Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN ILMU HADIST

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “Ulumul Qur’an”


Dosen pengampu : Dr. H. Abdul Sattar M.Ag

Disusun Oleh :

Arya Bayu Kelana (2201036145)


Abdurrahman Athaillah (2201036146)
Moch. Ardi Ikhsan (2201036147)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


UIN WALISONGO SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadist di yakini sebagai ucapan, perbuatan, ketetapan nabi muhammad saw. Di tinjau
dari periwayatan nabi Saw berbeda dengan al-Qur'an. Semua periwayatan ayat-ayat al-
Qur'anberlangsung secara mutawatir, sedangkan hadits Nabi diriwayatkan sebagiannya
secara mutawatir dan sebagian lainnya diriwayatkan secara ahad Oleh karenanya, al-
Qur'an memiliki kedudukan qat'iy al-wurud sedangkan hadis Nabi Saw. Sedangkan
terhadap hadits Nabi Saw khususnya yang termasuk kategori ahad, maka diperlukan
penelitian akan orisinalitasnya. Bertolak dari permasalahan tersebut, maka hadits Nabi
Saw sebelum dipahami dan diamalkan, perlu diidentifikasi terlebih dahulu serta diteliti
orisinalitasnya dalam rangka kehati-hatian dalam mengambil hujjah darinya. Setelah
dilakukan pengujian, baru kemudian suatu hadits yang diduga kuat berkualitas sahih
ditelaah dan dipahami untuk selanjutnya dapat diamalkan, sebab ada di antara hadis-
hadis yang sahih tersebut yang dapat segera diamalkan (ma'mul bih) dengan memahami
redaksinya, namun adapula yang tidak segera dapat diamalkan (ghairu ma'mul bih),
karenanya menuntut pemahaman yang mendalam dengan memperhatikan latar belakang
munculnya hadits (asbab wurud al-hadits) serta piranti lainnya. Proses inilah yang
dikenal kemudian dengan proses pemahaman hadis atau disebut dengan fiqh al-hadits.
Para ulama` banyak membuat buku tentang penjelasan sebuah hadits. Mulai dari ulumul
hadits, kritik hadits, dan lain sebagainya. Mereka mengkaji hadits-hadits tersebut, tidak
lain dan tidak bukan karena hadits ini memang sulit untuk difahami. Pernyataan ini
cukup logis dan beralasan, mengingat banyaknya umat muslim yang belum bisa
memahami hadits secara benar tentang pembagian-pembagian hadits yang didalamnya
terhimpun suatukaedah-kaedah dan istilah-istilah disiplin ilmu hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Hadist?
2. Ada Beberapa Pembagian Ilmu Hadist?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Ilmu Hadist
2. Untuk Mengetahui Pembagian Ilmu Hadist
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Hadist


Ilmu hadits terdiri dari dua kata yaitu ‘ilmu dan al-hadits. Ilmu menurut sebagian
ulama’ ilmu diartikan sebagai sesuatu yang menancap dalam diri seseorang yang
dengannya ia bisa menemukan atau mengetahui sesuatu. Sedangkan al-hadits, memiliki
beberapa arti yaitu al-jadid (baru), al-qorib (dekat), al-khobar (berita). Namun, secara
terminologis hadits sering diartikan sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi
baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan hal ikhwal Nabi. Jadi, gabungan kata
ilmu al-hadits dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi baik itu berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan hal ikhwal
Nabi. Para ulama’ mutaqoddimin juga berpendapat bahwa Ilmu hadits merupakan ilmu
yang mempelajari tentang cara-cara persambungan hadits sampai kepada Rasulullah
SAW dari segala hal ihwal para perawinya, kedhabitan, keadilan, dan dari bersambung
tidaknya sanad dan sebagainya.

2. Pembagian Ilmu Hadist

Pada dasarnya, ilmu hadits dibagi menjadi dua kelompok yaitu hadits riwayah dan
hadits diroyah. Masing-masing kelompok dari ilmu hadits ini memiliki kajian yang
berbeda antara satu sama lain.
1) Ilmu Hadits Riwayah
Ajjaj al khatib mengatakan, bahwa yang di maksud dengan ilmu hadist riwayah
adalah: ‫ م ِم ن َقوٍل َأ و ِفعٍل َأ و َتقِر ي;ٍر َأ و ِص َف ٍة ُخ لِقَي ٍة َأ وَخ لِقَي ٍة‬.‫الِع لُم اَّلِذ ي يَـُقوُم َع َلى َنقِل َم اُأ ِض يَف ِإ َلى الَّنِبي ص‬
‫َنقًال َد ِقيًق ا ُمَح َّر ًر ا‬

