Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU KALAM

TENTANG ALIRAN AHLUSSUNAH

Oleh:
Kelompok 9
Neno Musdalifa
Muh. Farhan Ramadhan
Maria yuliana

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD


DAKWAH WAL- IRSYAD MAROS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A.Definisi Ahlus Sunnah...................................................................................................................2
B.  Sejarah Munculnya Istilah Ahlus Sunnah....................................................................................2
C. Tokoh-Tokoh Ahlus Sunnah.........................................................................................................3
ANALISIS.........................................................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Puji syukur Alhamdulillah  kami haturkan kehadirat Allah S.W.T  karena dengan rahmat,


karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan  Tugas Uts Kalam
II mengenai Ahlus Sunnah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Dan juga kami berterima kasih kepada Muhammad Warif,S.Pd.I.,M.Pd.I selaku Dosen mata
kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Ahlus Sunnah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.                          

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, dan saran serta  usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
Makalah  yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
kesempatan yang lainnya.
Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Maros, 22 Maret 2020

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Banyak di kalangan kita, bahwa realitas umat muslim selalu terpecah belah
sepeninggal  Rasulnya. Setelah datang ilmu kepada mereka, namun mereka saling berlaku
dzalim. Maka manusiapun  berjalan  mengikuti hawa nafsunya.

Mereka saling berbeda pendapat hingga timbullah berbagai mazhab, aliran, bid’ah, dan
berbagai pandangan. Mereka meninggalkan kitab Rabbnya dan Sunnah Nabi. Akibatnya
mereka terlempar kedalam jurang-jurang sesat. Mereka lebih mengikuti keinginannya
daripada mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya.

Daripada itu, mereka menganggap dirinya adalah Ahlus Sunnah, padahal mereka bukanlah
Ahlus Sunnah, melainkan ahli sesat dan menyesatkan.

Oleh karena itu, untuk mengetahui siapa sebenarnya Ahlus Sunnah tersebut, pada
pembahasan ini kami akan menyajikan materi tentang  Ahlus Sunnah yang tak kalah menarik
untuk di bahas. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran kita semua. Aamiin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksut dengan Ahlus Sunnah  dan bagaimana sejarah munculnya aliran
tersebut?.
2. Siapakah Tokoh-tokoh aliran Ahlus Sunnah  dan apa saja doktrinnya?.
3. Apa sajakah aqidah dan ciri-ciri Ahluss Sunnah ?.
4. Bagaimana ciri dan Hukum Orang yang menentang Ahlus Sunnah !.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian, sejarah, tokoh dan doktrin aliran Ahlus Sunnah.
2. Untuk memperdalam pemahaman Mahasiswa agar mempunyai wawasan yang luas
tentang aqidah dan ciri Ahlus Sunnah.
3. Mengerti apa saja ciri dan hukum orang yang menentang ahlus Sunnah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Ahlus Sunnah.

Ahlussunnah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang pernah di tempuh oleh
Rasulullah saw dan para sahabatnya di sebut ahlussunnah, karena kuatnya mereka berperang
dan ber itiba’ (mengikuti) sunnah Nabi saw dan para sahabatnya.

As-Sunnah menurut bahasa (etimologi) adalah jalan atau cara. Sedangkan menurut Ulama
‘aqidah (termilogi) As-Sunnah adalah petunjuk yang telah di tunjukan oleh Rasulullah dan
para sahabatnya. Pengertian As-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hambali (wafat 795) : As-
Sunnah ialah jalan yang di tempuh, mencangkup di dalamnya berpegang teguh kepada apa
yang di laksanakan Nabi saw dan para Khalifahnya yang di terpimpin lurus, berupa I’tikad
(keyakinan, perkataan dan perbuatan, itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu,
generasi salaf yang terdahulu tidak menamakan as-sunnah.

Jadi Ahlussunnah adalah orang yang mempunyai sifat dan berkarakter mengikuti sunnah
Nabi saw, dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam masalah agama.

B.  Sejarah Munculnya Istilah Ahlus Sunnah.

Penamaan istilah Ahlussunnah sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang di
mulyakan Allah, yaitu generasi Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in. Ketika menafsirkan
firman Allah S.W.T.
‘’ Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang putih berseri, dan adapula yang hitam muram,
adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka di katakan) ; kenapa kamu
kafir sesudah kamu beriman ? karena itu rasakanlah azab di sebabkan kekafiran itu (Q.S. Ali
‘Imran ayat 106)’’.
 
 Abudullah bin Abbas ra. Berkata: ‘’adapun orang-orang yang putih wajahnya, mereka adalah
Ahlussunnah, sedangkan orang-orang yang hitam wajahnya, mereka adalah Ahlul Bid’ah dan
sesat’’.

