Anda di halaman 1dari 19

Konsep Hadits, Makna dan

Kedudukan Hadits
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Quran dalam agama Islam. Dalam
presentasi ini, kita akan membahas konsep, makna, dan kedudukan hadits yang
sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim.

Roemy Asri Suasti Wibawati - 2306187150


Pengertian tentang Hadits

1 Bahasa 2 Ahli Hadits 3 Ahli Ushul Fiqih

Hadist apa yang disandarkan kepada Nabi Hadist adalah segala ucapan, perbuatan, dan
• Lawan kata dari lama = baru
Muhammad SAW, baik berupa ucapan, keadaan yang telah dilakukan Nabi
• Sebuah fakta dalam suatu berita
perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau , Muhammad SAW yang dijadikan sebagai
• Sesuatu yang baru dan berita
baik sebelum kenabian atau sesudahnya contoh teladan yang harus diikuti umatnya.
• Al Kalam atau pembicaraan

Kumpulan kata (jamak) dari hadits adalah Al-haadits yang berarti ucapan atau perkataan, baik itu dari segi perbuatan, keputusan atau sifat
Pentingnya Mempelajari Ilmu Hadits
• Dapat mengetahui kebenaran suatu hadits baik secara sanad dan matannya, para
perawi dan periwayatannya.
• Bisa membedakan mana hadits yang diterima (maqbul) dan mana hadits yang ditolak
(Mardud)
• Mengetahui apa arti dan maksud hadits tersebut
• Mengetahui mana hadits yang terhapus dan yang dihapus (nasikh wa Mansukh fi al-
hadits)
• Mengetahui bagaimana menyelesaikan suatu hadits apabila terdapat perbedaan dan
permasalahan di dalam hadits itu sendiri
Fungsi Hadits
1. Hadits menjelaskan secara detail dan terperinci apa yang masih sangat umum atau global
yang terdapat dalam Al-quran
2. Memberikan batasan-batasan tertentu yang telah disebutkan dalam Alquran
3. Menjelaskan hukum yang umum telah disebutkan dalam Alquran secara khusus
4. Menjelaskan ayat Al-quran yang masih samar-samar dan perlu penjelasan dari hadits
5. Menguatkan atau memastikan kembali apa yang telah disebutkan dalam Alquran
6. Memberikan kaidah atas apa yang disebutkan dalam Alquran secara terpisah
7. Membagi (memberikan cabang-cabang) yang asalnya ada disebutkan dalam Alquran
8. Hadits menjelaskan hal-hal yang berhubungan tentang keyakinan dan menambahkan
hukum yang tidak disebutkan dalam Alquran
Kedudukan Hadist dalam Syariat Islam
HUJJIYAH SUNNAH
Sunnah Nabi Muhammad SAW yang merupakan salah satu asal usul agama Islam dan
landasan yang kuat dalam menerapkan syariat Islam, sehingga wajib dijalani dan
diharamkan untuk menentangnya sebagaimana yang disepakati oleh kaum muslim.
Maka, barang siapa yang menyangkal atas sunnah dan dalilnya maka dia telah menolak
bukti nyata dan tidak mengikuti jalan orang-orang mukmin.
Adapun dalil-dalil tentang hujjiah Sunnah sbb:
1. Keimanan
Salah satu rukun iman adalah percaya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan Allah SWT. Sebagai seorang muslim kita wajib mempercayai dan menerima
segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW dalam hal urusan agama
baik itu dari segi perkataan dan lain sebagainya.
2. Beberapa ayat dalam Al-quran yang menyebutkan bahwa apa yang disampaikan
Rasulullah adalah sebagai hujjah. Di dalam Alquran Allah telah memerintahkan untuk
taat kepadanya juga taat kepada Rasulullah. (An-Nisa : 59)
Kedudukan Hadist dalam syariat Islam
3. Salah satu hadits yang menunjukkan tentang kedudukan Sunnah dan hujjiyahnya adalah:
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Al-Miqdad bin Maad bahwa Rasulullah berkata:
“Dari Miqdam bin Ma’dikarib dari Rasulullah SAW berkata : Ketahuilah, sesungguhnya aku
diberikan Alquran dan yang serupa dengannya bersamanya
4. Ijma
Kitab Allah SWT menggambarkan bagaimana umat Islam menaati perintah dan mengikuti jalan
yang berdasarkan hidayah dan apabila sebaliknya maka mereka telah sesat yang membawanya
masuk ke neraka.
Allah SWT berfirman:
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali” (An-Nisa : 105)
Mayoritas para ulama menyimpulkan bahwa ayat ini menunjukkan kalau Sunnah adalah sebuah
hujjah yang wajib diikuti dan percaya kepadanya, akan tetapi apabila menyimpang darinya maka
itu disebut telah fasik dan sesat.
Adab bagi yang mempelajari Ilmu
Hadist
1 Memperbaiki niat dan tujuan

Yaitu mempelajari hadits dengan niat dan tujuan murni karena Allah SWT,
bukan karena tujuan duniawi.

