Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mustafa al-Siba’iy dalam bukunya “al-Sunnatu wa makanatuha fi al-

tasyri‘ al-Islami” menyatakan bahwa umat Islam sejak dahulu sampai sekarang

telah sepakat (ijma>') menetapkan bahwa h{adi>s\ atau sunnah Rasul berupa

perkataan, perbuatan dan pengakuannya merupakan dasar atau sumber hukum

Islam yang wajib diikuti.1 Tidak dapat diragukan lagi bahwa al-H{adi>s\ adalah

sumber yang kedua hukum islam dan seluruh ulama sepakat menetapkan bahwa

al-Sunnah itulah yang bertindak mengikuti segala apa yang dikehendaki al-

Quran. Olehnya itu al-H{adi>s\ merupakan penjelasan, penafsir, pengqaid, dan

pentakhsis. Allah menerangkan kedudukan Sunnah terhadap al-Quran dalm surah

al-Nahl ayat 44, kedudukan Sunnah sebagai penjelas bila al-Quran tidak

menyebutkan rincian dan penjelasan tentang suatu permasalahan. Itulah

kesimpulan yang dipetik oleh ’Imran bin H{usain ketika melempar tuduhan yang

sangat lengah dan tidak sehat akan pemahaman seorang lelaki, yang berkata

"Apakah semua itu dapat engkau temukan jelas dalam Kitab Allah? al-Quran

tidak menjelaskan hal ini dan hanya menyebutkannya secara global. Yang

menerangkannya dengan jelas dan tegas adalah Sunnah.

Pada sisi lain, al-Quran berbeda dengan hadis Nabi, yaitu dari segi

periwayatan al-Quran bersifat qat}'i> al-wurud. Sedangkan untuk hadis Nabi

umumnya bersifat z}ann al-wurud.2 Olehnya itu dalam periwayatan h}adi>s\

1
Ambo Asse, Pengantar Memahami Hadis Nabi. (Makassar: Dar al-Hikmah wa
al-'Ulum, 2010), h. 69.
2
Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d (Cet. III;
al-Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif, 1417 H./1996 M), h. 13-14.
2

mengalami periwayatan secara maknawi berbeda dengan al-Qur'an yang terjamin

keaslian teksnya dari Allah swt.

Metode periwayatan yang terjadi di zaman Nabi tentulah berbeda dengan

apa yang terjadi pada zaman setelah beliau. Pada zaman Nabi lebih bebas karena

jika ditemukan adanya pemalsuan hadis maka akan segera diteliti lebih lanjut

apakah ada periwayatan langsung oleh Nabi. Berbeda dengan periwayatan yang

terjadi setelah Nabi wafat, maka akan lebih sulit menentukan apakah benar

h}adi>s\ tersebut berasal dari Nabi sehingga terajdinya syarat-syarat yang

ditetapkan oleh para ulama.

Namun sebagian ahli h}adi>s\, ahli fiqhi, dan ahli ushul bersikap ketat.

Mereka mewajibkan periwayatan h}adi>s\ dengan lafaz}, dan tidak

diperbolehkan periwayatan dengan makna sama sekali. Mayoritas ulama

cenderung berpendapat bahwa seorang muh}addis\ boleh meriwayatkan dengan

makna, tidak dengan lafaz}, bila ia memahami bahasa Arab dengan segala seluk-

beluknya dan mengerti makna-makna dan kandungan h}adi>s\ serta memahami

kata yang bisa merubah makna dan kata yang tidak bias merubahnya. Bila

demikian, ia diperbolehkan meriwayatkan dengan makna. Karena dengan

pemahamannya yang kuat, ia bisa menghindari perubahan makna dan pergeseran

hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.

Kemudian setelah adanya periwayatan h}adi>s\ maka kajian selanjutnya

merupakan langkah penelitian dan pentashihan h}adi>s\, seperti yang dilakukan

oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dengan menggunakan kriteria tersendiri dalam

menilai kualitas sebuah riwayat, hingga hal tersebut berlanjut sampai sekarang

dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Sehingga lahirlah ilmu

yang khusus menjadikan objek kajian sanad h}adi>s\, matan serta periwayat

h}adi>s\.
3

Olehnya itu untuk melihat kualitas h}adi>s\ baik dari segi sanad, matan

serta perawinya sangat penting adanya kegiatan naqd al-h}adi>s\ (kritik hadis)

yang menguji validitas hadis agar nantinya dapat dijadikan sebagai hujjah dan

landasan hukum dalam mengaplikasikan nilai-nilai ibadah. Takhrij al-h}adi>s\

merupakan metode serta upaya untuk mengembalikan h}adi>s\ pada sumber

aslinya sehingga nantinya dapat dilihat manakah yang termasuk h}adi>s\

s}ah}i>h, h}asan serta d}a’i>f.

Dengan demikian kami mengambil sebuah h}adi>s\ yang akan kami teliti

bedasarkan metode-metode tersebut, karena melihat realitas yang ada sekarang

ini banyak orang yang terkesan lupa dengan apa yang diajarkan, apa yang

disampaikan oleh Nabi, mereka cenderung berlepas dari dua sumber hukum

pokok Islam, yaitu al-Quran dan H{adi>s\, karenanya kami mencoba meneliti

h}adi>s\ yang berkaitan dengan hal tersebut, apakah h}adi>s\ mengenai pedoman

umat Islam adalah al-Quran dan al-H{adi>s\, dalam artian apakah h}adi>s\

tersebut s}ah}i>h} atau tidak s}ah}ih}.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Takhri>j al-H{adi>s\?

2. Bagaimana metode Takhri>j al-H{adi>s\?

3. Apa fungsi dan kegunaan melakukan Takhri>j al-H{adi>s\?

C. Tujuan & Kegunaan

Tujuan dari penelitian h}adi>s\ ini adalah untuk melacaka apakah

h}adi>s\ yang dikaji berstatus s}ah}i>h}, h}asan, d}a’i>f dan lain sebagainya

dengan melihat jalur periwayatannya sehingga dikemudian hari dapat diketahui

apakah h}adi>s\ ini dapat diapakai atau tidak.


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhri>j H}adi>s\

Menurut bahasa, kata takhri>j adalah bentuk masdar dari kata kharraja-

yukharriju-takhri>jan ( ‫خترجيا‬-‫خيرج‬-‫) خ رج‬, yang terdiri dari huruf kha, ra, dan

jim, mempunyai dua makna dasar yaitu: al-nafa>z\ ‘an al-syai’ (‫الشئ‬ ‫) النفاذ عن‬
yang artinya menembus sesuatu dan ikhtila>f launain (‫ ) اختالف ل ونني‬yang

artinya perbedaan dua warna.3 Kata takhri>j memiliki makna memberitahukan

dan mendidik atau bermakna memberikan warna berbeda. 4 Menurut Mah}mu>d

al-T{ah}h}a>n, takhri>j pada dasarnya mempertemukan dua perkara yang

berlawanan dalam satu bentuk.5 Sedangkan menurut Hasbi as-Shiddieqy dalam

sejarah dan ilmu h}adi>s|, takhri>j menurut bahasa yaitu mengeluarkan sesuatu

dari suatu tempat.

Menurut istilah ada beberapa definisi takhri>j yang dikemukakan oleh

para ulama, diantaranya sebagai berikut:

1. Mengambil suatu h}adi>s\ dari suatu kitab lalu mencari sanad yang lain

dari sanad penyusun kitab itu. Istilah lain juga disebut mukharrij,

mustakhri>j.6

2. Menerangkan bahwa h}adi>s\ itu terdapat dalam suatu kitab yang

dinukilkan ke dalamnya oleh penyusunnya dari suatu kitab lain seperti,

‫اخرجه البخاري‬

3
Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah,
Juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M), h. 175.
4
Muh}{ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r al-Afrīqī, Lisān al-‘Arab, Juz. II (Cet. I;
Beirut: Dār S}ādir, t. th.), h. 249.
5
Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d, h. 7.

6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Cet. IV; Jakarta: Amzah, 2010). h. 115.
5

3. Menerangkan perawi dengan derajat h}adi>s\ yang tidak diterangkan.7

Kata H}adi>s\ berasal dari bahasa Arab al-hadi>s\, jamaknya adalah al-

ah}a>di>s\ berarti sesuatu yang sebelumnya tidak ada (baru).8 Sedangkan dalam

istilah muhaddis\u>n, h}adi>s\ adalah segala apa yang berasal dari Nabi saw.

baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, persetujuan (taqrir ), sifat, atau sejarah

hidup beliu.9

Adapun kata takhri>j al-h{adi>s\, Ulama beragam dalam memberikan

defenisi. Adapun menurut Syuhudi Isma>‘il bahwa takhri>j al-h}adi>s\ ialah

penelusuran atau pencarian h}adi>s\ pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari

h}adi>s\ yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara

lengkap matan dan sanad h}adi>s\ yang bersangkutan.10 Namun defenisi yang

paling sering digunakan adalah “Mengkaji dan melakukan ijtihad untuk

membersihkan h}adi>s\ dan menyandarkannya kepada mukharrij-nya dari kitab-

kitab al-ja>mi’, al-sunan dan al-musnad setelah melakukan penelitian dan

pengkritikan terhadap keadaan h}adi>s\ dan perawinya”.11

Olehnya itu kegiatan dari takhri>j al-h{adi>s\ ini sangatlah penting,

sedikitnya ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhri>j al-

h{adi>s\ dalam melaksanakan penelitian h}adi>s\, yaitu:

7
Muh. Hasbi As-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. (Semarang: PT Pustaka
Rezki Putra, 1997), h. 170.
8
Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, h.
28.
9
Manna>' al-Qat}t}a>n, Maba>hi>s| fi> ‘Ulu>m al-Hadi>s|. (Cet. IV: Kairo; Maktabah
Wahbah, 1425 H./ 2004 M.), h. 15.
10
Muhammad Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis. (Cet. I; Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), h. 43.
11
Abd al-Rau>f al-Mana>wi>, Faid} al-Qadi>r Syarh} al-Ja>mi‘ al-S}agi>r, Juz I (Cet.
I; Mesir: al-Maktabah al-Tija>riyah al-Kubra>, 1356 H.), h. 17.
6

 Untuk mengetahui asal-usul riwayat h}adi>s\ yang akan diteliti

 Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi h}adi>s\ yang akan diteliti

 Untuk mengetahui ada atau tidaknya sya>hid dan mutabi‘12 pada sanad

yang diteliti.

Dengan demikian, pentinganya kegiatan takhri>j al-h{adi>s\ tersebut

tidak terlepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian takhri>j al-

h{adi>s\ itu sendiri.

B. Metode Takhri>j

Untuk mengetahui kejelasan h}adi>s\ beserta sumber-sumbernya, ada

beberapa metode takhri>j yang dapat dipergunakan. Metode-metode takhri>j

ini diupayakan oleh para ulama dengan maksud untuk mempermudah mencari

h}adi>s\-h}adi>s\ Rasul. Para ulama telah banyak mengkodifikasikan h}adi>s\-

h}adi>s\ dengan mengaturnya dalam susunan yang berbeda satu dengan lainnya,

sekalipun semuanya menyebutkan ahli h}adi>s\ yang meriwayatkannya.

Perbedaan cara-cara mengumpulkan inilah yang akhirnya memunculkan Ilmu

Takhri>j.

Untuk melakukan langkah takhri>j al-h{adi>s\, maka diperlukan beberapa

metode sebagai acuan yang digunakan dalam penelitian h}adi>s\, diantaranya menurut

Abu> Muh}ammad ‘Abd al-Hadi bin ‘Abd Qadir bin ‘Abd al-Hadi menyebutkan bahwa

ada lima macam bentuk metode takhri>j antara lain:

 Takhri>j menurut lafal pertama h}adi>s\

 Takhri>j menurut lafal-lafal yang terdapat dalam h}adi>s\

12
al-Sya>hid adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih,
sedangkan al-muta>bi’ adalah hadis yang diriwayatkan dua orang atau lebih setelah sahabat,
meskipun pada tingkatan sahabat hanya satu orang saja. Lihat: ‘Abd al-H{|||a|||||q ibn saif al-Di>n
ibn Sa‘dulla>h al-Dahlawi>, Muqaddimah fi> Us}u>l al-H{adi>s\ (Cet. II; Beirut: Da>r al-
Basya>ir al-Isla>miyah, 1986), h. 56-57.
7

 Takhri>j menurut periwayat pertama

 Takhri>j menurut tema h}adi>s\

 Takhri>j menurut klasifikasi jenis h}adi>s\.

1) Takhri>j Melalui Lafal Pertama Matan H}adi>s\

Sebagian menganggap bahwa metode ini adalah cara termudah dalam

mencari h}adi>s\. Metode ini digunakan berdasarkan lafal pertama dari matan

h}adi>s\. Di samping itu, metode ini juga mengkodifikasinkan h}adi>s\-h}adi>s\

yang lafal pertamanya sesuai dengan urutan huruf hijaiyah.

Adapun kitab-kitab yang disusun berdasarkan huruf hijaiyah sebagai

berikut:

a. Kitab Al-Ja>mi’ al-S{agi>r fi> Ah{a>di>s\ al-Basyi>r al-Naz\i>r

Kitab ini dikarang oleh al-H}afi>z} Jala>l al-Di>n Abu>> al-Fad}l

‘‘Abd al-Rah}ma>n bin Abi> Bakr Muh}ammad al-Khud}airi> al-Suyu>t}i> al-

Syafi>’i atau lebih dikenal dengan Imam al-Suyu>t}i. Dalam mentakhri>j suatu

h}adi>s\, dalam kitab ini diatur menurut urutan huruf hijaiyah agar pencarian

lebih mudah. Kemudian dengan lafal pertama (awal) dari matan h}adi>s\ dengan

pasti.

Dalam kitab ini tidak menuliskan keterangan-keterangan h}adi>s\ secara

lengkap, tetapi disingkat lalu digunakan kode-kode tertentu: ‫ صح‬berarti ‫ ح‬,‫صحيح‬


berarti ‫ ض‬,‫ حسن‬berarti ‫ ضعيف‬.

Kemudian dalam penyusunan kitab ini, ditulis nama-nama kitab yang

didalamnya terdapat h}adi>s\-h}adi>s\ yang disusun. Kode-kode yang dipakai

oleh penyusun kitab ini tercantum dalam muqaddimahnya, berikut keterangan

maksud kode-kode tersebut, diantaranya:

1. ‫ ﺥ‬berarti Imam Bukha>ri> dalam S}ah}i>h}nya


2. ‫ ﻡ‬berarti Imam Muslim dalam S}ah}i>h}nya
8

3. ‫ﻕ‬ berarti H}adis\ muttafaq ‘alaih (Imam Bukha>ri> dan Muslim dalam

kedua s}ah}i>hnya)

4. ‫ ﺩ‬berarti Imam Abu>> Da>wud dalam sunannya


5. ‫ ﺕ‬berarti Imam Turmuz\iy dalam sunannya
6. ‫ ﻥ‬berarti Imam Nasa>‘i> dalam sunannya
7. ‫ ﻩ‬berarti Ibnu Ma>jah dalam sunannya
8. ٤ berarti H}adis\ yang diriwayatkan oleh empat ulama h}adis\ dalam

sunan mereka (Abu>> Da>wud, Turmuz\i>, Nasa>‘i> dan Ibnu Ma>jah)

9. ٣ berarti diriwayatkan oleh Abu>> Da>wud, Turmuz\i dan Nasa>‘i


10. ‫ ﺣﻢ‬berarti Imam Ah}mad dalam musnadnya.

11. ‫عم‬ berarti ‘Abdullah bin Imam Ah}mad dalam Zawaidnya terjadap

musnad Imam Ah}mad

12. ‫ ك‬berarti al-H{akim dalam Mustadraknya dengan keumumannya, kalau

tidak maka beliau akan menjelaskannya

13. ‫ خد‬berarti Imam Bukhari dalam kitabnya al-‘Adab al-Mufrad

14. ‫ تخ‬berarti Imam Bukhari dalam kitab al-Tarikh

15. ‫ حب‬berarti Ibnu H{ibban dalam s}ah}i>h}nya

16. ‫ طب‬berarti Imam T{abrani dalam kitabnya al-Kabir

17. ‫ طس‬berarti Imam T{abrani dalam kitabnya al-Ausat}

18. ‫ طس‬berarti Imam T{abrani dala kitabnya al-S{agir

19. ‫ ص‬berarti Sa’id bin Mansur dalam sunannya

20. ‫ ش‬berarti Imam Abi Syaibah

21. ‫ عب‬berarti ‘Abdu al-Razzaq dalam al-Jami’nya

22. ‫ ع‬berarti Abu Ya’la dalam musnadnya

23. ‫ قط‬berarti Imam al-Daruqut}ni> dalam sunannya dengan keumumannya,

kalau tidak maka beliau akan menjelaskannya


9

24. ‫ فر‬berarti Imam al-Dailami> dalam kitabnya Musnad al-Firdaus

25. ‫ حل‬berarti Abu Na’im dalam kitabnya al-H{ilyah

26. ‫ هب‬berarti Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Sya’bul Iman

27. ‫ هق‬berarti Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Sunan al-Kubra

28. ‫ عد‬berarti Imam Ibnu ‘Adi> dalam kitabnya al-Kamil fi al-D{u’afa

29. ‫ عق‬berarti Imam ‘Aqili> dalam kitabnya al-D{u’afa

30. ‫ خط‬berarti Imam al-Khat}ib dalam kitabnya al-Tarikh dengan

keumumannya, kalau tidak maka beliau akan menjelaskannya

b. Kitab Fath} al-Kabi>r fi> D{amm al-Ziya>dah li Ja>mi>’ al-S{agi>r

Setelah Imam Suyu>t}i selesai menyusun kitab “al-Jami>’al-S}aghi>r”

yang lain. Dalam kitab tersebut beliau menyatukan antara h}adi>s\-h}adi>s\

perkata yang terdapat dalam kitab al-Ja>mi>’al-Kabi>r dengan h}adi>s\-

h}adi>s\ dari luar al-Ja>mi’al-Kabir. Keistimewaan yang dimiliki kitab al-

Fath}u al-Kabi>r ini ialah mencakup h}adis\-h}adis\ yang banyak sekali

jumlahnya, karena ia merupakan perpaduan dari dua kitab. Sedangkan

kekurangannya beliau dalam kumpulannya tidak menyebutkan hukum-hukum

h}adis\, baik yang s}ah}i>h, h}asan dan yang Dha’if, padahal ini sangat penting

sekali. 13

Kegunaan metode kitab ini sama seperti yang digunakan oleh kitab al-

Jami>’ al-S}aghi>r yang lalu, hanya saja bila kita mendapatkan huruf (‫ )ﺯ‬ini

berarti h}adis\ tersebut berpindah dari ziyadah al-Jami’. Dalam kitab karya al-

suyu>t}i memiliki keistimewaan dan memiliki kekurangan.14

13
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, (Cet. I; Beirut: Da>r al-I‘tis}a>m,
1994), h. 61.
14
Keistimewaan yang dimiliki kitab al-Fath al-Kabir ini ialah karena kitab ini memuat
h}adi>s\ yang banyak sekali jumlahnya, karena ia merupakan perpaduan dari dua kitab.
Sedangkan kekurangannya tidak menyebutkan hukum-hukum h}adi>s\, baik yang s}ah}i>h},
h}asan, dan d}a’if. Lihat Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>,
10

c. Kitab Jam’u al-Jawa>mi’ atau al-Ja>mi’ al-Kabi>r

Kitab ini diklasifikasikan dalam dua kelompok,15 yakni h}adis\ perkataan

(qauliy), dan h}adis\ perbuatan (fi’liy) diklasifikasikan dalam tempatnya

tersendiri. Sistematik yang digunakan dalam penyusunan h}adis\-h}adis\ perkata

sama halnya dengan urutan huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada huruf

pertama dan seterusnya dari matan h}adis\. Adapun h}adis\ fi‘li> disusun

menurut nama-nama sahabat. Penyusun menuliskan nama setiap sahabat

kemudian menulis h}adis\-h}adis\ yang diriwayatkan oleh masing-masing

mereka, baik berupa perbuatan Rasul yang dilihatnya atau perbuatan sendiri.

Setelah ditemukan beberapa h}adi>s\ yang dikehendaki, maka ditemukan

kode-kode16 yang menandakan penisbatan terhadap h}adi>s\-h}adi>s tersebut

kepada kitab-kitab yang menjadi sumbernya.

T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 29.


15
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 30.

