E. Anas bin malik
2.

penggalan hadis di atas artinya

A. Barang siapa yang yang tidak bersyukur yang sedikit, maka tidak bersyukur
yang banyak
B. Bersyukur dimulai dari yang sedikit
C. Sedikit maupun banyak rizki dari Allah wajib disyukuri
D. Bersyukurlah kepada Allah dari yang sedikit
E. Kewajiban manusia adalah mensyukuri nikmat
3. Hakekat syukur adalah ..
A. Adanya pengakuan di hati bahwa nikmat itu semata pemberian Allah (syukur
bi la-qalbi),
B. diucapkan di lesan dengan ucapan yang baik seperti memuji dan mendoakan
(syukur bi al-lisan)
C. menggunakan nikmat itu untuk pengabdian yang lebih baik (syukur bi alamal).
D. Menceritakan nikmat /pemberian Allah kepada manusia
E. Semua jawaban benar
4. Membiasakan diri berucap terima kasih atas pemberian orang lain, membalas
kebaikan orang lain dengan balasan yang setimpal adalah wujud syukur manusia
kepada Allah, hal ini sesuai dengan bunyi penggalan hadis.
.A
B.


D.



E.






5. artinya.
C.

A. Adapun terhadap nikmat dari Tuhanmu, beritakanlah


B. Memberitakan nikmat Allah adalah tanda syukur
C. Memberitakan nikmat Allah adalah bukti kesombongan
Siap UN Hadis Keagamaan 221

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

D. Memberitakan nikmat Allah adalah wujud syukur dan meninggalkannya


adalah kufur
E. Nikmat Allah mestinya disembunyikan

6.


) (

Matan hadis di atas adalah.



























A.
B.
C.
D.

E.

7. Hadis yang berisi wasiat rasul kepada Muadz ditakhtij oleh.


A. Abu Dawud
B. Bukhari Muslim
C. An-Nasai
D. Abu Dawud, NasaI, dan Ahmad
E. Muadz bin Jabal



artinya.

8.

A. Dan Allah sangat mencintaimu


B. Dan sungguh aku sangat mencintaimu
C. Demi Allah sesungguhnya aku sangat mencintaimu
D. Dan Allah sangat mencintaimu
E. Dan aku sangat mencintai Allah
artinya. 9.
A. Lihatlah kepada orang yang berada di atasmu
B. Lihatlah kepada orang yang berada di atasmu
C. Janganlah kamu melihat orang yang di atasmu
Siap UN Hadis Keagamaan 222

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

D. Janganlah kamu melihat orang yang di atasmu


E. Terhadap orang yang ada di bawahmu, perhatikanlah!
10.

Hadis riwayat muslim di

atas menjelaskan kepada kita supaya.


a. Hidup sederhana
b. Mensyukuri nikmat Allah
c. Bersedekah kepada orang miskin
d. Memperhatikan lingkungan hidup
e. Saling berwasiat dalam kebaikan

Siap UN Hadis Keagamaan 223

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


12. Memahami hadis tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya
INDIKATOR
12.2. Menjelaskan intisari matan hadis tentang syukur nikmat

Penjelasan Hadis tentang Kewajiban Bersyukur


Pada Hadis di atas Rasulullah saw mewajibkan bersyukur kepada kita di atas minbar. Minbar adalah
salah suatu tempat khusus untuk berpidato, berceramah, berkhuthbah dan mengajar. Ini dimaksudkan untuk
membentuk lingkungan di sekitarnya lebih disiplin, lebih formal dan lebih diperhatikan apa yang
disampaikan Rasulullah saw. Sebagaimana pula perkembangan berikutnya seperti di masjid, mushalla,
tempat pengajian dan ruang kelas di sekolah-sekolah, selalu disediakan tempat khusus bagi guru atau imam
untuk menyampaikan pengajaran, ceramah

atau khuthbahnya. Minbar tempat duduk penceramah atau

khuthbah itu pada umumnya lebih tinggi dari tempat jamaahnya, karena dengan demikian jamaah atau
murid akan dapat melihat langsung kepada guru atau penceramahnya dan akan dapat lebih memahami isi
ceramah atau pengajarannya.
Isi pengajaran Nabi saw dalam Hadis di atas di antaranya :
a. Bersyukur mulai dari yang sedikit, sebagaimana sabda beliau :

= Barang siapa yang yang tidak bersyukur yang

sedikit, maka tidak bersyukur yang banyak


Kewajiban bersyukur mulai dari yang sedikit atau kecil kepada yang banyak atau yang besar. Karena
pada umumnya manusia melupakan nikmat yang kecil atau meremehkan nikmat yang sedikit. Padahal
manusia akan bisa bersyukur kepada yang besar dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Bagaimana
seseorang bisa bersyukur kepada nikmat yang besar kalau nikmat yang kecil saja diabaikan. Secara teoritis
nikmat yang diberikan manusia dimulai dari yang sedikit, jikalau dari yang sedikit itu seseorang mampu
mensyukuri, maka Allah akan menambah nikmat itu menjadi banyak dan besar. Sebagimana firman Allah
dalam QS . Ibrahim/14 : 7

Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema'lumkan:"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih. (QS. 14:7)
b. Bersyukur kepada sesama manusia
Sabda Rasulullah saw berikutnya :

= Dan barang siapa yang tidak bersyukur kepada

manusia maka tidak bersyukur kepada Allah.


Bersyukur nikmat dari Allah perlu pembiasaan dari mulai bersyukur terhadap sesama manusia. Logikanya
seseorang tidak akan bisa bersyukur kepada Allah jika tidak bisa bersyukur kepada

sesama manusia.

Pembiasaan bersyukur kepada sesama manusia sangat penting, mulailah ringan mengucapkan terima kasih
dengan sesamanya, mulai dengan bahasa yang sederhana terima kasih, thanks, syukran dan lain-lain.
Demikian juga biasakan membalas ucapan terima kasih orang lain,

sama-sama terima kasih, youre

Siap UN Hadis Keagamaan 224

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

welcome, syukran, dan lain sebagainya. Nanti sedikit demi sedikit akan berusaha membalas budi orang lain
dengan pembalasan yang setimpal kemudian pembalasan yang lebih baik. Jikalau seseorang telah terbiasa
bersyukur kepada sesamanya akan dapat pula bersyukur kepada Allah.
Hakekat syukur adalah adanya pengakuan di hati bahwa nikmat itu semata pemberian Allah (syukur
bi la-qalbi), diucapkan di lesan dengan ucapan yang baik seperti memuji dan mendoakan (syukur bi al-lisan)
serta menggunakan nikmat itu untuk pengabdian yang lebih baik (syukur bi al-amal). Ibarat seorang anak
dibelikan baju baru orang tua, anak hatinya merasa senang karena, lesanya bilang : Terima kasih Bapak,
kemudian baju itu dipakai sesuai dengan kebutuhan dan anak semakin meningkatkan kepatuhannya kepada
orang tua. Alangkah senangnya Bapak yang membelikan baju tersebut. Demikian juga bersyukur kepada
Allah. Hatinya mengakui bahwa segala nikmat ini pemberian Allah, ada nikmat sehat, nikmat umur panjang,
nikmat bisa sekolah, nikmat bekerja dan seterusnya. Lesannya sering memuji, mennsucikan dan dzikir
kepada Allah dan segala nikmat itu digunakan untuk pengabdian kepada-Nya.
c. Memberitakan nikmat
Di antara syukur adalah memberitakan nikmat kepada orang lain tidak menyembunyikannya. Jadi
orang yang bersyukur menunjukkan nikmat kepada orang lain bahwa nikmat itu dari Allah, bukan karena
kesombongan dan kehebatan dirinya. Sebagaimana sabda Rasul saw :

= Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan

meninggalkannya adalah kufur.


Hadis ini bertentangan dengan watak manusia pada umumnya. Karena pada umumnya orang kalau
mendapat nikmat diam saja, mungkin khawatir kalau orang lain ikut tahu akan minta bagian dan kalau
tertimpa musibah walaupun kecil pusing kepala saja umpamanya setiap orang diberitahu agar membantu.
Maka Hadis di atas perintah kebalikan kalau mendapat nikmat beritakan sebagai tanda syukur dan kalau
terkena musibah diam sabar jangan ditunjukkan kepada setiap orang. Perintah memberitakan nikmat sesuai
dengan firman Allah dalam QS. Al-Dhuha/ 93 : 11

Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (QS. 93:11)
Pemberitaan nikmat kepada orang lain menurut definisi nikmat di atas baru merupakan bagian dari
syukur yang disebut syukur dengan lesan (syukur bi al-lisan), perlu disempurnakan dengan bagian yang lain
yaikni syukur di hati (syukur bi al-qalbi) dan syukur dalam perbuatan (syukur bi al-amal).
Lawan syukur adalah kufur sebagaimana sabda Nabi di atas, bahwa tinggal memberitakan nikmat
Allah adalah kufur. Hadis ini juga sesuai dengan QS . Ibrahim/14 : 7 di atas. Dengan demikian kufur ada
dua macam ;
1) Kufur lawan dari iman, yakni orang yang tidak beriman kepada Allah
2) Kufur lawan dari syukur, yakni orang yang tidak bersyukur kepada Allah
d. Persatuan adalah rahmat
Sabda Nabi berikutnya :

= Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah

azab.

Siap UN Hadis Keagamaan 225

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Persatuan adalah idola semua manusia dan bangsa, karena dengan persatuan ini semua masalah dapat
dipecahkan bersama dan segala kesulitan dapat teratasi, hubungan satu dengan lainnya saling menghormati,
saling mencintai dan saling menyayangi. Oleh karena itu, mereka mendapatkan kehidupan yang tenang dan
tentram. Inilah yang disebutkan dalam Hadis persatuan itu sebagai rahmat
Berbeda dengan hidup di tengah-tengah masyarakat yang berpecah belah tidak ada

persatuan.

Kesalahan sedikit saja bisa dibesar-besarkan yang memicu pertengkaran dan perkelahian dan fitnah timbul
di mana-mana sehingga tidak ada rasa nyaman, yang terjadi adalah penderitaan dan kesengsaraan.
2. Penjelasan hadis tentang berpesan syukur
Hadis menjelaskan proses sebelum penyampaian Hadis. Nabi dalam menyampaikan Hadis tidak
langsung menyampaikan begitu saja, tetapi ada pengantar atau ada proses menuju kepadanya baik itu disebut
dengan

latar belakang atau sebab-sebab datangnya (asbb wurd al-hadts). Pada Hadis di atas sebelum

beliau menyampaikan suatu Haditts kepada seorang sahabat yang bernama Muadz bin Jabal terlebih dahulu
dipegang tangannya atau berjabat tangan, sepertinya transaksi cinta akad nikah atau baiat sumpah setia.
Kemudian menyampaikan secara terbuka atas kecintaannya. Beliau bersabda :

= Wahai Muadz ! Demi Allah, sungguh aku cinta padamu. Demi

Allah, sungguh aku cinta padamu.


Maksud cinta di sini cinta saudara sesama muslim karena Allah, bukan karena yang lain. Nah cinta
yang seperti ini sunah dilahirkan kepada seseorang yang dicintai. Sebagai salah satu tanda cinta seseorang
kepada sesamanya, tentu senang jika kecintaannya itu ditampakkan kepadanya. Keterbukaan redaksi cinta itu
tersusun :
a.

Dimulai dengan panggilan (mund) Wahai Muadz ! suatu panggilan kasih sayang.

b.

Diperkuat dengan 3 alat, yaitu sumpah (qasam ) Demi Allah, huruf inn =sesungguhnya aku dan


huruf lam qasam pada lafal =

Dengan ungkapan ini tentu yang bersangkutan mengetahui bahwa saudaranya itu mencintainya karena
Allah, kemudian iapun membalas budi cinta itu yang sama sehingga terjadi adanya interaksi yang saling
mencintai.
Sebagai bukti kecintaannya, beliau berpesan

Aku wasiatkan kepadamu wahai Muadz,

Sungguh jangan engkau tinggalkan pada setiap selesai shalat...


Maksudnya, jika kamu menginginkan aku tetap mencintaimu jangan kamu tinggalkan setiap selesai
shalat membaca doa yang dipesankan. Pesan seorang yang mencintai terhadap yang dicintai itu sangat
menentukan keberlangsungan cinta. Oleh karena itu seorang yang cinta tidak akan melalaikan pesan orang
yang mencintainya.
Doa yang dibaca setiap selesai shalat adalah :

= Ya Allah bantulah aku untuk imgat

kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu dan beribadah yang baik kepada-Mu.


