MAKALAH
OLEH
IRWANSAH (301561210040)
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
نبين ا وحبيبن ا, والص الة والس الم على اش رف األنبي اء واملرس لين,الحم د هلل رب العلمين
Penyusun,
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tasyri‘ al-Islami” menyatakan bahwa umat Islam sejak dahulu sampai sekarang
telah sepakat (ijma') menetapkan bahwa hadis atau sunnah Rasul berupa
Islam yang wajib diikuti.1 Tidak dapat diragukan lagi bahwa al-Hadis adalah
sumber yang kedua hukum islam dan seluruh ulama sepakat menetapkan bahwa
al-Sunnah itulah yang bertindak mengikuti segala apa yang dikehendaki al-
al-Nahl ayat 44, kedudukan Sunnah sebagai penjelas bila al-Quran tidak
kesimpulan yang dipetik oleh ’Imran bin Husain ketika melempar tuduhan yang
sangat lengah dan tidak sehat akan pemahaman seorang lelaki, yang berkata
"Apakah semua itu dapat engkau temukan jelas dalam Kitab Allah? al-Quran
tidak menjelaskan hal ini dan hanya menyebutkannya secara global. Yang
Pada sisi lain, al-Quran berbeda dengan hadis Nabi, yaitu dari segi
1
Ambo Asse, Pengantar Memahami Hadis Nabi. (Makassar: Dar al-Hikmah wa
al-'Ulum, 2010), h. 69.
2
Mahmud al-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid (Cet. III; al-Riyad}:
Maktabah al-Ma’arif, 1417 H./1996 M), h. 13-14.
4
apa yang terjadi pada zaman setelah beliau. Pada zaman Nabi lebih bebas karena
jika ditemukan adanya pemalsuan hadis maka akan segera diteliti lebih lanjut
apakah ada periwayatan langsung oleh Nabi. Berbeda dengan periwayatan yang
terjadi setelah Nabi wafat, maka akan lebih sulit menentukan apakah benar hadis
tersebut berasal dari Nabi sehingga terajdinya syarat-syarat yang ditetapkan oleh
para ulama.
Namun sebagian ahli hadis, ahli fiqhi, dan ahli ushul bersikap ketat.
dengan lafaz, bila ia memahami bahasa Arab dengan segala seluk-beluknya dan
mengerti makna-makna dan kandungan hadis serta memahami kata yang bisa
merubah makna dan kata yang tidak bisa merubahnya. Bila demikian, ia
merupakan langkah penelitian dan pentashihan hadis, seperti yang dilakukan oleh
menilai kualitas sebuah riwayat, hingga hal tersebut berlanjut sampai sekarang
yang khusus menjadikan objek kajian sanad hadis, matan serta periwayat hadis.
5
Olehnya itu untuk melihat kualitas hadis baik dari segi sanad, matan serta
perawinya sangat penting adanya kegiatan naqd al-hadis (kritik hadis) yang
menguji validitas hadis agar nantinya dapat dijadikan sebagai hujjah dan landasan
metode serta upaya untuk mengembalikan hadis pada sumber aslinya sehingga
nantinya dapat dilihat manakah yang termasuk hadis sahih, hasan serta da’if.
Dengan demikian kami mengambil sebuah hadis yang akan kami teliti
ini banyak orang yang terkesan lupa dengan apa yang diajarkan, apa yang
disampaikan oleh Nabi, mereka cenderung berlepas dari dua sumber hukum
pokok Islam, yaitu al-Quran dan Hadis, karenanya kami mencoba meneliti hadis
yang berkaitan dengan hal tersebut, apakah hadis mengenai pedoman umat Islam
adalah al-Quran dan al-Hadis, dalam artian apakah hadis tersebut sahih atau tidak
sahih.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, kata takhrij adalah bentuk masdar dari kata kharraja-
خترجيا-خيرج-) خرج, yang terdiri dari huruf kha, ra, dan jim,
yukharriju-takhrijan (
mempunyai dua makna dasar yaitu: al-nafaz\ ‘an al-syai’ ( ) النفاذ عن الشئyang
dalam satu bentuk.5 Sedangkan menurut Hasbi as-Shiddieqy dalam sejarah dan
ilmu hadis|, takhrij menurut bahasa yaitu mengeluarkan sesuatu dari suatu
tempat.
Menurut istilah ada beberapa definisi takhrij yang dikemukakan oleh para
1. Mengambil suatu hadis dari suatu kitab lalu mencari sanad yang lain dari
sanad penyusun kitab itu. Istilah lain juga disebut mukharrij, mustakhrij.6
2. Menerangkan bahwa hadis itu terdapat dalam suatu kitab yang dinukilkan
ke dalamnya oleh penyusunnya dari suatu kitab lain seperti, البخاري اخرجه
3. Menerangkan perawi dengan derajat hadis yang tidak diterangkan.7
3
Abu al-Husain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz
II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M), h. 175.
4
Muh}{ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r al-Afrīqī, Lisān al-‘Arab, Juz. II (Cet. I;
Beirut: Dār S}ādir, t. th.), h. 249.
5
Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d, h. 7.
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Cet. IV; Jakarta: Amzah, 2010). h. 115.
7
Kata H}adi>s\ berasal dari bahasa Arab al-hadi>s\, jamaknya adalah al-
ah}a>di>s\ berarti sesuatu yang sebelumnya tidak ada (baru).8 Sedangkan dalam
istilah muhaddis\u>n, h}adi>s\ adalah segala apa yang berasal dari Nabi saw.
baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, persetujuan (taqrir ), sifat, atau sejarah
hidup beliu.9
penelusuran atau pencarian h}adi>s\ pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari
lengkap matan dan sanad h}adi>s\ yang bersangkutan.10 Namun defenisi yang
sedikitnya ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhri>j al-
7
Muh. Hasbi As-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. (Semarang: PT Pustaka
Rezki Putra, 1997), h. 170.
8
Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, h.
28.
9
Manna>' al-Qat}t}a>n, Maba>hi>s| fi> ‘Ulu>m al-Hadi>s|. (Cet. IV: Kairo; Maktabah
Wahbah, 1425 H./ 2004 M.), h. 15.
10
Muhammad Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis. (Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), h. 43.
11
Abd al-Rau>f al-Mana>wi>, Faid} al-Qadi>r Syarh} al-Ja>mi‘ al-S}agi>r, Juz I (Cet.
I; Mesir: al-Maktabah al-Tija>riyah al-Kubra>, 1356 H.), h. 17.
8
Untuk mengetahui ada atau tidaknya sya>hid dan mutabi‘12 pada sanad
yang diteliti.
tidak terlepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian takhri>j al-
B. Metode Takhri>j
h}adi>s\ dengan mengaturnya dalam susunan yang berbeda satu dengan lainnya,
Takhri>j.
metode sebagai acuan yang digunakan dalam penelitian h}adi>s\, diantaranya menurut
Abu> Muh}ammad ‘Abd al-Hadi bin ‘Abd Qadir bin ‘Abd al-Hadi menyebutkan bahwa
12
al-Sya>hid adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih,
sedangkan al-muta>bi’ adalah hadis yang diriwayatkan dua orang atau lebih setelah sahabat,
meskipun pada tingkatan sahabat hanya satu orang saja. Lihat: ‘Abd al-H{|||a|||||q ibn saif al-Di>n
ibn Sa‘dulla>h al-Dahlawi>, Muqaddimah fi> Us}u>l al-H{adi>s\ (Cet. II; Beirut: Da>r al-
Basya>ir al-Isla>miyah, 1986), h. 56-57.