“Ilmu yang membahas segala hal yang disandarkan pada Nabi SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan serta sifat-sifat jasmaniah maupun akhlaqiah”.1
Ilmu ini mulai diperkenalkan dan dibukukan pertama kali oleh Muhammad Ibnu
Syihab al-Zuhri (51-124 H) pada masa kekalifahan ‘Umar ibnu ‘Abdul Aziz.
Obyek ilmu hadits riwayah adalah dari segi periwayatan dan pemeliharaannya. Hal

1
‘Ajjâj al-Khâtib,Ushûl al-Hadîs : Ulûmuhu wa Musthalahuhu (Beirut: Dâr al-Fikri, 1990), hlm. 7
tersebut mencakup :
 Cara Periwayatannya, yaitu cara penerimaan dan penyampaian hadits yang berkaitan
dengan segala hal yang melekat pada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, serta sifat-sifat beliau dari seorang perowi kepada perowi lain.
 Cara Pemeliharaannya, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan, dan pembukuan
hadits
Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa Ilmu Hadits Riwayah pada dasarnya adalah
ilmu yang membahas tentang cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan
hadits nabi Muhammad SAW. Dan, manfaat utama dari ilmu ini adalah menjaga pelaksanaan
sunnah serta menghindarkan dari kesalahan terhadap apa yang dinukilkan dari Nabi sehingga
dapat meneladani Nabi secara “akurat”. Ilmu ini tidak membicarakan hadits dari sudut
kualitasnya seperti keadilan sanad serta pembahasan tentang ‘syadz (kejanggalan), dan ‘illat
(kecacatan) matan hadits.
Contohnya: ‫ رأيت عمربن الخّطاب رضي اهللا عنه يُـَقَّبل الحجر ”يعنى األسود“ ويقول ِإِّنى َال‬: ‫عن عّباس بن ربيع قال‬
‫ءْعَلُم َأَّنَك َح َج ٌر َالَتُضُّر َو َال تَـنْـَفُع َو َلْو َال َأِّنى َر َأْيُت َر ُسْو َل اِهللا َص َّلى اُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم يُـَق بِّـُلَك َم ا قَـبَّـْلُتَك‬
(‫)رواه البخارى ومسلم‬
Artinya: Dari Abbas bin Rabi’ r.a, berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab ra., mencium
Hajar Aswad dan ia berkata: “Sesungguhnya benar-benar aku tahu bahwa engkau itu sebuah
batu yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat. Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah saw. menciummu, maka aku (pun) tak akan menciummu.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dahulu, para sahabat Rasulullah berupaya untuk memperoleh hadis-hadis beliau
dengan cara mendatangi majelis beliau serta mendengar dan menyimak pesan atau nasihat
yang disampaikan beliau. Mereka juga memperhatikan apapun yang Nabi Muhammad SAW
sampaikan baik dalam hal ibadah, aktivitas sosial maupun akhlak sehari-hari. Segala hal yang
diterima dan didengar dari Nabi, mereka pahami dengan baik dan mereka pelihara melalui
hafalan mereka. Apa yang telah dihafalkan dan dimiliki oleh para sahabat, selanjutnya akan
disampaikan dengan sangat hati-hati kepada sahabat lain yang belum mengetahuinya atau
kepada para tabi’in, dan para tabi’in pun melakukan hal yang sama pula seperti yang
dilakukan oleh para sahabat.

2) Ilmu Hadist Diroyah


Dalam kitab minhatul mughits ilmu diroyah adalah:
‫ُيَح ُّد ِع ْلُم اْلَح ِد ْيِث ِدَر اَي ًة َو ُه َو اْلَم ْع ُرْو ُف ِبِع ْلِم ُم ْص َطَلِح اْلَح ِد ْيِث ِبَاَّن ُه ِع ْلٌم يُـ ْع َر ُف ِب ِه َاْح َو اُل الَّس َنِد َو اْلَم ْتِن‬
‫ َو َكْيِفَيُة الَّتَحُّم ِل َو اَْالَداِء َو ِص َفاُت الِّر َج اِل َو َغْيِر ٰذ ِلَك‬.
Pengertian Ilmu Hadits Diroyah yang dikenal dengan istilah “Ilmu Mustholah Hadits”
adalah ilmu yang mana dengan ilmu itu diketahui keadaan-keadaan sanad, matan, cara-
cara tahammul dan ada’, sifat-sifat para rowi, dan lainnya.