2 Usaha yang sungguh-sungguh dalam mengambil


hadits dari para ulama
Hendaklah bersungguh-sungguh, fokus, dan tidak menganggap sepele
dalam mencari dan mengambil hadits dari para ulama, karena
ulama-ulama hadits telah menjaganya agar terhindar dari kesalahan
dan kekeliruan. Apabila salah dalam pengambilan dan penyampaian
hadits, maka akan berlaku penyimpangan dan kekeliruan dalam
melaksanakan dan menerapkan syariat Islam sesuai dengan
hukum yang ada.
Adab bagi yang mempelajari Ilmu Hadits
3. Melakukan atau mengerjakan sesuatu hal dengan berilmu atau berdasarkan ilmu
Allah SWT telah berfirman:
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya
adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”
(al-Jumuah : 5)
Waki’ bin al Jarrah, guru Imam Syafi’i mengatakan : “ Jika Anda ingin menghafal hadits, maka
praktikkanlah atau kerjakanlah sesuai hadits.” Dari sini digambarkan bahwa jika ingin mengerjakan
sesuatu haruslah dengan ilmu dan begitu juga dalam ilmu hadits.
4. Menghormati dan memuliakan para ulama dan guru
Yaitu wajib bagi setiap pelajar ilmu hadits untuk memuliakan para guru, karena salah satu penyebab
berkahnya sebuah ilmu adalah dengan menghormati dan memuliakan guru atau dari siapa saja yang
telah mengajar dan memberikannya.
5. Saling berbagi ilmu dan manfaat kepada para penuntut ilmu yang lain
6. Mengikuti metode ilmiah secara bertahap sesuai yang diajarkan oleh para ulama dalam mempelajari
hadits
7. Mempelajari dan menghafal istilah-istilah yang ada dalam ilmu hadits
ILMU HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH
PENGERTIAN ILMU HADITS RIWAYAH
1. Ilmu yang mengutip dan mengkaji segala sesuatu yang disandarkan rasulullah SAW dari segi
perkataan, perbuatan, keputusan (taqrir) atau sifat akhlak dan jasmaninya. Begitu juga dengan apa
yang disandarkan kepada para Sahabat nabi dan Taabi’in dari segi perkataan atau perbuatannya
2. Ilmu yang darinya diketahui segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik dari
segi perkataan, perbuatan, taqrir atau keputusan, dan sifatnya. Dan juga mengutip serta mengkaji
apa-apa yang disandarkan kepada para sahabat nabi dan Taabi’in
3. Ilmu yang memudahkan kita untuk mengkaji atau mengutip suatu berita secara akurat dan terperinci
dari asal sumbernya hingga narasinya, dan juga sebagai langkah untuk berhati-hati dalam
pengutipan agar terhindar dari kesalahan dan perubahan dari arti awalnya.
4. Menurut Haji Khalifah (wafat 1067 H) bahwa ilmu hadits riwayah adalah suatu ilmu yang mengkaji
bagaimana tersambungnya hadits Rasulullah SAW dalam hal perawinya, baik itu dari segi dhabtnya
(ketelitiannya) dan ‘adalahnya (sifat adilnya), juga dari segi jalur periwayatannya, apakah
tersambung atau tidak dan lain sebagainya, dan ilmu ini juga dikenal dengan ilmu Ushul Al-Hadits.
5. Siddiq Al-Kannouji (wafat 1307 H) menyebutkan bahwa ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang
mengkaji bagaimana terhubung atau tersambungnya hadits Rasulullah SAW dari segi kebenaran
dan kelemahannya, keadaan perawinya secara dhabt dan ‘Adalah, dan bagaimana jalur
periwayatannya apakah tersambung atau tidak, dan lain sebagainya.
ILMU HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH
PENGERTIAN ILMU HADITS RIWAYAH
6. Ibnu al-Akfani (wafat 794 H) berpendapat bahwa ilmu hadits yang khusus tentang riwayah adalah