9
mencari h}adi>s\. Metode ini digunakan berdasarkan lafal pertama dari matan
berikut:
Syafi>’i atau lebih dikenal dengan Imam al-Suyu>t}i. Dalam mentakhri>j suatu
h}adi>s\, dalam kitab ini diatur menurut urutan huruf hijaiyah agar pencarian
lebih mudah. Kemudian dengan lafal pertama (awal) dari matan h}adi>s\ dengan
pasti.
h}adis\, baik yang s}ah}i>h, h}asan dan yang Dha’if, padahal ini sangat penting
sekali. 13
Kegunaan metode kitab ini sama seperti yang digunakan oleh kitab al-
Jami>’ al-S}aghi>r yang lalu, hanya saja bila kita mendapatkan huruf ( )ﺯini
berarti h}adis\ tersebut berpindah dari ziyadah al-Jami’. Dalam kitab karya al-
13
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, (Cet. I; Beirut: Da>r al-I‘tis}a>m,
1994), h. 61.
14
Keistimewaan yang dimiliki kitab al-Fath al-Kabir ini ialah karena kitab ini memuat
h}adi>s\ yang banyak sekali jumlahnya, karena ia merupakan perpaduan dari dua kitab.
Sedangkan kekurangannya tidak menyebutkan hukum-hukum h}adi>s\, baik yang s}ah}i>h},
h}asan, dan d}a’if. Lihat Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>,
T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 29.
12
sama halnya dengan urutan huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada huruf
pertama dan seterusnya dari matan h}adis\. Adapun h}adis\ fi‘li> disusun
mereka, baik berupa perbuatan Rasul yang dilihatnya atau perbuatan sendiri.
Selain kitab diatas, masih ada kitab yang disusun berdasarkan metode
15
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 30.
16
Kode-kode yang dimaksud sebagai berikut: 1) خImam Bukhari. 2) مImam Muslim. 3)
حبIbnu H{ibban. 4) كal-H{akim dengan penjelaan jika tidak dijadikan umum dalam
Mustadraknya. 5) ضD{iya’ al-Maqdisi> dalam al-Mukhtarah. 6) دAbu Dau>d al-Sajistani.> 7) ت
al-Turmuz\i.> 8) نal-Nasa’i>. 9) هIbnu Majah. 10) طAbu Dau>d al-T{ayalisi.> 11) حمAh}mad
bin H{anbal. 12) ‘ عمAbdullah bin Ah}mad bin H{anbal dalam Ziyadah al-Musnad. 13) ‘ عبAbdul
Razzaq. 14) صS{aid bin Mans}ur. 15) شIbnu Abi Syaibah. 16) عAbu Ya’la. 17) طبT{abrani>
dalam al-S{agir. 18) طسT{abrani> dalam al-Ausat}. 19) طصT{abrani> dalam al-S{agir. 20) قطal-
Daruqut}ni> dengan dijelaskan bila tidak dijadikan umum dalam Sunan. 21) حلAbu Na’im dalam
al-H{ilyah. 22) قal-Baihaqi> dengan dijelaskan bila tidak dijadikan umum dalam Sunan. 23) هب
al-Baihaqi> dalam Sya’bul Iman. 24) عقal-‘Aqili> dalam al-D{u’afa. 25) عدIbnu ‘Adi> dalam al-
Kamil. 26) خطal-Khat}ib dengan dijelaskan bila tidak dijadikan umum dalam al-Tarikh. 27) كر
Ibnu Asakir dalam Tarikhnya. Selanjutnya perbedaan antara kitab al-Jami’ al-S{agir dan al-Jami’
al-Kabir yaitu kode huruf Qaf ( ) ق. Huruf Qaf dalam kitab al-Jami’ al-S{agir berarti Muttaqun
‘Alaihi, tetapi dalam kitab al-Jami’ al-Kabir berarti Imam al-Baihaqi. Lihat Abu Muh}ammad
Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah
S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 32-33.
13
karangan al-Ha>fiz} Abd al-Ra‘uf bin Taj al-Di>n ‘Ali> bin al-
b. Kitab Hidayah al-Bary ila> Tartib ‘Ahdits al- Bukhary, karya as-Sayyid
ar-Rauf al-Manawi>
905 H.
e. Kitab Tamyiz al-Thayyib Min al-Khabits Fi> Ma> Yadu>ru ‘Ala Alsinati
an-Na>s min al-H}adi>s\, karya Imam ‘Abdu al-Rahman bin Ali terkenal
h}adi>s\, baik itu berupa isim (nama benda) atau fi‘il (kata kerja). Dalam
asing. Semakin asing (gharib) suatu kata, maka pencarian h}adi>s\ akan semakin
mudah dan efisien. Di samping itu kitab ini mempunyai keistimewaan dan
kekurangan17.
17
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 60-61.
14
pencarian h}adi>s\ melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan
h}adi>s\.
kata dasarnya; 2) Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat
untuk mengetahui nama sahabat yang menerima h}adi>s\ dari Nabi saw.; 3)
Terkadang suatu h}adi>s\ tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang
Pada kitab ini dalam metode takhri>j melalui kata-kata yang terdapat
pertama adalah menentukan kata kuncinya. Artinya kata tersebut adalah sebagai
alat untuk mencari h}adi>s\. Setelah itu kembalikan kata tersebut kepada bentuk
dasarnya. Lalu mencari dalam kitab mu’jam menurut urutannya dalam huruf
dalam kata kunci tersebut untuk menemukan h}adi>s\ yang di maksud. Kode-
15
Demikian pula halnya dengan tempat h}adi>s\ tersebut dalam kitabnya. Kode-
جه berarti Sunan Ibnu Ma>jah dengan mencantumkan tema dan nomor
18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 120.
16
Metode ini berdasarkan pada perawi pertama suatu h}adi>s\, baik perawi
(muttas}i>l), atau dari kalangan tabi‘in. Sebagai langkah pertama ialah mengenal
lebih dahulu perawi pertama setiap h}adi>s\ yang akan ditakhri>j melalui kitab-
pertama.
al-Mizzi>.
Dalam kitab ini terlebih dahulu harus diketahui nama sahabat yang
diatas. Pada bagian tertentu pentahqiq kitab mencantumkan nama pertama dan
dicari pada bagiannya sendiri. Bila telah mengetahui nama sahabat yang
berdasarkan huruf mu‘jam. Nama sahabat tersebut tentunya dicari menurut nama
dari sahabat, maka harus menelusuri h}adi>s\ sahabat tersebut tanpa terlebih
Metode takhri>j pada kitab ini, langkah pertama yang harus diketahui
ialah perawi h}adi>s\, kemudian meneliti apakah perawi tersebut seorang sahabat
ataukah seorang tabi‘in atukah seorang yang mubham (tidak disebut namanya).