Ibnu Al-Akfani mendefinisikan Ilmu Hadits Diroyah sebagai berikut :


‫ ِع لٌم ُيع;َر ُف ِم نُه َح قيقُة الِر واي;ِة َو ُش روُطها َو أنواُعه;ا َو أحكاُم ه;ا وحاُل ال;ُّر واِة وُش روُطهم‬: ‫ؤِع لُم الَح ديِث الَخ اُّص بالدراية‬
.‫َو أصناُف الَم رِوّياِت َو ما يتعلق بها‬
Dan Ilmu hadits yang khusus tentang dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk
mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya,
keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengannya.
Imam al-Suyuti memberikan uraian dan elaborasi dari definisi diatas, sebagai berikut :

 Hakikat riwayat adalah, kegiatan periwayatan hadits dan penyandarannya kepada


orang yang meriwayatkannya dengan kalimat tahdis atau ikhbar.
 Syarat-syarat riwayat yaitu penerimaan para perawi terhadap apa yang
diriwayatkannya dengan menggunakan cara-cara tertentu; seperti sama’, qiro’ah,
ijazah, munawalah, kitabah, washiyyat, dan wajadah.
 Macam-macam riwayat adalah seperti; periwayatan muttashil dan munqathi’.

 Hukum-hukum riwayat seperti; al-qabul, yaitu diterimanya suatu riwayat karena


telah memenuhi persyaratan tertentu; dan al-radd, yaitu ditolak, karena adanya
persyaratan tertentu yang tidak terpenuhi.
 Keadaan para perawi maksudnya adalah; keadaan mereka dari segi keadilan dan
ketidak- adilan.
 Syarat-syarat mereka yaitu; syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang perawi
ketika menerima riwayat (Syarat-syarat pada tahammul), dan syarat ketika
menyampaikan riwayat (syarat pada al-adda’).
 Jenis yang diriwayatkan, adalah penulisan hadits di dalam kitab al-musnad, al-
mu’jam, atau al-ajza dan lainnya dari jenis-jenis kitab yang menghimpun hadits-
hadits Nabi.
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani Ilmu Hadits Diroyah adalah :
‫ِع لٌم ُيعَر ُف ِبِه َأحَو اُل الَّراِو ي َو الَم رِو ي ِم ن َح يُث الَقُبوِل َو الَّر ِد‬
“Ilmu yang mengkaji tentang keadaan rawi dan marwi dari segi dapat diterima dan ditolak.” 4
Al-rawi atau perawi adalah orang yang meriwayatkan atau menyampaikan hadits dari
satu orang kepada yang lainnya; sedangkan al-marwi adalah segala sesuatu yang
diriwayatkan,yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi atau kepada selain Nabi, seperti
sahabat atau
tabi’in.

Meskipun dengan ungkapan yang sedikit berbeda, beberapa definisi tersebut


mengandung pengertian yang sama, yaitu Ilmu Hadis Diroyah adalah kumpulan kaedah
yang berfungsi untuk menjelaskan kebenaran sanad dan matan hadits. Disamping namanya
Ilmu hadits diroyah, ilmu ini juga mempunyai nama lain yaitu : Ulûm al-Hadîts, Ilmu
Hadîts, Ushûl al-Hadîts, Ushûl al-Riwâyah, Qawâid al-Tahdîts, dan Musthalah al-Hadîts.
Ulama yang pertama kali membukukan Ilmu Hadis Dirayah adalah al -Qâdhi Abu
Muhammad al -Hasan bin Abdurrahman bin Khalad ar-Ramahurmuzi (265-360 H), dalam
kitabnya, “al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa’iz” (ahli hadis yang memisahkan
antara rawi dan pemberi nasihat). Objek sasaran dari Ilmu Hadits ini adalah sanad dan
matan, yang sekiranya sebuah hadits bisa dikatakan shohih, hasan, ataupun yang lain.
Pembahasan sanad meliputi : (i) segi persambungan sanad (ittishal al-sanad), yaitu
bahwa suatu rangkaian sanad hadits haruslah bersambung, mulai dari sahabat sampai
kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut; oleh karena
itu tidak dibenarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak
diketahui identitasnya atau tersama; (ii) segi keterpercayaan sanad (tsiqat al-sanad), yaitu
bahwa setiap perawi yang terdapat didalam sanad suatu hadits harus memiliki sifat adil dan
dhabith; (iii) segi keselamatannya dari kejanggalan (syadz); (iv) segi keselamatannya dari
cacat (‘illat); (v) tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad. Sedangkan pembahasan
mengenai matan meliputi : ke- shahih-an atau ke-dha’if-an-nya; sesuai atau tidak dengan
kandungan/ajaran al-quran; bebas dari cacat atau kejanggalan makna, karena bertentangan
dengan akal atau kandungan dan makna al- quran; bebas dari kata-kata asing (gharib);
yaitu kata yang tidak bisa dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.
Manfaat mempelajari Ilmu Hadits ini agar dapat mengetahui hadits yang shohih.
Dengan mempelajari Ilmu Hadits Dirayah, seseorang akan dapat membedakan antara
hadits yang diterima dan ditolak. Ia tidak akan bisa membedakan kalau hanya dengan
mempelajari Ilmu Hadits Riwayah saja tanpa disertai dengan Ilmu Hadits Diroyah.
Contohnya :
‫ أخبرنا مال;;ك عن أبي الزناد عن األعراج عن أبي هري;;رة رضي اهللا عنه أّن‬: ‫حدثنا عبد اهللا بن يوسف قال‬
‫رس;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;ول‬
‫ َلوَال َأن َأُش َّق على أّم تي َِأل َم رُتهم بالسواك َم عَ ُك ِّل َص َالٍة ( رواه البخاري‬: ‫م قال‬.‫هللا ص‬