 Kemudian Ahlussunah ini di ikuti oleh kebanyakan Ulama Salaf, diantaranya: Ayyubas
Sikhtiyani rh, Sufyan ats-Tsaury rh, Fudhail bin I’yad, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam dan
lain-lain.

Dengan demikian, Istilah Istilah Ahlus Sunnah merupakan istilah yang mutlak sebagai lawan
kata  Ahlul Bid’ah. Para ulama Ahlus Sunnah menulis penjelasan tentang Aqidah Ahlus
Sunnah, agar umat faham tentang ‘aqidah yang benar, dan untuk membedakan antar mereka
dengan Ahlul Bid’ah.

C. Tokoh-Tokoh Ahlus Sunnah.


1.  Al-Asy’ari (875-935 M).

2
a.  Riwayat Hidup Singkat Al-Asy’ari.

Nama lengkap  Asy’ari adalah Al-Hasan ‘Ali bin Isma’il bin Ishaq bin Salim bin Isma’il bin
‘Abdillah bin Musa Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari. Menurut berapa riwayat,
Al-Asy’ari lahir di Basrah pada tahun 260 H/875 M. Setelah berusia lebih dari 40 tahun, ia
hijrah ke kota baghdad dan wafat di sana pada tahun 324 H/935 M.
Menurut Ibn ‘Asakir (w. 571 H), ayah Al-Asy’ari adalah seorang yang berpaham ahlusunnah
dan ahli hadits. Ia wafat ketika Al-Asy’ari masih kecil. Sebelum wafat, ia sempat berwasiat
kepada seorang sahabatnya yang bernama Zakaria bin Yahya As-Saji agar mendidik Al-
Asy’ari. Ibunya menikah lagi dengan seorang tokoh Mu’tazilah yang bernama Abu ‘Ali Al-
Jubba’i (w. 303 H/915 M), ayah kandung Abu Hasyim Al-Jubba’i (w. 321 H/932 M). Berkat
didikan ayah tirinya, Al-Asy’ari kemudian menjadi tokoh Mu’tazilah. Sebagai tokoh
mu’tazilah, ia sering menggantikan Al-Jubba’i dalam perdebatan menentang lawan-lawan
mu’tazilah dan banyak menulis buku yang membela alirannya.

b.  Karya Al-Asy’ari

Karangan-karangan beliau kurang lebih 90 buah, tetapi kitab-kitabnya yang terkenal ada tiga
di antaranya:
-  Maqalat al-Islamiyyin (pendapat-pendapat golongan-golongan islam).

Kitab ini adalah kitab yang pertama kali di karang tentang kepercayaan-kepercayaan
golongan islam, dan juga merupakan sumber terpenting karena ketelitian dan kejujuran
pengarangnya. Kitab tersebut di bagi tiga. Pertama berisi pendapat bermacam-macam
golongan islam. Kedua tentang pendirian ahli hadits dan sunnah dan bagian ketiga tentang
bermacam-macam persoalan ilmu kalam.
-  Al-Ibanah an Ushulud Diyanah (keterangan tentang dasar-dasar agama).

Kitab ini berisi uraian tentang kepercayaan ahli sunnah dan di mulainya memuji Ahmad bin
Hanbal dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya. Uraian-uraian kitab ini tidak tersusun rapi,
meskipun menyangkut persoalan-persoalan yang penting dan banyak sekali.
-  Al-Luma (sorotan).

Kitab ini di maksudkan untuk membantah lawan-lawannya dalam beberapa persoalan ilmu
kalam.
c.   Mazhab Dan Corak Pemikiran Al-Asy’ari.

Dua corak yang kelihatannya berlawanan pada diri Al-Asy’ari, akan tetapi sebenarnya saling
melengkapi.
Pertama; Ia berusaha mendekati orang-orang aliran fiqih Sunni, sehingga ada yang
mengatakan bahwa ia bermazhab Syafi’iy. Yang lain mengatakan, ia bermazhab maliki.
Lainya lagi mengatakan bahwa ia bermazhab hanbali.
Kedua; adanya keinginan mejauhi aliran-aliran fiqih.

Dua hal tersebut adalah akibat pendekatan diri kepada aliran-aliran (mazhab) fikih Sunni dan
keyakinan adanya kesatuan aliran-aliran tersebut dalam soal-soal kecil (furu’). Karena itu
menurut pendapat Al-Asy’ari, semua orang yang berijtihad adalah benar.