ilmu yang mencakup perkataan Nabi SAW, perbuatan atau tindakannya, periwayatannya, ketelitian
serta penyelidikan akan lafaz-lafaznya.
7. Menurut Al-Bagouri bahwa ini adalah ilmu yang mencakup pengutipan atas apa yang disandarkan
kepada Nabi SAW. Dan pengertian ilmu hadits riwayah inilah yang tersebar di kalangan ulama ahli
hadits generasi terakhir, di mana mereka menggunakannya dalam buku-buku ilmu hadits mereka.
ILMU HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH
TOPIK PEMBAHASAN ILMU HADITS RIWAYAH
1. Perkataan Rasulullah SAW, perbuatan, sifat, dan ketetapannya yang mana pengutipannya secara
teliti dan terperinci. Dimana topik yang dikaji adalah periwayatan, ketepatan penulisan, jalur
periwayatan, dan mengetahui hukum suatu hadits apakah shahih, hasan, atau dhaif, serta mencari
arti hadits dan manfaat yang didapat darinya.
2. Al Kirmani menjelaskan bahwa topik pembahasan ilmu ini adalah : “Rasulullah SAW yang
menyatakan bahwa beliau adalah Rasulullah SAW”
Beberapa ulama tidak sependapat karena topik pembahasan tidak hanya tentang hadits tapi juga
mencakup ilmu-ilmu lain selain hadits, seperti ilmu tauhid, ‘ulumul quran’, dan beberapa topik yang
berkaitan dengan hadits seperti biografi Rasulullah SAW sebelum diutus menjadi rasul.
ILMU HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH
MANFAAT ILMU HADITS RIWAYAH
1. Mengetahui bahwa hadits adalah benar adanya dari Rasulullah SAW sehingga kita menjalankan
apa yang telah ditetapkan dan mengikuti sunnahnya.
2. Mengetahui mana hadits yang maqbul (diterima) dan mana yang mardud (ditolak), dan dapat
membedakan mana yang benar, baik, lemah, palsu (bohong/bukan hadits).
3. Mendapatkan kepercayaan di hati umat Islam dan ketenangan terhadap hadits yang memang benar
akan jalur periwayatannya dan kesahihan isinya.
4. Membantu pembentukan karakter seorang pelajar atau siapa saja yang mengkaji ilmu ini, di mana
ia akan terbiasa memeriksa terlebih dahulu atau meneliti terlebih dahulu untuk mendapatkan
kebenaran suatu hadits, sejarah, dan lain sebagainya.
ILMU HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH
PENGERTIAN ILMU HADITS DIRAYAH
1. Ilmu yang membahas tentang periwayatan hadits, syarat, jenis, dan hukumnya, juga mempelajari
asal usul periwayatan, syarat terkabulnya serta hal-hal yang berkaitan dengannya
2. Aturan-aturan yang darinya kita mengetahui bagaimana kondisi jalur periwayatan dan isi atau teks
hadits.
3. Syaikh Islam Abu Al-Fadl Ibn Hajar berpendapat bahwa pengertian ilmu hadits dirayah adalah
mempelajari aturan atau kaidah-kaidah yang memberitahukan keadaan para perawi dan apa yang
diriwayatkannya. Kedua pendapat ini sesuai dengan pembahasan yang dimaksud dalam ilmu ini
yaitu mengetahui keadaan para perawi dan periwayatannya, apakah diterima atau ditolak.
4. Menurut Tash Kubra Zadh bahwa ilmu hadits dirayah adalah ilmu yang mempelajari arti lafaz-lafaz
hadits yang berdasarkan kaidah-kaidah ilmu Bahasa Arab dan aturan syariat yang sesuai dengan
kondisi Nabi Muhammad SAW.
5. Syaikh Taher Al-Jazaeri (wafat 1338 H) berpendapat bahwa ilmu hadits dirayah adalah ilmu yang
darinya dapat diketahui macam-macam periwayatan dan hukumnya, syarat-syarat para perawinya,
buku-buku periwayatan dan memberikan arti haditsnya.
ILMU HADITS RIWAYAH DAN DIRAYAH
TOPIK PEMBAHASAN ILMU HADITS DIRAYAH
Hadits-hadist Rasulullah SAW dari segi arti dan maksud haditsnya.