16
Kode-kode yang dimaksud sebagai berikut: 1) ‫ خ‬Imam Bukhari. 2) ‫ م‬Imam Muslim. 3)
‫ حب‬Ibnu H{ibban. 4) ‫ ك‬al-H{akim dengan penjelaan jika tidak dijadikan umum dalam
Mustadraknya. 5) ‫ ض‬D{iya’ al-Maqdisi> dalam al-Mukhtarah. 6) ‫ د‬Abu Dau>d al-Sajistani.> 7) ‫ت‬
al-Turmuz\i.> 8) ‫ ن‬al-Nasa’i>. 9) ‫ ه‬Ibnu Majah. 10) ‫ ط‬Abu Dau>d al-T{ayalisi.> 11) ‫ حم‬Ah}mad
bin H{anbal. 12) ‫‘ عم‬Abdullah bin Ah}mad bin H{anbal dalam Ziyadah al-Musnad. 13) ‫‘ عب‬Abdul
Razzaq. 14) ‫ ص‬S{aid bin Mans}ur. 15) ‫ ش‬Ibnu Abi Syaibah. 16) ‫ ع‬Abu Ya’la. 17) ‫ طب‬T{abrani>
dalam al-S{agir. 18) ‫ طس‬T{abrani> dalam al-Ausat}. 19) ‫ طص‬T{abrani> dalam al-S{agir. 20) ‫ قط‬al-
Daruqut}ni> dengan dijelaskan bila tidak dijadikan umum dalam Sunan. 21) ‫ حل‬Abu Na’im dalam
al-H{ilyah. 22) ‫ ق‬al-Baihaqi> dengan dijelaskan bila tidak dijadikan umum dalam Sunan. 23) ‫هب‬
al-Baihaqi> dalam Sya’bul Iman. 24) ‫ عق‬al-‘Aqili> dalam al-D{u’afa. 25) ‫ عد‬Ibnu ‘Adi> dalam al-
Kamil. 26) ‫ خط‬al-Khat}ib dengan dijelaskan bila tidak dijadikan umum dalam al-Tarikh. 27) ‫كر‬
Ibnu Asakir dalam Tarikhnya. Selanjutnya perbedaan antara kitab al-Jami’ al-S{agir dan al-Jami’
al-Kabir yaitu kode huruf Qaf ( ‫) ق‬. Huruf Qaf dalam kitab al-Jami’ al-S{agir berarti Muttaqun
‘Alaihi, tetapi dalam kitab al-Jami’ al-Kabir berarti Imam al-Baihaqi. Lihat Abu Muh}ammad
Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah
S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 32-33.
11

Selain kitab diatas, masih ada kitab yang disusun berdasarkan metode

pertama (lafal awal) diantaranya:

a. Kitab al-Ja>mi’ al-Azha>r min al-H{adi>s\ al-Nabawi> al-Anwa>r

karangan al-Ha>fiz} Abd al-Ra‘uf bin Taj al-Di>n ‘Ali> bin al-

H{adda>di> al-Mana>wi> al-Qaha>ri> al-Syafi>’i>.

b. Kitab Hidayah al-Bary ila> Tartib ‘Ahdits al- Bukhary, karya as-Sayyid

‘Abdur-Rahman bin ‘Anbar ath-T{aht}awi>

c. Kitab Kunu>z al-Haqo’iq Fi> H}adi>s\ Khair al-Khala’il, karya ‘Abdu

ar-Rauf al-Manawi>

d. Kitab al-Maqa>s}id al-H}asanah Fi> Baya>n Kas\i>r min al-Ah}a>dis\

al-Musytahirah ‘ala al-Alsinah, karya al-H{a>fiz} Syamsuddin Abu> al-

Khair Muh}ammad bin ‘Abdu al-Rahman al-Sakhawi>. wafat pada tahun

905 H.

e. Kitab Tamyiz al-Thayyib Min al-Khabits Fi> Ma> Yadu>ru ‘Ala Alsinati

an-Na>s min al-H}adi>s\, karya Imam ‘Abdu al-Rahman bin Ali terkenal

dengan Ibnu al-Diiba’, murid al-H}afiz} al-Sakhwi>.

f. Kitab Kasyf al-Kahafa wa Muziil al-Ilbas Amma Asytahara min al-

H}adis\ Ala Alsinahan-Naas, karya Syeikh Isma’il bin Muh}ammad bin

‘Abdu al-Hady al-Jiraahy Al’ajluny ad-Dimasyqy, wafat pada tahun 1162.

2) Takhri>j Melalui Kata-kata Dalam Matan H}adi>s\

Metode ini bergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan

h}adi>s\, baik itu berupa isim (nama benda) atau fi‘il (kata kerja). Dalam

penyusunan kitab ini menitikberatkan peletakan h}adi>s\ menurut lafal-lafal yang

asing. Semakin asing (gharib) suatu kata, maka pencarian h}adi>s\ akan semakin
12

mudah dan efisien. Di samping itu kitab ini mempunyai keistimewaan dan

kekurangan17.

Di antara keistimewaan metode ini ialah: 1) Metode ini mempercepat

pencarian h}adi>s\-h}adi>s\; 2) Para penyusun kitab-kitab takhri>j dengan

metode ini membatasi h}adi>s\-h}adi>s\ dalam beberapa kitab-kitab induk

dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab dan halaman; 3) Memungkinkan

pencarian h}adi>s\ melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan

h}adi>s\.

Sedangkan di antara kekurangan metode ini ialah: 1) Keharusan memiliki

kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmu-ilmunya yang memadai. Karena

metode ini menuntut untuk mengembalikan setiap kata-kata kuncinya kepada

kata dasarnya; 2) Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat

untuk mengetahui nama sahabat yang menerima h}adi>s\ dari Nabi saw.; 3)

Terkadang suatu h}adi>s\ tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang

mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.

Pada kitab ini dalam metode takhri>j melalui kata-kata yang terdapat

dalam Matan h}adi>s\ adalah kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s

al-Nabawi> oleh A. J. Wensinck. Kitab Mu’jam ini merupakan kumpulan

h}adi>s\-h}adi>s\ yang terdapat dalam Sembilan kitab induk h}adi>s\: a)

S}ah}i>h al-Bukha>ri>y; b) S}ah}i>h Muslim; c) Sunan Turmudz\iy; d) Sunan

Abu>> Da>wud; e) Sunan Nasa>’i>; f) Sunan Ibnu Ma>jah; g) Sunan al-

Da>rimiy>; h) Muwaththa’ Ma>lik; i) Musnad Imam Ah}mad.

Dalam mentakhri>j suatu h}adi>s\ dengan metode ini, maka langkah

pertama adalah menentukan kata kuncinya. Artinya kata tersebut adalah sebagai

alat untuk mencari h}adi>s\. Setelah itu kembalikan kata tersebut kepada bentuk

17
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 60-61.
13

dasarnya. Lalu mencari dalam kitab mu’jam menurut urutannya dalam huruf

hijaiyah. Langkah selanjutnya mencari bentuk kata sebagaimana yang terdapat

dalam kata kunci tersebut untuk menemukan h}adi>s\ yang di maksud. Kode-

kode kitab terdapatnya h}adi>s\ tersebut tercantum disamping setiap h}adi>s\.

Demikian pula halnya dengan tempat h}adi>s\ tersebut dalam kitabnya. Kode-

kode tersebut bukan hanya sekedar memperkenalkan kitab sumber h}adi>s\,

tetapi bermaksud menganjurkan untuk menilai setiap h}adi>s\nya. Berikut kode-

kode yang digunakan untuk keterangan tempat h}adis}, yaitu:

 ‫ﺥ‬ berarti S}ah}i>h al-Bukha>riy dengan mencantumkan tema dan

nomor bab terhadap h}adi>s\

 ‫ ﺪ‬berarti Sunan Abu> Da>wud dengan mencantumkan tema dan nomor


bab terhadap h}adi>s\

 ‫ ﺕ‬berarti Sunan Turmuz\iy dengan mencantumkan tema dan nomor bab


terhadap h}adi>s\

 ‫ ﻥ‬berarti Sunan al-Nasa>’iy dengan mencantumkan tema dan nomor bab


terhadap h}adi>s\

 ‫جه‬ berarti Sunan Ibnu Ma>jah dengan mencantumkan tema dan nomor

bab terhadap h}adi>s\

 ‫ ﺪﻯ‬berarti Sunan Da>rimiy dengan mencantumkan tema dan nomor bab


terhadap h}adi>s\

 ‫ ﻡ‬berarti S}ah}i>h Muslim dengan mencantumkan tema dan nomor bab


terhadap h}adi>s\

 ‫ ﻃ‬berarti Muwaththa’ Malik dengan mencantumkan tema dan nomor bab


terhadap h}adi>s\
14

 ‫ﺣﻢ‬ berarti Musnad Imam Ah}mad dengan mencantumakan nomor juz

dan halaman terhadap h}adi>s\.18

3) Metode Takhri>j Melalui Periwayat Pertama H}adi>s\

Metode ini berdasarkan pada perawi pertama suatu h}adi>s\, baik perawi

dari kalangan sahabat bila sanad h}adi>s\nya bersambung kepada Nabi

(muttas}i>l), atau dari kalangan tabi‘in. Sebagai langkah pertama ialah mengenal

lebih dahulu perawi pertama setiap h}adi>s\ yang akan ditakhri>j melalui kitab-

kitabnya. Langkah selanjutnya mencari nama perawi pertama tersebut dalam

kitabnya, kemudian mencari h}adi>s\-h}adi>s\ yang tertera dibawah nama perawi

pertama.

Adapun kitab-kitab yang digunakan dalam metode takhri>j ini adalah:

a. Tuh{fah al-Asyra>f bi Ma’rifah al-At}ra>f oleh al-Ha>fiz} al-

Muh{aqqi>q Muh{addi>s\ al-Sya>m Jama>l al-Di>n Abu> al-Hajja>j

Yu>suf ibn al-Zakki> ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Yu>suf al-Qad}a>’i al-

Qalbi> al-Mizzi> al-Dimisyqi> al-Syafi>‘i> atau dikenal dengan Ima>m

al-Mizzi>.

Dalam kitab ini terlebih dahulu harus diketahui nama sahabat yang

meriwayatkan h}adi>s\. Maka dituntut untuk mengetahui tabi‘in yang

meriwayatkan darinya. Apabila nama tabi‘in tidak diketahui sebagai perawi

diatas. Pada bagian tertentu pentahqiq kitab mencantumkan nama pertama dan

nama akhir sahabat-sahabat yang terdapat padanya.

18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 120.
15

Dengan demikian secara pintas dapat mengetahui nama sahabat yang

dicari pada bagiannya sendiri. Bila telah mengetahui nama sahabat yang

bersangkutan, selanjutnya menelusuri h}adi>s\-h}adi>s\nya hingga sampai pada

h}adi>s\ yang dimaksud. Sahabat dari kalangan yang banyak meriwayatkan

h}adi>s|, oleh penyusun nama-nama tabi‘in yang meriwayatkan darinya diurut

berdasarkan huruf mu‘jam. Nama sahabat tersebut tentunya dicari menurut nama

tabi‘innya berdasrkan huruf-hurufnya. Namun bila tidak mengetahui nama perawi

dari sahabat, maka harus menelusuri h}adi>s\ sahabat tersebut tanpa terlebih

dahulu melihat murid-muridnya.

b. Kitab Syawa>hir al-Mawa>ris fi ala Mawa>dhi> al-Hadi>s\ oleh

Ima>m Alla>mah Abd al-Gha>ni bin Isma>’il al-Hana>fi>a al-

Dimisyqi>. Yang lahir di damaskus 5 dzulhijjah tahun 1050 H, dan wafat

pada tahun 1143 H19

Metode takhri>j pada kitab ini, langkah pertama yang harus diketahui

ialah perawi h}adi>s\, kemudian meneliti apakah perawi tersebut seorang sahabat

ataukah seorang tabi‘in atukah seorang yang mubham (tidak disebut namanya).

Bila perawi tersebut seorang sahabat, maka nama dan julukannya dapat diketahui

pada indeks-indeks kitab tersebut. Setelah memukan identitas perawi tersebut,

langkah selanjutnya ialah menelusuri h}adi>s\-h}adi>s\ satu-persatu sambil

memperhatikan nama-nama sahabat yang terdapat dalam indeks kitab tersebut.

Kitab ini tidak mencantumkan teks h}adi>s\nya, tetapi hanya sejumlah kata yang

ringkas dan sekiranya menunjukkan maksud h}adi>s\ yang diteliti. Kitab ini juga

memiliki kelebihan dan kekurangan.20

19
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 98.
20
Kelebihan yang dimiliki kitab ini yakni; penyusunannya yang teliti yang memudahkan
peneliti sampai kepada tujuan, dapat melakukan takhri>j hadis dari sahabat yang di cari, dapat
mengetahui hadis-hadis yang dimiliki setiap sahabat dalam tujuh induk hadis, dapat mengetahui
16

c. Kitab-kitab Musnad seperti Musnad al-Imam Ah}mad bin Hanbal disusun

oleh Imam Ah}mad bin H}anbal. Lahir pada tahun 164 H dan wafat pada

jum’at 12 rabiul awal 241 H.21

Metode takhri>j dengan Musnad Imam Ah}mad bin H}anbal, terlebih

dahulu memperkenalkan kepada sahabat yang meriwayatkan h}adi>s\. Bila telah

mengetahui sahabat yang meriwayatkan h}adi>s\ tersebut, kemudian mencari

h}adi>s\-h}adi>s\ pada musnad. sangat membantu bila terlebih dahulu melihat

daftar isi yang terdapat pada akhir setiap juz. Bila sampai pada h}adi>s\-h}adi>s\

nya, maka langkah selanjutnya ialah memelusuri h}adi>s\-h}adi>s\ yang di

maksud. Disamping itu juga kitab ini memiliki kelebihan dan kekurangan.22

4) Metode Takhri>j Menurut Tema H}adi>s|

Takhri>j dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema h}adi>s\ dan

sebagian ahli mengatkan bahwa takhri>j al-h}adi>s\ dengan pendekatan tema

merupakan cara terbaik dalam mencari h}adi>s\. Disamping itu, metode ini juga

memiliki kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan metode ini: 1) Metode tema h}adi>s\ tidak

membutuhkan pengetahuan-pengetahan lain diluar h}adi>s\, seperti keabsahan

hadis-hadis mursal yang terdapat dalam tujuh kitab tersebut, dapat mengetahui hadis-hadis yang
dalam jalannya sanad terdapat seorang yang samar namanya, agar dapat dijadikan ibarat untuk
dipelajari melalui periwayat lain yang bersambung, terutama kesamaran nama tersebut terjadi pada
selain sahabat. Sedangkan kekurangannya: penggunaan kitab ini sangat bergantung pada
pengenalan perawi teratas, baik sahabat atau tabi’in. Ini sesuatu yang terkadang tidak mudah,
kesulitan mencari hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang termaksud banyak riwayatnya.
21
Abdul Gaffar Sulaiman al-Bandary, Mansuah Rijal al-Kutub al-Tir’ah ( Juz I, Beirut:
Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, t. th), h. 22. Dan lihat Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn
‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h.
112.
22
Kelebihan musnad ini ialah; musnad ini mencakup hadis–hadis dalam jumlah yang
sangat banyak, memiliki nilai kebenaran yang lebih banyak dari yang lainnya, kitab ini mencakup
hadis-hadis dan as|ar-as|ar yang tidak terdapat pada lainya. Sedangkan kekurangannya: tanpa
mengetahui nama sahabat tidak mungkin sampai pada hadis yang ditujuh ,untuk mengetahui hadis
maudhu’ mengharuskan membaca musnad keseluruan, dari segi tata letaknya mengakibatkan sulit
menggunakan musnad dengan efisien.
17

lafal pertamanya, sebagaimana metode pertama, pengetahuan bahasa arab dengan

perubahan-perubahan katanya sebagai metode kedua, dan pengenalan perawi

teratas sebagai metode ketiga, yang dituntut oleh metode ke empat ialah

pengetahuan akan kandungan h}adi>s\. Hal ini logis dalam mempelajari

h}adi>s\-h}adi>s\, 2)metode ini mendidik ketajaman pemahaman h}adi>s\ pada

diri penelitian. Seorang peneliti setelah menggunakan metode ini beberapa kali

akan memiliki kemampuan yang bertambah terhadap tema dan maksud h{adi>s\

yang merupakan fiqh h}adi>s\; 3)metode ini juga memperkenalkan kepada

peneliti maksud h}adi>s\ yang dicarinya dan h}adi>s\-h}adi>s\ yang senada

dengannya, ini tentunya akan menambah semangat dan membantu memperdalam

permasalahan.

Sedangkan kekurangannya; 1) Terkadang kandungan h}adi>s\ sulit

disimpulkan oleh seorang peneliti hingga tidak dapat menentukan temanya.

Akibatnya dia tidak mungkin memfungsikan medote ini; 2) Terkadang pula

pemahaman penelitian tidak sesuai dengan pemahaman penyusunan kitab,

sebagai akibatnya penyusun kitab meletakkan h}adi>s\ pada pada posisi yang

tidak diduga oleh peneliti.23

Dalam kitab Mifta>hu Khunu>zi as-Sunnah, yang disusun oleh AJ.

Wensinck. Kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut ada 14 buah

kitab, diantaranya: a) S}ah}i>h al-Bukha>riy>; b) S}ah}i>h Muslim; c) Sunan

Turmudz|i>y; d) Sunan Abu>> Da>wud; e) Sunan Nasa>’i>; f) Sunan Ibnu

Ma>jah; g) Sunan al-Da>rimi>y; h) Muwaththa’ Ma>lik; i) Musnad Imam

Ah}mad; j) Musnad al-Thayalisi; k) Musnad Zaid bin ‘Ali bin Husein bin ‘Ali

bin Thalib yang wafat pada tahun 122 H; l) al-Thabaqat al-Kubra, karangan al-

H}afizh al-S|iqah Muh}ammad bin Sa‘ad wafat tahun 230 H; m) Sirah Ibnu

23
Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 122-123.
18

Hisyam; n) al-Maghazy, karangan Muh}ammad bin Umar al-Waqidy, wafat

tahun 207 H.

Selain kitab takhri>j al-h}adis\ yang disebut di atas, masih banyak lagi

kitab takhri>j yang berdasarkan tema antara lain:

a. Kanz al-‘Umma>l fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l karangan Syeikh

Imam ‘A<lim Kabi>r Muh}addis\ ‘Ali> bin H{isa>m al-Di>n ‘‘Abd al-

Ma>lik bin Qa>d}i> Khan, terkenal dengan sebutan Imam al-Muttaqi>.24

b. Kitab Bulu>ghu al-Mara>m min Ja>mi' Adillati al-Ahkam oleh Al-

Hafizh Ibnu Hajar

c. Kitab al-Durru al-Mantsu>r Fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’tsu>r oleh al-

Hafidz Jalaluddin al-Suyu>t}i>.

d. Kitab Kifa>yah al-Tha>lib Fii Khasha>’ish al-Habi>b, oleh al-H}afidz

Jalaluddin al-Suyu>t}i>.

5) Metode Takhri>j Berdasarkan Status H}adi>s\

Metode ini adalah metode yang mengetengahkan suatu hal yang

berkenaan dengan upaya pada kumpulan h}adi>s\ berdasarkan status h}adis\.

Kitab-kitab ini sangat membantu dalam proses pencarian h}adi>s\ berdasarkan

statusnya, seperti h}adi>s\ qudsi, h}adi>s\ masyhur, h}adis\ mursal, h}adi>s\

shahi>h dan lain-lain. Kitab-kitab tersebut dapat diketahui melalui kitab yang

berdasarkan metode tersebut, antara lain:25

a. Kitab al-Azha>r al-Mutana>tsirah fi> al-Akhba>r al-Mutawa>tirah

karangan al-H{afiz} Imam Jalal al-Di>n al-Suyu>t}iy.

Kitab ini menghimpun h}adi>s\-h}adi>s\ yang memuat syarat-syarat

mutawatir, yaitu dengan perawi-perawi pada setiap tingkatannya sepuluh orang

24
Manna>' al-Qat}t}a>n, Maba>hi>s| fi> ‘Ulu>m al-Hadi>s|, h. 191.

25
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 127.
19

atau lebih. Al-Suyu>t}iy menyebutkan sanad-sanad secara lengkap dari ulama

yang mengeluarkan hingga tingkatan sahabat.

Untuk mengfungsikan kitab ini terlebih dahulu harus diketahui secara

pasti bahwa h}adi>s\ yang akan di takhri>j adalah mutawatir. Dalam kitab al-

Azhar al-Suyu>t}iy mencantumkan ulama yang mengeluarkannya, untuk itu

harus merujuk pada kitab-kitab mereka dan menjelaskan posisi h}adi>s\ pada

masing-masing kitabnya.

b. Kita>b al-Ittih}a>fa>t al-Saniyyah fi> al-Ah}a>di>s\ al-Qudsiyyah

karangan Syaikh Muh}ammad bin Mah}mu>d bin S{a>lih} bin H{asan

al-T{arbizu>ni>.

Kitab-kitab ini memuat h}adi>s\-h}adi>s\ qudsi.26 Untuk mengfungsikan

kitab ini terlebih dahulu yang perlu diketahui secara pasti adalah bahwa h}adi>s\

tersebut adalah h}adi>s\ qudsi, kemudian merujuk kepada kitab-kitab yang

ditujukan dan mengeluarkan takhri>j.

c. Kitab al-Mara>sil, karangan Abu> Daud dan lain sebagainya.27

Kitab ini memuat h}adi>s\-h}adi>s\ yang mursal, h}adi>s\-h}adi>s\

disusun berdasarkan tema, dan untuk mentakri>j h}adi>s\ dalam kitab ini harus

mencari melalui temanya.

b. Kitab S{ah}i>h} wa D{a‘i>f al-Ja>mi‘ al-S{agi>r wa Ziya>datuh al-

Fath} al-Kabi>r oleh Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Ba>ni>.

Untuk mencari h}adi>s\ dalam kitab ini, terlebih dahulu harus mengetahui

status h}adi>s\ dari segi kualitasnya. Kemudian melakukan penelusuran matan

26
Yang dimaksud hadis qudsi adalah hadis yang disandarkan kepada rasulullah saw. dan
disandarkan kepada Allah swt. Lihat Nur al-Din ltr. Manhaj al-naqd fi al-hadis. (Damaskus: Dar
al-Fike, 1979).
27
Abu> Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji
H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, h. 194.
20

h}adi>s\ mulai dari nomor urut pertama karena h}adi>s\-h}adi>s\ yang dimuat

dalam kitab ini disusun berdasarkan alphabet huruf hijaiyyah.

Dengan demikian, lima metode takhri>j al-h}adi>s\ telah diklasifikasikan

oleh para ulama dengan tujuan untuk membantu para peneliti dan pencari

h}adi>s\ untuk mendapatkan h}adi>s\ yang dibutuhkan.

C. Takhri>j H{adi>s\

Selanjutnya peneliti mencoba meneliti atau mentakhri>j h}adi>s\ dengan

menggunakan 2 metode yang telah dijelaskan sebelumnya.

 Matan Hadis

Dalam makalah ini kami meneliti sebuah h}adi>s\ berdasarkan matan

h}adi>s\ yang diberikan oleh dosen yang berbunyi

‫ وأبي عبد الرحمن معاذ بن جبل رضي هللا تعالى عنهما عن رسول هللا صلى‬،‫«عن أبي ذر جندب بن جنادة‬

. »‫ وخالق الناس بخلق حسن‬،‫ وأتبع السيئة الحسنة تمحها‬،‫ إتق هللا حيثما كنت‬:‫هللا عليه وآله وسلم قال‬

.‫ حسن صحيح‬:‫ وفي بعض النسخ‬،‫ حديث حسن‬:‫رواه الترمذي وقال‬

Artinya:

“bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. Iringilah kejahatan

dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapusnya. Dan pergauilah manusia

dengan akhlak yang baik." H{adi>s\ ini menjelaskan tentang bertakwa dimanapun

berada. Walaupun h}adi>s\ ini sudah lengkap secara matan namun tidak berarti

h}adi>s\ ini bisa dijadikan hujjuah atau motivasi dalam melakukan ibadah dalam

kehidupan sehari-hari disebabkan h}adi>s\ ini belum diketahui siapa

periwayatnya sehingga belum diketahui apakah hadis ini hadis ini termasuk hadis

sahih, hasan, atau daif.