Doa tersebut mengandung 3 permohonan yaitu dzikir kepada Allah, syukur dan ibadah dengan baik.
Dzikir adalah kepatuhan lesan, syukur kepatuhan hati dan ibadah adalah kepatuhan anggaota badan. Doa
tersebut telah mengandung segala unsur dalam agama yakni Islam, Iman dan Ihsan. Islam adalah kepatuhan
lahir, Iman kepatuhan batin dan Ihsan beribadah dengan khusyu. Al-Thbiy berkata :
Siap UN Hadis Keagamaan 226

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

,
,














.









Dzikir kepada Allah itu pemulanya berlapang dada, syukur kepada-Nya adalah alat (wasilah) mencapai
nikmat yang mustajab dan persaksian yang dituntut dari padanya adalah mengosongkan dari sesuatu yang
melupakan Allah.
Demikian pesan syukur yang diberikan hanya kepada orang yang dicintai yaitu sahabat Muadz.
Andaikata beliau tidak mencintainya, tidak mungkin pesan itu disampaikan.
4. Pelajaran yang Dipetik
Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari Hadis di atas yaitu sebagai berikuit :
a. Menjelaskan keutamaan Muadz bin Jabal dan kecintaan Nabi terhadapnya
b.

Cinta kepada seseorang yang didasarkan karena Allah akan membawa kemaslahatan dunia dan
akhirat.

c.

Dzikir kepada Allah dapat membawa seseorang menjadi bersyukur dan bersyukur dapat membawa
ibadah yang sesungguhnya.

Penjelasan hadis tentang cara mensyukuri nikmat


Rasulullah dalam sebuah hadis telah bersabda dan perpesan kepada manusia agar pandai-pandai
mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan, dengan cara melihat kepada orang yang berada di bawah kita
secara ekonomi, secara financial agar manusia pandai bersyukur. Dengan melihat ke bawah maka kita akan
mengetahui betapa masih banyak orang-orang yang secara ekonomi lebih rendah, bahkan mungkin untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari saja tidak mampu, yang dengan melihat kondisi tersebut akan muncul dari
diri kita kemampuan untuk saling berbagi sekaligus mengaplikasikan rasa syukur kita kepada Allah.
Sebaliknya Rasul juga bersabda: Janganlah kalian melihat kepada orang yang di atasmu, maksud
dari hadis tersebut adalah nabi melarang manusia melihat kepada orang-orang yang memang secara ekonomi
dilebihkan Allah terhadapnya, karena jika kita melihatnya dikhawatirkan akan timbul rasa iri, dengki, bahkan
mungkin akan menyangka bahwa Allah tidak berlaku adil, juga adanya kekhawatiran kalau manusia
mempunyai sifat tulul amal, pandai berangan-angan tanpa mau untuk berusaha menggapainya, dan
dikhawatirkan pula dari adanya sifat iri, maka manusia akan melakukan hal-hal yang dilarang agama, seperti
mencuri, merampok, judi, korupsi dan lain-lain.

Siap UN Hadis Keagamaan 227

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Di bawah ini yang bukan intisari dari pengajaran nabi saw yang disampaikan di
atas mimbar adalah..
A. Bersyukur mulai dari yang sedikit
B. Berterima kasih kepada manusia
C. Memberitakan nikmat
D. Perpecahan adalah adzab
E. Beribadah dengan khusyu
2. Intisari dari matan hadis di bawah ini adalah..


) (
A. Cara mensyukuri nikmat Allah dengan melihat orang yang mendapat nikmat
lebih sedikit
B. Melihat orang yang mendapat nikmat lebih banyak dapat menyebabkan
seseorang lebih mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
C. Melihat orang yang mendapat nikmat lebih banyak dapat menyebabkan
seseorang iri, dengki, bahkan serakah
D. Orang yang bisa bersyukur karena mendapat nikmat yang banyak
E. Orang yang melihat orang lain yang nikmatnya lebih sedikit akan
menyebabkan orang rendah diri

3.

,


makna dari penggalan hadis di

atas adalah..
A. Saling berwasiatlah kamu tentang hartamu
B. Saling berwasiatlah dalam kebaikan dan taqwa
C. Janganlah kamu meninggalkan tempat shalatmu sebelum kamu berdoa
D. Ya, Muadz , jagalah shalatmu setiap waktu
E. Rasulullah berwasiat kepada Muadz agar berdoa setian selesai melaksanakan
shalat
4. Doa yang dibaca setiap selesai shalat sebagaimana diajarkan rasul kepada
Muadz adalah..

B.




.A






C.


Siap UN Hadis Keagamaan 228

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

.E


Pada potongan hadis


terdapat huruf qasam
yaitu..
A. Ya nida dan wawu qasam
B. Wawu qasam dan nun taukid
C. Lam taukid dan ya nida
D. Wawu qasam, nun taukid dan lam taukid
E. Ya nida dan nun taukid
6. Jika dari yang sedikit itu seseorang mampu mensyukuri, maka Allah akan
5.

menambah nikmat itu menjadi banyak dan besar. Hal ini sesuai dengan firman
Allah yang berbunyi..

.b

a.

c.

7. Penggalan hadis yang semakna dengan firman Allah QS. Adh-dhuha: 11 adalah:

A. .
B.
C.
D.

E.

8. Rasulullah saw berwasiat kepada Muadz bin Jabal agar pada setiap selesai
shalat beliau berdoa.
A. Ya Allah bantulah aku untuk imgat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu dan
beribadah yang baik kepada-Mu.
B.

Ya Allah tetapkanlah iman di hati kami


C. Ya Allah panjangkanlah umur kami dan berilah kami ilmu yang bermanfaat

D.

Ya Allah berilah kami keturunan yang banyak

E.

Ya Allah jadikan kami orang-orang yang bersyukur

9. Doa yang diwasiatkan rasul kepada Muadz telah mengandung segala unsur
dalam agama yakni ..
A. Islam, Iman dan Ihsan.
B. Iman dan amal shaleh
C. Cinta kepada Rasulullah
D. Ubudiyah dan amaliyah
E. Iman, islam, dan amal shaleh
10.

Di bawah ini yang bukan termasuk pelajaran yang dapat dipetik dari

Hadis di atas adalah.


Siap UN Hadis Keagamaan 229

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

A. Menjelaskan keutamaan Muadz bin Jabal dan kecintaan Nabi terhadapnya


B. Muadz bin Jabal adalah sahabat kesayangan rasul
C. Cinta kepada seseorang yang didasarkan karena Allah akan membawa
kemaslahatan dunia dan akhirat.
D. Dzikir kepada Allah dapat membawa seseorang menjadi bersyukur
E. Bersyukur dapat membawa ibadah yang sesungguhnya.

Siap UN Hadis Keagamaan 230

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


12. Memahami hadis tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya
INDIKATOR
12.3. Menunjukkan perbuatan yang dapat diamalkan dari hadis tentang syukur Nikmat

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang di antara pilihan
jawaban A, B, C, D, atau E !



1. Hadis Nabi SAW

maksud






hari potongan hadis tersebut adalah.
A. Kita wajib berterima kasih kepada orang lain
B. Tanda syukur yaitu berbuat baik dan banyak bersyukur kepada sesame
C. Ciri-ciri orang yang bersyukur adalah semakin mendekatkan diri kepada Allah
D. Bersukur kepada Allah ditandai dengan pandai berterima kasih kepada
sesame manusia
E. Kita tidak boleh mengkufuri nikmat Allah
2. Karakter yang dimuat dalam hadis Nabi ini mengajarkan supaya kita.
Hadis
A. Kebiasaan menceritakan kenikmatan Allah dan menyembunyikan musibah
yang dihadapi
B. Tidak suka mengeluh atas sesuatu yang tidak disukainya
C. Tidak takut menghadapi kesulitan hidup
D. Tidak mengingkari nikmat Allah dengan membiarkan waktu terbuang
E. Bersyukur adalah kewajiban setiap muslim
3. Hadis Nabi





















)




(
Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik yaitu.
A. Dengan banyak berzikir akan mengantarkan seseorang untuk pandai
bersyukur
B. Kewajiban untuk memohon pertolongan dari Allah SWT
C. Setiap selesai menunaikan sholat harus berdoa
D. Mengingkari nikmat berarti menzalimi diri sendiri
E. Baik buruknya seseorang tergantung bagaimana bisa menjaga dirinya
4. Indikator dari orang-orang yang bersyukur menurut hadis
















()
Adalah.
A. Menuntut ilmu setinggi-tingginya
B. Hidup sederhana dan tidak boros
C. Bersyukur kepada Allah diiringi dengan lebih memperbanyak ibadah
D. Banyak berdzikir kepada Allah
E. Bersikap dermawan dan rendah hati
Siap UN Hadis Keagamaan 231

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5. Perhatikan hadis berikut


























()
Menurut hadis Nabi tersebut bahwasanya ada dua kenikmatan yang harus
diwaspadai karena sifatnya yang menipu, yaitu
A. Kesehatan dan alam semesta
B. Kesehatan dan kesempatan
C. Harta dan anak
D. Akal dan ilmu
E. Iman dan Islam
6. Rasulullah SAW dalam sabdanya

( )



Memberikan teori kepada kita supaya tidak merehkan nikmat Allah di antaranya
dengan membiasakan diri untuk.
A. Berani mempertaruhkan harta dan jiwanya di jalan Allah
B. Memanfaatkan setiap peluang dengan sebaik-baiknya
C. Tidak memandang rendah orang lain
D. Menerima setiap persoalan dengan senang hati dan ikhlas
E. Dalam hal duniawi tidak melihat orang yang ada di atasnya tetapi melihat
orang yang ada di bawahnya
7. Pengamalan dari bentuk syukur pada hakekatnya adalah.
A. Melakukan perbuatan yang disetujui oleh Allah
B. Akan menambah karunia dari Allah
C. Jiwa dan raga berterimakasih sepenuhnya kepada Allah
D. Dibuktikan dengan lisan berzikir, hati bersyukur, amal ibadah meningkat
E. Menambah prestasi ibadah
8. Mensyukuri nikmat Allah hukumnya bagi setiap orang adalah.
A. Wajib kifayah
B. Wajib ain
C. Sunnah muakkadah
D. Sunnah ghairu muakkadah
E. Mubah
9. Meninggalkan syukur sebenarnya banyak dilakukan oleh kebanyakan orangorang masa kini. Faktor penyebabnya adalah.
A. Watak bawaan seseorang sejak lahir
B. Tidak ada motivasi yang kuat
C. Salah asuhan dari orang tua
D. Pendidikan yang salah dari keluarga dan lingkungan
E. Pengaruh perkembangan budaya
10.
Tidak mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita
merupakan manifestasi dari.
A. Kufur
B. Maksiyat
C. Dholim
D. Fasik
E. Kikir

Siap UN Hadis Keagamaan 232

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

SKL 13

TANGGUNG JAWAB TERHADAP KELUARGA


DAN MASYARAKAT

Standar Kompetensi Lulusan :


13. Memahami hadis tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga/masyarakat.

Indikator :
13.1. Menentukan hadis atau maknanya tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga.
13.2. Menyimpulkan intisari matan hadis tentang tanggungjawab manusia terhadap masyarakat.
13.3. Menunjukkan perbuatan yang sesuai dengan hadis tentang tanggung jawab manusia kepada
keluarga.

Indikator :
13.1. Menentukan hadis atau maknanya tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga.

TANGGGUNG JAWAB MANUSIA




























( )







1. Mufradt

a.

= pimpinan, pengembala. Pekerjaan pimpinan seperti pengembala yakni mengurus,

memperhatikan, mengatur, melayani segala kebutuhan yang dikembala dan lain-lain. Oleh
karena itu pengembala diartikan pimpinan


b.

= dimintai pertanggung jawaban

c.

= dari kepemimpinannya
d.
= pembantu

2. Terjemahan
Siap UN Hadis Keagamaan 233

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Diriwayatkan dari Ibn Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda : Setiap orang dari kamu adalah
pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang
penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang
pria adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya. Seorang wanita adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Pembantu adalah pemimpin terhadap harta tuannya
dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. (HR al-Bukhari Muslim)
3. Penjelasan
Hadis di atas menjelaskan tanggung jawab seorang pimpinan terhadap yang dipimpin baik keluarga
maupun masyarakat dan bahkan terhadap diri sendiri. Semua orang pasti menjadi pimpinan minimal
terhadap diri sendiri. Syeikh al-Mubarakfriy dalam kitab Tuhfat al-Ahwadziy menjelaskan pengertian
pimpinan ( ) dan yang dipimpinan ( ) sebagai berikut :




.











Pimpinan adalah pemelihara yang terpercaya dan selalu mengurus kemaslahatan yang diamanatkan untuk
dijaga, dia dituntut keadilan dan kemaslahatannya. Sedangkan rakyat yang dipimpin adalah semua orang
yang tercakup pemeliharaan dan perhatian pimpinan.
Dalam Hadis ada 3 wilayah kepemimpinan yaitu terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat dan
terhadap keluarga :
A. Pimpinan terhadap diri sendiri
Kepemimpinan terhadap diri sendiri diungkapkan pertama dalam Hadis di atas :

= Setiap kalian adalah pimpinan dan setiap

kalian akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.