Bila perawi tersebut seorang sahabat, maka nama dan julukannya dapat diketahui
Kitab ini tidak mencantumkan teks h}adi>s\nya, tetapi hanya sejumlah kata yang
ringkas dan sekiranya menunjukkan maksud h}adi>s\ yang diteliti. Kitab ini juga
oleh Imam Ah}mad bin H}anbal. Lahir pada tahun 164 H dan wafat pada
19
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 98.
20
Kelebihan yang dimiliki kitab ini yakni; penyusunannya yang teliti yang memudahkan
peneliti sampai kepada tujuan, dapat melakukan takhri>j hadis dari sahabat yang di cari, dapat
mengetahui hadis-hadis yang dimiliki setiap sahabat dalam tujuh induk hadis, dapat mengetahui
hadis-hadis mursal yang terdapat dalam tujuh kitab tersebut, dapat mengetahui hadis-hadis yang
dalam jalannya sanad terdapat seorang yang samar namanya, agar dapat dijadikan ibarat untuk
dipelajari melalui periwayat lain yang bersambung, terutama kesamaran nama tersebut terjadi pada
selain sahabat. Sedangkan kekurangannya: penggunaan kitab ini sangat bergantung pada
pengenalan perawi teratas, baik sahabat atau tabi’in. Ini sesuatu yang terkadang tidak mudah,
kesulitan mencari hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang termaksud banyak riwayatnya.
18
daftar isi yang terdapat pada akhir setiap juz. Bila sampai pada h}adi>s\-h}adi>s\
maksud. Disamping itu juga kitab ini memiliki kelebihan dan kekurangan.22
Takhri>j dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema h}adi>s\ dan
merupakan cara terbaik dalam mencari h}adi>s\. Disamping itu, metode ini juga
teratas sebagai metode ketiga, yang dituntut oleh metode ke empat ialah
diri penelitian. Seorang peneliti setelah menggunakan metode ini beberapa kali
21
Abdul Gaffar Sulaiman al-Bandary, Mansuah Rijal al-Kutub al-Tir’ah ( Juz I, Beirut:
Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, t. th), h. 22. Dan lihat Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn
‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h.
112.
22
Kelebihan musnad ini ialah; musnad ini mencakup hadis–hadis dalam jumlah yang
sangat banyak, memiliki nilai kebenaran yang lebih banyak dari yang lainnya, kitab ini mencakup
hadis-hadis dan as|ar-as|ar yang tidak terdapat pada lainya. Sedangkan kekurangannya: tanpa
mengetahui nama sahabat tidak mungkin sampai pada hadis yang ditujuh ,untuk mengetahui hadis
maudhu’ mengharuskan membaca musnad keseluruan, dari segi tata letaknya mengakibatkan sulit
menggunakan musnad dengan efisien.
19
akan memiliki kemampuan yang bertambah terhadap tema dan maksud h{adi>s\
permasalahan.
sebagai akibatnya penyusun kitab meletakkan h}adi>s\ pada pada posisi yang
Wensinck. Kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut ada 14 buah
Ah}mad; j) Musnad al-Thayalisi; k) Musnad Zaid bin ‘Ali bin Husein bin ‘Ali
bin Thalib yang wafat pada tahun 122 H; l) al-Thabaqat al-Kubra, karangan al-
H}afizh al-S|iqah Muh}ammad bin Sa‘ad wafat tahun 230 H; m) Sirah Ibnu
tahun 207 H.
Selain kitab takhri>j al-h}adis\ yang disebut di atas, masih banyak lagi
23
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 122-123.
20
Imam ‘A<lim Kabi>r Muh}addis\ ‘Ali> bin H{isa>m al-Di>n ‘‘Abd al-
Jalaluddin al-Suyu>t}i>.
shahi>h dan lain-lain. Kitab-kitab tersebut dapat diketahui melalui kitab yang
pasti bahwa h}adi>s\ yang akan di takhri>j adalah mutawatir. Dalam kitab al-
24
Manna>' al-Qat}t}a>n, Maba>hi>s| fi> ‘Ulu>m al-Hadi>s|, h. 191.
25
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 127.
21
harus merujuk pada kitab-kitab mereka dan menjelaskan posisi h}adi>s\ pada
masing-masing kitabnya.
al-T{arbizu>ni>.
kitab ini terlebih dahulu yang perlu diketahui secara pasti adalah bahwa h}adi>s\
disusun berdasarkan tema, dan untuk mentakri>j h}adi>s\ dalam kitab ini harus
Untuk mencari h}adi>s\ dalam kitab ini, terlebih dahulu harus mengetahui
h}adi>s\ mulai dari nomor urut pertama karena h}adi>s\-h}adi>s\ yang dimuat
oleh para ulama dengan tujuan untuk membantu para peneliti dan pencari
26
Yang dimaksud hadis qudsi adalah hadis yang disandarkan kepada rasulullah saw. dan
disandarkan kepada Allah swt. Lihat Nur al-Din ltr. Manhaj al-naqd fi al-hadis. (Damaskus: Dar
al-Fike, 1979).
27
Abu> Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 194.
22
C. Takhrij Hadits
Matan Hadits
Dalam makalah ini kami meneliti sebuah hadits berdasarkan matan hadits
ٍ ِ
َ اُأْلمو ِر فَِإ َّن ُك َّلبِ ْد َعة
ٌضاَل لَة ِإ
ُ َو يَّا ُك ْم َوحُمْ َدثَات
Artinya:
Dari Abu Dzar radhiallahuanhu: Sesungguhnya sejumlah orang dari
shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasululullah, orang-
orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka
shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa
dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak
dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda:
Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? :
Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan
sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan
sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap
kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah
masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan
syahwatnya? Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya hal
tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa?
Demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal,
maka baginya mendapatkan pahala.
Hadits ini menjelaskan tentang kebajikan dalam segala sesuatu yang baik.
Walaupun hadits ini sudah lengkap secara matan namun tidak berarti hadits ini
bisa dijadikan hujjuah atau motivasi dalam melakukan ibadah dalam kehidupan
belum diketahui apakah hadits ini termasuk hadits shahih, hasan, atau dhaif.