21

 Metode Takhrij yang digunakan

1. Metode takhrij dengan menggunakan lafaz pertama matan hadis

Setelah mengetahui matan hadis tersebut secara lengkap, langkah

selanjutnya adalah mentkhrij hadis dengan menggunakan 2 metode. Kami

memulai takhrij dengan metode pertama yaitu mencari lafaz pertama matan

hadis. Kitab yang kami gunakan adalah Fath al-Kabir ditulis oleh al-Hafiz Jalal

al-Din Abu al-Fadl ‘Abd al-Rahman bin Abi Bakr Muhammad al-Khudairi al-

Suyuti al-Syafi’i. Cara mencari hadis di dalam kitab ini adalah dengan

menggunakan lafaz} pertama matan hadis, selanjutnya mencari dengan urutan

abjad huruf hijaiyyah. Lafaz} pertama matan hadis yang diteliti adalah ‫ا‬
kemudian mencari dengan urutan abjad huruf hijaiyah yaitu huruf ‫ ت‬hasil yang
didapatkan adalah:

‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ِن)) (حم ت ك‬ ِِ َّ ‫ت وأتَّبِ ِع‬


َ ‫) ((إت َِّق اهلل َحْيثُما ُكْن‬201(
َ ‫السيَِّئةَ احلَ َسنَةَ مَتْ ُحها وخالق الن‬
))‫ ((إتق اهلل يِف عسرك ويسرك‬.‫معاذ (ابْن َع َساكِر) َعن أنس‬
َ ‫َهب) َعن أيب َذر (حم ت َهب) َعن‬
‫ي يِف سنَنه) َعن طليب بن َعَرفَة‬ ِ
ّ ‫(َأبُو ُقَّرة الزبيد‬

Maksud dari keterangan diatas yaitu:

Hadis ini di dalam kitab Fath al-Kabir, berada pada urutan nomor hadis

201, lalu kode huruf ‫ حم‬berarti Musnad Ahma, huruf ‫ ت‬berarti Sunan At-tirmidzi,

huruf ‫ك‬ berarti Sunan Mustadrak Al-Hakim, huruf ‫هب‬ berarti hadis ini terdapat

pada kitab Sunan Syabbul Imam Al-Baihaqi diriwayatkan dari Abi Dzar. Huruf

‫ حم‬berarti Musnad Ahmad, huruf ‫ ت‬berarti Sunan At-tirmidzi, huruf ‫ هب‬berarti


Sunan Syabbul Imam Al-Baihaqi dari Mu’az. Hadis ini ada dalam Tarikh Dan
‫‪22‬‬

‫‪sikh Ibnu Asakir dari Anas. Hadis ini ada dalam kitab Sunan Abu Farwah dari‬‬

‫‪Thalib bin Arfah.‬‬

‫‪Setelah mengetahui kitab-kitab sumber hadis tersebut maka kami mencoba‬‬

‫‪mencari langsung kepada kitab sumbernya. Kami memulai dengan mencari pada‬‬

‫‪kitab Musnad Ahmad dari Abi Dzar. Adapun lafaz hadis yang terdapat pada kitab‬‬

‫‪tersebut sebagai berikut:‬‬

‫يب‪َ ،‬ع ْن َأيِب َذ ٍّر‪َّ ،‬‬ ‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬ ‫يب‪ ،‬عن ميم ِ‬ ‫يع‪َ ،‬ح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬ع ْن َحبِ ٍ‬ ‫ِ‬
‫َأن‬ ‫َ ْ َْ ُ‬ ‫‪َ - 21354‬ح َّدثَنَا َوك ٌ‬
‫الس يَِّئةَ احْلَ َس نَةَ مَتْ ُح َه ا‪َ ،‬و َخ الِ ِق‬
‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع َّ‬ ‫ِ‬
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال لَ هُ‪ ::‬ات َِّق اللَّهَ َحْيثُ َم ا ُكْن َ‬
‫النَّيِب َّ َ‬
‫ت يِف كِتَ ايِب ‪َ :‬ع ْن َأيِب َذ ٍّر‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫الن خِب‬
‫يع‪َ :‬وقَ َال ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬م َّر ًة‪َ :‬ع ْن ُم َع اذ‪َ " ،‬ف َو َج ْد ُ‬ ‫َّاس ُلُ ٍق َح َس ٍن " قَ َال َوك ٌ‬ ‫َ‬
‫اَأْلو ُل "‬
‫الس َماعُ َّ‬ ‫َو ُه َو َّ‬
‫‪Artinya:‬‬

‫ون‪َ ،‬ع ْن َأيِب َذ ٍّر‪ ،‬قَ َال َعْب ُد‬ ‫يب‪ ،‬عن ميم ٍ‬ ‫يع‪ ،‬و َعْب ُد الرَّمْح َ ِن‪َ ،‬ع ْن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبِ ٍ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ َْ ُ‬ ‫‪َ 21403-‬ح َّدثَنَا َوك ٌ َ‬
‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع‬ ‫ِ‬ ‫ال رَّمْح ِن‪ ،‬قَ َال‪ُ :‬ق ْلت‪ :‬ي ا رس َ ِ‬
‫ول اللَّه [ص‪َْ ،]319:‬أوص يِن ‪ .‬قَ َال‪« :‬ات َِّق اللَّهَ َحْيثُ َم ا ُكْن َ‬ ‫ُ َ َُ‬ ‫َ‬
‫الس يَِّئةَ احْل س نَةَ مَتْحه ا‪ ،‬وخ الِ ِق النَّاس خِب ُلُ ٍق حس ٍن» و َك ا َن ح َّدثَنَا بِ ِه وكِي ع عن ميم ِ‬
‫ون بْ ِن َأيِب‬ ‫َّ‬
‫َ ٌ َ ْ َْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َُ َ َ‬ ‫ََ‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن ُم َع ٍاذ مُثَّ َر َج َع‬
‫َشبِ ٍ‬
‫"‬

‫‪Selanjutnya kami mencari pada kitab attirmidzi, adapun lafaz} yang kami‬‬

‫‪temukan sebagai berikut:‬‬

‫‪َ - 1987‬ح َّدثَنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن بَ َّش ا ٍر قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا َعْب ُد ال رَّمْح َ ِن بْ ُن َم ْه ِد ٍّ‬
‫ي قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬ع ْن‬
‫يب‪ ،‬عن َأيِب ذَ ٍّر قَ َال‪ :‬قَ َال يِل رس ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ‬
‫ص لَّى اللَّهُ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫َُ‬ ‫يب بْ ِن َأيِب ثَ ابت‪َ ،‬ع ْن َمْي ُم ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ َ ْ‬ ‫َحبِ ِ‬
‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن» [ص‪:‬‬ ‫ِِ‬ ‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‪« :‬ات َِّق اللَّه َحْيثُ َما ُكْن َ‬
‫السيَِّئةَ احلَ َسنَةَ مَتْ ُح َها‪َ ،‬و َخ الق الن َ‬
‫يث حسن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ود بْ ُن َغْياَل َن قَ َال‪َ :‬ح َّدثَنَا‬
‫يح َح َّدثَنَا حَمْ ُم ُ‬
‫صح ٌ‬ ‫‪َ ]356‬ويِف البَاب َع ْن َأيِب ُهَر ْيَرةَ‪َ :‬ه َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ‬
‫ِ‬
‫يع‪َ ،‬ع ْن‬ ‫ِ‬
‫ود‪َ :‬و َح َّدثَنَا َوك ٌ‬‫يب‪ ،‬هِبَ َذا اِإل ْسنَاد حَنْ َوهُ‪ ،‬قَ َال حَمْ ُم ٌ‬ ‫َأبُو َأمْح َ َد‪ ،‬وَأبُو نُ َعْي ٍم‪َ ،‬ع ْن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبِ ٍ‬
‫َ‬
‫‪23‬‬

‫ص لَّى‬ ‫ِ‬ ‫ت‪ ،‬عن ميم ِ‬


‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن ُم َع اذ بْ ِن َجبَ ٍل‪َ ،‬ع ِن النَّيِب ِّ َ‬ ‫ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَ اب َ ْ َ ْ ُ‬
‫ِ‬ ‫ود‪ :‬و َّ ِ‬ ‫ِ‬
‫يث َأيِب ذَ ٍّر‬
‫يح َحد ُ‬ ‫الصح ُ‬ ‫اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‪ ،‬حَنْ َوهُ‪ ،‬قَ َال حَمْ ُم ٌ َ‬
‫‪Artinya:‬‬

‫‪Selanjutnya kami mencari pada kitab almustadrak alhakim, adapun lafaz‬‬

‫‪yang kami temukan sebagai berikut:‬‬

‫ٍ‬ ‫‪ - 178‬ح َّدثَنَا َأبو عم ٍرو عثْم ا ُن بن َأمْح َد ب ِن َّ ِ‬


‫َأخَبَرنَا‬ ‫الس َّماك‪ ،‬ثنا احْلَ َس ُن بْ ُن َس اَّل م‪ ،‬ثنا قَبِ َ‬
‫يص ةُ‪َ ،‬و ْ‬ ‫ُ َْ ُ َ ُْ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫مِب‬ ‫ٍ‬
‫اس بْ ُن َأمْح َ َد بْ ِن حُمَ َّمد الْ َم ْحبُ ويِب ُّ‪ْ َ ،‬ر َو‪ ،‬ثن ا َأمْح َ ُد بْ ُن َس يَّا ٍر‪ ،‬ثن ا حُمَ َّم ُد بْ ُن َكث ٍري‪ ،‬قَ ااَل ‪ :‬ثن ا‬
‫َأبُ و الْ َعبَّ ِ‬
‫ول اللَّ ِه‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن َأيِب َذ ٍّر‪ ،‬قَ َال‪ :‬قَ َال َر ُس ُ‬ ‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬‫ت‪ ،‬عن ميم ِ‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَ اب َ ْ َ ْ ُ‬
‫َّاس‬ ‫ِِ‬ ‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع َّ‬ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪« :‬يَا َأبَا َذ ٍّر‪ ،‬ات َِّق اللَّهَ َحْي ُ‬
‫الس يَِّئةَ احْلَ َس نَةَ مَتْ ُح َه ا‪َ ،‬و َخ الق الن َ‬ ‫ث ُكْن َ‬ ‫َ‬
‫يح َعلَى َشْر ِط الشَّْيخَنْي ِ ‪َ ،‬ومَلْ خُيَِّر َجاهُ»‬ ‫يث ِ‬ ‫ِ‬ ‫خِب‬
‫صح ٌ‬ ‫«ه َذا َحد ٌ َ‬ ‫ُلُ ٍق َح َس ٍن» ‪َ .‬‬
‫[التعليق ‪ -‬من تلخيص الذهيب] ‪ - 178‬على شرطهما‬

‫‪Artinya:‬‬

‫‪Selanjutnya kami mencari pada kitab syubhul iman albaihaki, adapun lafaz‬‬

‫‪yang kami temukan sebagai berikut:‬‬

‫يصةُ‪ ،‬ح‬ ‫ٍ‬ ‫ظ‪ ،‬أنا َأبو عم ِرو بن َّ ِ‬


‫الس َّماك‪ ،‬نا احْلَ َس ُن بْ ُن َساَل م‪ ،‬نا قَبِ َ‬ ‫ُ َْ ُْ‬ ‫اهلل احْلَافِ ُ‬
‫‪َ - 7663‬أخبرنَا َأبو عب ِد ِ‬
‫ْ َ َ ُ َْ‬
‫اس الْ َم ْحبُ ويِب ُّ‪ ،‬نا َأمْح َ ُد بْ ُن َس يَّا ٍر‪ ،‬نا حُمَ َّم ُد بْ ُن َكثِ ٍري‪ ،‬نا ُس ْفيَا ُن‪ ،‬ح‬
‫[ص‪ ]382:‬قَ َال‪َ :‬وأنا َأبُو الْ َعبَّ ِ‬
‫اق‪ ،‬نا يوس ف بن يع ُق وب الْ َق ِ‬ ‫ِ‬
‫اض ي‪ ،‬نا‬ ‫َأخَبَرنَا َأبُو احْلَ َس ِن الْ ُم ْق ِرُئ ‪ ،‬أنا احْلَ َس ُن بْ ُن حُمَ َّمد بْ ِن ِإ ْس َح َ ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ‬ ‫َو ْ‬
‫ٍِ‬ ‫ٍِ‬
‫َّد‪ ،‬ن ا حَيْىَي بْ ُن َس عيد‪ ،‬ح قَ َال‪َ :‬ون ا حُمَ َّم ُد بْ ُن َأيِب بَ ْك ٍر‪ ،‬ن ا حَيْىَي بْ ُن َس عيد‪َ ،‬‬
‫وعْب ُد ال رَّمْح َ ِن بْ ُن‬ ‫ُم َس د ٌ‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‪ ،‬قَ َال‪ :‬قَ َال‬ ‫ت‪ ،‬عن ميم ِ‬
‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ي‪َ ،‬ع ْن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَ اب َ ْ َ ْ ُ‬ ‫َم ْه ِد ٍّ‬
‫ِ‬ ‫اهلل ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم‪ " :‬ات َِّق اهلل حيثُم ا ُكْنت‪ ،‬وخ الِ ِق الن خِب‬ ‫ول ِ‬
‫ت‬ ‫َّاس ُلُ ٍق َح َس ٍن‪َ ،‬وِإذَا َعم ْل َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ‬ ‫َ َْ َ‬ ‫ُ َْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َر ُس ُ‬
‫َّاس‬ ‫ِِ‬ ‫ف ِإلَْي َها َح َسنَةً مَتْ ُح َها " َويِف ِر َوايَِة احْلَافِ ِظ‪َ " :‬وَأتْبِ ِع َّ‬ ‫سيَِّئةً‪ ،‬فَ ِ‬
‫الس يَِّئةَ احْلَ َس نَةَ مَتْ ُح َه ا‪َ ،‬و َخ الق الن َ‬ ‫َأض ْ‬ ‫َ‬
‫َأن لَهُ َع ْن ُم َع ٍاذ َش َو ِاه َد‬
‫ظ َغْيَر َّ‬ ‫ِ‬
‫ُلُ ٍق َح َس ٍن " َك َذا قَالُوا‪َ :‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‪َ ،‬وكاَل مُهَا ُم ْر َس ٌل‪َ ،‬و ُس ْفيَا ُن ْ‬
‫َأح َف ُ‬ ‫خِب‬
‫‪24‬‬

‫‪Artinya:‬‬

‫ي ‪ ,‬خِب ُ ْس َر ْو ِج ْر َد قَ ِد َم َعلَْينَ ا ‪[ ,‬ص‪ ]52:‬أنا‬ ‫َأخَبَرنَا َأبُو ذَ ٍّر َعْب ُد بْ ُن َأمْح َ َد بْ ِن حُمَ َّم ٍد اهْلََر ِو ُّ‬
‫‪ْ - 9004‬‬
‫يل بْ ِن الْ َف َر ِج‬ ‫ِإ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َأبو احْل س ِن حُم َّم ُد بن َأمْح َد ب ِن الْعبَّ ِ ِ ِ مِبِ‬
‫ص َر ‪ ,‬نا َأبُو الْ َعبَّاس حُمَ َّم ُد بْ ُن مْسَاع َ‬ ‫اس اَأْلمْخ يم ُّي ‪ْ ,‬‬ ‫ُ َ َ َ ُْ َ ْ َ‬
‫الَْبنَّا ‪ ,‬ن ا حُمَ َّم ُد بْ ُن َعلِ ِّي بْ ِن حُمَ َّم ٍد ‪ ,‬ن ا َر ْو ُح بْ ُن عُبَ َادةَ ‪ ,‬ن ا ُق َّرةُ بْ ُن َخالِ ٍد ‪َ ,‬ع ْن ِض ْر َغ َامةَ ابْ ِن عُلَيَّةَ‬
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬‫ت النَّيِب َّ َ‬‫ي ‪ ,‬قَ َال‪َ :‬أَتْي ُ‬ ‫ي ‪َ ,‬ع ْن َأبِي ِه ‪َ ,‬ع ْن َح ْر َملَ ةَ الْ َعْنرَبِ ِّ‬ ‫بْ ِن َحْر َملَ ةَ الْ َعْنرَبِ ِّ‬
‫ت ِعْن َدهُ فَ َس ِم ْعَت ُه ْم‬ ‫س َف ُق ْم َ‬ ‫ت يِف جَمْلِ ٍ‬ ‫ول اهلل ‪َْ ,‬أوص يِن قَ َال‪ " :‬ات َِّق اهللَ ‪َ ,‬وِإذَا ُكْن َ‬
‫ِ‬ ‫َف ُق ْلت‪ :‬ي ا رس َ ِ‬
‫ُ َ َُ‬
‫ك فَْأتِِه ‪َ ,‬وِإذَا مَسِ ْعَت ُه ْم َي ُقولُو َن َما تَكَْرهُ فَاَل تَْأتِِه َوا ْتُر ْكهُ "‬ ‫ِ‬
‫َي ُقولُو َن َما يُ ْعجبُ َ‬
‫‪Selanjutnya kami mencari pada kitab dengan mencari pada kitab Musnad‬‬
‫‪Ahmad dari Mu’adz. Adapun lafaz hadis yang terdapat pada kitab tersebut sebagai‬‬
‫‪berikut :‬‬

‫يب‪َ ،‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‪َّ ،‬‬ ‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬ ‫يب‪ ،‬عن ميم ِ‬ ‫يع‪َ ،‬ح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬ع ْن َحبِ ٍ‬ ‫ِ‬
‫َأن‬ ‫َ ْ َْ ُ‬ ‫‪َ - 21354‬ح َّدثَنَا َوك ٌ‬
‫‪-‬و َخ الِ ِق‬ ‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع َّ‬
‫الس يَِّئةَ احْلَ َس نَةَ مَتْ ُح َه ا‪َ ،‬‬
‫ِ‬
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال لَ هُ‪ ::‬ات َِّق اللَّهَ َحْيثُ َم ا ُكْن َ‬
‫النَّيِب َّ َ‬
‫ت يِف كِتَ ايِب ‪َ :‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫الن خِب‬
‫يع‪َ :‬وقَ َال ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬م َّرةً‪َ :‬ع ْن ُم َع اذ‪َ " ،‬ف َو َج ْد ُ‬ ‫َّاس ُلُ ٍق َح َس ٍن " قَ َال َوك ٌ‬ ‫َ‬
‫اَأْلو ُل "‬
‫الس َماعُ َّ‬ ‫َو ُه َو َّ‬

‫; ‪Artinya‬‬

‫ون‪َ ،‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‪ ،‬قَ َال‬ ‫يب‪ ،‬عن ميم ٍ‬ ‫يع‪ ،‬و َعْب ُد الرَّمْح َ ِن‪َ ،‬ع ْن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبِ ٍ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ َْ ُ‬ ‫‪َ - 21403‬ح َّدثَنَا َوك ٌ َ‬
‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع‬ ‫ِ‬ ‫عب ُد الرَّمْح ِن‪ ،‬قَ َال‪ُ :‬ق ْلت‪ :‬يا رس َ ِ‬
‫ول اللَّه [ص‪َْ ،]319:‬أوص يِن ‪ .‬قَ َال‪« :‬ات َِّق اللَّهَ َحْيثُ َم ا ُكْن َ‬ ‫ُ َ َُ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫ون بْ ِن َأيِب‬ ‫ِ‬
‫الس يَِّئةَ احْل س نَةَ مَتْحه ا‪ ،‬وخ ال ِق النَّاس خِب ُلُ ٍق حس ٍن» و َك ا َن ح َّدثَنَا بِ ِه وكِي ع عن ميم ِ‬ ‫َّ‬
‫َ ٌ َ ْ َْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َُ َ َ‬ ‫ََ‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن ُم َع ٍاذ مُثَّ َر َج َع "‬
‫َشبِ ٍ‬

‫‪Artinya:‬‬
‫‪25‬‬

‫ت‪ ،‬عن [ص‪ ]381:‬ميم ِ‬ ‫ٍِ‬ ‫اعيل‪ ،‬عن لَي ٍ‬ ‫ِ‬


‫ون بْ ِن َأيِب‬ ‫َْ ُ‬ ‫يب بْ ِن َأيِب ثَاب َ ْ‬ ‫ث‪َ ،‬ع ْن َحبِ ِ‬ ‫‪َ - 22059‬ح َّدثَنَا ِإمْسَ ُ َ ْ ْ‬
‫يب‪ ،‬عن مع ٍاذ َأنَّه قَ َال‪ :‬ي ا رس َ ِ ِ‬
‫ت» ‪.‬‬ ‫ول اللَّه‪َْ ،‬أوص يِن ‪ .‬قَ َال‪« :‬ات َِّق اللَّهَ َحْيثُ َم ا ُكْن َ‬
‫ت َْأو َْأينَ َم ا ُكْن َ‬ ‫َ َُ‬ ‫َش بِ ٍ َ ْ ُ َ ُ‬
‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن»‬ ‫السيَِّئةَ احْلَسنَةَ مَتْ ُح َها» ‪ .‬قَ َال‪ِ :‬ز ْديِن ‪ .‬قَ َال‪ِ ِ َ :‬‬
‫قَ َال‪ِ :‬ز ْديِن قَ َال‪َ« :‬أتْبِ ِع َّ‬
‫«خالق الن َ‬ ‫َ‬

