Dosen pengampu:
A. Latar Belakang
Al-Qur’an Hadis adalah salah satu dari mata pelajaran pendidikan
agama Islam, yang keberadaannya sangat penting bagi kemajuan pendidikan
Islam di Indonesia khususnya. Al-Qur’an dan Hadis adalah dua pedoman
yang ditinggalkan Rasulullah SAW untuk umat manusia di dunia.
Al-Qur’an amat dicintai oleh kaum muslimin, karena fashahah serta
balaqhahnya dan sebagai sumber petunjuk kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Hal ini terbukti dengan perhatian yang amat besar terhadap
pemeliharaannya semenjak turunnya di masa Rasulullah SAW sampai
tersusunnya mushhaf sampai akhir zaman.
Dalam pendidikan agama Islam diajar kan mata pelajaran Al Qur'an
dan Hadits, Al-Qur'an dan Hadits merupakan bagian penting dalam Islam,
karena Al- Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat islam untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan Hadist adalah tuntunan dari segala
perbuatan dan perkataan nabi Muhammad SAW yang selanjutnya menjadi
pedoman bagi umat Islam seluruh dunia. Sehubungan dengan hal tersebut
materi Al Qur'an dan hadits kelas VII ini sangat baik diberikan kepada siswa
kelas X
B. IdentitasBuku:
Menurut al-Farra’ (w. 207 H) Asal kata al-Qur’an adalah lafadz yang
merupakan bentuk jama’ yang berarti petunjuk atau indikator.
Menurut Asy-Syafi’i (w. 204 H) Imam Syafi’i berpendapat bahwa kata al-
Qur’an adalah isim alam (nama) asli. Al-Qur’an menurut imam Syafi’i
tidaklah berasal dari kata apa pun. Al-Qur’an memang sejak awal
digunakan sebagai nama Kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW.
Hadis biasa juga dimaknai dengan Sunnah. Hadis adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw., baik berupa perkataan,
perbuatan, takrir, sifat-sifat, keadaan dan himmahnya. Takrir adalah
perbuatan atau keadaan sahabat yang diketahui Rasulullah dan beliau
mendiamkannya atau mengisyaratkan sesuatu yang menunjukkan
perkenannya atau beliau tidak menunjukkan pengingkarannya.
2. Keistimewaan Al-Qur'an antara lain:
َقاَل َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َقاَل َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َسِع يٍد اَأْلْنَص اِرُّي َقاَل َأْخ َبَر ِني ُم َح َّم ُد ْبُن ِإْبَر اِهيَم الَّتْيِم ُّي َأَّن ُه َس ِمَع
َع ْلَقَم َة ْبَن َو َّقاٍص الَّلْيِثَّي َيُقوُل َسِم ْعُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّطاِب َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع َلى اْلِم ْنَبِر َقاَل َس ِم ْعُت َر ُس وَل
ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل
Al-Humaidi ibnal-Zubair telah menceritakan kepada kami seraya berkata
Sufyan telah mmenceritakan kepada kami seraya berkata Yahya ibnSa’idal-
Ansari telah menceritakan kepada kami seraya berkata Muhammad ibn
Ibrahim al-Taimi telah memberitakan kepada saya bahwa dia mendengar
‘AlqamahibnWaqqasal-Laisi berkata ‚saya mendengar Umar ibnal-Khattabra
berkata di atas mimbar ‚Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda
Matan
Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf Matan memiliki
makna ma>s} alubawairtafa’a min al-ard}i (tanah yang meninggi) atau
punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas,. Secara
terminologis, istilah matan dalam ilmu hadis adalah redaksi sabda Nabi
Muhammad saw. Atau isi dari hadis tersebut.
Matan hadis terdiri dari dua elemen yaitu teks atau lafal dan makna (konsep),
sehingga unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu matan hadis yang sahih
yaitu terhindar dari syadz dan ’illat, contohnya:
إَّنَم ا األعَم ال بالِّنَّياِت وِإَّنما ِلُك ِّل امريٍء ما َن َو ى َفَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُت ُه إلى ِهللا وَر ُس وِلِه فِهْج َر ُت ُه إلى ِهللا
وَرُسْو ِلِه وَم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِصْيُبها أو امرأٍة َيْنِكُح َها فِه ْج َر ُتُه إلى ما َهاَج َر إليِه
Artinya: Amal-amal perbuatan itu hanya tergantung niatnya dan setiap orang
akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrah karena
untuk mendapatkan dunia atau karena perempuan yang akan dinikahinya
maka hijrahnya (akan mendapatkan) sesuai dengan tujuan hijrahnya…‛
Rawi Kata rawi berarti orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan
suatu hadis. Orang-orang yang menerima hadis kemudian mengumpulkanya
dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Perawi dapat disebutkan
dengan mudawwin (orang yang mengumpulkan). Sedangkan orang-orang
yang menerima hadis dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa
membukukannya disebut sanad hadis. Setiap sanad adalah perawi pada setiap
tabaqah (levelnya), tetapi tidak setiap perawi disebut sanad hadis karena ada
perawi yang langsung membukukanya.
Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang langsung
meyampaikan hadis tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang
disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasulullah saw.. Dengan demikian
penyebutan silsilah antara kedua istilah ini (sanad dan rawi) berlaku
kebalikannya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah
rawi terakhir.
Contoh
Agar menjadi jelas apa yang dimaksudkan sebagai sanad, matan dan rawi,
perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh sanad:
Contoh matan
Contoh Rowi:
Yang disebut rawi atau mukharrij adalah orang yang mengeluarkan hadis atau
membukukan hadis.
2. Hadis Hasan Hadis hasan adalah hadis yang sanadnya tersambung, dengan
perantara perawi yang adil, yang sedikit lemah hafalannya, tidak ada syadz
(berbeda dengan hadis yang lebih sahih) dan ‘illat (penyakit). Kata al-h}asan
secara bahasa merupakan sifat musya>bahah dari kata al-h}usna yang berarti
al-jama>l, yang baik/bagus.
Sementara hadis ini dinilai hasan karena empat perawinya s|iqah (terpercaya)
kecuali Ja’far bin Sulaiman al-D}a’i yang kekuatan hafalannya sedikit lemah
sehingga hadis ini dari sahih turun derajatnya menjadi hasan.
3. Hadis Daif
Daif secara bahasa adalah kebalikan dari kuat yaitu lemah, sedangkan secara
istilah yaitu Apa yang sifat dari hadis hasan tidak tercangkup (terpenuhi)
dengan cara hilangnya satu syarat dari syarat-syarat hadis hasan.‛ Dengan
demikian, jika hilang salah satu kriteria saja, maka hadis itu menjadi tidak
sahih atau tidak hasan. Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua atau tiga
syarat maka hadis tersebut dapat dinyatakan sebagai hadis daif yang sangat
lemah. Karena kualitasnya daif, maka sebagian ulama tidak menjadikannya
sebagai dasar hukum.
1. Bayan at-Taqrir
Bayan at-taqrir adalah menetapkan juga memperkuat dari apa yang sudah
diterangkan dalam al-Quran. Di sini hadis berfungsi untuk membuatkan
dungan al-Qur’an semakin kokoh dengan adanya penjelasan hadis tersebut.
2. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadis sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran
(perincian) terhadap isi al-Qur’an yang masih bersifat umum (mujmal) serta
memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat
mutlak (taqyid). Mungkin di dalam al-Qur’an masih bersifat umum,
sedangkan dalam hadis diperinci dan didetailkan serta mentekniskan apa yang
tidak dijelaskan dalam al-Qur’an. Misalnya Allah memerintahkan orang
beriman untuk melaksanakan salat.
3. Bayan at-Tasyri’
Hadis sebagai bay>n at-tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hokum
atau ajaran-ajaran Islam yang tidak dijelaskan dalam al-Qur’an. Biasanya al-
Qur’an hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.
4. Bayan an-Nasakh
Secaraetimologi, an-nasakh memiliki banyak arti di antaranya at-tagyir
(mengubah), al-ibt}al (membatalkan), at-tah}wil (memindahkan), atauizalah
(menghilangkan). Para ulama mendefinisikan bayan an-nasakh sebagai
ketentuan yang dating kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang
terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas
Kelebihan Buku Siswa Al-Quran Dan Hadist Kelas VII
2. Dalam hal teori memang buku ini cukup baik,namun dalam penggambaran
kurang, hal tersebut dikarenakan tidak adanya contoh-contoh yang riil,
yang mampu menggugah para pelaksana pendidikan untuk
menerapkannya.
PENUTUP
Materi atau bahan pelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
sederet komponen pembelajaran. Bahan pembelajaran adalah isi yang
diberikan kepada siswa yang berlangsung dalam proses belajar mengajar
untuk mengantarkan kepada tujuan pengajaran sesuai dengan kurikulum.
Dengan perkataan lain, tujuan dibentuk dan dipengaruhi oleh bahan
pelajaran. Review buku ajar dilakukan berdasarkan standar penilaian umum
dan khusus, dan berdasarkan standar silabus buku ajar Al-qur’an dan hadist
tingkat menengah pertama pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Hasil review bahwa buku ajar Al-qur’an Hadist kelas X MA yang ditulis
oleh Syaifullah Amin , dan diterbitakan oleh Direktorat KSKK Madrasah
Direktorat JedralPendiidkan Agama Islam, Kementrian Agama RI, ini
dipandang dari konteks kurikulum dan peraturan pemerintah cukup
sinergik, tetapi tidak seluruhnya sesuai perlu penyempurnaan pada beberapa
bagian, penggunaaan metode yang efektif dalam mengimplementasikan
buku ajar baik secara eksplisit maupun inplisit tidak dituangkan pada setiap
materi, dan dari konteks sosial dan global baik secara substansi materi ajar,
proses yang berkelanjutan, metode, dan penilaian bahan ajar belum
mengusahakan pada pembentukan karakter dan budaya bangsa.