Artinya : TMKK Abdullah bin Yusuf, berkata : TMKK Malik dari Abi Az-zinad dari
Al-A’raj
dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah bersabda : “Seandainya tidak
memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap
hendak
melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Hadits Riwayah dan
Ilmu Hadits Diroyah memiliki perbedaan dalam beberapa aspek, yaitu :2

No Aspek Ilmu Hadist Riwayah Ilmu Hadist Diroyah

1 Objek Pribadi Nabi Muhammad SAW Keadaan sanad dan matan hadits
sendiri

2 Faedah Menjaga pelaksanaan sunnah dan Mengetahui kaidah-kaidah yang


menghindari kesalahan dari digunakan para ulama’ hadits
penukilan apapun yang dalam mengklasifikasi hadits Nabi
disandarkan
dari Nabi SAW.

3 Tujuan Meneladani perilaku Nabi Mengetahui hadits yang diterima

(maqbul) dan ditolak (mardud)

2
H.Abdul Sattar, Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2018), hlm.
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa Ilmu Hadits adalah
ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik itu
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan hal ikhwal Nabi. Dan pembagian Ilmu
Hadits ada dua, yaitu :
- Ilmu Hadits Riwayah : Ilmu yang membahas segala hal yang disandarkan pada Nabi
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan serta sifat-sifat jasmaniah maupun
akhlaqiah
- Ilmu Hadits Diroyah : kumpulan kaedah yang berfungsi untuk menjelaskan kebenaran
sanad dan matan hadits
Dan dari penjelasan pembagian Ilmu Hadits tersebut terdapat beberapa perbedaan
dalam beberapa aspek yaitu, pada obyek, faedah, dan tujuannya.
 Dalam aspek Obyek : Ilmu Hadits Riwayah adalah pribadi Nabi Muhammad SAW
sendiri; sedangkan Ilmu Hadits Diroyah adalah dalam sanad dan matan
 Dalam aspek faedah : Ilmu Hadits Riwayah untuk menjaga pelaksanaan sunnah dan
menghindari kesalahan penukilan hal-hal yang berkenaan dengan Nabi;
sedangkan Ilmu Hadits Diroyah untuk mengetahui kaidah-kaidah yang digunakan
para ulama hadits dalam mengklasifikasi hadits Nabi
 Dalam aspek tujuan : mempelajari Ilmu Hadits Riwayah bertujuan untuk
meneladani perilaku Nabi; sedangkan Ilmu Hadits Diroyah untuk mengetahui
hadits yang diterima dan ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sattar, Abdul. 2018. Ilmu Hadis.Semarang: Pustaka Rizki Putra

Rahmah, Arju. 2019. Dasar Ilmu Hadits Diroyah dan Dasar Ilmu
HaditsRiwayah.

https://arjurahmah.blogspot.com/2019/12/minhatul-mughits-dasar-ilmu-
hadits.html

2. Darussamin, Zikri. 2020. Ilmu Hadis I.Riau:


Kalimedia.
http://repository.uin-suska.ac.id/31106/1/ilmuhadi
s.pdf
3. Husnaini, Afifah. 2018. Ulumul Hadis dan Sejarah Perkembangannya.
https://www.academia.edu/39866733/Ulumul_Hadits_dan_Sejarah_perkembangannya
4. Suduthukum. 2015. Ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah. diakses pada tanggal 11
September 2022.https://suduthukum.com/2015/03/ilmu-hadits-riwayah-dan-
dirayah.html
5. Arifin, Tajul. 2014. Ulumul Hadits.Bandung: Gunung Djati Press Bandung.

6. Yuslem, Nawir. 1997. Ulumul Hadis.Jakarta: Mutiara Sumber Widya

7. Khaskempek.com. 2020. Ulumul Hadis, Macam-macam Ilmu Hadis dan


Penjelasannya. Diakses pada tanggal 12 September 2022.
https://khaskempek.com/ulumul-hadis-macam- macam-ilmu-hadis-dan-
penjelasannya/

Anda mungkin juga menyukai