‫‪Selanjutnya kami mencari pada kitab at-tirmidzi, adapun lafaz yang kami‬‬

‫‪temukan sebagai berikut:‬‬

‫ي قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن‪َ ،‬ع ْن‬ ‫‪َ - 1987‬ح َّد َثنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن بَ َّش ا ٍر قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا َعْب ُد ال رَّمْح َ ِن بْ ُن َم ْه ِد ٍّ‬
‫يب‪ ،‬عن َأيِب َذ ٍّر قَ َال‪ :‬قَ َال يِل رس ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ‬
‫ص لَّى اللَّهُ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫َُ‬ ‫يب بْ ِن َأيِب ثَ ابت‪َ ،‬ع ْن َمْي ُم ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ َ ْ‬ ‫َحبِ ِ‬
‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن» [ص‪:‬‬ ‫ِِ‬ ‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‪« :‬ات َِّق اللَّه َحْيثُ َما ُكْن َ‬
‫السيَِّئةَ احلَ َسنَةَ مَتْ ُح َها‪َ ،‬و َخ الق الن َ‬
‫يث حسن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ود بْ ُن َغْياَل َن قَ َال‪َ :‬ح َّدثَنَا‬
‫يح َح َّدثَنَا حَمْ ُم ُ‬
‫صح ٌ‬ ‫‪َ ]356‬ويِف البَاب َع ْن َأيِب ُهَر ْيَر َة‪َ :‬ه َذا َحد ٌ َ َ ٌ َ‬
‫ِ‬
‫يع‪َ ،‬ع ْن‬ ‫ِ‬
‫ود‪َ :‬و َح َّدثَنَا َوك ٌ‬ ‫يب‪ ،‬هِبَ َذا اِإل ْسنَاد حَنْ َوهُ‪ ،‬قَ َال حَمْ ُم ٌ‬ ‫َأبُو َأمْح َ َد‪ ،‬وَأبُو نُ َعْي ٍم‪َ ،‬ع ْن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبِ ٍ‬
‫َ‬
‫ص لَّى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫يب بْ ِن َأيِب ثَ ابت‪َ ،‬ع ْن َمْيم ون بْ ِن َأيِب َش ب ٍ‬ ‫ِ‬
‫ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحب ِ‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن ُم َع اذ بْ ِن َجبَ ٍل‪َ ،‬ع ِن النَّيِب ِّ َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ود‪ :‬و َّ ِ‬ ‫ِ‬
‫يث َأيِب َذ ٍّر‬‫يح َحد ُ‬ ‫الصح ُ‬ ‫اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‪ ،‬حَنْ َوهُ‪ ،‬قَ َال حَمْ ُم ٌ َ‬

‫‪Artinya:‬‬

‫‪Selanjutnya kami mencari pada kitab syubhul iman albaihaki, adapun‬‬

‫‪lafaz} yang kami temukan sebagai berikut:‬‬

‫يم بْ ُن مَشَّ ٍ‬
‫اس‬ ‫ظ‪ ،‬نا اَأْلص ُّم‪ ،‬نا الْعبَّاس الدُّو ِر ُّ ِإ ِ‬ ‫اهلل احْلَافِ ُ‬
‫‪َ - 7660‬أخبرنَا َأب و عب ِد ِ‬
‫ي‪ ،‬نا ْب َراه ُ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ ُ َْ‬
‫ت‪ ،‬عن ميم ِ‬
‫ون بْ ِن َأيِب‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اض‪َ ،‬ع ْن لَْيث‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَاب َ ْ َ ْ ُ‬
‫ٍ‬ ‫ض ْيل بْ ُن ِعيَ ٍ‬
‫ي‪ ،‬نا الْ ُف َ ُ‬ ‫الس َم ْر َقْن ِد ُّ‬
‫َّ‬
‫ٍ‬
‫ث َم ا‬ ‫اهلل‪َْ ،‬أو ِص يِن بَِو ِص يَّ ٍة‪ ،‬قَ َال‪ " :‬ات َِّق اهللَ َحْي ُ‬ ‫ول ِ‬ ‫ت‪ :‬يَ ا َر ُس َ‬ ‫يب‪َ ،‬ع ْن ُم َع اذ‪ ،‬قَ َال‪ُ :‬ق ْل ُ‬ ‫َش بِ ٍ‬
‫ت‪ِ :‬ز ْديِن ‪ ،‬قَ َال‪" :‬‬ ‫ت‪ِ :‬ز ْديِن ‪ ،‬قَ َال‪َ " :‬أتْبِ ِع َّ‬
‫الس يَِّئةَ احْلَ َس نَةَ مَتْ ُح َه ا "‪ ،‬قَ َال‪ُ :‬ق ْل ُ‬ ‫ت "‪ ،‬قَ َال‪ُ :‬ق ْل ُ‬ ‫ُكْن َ‬
‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن "‬ ‫ِِ‬
‫َخالق الن َ‬
‫‪26‬‬

‫‪Artinya:‬‬
‫ض َر ِم ُّي‪ ،‬نا عُثْ َم ا ُن‬ ‫ِ‬
‫اَأْلع َرايِب ِّ‪ ،‬نا ُمطَنَّي ٌ احْلَ ْ‬
‫ف‪ ،‬أنا ابْ ُن ْ‬ ‫وس َ‬ ‫َأخَبَرنَا َأبُو حُمَ َّمد بْ ُن يُ ُ‬
‫‪َ - 7661‬و ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫بْ ُن َأيِب َش ْيبَةَ‪ ،‬نا َج ِر ٌير‪َ ،‬ع ْن لَْيث‪ ،‬فَ َذ َكَرهُ بِنَ ْح ِوه َغْي َر َأنَّهُ قَ َال‪ِ :‬إ َّن ُم َع اذَ بْ َن َجبَ ٍل قَ َال للنَّيِب ِّ‬
‫ول ِ‬
‫اهلل‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‪َْ :‬أو ِصيِن يَا َر ُس َ‬
‫َ‬
‫‪Artinya:‬‬

‫ي‪ ،‬نا ح ِام ُد بن حَمْم ٍ‬


‫ود‪،‬‬ ‫ي‪ ،‬أنا َأبو طَ ِ‬
‫اه ٍر الْ ُم َح َّم َد آبَ ِاد ُّ‬ ‫َأخَبَرنَا َأبُو َعلِ ٍّي ُّ‬
‫الرو ْذبَا ِر ُّ‬
‫َ ُْ ُ‬ ‫ُ‬ ‫‪َ - 7662‬و ْ‬
‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬ ‫ت‪ ،‬عن ميم ِ‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫نا ِإ ْس َح ُ‬
‫يب‪،‬‬ ‫اق بْ ُن ُس لَْي َما َن‪ ،‬نا َأبُو س نَان‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَاب َ ْ َ ْ ُ‬
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ُم َع ا ًذا ِإىَل الْيَ َم ِن‪ ،‬قَ َال ُم َع اذٌ‪ :‬فَ ِإ َذا [ص‪:‬‬ ‫ث رس ُ ِ‬
‫ول اهلل َ‬ ‫قَ َال‪ :‬لَ َّما َب َع َ َ ُ‬
‫ول ِ‬ ‫ِ‬
‫اهلل‪َ ،‬م ا ََأرى‬ ‫ت‪ :‬يَا َر ُس َ‬ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‪َ ،‬ف ُق ْل ُ‬ ‫ب ابْ ِن َ‬
‫ص ْف َوا َن حَنْ َو النَّيِب ِّ َ‬ ‫‪َ ]381‬ر ْك ُ‬
‫ت‪َ ،‬وَأتْبِ ِع َّ‬
‫السيَِّئةَ احْلَ َس نَةَ‬ ‫ِ‬
‫وك َعيِّن ‪ ،‬فَ َْأوصيِن َوامْج َ ْع‪َ ،‬ف َق َال‪ " :‬ات َِّق اهللَ َحْيثُ َما ُكْن َ‬ ‫هَُؤ اَل ِء ِإاَّل َساِئلُ َ‬
‫َّاس خِب ُلُ ٍق َح َس ٍن "‬ ‫ِ‬
‫مَتْ ُح َها‪َ ،‬و َخالَط الن َ‬
‫‪Artinya:‬‬
‫يص ةُ‪،‬‬ ‫ٍ‬
‫الس َّماك‪ ،‬نا احْلَ َس ُن بْ ُن َس اَل م‪ ،‬نا قَبِ َ‬
‫ظ‪ ،‬أنا َأبو عم ِرو بن َّ ِ‬
‫ُ َْ ُْ‬ ‫اهلل احْلَافِ ُ‬‫‪َ - 7663‬أخبرنَا َأبو عب ِد ِ‬
‫ْ َ َ ُ َْ‬
‫اس الْ َم ْحبُويِب ُّ‪ ،‬نا َأمْح َ ُد بْ ُن َس يَّا ٍر‪ ،‬نا حُمَ َّم ُد بْ ُن َكثِ ٍري‪ ،‬نا ُس ْفيَا ُن‪،‬‬ ‫ح [ص‪ ]382:‬قَ َال‪َ :‬وأنا َأبُو الْ َعبَّ ِ‬
‫اق‪ ،‬نا يوسف بن يع ُق وب الْ َق ِ‬ ‫ِ‬
‫اض ي‪،‬‬ ‫َأخَبَرنَا َأبُو احْلَ َس ِن الْ ُم ْق ِرُئ ‪ ،‬أنا احْلَ َس ُن بْ ُن حُمَ َّمد بْ ِن ِإ ْس َح َ ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ‬ ‫ح َو ْ‬
‫ٍِ‬ ‫ٍِ‬
‫وعْب ُد الرَّمْح َ ِن بْ ُن‬‫َّد‪ ،‬نا حَيْىَي بْ ُن َس عيد‪ ،‬ح قَ َال‪َ :‬ونا حُمَ َّم ُد بْ ُن َأيِب بَ ْك ٍر‪ ،‬نا حَيْىَي بْ ُن َس عيد‪َ ،‬‬ ‫نا ُم َسد ٌ‬
‫يب‪َ ،‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‪ ،‬قَ َال‪ :‬قَ َال‬ ‫ون بْ ِن َأيِب َش بِ ٍ‬ ‫ت‪ ،‬عن ميم ِ‬ ‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ي‪َ ،‬ع ْن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَاب َ ْ َ ْ ُ‬ ‫َم ْه ِد ٍّ‬
‫ِ‬ ‫اهلل صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم‪ " :‬ات َِّق اهلل حيثُما ُكْنت‪ ،‬وخالِ ِق الن خِب‬ ‫ول ِ‬
‫ت‬‫َّاس ُلُ ٍق َح َس ٍن‪َ ،‬وِإذَا َعم ْل َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ‬ ‫َ َْ َ‬ ‫ُ َْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َر ُس ُ‬
‫الس يَِّئةَ احْلَ َس نَةَ مَتْ ُح َه ا‪َ ،‬و َخ الِ ِق‬
‫ف ِإلَْي َه ا َح َس نَةً مَتْ ُح َه ا " َويِف ِر َوايَ ِة احْلَافِ ِظ‪َ " :‬وَأتْبِ ِع َّ‬ ‫س يَِّئةً‪ ،‬فَ ِ‬
‫َأض ْ‬ ‫َ‬
‫َأن لَهُ َع ْن ُم َع ٍاذ‬‫ظ َغْيَر َّ‬ ‫َأح َف ُ‬ ‫ِ‬
‫َّاس ُلُ ٍق َح َس ٍن " َك َذا قَالُوا‪َ :‬ع ْن َأيِب ذَ ٍّر‪َ ،‬وكاَل مُهَا ُم ْر َس ٌل‪َ ،‬و ُس ْفيَا ُن ْ‬
‫الن خِب‬
‫َ‬
‫َش َو ِاه َد‬
‫‪Artinya:‬‬

‫\‪2. Metode takhri>j dengan menggunakan salah satu lafaz} matan h}adi>s‬‬
27

Metode takhrij yang digunakan untuk mencari lafal h}adi>s\ tersebut

adalah dengan metode salah satu lafal matan h}adi>s\. Cara mencari salah satu

lafal matan h}adi>s\ dengan metode ini adalah dengan mengembalikan kata dasar

dari lafal h}adi>s\ yang ingin dicari, selanjutnya mencari dengan urutan abjat

huruf hijaiyyah. Adapun kitab yang kami gunakan pada metode ini adalah Mu

‘jam al-Mufah}ras li al-Fa>z}il al-H{adi>s\ an-Nabawi> karangan A.J.

Wensick. Setelah melakukan penelusuran dengan metode ini, hasil yang

didapatkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

‫ترك‬ .1

‫واين قد تركت فيكم ما لن تضلوا بعده ان اعتصمتم به كتاب اهلل‬

84 ‫ مناسك‬:‫جه‬

18 :‫حم‬

‫اين تارك فيكم الثقلني‬

17 :‫حم‬

‫ضل‬ .2

‫ ان اخذمت به لن تضلوا‬,‫لن تضلوا ما متسكتم هبما‬

32 ‫ مناقب‬:‫ت‬

Maksud dari keterangan diatas yaitu:

1. Dengan menggunakan lafaz} ‫ ترك‬kami menemukan 4 jalur sanad, h}adi>s\

nya sebagai berikut:

 Sunan Ibnu Majah, kitab mana>sik, bab 84


28

:‫ قَ َال‬،‫ َع ْن َأبِ ِيه‬،‫ َح َّدثَنَا َج ْع َف ُر بْ ُن حُمَ َّم ٍد‬:‫يل قَ َال‬ ِ ‫ ح َّدثَنَا ح امِت بن ِإمْس‬:‫ح َّدثَنَا ِه َش ام بن ع َّما ٍر قَ َال‬
‫اع‬
َ َ ُْ ُ َ َ َ ُْ ُ َ
،‫ص ْمتُ ْم بِ ِه‬ ِ ِ ِ ‫ (( وقَ ْد َت ر ْك‬.... : ‫دخ ْلن ا علَى ج ابِ ِر ب ِن عب ِد اللَّ ِه قَ َال‬
َ َ‫ت في ُك ْم َم ا مَلْ تَض لُّوا ِإن ْاعت‬
ُ َ َ َْ ْ َ َ َ َ َ
28
.... )) ‫ فَ َما َأْنتُ ْم قَاِئلُو َن‬، ‫ َوَأْنتُ ْم َم ْسُئولُو َن َعيِّن‬،‫اب اللَّ ِه‬ ِ
َ َ‫كت‬

Telah menceritakan kepada kami Hisya>m bin ‘Amma>r berkata, telah

menceritakan kepada kami H{a>tim bin Isma>’i<l berkata, telah menceritakan

kepada kami Ja’far bin Muh}ammad dari Bapaknya berkata Aku bertamu ke

rumah Ja>bir bin ‘Abdullah ia berkata, Rasullah saw, bersabda: … dan sungguh

telah ku tinggalkan kepada kalian sesuatu jika kalian berpegang teguh maka

kalian todak akan tersesat yaitu kitab Allah dan kalian akan di Tanya

tentangku…”

 Musnad Ah}mad bin Hanbal, Juz XVIII

ٍ ِ‫ عن َأيِب س ع‬،ِّ ‫ عن ع ِطيَّةَ الْع ويِف‬،‫ك بن َأيِب سلَيما َن‬ِ


ِّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬
:‫ي قَ َال‬ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ ِ ‫ َح َّد َثنَا َعْب ُد الْ َمل‬، ٍ‫َح َّد َثنَا ابْ ُن مُنَرْي‬
،‫ض لُّوا َب ْع ِدي‬
ِ َ‫ (( ِإيِّن قَ ْد َت ر ْكت فِي ُكم م ا ِإ ْن َأخ ْذمُتْ بِ ِه لَن ت‬:‫ول اللَّ ِه ص لَّى اهلل علَي ِه وس لَّم‬
ْ َ َْ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ ُ ‫قَ َال َر ُس‬

‫ َو ِعْت َريِت َْأه ُل‬،‫ض‬ ِ َّ ‫ كِت اب اللَّ ِه حب ل مَمْ دود ِمن‬:‫ وَأح دمُه ا َأ ْكب ر ِمن اآْل خ ِر‬، ِ َ‫الث َقل‬
ْ ‫الس َماء ِإىَل‬
ِ ‫اَأْلر‬ َ ٌ ُ ٌ َْ ُ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ‫َّ نْي‬

َ ‫ َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو‬،‫ َأاَل َوِإن َُّه َما لَ ْن َي ْفرَتِ قَا‬، ‫َبْييِت‬
29
.)) ‫ض‬

Telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Malik bin Abi> Sulaima>n dari

‘At}iyyah al-‘Aufi> dari Abi> Sa’i>d al-Khudri> ia berkata, Rasulullah saw,

bersabda: “Sesungguhnya Aku telah meninggalkan kepada kalian, apabila kalian

mengambilnya maka kamu tidak akan tersesat setelahku, satu hal yang lebih berat

28
Ibn Ma>jah Abu Abdullah Muh}ammad bin Yazi>d al-Qazwaini>, Sunan Ibn Ma>jah,
Juz II (t.t, Dar Ih}ya>’ al-Kitab al-‘Arabiyah, t. th), h. 1022.
29
Abu> ‘Abdullah Ah}mad bin Muh{ammad bin H{anbal bin Hala>l bin Asad al-
Syaiba>ni>, Musnad Ah}mad bin H}anbal, Juz XVIII (t.t, Muassasah al-Risalah 1421 H/2001 M),
h. 114.
29

dari yang lain yaitu kitab Allah tali yang memanjang dari langit ke bumi, maka

tidak akan terpisahkan sampai mereka kembali telaga”.

 Musnad Ah}mad bin H{anbal, Juz XVII

‫ َع ْن‬،َ‫ َع ْن َع ِطيَّة‬،‫اق الْ ُماَل ِئ َّي‬


َ ‫يل بْ َن َأيِب ِإ ْس َح‬ ِ ‫ِإ‬
َ ‫يل َي ْعيِن مْسَاع‬
‫ِإ ِئ‬ ِ
ْ ،‫َأس َو ُد بْ ُن َع ام ٍر‬
َ ‫َأخَبَرنَا َأبُو ْس َرا‬ ْ ‫َح َّد َثنَا‬
‫َأح ُدمُهَا َأ ْكَب ُر‬ َّ ‫ )) ِإيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُك ُم‬:‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬
َ ، ِ ‫الث َقلَنْي‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ
ٍ ِ‫َأيِب س ع‬
ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ قَ َال‬،‫يد‬
َ
‫ َوِإن َُّه َم ا لَ ْن َي ْفرَتِ قَ ا‬، ‫ َو ِعْت َريِت َْأه ُل َبْييِت‬،‫ض‬ ِ َّ ‫ كِت اب اللَّ ِه حب ل مَمْ دود ِمن‬:‫ِمن اآْل خ ِر‬
ْ ‫الس َماء ِإىَل‬
ِ ‫اَأْلر‬ َ ٌ ُ ٌ َْ ُ َ َ َ

َ ‫َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو‬


30
((.‫ض‬

Telah menceritakan kepada kami Aswad bin ‘A<mir, telah mengabarkan

kepada kami Abu> Isra>i>l yaitu ‘Isma>’i>l bin Abi> Ish}a>q al-Mula>iyya,

dari ‘At}iyyah, dari Abi> Sa’i>d ia berkata Rasullullah saw,

bersabda :”Sungguh Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara yang

lebih berat dari yang lain, yaitu kitab Allah tali yang memanjang dari langit ke

bumi dan kalian tidak akan mendapatkan masalah sampai mereka kembali ke

telaga”.

2. Dengan menggunakan lafaz} ‫ ضل‬kami menemukan 2 jalur sanad, h}adi>s\

nya sebagai berikut:

 Sunan al-Tirmiz\i>, kitab mana>qib, bab 32

ِ ِ‫ عن َأب‬،‫ عن جع َف ِر ب ِن حُم َّم ٍد‬،‫ ح َّدثَنَا زي ُد بن احلس ِن‬:‫ قَ َال‬،ُّ ‫ح َّدثَنَا نَص ر بن عب ِد الرَّمْح ِن ال ُك ويِف‬
،‫يه‬ ْ َ َ ْ َْ ْ َ َ َ ُْ َْ َ َ َْ ُ ْ ُ ْ َ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم يِف َح َّجتِ ِه َي ْو َم َعَرفَةَ َو ُه َو َعلَى‬ ِ ‫عن جابِ ِر ب ِن عب ِد‬
ِ َ ‫ رَأيت رس‬:‫ قَ َال‬،‫اهلل‬
َ ‫ول اهلل‬ َُ َُْ َْ ْ َ ْ َ

30
Abu> ‘Abdullah Ah}mad bin Muh{ammad bin H{anbal bin Hala>l bin Asad al-
Syaiba>ni>, Musnad Ah}mad bin H}anbal, Juz XVII, h. 169.
30

ِ َ‫ول)) يا َأيُّها النَّاس ِإيِّن َتر ْكت فِي ُكم ما ِإ ْن َأخ ْذمُتْ بِ ِه لَن ت‬
:‫ض لُّوا‬ ِ ِ ‫نَاقَتِ ِه ال َق‬
ْ َ َْ ُ َ ُ َ َ ُ ‫ فَ َسم ْعتُهُ َي ُق‬،‫ب‬
ُ ُ‫ص َواء خَي ْط‬
ْ
((.31 ‫ َو ِعْتَريِت َْأه َل َبْييِت‬،‫اهلل‬
ِ ‫كِتَاب‬
َ

Telah menceritakan kepada kami Nas}r bin ‘Abd al-Rah}man al-Ku>fi>

ia berkata, telah menceritkan kepada kami Zaid bin al-H{asan, dari Ja’far bin

Muh}ammad dari Ayahnya, ja>bir bin ‘Abdullah ia berkata “Aku melihat

Rasulullah saw, pada hari ‘Arafah beliau berbicara dengan keagungannya, dia

mendengarnya dan berkata “Wahai manusia sungguh Aku telah meninggalkan

kepada kalian, jika kalian mengambilnya maka kalian tidak akan tersesat yaitu

kitab Allah dan kalian tidak akan menyesalinya”.