Metode takhrij yang digunakan untuk mencari lafal hadis tersebut adalah
dengan metode salah satu lafal matan hadis. Cara mencari salah satu lafal matan
h}adi>s\ dengan metode ini adalah dengan mengembalikan kata dasar dari lafal
h}adi>s\ yang ingin dicari, selanjutnya mencari dengan urutan abjat huruf
hijaiyyah. Adapun kitab yang kami gunakan pada metode ini adalah Mu ‘jam al-
Setelah melakukan penelusuran dengan metode ini, hasil yang didapatkan oleh
ضل .1
7 ,6 مقدمة: جه
43 مجعة:م
5 سنة:د
23 ,16 مقدمة:دى
َع ْن َج ْع َف ِر،الث َق ِف ُّي
َّ اب ِ ح َّدثَنَا َعْب ُد الْو َّه: قَااَل،ي
َ َ ُّ ت اجْلَ ْح َد ِر ٍ ِ وَأمْح ُد بن ثَاب،يد ٍِ
ُ ْ َ َ َح َّدثَنَا ُس َويْ ُد بْ ُن َس ع
ِإ ِ ِ ُ َكا َن رس: قَ َال، عن جابِ ِر ب ِن عب ِد اللَّ ِه، عن َأبِ ِيه،ب ِن حُم َّم ٍد
ب َ َ ذَا َخط:صلَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َ ول اللَّه َُ َْ ْ َ ْ َ َْ َ ْ
:ول ُ «ص بَّ َح ُك ْم َم َّس ا ُك ْم» َو َي ُق
َ :ول ُ ش َي ُقٍ َكَأنَّهُ ُمْن ِذ ُر َجْي،ُضبُه َ َوا ْشتَ َّد َغ،ُص ْوتُه َ َو َعاَل،ُت َعْينَاه
ْ امْح ََّر
فَ ِإ َّن،«َأما َب ْع ُد
َّ :ول ُ الس بَّابَِة َوالْ ُو ْس طَى» مُثَّ َي ُق
َّ ص َب َعْي ِه ْ َو َي ْق ِر ُن َبنْي َ ِإ، ِ اعةَ َك َه اَتنْي َّ ت َأنَ ا َو
َ الس
ِ
ُ ْ«بُعث
ٍ ٍ ِ ِ
»ٌض اَل لَةَ َو ُك ُّل بِ ْد َع ة،اُأْلم و ِر حُمْ َدثَا ُت َها
ُ َو َش ُّر،ي حُمَ َّمد ُ َو َخْي ُر اهْلَ ْد ِي َه ْد،اب اللَّه ُ َاُأْلم و ِر كت
ُ َخْي َر
29 ِإ
َّ َف َعلَ َّي َو يَل،اعا ِ ِ َ «من َتر َك مااًل ف:ول
ً َضي
َ َو َم ْن َتَر َك َد ْينًا َْأو،َأِلهله ْ َ َ ْ َ ُ َو َكا َن َي ُق
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id dan Ahmad bin Tsabit
Al Jahdari keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul
28
Ibn Majah Abu ‘Abdullah Muhammad Ibn Yazid al-Quzwaini, Sunan Ibn Majah,Juz I,
(Daru Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1431 H), h.15
29
Ibn Majah Abu ‘Abdullah Muhammad Ibn Yazid al-Quzwaini, Sunan Ibn Majah,Juz I,
(Daru Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1431 H), h.17.
25
Wahhab Ats Tsaqafiy dari Ja'far bin Muhammad dari Bapaknya dari Jabir
bin Abdullah ia berkata, "Rasulullah ﷺapabila berkhotbah matanya
menjadi merah, suaranya tinggi dan emosinya menggebu-gebu, seakan-
akan ia adalah seorang pemberi peringatan pada pasukan, beliau berseru,
"Waspadalah, musuh akan datang di pagi hari, musuh akan datang di sore
hari!" Dan beliau berseru, "Aku diutus dengan datangnya hari kiamat
seperti (kedua jari) ini," beliau menggandengkan antara dua jarinya; jari
telunjuk dan jari tengah. Beliau lalu bersabda, "'Amma ba'du;
sesungguhnya sebaik-baik perkara adalah kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah yang
diada-adakan, dan setiap bid'ah adalah sesat." Dan beliau selalu bersabda,
"Barang siapa meninggalkan harta, maka bagi ahli warisnya. Dan barang
siapa meninggalkan utang atau amanah maka akulah yang
menanggungnya."
c. Shahih Muslim, kitab Jami’ah, bab 43
َح َّدثَيِن َخالِ ُد بْ ُن: قَ َال، َح َّد َثنَا َث ْو ُر بْ ُن يَِزي َد، َح َّد َثنَا الْ َولِي ُد بْ ُن ُم ْس لِ ٍم،َح َّدثَنَا َأمْح َ ُد بْ ُن َحْنبَ ٍل
ِ ِ ُّ ح َّدثَيِن عب ُد الرَّمْح ِن بن عم ٍرو: قَ َال،مع َدا َن
َ َ َأَتْينَ ا الْع ْرب: قَ ااَل، َو ُح ْج ُر بْ ُن ُح ْج ٍر،الس لَم ُّي
اض بْ َن َْ ُْ َ َْ َ َْ
}ت اَل َِأج ُد َم ا َأمْحِ لُ ُك ْم َعلَْي ِه ِ ِ ِ َّ ِِ مِم
َ ين ِإ َذا َم ا َأَت ْو َك لتَ ْحملَ ُه ْم ُق ْل
َ {واَل َعلَى الذ
ِ
َ َو ُه َو َّْن َن َز َل فيه،ََس اريَة
ُ ص لَّى بِنَ ا َر ُس ِ ِ ِ ِئ َأَتينَ َ ِئ: و ُق ْلنَا،] فَسلَّمنَا92 :[التوبة
ول َ :اض َ ين َو ُم ْقتَبِس
ُ َ َف َق َال الْع ْرب،ني َ اك َزا ِر
َ ين َو َعا د ْ َ َْ
ت ِمْن َه ا الْعُيُ و ُن ِ ِ ٍ ِ ِ
َ ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َذ
ْ َ مُثَّ َأْقبَ َل َعلَْينَ ا َف َو َعظَنَ ا َم ْوعظَ ةً بَليغَ ةً َذ َرف،ات َي ْوم َ اللَّه
فَ َم ا َذا َت ْع َه ُد ِإلَْينَ ا؟،َأن َه ِذ ِه َم ْو ِعظَ ةُ ُم َو ِّد ٍع
َّ ول اللَّ ِه َك
َ يَ ا َر ُس: َف َق َال قَاِئ ٌل،وب ِ َوو ِجل
ُ ُت مْن َه ا الْ ُقل
ْ ََ
ش ِمْن ُك ْم َب ْع ِدي ِ ِ ِ َّالس م ِع والط ِ ِ
َ َ ْ َّ َف َق َال «ُأوص ي ُك ْم بَِت ْق َوى اللَّه َو
ْ فَِإنَّهُ َم ْن يَع، َوِإ ْن َعْب ًدا َحبَش يًّا،اع ة
ُّ مَتَ َّس ُكوا هِبَا َو َع،ين
ض وا َعلَْي َه ا ِ ِ َّ َفعلَي ُكم بِسنَّيِت وسن َِّة اخْل لَ َف ِاء الْمه ِديِّني،فَسيرى اختِاَل فًا َكثِريا
َ الراشد َ َْ ُ ُ َ ُ ْ َْ ً ْ َََ
31
ٌضاَل لَة ٍ ٍ
َ َو ُك َّلبِ ْد َعة،ٌ فَِإ َّن ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َعة،اُأْلمو ِر
ِ ِ ِ ِ ِإ
ُ َو يَّا ُك ْم َوحُمْ َدثَات،بالن ََّواجذ
Artinya:
31
Abu Dawud Sulaiman al-Asy’asy Ibn Ishaq Ibn Basyir Ibn Syidad Ibn Amr, Sunan Abu
Dawud,Juz IV (Beirut: al-Maktabah al-Ashriyyah, 1431 H),h. 200.