Setiap orang memimpin dirinya sendiri yakni terhadap beberapa anggauta tubuh diri yang dimiliki,
terdiri kepala dengan beberapa organnya, tangan, kaki dan perut seisinya. Salah satu organ tubuh yang
ditunjuk menjadi pimpinan adalah hati (al-qalbu). Sebagaimana Hadis Nabi saw :













( )

Ingatlah bahwa pada tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika ia baik maka baiklah seluruhnya dan
jika ia buruk maka buruklah seluruhnya. Ingatlah dia adalah hati. (HR. Muttafaq Alayh)
Hati sebagai pimpinan menggerakkan segala aktifitas seluruh anggautanya baik memegang,
melangkah, memandang, mendengarkan, mengunya, mencium, berbicara, mingaduh dan lain-lain. Semua itu
berdasakan intruksi dari pimpinan yakni hati dan nanti akan dimintai pertanggung jawabannya di sisi Allah
saw. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Isra/17 : 36

Siap UN Hadis Keagamaan 234

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.
Pimpinan terhadap diri itu sangat penting karena merupakan kunci sukses kepemimpinan terhadap
orang lain. Oleh karena itu pimpinan diri ini mendapat rangking pertama sebelum kepemimpinan lain.
B. Pimpinan masyarakat
Kepemimpin terhadap orang lain atau masyarakat sebagaimana yang disebutkan Nabi dalam Hadis
berikutnya :

Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan

dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya


Kalau pada kalimat sebelumnya kepempinan secara

internal terhadap peribadi pada kalimat

berikutnya kepemipinan secara eksternal terhadap orang lain secara umum. Dalam Hadis disebutkan seorang
imam adalah pimpinan dan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Imam di sini bisa
diartikan pimpinan dalam agama atau pimpinan dalam masyarakat. Mulai dari kepala negara sampai kepada
ketua Rt dan Rw, pimpinan ormas, pimpinan partai, pimpinan suku dan lain-lain. Semua pimpinan tersebut
akan dimintai pertanggung jawaban di dunia dan di akhirat. Pertanggung jawabannya di dua tempat yakni di
dunia dan di akhirat. Oleh karena itu urusan kepemimpinan dalam Islam tidak boleh terlepas dari dua hal
tersebut.
C. Pimpinan dalam keluarga
Kepemimpinan dalam keluarga disebutkan dalam Hadis berikutnya :

= Seorang suami pimpinan terhadap

keluarganya (anak, istrinya dan pembantu kalau ada) da akan dimintai pertanggung jawaban terhadap
kepemimpinannya.

= Seorang

istri menjadi

pimpinan di dalam rumah suaminya (anak, pembantu jika ada dan harta benda suami).

= Dan pembantu pimpinan terhadap

harta tuannya dan akaan dimitai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya.


Suami memimpin keluarga anak-anak, istri dan pembantu. Istri pimpinan urusan dalam rumah
sedangkan suami urusan dalam dan luar rumah. Sekalipun istri karier beban manajemen dalam rumah tangga
tetap di atas pundak istri. Sedangkan pembantu urusan keamanan harta dan keluarga tuannya atau bergantung
pada keperluan.

Semua unsur pimpinan dalam keluarga akan dimintai pertanggung jawaban dalam

kepemimpinannya. Suami harus bertanggung jawab tentang nafkah keluarganya halal apa tidak, baik yang
dimakan, disandang, ditempati, pendidikan, kesehatan, keselamatan dan lain-lain.

Istri juga harus

bertanggung jawab urusan dalam rumah tangga seperti kebersihan, ketertiban, kesejahteraan, pendidikan dan
lain-lain. Sedang pembantu juga harus bertanggung jawab tentang harta tuannya dalam pengawasan,
keamanan, keselamatan dan lain-lain.
Berkaitan dengan tanggung jawab kepemimpinan dalam Hadis di atas al-Asqalni memgutip
komentar al-Khathaby sebagai berikut :


,








Siap UN Hadis Keagamaan 235

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo


,












,












Kepemimpinan seorang imam dan

kepala Negara memiliki tanggung jawab yang lebih besar

katimbang kepemimpinan lainnya, karena di samping wilayah kepemimpinannya yang lebih luas, dia harus
mampu menegakkan keadilan dengan menegakkan hukuman bagi yang bersalah secara syara. Berbeda
dengan pimpinan keluarga, dia harus dapat melaksanakan kewajiban secara baik.
4. Kesimpulan
a. Tanggung jawab semua individu terhadap masyarakat sekitarnya
b.Tanggung jawab seorang istri terhadap rumah suaminya dengan segala kebutuhan seperti pendidikan,
bimbingan, sifat amanah dan memelihara diri
c. Suami istri berserikat dalam tanggung jawab dalam membangun kehidupan keluarga yang harmonis.
Masing-masing melaksanakan kewajibannya terhadap yang lain

Pilihlah salah satu jawaban A,B,C, D atau E yang dianggap benar!


1. Perhatikan matan hadis berikut !









Arti dari matan hadis yang bergarisbawah di atas adalah ...........
A. seorang suami menjadi pemimpin bagi keluarganya.
B. seorang laki-laki menjadi pemimpin bagi keluarganya
C. seorang laki-laki menjadi memimpin bagi kedua orang tuanya
D. seseorang menjadi pemimpin bagi masyarakatnya.
E. seorang suami menjadi pemimpin bagi isterinya.

2. Hadis tentang tanggung jawab manusia

...

pada materi pokok

hadis diriwayatkan oleh

A. Bukhari

B. Muslim
C. Tirmidzi
D. Abu Dawud
E. Jawaban a, b dan c benar
3. Arti potongan hadis

adalah

A. Kamu semua adalah pemimpin dan harus bertanggung jawab atas kepemimpinannya
B. Kamu semua harus menjadi prmimpin dan sekaligus mempertanggungjawabkannya
C. Semua pemimpin harus bertanggung jawab terhadap perbuatan masing-masing
D. Pemimpin harus bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya
E. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bertanggung jawab
Siap UN Hadis Keagamaan 236

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

4. Di bawah ini adalah orang-orang yang disebut dalam hadis materi pokok, kecuali
A. pemimpin rumah tangga
B. pedagang
C. ibu rumah tangga
D. para pembantu
E. para imam
5. Kelanjutan dari potongan hadis

adalah

A.

B.

C.

D.

E.
6.

Kelanjutan dari potongan hadis

adalah

A.




B.


C.



D.



E.

7.






Kandungan hadis diatas adalah ....
A.
B.
C.
D.
E.

8.

Perempuan dapat menjadi pemimpin apa saja


Perempuan adalah pemimpin sekaligus penanggungjawab di rumah suaminya
Semua perempuan dapat menjadi pemimpin kalau mempunyai kemampuan
Perempuan tidak perlu memimpin sebuah komunitas sosial
Perempuan harus dapat memimpin didalam keluarganya












Menurut hadis Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh muttafaqun alaih bahwa semua manusia
mempunyai tanggungjawab baik dalam keluarga maupun masyarakat, sedangkan tanggungjawab
pelayan rumah tangga adalah......
A. Memimpin keluarga
B. Memilihara harta majikannya
Siap UN Hadis Keagamaan 237

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. Memelihara keamanan dan ketertiban rumah


D. Memelihara keamanan rumah
E. Memimpin putra putri majikannya


9.



Hadis tersebut di atas mengandung maksud bahwa diantara kewajiban anak terhadap orang tua adalah
....
A. memberi nafkah
B. memelihara hartanya
C. mengikuti nasehatnya
D. membelikan rumah
E. jangan berkata hus
10. Semua orang pasti menjadi pimpinan minimal terhadap diri sendiri. Syeikh al-Mubarakfriy dalam
kitab Tuhfat al-Ahwadziy menjelaskan pengertian pimpinan (

) dan yang dipimpinan (

). Dalam Hadis ada 3 wilayah kepemimpinan yaitu terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat dan
terhadap keluarga, yang dimaksud pemimpin terhadap diri sendiri adalah .....................
A. kepala (raisun)
B. kaki (rijlun)
C. tangan (yadun)
D. perut (bathnun)
E. hati (qolbun)

--------------------------------

Siap UN Hadis Keagamaan 238

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Indikator :
13.2.Menyimpulkan intisari matan hadis tentang tanggungjawab manusia terhadap masyarakat.

A.

Tanggung Jawab terhadap Keluarga








()
1. Mufradt
a.
= perintahlah

= anak-anak, jamak dari kata anak laki-laki atau perempuan

e.

= dan pisahkan

f.

b.


= anak-anak berusia 7 tahun, berumur 7 tahun

d.
= dan pukullah mereka, maksudnya diberi pelajaran

c.

= jamak dar kata yang berarti tempat tidur

2. Terjemahan
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata : Rasulullah saw bersabda : Perintahkan anakanakmu melaksanakan shalat sedang mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka karena tinggal shalat
sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempaat tidurnya.( HR Abu Dawud)
3. Penjelasan
Hadis menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-anak. Pendidikan agama diberikan kepada
anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan
ringan. Di antara perintah agama yang disebutkan dalam Hadis ada 3 perintah yaitu perintah melaksanakan
shalat, perintah memberikan hukuman bagi pelanggarnya dan perintah mendidik pendidikan seks.
a. Perintah shalat
Orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya diperintah Rasul saw, agar perintah
kepada mereka melaksanakan shalat. Sabda beliau :

= Perintahlah anak-anakmu

melaksanakan shalat sedangkan mereka berusia 7 tahun.


Perintah di sini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah shalat sebenarnya
sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. Anak sejak usia 4 tahun atau 5 tahun sudah diajak
orang tuanya melaksanakan shalat bersama-sama. Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara ikutSiap UN Hadis Keagamaan 239

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

ikutan atau menirukan gerakan-gerakan shalat. Anak pada usia ini, hanya sekedar ikut-ikutan, belum
melakukannya secara baik, baik gerakan-gerakannya maupun bacaannya, anak kadang-kadang mau
melakukannya dan kadang-kadang tidak mau melakukannya. Nah setelah usia anak mencapai 7 tahun
perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada saat usia di bawah 7 tahun.
Perintah shalat berarti pula perintah mengajarkan cara shalat, karena tidak mungkin anak hanya
diperintah shalat sementara ia belum bisa melakukannya. Dalam riwayat al-Turmudzi Rasulullah saw
bersabda :









Ajarkan anak akan shalat sedangkan ia berumur 7 tahun.
Hadis ini perintah mengajarkan shalat pada anak-anak tentang syarat-syarat, rukun-rukun, dan
beberapa sunah dalam shalat. Al-Alaqiy dalam syarah al-Jmi al-Shaghr mengatakan :




,






Orang tua hendaknya mengajarkan apa saja yang dibutuhkan dalam shalat seperti syarat dan rukunnya.
Orang tua hendaknya perintah melaksanakan shalat setelah diajarkannya. Upah pengajaran diambil
dari harta anak jika punya harta dan jika tidak punya upahnya dibebankan pada walinya.
Dalam Ilmu pendidikan perintah adalah salah satu alat pendidikan. Jadi dalam pendidikan ada
perintah dan ada larangan. Hal ini dimaksudkan agar anak mengerti mana yang diperintahkan dan mana
yang terlarang. Perintah adalah alat pendorong anak untuk melakukan sesuatu sedang larangan adalah
alat untuk menghentikan suatu pekerjaan. Islam mengakui adanya perintah dan mengakui betapa penting
perintah itu.
Usia 7 tahun dalam perkembangan anak disebut usi kritis atau mumayyiz dan usia pendidikan. Pada
usia ini seorang anak sudah dapat membedakan antara kebenaran dan kesalahan, antara yang hak dan
yang batil dan pada usia inilah anak sudah memulai berpikiran cerdas menangkap pengetahuan serta
dapat berkomunikasi secara sempurna (mumayyiz). Oleh karena itulah perintah shalat secara tegas
dimulai pada usia ini dan pada usia ini pula kemudian dijadikan pedoman dalam penerimaan sekolah si
tingkat dasar seperti SD atau MI.
b. Memberikan hukuman bagi pembangkangnya
Perintah shalat secara tegas dimulai usia 7 tahun dan berlanjut dan meningkat sampai dengan usia 9
dan 10 tahun. Jika pada usia 10 tahun ini seorang anak tidak mau melaksanakan peritah shalat, maka
orang tua diperintah memukul. Sebagaimana lanjutan Hadis di atas :

= Pukulah mereka karena tinggal shalat sedang mereka

berusia 10 tahun.
Hadis ini perintah memberikan hukuman bagi anak yang membangkang perintah atau melanggar
larangan. Pukul di sini maknanya adalah hukuman yang sesuai dengan kondisi, bisa jadi yang dipukul
adalah batinnya dengan cara diisolir atau sikap tak suka, sikap marah dan lain-lain. Atau diartikan
pukulan pada pisik jika diperlukan, yang pada perinsipnya anak mau merobah dirinya menjadi lebih baik
sesuai dengan perintah atau larangan. Kalau toh diartikan pukulan pisik adalah pukulan yang tidak
berbahaya tetapi bisa merobah sikap anak menjadi lebih baik. Hukuman pukul diberikan anak ketika
Siap UN Hadis Keagamaan 240

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

berusia 10 tahun, karena pada usia ini seorang anak pada umumnya sudah mampu tahan pukulan, asal
jangan dimuka. Al-`Alaq dalam Syarah al-Jm al-Shaghr berkata :





,















Yang dimaksud pukulan atau tamparan di sini pukulan yang tidak membahayakan, tetapi pukulan

mendidik yang berfungsi agar anak mengakui kesalahannya dan mau memperbaikinya. Dan pukulan
hendaknya jangan diarahkan

pada muka anak, karena

muka itu identik mental

dan kehormatan

seseorang. Jangan sesekali menjatuhkan mental atau kehormatan seorang anak, nanti jadinya anak
penakut, rendah diri dan lain sebagainya. Al-Khathabi memberikan komentar sebagaiu berikut :


Pukulan terhadap anak yang tinggal shalat pada usianya mencapai 10 tahun menunjukkan hukuman
yang berat bagi yang meninggalkannya.
c. Pendidikan seks
Hadis berikutnya pendidikam seks diberikan ketika berusia 10 tahun. Sebagaimana sabda beliau :

= Pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.

Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, dimaksudkan menghindari fitnah seks di tempat
tidur, karena usia 10 tahun ini usia menjelang baligh atau menjelang usia remaja. Perkembangan seksnya
mengalami perkembangan sebagaimana perkembangan jasmani, ruhani dan nafnasninya. Syeikh alManaw dalamn Fath al-Qadr Syarah al-Jmi al-Shaghr berkata bahwa pemisahan tempat tidur antar
mereka untuk menghindari gejolak syahwat seksual. Sabda beliau :




Dalam Hadis digabungkan antara perintah shalat dan perintah memisahkan mereka di tempat tidur
memberikan pelajaran mereka agar memelihara perintah-perintah Allah secara keseluruhan dan
memelihara hubungan baik antar sesama manusia. Tidur bersama antar saudara dalam satu tempat tidak
mendidik baik dan dikhawatirkan terjadi penyimpangan seks baik disengaja maupun tidak disengaja. AlThb berkata :





,



















,








Al-Thby berkata : Perintah shalat dan pemisahan tempat tidur di antara mereka di tempat tidur di usia
kecil digabungkan, karena memberi pelajaran etika serta memelihara perintah Allah secara keseluruhan dan
memberi pembelajaran serta hubungan antara makhluk dan agar mereka tidak terhenti pada tempat-tempat
yang mencurigakan, kemudian mereka meninggalkan hal-hal yang haram.
Siap UN Hadis Keagamaan 241

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

4. Kesimpulan :
a. Kewajiban orang tua perintah shalat kepada anak-anaknya dan kewajiban mengajarkan ilmu-ilmu
berkaitan dengan kewajiban shalat
b. Pendidikan secara keras dalam masalah kewajiban dan diberi hukuman jika diperlukan
c. Menjaga pekembangan anak dari hal-hal yang menimbulkan fitnah, terutama pada saat peralihan
remaja atau masa pubertas
d. Usia kritis (tamyz) dan usia serkolah 7 tahun dan usia pubertas awal menjelang baligh berusia 10
tahun

Pilihlah salah satu jawaban A,B,C, D atau E yang dianggap benar!


1. Kesimpulan hadis tentang tanggung jawab manusia adalah
A. setiap manusia pasti mempunyai tanggung jawab
B. sikap bertanggung jawab wajib ditunjukkan kepada orang lain
C. tidak semua orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya
D. di dunia semua orang harus bisa bertanggung jawab
E. bertanggung jawab adalah hak setiap manusia

2.





Hadis di atas mengandung kesimpulan bahwa kewajiban orang tua kepada anaknya mutlak dimulai dari
usia dini. Sedangkan materi yang pertama harus disampaikan adalah.............

A. cara belajar ilmu sains


B. cara belajar bahasa inggris
C. cara belajar sholat
D. cara belajar beladiri
E. cara belajar berpakaian
3.

Dari pandangan pendidikan keluarga hadis di atas menyatakan bahwa kewajiban anak untuk
menjalankan sholat adalah umur sepuluh tahun, jika batas usia tersebut belum juga menjalankannya,
maka orang tua perlu memakai cara atau methoda yang lain. Maksud hadis yang bergarisbawah pada
potongan matan di atas adalah ..........
A. hadiah
B. pujian
C. hukuman
D. peringatan
E. pukulan
4. Hadis di bawah ini melanjutkan cara orang tua mendidik anak untuk jenjang berikutnya
sesuai dengan perkembangan usia mereka adalah dengan cara memisahkan tempat tidur
di antara mereka. Maksud dari hadis tersebut adalah..................

Siap UN Hadis Keagamaan 242

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

A. pendidikan akhlak
B. pendidikan aqidah
C. pendidikan syariah
D. pendidikan seks
E. pendidikan politik
5.









Maksud lafadz yang bergarisbawah di atas adalah .............
A. memberitahu sholat
B. memaksa sholat
C. mengajarkan sholat
D. memerintah sholat
E. mengingatkan sholat

6.


Matan hadis di atas menjelaskan, bahwa tanggung jawab orang tua kepada anaknya yang utama adalah
memerintahkan sholat, pada saat mereka umur tujuh tahun. Hal tersebut ditunjukkan dengan kata
perintah pada lafadz yang bergaris bawah yang artinya......................
A. janganlah
B. perintahkanlah
C. jauhilah
D. ingatlah
E. segeralah

7.









Dalam proses tanggung jawab dalam sholat terhadap anak orang tua sekaligus menyampaikan tatacara
sholat sebagai mana yang telah ditunjukkan lafadz yang bergaris bawah pada hadis di atas yang
artinya.............
A. ajarilah
B. peliharalah
C. perintahkanlah
D. suruhlah
E. peringatkanlah

8.


Langkah selanjutnya sebagai bentuk tanggung jawab orang tua yang mendalam, jika proses sudah
diusahakan dengan maksimal kemudian hasilnya masih jauh dari harapan atau mengalami kendala, maka
sebagai orang tua mengambil langkah untuk memberi hukuman kepada anak yang belum mengikuti
ajaran dari orang tua. Bentuk hukuman tersebut ditunjukkan lafadz fiil amar (kata kerja perintah) dalam
matan hadis di atas yang berbunyi

artinya..................

A. jauhkanlah mereka
B. peliharalah mereka
Siap UN Hadis Keagamaan 243

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. pukullah mereka
D. ingatkanlah mereka
E. ancamlah mereka
9.


Langkah terakhir dalam proses tanggung jawab orang tua dalam keluarga dalam rangka pendewasaan
anak adalah menghindarkan mereka dari perbuatan zina, hal ini ditunjukkan dalam lafadz dalam bentuk
perintah pada matan hadis yang bergarisbawah yang artinya...........
A. jauhkanlah mereka
B. pisahkanlah mereka
C. buanglah mereka
D. usirlah mereka
E. pindahkanlah
10.

Hadis yang menjelaskan tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah memuat tiga perintah
yang sangat mendasar yang harus dipedomani bagi semua orang tua yang punyak anak. Hadis tersebut
diriwayatkan oleh........
A. Imam Bukhari
B. Imam Muslim
C. Imam Abu Dawud
D. Imam Nasai
E. Imam Tirmidzi

Siap UN Hadis Keagamaan 244

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Indikator :
13.3.

Menunjukkan perbuatan yang sesuai dengan hadis tentang tanggung jawab manusia
kepada keluarga.

1.

Bertanggung Jawab dalam Adab


















( )





1. Mufaradt

a.

= anak belum baligh, kata ghuln diucapkan untuk anak sejak lahir sampai dengan ihtilm

atau mimpin tanda baligh

b.

= pangkuan atau dalam asuhan dan pengawasan. Beliau

saw mengasuh Umar bin Abi

Salamah sebagaimana mendidik anak-anak.

c.

= berputar, berkeliling. Tangannya

mengelilingi atau mengitari makanan. Al-Asqalni

menjelaskan maknanya :

d.

= pada nampan dibawah atau lebih kecil dari al-Qashah. Shahfah porsi makan

untuk 5 orang, sedang Qashah untuk 10 orang

e.

= dari sesuatu (makanan) yang mendekati engkau

= makanku, sifat makanku.

2. Terjemahan
Dari Umar bin Abi Salamah berkata : Dulu ketika aku masih kecil di pangkuan Rasulillah saw dan ketika
tanganku mengitari piring, Rasulullah saw bersabda kepadaku : Wahai anakku, sebutlah nama Allah,
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat dengan kamu. Demikian itu selalu
menjadi etika makanku setelah itu. (HR. Muttafaq Alayh)
3. Penjelasan
Hadis menjelaskan adab makan. Bagaimana tanggung jawab orang tua atau guru terhadap keluarga
dan anak-anaknya dalam mengajarkan adab makan. Pengajaran dan bimbingan adab selalu dilakukan
Rasulillah saw terhadap anak asuhannya yakni Umar bin Abi Salamah yang masih usia anak belum baligh,
terutama ketika beliau melihat prilaku anak asuh kurang sopan atau tidak menjaga etika dan lain-lain. Hadis
di atas menceritakan kondisi anak asuh beliau ketika makan bersama Rasulullah saw tangannya mengitari
nampan untuk mengambil makanan secara merata baik yang jauh maupun yang dekat.
Siap UN Hadis Keagamaan 245

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Umar bin Abi salamah menggambarkan tangannya pad awaktu itu :

= Tanganku mengitari makanan yang ada di nampan

Arti mangitari mendatangai nampan di segala penjuru. Demikian makan Rasulullah saw secara
berjamaah, dalam satu nampan sekitar 5 orang sesuai dengan porsinya. Kata Shahfah memberikan
makna porsi nampan yang mengenyangkan sekitar 5 orang. Kondisi yang demikian inilah yang
menjadi latar belakang atau sebab datangnya Hadis (Asbab Wurud al-Hadis) berikutnya.
Kemudian beliau panggil Umar dengan panggilan kasih sayangnya dan diberi bimbingan pelajaran
adab makan sebagai berikut :
a.

Membaca basmalah
Sabda beliau :
Hai anakku ! sebutlah nama Allah, artinya membaca basmalah


ketika akan makan, yakni dengan bacaan


Minimal membaca

bismillah saja tanpa al-Rahmn dan al-Rahm. Sekalipun di sini perintah

basmalah ketikla akan makan karena konteksnya ketika makan, tetapi maksudnya juga ketika akan
minum. Para ulama sepakat bahwa sunah hukum membaca basmalah ketika akan makan atau minum.
Al-Nawawi mengatakan sunahnya membaca basmalah ketika akan makan minum dan sunah membaca
hamdalah pada akhirnya. Himahnya akan membawa barakah, qanaah dan selamatt dari gangguan
syetan. Dalam kitab Nuzhat al-Muttaqn 1/599 disebutkan sebagai berikut :








:





.