D. I’tiba>r Sanad

Setelah melakukan takhri>j, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

i‘tiba>r. Secara etimologi, kata I‘tiba>r merupakan masdar dari kata i‘tabara

yang berarti peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat

diketahui sesuatunya yang sejenis. Secara terminologi ilmu hadis, i’tiba>r berarti

menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu h}adis\, yang mana h}adis\ itu

pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja dan dengan

menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan diketahui apakah ada periwayat

lain atau tidak ada untuk bagian sanad h}adis\ dimaksud.32

Dengan i‘tiba>r, akan terlihat keseluruhan sanad h}adis\ dan mengetahui

ada atau tidak ada pendukung berupa periwayat yang berstatus sya>hid atau

31
Abu> ‘I<sa> Muh}ammad bin ‘I<sa> bin Saurah bin Mu>sa> bin al-D{ah}a>k al-
Tirmiz\i>, al-Ja>mi’ al-Kabi>r Sunan al-Tirmiz\i>, Juz VI (Beirut: Dar al-Garib al-Isla>mi>,
1998 M), h. 131.
32
Muhammad Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, h. 51-52.
31

muta>bi’.33 Demikian pula akan diketahui nama-nama periwayatnya dan metode

periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan.

Singkatnya, I‘tibar adalah usaha yang dilakukan oleh kritikus h}adi>s\

untuk melacak salah satu h}adi>s\ seorang perawi dengan mempertimbangkan

riwayat-riwayat perawi lain yang sama dengan h}adi>s\nya dengan melacak pada

kitab-kitab sumber yang bertujuan untuk mengetahui apakah h}adi>s\ tersebut

mempunyai sya>hid34 atau mutabi‘35.

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan 5 metode takhri>j,

maka h}adis\ yang diteliti memliki 13 jalur dari 7 periwayat, dengan rincian 2

jalur pada al-Mustadrak al-H{a>kim, 1 jalur pada Sunan al-Da>rqut}ni>, 1 jalur

pada Ibnu Majah, 4 jalur pada Musnad Ah}mad, 3 jalur pada Sunan al-Tirmiz\i>,

1 jalur pada Sunan al-Nasa>i>, 1 jalur pada S{ah}i>h} Ibn H{ibba>n.

Adapun h}adis\-h}adis\ tersebut beserta susunan skemanya dapat dilihat

sebagai berikut:

 al-Mustadrak al-H{a>kim

‫ ثنا َد ُاو ُد بْ ُن َع ْم ٍرو‬،‫الس َك ِن الْ َو ِاس ِط ُّي‬


َّ ‫يس ى بْ ِن‬ ِ ِ َ ‫َأخبرنَا َأب و ب ْك ِر بن ِإس ح‬
َ ‫ َأْنبَ َأ حُمَ َّم ُد بْ ُن ع‬،ُ‫اق الْ َفقيه‬ َ ْ ُ ْ َ ُ ََ ْ
‫ َع ْن َأيِب ُهَر ْي َر َة‬،‫ص الِ ٍح‬ ِ ِ
َ ‫ َع ْن َأيِب‬،‫ َع ْن َعْب د الْ َع ِزي ِز بْ ِن ُر َفْي ٍع‬،‫وس ى الطَّْلح ُّي‬
ِ ‫ ثن ا‬، ‫الض يِّب‬
َ ‫ص ال ُح بْ ُن ُم‬
َ ُّ َّ
‫ت فِي ُك ْم َش يَْئنْي ِ لَ ْن‬ ِ
ُ ‫ (( ِإيِّن قَ ْد َت َر ْك‬:‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‬
ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ قَ َال‬،‫ر ِض ي اللَّه عْن ه‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ َُ َ َ
ِ ِ ِ
َ ‫ َولَ ْن َيَت َفَّرقَا َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو‬، ‫اب اللَّه َو ُسنَّيِت‬
.)) ‫ض‬ َ َ‫ كت‬:‫تَضلُّوا َب ْع َدمُهَا‬

33
‘Abd al-H{aq ibn Saif al-Di>n ibn Sa‘dulla>h al-Dahlawi>, Muqaddimah fi> Us}u>l
al-H{adi>s\ (Cet. II; Beirut: Da>r al-Basya>ir al-Isla>miyah , 1986), h. 56-57.
34
Sya>hid adalah sebuah hadi>s\ yang diriwayatkan dua orang sahabat atau lebih.

35
Mutabi‘ adalah sebuah hadi>s\ yang diriwayatkan oleh orang setelah masa sahabat.
‫‪32‬‬

‫يل بْ ُن َأيِب‬ ‫ِإ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ح َّدثَنا َأب و ب ْك ٍر َأمْح ُد بن ِإس ح َ ِ‬


‫ض ِل ْ‬
‫اَأْلس َفاط ُّي‪ ،‬ثن ا مْسَاع ُ‬ ‫اق الْ َفقي هُ‪َ ،‬أْنبَ َأ الْ َعبَّ ُ‬
‫اس بْ ُن الْ َف ْ‬ ‫َ ُْ ْ َ‬ ‫َ َ ُ َ‬
‫َّعَرايِن ُّ‪ ،‬ثنا َج دِّي‪ ،‬ثنا ابْ ُن َأيِب َُأويْ ٍ‬
‫س‪َ ،‬ح َّدثَيِن َأيِب ‪،‬‬ ‫يل بْ ُن حُمَ َّم ِد بْ ِن الْ َف ْ‬
‫ض ِل الش ْ‬
‫س‪ ،‬و يِن ِإ ِ‬
‫َُأويْ ٍ َ ْ‬
‫َأخَبَر مْسَاع ُ‬
‫ِ‬
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َخطَ َ‬
‫ب‬ ‫َأن رس َ ِ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫َع ْن ثَ ْو ِر بْ ِن َزيْ ٍد الدِّيلِ ِّي‪َ ،‬ع ْن ِع ْك ِر َم ةَ‪َ ،‬ع ِن ابْ ِن َعبَّ ٍ‬
‫اس‪ُ َ َّ ،‬‬
‫ت فِي ُك ْم َم ا ِإ ِن‬
‫َّاس ِإيِّن قَ ْد َت َر ْك ُ‬
‫اح َذ ُروا يَ ا َأيُّ َه ا الن ُ‬ ‫َّاس يِف َح َّج ِة الْ َو َد ِ‬
‫اع‪َ ،‬ف َق َال‪ )) …:‬فَ ْ‬ ‫الن َ‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّم (( …‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب اللَّه َو ُسنَّةَ نَبِيِّه َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ص ْمتُ ْم به َفلَ ْن تَضلُّوا َأبَ ًدا كتَ َ‬
‫ْاعتَ َ‬
‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬
‫قال‬

‫ابن عباس‬ ‫ايب هريرة‬

‫عن‬ ‫عن‬

‫ايب صاحل‬ ‫عكرمة‬

‫عن‬ ‫عن‬

‫عبد العزيز بن رفيع‬ ‫ثور بن زيد الديلي‬

‫عن‬ ‫عن‬

‫صاحل بن موسى الطلحي‬ ‫ايب اويس‬

‫ثنا‬ ‫حدثين‬

‫داود بن عمرو الضيب‬ ‫ابن ايب اويس‬

‫ثنا‬ ‫ثنا‬

‫حممد بن عيسى السكن الواسطي‬ ‫الفضل الشعراين‬

‫ثنا‬

‫امساعيل بن حممد بن الفضل الشعراين‬


‫‪33‬‬

‫اخربين‬

‫امساعيل بن ايب اويس‬

‫ثنا‬

‫العباس بن الفضل االسفاطي‬

‫انبأ‬

‫ابو بكر بن اسحاق الفقيه‬

‫اخربنا‬ ‫حدثنا‬

‫احلاكم‬

‫‪ Musnad Ah}mad bin H{anbal‬‬

‫ك بن َأيِب سلَيما َن‪ ،‬عن ع ِطيَّةَ الْع ويِف ِّ‪ ،‬عن َأيِب س عِ ٍ‬‫ِ‬
‫يد اخْلُ ْد ِر ِّ‬
‫ي قَ َال‪:‬‬ ‫َ‬ ‫َْ َ ْ‬ ‫َح َّدثَنَا ابْ ُن مُنَرْيٍ ‪َ ،‬ح َّدثَنَا َعْب ُد الْ َمل ِ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ‬
‫ض لُّوا َب ْع ِدي‪،‬‬
‫ول اللَّ ِه ص لَّى اهلل علَي ِه وس لَّم‪ِ (( :‬إيِّن قَ ْد َت ر ْكت فِي ُكم م ا ِإ ْن َأخ ْذمُتْ بِ ِه لَن تَ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َْ‬ ‫ُ َْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫قَ َال َر ُس ُ‬

‫ض‪َ ،‬و ِعْت َريِت َْأه ُل‬ ‫الث َقلَ ِ ‪ ،‬وَأح دمُه ا َأ ْكب ر ِمن اآْل خ ِر‪ :‬كِت اب اللَّ ِه حب ل مَمْ دود ِمن َّ ِ‬
‫الس َماء ِإىَل ْ‬
‫اَأْلر ِ‬ ‫َْ ٌ ُ ٌ َ‬ ‫َّ نْي َ َ ُ َ َ ُ َ َ َ ُ‬

‫َبْييِت ‪َ ،‬أاَل َوِإن َُّه َما لَ ْن َي ْفرَتِ قَا‪َ ،‬حىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫ض((‬

‫اق الْ ُماَل ِئ َّي‪َ ،‬ع ْن َع ِطيَّةَ‪َ ،‬ع ْن‬


‫يل بْ َن َأيِب ِإ ْس َح َ‬ ‫ِإ ِ‬
‫يل َي ْعيِن مْسَاع َ‬
‫ِإ ِئ‬ ‫ِ‬
‫َأس َو ُد بْ ُن َع ام ٍر‪ْ ،‬‬
‫َأخَبَرنَا َأبُو ْس َرا َ‬ ‫َح َّد َثنَا ْ‬
‫َأح ُدمُهَا َأ ْكَب ُر‬ ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‪ِ )) :‬إيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُك ُم َّ‬
‫الث َقلَنْي ِ ‪َ ،‬‬ ‫ول اللَّه َ‬ ‫َُ‬
‫َأيِب س عِ ٍ‬
‫يد‪ ،‬قَ َال‪ :‬قَ َال رس ُ ِ‬
‫َ‬
‫‪34‬‬

‫ض‪َ ،‬و ِعْت َريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬وِإن َُّه َم ا لَ ْن َي ْفرَتِ قَ ا‬ ‫ِمن اآْل خ ِر‪ :‬كِت اب اللَّ ِه حب ل مَمْ دود ِمن َّ ِ‬
‫الس َماء ِإىَل ْ‬
‫اَأْلر ِ‬ ‫َْ ٌ ُ ٌ َ‬ ‫َ َ َ ُ‬

‫َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬


‫ض((‬
‫اس ِم ب ِن ح َّس ا َن‪ ،‬عن َزي ِد ب ِن ثَابِ ٍ‬
‫ِ‬ ‫اَأْلس َو ُد بْ ُن َع ِام ٍر‪َ ،‬ح َّد َثنَا َش ِر ٌ‬
‫ت‪،‬‬ ‫َْ ْ ْ‬ ‫الر َكنْي ِ ‪َ ،‬ع ِن الْ َق ْ َ‬
‫يك‪َ ،‬ع ِن ُّ‬ ‫َح َّدثَنَا ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب اللَّ ِه‪َ ،‬حْب ٌل مَمْ ُد ٌ‬
‫ود‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم‪ِ )) :‬إيِّن تَا ِر ٌك في ُك ْم َخلي َفَتنْي ِ ‪ :‬كتَ ُ‬
‫قَ َال‪ :‬قَ َال رس ُ ِ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫َُ‬
‫ض‪َ ،‬و ِعْت َريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬وِإن َُّه َم ا لَ ْن َيَت َفَّرقَ ا َحىَّت‬ ‫ض‪َ ،‬أو ما ب َّ ِ‬ ‫ما ب َّ ِ‬
‫الس َماء ِإىَل ْ‬
‫اَأْلر ِ‬ ‫اَأْلر ِ ْ َ َنْي َ‬
‫الس َماء َو ْ‬ ‫َ َنْي َ‬

‫يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬


‫ض((‬
‫ش‪ ،‬عن ع ِطيَّةَ الْع ويِف ِّ‪ ،‬عن َأيِب س عِ ٍ‬
‫يد‬ ‫َ‬ ‫َْ َْ‬ ‫َّض ِر‪َ ،‬ح َّدثَنَا حُمَ َّم ٌد َي ْعيِن ابْ َن طَْل َح ةَ‪َ ،‬ع ِن ْ‬
‫اَأْلع َم ِ َ ْ َ‬ ‫َح َّدثَنَا َأبُ و الن ْ‬

‫يب‪َ ،‬وِإيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُك ُم‬ ‫ِ‬


‫ك َأ ْن ُْأد َعى فَ ُأج َ‬
‫ي‪ ،‬ع ِن النَّيِب ص لَّى اهلل علَي ِه وس لَّم قَ َال‪ِ )) :‬إيِّن ِ‬
‫ُأوش ُ‬ ‫ُ َْ َ َ َ‬ ‫ِّ َ‬ ‫اخْلُ ْد ِر ِّ َ‬
‫ض‪َ ،‬و ِعْت َريِت ‪:‬‬ ‫الث َقلَ ِ ‪ :‬كِت اب اللَّ ِه ع َّز وج ل‪ ،‬و ِعت ريِت ‪ ،‬كِت اب اللَّ ِه حب ل مَمْ دود ِمن َّ ِ‬
‫الس َماء ِإىَل ْ‬
‫اَأْلر ِ‬ ‫َْ ٌ ُ ٌ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ َ َ َّ َ ْ َ‬ ‫َّ نْي َ َ‬
‫ض‪ ،‬فَانْظُروا مِبَ خَتْلُ ُف ويِن‬ ‫ِ‬
‫َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬وِإ َّن اللَّط َ‬
‫يف اخْلَبِ َري ْ‬
‫َأخَب َريِن َأن َُّه َم ا لَ ْن َي ْفرَتِ قَا َحىَّت يَ ِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫ُ‬
‫فِي ِه َما((‬

‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬

‫قال‬

‫زيد بن ثابت‬ ‫ايب سعيد‬

‫عن‬

‫عطية العويف‬ ‫القاسم بن حسان‬


‫عن‬
‫‪35‬‬

‫الركني‬ ‫امساعيل‬ ‫األعمش‬ ‫عبد امللك‬

‫عن‬ ‫حدثنا‬ ‫عن‬ ‫حدثنا‬

‫شريك‬ ‫ابن طلحة‬

‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬

‫االسود بن عامر‬ ‫ابو النضر‬ ‫ابن منري‬

‫حدثنا‬

‫االسود بن عامر‬

‫>‪ Sunan al-Da>ruqut}ni‬‬

‫يص ةَ حُمَ َّم ُد بْ ُن َعْب ِد الرَّمْح َ ِن بْ ِن عُ َم َارةَ بْ ِن الْ َق ْع َق ِ‬


‫اع ‪ ,‬نا َد ُاو ُد بْ ُن‬ ‫ح َّدثَنَا َأبو ب ْك ٍر َّ ِ ِ‬
‫الش افع ُّي ‪ ,‬نا َأبُو قَبِ َ‬ ‫ُ َ‬ ‫َ‬
‫ص الِ ٍح ‪َ ,‬ع ْن َأيِب ُهَر ْي َرةَ ‪ ,‬قَ َال‪:‬‬ ‫ِ‬
‫وس ى ‪َ ,‬ع ْن َعْب د الْ َع ِزي ِز بْ ِن ُر َفْي ٍع ‪َ ,‬ع ْن َأيِب َ‬
‫عم ٍرو ‪ ,‬نا ِ‬
‫ص ال ُح بْ ُن ُم َ‬
‫َ‬ ‫َْ‬
‫اب اللَّ ِه َو ُس نَّيِت‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم‪ )) :‬خلَّ ْف ِ‬
‫ت في ُك ْم َشيَْئنْي ِ لَ ْن تَضلُّوا َب ْع َدمُهَا‪ :‬كتَ ُ‬
‫َ ُ‬ ‫َ ُ َْ َ َ َ‬ ‫قَ َال َر ُس ُ‬

‫‪َ ,‬ولَ ْن َي ْفرَتِ قَا َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫ض((‬

‫تركت فيكم‬
‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬
‫‪36‬‬

‫قال‬
‫ايب هريرة‬
‫عن‬
‫ايب صاحل‬
‫عن‬
‫عبد العزيز بن رفيع‬
‫عن‬
‫صاحل ين موسى الطلحي‬
‫نا‬
‫داود بن عمرو الضيب‬
‫نا‬
‫ابو قبيصة حممد بن عبد الرمحن بن عمارة بن القعقاع‬
‫نا‬
‫ابو بكر الشافعي‬
‫حدثنا‬
‫الدارقطين‬

‫‪ Sunan Ibn Majah‬‬

‫يل قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا َج ْع َف ُر بْ ُن حُمَ َّم ٍد‪َ ،‬ع ْن َأبِ ِيه‪ ،‬قَ َال‪:‬‬ ‫مِت ِإ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫َح َّد َثنَا ه َش ُام بْ ُن َع َّمار قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا َح ا ُ بْ ُن مْسَاع َ‬
‫ِِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫دخ ْلنا علَى جابِ ِر ب ِن عب ِد اللَّ ِه قَ َال ‪ (( ....‬وقَ ْد َت ر ْك ِ‬
‫اب‬ ‫ت في ُك ْم َم ا مَلْ تَض لُّوا ِإن ْاعتَ َ‬
‫ص ْمتُ ْم ب ه‪ ،‬كتَ َ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫َ َ َ َ َ ْ َْ‬
‫اللَّ ِه‪َ ،‬وَأْنتُ ْم َم ْسُئولُو َن َعيِّن ‪ ،‬فَ َما َأْنتُ ْم قَاِئلُو َن )) ‪....‬‬

‫تركت فيكم‬

‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬

‫قال‬
‫جابر‬
‫‪37‬‬

‫قال‬
‫حممد بن علي‬
‫عن‬
‫جعفر بن حممد‬
‫حدثنا‬

‫حامت بن امساعيل‬
‫حدثنا‬

‫هشام بن عمار‬

‫حدثنا‬

‫ابن ماجه‬

‫>‪ Sunan al-Tirmiz\i‬‬

‫ح َّدثَنَا نَص ر بن عب ِد الرَّمْح ِن ال ُك ويِف ُّ‪ ،‬قَ َال‪ :‬ح َّدثَنَا زي ُد بن احلس ِن‪ ،‬عن جع َف ِر ب ِن حُم َّم ٍد‪ ،‬عن َأبِ ِ‬
‫يه‪،‬‬ ‫َ َْ ُْ َ َ َ ْ َْ ْ َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ُ ْ ُ َْ‬ ‫َ‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم يِف َح َّجتِ ِه َي ْو َم َعَرفَةَ َو ُه َو َعلَى‬ ‫عن جابِ ِر ب ِن عب ِد ِ‬
‫اهلل‪ ،‬قَ َال‪ :‬رَأيت رس َ ِ‬
‫ول اهلل َ‬ ‫َُْ َُ‬ ‫َ ْ َ ْ َْ‬
‫ول)) يا َأيُّها النَّاس ِإيِّن َتر ْكت فِي ُكم ما ِإ ْن َأخ ْذمُتْ بِ ِه لَن تَ ِ‬
‫ض لُّوا‪:‬‬ ‫ِ‬ ‫نَاقَتِ ِه ال َق ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َْ‬ ‫ُ‬ ‫ب‪ ،‬فَ َسم ْعتُهُ َي ُق ُ َ َ‬
‫ص َواء خَي ْطُ ُ‬
‫ْ‬
‫اهلل‪َ ،‬و ِعْتَريِت َْأه َل َبْييِت ‪((.‬‬
‫كِتَاب ِ‬
‫َ‬
‫ش‪َ ،‬ع ْن َع ِطيَّةَ‪َ ،‬ع ْن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َح َّدثَنَا َعل ُّي بْ ُن املْن ذ ِر ال ُك ويِف ُّ قَ َال‪َ :‬ح َّدثَنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن فُ َ‬
‫ض ْي ٍل قَ َال‪َ :‬ح َّد َثنَا ْ‬
‫اَألع َم ُ‬ ‫ُ‬
‫ت‪ ،‬عن زي ِد ب ِن َأرقَم قَااَل ‪ :‬قَ َال رس ُ ِ‬
‫ٍِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ٍ‬
‫َأيِب َس عِيد‪َ ،‬و ْ‬
‫ص لَّى اللَّهُ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫َُ‬ ‫ش‪َ ،‬ع ْن َحبيب بْ ِن َأيِب ثَاب َ ْ َ ْ ْ ْ َ‬
‫اَألع َم ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِإ‬ ‫ِ‬ ‫ِإ‬ ‫ِ‬
‫اآلخ ِر‪ :‬كتَ ُ‬
‫اب‬ ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم‪ )):‬يِّن تَا ِر ٌك في ُك ْم َما ْن مَتَ َّسكْتُ ْم به لَ ْن تَضلُّوا َب ْعدي َ‬
‫َأح ُدمُهَا َْأعظَ ُم م َن َ‬
‫الس م ِاء ِإىَل اَألر ِ ِ‬ ‫اللَّ ِه حب ل مَمْ ُد ٌ ِ‬
‫ض‪َ .‬وعْت َريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬ولَ ْن َيَت َفَّرقَ ا َحىَّت يَ ِر َدا َعلَ َّي احلَ ْو َ‬
‫ض‬ ‫ْ‬ ‫ود م َن َّ َ‬ ‫َْ ٌ‬
‫ف خَت ْلُ ُفويِن فِي ِه َما‪((.‬‬
‫فَانْظُُروا َكْي َ‬

‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬


‫‪38‬‬

‫ايب سعيد‬ ‫زيد بن ارقم‬ ‫جابر‬

‫عن‬ ‫عن‬ ‫عن‬

‫عطية‬ ‫حبيب بن ايب ثابت‬ ‫حممد بن علي‬

‫عن‬ ‫عن‬ ‫عن‬

‫األعمش‬ ‫جعفر بن حممد‬

‫حدثنا‬ ‫عن‬

‫حممد بن فضيل‬ ‫زيد بن احلسن‬

‫حدثنا‬

‫علي بن املنذر الكويف‬ ‫نصر بن املنذر الكويف‬

‫حدثنا‬

‫الرتمذي‬

‫>‪ Sunan al-Nasa>i‬‬

‫يل‪ ،‬قَ َال‪َ :‬ح َّدثَنَا َج ْع َف ُر بْ ُن حُمَ َّم ِد بْ ِن‬ ‫مِت ِإ ِ‬ ‫ِ‬ ‫يِن ِإ ِ‬
‫يم بْ ُن َه ُارو َن الَْب ْلخ ُّي‪ ،‬قَ َال‪َ :‬ح َّدثَنَا َحا ُ بْ ُن مْسَاع َ‬
‫َأخَبَر ْبَراه ُ‬
‫ْ‬
‫ِ‬ ‫ت‪ ْ :‬رِب‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َأخ ْ يِن َع ْن َح َّجة النَّيِب ِّ َ‬
‫ص لَّى‬ ‫َعل ِّي بْ ِن ُح َسنْي ٍ ‪َ ،‬ع ْن َأبِيه‪ ،‬قَ َال‪َ :‬د َخ ْلنَ ا َعلَى َج ابِ ِر بْ ِن َعْب د اهلل َف ُق ْل ُ‬
‫اهلل صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم ‪َ )) ...‬ف َق ْد َت ر ْكت فِي ُكم م ا لَن تَ ِ‬
‫ض لُّوا‬ ‫ول ِ‬ ‫اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال‪َ :‬ج َاز َر ُس ُ‬
‫َ ُ َْ ْ‬ ‫َ ُ َْ َ َ َ‬
‫بع ِدي ِإ ِن ْاعتَصمتُم بِِه كِتَاب ِ‬
‫اهلل‪َ ،‬وَأْنتُ ْم َم ْسُئولُو َن َعيِّن فَ َما َأْنتُ ْم قَاِئلُو َن ‪((...‬‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َْ‬
‫تركت فيكم‬
‫‪39‬‬

‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬


‫قال‬
‫جابر بن عبد اهلل‬
‫قال‬
‫حممد بن علي‬
‫عن‬
‫جعفر بن حممد بن علي بن حسني‬
‫حدثنا‬
‫حامت بن امساعيل‬
‫حدثنا‬
‫ابراهم بن هارون البلخي‬
‫اخربين‬
‫النسائي‬

‫‪ S{ah}i>h} Ibn H{ibba>n‬‬

‫ِإ ِ‬ ‫ِ‬
‫َأخَبَرنَا احْلَ َس ُن بْ ُن ُس ْفيَا َن‪َ ،‬ح َّد َثنَا َأبُو بَ ْك ر بْ ُن َأيِب َش ْيبَةَ‪َ ،‬ح َّدثَنَا َعفَّا ُن‪َ ،‬ح َّدثَنَا َح َّس ا ُن بْ ُن ْب َراه َ‬
‫يم‪،‬‬ ‫ْ‬
‫وق‪َ ،‬ع ْن يَِزي َد بْ ِن َحيَّا َن‪َ ،‬ع ْن َزيْ ِد بْ ِن َْأرقَ َم‪ ،‬قَ َال‪َ :‬د َخ ْلنَ ا َعلَْي ِه َف ُق ْلنَ ا لَ هُ‪ :‬لََق ْد‬ ‫ِِ‬
‫يد ب ِن مس ر ٍ‬
‫َع ْن َس ع ْ َ ْ ُ‬
‫ِ‬ ‫رَأيت خيرا‪ ،‬ص ِحبت رس َ ِ‬
‫ت َخ ْل َفهُ‪َ ،‬ف َق َال‪َ :‬ن َع ْم‪َ ،‬وِإنَّهُ َ‬
‫صلَّى اللَّهُ‬ ‫صلَّْي َ‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َ‬
‫ول اللَّه َ‬ ‫َ ْ َ ًَْ َ ْ َ َ ُ‬
‫اب اللَّ ِه‪ُ ،‬ه َو َحْب ُل اللَّ ِه‪َ ،‬م ِن اتََّب َع هُ َك ا َن َعلَى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعلَْي ه َو َس لَّ َم َخطََبنَ ا‪َ ،‬ف َق َال‪ِ)) :‬إيِّن تَ ا ِر ٌك في ُك ْم كتَ َ‬
‫الضاَل لَِة((‬
‫اهْلَُدى‪َ ،‬و َم ْن َتَر َكهُ َكا َن َعلَى َّ‬

‫تركت فيكم‬
‫رسول اللة صل اهلل عليه وسلم‬
‫قال‬
‫زيد بن ارقم‬
‫عن‬
‫يزيد بن حيان‬
40

‫عن‬
‫سعيد بن مسروق‬
‫عن‬
‫حسان بن ابراهم‬
‫حدثنا‬
‫عفان‬
‫حدثنا‬
‫ابو بكر بن ايب شيبة‬
‫حدثنا‬
‫احلسن بن سفيان‬
‫اخربنا‬
‫ابن حبان‬

Setelah melihat semua jalur-jalur h}adis\ diatas, selanjutnya peniliti akan

mengemukakan i‘tiba>r sanad secara keseluruhan melalui skema sebagai berikut:

Skema Gabungan
41

Setelah melihat skema diatas maka kami menyimpulkan bahwa h}adi>s\

yang diteliti memiliki syahid dan muta>bi’ karena sahabat yang meriwayatkan

h}adis\ tersebut ada 6 orang. Maka syahid dan muta>bi’ pada h}adi>s\ yang

kami teliti adalah sebagai berikut:

a. Jika sanad Ibn H{ibba>n diteliti, maka Abi> Sa’i>d, Ja>bir, Abi>

Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abba>s adalah syahid bagi Zaid bin

Arqam.

b. Jika sanad al-Nasa>i> diteliti, maka Zaid bin Arqam, Abi> Sa’i>d, Abi>

Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abba>s adalah syahid bagi Ja>bir.

Sedangkan Zaid bin al-H{asan muta>bi’ adalah bagi H{a>tim.

c. Jika sanad Ibn Ma>jah diteliti, maka Zaid bin Arqam, Abi> Sa’i>d, Abi>

Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abba>s adalah syahid bagi Ja>bir.

Sedangkan Zaid bin al-H{asan adalah muta>bi’ bagi H{a>tim.


42

d. Jika sanad al-Tirmiz\i> diteliti melalui ‘Ali> bin Munz\ir al-Ku>fi>, maka

Ja>bir, Abi> Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abba>s adalah syahid

bagi Zaid bin Arqam dan Abi> Sa’i>d. Sedangkan Yazi>d bin H{ayya>n

adalah muta>bi’ bagi H{abi>b bin Abi> S|a>bit. Apabila sanad al-Tirmiz\

i> diteliti melalui Nas}r bin Munz\ir al-Ku>fi>, maka Zaid bin Arqam,

Abi> Sa’i>d, Abi> Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abbas adalah

syahid bagi Ja>bir. Sedangkan H{a>tim adalah muta>bi’ bagi Zaid bin al-

H{asan.

e. Jika sanad Ah}mad bin H{anbal diteliti melalui Abu> al-Nad}r, maka

Zaid bin Arqam, Ja>bir, Abi> Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abba>s

adalah syahid bagi Abi> Sa’i>d. Sedangkan ‘Isma>’i>l bin Abi> Ish}a>q

dan ‘Abd al-Malik adalah muta>bi’ bagi al-A’masy. Apabila sanad

Ah}mad bin H{anbal diteliti melalui Ibn Numair, maka Zaid bin Arqam,

Ja>bir, Abi> Hurairah, Zaid bin S|a>bit, dan Ibn ‘Abba>s adalah syahid

bagi Abi> Sa’i>d. Sedangkan al-A’masy dan ‘Isma>’i>l bin Abi> Ish}a>q

adalah muta>bi’ bagi ‘Abd al-Malik. Apabila diteliti melalui al-Aswad

‘A<mir, maka Zaid bin Arqam, Ja>bir, Abi> Hurairah, dan Ibn ‘Abba>s

adalah syahid bagi Abi> Sa’i>d dan Zaid bin S|a>bit. Sedangkan al-

A’masy dan ‘Abd al-Malik adalah muta>bi’ bagi ‘Isma>’i>l bin Abi>

Ish}a>q.

f. Jika sanad al-Da>ruqut}ni> diteliti, maka Zaid bin Arqam, Abi> Sa’i>d,

Ja>bir, Zaid bin S|a>bit, Ibn ‘Abba>s adalah syahid bagi Abi> Hurairah.

Sedangkan Muh}ammad bin ‘I><sa> adalah muta>bi’ bagi Abu>

Qabi>sah.

g. Jika sanad al-H{a>kim diteliti melalui Abu> Bakr bin Ish}a>q al-Faqi>h,

maka Zaid bin Arqam, Abi> Sa’i>d, Ja>bir, Zaid bin S|a>bit adalah syahid
43

bagi Abi> Hurairah dan ‘Ibn ‘Abba>s. Sedangkan Abu> Qabi>sah adalah

muta>bi’ bagi Muh}ammad bin I<sa>.

Selanjutnya kami akan mengemukakan urutan periwayat dan urutan sanad

untuk hadis yang kami teliti.

a. al-H{a>kim

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Ibnu ‘Abba>s Periwayat I Sanad X

2. ‘Ikrimah Periwayat II Sanad IX

3. S|aur bin Zaid al-Di>li> Periwayat III Sanad VIII

4. Abi> Uwais Periwayat IV Sanad VII

5. Ibn Abi> Uwais Periwayat V Sanad VI

6. al-Fad}l al-Sya’ra>ni> Periwayat VI Sanad V

7. Isma>’i>l bin Muh}ammad Periwayat VII Sanad IV

bin al-Fad}l al-Sya’ra>ni>

8. Isma>’i>l bin Abi> Uwais Periwayat VIII Sanad III

9. al-‘Abba>s bin al-Fadl al- Periwayat IX Sanad II

Asfa>t}i>

10. Abu> Bakr bin Isha>q al- Periwayat X Sanad I

Faqi>h

11. al-H{a>kim Periwayat XI Mukharrij

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Abi> Hurairah Periwayat I Sanad VII

2. Abi> S{a>lih} Periwayat II Sanad VI


44

3. ‘Abd al-‘Azi>z bin Rufai’ Periwayat III Sanad V

4. S{a>lih} bin Mu>sa> al- Periwayat IV Sanad IV

T{alh}i>

5. Da>wud bin ‘Amr al- Periwayat V Sanad III

D{abbi>

6. Muh}ammad bin ‘I<sa> al- Periwayat VI Sanad II

Sakan al-Wa>sit}i>

7. Abu> Bakr bin Isha>q al- Periwayat VII Sanad I

Faqi>h

8. al-H{a>kim Periwayat VIII Mukharrij

b. Ah}mad bin H{anbal

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Abi> Sa’i>d Periwayat I Sanad IV

2. ‘At}iyah al-‘Aufi> Periwayat II Sanad III

3. ‘Abd al-Malik bin Abi> Periwayat III Sanad II

Sulaima>n

4. Ibn Numair Periwayat IV Sanad I

5. Ah}mad bin H{anbal Periwayat V Mukharrij

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Abi> Sa’i>d Periwayat I Sanad V

2. ‘At}iyah al-‘Aufi> Periwayat II Sanad IV

3. al-‘Amasy Periwayat III Sanad III


45

4. Ibn T{alh}ah Periwayat IV Sanad II

5. Abu al-Nad}r Periwayat V Sanad I

6. Ah}mad bin H{anbal Periwayat VI Mukharrij

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Abi> Sa’i>d Periwayat I Sanad IV

2. ‘At}iyah al-‘Aufi> Periwayat II Sanad III

3. ‘Isma>’i>l bin Abi> Isha>q Periwayat III Sanad II

al-Mula>’i>

4. al-Aswad bin ‘A<mir Periwayat IV Sanad I

5. Ah}mad bin H{anbal Periwayat V Mukharrij

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Zaid bin S|a>bit Periwayat I Sanad V

2. al-Qa>sim bin H>{asa>n Periwayat II Sanad IV

3. al-Rukain Periwayat III Sanad III

4. Syari>k Periwayat IV Sanad II

5. al-Aswad bin ‘A<mir Periwayat V Sanad I

6. Ah}mad bin H{anbal Periwayat VI Mukharrij

c. al-Da>ruqut}ni>

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Abi> Hurairah Periwayat I Sanda VII

2. Abi S{a>lih} Periwayat II Sanad VI


46

3. ‘Abd al-‘Azi>z bin Rufai’ Periwayat III Sanad V

4. S{a>lih bin Mu>sa> al- Periwayat IV Sanad IV

T{alh}i>

5. Da>wud bin ‘Amr al- Periwayat V Sanad III

D{abbi>

6. Abu> Qabi>s}ah Periwayat VI Sanad II

Muh}ammad bin ‘Abd al-

Rah}man bin ‘Uma>rah al-

Qa’qa>’

7. Abu> Bakr al-Sya>fi’i> Periwayat VII Sanad I

8. al-Da>ruqut}ni> Periwayat VIII Mukharrij

d. Ibn Ma>jah

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Jabir Periwayat I Sanda V

2. Muh}ammad bin’Ali> Periwayat II Sanad IV

3. Ja’far bin Muh}ammad Periwayat III Sanad III

4. H{a>tim bin ‘Isma>’i>>l Periwayat IV Sanad II

5. Hisya>m bin ‘Amma>r Periwayat V Sanad I

6. Ibn Ma>jah Periwayat VI Mukharrij

e. al-Tirmiz\i>

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Abi> Sa’i>d Periwayat I Sanad V


47

2. ‘At}iyah Periwayat II Sanad IV

3. al-A’masy Periwayat III Sanad III

4. Muh}ammad bin Fud}ail Periwayat IV Sanad II

5. ‘Ali> bin al-Munz\ir al- Periwayat V Sanad I

Ku>fi>

6. al-Tirmiz\i> Periwayat VI Mukharrij

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Zaid bin Arqam Periwayat I Sanda V

2. H{abi>b bin Abi> S|a>bit Periwayat II Sanad IV

3. al-A’masy Periwayat III Sanad III

4. Muh}ammad bin Fud}ail Periwayat IV Sanad II

5. ‘Ali> bin al-Munz\ir al- Periwayat V Sanad I

Ku>fi>

6. al-Tirmiz\i> Periwayat VI Mukharrij

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Ja>bir Periwayat I Sanda V

2. Muh}ammad bin ‘Ali> Periwayat II Sanad IV

3. Ja’far bin Muh}ammad Periwayat III Sanad III

4. Zaid bin al-H{asan Periwayat IV Sanad II

5. Nas}r bin al-Munz\ir al- Periwayat V Sanad I

Ku>fi>

6. al-Tirmiz\i> Periwayat VI Mukharrij

f. al-Nasa>i>
48

Urutan nama periwayat Urutan Periwayat Urutan Sanad

1. Ja>bir bin ‘Abdullah Periwayat I Sanda V

2. Muh}ammad bin ‘Ali> Periwayat II Sanad IV

3. Ja’far bin Muh}ammad bin Periwayat III Sanad III

‘Ali> bin H{usain

4. H}a>tim bin ‘Isma>’i>l Periwayat IV Sanad II

5. Ibra>him bin Ha>run al- Periwayat V Sanad I

Balkhi>>

6. al-Nasa>i> Periwayat VI Mukharrij

g. Ibn H{ibba>n

Urutan nama periwayat Urutan periwayat Urutan Sanad

1. Zaid bin Arqam Periwayat I Sanad VII

2. Yazid bin Hayya>n Periwayat II Sanad VI

3. Sa’i>d bin Masruq Periwayat III Sanad V

4. H{asa>n bin Ibra>him Periwayat IV Sanad IV

5. ‘Affa>n Periwayat V Sanad III

6. Abu> Bakr bin Abi> Syaibah Periwayat VI Sanad II

7. al-H{asan bin Sufya>n Periwayat VII Sanad I

8. Ibn Hibba>n Periwayat VIII Mukharrij


49

BAB III

KRITIK SANAD DAN MATAN

A. Pengertian Sanad
50

Sanad secara bahasa berarti al-mu’tamad ‫ امل ْعتَ َم ُد‬yaitu “yang diperpegangi
ُ
(yang kuat) yang bisa dijadikan pegangan”. dapat juga diartikan: ‫م اَ ْار َت َف َع ِم َن‬
36

‫اَألرض‬
ْ
37
yaitu “Sesuatu yang terangkat (tinggi) dari tanah”.

Sedangkan secara terminologi sanad berarti: Jalannya matan, yaitu silsilah

para perawi yang memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang

pertama.38

Ada beberapa istilah yang erat hubungannya dengan sanad, yaitu isnad,

musnad, dan musnid.

a. Isnad

Isnad secara etimologi berarti menyandarkan sesuatu kepada yang lain. 39

Sedangkan menurut istilah isnad berarti: Mengangkat hadis kepada yang

mengatakannya (sumbernya), yaitu menjelaskan jalan matan dengan

meriwayatkan hadis secara musnad.40

b. Musnad

Musnad adalah bentuk isim maf’ul dari kata kerja ‫َأس نَ َد‬
ْ , yang berarti

sesuatu yang disandarkan kepada yang lain.41

Secara terminologi musnad mengandung tiga pengertian42, yaitu :

36
Mahmud al-Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadits, (Beirut:Dar al-Quran al-Karim, 1412
H/1991 M), h. 20.
37
M.’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, (Beirut:Dar al-
Fikr,1989), h. 32.
38
M.’Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, h. 32.

39
Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis I, (Jakarta: Bulan Bintang,
1981), h.43.
40
M.’Ajjaj al-khatib, Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, h. 32.

41
Mahmud al-Tahhan, Taisir Mustalah al-Hadits, h. 15.

42
Zhafar al-Tahanawi, Qawaid fi ‘Ulum al-Hadis,ed. Abd al-fattah Abu Ghuddah (Beirut:
Maktabat al-Nah’ah, 1404 H/1984 M), h.26.
51

1. Hadis yang tersambung sanadnya dari perawinya (dalam contoh sanad

di atas adalah Bukhari) sampai kepada akhir sanadnya (yang biasa

adalah sahabat dan dalam contoh di atas adalah Anas r.a).

2. Kitab yang menghimpun hadis-hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh

sahabat, seperti hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar ra. dan

lainnya. Contohnya, adalah kitab Musnad Imam Ahmad.

3. Sebagai mashdar (mashdar mimi) mempunyai arti sama dengan sanad.

c. Musnid

Kata musnid adalah isim fa’il dari ‫أس نَ َد → يُ ْس نِد‬


ْ yang berarti orang yang
menyandarkan sesuatu kepada yang lainnya. Sedangkan pengertiannya dalam

istilah hadis adalah “Setiap perawi hadis meriwayatkan hadis dengan

menyebutkan sanadnya, apakah ia mempunyai pengetahuan tentang sanad

tersebut, atau tidak mempunyai pengetahuan tentang sanad tersebut, tetapi hanya

sekedar meriwayatkan saja.43\

B. Jenis-jenis Sanad

Adapun jenis-jenis sanad terbagi menjadi dua44 yaitu:

1. Sanad ‘Aliy

Sanad ‘aliy adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika

dibandingkan dengan sanad yang lain. Sanad ‘aliy ini terbagi menjadi dua:

a. Sanad ‘aliy yang bersifat mutlak. Yaitu sanad yang jumlah rawinya

sampai ke Rasulullah SAW lebih sedikit, jika dibandingkan dengan

jalur yang lain. Dan jika sanad tersebut shahih maka ia menempati

tingkatan tertinggi dari jenis sanad ‘aliy.

43
Zhafar al-Tahanawi, Qawaid fi ‘Ulum al-Hadis,ed. Abd al-fattah Abu Ghuddah, h.26.

44
M. Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h. 96
52

b. Sanad ‘aliy yang bersifat nisby. Yaitu sanad yang jumlah rawinya

lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadis, seperti

Syu’bah, al-‘Amasy, Ibnu Juraij as-Syafi’I, malik, Muslim, Bukhari,

dan sebagainya.

2. Sanad Nazil

Sanad nazil adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih banyak jika

dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadis dengan sanad yag lebih banyak akan

tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.

C. Kriteria Keshahihan Sanad Hadis

Imam al-Syafi’i-lah yang pertama yang mengemukakan penjelasan yang

lebih konkret dan terurai tentang riwayat hadis yang dapat dijadikan hujjah (dalil).

Dia menyatakan hadis ah}ad tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali menemukan

dua syarat, yaitu pertama hadis tersebut diriwayatkan oleh orang yang tsiqah (adil

dan dhabit), kedua, rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi

Muhammad saw. atau dapat juga tidak sampai kepada Nabi. 45

Untuk melanjutkan dan memperjelas persyaratan hadis shahih muncullah

pendapat muhadditsin mutakhkhirin, di antaranya dikemukakan oleh Ibnu Shalah

dalam muqaddimahnya:

Hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh

perawi yang adil dan dhabit sampai akhir sanadnya, tidak terdapat kejanggalan

(Syaz) dan cacat (Illat).46

Dari defenisi hadis shahih di atas tampak jelas bahwa hadis shahih harus

memenuhi lima syarat :

45
Abu Abdullah Muhammad ibn Idris al-Syafi>’i, al-Risa>lah, naskah diteliti dan
disyarah oleh Ahmad Muhammad Syakir (Kairo: Maktabat Dar al-Turas, 1399 H/1979 M), h.369.
46
Ibnu al-Shalah, Ulumul Hadis, (Beirut:al-maktabah al-ilmiyah,1989), h. 7.
53

1. Bersambung sanadnya

2. Diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil

3. Diriwayatkan oleh periwayat yang dhabit

4. Terhindar dari syaz

5. Terhindar dari illat.47

D. Kritik Sanad

 Ah}mad bin H{anbal

Nama lengkapnya adalah Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal bin

Hila>l bin Asad al-Syaiba>ni> Abu> ‘Abdillah al-Marwazi> al-Bagda>di>. 48

Wafat pada tahun 241 H, di Bagda>d. Beliau memiliki beberapa guru dan murid,

diantara guru-guru beliau adalah Ibra>hi>m bin Kha>lid al-S{an’a>ni>,

Ibra>hi>m bin Sa’id al-Zuhri>, Ibra>hi>m bin Syama>s al-Samarkandi>,

Ibra>hi>m bin Abi> al-‘Abba>s al-Bagda>di> al-Ma’ru>f, Ish}a>q bin Yu>suf

al-Azraq, Isma>’i>l bin ‘Aliyah, al-Aswad bin ‘A<mir. Adapun murid-murid

beliau diantaranya adalah al-Bukha>ri>, Muslim, Abu> Da>wud, Ibra>hi>m bin

Ish}a>q al-H{arbi>.