27
َع ْن، َع ْن َعْب ِد الرَّمْح َ ِن بْ ِن َع ْم ٍرو، َح َّدثَيِن َخالِ ُد بْ ُن َم ْع َدا َن،يد ِ َأخبرنَا َأب و ع
َ َأنبََأنَا َث ْو ُر بْ ُن يَِز،اص ٍم َ ُ ََ ْ
َّ مُث،صاَل َة الْ َف ْج ِر ِ ِ ُ صلَّى لَنَا رس: قَ َال،اض ب ِن سا ِريةَ ر ِضي اللَّه عْنه ِ
َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
َ ول اللَّه َُ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ ِ َع ْرب
َكَأن ََّها،ول اللَّ ِه
َ يَا َر ُس: َف َق َال قَاِئ ٌل.وب ِ َ وو ِجل،وعظَنَا مو ِعظَةً بلِيغَةً َذرفَت ِمْنها الْعيو ُن
ُ ُت مْن َها الْ ُقلْ َ َ ُُ َ ْ َ َ َْ َ َ
،اع ِة َوِإ ْن َك ا َن َعْب ًدا َحبَ ِش يًّا َّ «ُأوص ي ُك ْم بَِت ْق َوى اللَّ ِه َو
َ َّالس ْم ِع َوالط
ِ : َف َق َال.مو ِعظَ ةُ م و ِّد ٍع؟ فََأو ِص نَا
ْ َُ َْ
ين ِ ِ َّ َفعلَي ُكم بِس نَّيِت وس ن َِّة اخْل لَ َف ِاء، فَس يرى اختِاَل فً ا َكثِ ريا،فَِإنَّه من يعِش ِمْن ُكم بع ِدي
َ الراش د ُ َ َ ُ ْ َْ ً ْ ََ َ َْ ْ ْ َ َُْ
ِ وقال َأب و ع ٍ ِ ِ ِ ِ
اص ٍم َ ُ َ »ٌ فَ ِإ َّن ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َع ة، َوِإيَّا ُك ْم َوالْ ُم ْح َدثَات، َعضُّوا َعلَْي َه ا بِالن ََّواج ذ،ني َ ِّالْ َم ْه دي
ٍ ِ
َ اُأْلمو ِر فَِإ َّن ُك َّلبِ ْد َعة ِإ:مَّر ًة
32
»ٌضاَل لَة ُ «و يَّا ُك ْم َوحُمْ َدثَات َ َ
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Ashim, telah mengabarkan kepada
kami Tsaur bin Yazid, telah menceritakan kepadaku Khalid bin Ma'dan
dari Abdur Rahman bin 'Amr dari 'Irbadl bin Sariah ia berkata, "Rasulullah
32
Abu Muhammad Abdullah Ibn Abdurrahman Ibn Fadli Ibn Bahrami Ibn Abdul Shomad
ad-Darimi, Musnad ad-Darimi al-Ma’rufi, Juz I (al-Mamlukah al-‘Arabiyyah al-Sa’udiyyah
; Dar al-Mugni li an-Nasyri wa at-Tauzi’, 1433 H), h. 228.
28
،يهِ ِ عن َأب، ح َّدثَيِن جع َف ر بن حُم َّم ٍد، ح َّد َثنَا حَي بن س لَي ٍم،ف ٍ ََأخبرنَ ا حُمَ َّم ُد بْن َأمْح َ َد بْ ِن َأيِب َخل
َْ َ ُْ ُ َْ َ ْ ُ ُ ْ ْىَي َ ُ ََ ْ -
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه ِ ُ خطَبنَ ا رس: قَ َال- ر ِض ي اللَّه عْنهم ا- ي
َ ول اللَّه ِ َ َْع ْن َج ابِ ِر بْ ِن َعْب ِد اللَّ ِه اَأْلن
َُ َ َ َ ُ َ ُ َ َ ِّ ص ار
َو َش َّر،ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ٍ ِ
َ ْ «ِإ َّن َأف:َو َس لَّ َم فَ َح ِم َد اللَّهَ َوَأْثىَن َعلَْي ه مُثَّ قَ َال
ُ ض َل اهْلَ ْد ِي َه ْد
َ ي حُمَ َّمد
ٍ
َ َو ُك َّل بِ ْد َعة،اُأْلمو ِر حُمْ َدثَا ُت َها
» »ٌضاَل لَة ُ
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Abu Khalaf,
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim ia berkata, "Telah
menceritakan kepada kami Ja'far bin Muhammad dari ayahnya dari Jabir
bin Abdullah Al Anshari radhiallahu'anhu ia berkata, "Rasulullah
Subhanallahu wa Ta'ala berkhotbah (di depan kami) lalu beliau memuji
Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya
petunjuk yang terbaik adalah petunjuk Muhammad ﷺdan seburuk-buruk
perkara adalah hal baru yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat.'"
َأِلهلِ ِه َو َم ْن
ْ َاعةُ َو َم َّس ْت ُك ْم َم ْن َت َر َك َم ااًل ف
َ الس
َّ ص بَّ َحْت ُك ْم ِ َّ َأش ار بُِأص بعي ِه
َ الس بَّابَة َوالْ ُو ْس طَى ْ َ ُ ْ َ َ َه َك َذا َو
ِ
»نيَ اعا فَِإيَلَّ َو َعلَ َّي َوالضَّيَاعُ َي ْعيِن َولَ َدهُ الْ َم َساك
ً َضي
َ َتَر َك َد ْينًا َْأو
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, telah
menceritakan kepada kami Tsaur bin Yazid, telah menceritakan kepada
kami Khalid bin Ma'dan berkata, telah menceritakan kepada kami
Abdurrahman bin 'Amr As-Sulami dan Hujr bin Hujr berkata, kami
mendatangi Al 'Irbadl bin Sariyah dia adalah termasuk orang yang
menyebabkan turunnya ayat, 'Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang
yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka
kendaraan, lalu kamu berkata, "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk
membawamu " Lalu kami mengucapkan salam dan kami katakan, "Kami
mendatangi Anda, dalam rangka mengunjungi, kembali dan mencari ilmu.
lalu 'Irbadl berkata, "Rasulullah ﷺsalat Subuh bersama kami pada suatu
hari, lalu beliau menemui kami dan memberi nasihat yang sangat
mengena, yang menyebabkan mata bercucuran dan hati menjadi tergetar.
Lalu ada seseorang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, sepertinya ini
adalah nasihat perpisahan, maka apa yang Anda wasiatkan kepada kami."