Al-Nawawi berkata : Sunahnya membaca basmalah pada permulaan makan disepakati para ulama,
demikian juga membaca hamdalah pada akhir makan. Hikmah membaca basmalah membawa berkah,
mengundang sifat qanaah (menerima yang ada) dan tidak rakus.
Makanan yang tidak dibacakan dzikir atau basmalah ditempati syetan. Sebagaimana pernyataan
Hadis Rasulillah saw

( )









Siap UN Hadis Keagamaan 246

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Dari Hudzayfah berkata : Kami pernah ketika menghadiri makan bersama Nabi saw kami tidak
menyantapnya sehingga Nabi memulai menyantapnya. Kami pernah menghadiri jamuan bersama beliau
pada suatu ketika. Tiba-tiba datanglah seorang anak wanita seperti ada

yang mendorongnya. Dia

mengulurkan tangannya untuk mengambil makanan untuk disantapnya. Lalu Rasulullah saw memegang
tangannya. Kemudian datang lagi seorang Badui seolah-olah didorong, kemudian beliau pegang
tangannya. Beliau bersabda : Sesungguhnya setan makan makanan yang tidak disebut nama Allah. Setan
itu datang bersama seorang anak gadis ini untuk menyantapnya, maka aku pegangang tangan gadis ini.
Kemudian setan datang bersama seorang Badui untuk menyantapnya, aku pegang tangannya. Denmi Dzat
jiwaku di bawah kekuasaan-Nya ; Sesungguhnya tanganku memegang tangan orang Badui dan tangan si
gadis. (HR. Muslim)
Jika seseorang lupa tidak membaca basmalah pada awal makan hendaknya tidak membaca
basmalah secara lengkap sebagaimana di atas. Tetapi diganti dengan membaca ;


Kalau dibacakan dzikir atau basmalah sempurna di tengah tengah makan pada saat ingat tidak
membaca, syetan memuntahkan makanannya di piring makanan kita dan kita makan muntahan syetan.
Sebagaimana Hadis Nabi :


()
Dari Aisyah ra berjata : Rasulullah saw bersabda : Jika makan salah seorang di antara kamu akan
suatu makanan, hendaklah membaca basmalah. Jika lupa pada awalnya, hendaklah membaca Dengan
nama Allah pada awal dan akhirnya. Dan dengan sanad ini pula dari Aisyah berkata : Rasulillah saw
pernah makan bersama 6 orang sahabat. Tiba-tiba datang seorang Arab Badui makan dua suapan.
Kemudian beliau bersabda : Sesungguhnya jika ia membaca basmalah, sungguh cukup atas kamu. (HR
al-Turmudzi)
b.

Makan dengan tangan kanan


Perintah makan dengan tangan kanan. Sungguh ini merupakan penghargaan bagi manusia ketika
menyentuh atau memegang benda yang bersih atau terhormat selalu menggunakan tangan kanan seperti
makan, minum, berjabatan tangan, memberi atau menerima sesuatu dan lain-lain. Ketika menyentuh atau
memegang benda yang kotor menggunakan tangan kiri seperti istinjak (cebok) atau memegang benda
najis dan lain-lain.
Dalam riwayat Imam Muslim pernah ada seorang laki-laki makan dengan tangan kiri di hadapan
Rasulillah saw kemudian diperintah beliau agar makan dengan tangan kanan. Laki-laki tersebut bilang :

Siap UN Hadis Keagamaan 247

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Tidak bisa makan dengan tangan kanan. Tetapi sebenarnya hanya karena gengsi atau kesombongan saja.
Akhirnya tangannya menjadi semple tidak bisa diangkat. Renungkan Hadis berikut ini :









)






(
Dari Iyas bin Salamah bin al-Akwa, bahwa ayahnya memberitakan, bahwa ada seorang laki-laki
makan di sisi Rasulillah saw dengan tangan kirinya. Kemudian beliau bersabda : Makanlah dengan
tangan kananmu. Laki-laki itu menjawab : Aku tidak mampu. Beliau bersabda : Bener engkau
tidak mampu. Tidak ada yang mencegahnya melainkan kesombongan. Be;iau bersabda : Laki-laki
itu tidak dapat mengangkat tangannya ke arah mulutnya. (HR. Muslim)
c.

Makan yang ada didekatnya.


Di antara adab makan adalah makan makanan yang ada di dekatnya sebagaimana sabda beliau :

= makanlah makanan yang dekat kamu.

Para ulama berpendapat konteks Hadis ini jika jenis makanan yang ada di sekitarnya sama. Jika
berbeda macam makanan boleh saja memilih sesuai dengan selera asal tidak menampakkan
kerakusannya.
Demikian adab makan yang diajarkan Rasulillah saw kepada Umar bin Abi Salamah pada saat
kecilnya, sehingga pendidikan seperti tersebut membawa kesan yang cukup kekal dan tidak akan
dilupakan untuk selamanya untuk diamalkan.
4. Kesimpulan :
a.

Tanggung jawab pengasuh atau pendidik dalam memberi pembelajaran kepada anak didiknya tentang
adab makan dalam Islam.

b.

Di antara adab makan dan minum adalah membaca basmalah ketika akan makan dan minum, makan
dengan tangan kanan dan makan makanan yang dekat saja.

c.

Tawadhu Nabi saw yang mau makan bersama anak kecil dalam satu piring atau nampan.

Pilihlah salah satu jawaban A,B,C, D atau E yang dianggap benar!


1. Orang tua apabila menyuruh anaknya berbuat maksiat dan musyrik maka sebaiknya sikap
anak.
A. Melawan dan tidak mengikutinya
B. Mengikuti perintahnya
C. Melawan dan menentang
D. Tidak mengikuti perintah tapi menghormati
E. Selalu mengikutinya
2. Kewajiban mendidik anak yang paling utama berada pada ...
A. kedua orang tuanya
B. bapak ibu guru
Siap UN Hadis Keagamaan 248

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

C. masyarakat sekitar
D. pimpinan negara
E. pimpinan masyarakat
3. Peninggalan orang tua kepada anaknya yang paling bermanfaat adalah .
A. harta yang banyak
B. kesehatan jasmani
C. kesehatan rohani
D. rumah yang mewah
E. ilmu pengetahuan
4.







Hadis di atas artinya adalah Tanganku mengitari makanan yang ada di nampan
Maksud kata Shahfah pada hadis di atas adalah ..............
A. memberikan makna porsi nampan yang mengenyangkan
B. memberikan makna porsi nampan yang mengenyangkan
C. memberikan makna porsi nampan yang mengenyangkan
D. memberikan makna porsi nampan yang mengenyangkan
E. memberikan makna porsi nampan yang mengenyangkan

5.

sekitar 5 orang.
sekitar 10 orang
sekitar 15 orang
sekitar 20 orang
seluruh sahabat nabi

Bentuk perilaku sesuai dengan teks hadis di atas adalah .................


A. makan dengan tangan kanan
B. makan diawali dengan basmalah
C. makan dengan secukupnya
D. makan jika lapar berhenti sebelum kenyang
E. makan sekenyang-kenyangnya
6.

Perilaku

yang

ditunjukkan

adalah ...................
A. memulai makan dengan
B. memulai makan dengan
C. memulai makan dengan
D. memulai makan dengan
E. memulai makan dengan
7.

ketika

akan

makan

sesuai

dengan

hadis

di

tangan kanan
cuci tangan
minum air putih
membaca basmalah
menekuk kaki sebelah

Sedangkan adab makan yang ditunjukkan pada hadis di atas adalah ....
A. mengakhiri dengan cuci tangan
B. mengakhiri dengan membaca hamdalah
C. mengakhiri dengan syukur
D. mengakhiri dengan mencuci piring
E. mengakhiri dengan minum air putih

8.









Menurut hadis di atas menunjukkan suatu pelajaran bagi perilaku mendidik anak yaitu

membaca basmalah memberikan hikmah atau ibrah yang dapat diambil diantaranya ......
A. berkah, mengundang sifat qanaah (menerima yang ada) dan tidak rakus.
B. berkah, mengandung sifat istiqomah dan tidak rakus
C. berkah, mengandung sifat syukur dan tidak tamak
D. berkah, mengandung sifat jujur dan tidak bohong
E. berkah, mengandung sifat qonaah dan tidak menipu.
9.

Siap UN Hadis Keagamaan 249

atas

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Rasulillah saw mengajarkan pada kepada Umar bin Abi Salamah adab makan saat kecilnya, sehingga
pendidikan seperti tersebut membawa kesan yang cukup kekal dan tidak akan dilupakan untuk selamanya
untuk diamalkan.
Adab makan yang dimaksud menurut hadis di atas adalah...............
A. makan dengan yang enak-enak
B. makan dengan tangan kanan
C. makan dengan mengambil yang terdekat
D. makan dengan yang ringan-ringan
E. makan dengan diawali membaca basmalah
10. Di antara tawadhu Nabi saw yang mau makan bersama anak kecil adalah....
A. makan dalam satu piring atau nampan
B. makan dalam satu kamar
C. makan dalam satu meja
D. makan dalam satu majlis
E. makan dalam satu jamaah
----------------------------------------------

Siap UN Hadis Keagamaan 250

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

SKL 14
HADIS TENTANG POTENSI AKAL
DAN ILMU

Standar Kompetensi Lulusan :


14.

Memahami hadis tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta potensi akal

Indikator :
14.1.Menentukan hadis atau maknanya tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
14.2.Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan hadis tentang pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
14.3.Menjelaskan fungsi akal dalam mempelajari ilmu-ilmu Allah sebagaimana yang ada di suatu
hadis.

Siap UN Hadis Keagamaan 251

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

INDIKATOR
14.1.Menentukan hadis atau maknanya tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

A. Potensi Ilmu


























( )





1. Mufradt
a.

= suatu jalan sedang kata tharqan kedua dimaksudkan amal shaleh
b.
= mencari
c.

= meletakkan atau menghamparkan

d.
jamak dari kata

= ikan
e.

jamak dari
f.

= bintang

= dengan bagian yang sempurna

2. Terjemahan
Dari Abi Darda berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Barang siapa yang menempuh suatu
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan sutu jalan ke surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan
sayapnya karena rida terhadap pencari ilmu dan sesungguhnya orang alim itu dimohonkan pengampunan
oleh makhluk di langit dan di bumi sehingga ikan dalam air. Keutaman orang alim terhadap ahli ibadah
bagaikan bagaikan keutamaan bulan terhadap sekalian bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para
nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham sesungguhnya mereka hanya
mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya, berarti telah mengambil bagian yang sempurna. (HR.
al-Turmudzi)
3. Penjelasan
Pada Hadis ini Rasulullah saw menjelaskan tentang potensi ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh
setiap manusia, karena ilmu inilah yang menjadi pokok dan dasar segala perkara baik duniawi maupu
ukhrawi, bahkan ilmu juga sebagai prasyarat segala keutamaan. Dalam sejarah Adam pernah kontes dengan
malaikat, ketika malaikat mempersoalkan mengapa Adam dijadikaan Khalifah di atas bumi ini. Adam
Siap UN Hadis Keagamaan 252

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

diajarkan Allah tentang pengetahuan nama-nama benda yang ada di atas bumi ini sedang malaikat tidak.
Adam tentunya tidak mengetahui nama-nama benda itu karena tidak diajarkan kepadanya, sementara Adam
mengetahuinya dengan terampil. Di sinilah kedudukan Adam terangkat mengalahkan malaikat bahkan
menjadi alasan mengapa Adam dijadikan khalifah di atas bumi ini tidak lain karena ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Perhatikan dialog antara Tuhan dan Malaikat yang disebutkan firman Allah dalam QS. AlBaqrah/2:31-32 :



Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu
orang yang benar!"









Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa manusia dengan pengetahuannya dapat unggul derajatnya
dari makhluk lain dan manusia dengan pengetahuannya itu dapat melayani segala kebutuhannya.

1. Hadis di bawah ini Rasulullah saw menjelaskan tentang potensi ilmu pengetahuan yang harus
dimiliki oleh setiap manusia, karena ilmu inilah yang menjadi pokok dan dasar segala permasalahan
baik duniawi maupun ukhrawi, bahkan ilmu juga sebagai prasyarat segala keutamaan.















()







Tentukan makna matan pada hadis yang bergarisbawah di atas !
A.

memiliki ilmu tentang cara berjalan

B.

mencari imu di perjalanan

C.

mempelajari ilmu tentang suluk


D. Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan sutu
jalan ke surga
E. melangkahkan kaki ke tempat belajar, untuk menuntut ilmu
2. Matan hadis di bawah ini mengandung arti, bahwa orang yang suka menempuh ilmu akan.......




A. diberi pahala oleh Allah yang berlipat ganda
B. dilimpahkan rizki oleh Allah
C. dimasukkan oleh Allah ke dalam syurga
D. dimudahkan oleh Allah jalan menuju syurga
E. dimudahkan oleh Allah jalan yang sangat luas
Siap UN Hadis Keagamaan 253

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

3. Perhatikan potongan matan hadis di bawah ini !



maksud lafadz yang bergarisbawah pada hadis di atas adalah...............
A. menuntut ilmu
B. mencari nafkah
C. mencari pekerjaan
D. menuntut hak
E. melaksanakan kewajiban

4. Arti dari matan hadis berikut ini adalah Allah mudahkan jalan baginya ke surga.


apa maksud Allah memudahkan jalan baginya ke syurga ?
A. ilmu yang dimanifestasikan dalam bentuk amal saleh yang bermanfaat bagi dirinya maupun untuk
orang lain
B. ilmu yang didapat dari taqlid dan plagiat
C. ilmu yang diamalkan
D. amal saleh karena ilmu yang akan menyampikan ke surga
E. ilmu yang didapat dari ketulusan walaupun berat cara menempuhnya.
5. Sedangkan kata ilmu dalam matan hadis di sini juga bersifat umum karena berbentuk isim nakirah
(ilman) maksudnya adalah ................