Dalam T{abaqat beliau menempati posisi pada urutan t}abaqat ke-10,

yaitu Kiba>r al-A<khiz\i>n ‘an Tabi’ al-Atba>’. Menurut penilaian Ibn Abi>

H{a>tim dalam kitab Tahz\i>b al-Tahz\i>b yang ditulis oleh Ibn H{ajar, beliau

(Ah}mad bin H{anbal) adalah seorang Ima>m dan dia Hujjah. Menurut penilaian

Ibn Hibba>n dalam kitab al-S|iqa>t, beliau (Ah}mad bin H{anbal) H{a>fiz}

47
Bustamin M. Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Cet I; Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 24.
48
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. I (Cet. I; Beirut: Muassasah al-Risa>lah. 1400 H/1980 M), h. 437.
54

Mutqin, Faqi>h. Menurut penilaian Ibn Sa’id, beliau (Ah}mad bin H}anbal) S|

iqat, S{adu>q, Kas\i>r al-H{adi>s\ (banyak meriwayatkan h}adi>s\).49

 al-Aswad bin ‘A<mir

Nama lengkapnya adalah al-Aswad bin ‘A<mir Sya>z\a>n Abu> ‘Abd al-

Rahman al-Sya>mi> al-Bagda>di>.50 Wafat pada tahun 208 H, di Bagda>d.

Beliau memiliki beberapa guru dan murid, diantara murid beliau adalah Abu> S|

aur Ibra>hi>m bin Kha>lid al-Kalbi>, Ibra>hi>m bin Sa’i>d al-Jauhari>,

Ah}mad bin al-Khali>l al-Barjala>ni>, Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal,

Ah}mad bin Muh}ammad bin Ni>zak, Ah}mad bin al-Wali>d al-Fuh}a>m.

Adapun guru-guru beliau diantaranya adalah Za>idah bin Quda>mah, Zahi>r bin

Mu’awiyah, Sufyan al-S|auri>, Sina>n bin Ha>run al-Barjumi>, Syari>k bin

‘Abdullah al-Nakh’i>, Syu’bah bin al-H{ajja>j, T{alh}ah bin ‘Amr al-Makki>.

Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-9 yaitu,

S{iga>r Atba>’ al-Ta>bi’i>n. Dalam kitab Tahz\i>b al-Kama>l al-Mizzi>

mengemukakan bahwa menurut ‘Abd al-Rah}man bin Abi> H{a>tim, dari

Ayahnya ia menilai Aswad bin A<mir S{adu>q S{a>lih}. Sedangkan ‘Us}ma>n

bin Sa’i>d al-Da>rimi>, dari Yah>ya> bin Mu’i>n menilai Aswad bin ‘A<mir

La> ba’sa bih (tidak bermasalah), sedangkan Abu> H{a>tim, dari ‘Ali> Ibn al-

Madi>ni> menilai Aswad bin ‘A<mir S|iqat.51

 Syari>k bin ‘Abdullah al-Nakh’i>

49
Abu al-Fad}l Ah}mad bin ‘Ali> bin Muh}ammad bin Ah}mad H{ajar ‘Asqala>ni>,
Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz I (Cet. I; al-Hind: Mat}ba’at Da>irah al-Ma’a>rif al-Niz}a>miah, 1326
H), 74-75.
50
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. III, h. 226.
51
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. III, h. 227.
55

Nama lengkapnya adalah Syari>k bin ‘Abdullah bin Abi> Syari>k al-

Nakh’i> Abu> ‘Abdullah al-Ku>fi> al-Qa>d}i> al-Ku>fah.52 Wafat pada tahun

177 H atau 178 H, di Ku>fah. Beliau memiliki beberapa murid dan guru, diantara

murid-murid beliau adalah Ish}a>q bin Abi> Isra>i>l, Ish}a>q bin ‘I<sa> Ibn

al-T{aba>’ Ish}a>q bin Mans}u>r al-Sulu>li>, Ish}a>q bin Yu>suf al-Azraq,

‘Isma>’i>l bin Aba>n al-Wara>q, ‘Isma>’i>l bin Mu>sa> al-Faza>ri>, al-

Aswad bin ‘A<mir Sya>z\a>n, Adapun guru-guru beliau diantaranya adalah

Da>wud bin Yazid al-Audi>, Abi> Fuza>rah Ra>syid bin Kaisa>n, al-Rukain

bin al-Rubai’, Zaid al-Ya>mi>, Ziyad bin ‘Ala>qah, Ziyad bin Fiya>d{.

Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-8, yaitu al-

Wust}a> min Atba>’ al-Ta>bi’i>n. al-Mizzi> dalam kitabnya Tahz\ib al-Kama>l

menjelaskan bahwa Yazid bin al-Hais\am al-Ba>da> berkata: “Aku mendengar

Yah}ya> bin Mu’i>n ia berkata: “Syarik orang yang S|iqat”. Mu’a>wiyah bin

S{a>lih} berkata, dari Yah}ya> bin Mu’i>n, Syari>k orang yang S{adu>q S|iqat.

Sedangkan Ya’qu>b bin Syaibah menilai Syari>k S{adu>q S|iqat al-Hafiz}

Jidda>n.53

 al-Rukain bin al-Rubai’

Nama lengkapnya adalah Rukain bin al-Rubai’ bin ‘Umailah al-Fiza>ri>

Abu al-Rubai’ al-Ku>fi>.54 Wafat pada tahun 131 H. Beliau memiliki guru dan

murid, diantara murid beliau adalah Isra>i>l bin Yu>nus, Jari>r bin ‘Abd al-

52
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. XII, h. 462-463.
53
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. XII, h. 468-471.
54
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. IX, h. 224.
56

H{ami>d, al-Rubai’ bin Sahl bin al-Rukain bin al-Rubai’, Za>idah bin

Quda>mah, Zaid bin Akhzam al-T{a>’i>, Sufya>n al-S|auri>, Syari>k bin

Abdullah, Syu’bah bin al-H{ajja>j, Syaiba>n bin ‘Abd al-Rah}man al-Nakhwi>.

Adapun guru-guru beliau adalah ‘Abdullah bin Zubair, ‘Abdullah bin ‘Umar bin

Khat}t}a>b, ‘Adi> bin S|a>bit, ‘Ikrimah Maula> Ibn ‘Abba>s, al-Qa>sim bin

Hassa>n, Qais bin Muslim.

Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-4, yaitu

T{abaqat al-Wust}a> min al-Ta>bi’i>n. al-Mizzi> dalam kitabnya Tahz\i>b al-

Kama>l berkata bahwa ‘Abdullah bin Ah}mad bin H{anbal, dari Ayahnya, dan

‘Us\ma>n bin Sa’i>d al-Da>rimi>, dari Yah}ya> bin Mu’i>n, dan al-Nasa>i>

mereka menilai beliau (al-Rukain bin al-Rubai’) seorang yang S|iqat, sedangkan

Abu> H{a>tim menilainya S{a>lih}.55 Sedangkan al-H{a>fiz} dalam kitabnya

Tahz\i>b al-Tahz\i>b bahwa Ibn H{ibba>n memasukkan beliau (Rukain bin al-

Rubai’) dalam kitabnya al-Siqa>t.56

 al-Qa>sim bin H{assa>n

Nama lengkapnya adalah al-Qa>sim bin H{assa>n al-‘A<miri> al-

Ku>fi>.57 Tahun wafatnya tidak diketahui. Beliau memiliki beberapa guru dan

murid, diantara murid-murid beliau adalah al-Rukain bin Rubai’ dan al-Wali>d

bin Qais al-Saku>ni>. Adapun guru-guru beliau adalah H{assa>n al-‘A<miri>,

Zaid bin S|a>bit, ‘Abd al-Rah}man bin H{armilah, dan Falfalah al-Ja’fi>.

55
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. IX, h. 225-226.
56
Abu al-Fad}l Ah}mad bin ‘Ali> bin Muh}ammad bin Ah}mad H{ajar ‘Asqala>ni>,
Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz III, h. 228.
57
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. XXIII, h. 341.
57

Dalam t}abaqat beliau menempati posisi urutan t}abaqat ke-3, yaitu al-

Wust}a> min al-Ta>bi’i>n. al-Mizzi> dalam kitabnya Tahz\i>b al-Kama>l

mengemukakan bahwa Ibn H{ibba>n memasukkannya dalam kitabnya yaitu al-S|

iqa>t.58 Sedangkan al-H{a>fiz} dalam Tahz\i>b al-Tahz\i>b mengatakan Ibn

Sya>hi>n dalam kitabnya al-S|iqa>t Ah}mad bin S{a>lih} berkata beliau (al-

Qa>sim bin H{assa>n) S|iqah. Ibn al-Qat}t}a>n berkata ”tidak tahu

tentangnya”.59

 Zaid bin S|a>bit

Nama lengkapnya adalah Zaid bin S|a>bit bin al-D{ah}h}a>k bin Zaid bin

Lu>z\a>n bin ‘Amr bin ‘Abd ‘Auf al-Ans}a>ri> al-Naja>ri> Abu> Sa’i>d Abu>

Kha>rijah al-Madani>.60 Wafat pada tahun 45 H, atau 48 H, dan ada yang

mengatakan 50 H. Beliau memiliki beberapa guru dan murid, diantara murid-

murid beliau adalah ‘Ijla>n Maula Fa>t}imah binti ‘Utbah bin Rabi>’ah,

‘Urwah bin al-Zubair, ‘At}a>’ bin Yassa>r, al-Qa>sim bin H{assa>n

al-‘A<miri> al-Ku>fi>, al-Qa>sim bin Muh}ammad bin Abi> Bakr. Adapun

guru-guru beliau adalah Nabi Muh}ammad saw, Abi> Bakr al-S{adi>q,

‘Abdulla>h bin ‘Us\ma>n, ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n, dan ‘Umar bin Khat}t}a>b.

Dalam t}abaqat Ibnu H{ajar dan al-Mizzi menempatkan beliau pada t}abaqat ke-

1, yaitu S{ah}a>bi.>61

58
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. XXIII, h. 342.
59
Abu al-Fad}l Ah}mad bin ‘Ali> bin Muh}ammad bin Ah}mad H{ajar ‘Asqala>ni>,
Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz VIII, h. 331.
60
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. X, h. 24-25.
61
Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-Di>n al-Zakki>
Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi> al-Mizzi>, Tahz\ib al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l,
Juz. X, h. 25-26.
58

E. Pengertian Matan

Matan dan sanad h}adi>s\, jika dilihat dari objek penelitian, maka kedua-

duanya memiliki kedudukan yang sama, yaitu sama-sama penting untuk diteliti

dalam hubungannya dengan kualitas dan kehujjahan h}adi>s\. Menurut ulama

h}adi>s\ bahwa suatu h}adi>s\ dinyatakan berkualitas shahi>h lidzatihi, apabila

sanad dan matan h}adi>s\ itu sama-sama berkualitas s}ah}i>h.

Oleh karena itu, h}adi>s\ yang sanadnya s}ah}i>h tetapi matannya tidak

s}ah}i>h (dhaif) atau sebaliknya, sanad dhaif tetapi matannya s}ah}i>h, tidak

dapat dinyatakan sebagai h}adi>s\ s}ah}i>h. Namun demikian, dalam praktiknya,

dalam kegiatan kritik sanad (naqd al- sanad) didahulukan atas kritik matan (naqd

al-matan). Itu berarti bahwa kritik matan dianggap penting setelah sanad bagi

matan tersebut diketahui kualitasnya, dalam hal ini, memiliki kualitas s}ah}i>h,

atau minimal tidak termasuk para kedhaifannya, sebab tidak akan memberi

manfaat bagi kehujjahan h}adi>s\ yang bersangkutan.

F. Kritik Matan (Naqd al-Matan)

Kritik matan h}adi>s\ merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

studi h}adi>s\ sebagai upaya untuk mengetahui dan mendeteksi kualitas h}adi>s\

dari segi lafal dan makna yang terkandung dalam h}adi>s\ itu, sesudah dilakukan

kritik terhadap sanadnya.

Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa sebuah h}adi>s\ perlu

dikritisi matannya, seperti yang disebutkan oleh Hasyim bin Abbas sebagai

berikut:

1. Motivasi agama
59

2. Motivasi kesejarahan

3. Keterbatasan h}adi>s\ mutawatir

4. Bias dari penyaduran ungkapan h}adi>s\

5. Teknik pengeditan h}adi>s\

6. Kes}ah}i>han sanad tidak berkoreksi dengan kes}ah}i>han matan

7. Sebaran tema dan perpaduan konsep

8. Upaya penerapan konsep dotrinal h}adi>s\62

Berdasarkan keterangan tersebut, maka penelitian terhadap aspek matan

atau teks h}adi>s\ tidak berbeda pentingnya dengan penelitian terhadap aspek

sanad, karena keduanya harus dipadukan dalam rangka mendapatkan h}adi>s\

yang berkualitas s}ah}i>h yang dapat dijadikan sebagia hujjah agama.

Untuk mengetahui berkualitas s}ah}i>h atau tidaknya sebuah matan

h}adi>s\, maka dalam kritik matan terdapat beberapa kriteria atau persyaratan

yang menjadi acuan untuk menilainya, seperti yang telah ditetapkan oleh para

ulama pada bagaian terdahulu. Sebab yang sangat penting dalam penelitian

h}adi>s\ adalah membuktikan bahwa h}adi>s\ itu berkualitas s}ah}i>h atau tidak

apakah h}adi>s\ itu telah memenuhi kriteria kes}ah}i>han sanad dan matan, agar

dapat dinyatakan sebagai h}adi>s\ yang berkualitas s}ah}i>h li dza>tihi, dan

dapat dijadikan sebagai hujjah agama dan dapat diamalkan.

Imam as-Syafi'i mengemukakan beberapa metode yang kemungkinanya

dapat digunakan untuk menyelesaikan problema matan h}adi>s\ yang

bertentangan dengan matan h}adi>s\ yang lain, untuk menggunakan metode ini

maka ada beberapa alternatif yang dipilih yakni :

a. Jika ada salah asatu yang bersifat mujmal, maka yang lain

menjelaskan atau merinci (musashaal)

62
Lihat Hasjim Abbas, Kritik Matan Hadis Versi Muhadditsin dan Fuqaha, (Yogyakarta:
Teras, 2004), h.17-21.
60

b. Jika ada yang bersifat umum, maka yang lain bersifat khusus mungkin

juga yang satu menghapus (nasikh), sedangkan yang lain dihapuskan

(mansukh) atau mungkin kedua-duanya menunjukkan keboehan untuk

diamalkan.

Dalam hal ini, al-Kha>tib al-Bagda>diy juga menguraikan beberapa

kriteria penerimaan h}adi>s\ sahih, antara lain :

a. Tidak bertentangan dengan akal sehat.

b. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Quran yang muhkam.

c. Tidak bertentangan dengan h}adi>s\ yang mutawatir.

d. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah disepakati oleh ulama

salaf.

e. Tidak bertentangan dengan dalil yang pasti.

f. Tidak bertentangan dengan h}adi>s\ ah}a>d yang berkualitas

s}ah}i>h63

Menurut M. Syuhudi Ismail, langkah-langkah metodologis kegiatan

penelitian matan h}adi>s\ dapat dikelompokkan dalam tiga bagian penelitian

matan dengan melihat kualitas sanadnya, penelitian susunan lafal berbagai matan

yang semakna dan penelitian kandungan matan.64

Dengan demikian, penulis menggunakan tiga langkah metodologis sebagai

berikut:

a. Kualitas Sanad

Setelah melakukan penelitian terhadap sanad h}adi>s\ yang menjadi objek

kajian dalam makalah ini, maka ditemukan bahwa sanad h}adi>s\ tersebut dinilai

63
Abu Bakar Ahmad bin Ali Sabit al-Khatib al-Bagdadiy, kitab al-kifayah fi al-I’lm al-
Riwayah(mesir Mathba ah al- Sa’adah, 1972). H 206-207.
64
M. Syuhudi Ismail, Metodologis, h. 122
‫‪61‬‬

‫‪s}ah}i>h karena semua perawinya dinilai siqah. Dengan demikian kritik matan‬‬

‫‪dapat dilanjutkan.‬‬

‫‪b.‬‬ ‫\‪Susunan lafal h}adi>s‬‬

‫‪Penelitian matan h}adi>s\ dilakukan untuk malacak apakah terjadi riwayah‬‬

‫‪bi al ma’na sehingga lafal h}adi>s\nya berbeda dengan cara membandingkan‬‬

‫‪matan-matan h}adi>s\ yang semakna. Ini bisa dilihat dari perbedaanya sebagai‬‬

‫‪berikut:‬‬

‫‪1. Pada al-H{a>kim 2 riwayat‬‬

‫اب اللَّ ِه َو ُس نَّيِت ‪َ ،‬ولَ ْن َيَت َفَّرقَا َحىَّت يَ ِر َدا‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِإيِّن قَ ْد َت ر ْك ِ‬
‫ت في ُك ْم َش يَْئنْي ِ لَ ْن تَض لُّوا َب ْع َدمُهَا‪ :‬كتَ َ‬
‫َ ُ‬ ‫‪‬‬

‫ض‬
‫َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫اب اللَّ ِه‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫فَاح َذروا يا َأيُّها النَّاس ِإيِّن قَ ْد َتر ْك ِ‬
‫ت في ُك ْم َما ِإن ْاعتَ َ‬
‫ص ْمتُ ْم به َفلَ ْن تَضلُّوا َأبَ ًدا كتَ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ ُ َ َ‬ ‫‪‬‬

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّم‬ ‫ِ‬


‫َو ُسنَّةَ نَبِيِّه َ‬

‫‪2. Pada Ah}mad bin H{anbal 4 riwayat‬‬

‫َأح ُدمُهَا َأ ْكَبُر ِم َن اآْل َخ ِر‪:‬‬ ‫ضلُّوا َب ْع ِدي‪َّ ،‬‬


‫الث َقلَنْي ِ ‪َ ،‬و َ‬
‫ِإيِّن قَ ْد َتر ْكت فِي ُكم ما ِإ ْن َأخ ْذمُتْ بِِه لَن تَ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َْ‬ ‫‪‬‬

‫ض‪َ ،‬و ِعْت َريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬أاَل َوِإن َُّه َما لَ ْن َي ْفرَتِ قَا‪،‬‬ ‫كِت اب اللَّ ِه حب ل مَمْ دود ِمن َّ ِ‬
‫الس َماء ِإىَل ْ‬
‫اَأْلر ِ‬ ‫َْ ٌ ُ ٌ َ‬ ‫َ ُ‬

‫َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬


‫ض‬

‫الس َم ِاء ِإىَل‬


‫ود ِم َن َّ‬
‫اب اللَّ ِه َحْب ٌل مَمْ ُد ٌ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِإيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُك ُم َّ‬
‫الث َقلَنْي ِ ‪َ ،‬‬
‫َأح ُدمُهَا َأ ْكَب ُر م َن اآْل َخ ِر‪ :‬كتَ ُ‬ ‫‪‬‬

‫اَأْلر ِ ِ‬
‫ض‪َ ،‬وعْتَريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬وِإن َُّه َما لَ ْن َي ْفرَتِ قَا َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫ض‬ ‫ْ‬
‫اَأْلر ِ‬ ‫ِإيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُكم خلِي َفت ِ ‪ :‬كِت اب اللَّ ِه‪ ،‬حب ل مَمْ دود م ا ب َّ ِ‬
‫ض‪َْ ،‬أو َم ا َبنْي َ‬ ‫الس َماء َو ْ‬ ‫َ ْ ٌ ُ ٌ َ َنْي َ‬ ‫ْ َ َ نْي َ ُ‬ ‫‪‬‬

‫السم ِاء ِإىَل اَأْلر ِ ِ‬


‫ض‪َ ،‬وعْتَريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬وِإن َُّه َما لَ ْن َيَت َفَّرقَا َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫ض‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ‬
‫‪62‬‬

‫اب اللَّ ِه َع َّز َو َج َّل‪َ ،‬و ِعْت َريِت ‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫يب‪َ ،‬وِإيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُك ُم َّ‬
‫الث َقلَنْي ِ ‪ :‬كتَ َ‬
‫ِ‬
‫ك َأ ْن ُْأد َعى فَ ُأج َ‬
‫ِإيِّن ِ‬
‫ُأوش ُ‬ ‫‪‬‬

‫ِ‬ ‫الس م ِاء ِإىَل اَأْلر ِ ِ‬ ‫كِتَ اب اللَّ ِه حب ل مَمْ ُد ٌ ِ‬


‫ض‪َ ،‬وعْت َريِت ‪َْ :‬أه ُل َبْييِت ‪َ ،‬وِإ َّن اللَّطي َ‬
‫ف اخْلَبِ َري‬ ‫ْ‬ ‫ود م َن َّ َ‬ ‫َْ ٌ‬ ‫ُ‬
‫ض‪ ،‬فَانْظُُروا مِبَ خَت ْلُ ُفويِن فِي ِه َما‬
‫َأخَبَريِن َأن َُّه َما لَ ْن َي ْفرَتِ قَا َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احْلَ ْو َ‬
‫ْ‬

‫‪3. Pada al-Da>ruqut}ni> 1 riwayat‬‬

‫اب اللَّ ِه َو ُس نَّيِت ‪َ ,‬ولَ ْن َي ْفرَتِ قَا َحىَّت يَ ِر َدا َعلَ َّي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫خلَّ ْف ِ‬
‫ت في ُك ْم َش يَْئنْي ِ لَ ْن تَض لُّوا َب ْع َدمُهَا‪ :‬كتَ ُ‬
‫َ ُ‬ ‫‪‬‬