Beliau bersabda, "Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah,
mendengar dan taat walau kepada budak dari Habasyah. Sungguh siapa
yang hidup di antara kalian setelahku akan melihat perselisihan yang
banyak. Berpeganglah dengan sunahku dan sunnah Khulafa' Rasyidin
yang mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah dan gigitlah dengan gigi
geraham. Hindarilah kalian hAl hal yang baru, sesungguhnya setiap hal
yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah ada sesat. Telah menceritakan
kepada kami Haiwah bin Syuraih, telah menceritakan kepada kami
Baqiyyah, telah menceritakan kepadaku Bahir bin Sa'ad dari Khalid bin
Ma'dan dari Ibnu Abu Bilal dari Al 'Irbadl bin Sariyah, ia menceritakan
kepada mereka sesungguhnya Rasulullah ﷺtelah memberi nasihat kepada
mereka pada suatu hari setelah salat Subuh, lalu dia sebutkan. Telah
menceritakan kepada kami Isma'il dari Hisyam Ad-Dustuwa'i dari Yahya
bin Abu Katsir dari Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits dari Khalid bin
Ma'dan dari Abu Bilal dari Al 'Irbadl bin Sariyah, dia menceritakan kepada
mereka sesungguhnya Rasulullah ﷺmemberi nasihat kepada mereka pada
suatu hari setelah salat Subuh, lalu dia menyebutkanya secara lengkap.
ح دثنا الض حاك بن خمل د عن ث ور عن خال د بن مع دان عن عب د ال رمحن بن عم رو الس لمي عن
صلى لنا رسول اهلل الفجر مل أقبل علينا قوعظنا موعظة بليغة ترقت هلا:عرباض بن سارية قال
األعني ووجلت منه ا القل وب قلن ا أو ق الوا ي ا رس ول اهلل ك أن ه ذه موعظ ة م ودع فأوص نا ق ال
30
«أوص يكم بتق وى اهلل والس مع والطاع ة وإن ك ان عب دا حيثي ا فإن ه من يعش منكم ي رى بع دي
اختالف ا كث ريا فعليكم بس نيت وس نة اخللف اء الراش دين امله ديني وعض وا عليه ا بالتواج د وحياكم
33
" وحمدثات األمور فإن كل حمدثة بدعة وإن كل بدعة ضاللة
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Adl-Dlahak bin Mukhlad dari Tsaur dari
Khalid bin Ma'dan dari Abdurrahman bin 'Amr As-Sulami dari Al 'Irbadl
bin Sariyah berkata, Rasulullah ﷺsalat fajar bersama kami, lalu beliau
menghadap kepada kami dan memberi nasihat kepada kami dengan nasihat
mendalam, yang menyebabkan mata bercucuran dan hati tergetar. Kami
bertanya atau mereka berkata, "Wahai Rasulullah, sepertinya ini adalah
nasihat perpisahan, maka wasiatkanlah kepada kami." Beliau bersabda,
"Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat
walau kepada budak dari Habasyah. Sungguh siapa yang hidup di antara
kalian akan melihat perselisihan yang banyak. Berpeganglah dengan
sunahku dan sunah Khulafa' Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah
kalian dengan gigi geraham. Hindarilah kalian hAl hal yang baru,
sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah ada
sesat.
i. Musnad Ahmad , Juz IV, Hal 127
Takhri>j dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema h}adi>s\ dan
merupakan cara terbaik dalam mencari h}adi>s\. Disamping itu, metode ini juga
Pada Kitab Miftah Kunuz as-Sunnah Menggunakan Kata Kunci بدعة Pada
Halaman 76. Setelah melakukan penelusuran dengan metode ini, hasil yang
5 ب39 بد – ك .1
sebagai berikut:
32
َح َّدثَيِن َخالِ ُد بْ ُن: قَ َال، َح َّد َثنَا َث ْو ُر بْ ُن يَِزي َد، َح َّد َثنَا الْ َولِي ُد بْ ُن ُم ْس لِ ٍم،َح َّدثَنَا َأمْح َ ُد بْ ُن َحْنبَ ٍل
ِ ِ ُّ ح َّدثَيِن عب ُد الرَّمْح ِن بن عم ٍرو: قَ َال،مع َدا َن
اض بْ َنَ َ َأَتْينَ ا الْع ْرب: قَ ااَل، َو ُح ْج ُر بْ ُن ُح ْج ٍر،الس لَم ُّي َْ ُْ َ َْ َ َْ
}ت اَل َِأج ُد َم ا َأمْحِ لُ ُك ْم َعلَْي ِه ِ ِ ِ َّ ِِ مِم
َ ين ِإ َذا َم ا َأَت ْو َك لتَ ْحملَ ُه ْم ُق ْل
َ {واَل َعلَى الذ َ َو ُه َو َّْن َن َز َل فيه،ََس اريَة
ِ
ُ ص لَّى بِنَ ا َر ُس ِ ِ ِ ِئ َأَتينَ َ ِئ: و ُق ْلنَا،] فَسلَّمنَا92 :[التوبة
ول َ :اض ُ َ َف َق َال الْع ْرب،ني َ ين َو ُم ْقتَبِس
َ ين َو َعا د َ اك َزا ِر ْ َ َْ
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
ت مْن َه ا الْعُيُ و ُن ْ َ مُثَّ َأْقبَ َل َعلَْينَ ا َف َو َعظَنَ ا َم ْوعظَ ةً بَليغَ ةً َذ َرف،ات َي ْوم َ ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َذ
َ اللَّه
فَ َم ا َذا َت ْع َه ُد ِإلَْينَ ا؟،َأن َه ِذ ِه َم ْو ِعظَ ةُ ُم َو ِّد ٍع
َّ ول اللَّ ِه َك َ يَ ا َر ُس: َف َق َال قَاِئ ٌل،وب ُ ُت مْن َه ا الْ ُقل
ِ َوو ِجل
ْ ََ
ش ِمْن ُك ْم َب ْع ِدي ِ ِ
ْ فَِإنَّهُ َم ْن يَع، َوِإ ْن َعْب ًدا َحبَش يًّا،اع ة
ِ َّالس م ِع والط ِ
َ َ ْ َّ َف َق َال «ُأوص ي ُك ْم بَِت ْق َوى اللَّه َو
ِ
ض وا َعلَْي َه ا ُّ مَتَ َّس ُكوا هِبَا َو َع،ين ِ ِ َّ َفعلَي ُكم بِسنَّيِت وسن َِّة اخْل لَ َف ِاء الْمه ِديِّني،فَسيرى اختِاَل فًا َكثِريا
َ الراشد َ َْ ُ ُ َ ُ ْ َْ ً ْ َََ
34
»ٌضاَل لَة ٍ ٍ
َ َو ُك َّلبِ ْد َعة،ٌ فَِإ َّن ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َعة،اُأْلمو ِر
ِ ِ ِ ِ ِإ
ُ َو يَّا ُك ْم َوحُمْ َدثَات،بالن ََّواجذ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Tsaur bin Yazid, ia berkata, telah menceritakan
kepadaku Khalid bin Ma'dan, ia berkata, telah menceritakan kepadaku
'Abdurrahman bin Amr As Sulami dan Hujr bin Hujr, keduanya berkata,
"Kami pernah mendatangi Irbadh bin Sariyah, sementara ia adalah
termasuk seseorang yang turun kepadanya ayat: '(Dan tiada (pula dosa)
atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kami
memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, "Aku tidak memperoleh
kendaraan orang yang membawamu) ' -QS. At-Taubah: 92- Kami ucapkan
salam kepadanya seraya berkata, "Kami mendatangimu untuk berkunjung,
duduk-duduk mendengar sesuatu yang berharga darimu." Irbadh pun
berkata, "Suatu ketika Rasulullah ﷺpernah salat bersama kami, beliau
lantas menghadap ke arah kami dan memberikan sebuah nasihat yang
sangat menyentuh, yang membuat mata menangis dan hati bergetar. Lalu
seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat
untuk perpisahan! Lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami?' Beliau
bersabda, 'Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah,
senantiasa taat dan mendengar meskipun yang memerintah adalah seorang
budak Habasyah yang hitam. Sesungguhnya orang-orang yang hidup
setelahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, hendaklah kalian
berpegang dengan sunnahku, dan sunnah para Khalifah. Berpegang
teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah oleh
34
Abu Dawud Sulaiman al-Asy’asy Ibn Ishaq Ibn Basyir Ibn Syidad Ibn Amr, Sunan Abu
Dawud,Juz IV (Beirut: al-Maktabah al-Ashriyyah, 1431 H),h. 200
33
BAB III
A. Pengertian Sanad
Sanad secara bahasa berarti al-mu’tamad امل ْعتَ َم ُدyaitu “yang diperpegangi
ُ
(yang kuat) yang bisa dijadikan pegangan”. dapat juga diartikan: م اَ ْار َت َف َع ِم َن
35
اَألرض
ْ
36
yaitu “Sesuatu yang terangkat (tinggi) dari tanah”.