A. ilmu apa saja yang bermanfaat secara syara (agama) baik ilmu syara maupun ilmu pendukung
sayara
B. ilmu kekebalan tubuh agar terhindar dari bahaya yang megintai
C. ilmu sains agar bisa menguasai teknologi
D. ilmu antariksa agar bisa menguasai luar angkasa
E. ilmu nujum agar bisa memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang.
6. Arti dari matan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di bawah ini adalah ..............





A. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para sahabat
B. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para tabiin
C. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para tabiin-tabiin
D. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para mujahid
E. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para nabi

7. ...
...
Kata yang bergaris bawah artinya ..
A. mengangkat derajat orang yang berilmu
Siap UN Hadis Keagamaan 254

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B. melebarkan sayapnya
C. merendahkan orang-orang yang berilm
D. merendahkan sayapnya
E. meninggalkan sayapnya

8.

Kesempurnaan matan hadis di bawah ini adalah


.....

A.
B.

C.

D.

E.

9. Nabi Muhammad SAW mengibaratkan seorang ulama dengan seorang abid bagaikan .
A. bintang
B. matahari dengan bintang
C. bulan
D. bulan dan matahari
E. bulan dan bintang
10. Nabi Muhammad SAW bersabda para malaikat turut bergembira menyaksikan orang yang
A. bershadaqah
B. beramal shaleh
C.

menuntut ilmu

D. beribadah
E. tolong-menolong

INDIKATOR
14.2.Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan hadis tentang pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Siap UN Hadis Keagamaan 255

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

















( )

Hadis di atas memberikan motivasi potensi ilmu manakala dimiliki oleh manusia akan mendaptkan

keuntungan-keuntungan yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Untuk lebih jelasnya berikut ini
berbagai potensi ilmu bagi penuntutnya :
a.

Penuntut ilmu dimudahkan jalannya


Sebagaimana sabda Nabi saw di atas,

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, akan ditempuhkan jalan kesurga.
Maksud menempuh suatu jalan bersifat umum dalam menuntut ilmu sebagaimana yang ditunjuki
kata thariqan berbentuk isim nakirah (isim bersifat umum). Maksud keumuman jalan yang ditempuh
dalam menuntut ilmu adalah jalan apa saja, dalam keadaan bagaimana saja, di mana saja dan kapan
saja yang penting menuntut ilmu. Sebagai balasannya, Allah menempuhkan dalam riwayat lain :

=Allah mudahkan jalan baginya ke surga.

Maksud jalan ke surga adalah amal saleh karena ilmu yang akan menyampikan ke surga adalah ilmu
yang diamalkan yakni dimanifestasikan dalam bentuk amal saleh yang bermanfaat bagi dirinya maupun
untuk orang lain. Jadi hanya ilmu yang diamalkan yang dapat mengantar seseorang masuk ke dalam
surga. Sedangkan kata ilmu di sini juga bersifat umum karena berbentuk isim nakirah (ilman) yakni
ilmu apa saja yang bermanfaat secara syara (agama) baik ilmu syara maupun ilmu pendukung sayara.
Ilmu syara seperti ilmu-ilmu agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan sedang ilmu
pendukung seperti ilmu-ilmu pengetahuan saint dan teknologi. Semuanya asal diniatkan dengan baik
yakni untuk memperkuat keimanan dan untuk mendekatkan diri kepada Allah termasuk yang menuju
surge-Nya.
b. Dimuliakan para malaikat
Pencari ilmu dimuliakan dan dihormati para malaikat dengan cara menghamparkan sayapnya untuk
dihuni oleh para penuntut ilmu. Penghormatan para malaikat ini menunujukkan keagungan penuntut
ilmu dan pekerjaan menuntut ilmu adalah pekerjaan

yang paling baik dan paling mulia. Nabi

bersabda :

= Sesungguhnya malaikat

meletakkan sayapnya karena rida terhadap pencari ilmu


Makna malaikat menghamparkan sayapnya untuk penuntut ilmu ada dua makna :
1) Makna hakiki, yakni para malaikat memang benar-benar menghamparkan sayapnya, karena
dalam beberapa periwayatan malaikat mempunyai banyak sayap, hanya kita manusia tidak
melihat bagaimana bentuk sayaapnya. Kita hanya mempercayai bahwa malaikat
menghamparkan sayapnya untuk penuntut ilmu
2) Makna majazi (kiasan), menghamparkan sayap berarti merendahkan sayap karena hormat dan
kasih sayang kepada para penuntut ilmu sebagaimana diterangkaan dalam QS. Al-Isra/17 : 24

Siap UN Hadis Keagamaan 256

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah:"Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil". (QS. 17:24)
Kata janah al-dzulli pada mulanya berarti sayap kehinaan kemudian dalam kontek ini
diartikan kasih sayang, karena biasanya orang hormat itu merendahkan pundak atau sayapnya.
Barangkali kedua makna tersebut dapat dikompromikan

bahwa

para

malaikat

menghamparkan sayapnya karena hormat dan rida terhadap apa yng diperbuatnya. Para penunutut
ilmu yang dimuliakan para malaikat adalah mereka

yang sungguh-sungguh mempelajari dan

memahami ayat-ayat Allah baik ayat-ayat kawniyah (alam) maupun ayat-ayat Quraniyah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Kalau para malaikat saja makhluk yang paling suci di antara sekian
makhluk sudah menunjukkan hormatnya bagaimana keadaan sebagian orang yang tidak hormat
bahkan membenci, menghalang-halangi penuntut ilmu. Ibnu Masud berkata dalam kitab Jamu alJawami karya al-Suyuthiy :


Jadilah engkau orang alim atau pelajar atau pendengar dan jangalah menjadi orang keempat, maka
engkau binasa.
Tingkatan ilmiah manusia ada lima sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang ada yaitu
sebagai berikut :
1) menjadi orang alim, tingkatan yang paling tinggi tugasnya menjadi pengajar terhadap orang
lain
2) Pelajar, mencatat, menulis, mengkaji, memahami dan mengamalkan
3) Pendengar yang setia sekalipun tidak biasa membaca dan menulis
4) Pencinta ilmu dan pencinta orang-orang yang mencari ilmu
5) Tidak semaunya, yakni tidak alim, tidak mutaallim, tidak mustami dan tidak pencinta.
Lima tingkatan di atas adalah merupakan pilihan yang disesuaikan dengan kemammpuan,
tetapi pengecualian keras adalah kelima, janganlah engkau orang kelima makan engkau
binasa rugi dunia dan akhirat.
c.

Dimohonkan pengampunan makhluk di langit dan bumi


Penuntut ilmu dimohonkan pengampunan oleh makhluk yang berada di atas bumi dan di langit
termasuk ikan-ikan di laut. Sabda Nabi pada Hadis di atas :

= dan sesungguhnya orang alim itu dimohonkan pengampunan oleh makhluk

di langit dan di bumi sehingga ikan dalam air.

Siap UN Hadis Keagamaan 257

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Kita tidak heran jika segala benda itu memohonkan pengampunan, karena benda-benda itu biasa
berkomunikasi dengan bahasanya sndiri. Segala benda atau makhluk yang ada di muka bumi dan langit
ini selalu mensucikan Allah (membaca tasbih) dan dapat membaca istighfar sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al-Isra /17 : 44 :

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada
suatupun melainkan nertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Permohonan pengampunan terhadap orang alim tersebut sebagai balasan syukur makhluk atas
jasa para ulama. Di antara jasa para ulama terhadap mereka yang paling besar adalah membuat
ketentraman dan kenyamanan mereka di dunia ini. Misalnya, ulama mengatakan tidak boleh menebang
pohon sembarangan tanpa ada keperluan, tidak boleh menyiksa binatang sekalipun akan disembelih,
tidak boleh membunuh binatang tanpa ada tujuan, tidak boleh meracuni binatang di air tanpa ada
tujuan yang diperbolehkan dan lain-lain.
d. Bagaikan bulan
Orang berilmu atau orang alim lebih utama dari pada orang ahli ibadah tetapi tidak alim, sabda Nabi
saw :

Keutamaan orang alim terhadap abid (ahli ibadah) bagaikan cahaya bulan terhadap bintang-bintang
di langit.
Tentunya cahaya bulan lebih terang, lebih besar memberi dan lebih bermanfaat di alam jagat raya
ini dibandingkan dengan cahaya bintang sekalipun banyak. Orang alim dengan ilmunya itu bermanfaat
untuk dirinya dan untuk orang lain. Kemanfaatan ilmu terhadap orang lain lebih bermanfaat katimbang
abid yang beribadah yang kemanfaatannya untuk dirinya sendiri. Orang alim dengan ilmunya dapat
menangkis godaan dan rayuan yang menyesatkan sementara orang abid yang tidak alim dikhawatirkan
tersesat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Manqib al-Syeykh Abd al- Qdir al-Jaylaniy. Pada suatu
malam seorang ahli ibadah didatangi setan pura-pura menjadi Tuhan naik di atas loteng kemudian
berkata : Wahai hambaku yang saleh ahli ibadah, berhentilah dari ibadahmu karena kamu sudah saya
ampuni segala dosamu dan nanti saya jamin masuk surga. Seorang abid mendengar uraian syetan
tersebut percaya dan berhenti dari ibadah. Kemudian syetan mendatangi orang alim yang sedang salat
sekalipun tidak ahli ibadah. Setan melakukan seperti apa yang dilakukan terhadap abid tersebut, naik di
atas loteng mengaku menjadi Tuhan dan mengampuni. Orang alim selesai salat mengambil pedang
mengejar setan akan dicincang-cincang, karena dengan ilmunya mengetahui bahwa Tuhan itu tidak
dapat dilihat dengan mata kepala dan Tuhan tidak mungkin menyuruh berhenti ibadah.
Dengan demikian potensi ilmu sangat penting bagi semua umat manusia baik yang ahli ibadah
maupun tidak. Ia bagaikan petunjuk, obor, sinar, cahaya yang menerangi lingkungan di sekitarnya.
Ibarat manusia hidup di dunia berjalan pada malam hari. Manusia yang berilmu bagaikan membawa
obor atau bulan pada malam hari yang gelap gulita tentunya dapat melihat jalan mana jalan yang baik
Siap UN Hadis Keagamaan 258

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

dan mana jalan yang rusak sehingga selamat dalam perjalanan. Sedangkan orang yang tak berilmu
sekalipun abid bagaikan berjalan malam hari tidak membawa obor sekalipun ada bintang kondisi
lingkungan sekitrnya masih kegelapan.
e.

Pewaris para nabi


Tingkatan orang berilmu atau para ulama sangat tinggi karena mereka menjadi pewaris para nabi.
Nabi bersabda :



Sesungguhnya para ulama itu pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan
dinar dan dirham sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya,
berarti telah mengambil bagian yang sempurna.
Pernyataann Nabi ini membanggakan para ulama, karena merekalah yang dinyatakan pewaris
para Nabi bukan keluarganya seperti anak dan istrinya. Maksud pewaris di sini adalah pawaris dalam
bidang ilmu bukan harta benda. Sebagaimana yang disabdakan beliau sendiri, bahwa para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, sesunguhnya mereka mewariskan ilmu. Warisan ilmu adalah sebaik-baik
warisan, karena ilmu ini sebagai alat bagaikan pesau untuk mencari sesuatu atau mencapai tujuan dan
atau memotong sesuatu. Warisan harta benda akan habis, sedangkan warisan ilmu kekal abadi dan
bahkan semakin bertambah. Warisan harta akan membuat pertengkaran dan percekcokan kalau bukan
pada keluarga yang saleh. Sedangkan warisan ilmu akan menyatukan dan mempersaudarakan antara
keluarga. Oleh karena itu pada kahir Hadis Nabi bersabda : Barang siapa yang mengambil warisan para
nabi berarti mengambil bagian yang sempurna.
Ilmu yang diwariskan para ulama banyak ragamnya baik menyangkut saint, teknologi maupun ilmu
syara sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat atau umatnya. Misalnya ilmu pertukangan seperti
tongkat bagi Nabi Musa dan kapal atau perahu bagi Nabi Nuh. Penternakan, seperti ular bagi Nabi
Musa, burung bagi Nabi Ibrahim dan onta bagi Nabi Shaleh. Kedokteran bagi Nabi Isa dan al-Quran
bagi Nabi Muhammad saw. Semua ilmu tersebut warisan para nabi dan sangat relevan dengan
perkembangan zaman sepanjang masa, asal dicari dan dilakukan semata mencari rida Allah dan untuk
mendekatkan diri kepada Allah sawt.
Kesimpulan
a. Ilmu sangat potensial dalam kehidupan manusia karena ia dasar mencapai segala kesejahteraan dan
kebahagiaan dunia da akhirat.
b. Pencari ilmu dimudahkan jalannya menuju kebahagian ke surga asal dengan tulus

ikhlas dan

mempunyai tujuan yang baik


c. Pencari ilmu dan orang alim disayang dan dihormati para malaikat dan makhluk di alam jagat raya
d. Orang alim lebih utama dari pada abid

karena kemanfaatan ilmu menjalar kepada orang lain

sementara abid maanfaatnya hanya untuk diri sendiri.

