Kedudukan Hadits
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Quran dalam agama Islam. Dalam
presentasi ini, kita akan membahas konsep, makna, dan kedudukan hadits yang
sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim.
Hadist apa yang disandarkan kepada Nabi Hadist adalah segala ucapan, perbuatan, dan
• Lawan kata dari lama = baru
Muhammad SAW, baik berupa ucapan, keadaan yang telah dilakukan Nabi
• Sebuah fakta dalam suatu berita
perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau , Muhammad SAW yang dijadikan sebagai
• Sesuatu yang baru dan berita
baik sebelum kenabian atau sesudahnya contoh teladan yang harus diikuti umatnya.
• Al Kalam atau pembicaraan
Kumpulan kata (jamak) dari hadits adalah Al-haadits yang berarti ucapan atau perkataan, baik itu dari segi perbuatan, keputusan atau sifat
Pentingnya Mempelajari Ilmu Hadits
• Dapat mengetahui kebenaran suatu hadits baik secara sanad dan matannya, para
perawi dan periwayatannya.
• Bisa membedakan mana hadits yang diterima (maqbul) dan mana hadits yang ditolak
(Mardud)
• Mengetahui apa arti dan maksud hadits tersebut
• Mengetahui mana hadits yang terhapus dan yang dihapus (nasikh wa Mansukh fi al-
hadits)
• Mengetahui bagaimana menyelesaikan suatu hadits apabila terdapat perbedaan dan
permasalahan di dalam hadits itu sendiri
Fungsi Hadits
1. Hadits menjelaskan secara detail dan terperinci apa yang masih sangat umum atau global
yang terdapat dalam Al-quran
2. Memberikan batasan-batasan tertentu yang telah disebutkan dalam Alquran
3. Menjelaskan hukum yang umum telah disebutkan dalam Alquran secara khusus
4. Menjelaskan ayat Al-quran yang masih samar-samar dan perlu penjelasan dari hadits
5. Menguatkan atau memastikan kembali apa yang telah disebutkan dalam Alquran
6. Memberikan kaidah atas apa yang disebutkan dalam Alquran secara terpisah
7. Membagi (memberikan cabang-cabang) yang asalnya ada disebutkan dalam Alquran
8. Hadits menjelaskan hal-hal yang berhubungan tentang keyakinan dan menambahkan
hukum yang tidak disebutkan dalam Alquran
Kedudukan Hadist dalam Syariat Islam
HUJJIYAH SUNNAH
Sunnah Nabi Muhammad SAW yang merupakan salah satu asal usul agama Islam dan
landasan yang kuat dalam menerapkan syariat Islam, sehingga wajib dijalani dan
diharamkan untuk menentangnya sebagaimana yang disepakati oleh kaum muslim.
Maka, barang siapa yang menyangkal atas sunnah dan dalilnya maka dia telah menolak
bukti nyata dan tidak mengikuti jalan orang-orang mukmin.
Adapun dalil-dalil tentang hujjiah Sunnah sbb:
1. Keimanan
Salah satu rukun iman adalah percaya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan Allah SWT. Sebagai seorang muslim kita wajib mempercayai dan menerima
segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW dalam hal urusan agama
baik itu dari segi perkataan dan lain sebagainya.
2. Beberapa ayat dalam Al-quran yang menyebutkan bahwa apa yang disampaikan
Rasulullah adalah sebagai hujjah. Di dalam Alquran Allah telah memerintahkan untuk
taat kepadanya juga taat kepada Rasulullah. (An-Nisa : 59)
Kedudukan Hadist dalam syariat Islam
3. Salah satu hadits yang menunjukkan tentang kedudukan Sunnah dan hujjiyahnya adalah:
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Al-Miqdad bin Maad bahwa Rasulullah berkata:
“Dari Miqdam bin Ma’dikarib dari Rasulullah SAW berkata : Ketahuilah, sesungguhnya aku
diberikan Alquran dan yang serupa dengannya bersamanya
4. Ijma
Kitab Allah SWT menggambarkan bagaimana umat Islam menaati perintah dan mengikuti jalan
yang berdasarkan hidayah dan apabila sebaliknya maka mereka telah sesat yang membawanya
masuk ke neraka.
Allah SWT berfirman:
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali” (An-Nisa : 105)
Mayoritas para ulama menyimpulkan bahwa ayat ini menunjukkan kalau Sunnah adalah sebuah
hujjah yang wajib diikuti dan percaya kepadanya, akan tetapi apabila menyimpang darinya maka
itu disebut telah fasik dan sesat.
Adab bagi yang mempelajari Ilmu
Hadist
1 Memperbaiki niat dan tujuan
Yaitu mempelajari hadits dengan niat dan tujuan murni karena Allah SWT,
bukan karena tujuan duniawi.
Orang yang memindahkan Hadist yang yang Membawa dan menyampaikan suatu
hadits dengan jalur dipindahkan atau dinukilkan hadits serta menyandarkan kepada
periwayatannya sendiri secara oleh seorang perawi melalui orang yang dinisbahkan kepadanya
tersambung atau terhubung jalur periwayatannya sendiri dan penyampaiannya dengan
sampai akhir menggunakan salah satu dari kata-kata
(lafaz) yang digunakan dalam
menyampaikan hadits
SYARAT DITERIMANYA RIWAYAT HADITS
Dalam menerima periwayatan hadits harus memenuhi 2 syarat:
1. Rawi mempunyai sifat adil (‘Adalah) sehingga bisa dipercaya dalam urusan agama.
Yang dimaksud dengan adil adalah dia seorang muslim, baligh, berakal, dan selamat dari hal-hal
yang bersifat fasik serta terlepas dari sifat-sifat yang menjatuhkan akhlak dan martabatnya.
2. Rawi mempunyai sifat teliti atau cermat (dhabit) agar periwayatannya dapat dipercaya.
Ad-Dhaabit maksudnya adalah ketelitian dari Rawi ketika meriwayatkan hadits, tidak lalai,
menghafal haditsnya jika hadits yang diriwayatkannya berasal darinya, dan cermat akan
penulisannya sehingga ia mengetahui apabila ada pergantian atau perubahan dan mengetahui juga
memahami maksud hadits, jika hadits yang diriwayatkannya secara makna.
Ad-Dhabt dibagi menjadi 2:
a. Dhabt as-shadr
Perawi menghafalkan apa yang didengar dalam dadanya tanpa mengubah, memalsukan,
menambah, atau menguranginya sejak dia menukilkan sampai dia menyampaikan hadits
tersebut.
b. Dhabt al-kitab
Perawi teliti akan hafalan dan penulisan hadits serta menjaganya dari perubahan dan
penyimpangan, mulai dari ia menukilkan hadits hingga waktu menyampaikannya.
hA
JENIS HADITS
JENIS-JENIS HADITS YAITU:
1. Hadits Qudsi
Hadits yang disandarkan kepada Allah kemudian Rasulullah menceritakan dan meriwayatkannya
dari Allah
2. Hadits Nabawi
Hadits yang disandarkan dan dinisbatkan kepada Rasulullah