TUJUAN ILMU HADITS DIRAYAH


Menjalankan syariat Islam yang benar yang bersumber dari hadits Rasulullah SAW yang diterima atau
maqbul periwayatannya dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat

MANFAAT ILMU HADITS DIRAYAH


1. Mengetahui apa yang dapat diterima (maqbul) dan ditolak (mardud) dari suatu hadits
2. Dengan mengetahui hadits-hadits yang diterima (maqbul) periwayatannya, kita dapat
mempraktekkannya sesuai dengan aturan syariat yang ada
3. Mampu menjelaskan secara lebih khusus apa yang disebutkan secara umum dalam Alquran
4. Mampu menafsirkan hal-hal yang masih tidak jelas
5. Dengan mengetahui hadits apa yang ditolak (mardud), kita dapat membedakannya dengan hadits
maudhu’ (palsu/bohong) atau dhaif (lemah) yang mana periwayatannya ditolak dan tidak bisa
diamalkan.
Istilah Dasar dalam Ilmu Hadist
1. Sunnah 18. Al-Wajhu
2. Atsar 19. Syahid
3. Khabar 20. Mutabi’
4. Sahabat 21. Mutaba’ah
5. Taabi’i 22. Muhaddits
6. Taabi’I Taabi’I 23. Hakim
7. Sanad 24. Hafiz
8. Isnad 25. Amir Al-mu’minin fil hadits
9. Sanad’aly
10. Sanad Nazil
11. Sanad safil
12. Musnad
13. Musnid
14. Matan
15. Thariq
16. I’tibar
17. Hujjah
Rawi, Marwi, dan Riwayat
Rawi Marwi Riwayat

Orang yang memindahkan Hadist yang yang Membawa dan menyampaikan suatu
hadits dengan jalur dipindahkan atau dinukilkan hadits serta menyandarkan kepada
periwayatannya sendiri secara oleh seorang perawi melalui orang yang dinisbahkan kepadanya
tersambung atau terhubung jalur periwayatannya sendiri dan penyampaiannya dengan
sampai akhir menggunakan salah satu dari kata-kata
(lafaz) yang digunakan dalam
menyampaikan hadits
SYARAT DITERIMANYA RIWAYAT HADITS
Dalam menerima periwayatan hadits harus memenuhi 2 syarat:
1. Rawi mempunyai sifat adil (‘Adalah) sehingga bisa dipercaya dalam urusan agama.
Yang dimaksud dengan adil adalah dia seorang muslim, baligh, berakal, dan selamat dari hal-hal
yang bersifat fasik serta terlepas dari sifat-sifat yang menjatuhkan akhlak dan martabatnya.
2. Rawi mempunyai sifat teliti atau cermat (dhabit) agar periwayatannya dapat dipercaya.
Ad-Dhaabit maksudnya adalah ketelitian dari Rawi ketika meriwayatkan hadits, tidak lalai,
menghafal haditsnya jika hadits yang diriwayatkannya berasal darinya, dan cermat akan
penulisannya sehingga ia mengetahui apabila ada pergantian atau perubahan dan mengetahui juga
memahami maksud hadits, jika hadits yang diriwayatkannya secara makna.
Ad-Dhabt dibagi menjadi 2:
a. Dhabt as-shadr
Perawi menghafalkan apa yang didengar dalam dadanya tanpa mengubah, memalsukan,
menambah, atau menguranginya sejak dia menukilkan sampai dia menyampaikan hadits
tersebut.
b. Dhabt al-kitab
Perawi teliti akan hafalan dan penulisan hadits serta menjaganya dari perubahan dan
penyimpangan, mulai dari ia menukilkan hadits hingga waktu menyampaikannya.
hA

JENIS HADITS
JENIS-JENIS HADITS YAITU:
1. Hadits Qudsi
Hadits yang disandarkan kepada Allah kemudian Rasulullah menceritakan dan meriwayatkannya
dari Allah
2. Hadits Nabawi
Hadits yang disandarkan dan dinisbatkan kepada Rasulullah

PERBEDAAN HADITS QUDSI DENGAN ALQURAN


3. Alquran lafazh dan maknanya dari Allah, sedangkan hadits qudsi maknanya dari Allah dan
lafazhnya dari Rasulullah
4. Membaca Alquran termasuk ibadah dan mendapat pahala, sedangkan membaca hadits qudsi
bukan termasuk ibadah dan tidak mendapat pahala
5. Disyaratkan mutawatir dalam periwayatan Alquran, sedangkan dalam hadits qudsi tidak disyaratkan
mutawatir
DAFTAR PUSTAKA
1. Sofyan, Nur Baety (2021). ‘Ulumul Hadits. CV Literasi Nusantara Abadi
2. Halim, Lukman (2022). Pengantar Ilmu Hadits. CV jejak
3. Ath-Thahhan, Mahmud (2022). Musthalahul Hadits: Panduan Lengkap & Praktis Belajar Dasar-dasar Ilmu
Hadits. Pustaka Al-Kautsar

Anda mungkin juga menyukai