Siap UN Hadis Keagamaan 259

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

1. Yang merupakan potensi dari ilmu sesuai dengan matan hadis yang bergarisbawah di bawah ini
adalah ................


()
A. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya karena ridha terhadap pencari ilmu
B. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya karena tidak rela terhadap pencari ilmu
C. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya karena marah terhadap pencari ilmu
D. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya karena tidak peduli terhadap pencari ilmu
E. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya karena memberi hadiah terhadap pencari ilmu
2. Yang merupakan salah satu syarat perilaku orang yang di mudahkan oleh Allah sesuai dengan potongan
matan hadis di bawah ini adalah....


A. seseorang harus mempunyai ilmu
B. seseorang harus mempunyai harta
C. seseorang harus mempunyai kedudukan
D. seseorang harus mempunyai anak banyak
E. seseorang harus mempunyai derajat yang tinggi
3. Yang merupakan perilaku orang yang di mudahkan oleh Allah sesuai dengan potongan matan hadis di
bawah ini adalah....


A. dimudahkan oleh Allah jalan ke syurga
B. dimudahkan oleh Allah jalan ke neraka
C. dimudahkan oleh Allah jalan ke kufuran
D. dimudahkan oleh Allah jalan ke sesatan
E. dimudahkan oleh Allah jalan ke dholiman
4. Maksud yang terkandung perilaku orang yang berilmu menurut potongan matan hadis di bawah ini
adalah .....


A. dilindungi oleh malaikat
B. diganggu oleh malaikat
C. diawasi oleh malaikat
D. diletakkan sayap oleh malaikat
E. diterbangkan oleh malaikat
Siap UN Hadis Keagamaan 260

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5. Perhatikan potongan matan hadis berikut !



A. Perilaku orang yang berilmu menurut potongan hadis
yang bergarisbawah di atas adalah ......
B. akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di bumi dan di langit.
C. akan dimohonkan ampun oleh malaikat akan dimohonkan ampun oleh binatang
D. akan dimohonkan ampun oleh tumbuh-tumbuhan
E. akan dimohonkan ampun oleh manusia semua
6. Keutamaan orang alim terhadap abid (ahli ibadah) menurut hadis di bawah ini adalah .......


A. bagaikan cahaya bulan terhadap bintang-bintang di langit
B. bagaikan cahaya lampu terhadap ruangan yang gelap
C. bagaikan cahaya matahari terhadap bumi
D. bagaikan cahaya bintang terhadap langit
E. bagaikan cahaya bulan terhadap bumi
7. Menurut hadis di bawah ini tingkatan orang berilmu atau para ulama sangat tinggi karena mereka
menjadi pewaris para nabi



A. mereka menjadi pewaris para nenek moyang
B. mereka menjadi pewaris para nabi
C. mereka menjadi pewaris para pejuang
D. mereka menjadi pewaris para sahabat
E. mereka menjadi pewaris para tabiin tabiin
8. Perbedaan orang alim dengan abid dari segi manfaat ilmunya adalah ...... karena kemanfaatan ilmu
menjalar kepada orang lain sementara abid maanfaatnya hanya untuk diri sendiri
A. orang alim kemanfaatan ilmu hanya untuk diri sendiri sementara abid maanfaatnya menjalar kepada
orang lain
B. orang alim kemanfaatan ilmu menjalar kepada orang lain sementara abid maanfaatnya hanya untuk
diri sendiri
C. orang alim kemanfaatan ilmu menjalar kepada orang lain sementara abid maanfaatnya juga untuk
orang lain.
D. orang alim kemanfaatan ilmu menjalar kepada diri sendiri sementara abid maanfaatnya juga untuk
diri sendiri
E. orang alim kemanfaatan ilmu menjalar kepada orang lain sementara abid maanfaatnya hanya untuk
orang lain.
9. Hubungan alam di langit dan dibumi mendoakan kepada orang alim adalah kecuali..............
A. alam tidak dirusak manusia demgan adanya orang alim
Siap UN Hadis Keagamaan 261

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B. alam selamat dan tenang dengan adanya orang alim


C. Kehidupan alam selamat dan aman dengan adanya orang alim
D. alam binasa dan hancur sekalipun ada orang alim
E. Alam ikut bertasbih karena ada orang alim
10. Rasulullah saw menjelaskan dalam Hadisnya, bahwa di antara tanda-tanda kiamat sudah dekat manakala
ilmu telah menghilang dari bumi. Hilangnya ilmu tersebut karena :
A. sedikit orang yang mencari ilmu agama
B. meningggalnya para ulama
C. manusia lebih mencintai ilmu pengetahuan (saint) dari pada agama
D. orang-orang lari atau tidak mau belajar ilmunya ulama
E. orang yang tidak mau belajar di pesantren.

INDIKATOR
14.3.Menjelaskan fungsi akal dalam mempelajari ilmu-ilmu Allah sebagaimana yang ada di
suatu hadis.

Potensi Akal




( )













1. Mufradt
a.

b.

= seseorang (asalnya seorang laki-laki)


= kehormatan dirinya

Siap UN Hadis Keagamaan 262

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

c.

= kedudukannya

2. Terjemahan
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw bahwa beliau bersabda : Kemuliaan seseorang bergantung pada
agamanya, kehormatan diri bergantung pada akalnya, dan kedudukannya pada akhlaknya. (HR. Ahmad)
3. Penjelasan
Rasulullah saw menjelaskan dalam Hadis di atas bahwa kemuliaaan seseorang tidak terletak pada
harta kekayaan, kecantikan, ketampanan dan kegantengan seseorang, akan tetapi terletak pada agamanya.
Kehormatan diri seseorang bergantung pada akal kecerdasannya dan kedudukannya bergantung pada akhlak.
Pada Hadis di atas ada 3 hal yang diperlukan seseorang untuk mencapai kesempurnaan hidup sebagai
manusia yang termulia, bermuruah dan bermartabat. Untuk mencpai 3 hal tersebut juga dengan 3 hal yaitu
agama, akal dan akhlak. Untuk lebih jelasnya 3 hal tersebut akan diterangkan secara mendalam yaitu sebagai
berikut :
a. Agama
Manusia menjadi terhormat apabila beragama dan mematuhi aturan agamanya karena agama inilah
yang mengatur kehidupan manusia menjadi terhormat dan tidak tersungkur menjadi terhina. Kehidupan
manusia memang tidak seperti binantang atau makhluk lain, karena agama ini. Agama adalah keyakinan
terhadap kebenaran yang hakiki dan menjalankan segala perintah Tuhan serta menjauhi segala laranganNya. Secara etimologi, selamat, damai/aman, patuh dan tunduk dan secara terminologi Syara, Islam
adalah mengesakan Allah, tunduk, patuh dan tulus kepada-Nya, percaya kepada pokok-pokok agama
yang datang dari pada-Nya (Afif Thabbarah, 13-14)
Segalah perintah Tuhan itu adalah kebaikan yang membawa maslahat dan kesejahteraan hidup
manusia sedang segala larangan itu mengandung mafsadat yang merendahkan derajat manusia. Dalam
agama tidak ada perintah keburukan atau perintah perbuatan yang merugikan. Demikin juga dalam agama
tidak ada larangan sesuatu yang baik atau yang mengandung maslahat.

Seseorang yang melanggar

agama dalam hidupnya tidak mendapatkan kemuliaan dunia akhirat.


b.

Akal kecerdasan
Kehormatan dan harga diri seseorang ditentukan oleh kecerdasan akalnya. Manusia adalah makhluk
yang paling cerdas di antara sekian banyak makhluk. Dengan akalnya inilah manusia dapat menguasai
ilmu pengetahuan yang kemudian dapat mengungguli makluk lain termasuk malaikat. Oleh karena itu
manusia wajib bersyukur atas nikmat yang besar ini dengan menjaga baik-baik tidak boleh dirusak
dengan cara apapun dan haram hukumnya minum-minuman keras yang memabukkan dengan alas an
merusaak akal.
Manusia dengan akalnya dapat menyaingi makhluk-makhluk lain apapun bentuk kelebihan makhluk
lain. Misalnya binatang yang mampu membuat rumah di dalam tanah seperti semut dan sebangsanya
manusia dengan akalnya juga mampu membuat terowongan-terowongan. Manusia yang terkalahkan kuda
dalam lari cepat manusi dengan akalnya mempunyai kreatif membuat sepeda, motor dan mobil. Burung
yang terbang dengan sayapnya, manusia dengan akalnya mampu membuat pesawat terbang. Ikan yang
tinggal di dalam air dan menyelam di dalamnya, manusia dengan akalnya mampu membuat kapal selam
dan seterusnya. Bahkan dengan akalnya pula manusia mampu terbang ke planit-planit lain yang dulunya
mustahil ditaklukkan manusia dengan menggunakan pesawat-pesawat yang canggih dan mampu
Siap UN Hadis Keagamaan 263

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

berkomunikasi dengan orang lain dalam jarak jauh. Itulah di antara peran akal yang menyertai manusia
untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan akal manusia dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah dan dengan akal pula
manusia dapat menyeleksi perbuatan mana yang bermanfaat dan perbuatan mana yang madharat.
c.

Akhlak
Kedudukan manusia juga ditentukan oleh akhlakanya. Jika seseorang berakhlak yang baik, maka ia
bermartabat mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan manusia. Sebaliknya jika ia tidak berakhlak,
maka tidak punya kedudukan di antara mereka. Dengan demikian manusia dilihat dari akhlaknya bukan
yang lain. Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan Muslim daru Abi Hurayrah Nabi saw bersabda :



Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk gambarmu dan tidak melihat harta benmdamu, akan tetapi
melihat hati kamu dan amal perbuatan kamu. (HR. Muslim)
Hanya akhlak dan amal perbuatan manusia yang dipandang Allah bukan yang lain. Artinya
sekalipun seorang yang berwajah cantik tetapi tak berakhlak, berpangkat tetapi tidak berakhlak, orang
kaya raya tetapi tidak berakhlak tidak ada nilainya di hadapan Allah swt.
Bahkan kejayaan suatu bangsa adalah karena akhlaknya, sebagaimana kata syair Arab :

Sesungguhnya kejayaan umat adalah selagi punya akhlak


Dan jika lenyap tak berakhlak, maka lenyap pula kejayaan mereka
Tiga karakter di atas yakni agama, akal dan akhlak hanya di miliki manusia, makhluk lain tidak ada
yang memiliki sifat dan karekter tersebut. Manusia dilihat dari segi pisiknya sama dengan binatang.
Jasadnya sama yakni tersusun dari kulit, daging, tulang, urat, darah, rambut dab bulu. Demikian juga dari
segi kebutuhan primernya sama, masing-masing memerlukan makan, minum, kawin dan tidur. Lantas apa
yang membedakannya ? Tidak lain adalah 3 karakter di atas, yakni :
Pertama, manusia beragama mengenal adanya halal dan haram, binatang tidak beragama tidak ada
halal hara. Oleh karena itu manusia yang tidak beragama aturan kehidupannya tidak ada aturan halal
haram, hidupnya sama dengan binatang. Kedua, manusia mempunyai kecerdasan akal, bisa membedakan
antara hak daan batil antara benar dan salah, binatang tidak demikian. Orang yang tidak bisa
membedakan antara yang benar dan yang batik berarti tidak berakal sifatnya tak jauh dari binatang.
Ketiga, Manusia berakhlak, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda
atau kecil, binatang tidak.
C. Peran Ulama



























Siap UN Hadis Keagamaan 264

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo









()

1. Mufradt
a.
= mencabut, menghapus, menghilangkan

b.
= tertinggal
c.
= para pimpinan

d.
= maka mereka berfatwa


e.