Asy’ari, sebagai orang yang pernah menganut paham Mu’tazilah, tidak menjauhkan diri dari
pemakaian akal pikiran dan argumentasi fikiran. Ia menentang dengan kerasnya mereka yang

3
mengatakan bahwa pemakaian akal-pikiran dalam soal-soal agama atau membahas soal-soal
yang tidak pernah di singgung-singgung Rasul adalah salah. Sahabat-asahabat Nabi sendiri
sesudah Rasul wafat banyak membicarakan soal-soal baru. Meskipun demikian, mereka tidak
di sebut orang-orang sesat (bid’ah). Di dalam kitabnya ‘’ Istihsan al-Khawdi Fil Ilmi al-
Kalam’’ (kebaikan menyelami ilmu kalam), ia menentang keras orang yang berkeberatan
membela agama dengan ilmu kalam dan argumentasi fikiran, keberatan mana tidak ada
dasarnya dalam Qur’an maupun Hadits.

Dalam pada itu, ia juga mengingkari orang yang berlebih-lebihan menghargai akal pikiran,
yaitu golongan Mu’tazilah. Karena golongan ini tidak mengakui sifat-sifat Tuhan, maka di
katakannya telah sesat, sebab mereka telah menjauhkan Tuhan dari sifat-sifatnya dan
meletakkannya dalam bentuk yang tidak dapat di terima oleh akal. Juga karena mereka
mengingkari kemungkinan terlihatnya Tuhan dengan mata kepala. Apabila pendapat ini di
benarkan, maka akan berakibat tidak mengakui hadits-hadits Nabi, salah satu tiang agama.

Dengan demikian, jelaslah kedudukan Al-Asy’ari seperti yang di gambarkan pengikut-


pengikutnya, sebagai seorang muslim yang benar-benar ikhlas membela kepercayaannya,
mempercayai sepenuhnya isi nas-nas al-Qur’an dan Hadits, dengan menjadikannya sebagai
dasar/pokok di samping menggunakan akal-fikiran yang tugasnya tidak lebih daripada
memperkuat nas-nas tersebut.

2.  Al- Maturidi (w. 994 M).


a.  Riwayat Hidup Singkat Al- Maturidi
     
Abu Manshur Al-Maturidi di lahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah samarkand,
wilayah Trmsoxiana di Asia Tengah, daerah yang sekarang di sebut Uzbekistan. Tahun,
kelahirannya tidak di ketahui secara pasti, hanya di perkirakan sekitar pertengahan abad ke-3
hijriah. Ia wafat pada tahun 333 H/944 M. Gurunya dalam bidang fiqih dan teologi bernama
Nasyr bin Yahya Al-Balakhi. Ia wafat pada tahun 268 H. Ia hidup pada masa khalifah Al-
Mutawakil yag memerintah tahun 232-274 H/847-861 M.
             
 Karier pendidikan Al-Maturidi lebih di kosentrasikan untuk menekuni bidang teologi
daripada fiqih, sebagai usaha memperkuat pengetahuannya untuk menghadapi paham-paham
teologi yang banyak berkembang dalam masyarakat islam, yang di pandangnya tidak sesuai
dengan kaidah yang benar menurut akal dan syara’. Pemikiran-pemikirannya sudah banyak di
tuangkan dalam bentuk karya tulis, di antaranya adalah kitab Tauhid, Ta’wil Alqur’an, Raad
Awa’il Al-Adillah, Ushul fi Ushul Ad-Din dan lain-lain.

b.   Sistem Pemikiran Al-Maturidi.


        
 Baik Maturidi maupun Al-Asy’ari, kedua-duannya menentang aliran Mu’tazilah, hanya
Asy’ari menghadapi pusatnya, yaitu di basrah, sedang maturidi menghadapi cabang
Mu’tazilah di negerinya yang mengulang-ulang fikiran-fikiran Mu’tazilah Basrah. Karena itu
tidak mengherankan kalau pendapat kedua orang tersebut berdekatan. Selain karena
persamaan lawan tersebut, juga karena tujuan kedua orang tersebut sama, yaitu membela
kepercayaan-kepercayaan yang ada dalam Alqur’an dan dalam usahanya tersebut keduannya
meningkatkan diri kepada kepercayaan-kepercayaan itu.

4
Tetapi apabila di selidiki lebih lanjut, kita akan mengetahui bahwa perbedaan antara Al-
Asy’ari dan Maturidi lebih jauh lagi, baik dalam cara maupun hasil pemikirannya, karena
Maturidi (dan golongannya) memberikan kekuasaan luas kepada akal lebih daripada yang di
berikan Al-Asy’ari.
Perbedaan tersebut nampak jelas dalam soal-soal berikut:
1.         Menurut aliran Asy’ariyah, mengetahui Tuhan di wajibkan Syara’, sedang menurut
Maturidiyah di wajibkan akal.
2.         Menurut golongan Asy’ariyah, sesuatu perbuatan tidak mempunyai sifat baik dan
buruk. Baik dan buruk tidak lain karena di perintahkan Syara’ atau di larangnya. Menurut
Maturidiyah, pada tiap-tiap perbuatan itu sendiri ada sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk.