35
Mahmud al-Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadits, (Beirut:Dar al-Quran al-Karim, 1412
H/1991 M), h. 20.
36
M.’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, (Beirut:Dar al-
Fikr,1989), h. 32.
34
yang pertama.37
Ada beberapa istilah yang erat hubungannya dengan sanad, yaitu isnad,
a. Isnad
b. Musnad
Musnad adalah bentuk isim maf’ul dari kata kerja َأس نَ َد
ْ , yang berarti
sahabat, seperti hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ra. dan
37
M.’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, h. 32.
38
Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis I, (Jakarta: Bulan Bintang,
1981), h.43.
39
M.’Ajjaj al-khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, h. 32.
40
Mahmud al-Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadits, h. 15.
41
Zhafar al-Tahanawi, Qawaid fi ‘Ulum al-Hadis,ed. Abd al-fattah Abu Ghuddah (Beirut:
Maktabat al-Nah’ah, 1404 H/1984 M), h.26.
35
c. Musnid
tersebut, atau tidak mempunyai pengetahuan tentang sanad tersebut, tetapi hanya
B. Jenis-jenis Sanad
1. Sanad ‘Aliy
Sanad ‘aliy adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Sanad ‘aliy ini terbagi menjadi dua:
a. Sanad ‘aliy yang bersifat mutlak. Yaitu sanad yang jumlah rawinya
jalur yang lain. Dan jika sanad tersebut shahih maka ia menempati
b. Sanad ‘aliy yang bersifat nisby. Yaitu sanad yang jumlah rawinya
lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadis, seperti
42
Zhafar al-Tahanawi, Qawaid fi ‘Ulum al-Hadis,ed. Abd al-fattah Abu Ghuddah, h.26.
43
M. Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h. 96
36
dan sebagainya.
2. Sanad Nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadis dengan sanad yag lebih banyak akan
tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.
lebih konkret dan terurai tentang riwayat hadis yang dapat dijadikan hujjah (dalil).
Dia menyatakan hadis ah}ad tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali menemukan
dua syarat, yaitu pertama hadis tersebut diriwayatkan oleh orang yang tsiqah (adil
dalam muqaddimahnya:
44
Abu Abdullah Muhammad ibn Idris al-Syafi>’i, al-Risa>lah, naskah diteliti dan
disyarah oleh Ahmad Muhammad Syakir (Kairo: Maktabat Dar al-Turas, 1399 H/1979 M), h.369.
37
perawi yang adil dan dhabit sampai akhir sanadnya, tidak terdapat kejanggalan
Dari defenisi hadis shahih di atas tampak jelas bahwa hadis shahih harus
1. Bersambung sanadnya
D. Kritik Sanad
mengumpulkan hadis yang terdapat dalam kitab sumber hadis) serta menyusun
skema sanad hadis yang dimaksudkan untuk melihat apakah hadis-hadis tentang
sujud sahwi tersebut memiliki penguat pada kalangan sahabat (sya>hid) ataupun
akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan kualitas sanad dan matan hadis-
apakah sahih, hasan ataupun daif. Terkait dengan penentuan kualitas sebuah hadis,
mayoritas ulama berpegang pada defenisi hadis sahih yang telah disaring oleh Ibn
al-S}ala>h} sebagai syarat sebuah hadis dapat dinyatakan sahih, yaitu; setiap
periwayat yang terlibat dalam proses periwayatan hadis harus bersambung atau
45
Ibnu al-Shalah, Ulumul Hadis, (Beirut:al-maktabah al-ilmiyah,1989), h. 7.
46
Bustamin M. Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Cet I; Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 24.
38
bertemu, bersifat adil dan memiliki kekuatan hafalan. Sementera dua lainnya,
yakni tidak terdapat pertentangan pada setiap matan hadis, baik yang semakna
ataupun yang tidak semakna (sya>z\) dan setiap matannya tidak memiliki lafal
yang telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya tentang kaidah kesahihan hadis.
Dengan demikian, persyaratan inilah yang akan peneliti coba aplikasikan dalam
meneliti kualitas hadis-hadis tentang bid’ah pada Sunan Ibnu Majah, kitab
muqaddimah, bab 6.
1. Ibn Ma>jah
Ibn Ma>jah Al-Qazwini al-Hafiz. Lahir pada tahun 209 H dan Wafat di Mesir
pada tahun 273 H di hari Senin dan dimakamkan di hari Selasa. Beliau meninggal
di usia 64 tahun. Beliau merupakan salah satu penulis buku “al-Sunan” dengan
Mesir, Syam dan Negara-negara lain. Beliau memiliki pengetahuan yang banyak
dalam dalam hadis| dan hafalan al-Qur’an dan memiliki karya dalam sunan, tafsir
dan sejarah.
Beliau memiliki beberapa guru dan murid, diantara guru beliau adalah
Ahmad bin S|a>bit, Ahmad bin Sa’i>d, Ah}mad bin Suna>n bin Asad bin
Hubba>n, Husain bin Hasan H{arb al-Sulmi, Husain bin Junaid, Husain bin
Salamh bin Isma>’il. Adapun murid beliau diantaranya adalah Ibra>him bin
Di>na>r, Ahmad bin Ibra>him, Abu ‘Amru> Ahmad bin Muhammad bin
Haki>m, Isha>q bin Muhammad, Ja’far bin Idri>s, Husain bin Ali bin
Yuzda>niya>r.