= mereka sesat

2. Terjemahan
Dari Abdillah bin Amr bin al-Ash berkata : Aku mendengar Rasullah saw bersabda : Sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dengan melenyapkannya dari dada para hamba, akan tetapi Dia mencabut ilmu
dengan meninggalnya para ulama sehingga ketika tidak ada seorang ulamapun, manusia mengangkat para
pimpinan dari kalangan orang-orang bodoh. Ketika mereka ditanya, menjawab (berfatwa) dengan tanpa
ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan. (HR Bukhari Muslim)
3. Penjelasan
Pada Hadis di atas, Rasulullah saw menjelaskan di antara tanda-tanda kiamat sudah dekat manakala
ilmu telah menghilang dari bumi dengan sabda beliau :



Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan melenyapkannya dari dada para hamba, akan tetapi Dia
mencabut ilmu dengan meninggalnya para ulama.
Bahwa suatu ketika ilmu itu nanti akan hilang atau diambil oleh Allah sawt. Hilangnya ilmu bukan
berarti dicabut dari dalam dada para ulama akan tetapi dengan wafatnya para ulama. Begitu ulama banyak
yang meninggal ilmunya belum diberikan kepada murid-muridnya atau masyarakat

kurang tertarik

mengambil atau mempelajari ilmu-ilmu dari mereka. Sebagaimana yang terjadi sekarang ini masyarakat pada
umumnya lebih tertarik mempelajari ilmu bisnis atau ilmu yang mendatangkan materi atau pangkat
katimbang ilmu yang mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu bisnis dan saintek memang harus dipelajari tetapi
tidak boleh melupakan imtaqnya (iman taqwa) sebagai dasar ilmunya para ulama.
Hadis ini disampaikan pada saat Nabi melaksanakan haji wada, sebagaimana Hadis yang diriwayatkan
oleh Ahmad dan al-Thabaraniy dari Abi Umamah, bahwa beliau bersabda :

"



"
:




.




:

Ambillah ilmu sebelum dicabut atau sebelum diangkat. Seorang Arab Baduwi bertanya : Bagaimana ilmu
itu diangkat ? Beliau menjawab : Ketahuilah bahwasannya hilangnya ilmu karena meninggalnya pada
pembawanya 3X.
Siap UN Hadis Keagamaan 265

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Hadis di atas berarti menganjurkan kepada kita agar segera belajar, mengaji dan mengambil ilmu dari
para ulama, karena merekalah yang membawa ilmu tersebut. Belajar dari mereka adakalanya langsung
kepada orangnya selama masih hidup dan adakalanya melalui buku-bukunya sepanjang masa. Jika para
ulama itu berkarya dalam bentuk buku-buku karangan mereka, sebenarnya tidak ada kekhawatiran dengan
meninggalnya para ulama. Hanya masalahnya sekarang memang minat membaca dari umat itu yang semakin
kurang. Sehingga sebab inilah kemungkinan yang menyebabkan hilangnya ilmu. Realita di masyarakat
sekarang memang demikian, ketika seorang ulama meninggal sangat sulit mencari pengganti, baik dari
kalangan keturunannya atau murid-muridnya, karena kualitas keilmuannya yang masih jauh dari ulama yang
meninggal tersebut.
Hadis selanjutnya ;



Sehingga andaikata sudah habis tidak ada para ulama karena meninggal tersebut, masyarakat
mengangkat pimpinan dari kalangan orang-orang bodoh yang menjadi nara sumber tempat bertanya. Ketika
ditanya tentang hukum suatu masalah, mereka menjawab dengan pendapatnya sendiri, mereka sesat dan
menyesatkan. Timbulnya pimpinan bodoh ini karena deregenerasi ulama. Ulama banyak yang siap mengajar
tetapi sedikit murid yang siap belajar. Ulama banyak yang siap menyampaikan ilmu tetapi sedikit murid yang
berminat mengambil ilmu. Akibatnya dunia goncang banyak orang sesat menyesatkan, banyak aliran sesat
yang timbul dan banyak paham sesat dan menyesatkan yang timbul. Termasuk belakangan timbul para
pengaku nabi dan banyak pengikutnya yang membenarkan.
Al-Nawawi dalamSyarah Muslim menjelaskan arti Hadis di atas :








,








,







.









Hadis ini menberikan motivasi memelihara ilmu dan menghindarkan dari kepemimpinan orang-orang
bodoh. Pada Hadis juga menujnukkan adanya fatwa kepemimpinan yang hakiki dan mencela orang yang
ambisi menjadi pimpinan tanpa ada ilmu. Mayoritas ulama mengambil dalil adanya pendapat zaman
kevakuman dari mujtahid .
4. Kesimpulan
a. Anjuran menuntut ilmu dari para ulama dan anjuran kaderisasi ulama atau regenerasi untuk menjadi
ulama
b. Tanda-tanda kiamat apabila ilmu Allah sudah tidak diperhatikan umat manusia dan diangkat oleh
Allah swt
c. Pendapat saja atau akal saja tanpa didampingi ilmu menjadi sesat dan menyesatkan.
d. Lahirnya pimpinan sesat karena kelangkaan ulama atau kelangkaan ilmunya.

Siap UN Hadis Keagamaan 266

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Pilihlah salah satu jawaban A,B,C, D atau E yang dianggap benar!


1. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Sedang yang menunjukkan kelebihan manusia adalah .....
A. agamanya
B. kehormatan akalnya
C. kebaikan akhlaknya
D. kebaikan pergaulannya
E. kewibawaannya
2. Hadis di bawah ini menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang bergantung pada agamanya,
kehormatan diri bergantung pada akalnya dan kebaikan akhlaknya.
Lafadz hadis yang artinya kebaikan akhlaknya sesuai dengan pernyataan di atas adalah .......




( )













A. .
B.

3.

C.

D.

E.



Hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abi Hurairah di atas mengandung maksud ......
A. Kedudukan manusia juga ditentukan oleh akhlakanya.
B. Kedudukan manusia juga ditentukan oleh kekayaannya
C. Kedudukan manusia juga ditentukan oleh ketampanannya
D. Kedudukan manusia juga ditentukan oleh kedudukannya
E. Kedudukan manusia juga ditentukan oleh kecantikannya



4.





( )













Urutan lafadz yang tepat pada hadis di atas ada tiga hal yang diperlukan seseorang untuk mencapai
kesempurnaan hidup sebagai manusia yang termulia, bermuruah dan bermartabat yaitu ..........
A. agama, akal dan akhlak
B. akhlak, akal dan agama
C. akal, akhlak dan agama
D. akhlak, agama dan akal
E. agama, akhlak dan akal
Siap UN Hadis Keagamaan 267

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

5. Manusia menjadi terhormat apabila beragama dan mematuhi aturan agamanya karena agama inilah
yang mengatur kehidupan manusia menjadi terhormat dan tidak tersungkur menjadi terhina, karena
keyakinan agama tidak terlepas dari potensi yang dimiliki manusia yaitu....
A. akhlak
B. moral
C. dedikasi
D. akal
E. kewibawaan



6.





( )













Arti lafadz hadis di atas yang artinya kehormatan diri tergantung akalnya adalah ...

A.
B.
C.
D.
E.


7.

( )



Berdasarkan teks hadis di atas lafadz yang bergaris bawah artinya......
A. Dia mencabut ilmu dengan meninggalnya para ulama
B. Dia mencabut ilmu dengan meninggalnya para pemimpin
C. Dia mencabut ilmu dengan meninggalnya para pejuang
D. Dia mencabut ilmu dengan meninggalnya para Ustadz
E. Dia mencabut ilmu dengan meninggalnya mubaligh

8. Ilmu sangat potensial dalam kehidupan manusia karena ia

dasar mencapai segala kesejahteraan

dan kebahagiaan ................

A.

dunia saja
Siap UN Hadis Keagamaan 268

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

B.

akherat saja

C.

dunia dan akherat

D.

masa muda

E. masa tua
9. Hadis ini disampaikan pada saat

Nabi melaksanakan haji wada, sebagaimana Hadis yang

diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Thabaraniy dari Abi Umamah, bahwa beliau bersabda :

"


:





:

.






A. Ketahuilah bahwasannya hilangnya ilmu karena meninggalnya pada pembawanya.
B. Ketahuilah bahwasannya hilangnya ilmu karena meninggalnya pada pengamalnya
C. Ketahuilah bahwasannya hilangnya ilmu karena meninggalnya pada penciptanya
D. Ketahuilah bahwasannya hilangnya ilmu karena meninggalnya pada pengajarnya
E. Ketahuilah bahwasannya hilangnya ilmu karena meninggalnya padamuridnya.
10. Perhatikan hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi di bawah ini .


Perbuatan yang sesuai dengan hadis di atas adalah ....................
A. bergaul secara akrab dengan orang-orang yang berilmu agama agar terlihat alim.
B. menghina orang yang tidak belajar ilmu agama
C. rajin belajar, mendengarkan pengajian baik di radio maupun di televisi serta majelis-majelis talim.
D. mendaftarkan diri di Madrasah Aliyah jurusan Keagamaan
E. mengajarkan ilmu agama kepada orang-orang yang sudah memahami cara mengamalkan agamanya.

DAFTAR PUSTAKA

`Arabyah, Majma` al-Lughah. al-Mu`jam al-Wajz. Mesir : Wizrah al-Tarbiyah wa al-Ta`lm, 1997.
bdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq. `Awn al-Ma`bd Syarh Sunan Ab Dawd. Ed. Khlid
`Abd al-Fatth Syibl, Beirut : Dr al-Kutub al-`Ilmyah, 1998, Cet. Ke 1.
Ahmad, Muhammad dan M. Mudzakir. Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Siap UN Hadis Keagamaan 269

Diedit oleh Kusun Dahari


MAN Sukoharjo

Al-Asqalniy, Ahmad bin `Al bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Br bi Syarh Shahh al-Imm Ab `Abd
Allh Muhammad bin Ism`l al-Bukhr, Ed. Abd al-`Azz bin `Abd Allh bin Bz dan Muhammad
Fud Abd al-Bq, Cairo: Maktabah al-Aymn, tth. Al-Azd, Ab Dawd Sulaymn bin al-Asy`ats,
Sunan Ab Dawd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo: Dr al-Hadts, 1999.
Bahtsul Masaail Madrasah Salafiyah Tingkat Aliyah Periode 1999-2001, PIP-Tremas
Pacitan Jawa Timur.
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :
Balai Pustaka, 1999, Cet. Ke 10
Al-Dimasyqiy al-Syfiy, Taiy al-Dn Abi Bakar, Kifyah al-Akhyr f Hill Ghyah al-Ikhtishr, Pekalongan :
Raja Murah, tth.
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-Bqiy, Masir: Is al-Bbiy al-Halabiy,
1370 H
Ibn Fris bin Zakaryy, Ab al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-Maqys f al-Lughah, Ed. Syihb al-Dn
Ab `Amr, Beirut: Dr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imm Ahmad bin Hanbal, Beirut : al-Maktab al-Islm, tth., No. 3/183
Ibn Katsr, Imd al-Dn Abi al-Fid, Tafsr al-Qurn al-Azhn, Singapur : al-Haramayn, tth
Khaeruman, Badri. Ulum Al-Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2010. Cet. 1
Khatib, M. Ajaj. Ushul Hadis Pokok-pokok Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Media Pratama,
2007.
Khon, Abdul Majid Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2008. Cet. 1
________ Ilmu Hadis Program Keagamaan Kelas XI, Kemenag RI Direktorat Jendral Pembinaan
Kelenbagaan Agama Islam, 2010/2011.
________. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2009.
________. Ahdts al-Akhlq, Jakarta : Fak Tarbiyah, 1994, Cet. 1
Malik, Muhammad Alawi. Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Matsna, Moh. Pendidikan Agama Islam Al-Quran Hadis Kurikulum 2008 Madrasah
Aliyah Kelas X, Semarang: Thoha Putra, 2008. Cet. 1.
Al-Mubrakfr, Abi al-Ul Muhammad bin Abd al-Rahmn bin Abd al-Rahm(w. 1353),, Tuhfat al-Ah
wadz bi Syarh Jmi al-Turmudz, Beirut : Dr al-Kutub al-Arabiyah, tth.
Muhammad bin `s bin Srah, Abi `s, (al-Turmudzi w.279 H), Sunan al-Turmudiy, Ed. Mushthaf
Muhammad Husayn al-Dzahabiy, Cairo: Dr al-Hadts, 1999, Cet. Ke-1
An-Nawawi, Muhy al-Dn Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawiy, Cairo : Dr
al-Fajr, 1420
Al-Qazwniy, Ab `Abd Allh Muhammad bin Yazd, Sunan Ibn Majah, Ed. Muhammad `Abd al-Bqiy dan
Mushthaf Muhammad Husn al-Dzahabiy, Cairo: Dr al-Hadts, 1999, Cet. Ke-1
Rahman, Fathr, Ikhtisar Musthalah al-Hadist, Bandung : PT Al Maarif 1974 , Cet.1
Sad al-Khinn, Mushthafa, at.all., Nuzhat al-Muttaqn Syarah Riydh al-Shalihn, Beirut : Muassasah alRisalah, 1989
Al-Shanniy, Muhammad bin Ismail al-Kahlniy, Subul al-Salm (Syarah Bulgh al-Marm min Adillat alAhkm, Semarang : Thaha Putra, tth.
Ash-Shiddie, M Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Semarang : Pustaka Rizki
Putra, 2010, Cet. Ke-5
Siap UN Hadis Keagamaan 270

Anda mungkin juga menyukai