‫ض‬
‫احْلَ ْو َ‬

‫‪4. Pada Ibnu Ma>jah 1 riwayat‬‬

‫اب اللَّ ِه‪َ ،‬وَأْنتُ ْم َم ْسُئولُو َن َعيِّن ‪ ،‬فَ َم ا َأْنتُ ْم‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫قَ ْد َتر ْك ِ‬
‫ت في ُك ْم َما مَلْ تَضلُّوا ِإن ْاعتَ َ‬
‫ص ْمتُ ْم به‪ ،‬كتَ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫‪‬‬

‫قَاِئلُو َن‬

‫‪5. Pada al-Tirmiz\i> 2 riwayat‬‬

‫اهلل‪َ ،‬و ِعْتَريِت َْأه َل َبْييِت‬ ‫يا َأيُّها النَّاس ِإيِّن َتر ْكت فِي ُكم ما ِإ ْن َأخ ْذمُتْ بِِه لَن تَ ِ‬
‫ضلُّوا‪ :‬كِتَاب ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َْ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫‪‬‬

‫اب اللَّ ِه‬ ‫ِ‬ ‫ض لُّوا بع ِدي َأح ُدمُه ا ْ ِ‬


‫ِإيِّن تَ ا ِر ٌك فِي ُكم م ا ِإ ْن مَتَ َّس كْتُم بِ ِه لَن تَ ِ‬
‫اآلخ ِر‪ :‬كتَ ُ‬
‫َأعظَ ُم م َن َ‬ ‫َ َ‬ ‫َْ‬ ‫ْ ْ‬ ‫َْ‬ ‫‪‬‬

‫السم ِاء ِإىَل اَألر ِ ِ‬ ‫حبل مَمْ ُد ٌ ِ‬


‫ض‪َ .‬وعْتَريِت َْأه ُل َبْييِت ‪َ ،‬ولَ ْن َيَت َفَّرقَا َحىَّت يَِر َدا َعلَ َّي احلَ ْو َ‬
‫ض‬ ‫ْ‬ ‫ود م َن َّ َ‬ ‫َْ ٌ‬
‫ف خَت ْلُ ُفويِن فِي ِه َما‬
‫فَانْظُُروا َكْي َ‬

‫‪6. Pada al-Nasa>i> 1 riwayat‬‬


63

ِ ‫ض لُّوا بع ِدي ِإ ِن ْاعتَص متُم بِ ِه كِتَ اب‬


‫ َوَأْنتُ ْم َم ْس ُئولُو َن َعيِّن‬،‫اهلل‬ ِ َ‫َف َق ْد َت ر ْكت فِي ُكم م ا لَن ت‬
َ ْ َْ َْ ْ َْ ُ َ 

‫فَ َما َأْنتُ ْم قَاِئلُو َن‬

7. Pada Ibn H{ibba>n 1 riwayat

‫ َو َم ْن َتَر َك هُ َك ا َن‬،‫ َم ِن اتََّب َع هُ َك ا َن َعلَى اهْلُ َدى‬،‫ ُه َو َحْب ُل اللَّ ِه‬،‫اب اللَّ ِه‬ ِ ِ
َ َ‫ِإيِّن تَ ا ِر ٌك في ُك ْم كت‬ 

‫الضاَل لَ ِة‬
َّ ‫َعلَى‬

Setelah melakukan perbandingan antara matan satu dengan matan yang

lain, dari 12 jalur riwayat (al-H{a>kim 2 jalur, Ah}mad bin H{anbal 4 jalur, al-

Da>ruqut}ni> 1 jalur, Ibn Ma>jah 1 jalur, al-Tirmiz\i> 2 jalur, al-Nasa>i> 1 jalur,

Ibn Hibban 1 jalur) tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

perbedaan diantaranya:

 Salah satu riwayat al-H{a>kim menggunakan lafaz} ‫فاح ذروا‬. Selain dari
salah satu riwayat al-H{a>kim, riwayat-riwayat yang lain tidak

menggunakan lafaz} tersebut.


 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal menggunakan lafaz} ‫اين اوشك‬.
Sedangkan pada riwayat-riwayat lainnya tidak menggunakan lafaz}

tersebut.

 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal menggunakan lafaz} ‫ان ادعى‬.
Sedangkan pada riwayat-riwayat lainnya tidak menggunakan lafaz}

tersebut.

 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal menggunakan lafaz} ‫ف اجيب‬.


Sedangkan pada riwayat-riwayat lainnya tidak menggunakan lafaz}

tersebut.
64

 Salah satu riwayat al-H{a>kim dan salah satu riwayat al-Tirmiz\i>

menggunakan lafaz} ‫ي ا ايهاالن اس‬. Sedangkan riwayat dari al-H{a>kim, al-


Tirmiz\i>, Ah}mad bin H{anbal, al-Da>ruqut}ni>, Ibn Ma>jah, al-

Nasa>i>, dan Ibn H{ibba>n tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat al-H{a>kim, salah satu Ah}mad bin H{anbal menggunakan

lafaz} ‫اين ق د ت ركت‬. Sedangkan salah satu riwayat al-Tirmiz\i> tidak

menggunakan lafaz} ‫ قد‬tetapi menggunakan lafaz} ‫اين تركت‬. Sedangkan


pada riwayat Ibn Ma>jah tidak menggunakan lafaz} ‫ اين‬tetapi
menggunakan lafaz} ‫قد تركت‬. Adapun riwayat al-Nasa>i> menggunakan

lafaz} ‫تركت‬ ‫فقد‬. Pada riwayat al-Da>ruqutni> menggunakan lafaz} ‫خلفت‬.


Adapun pada dua riwayat Ah}mad bin H{anbal, salah satu riwayat al-

Tirmiz\i>, dan riwayat Ibn Hibba>n menggunakan lafaz} ‫اين ت ارك‬.


Sedangkan salah satu riwayat Ah}mad menggunakan lafaz} ‫واين تارك‬.

 Salah satu riwayat al-H{a>kim dan pada riwayat al-Da>ruqutni

menggunakan lafaz}‫شيئني‬. Sedangkan tiga riwayat Ah}mad bin H{anbal


menggunakan lafaz} ‫الثقلني‬. Sedangkan salah satu riwayat Ah}mad bin

H{anbal menggunakan lafaz} ‫خلفتني‬. Selain riwayat yang disebutkan, tidak

terdapat lafaz}-lafaz} tersebut pada riwayat lainnya.

 Salah satu riwayat al-H{a>kim, dalam riwayat Ibn Ma>jah, dan dalam

riwayat al-Nasa>i> menggunakan lafaz} ‫ان اعتصمتم‬. Sedangkan salah satu


riwayat Ah}mad bin H{anbal dan salah satu riwayat al-Tirmiz\i>

menggunakan lafaz} ‫ان اخ ذمت‬. Adapun salah satu riwayat al-Tirmiz\i


menggunakan lafaz} ‫ان متس كتم‬. Sedangkan al-Da>ruqut}ni> dan Ibn
H}ibba>n tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat al-H{a>kim, Ah}mad bin H{anbal, dua riwayat al-

Tirmiz\i>, dalam riwayat al-Da>ruqut}ni>, dan al-Nasa>i> menggunakan


65

lafaz} ‫لن تض لوا‬. Sedangkan salah satu riwayat al-H{a>kim menggunakan


lafaz} ‫فلن تضلوا‬. Adapun riwayat Ibn Ma>jah menggunakan lafaz} ‫مل تضلوا‬.

Sedangkan tiga riwayat dari Ah}mad bin H{anbal dan Ibn H{ibba>n sama

sekali tidak menggunakan ketiga atau salah satu lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat al-H{a>kim dan pada riwayat al-Da>ruqutni>

menggunakan lafaz} ‫بع دمها‬. Sedangkan salah satu riwayat al-H{a>kim


menggunakan lafaz} ‫ابدا‬. Adapun salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal,

salah satu riwayat al-Tirmiz\i>, dan dalam riwayat al-Nasa>i>

menggunakan lafaz} ‫بعدي‬. Sedangkan tiga riwayat Ah}mad bin H{anbal,


salah satu riwayat al-Tirmiz\i>, dan Ibn H{ibba>n tidak menggunakan

lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal terdapat lafaz} ‫ع ز وجل‬.


Sedangkan pada riwayat selainnya tidak terdapat lafaz} tersebut, hanya

menggunakan lafaz} ‫اهلل‬ ‫ كتاب‬tanpa diikuti lafaz} ‫ عز وجل‬setelahnya.


 Salah satu riwayat al-H{a>kim dan pada riwayat al-Da>ruqut}ni>

menggunakan lafaz} ‫س نيت‬. Sedangkan salah satu riwayat al-H{a>kim


menggunakan lafaz} ‫س نة نبيه‬. Sedangkan pada riwayat Ah}mad bin
H{anbal, Ibn Ma>jah, al-Tirmiz\i>, al-Nasa>i>, dan Ibn H{ibba>n tidak

menggunakan lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat al-Tirmiz\i> menggunakan lafaz} ‫اعظم‬. Sedangkan dua


riwayat Ah}mad bin H{anbal menggunakan lafaz} ‫اكرب‬. Sedangkan

riwayat al-H{a>kim, dua riwayat Ah}mad bin H{anbal lainnya, al-

Da>ruqut}ni>, Ibn Ma>jah, al-Nasa>i>, Ibn H{ibba>n dan salah satu

riwayat al-Tirmiz\i> tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat Ah}mad bin H{anbal dan salah satu riwayat al-Tirmiz\i>

terdapat kalimat ‫حبل ممدود من الس ماء اىل االرض‬, letak perbedaan lafaz}nya
66

adalah tiga riwayat dari Ah}mad bin H{anbal dan salah satu riwayat dari

al-Tirmiz\i> menggunakan lafaz} ‫ من‬dan lafaz} ‫ اىل االرض‬Sedangakan


salah satu riwayat Ah}mad menggunakan lafaz} ‫ بني‬dan lafaz} ‫واالرض‬.
Adapun riwayat-riwayat yang lain selain dari apa yang disebutkan diatas

tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat Ah}mad bin H{anbal dan riwayat al-Tirmiz}i>

menggunakan lafaz} ‫ع رتيت اه ل بييت‬. Adapun riwayat-riwayat yang lain

selain dari apa yang disebutkan diatas tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal terdapat kalimat ‫وان اللطيف اخلبري‬.
Adapun selain dari riwayat ini, dalam riwayat-riwayat lain tidak

menggunakan lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal terdapat lafaz} ‫اخربين‬. Sedangkan
pada riwayat-riwayat lainnya tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Pada riwayat Ah}mad bin H{anbal menggunakan lafaz} ‫االواهنما‬.


Sedangkan pada riwayat selain Ah{mad bin H}anbal tidak menggunakan

lafaz} tersebut. Pada riwayat empat riwayat Ah}mad bin H{anbal memilik

perbedaan lafaz} yaitu: satu riwayat menggunakan lafaz} ‫االواهنما‬, dua

riwayat tidak menggunakan lafaz} ‫اال‬, dan satu riwayat lagi tidak

menggunakan lafaz} ‫اال‬, dan ‫و‬.

 Salah satu riwayat al-H{a>kim, al-Da>ruqut}ni>, dan salah satu riwayat

al-Tirmiz\i> menggunakan lafaz} ‫ولن يتفرقا‬. Sedangkan riwayat Ah}mad

tidak menggunakan ‫و‬ tetapi menggunakan lafaz} ‫لن يتفرقا‬. Adapun pada
riwayat Ibn Ma>jah, al-Nasa>i>, Ibn H{ibba>n, salah satu riwayat al-

H{a>kim, dan salah satu riwayat al-Tirmiz\i> tidak menggunakan lafaz}

tersebut.
67

 Salah satu riwayat al-H{a>kim, dalam riwayat Ah}mad bin H{anbal, al-

Da>ruqut}ni>, dan salah satu riwayat al-Tirmiz\i> menggunakan lafaz}

‫حىت يردا علي احلوض‬. Adapun Ibn Ma>jah, al-Nasa>i>, Ibn H{ibba>n, salah
satu riwayat al-H{a>kim, dan salah satu riwayat al-Tirmiz\i> tidak

menggunakan lafaz} tersebut.

 Salah satu riwayat Ah}mad bin H{anbal dan al-Tirmiz\i> menggunakan

lafaz} ‫ف انظروا مب ختلف وين فيهما‬. Adapun riwayat al-H{a>kim, al-

Da>ruqut}ni>, Ibn Ma>jah, salah satu riwayat al-Tirmiz\i> al-Nasa>i>,

Ibn H{ibba>n, dan tiga riwayat Ah}mad bin H}anbal lainnya tidak

menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat Ibn Ma>jah dan al-Nasa>i> menggunakan kalimat ‫وانتم‬


‫مسئولون عين‬. Adapun riwayat selain dari Ibn Ma>jah dan al-Nasa>i> tidak
menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat Ibn Ma>jah dan al-Nasa>i> menggunakan kalimat ‫فما انتم‬
‫ف ائلون‬. Adapun riwayat selain dari Ibn Ma>jah dan al-Nasa>i> tidak

menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat Ibn H{ibba>n menggunakan kalimat ‫ه و حبل اهلل‬. Adapun

riwayat selain dari Ibn H{ibba>n tidak menggunakan lafaz} tersebut.

 Dalam riwayat Ibn H{ibba>n menggunakan kalimat ‫من اتبعه كان على اهلدى‬.
Adapun riwayat selain dari Ibn H{ibba>n tidak menggunakan lafaz}

tersebut.

 Dalam riwayat Ibn H{ibba>n menggunakan kalimat ‫ومن ترك ه ك ان على‬


‫الض اللة‬. Adapun riwayat selain dari Ibn H{ibba>n tidak menggunakan

lafaz} tersebut
68

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan pengkajian yang panjang serta melihat

hasil kritik sanad dan matan maka pemakalah menyimpulakan bahwa h}adi>s\

yang menjadi objek penelitian berstatus s}ah}i>h} lizatih dengan beberapa alasan

sebagai berikut:

a. H{adi>s\ yang dikaji memenuhi syarat kesah}ih}an h{adi>s\ baik dari

segi sanad maupun matan sebagaimana penjelasan sebelumnya.

b. Setelah melakukan kritik sanad, semua perawinya dinilai s\iqah.

Sementara perbedaan dan penambahan lafaz} di dalam h}adi>s

tersebut akibat riwayah bi al-ma‘na.

B. Implikasi

Demikianlah makalah yang peneliti dapat sajikan sesuai dengan batas

kemampuan peneliti, dengan harapan mudah-mudahan apa yang peneliti sajikan

ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi

diri pribadi peneliti khususnya sehingga kelak bisa menjadi bahan pembelajaran

ketika menyusun makalah yang serupa dikemudian hari.


69

Peneliti pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masi

terdapat banyak sekali kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan bahkan sangat jauh

dari standar penulisan karya ilmiah sehingga penulis mengharapkan ada fit back

atau umpan balik dari para pembaca berupa krtikan, saran, pemikiran, dan ide-ide

yang sifatnya membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan tulisan dan

pengetahuan peneliti. Demikianlah semoga benilai ibadah disisi-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

‘Asqala>ni>, Abu al-Fad}l Ah}mad bin ‘Ali> bin Muh}ammad bin Ah}mad

H{ajar. Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz I. Cet. I; al-Hind: Mat}ba’at Da>irah al-

Ma’a>rif al-Niz}a>miah, 1326 H.

Abbas, Hasjim. Kritik Matan Hadis Versi Muhadditsin dan Fuqaha, Yogyakarta:

Teras, 2004.

al-Afri>qi>, Muh}{ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r. Lisān al-‘Arab, Juz II.

Cet. I; Beirut: Dār S}ādir, t. th.

al-Hindi>, ‘Ala> al-Di>n ’Ali> bin H{usa>m al-Din Ibn Qa>d}i> Kha>n al-

Qa>diri> al-Sya>z\ili>, Kanz al-’Umma>l, Cet. V; t.t: Muassasah al-

Risa>lah, 1401 H/1981 M.

al-Alba>ni>, Abu ‘Abd al-Rah}man Muh}ammad Nas}r al-Di>n. S{ah}i>h} wa

D}a ‘if ja>mi’ as-S}agi>r, Cet. III; Beirut: al-Maktabah al-Islami>, 1408

H/1988 M.

Asse, Ambo. Pengantar Memahami Hadis Nabi, Makassar: Dar al-Hikmah wa

al-'Ulum, 2010.

al-Bagdadiy, Abu Bakar Ahmad bin Ali Sabit al-Khatib. kitab al-kifayah fi al-I’lm

al-Riwayah, Mesir: Mathba ah al- Sa’adah, 1972.


70

al-Bandary, Abdul Gaffar Sulaiman. Mansuah Rijal al-Kutub al-Tir’ah, Juz I.

Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, t. th.

al-Dahlawi>, ‘Abd al-H{aq ibn Saif al-Di>n ibn Sa‘dulla>h. Muqaddimah fi>

Us}u>l al-H{adi>s\, Cet. II; Beirut: Da>r al-Basya>ir al-Isla>miyah,

1986.

al-Da>ruqut}ni, Abu> al-H{asan ‘Ali> bin ‘Umar bin Ah}mad bin Mahdi> bin

Ma’u>d bin Nu’ma>n bin Di>na>r al-Bagda>di>. Sunan al-

Da>ruqut}ni>, Juz V. Cet. I; Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1424 H/2004

M.

al-H{akim, Abu> ‘Abdillah al-H{a>kim Muh}ammad bin ‘Abdillah bin

Muh}ammad bin H{amdawaih bin Nu’aim. al-Mustadrak, Juz I. Cet. I:

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1411 H/1990 M.

Ibn ‘Abd al-Ha>di>, Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r, T{uruq

Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam, Cet.

I; Beirut: Da>r al-I‘tis}a>m, 1994.

Ibn Zakariyya>, Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris. Mu‘jam Maqa>yi>s al-

Lugah, Juz II. Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M.

Ismail, Muhammad Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis, Cet. I; Jakarta: Bulan

Bintang, 1992.

Isa, Bustamin M.. Metodologi Kritik Hadis, Cet I; Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2004.

Itr, Nur al-Din. Manhaj al-naqd fi al-hadis, Damaskus: Dar al-Fikr, 1979.

al-Khatib, M.’Ajjaj. Ushul al-Hadits: Ulumuhu wa Musththalahuhu, Beirut: Dar

al-Fikr, 1989.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, Cet. IV. Jakarta: Amzah, 2010.
71

al-Mana>wi, Abd al-Rau>f, Faid} al-Qadi>r Syarh} al-Ja>mi‘ al-S}agi>r, Juz I.

Cet. I; Mesir: al-Maktabah al-Tija>riyah al-Kubra>, 1356 H.

al-Mizzi, Yu>suf bin ‘Abd al-Rahman bin Yu>suf Abu> al-H{a>jja>j Jama>l al-

Di>n al-Zakki> Abi> Muh}ammad al-Qad}a>’i> al-Kalbi>>. Tahz\ib al-

Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz. I. Cet. I; Beirut: Muassasah al-

Risa>lah. 1400 H/1980 M.

_______. Tuh}fat al-Asyra>f bi Ma’rifat al-At}ra>f, Juz III. Cet. II; t.t: al-Maktab

al-Isla>mi>, 1403 H/1983 M.

al-Nasa>I, Abu> ‘Abd al-Rah}man Ah}mad bin Syu’aib bin ‘Ali> al-

Khura>sa>ni>. Sunan al-Nasa>i>, Juz IV. Cet. I; Beirut: Muassasah al-

Risa>lah, 1421 H/2001 M.

al-Qat}t}a>n, Manna>'. Maba>hi>s| fi> ‘Ulu>m al-Hadi>s|, Cet. IV: Kairo;

Maktabah Wahbah, 1425 H/2004 M.

al-Qazwaini, Ibn Ma>jah Abu Abdullah Muh}ammad bin Yazi>d. Sunan Ibn

Ma>jah, Juz II. t.t, Dar Ih}ya>’ al-Kitab al-‘Arabiyah, t. th.

al-Shalah, Ibnu. Ulumul Hadis, Beirut:al-maktabah al-ilmiyah, 1989.

As-Shiddieqy, Muh. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang: PT

Pustaka Rezki Putra, 1997.

__________. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis I, Jakarta: Bulan Bintang, 1981.

Solahuddin, M. & Agus Suyadi. Ulumul Hadis, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia,

2009.

al-Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n. Jam’ al-Jawa>mi’, Cet. I; Mesir: Da>r al-Sa’a>dah

li al-T{aba’ah, 1426 H/2005 M.

al-Syaiba>ni, Abu> ‘Abdullah Ah}mad bin Muh{ammad bin H{anbal bin Hala>l

bin Asad. Musnad Ah}mad bin H}anbal, Juz XVIII. t.t, Muassasah al-

Risalah, 1421 H/2001 M.


72

al-Syafi>’i, Abu Abdullah Muhammad ibn Idris. al-Risa>lah, naskah diteliti dan

disyarah oleh Ahmad Muhammad Syakir Kairo: Maktabat Dar al-Turas,

1399 H/1979 M.

al-Tahanawi, Zhafar. Qawaid fi ‘Ulum al-Hadis, ed. Abd al-fattah Abu Ghuddah,

Beirut: Maktabat al-Nah’ah, 1404 H/1984 M.

al-T}ah}h}a>n, Mah}mu>d. Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d, Cet.

III; Riya>d}: Maktabah al-Ma’a>rif, 1417 H./1996 M.

_________. Taisir Mustalah al-Hadits, Beirut: Dar al-Quran al-Karim, 1412

H/1991 M.

al-Tami>mi, Abu> H{a>ti>m Muh}ammad bin H{ibba>n bin Ah}mad bin

H{ibba>n bin Mu’az\ bin Ma’bad. S{ah}i>h} Ibn H{ibba>n, Juz I. Cet. II;

Beirut: Muassasah al-Risa>lah, 1414 H/1993 M.

al-Tirmiz\i>, Abu> ‘I<sa> Muh}ammad bin ‘I<sa> bin Saurah bin Mu>sa> bin al-

D{ah}a>k. al-Ja>mi’ al-Kabi>r Sunan al-Tirmiz\i>, Juz VI. Beirut: Dar

al-Garib al-Isla>mi>, 1998 M.

Wensinck, Arent Jan. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fa>z} al-H{adi>s} al-

Nabawi>, Laiden: Brill, 1936.

Anda mungkin juga menyukai