39
mengemukakan bahwa menurut Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Khalil bin Abdullah Al-
‘Amru Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Dzakwan al-Bahrani. Beliau lahir di
Damasykus pada tahun 173 H dan wafat pada tahun 242 H. Beliau adalah seorang
Qari, imam masjid di Damaskus. Beliau tinggal di darb dan keturunan bani
hasyim. Beliau memiliki beberapa murid dan guru, diantara murid-murid beliau
adalah Abu Dawud, Ibn Ma>jah, Ahmad bin Anas bin Malik, Ahmad bin Abu
Hawari dan Ahmad bin ‘Amir bin Mu’ammar. Adapun guru-guru beliau
diantaranya adalah ‘Ishaq bin Muhamad bin Abdurrahman, Ayyub bin Tamimi,
al-Kama>l menjelaskan bahwa Abu Hatim menilai ‘Abdullah bin Ahmad bin
Basyir S}adu>q. Yahya bin Mu’in menjelaskan bahwa tidak ada masalah pada
Ma>jah (l: 209 H – w: 273 H) dengan ‘Abdullah bin Ahmad bin Basyi>r (l: 173 –
w: 242 H) adalah 27 tahun, jika ditinjau dari jarak lahir Ibn Ma>jah dengan
Husain bin Hasan adalah 37, jika berdasar pada standar seorang perawi menerima
berumur 15 tahun untuk belajar sebelum ‘Abdullah bin Ahmad bin Basyi>r wafat.
40
digunakan.
pada tahun 195 atau 196 H. Beliau memiliki guru dan murid, diantara murid
‘Abdullah bin Ahmad bin Basyi>r, Isha>q bin Abi Isra>i>l, Isha>q bin
guru-guru beliau diantaranya Sa’i>d bin Basyi>r, ‘Abdullah bin Zahir, ‘Abdullah
bin al-Mugi>rah, Muhammad bin ‘Ajlani, ‘Abdullah bin al-‘Alai, Ayyas bin
Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-8, yaitu al-
Wust}a min ‘Atba>’a al-Ta>bi’i>n. Muhammad bin Sa’id dalam kitab S}aghir
dalam Tabaqat al-Khamsah dan Kabi>r dalam Tabaqat as-Sadisah dia menilai
bahwa Wali>d bin Muslim S|iqat dan memiliki banyak hafalan hadis\.
Beliau lahir pada tahun 75 H dan wafat pada tahun 164 H. Anaknya bernama
Ibrahim bin ‘Abdullah bin al-‘Alai bin Zabri dan saudaranya bernama Bashr bin
al-‘Alai bin Zabri. Beliau memiliki beberapa guru dan murid, diantara murid-
murid beliau adalah Muhammad bin Syu’aib, Walid bin Muslim, Mus’ab bin
Sullam, Utsman bin Abdurrahman, Zaid bin Yahya bin ‘Ubaid. Adapun guru-guru
47
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. LIII, h.19.
41
beliau adalah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, ‘Umar bin Muhajir, al-Qasim bin
Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-7, yaitu min
berkata bahwa Hanbal bin Ishaq dari Ahmad bin Hanbal menilai bahwa Abdullah
bin al-Alai muqarib al-hadis. ‘Abbas al-Dauri, Abu Bakar bin Abi Khayt}amah,
Usman bin Said al-Darimi dan Muawiyah bin sSalih dari Yahya bin Muin, Abu
D}ara’a al-Dimasyqiy, Abu Bishr al-Dulabi dan Abu Dawud menilai bahwa
Abdullah bin al-Alai S|iqa>t. Muhammad bin Auf al-T{ai berkata dari Yahya bin
memiliki beberapa guru dan murid, diantara murid-murid beliau adalah ‘Abdullah
bin al-‘Ala’, ‘At}a’ al-Kharasani, al-Walid bin Sulaiman bin Abu Saib. Adapun
guru-guru beliau adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, ‘Irbad} bin Sariyyah.
Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-4, yaitu al-
Wust}a> min al-Ta>bi’i>n. Usman bin Sa’id al-Darimi berkata dari Dahim
menilai bahwa Yahya bin al-Mutha S|iqat ma’ruf. Hal itu juga disebutkan oleh
Wafat pada tahun 70 H. Beliau memiliki beberapa guru dan murid, diantara
murid-murid beliau adalah Hakim bin ‘Amir, Khalid bin Mu’da>n, Sa’id bin
Hanai, Syarih bin ‘Ubaid, Yahya bin al-Mut}ha, dan Abdurrahman bin Abu
Bila>l. Adapun guru-guru beliau adalah Nabi Muhammad dan Abu ‘Ubaidah al-
Jarah.
42
S}aha>bi.48
menilai bahwa sanad hadis bersambung, maka dapat disimpulkan bahwa hadis
yang diteliti bersifat s}ahih dikarenakan tidak terdapat data yang menunjukkan
adanya periwayat yang lemah oleh kritikus, maka dari itu penelitian dapat
48
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. II, h. 46.
49
M. Syuhudi Ismail,Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, cet. I,
1992) hal. 121-122.
43
Dari sanad yang telah diteliti yang merupakan objek kajian, maka peneliti
menemukan bahwa sanad hadis tersebut s}ah}i@h}, karena telah memenuhi
kaidah kes}ah}i@h}an sanad hadis, yaitu: ittis}a>l al-sanad, keadilan para
perawi (‘ada>lah al-ruwa>t) dan sempurnanya hafalan rawi (ta>m al-d}abt}).
Berdasarkan kualitas sanad diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas matan hadits
ini s}ah}i@h.
selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah dengan meneliti susunan lafal dari
Dalam meneliti lafal matan hadis disini penulis mengacu pada kaidah mayor
kesahihan matan hadis yaitu terhindar dari ‘illah yang mana kaidah minornya
huruf/syakalnya).
Untuk mempermudah dalam mengetahui ‘illah yang telah disebutkan
c. Musnad ad-Da>rimi>
44
a. Imam Syafi'i
45
"Perkara baru itu ada dua macam, yaitu yang pertama sesuatu hal baru yang
bertentangan dengan al-Qur'an, as-Sunnah, Atsar dan Ijma', maka itu disebut
bid'ah yang sesat.Yang kedua adalah sesuatu yang baru namun baik dan tidak
ada bertentangan dengan salah satu dari hal diatas (Qur'an, Sunnah, Atsar dan
Ijma'), maka hal itu disebut hal baru tapi tidak tercela.”(Manaqibus-syafi'i
Imam Baihaqi, Jilid 1 hal. 469)
b. Imam Al-Ghazali
"Apa yang disebut sebagai hal baru sesudah era Nabi tidak semuanya terlarang,
yang terlarang itu adalah yang bertentangan dengan hadits dan mengangkat
suatu perkara dalam syariah dengan tetapnya illat yang ada. Bahkan hal baru
itu terkadang menjadi wajib bergantung berubahnya sebab-sebab yang ada.
(Ihya' ulumudin jilid 3 hal.2)
"Bid'ah adalah hal baru yang tidak ada contoh sebelumnya, jika dikaitkan
dengan hadits bisa menjadi tercela, namun hakikatnya jika hal baru itu berisi
sesuatu yang baik dalam hukum syariah maka hukumya menjadi baik pula,
demikian juga jika berisi hal buruk dalam pandangan syariah maka hukumnya
juga tercela. Jika tidak ada dalil tentang baik atau buruknya, maka itu menjadi
bid'ah yang mubah. (Fathul Bari Syarah Bukhori jilid 4 hal.294).