D. Aqidah Ahlussunnah.

Kalau dari uraian dia atas, kita mengetahui bahwa aliran Ahlussunnah identik dengan aliran
Asy’ariah, maka artinya kepercayaan aliran Asy’ariah menjadi kepercayaan Ahlussunnah.
Kepercayaan-kepercayaan Ahlussunah antara lain:

1.     Tuhan bisa di lihat dengan mata kepala di akhirat.


2.     Sifat-sifat Tuhan, yaitu sifat-sifat positif atau ma’ani, yaitu kodrat, irodat, dan seterusnya
adalah sifat-sifat yang lain dari zat Tuhan, tetapi bukan juga lain dari zat.
3.     Al-Qur’an sebagai manifestasi kalamullah yang qodim adalah qodim, sedang Al-Qur’an
yang berupa huruf dan suara adalah baru.
4.     Ciptaan Tuhan tidak karena tujuan.
5.     Tuhan menghendaki kebaikan dan keburukan.
6.     Tuhan tidak berkewajiban:
a.      Membuat yang baik dan yang buruk,
b.      Mengutus utusan (rasul-rasul),
c.      Memberi pahala kepada orang yang ta’at dan menjatuhkan siksa atas orang yang
durhaka.
7.     Tuhan boleh memberi beban di atas kesanggupan manusia.
8.     Kebaikan dan keburukan tidak dapat di ketahui akal semata-mata.
9.     Pekerjaan manusia Tuhanlah yang menjadikannya.
10.   Ada syafaat pada hari kiamat. 
11.  Utusannya Nabi Muhammad saw, di perkuat dengan mukjizat-mukjizat.
12.  Kebangkitan diakhirat, pengumpulan manusia, pertannyaan mungkar dan nangkir di
kubur, siksa kubur, timbangan amal perbuatan manusia, jembatan kesemuanya adalah
benar.
13.  Syurga dan neraka makhluk kedua-duanya.
14.  Semua sahabat-sahabat Nabi adli dan baik.
15.  Sepuluh orang sahabat yang di janjikan masuk syurga oleh Nabi pasti terjadi.
16.  Ijma adalah suatu kebenaran yang harus diterima.
17.  Orang mukmin yang mengerjakan dosa besar, akan masuk neraka sampai selesai
menjalani siksa, dan akhirnya akan masuk syurga. 

D. Ciri-Ciri Ahlus Sunnah.


  Diantara ciri-ciri Ahlus Sunnah antara lain:
1.  Manhaj (jalan) Ahlus Sunnah ialah ittiba’ (mengikuti) atsar-atsar Rasulullah secara
lahir dan batin, mengikuti jalan orang-orang terdahulu dari generasi pertama Muhajirin

5
dan Anshar, serta mengikuti wasiat Rasulullah, yaitu berpegang teguh kepada
Sunnahnya dan sunnah Khulafa-ur Rasyidin.
2.  Ahlus Sunnah menyakini bahwa sebaik-baik perkataan adalah perkataan Allah
(kalammullah) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad S.A.W.
3.  Ijma’ di jadikan sebagai landasan ilmu dan agama.
Kata ijma’ berasal da ri kata kerja ajma’a-yijmi’u- ijmaa’an yang artinya bersetuju, bersatu
pendapat, bersepakat dan lain-lainnya lagi yang searti itu. Ijma’  menurut istilah adalah
kesepakatan atau persetujuan para ulama ahli ijtihad dari umat Nabi Muhammad pada suatu
masa atas satu hukum syara’ (hukum agama).
        
 Ahlus Sunnah Menjadikan ketiga dasar ini sebagai tolak ukur bagi semua yang di lakukan
oleh manusia, baik dalam perkataan dan perbuatan yang lahir maupun batin dari segala apa
yang berkaitan dengan agama. Apa yang datang dari perkataan-perkataan manusia atau
pendapat-pendapat mazhab di mana orang mengikutinya, maka mereka (ahlus sunnah)
menimbangnya dengan tolak ukur Al-Qur’an, As-Sunnah, serta Ijma’ sahabat dan generasi
terbaik umat ini, maka menjadi luruslah jalan mereka.

F.  Ciri Golongan Yang Meninggalkan  Ahlus Sunnah.


1.    Tidak mengetahui kebenaran dan berhukum dengan hawa nafsu.
2.    Saling membenturkan pendapat mereka, bertafaruq(perpecahan), dan bermusuhan.
3.    Bersikap berlebihan beragama.
4.    Jahil terhadap kebenaran dan berperilaku munafik.
5.    Fanatisme yang di sertai perlakuan keji terhadap penentang mereka.
6.    Mengagung-agungkan seseorang atau pendapat yang dapat memecah-mecah umat.
7.    Mengkafirkan dan menuduh fasik penentang mereka dalam ijtihad dan takwil.
8.    Bertindak zhalim, suka permusuhan, dan ceroboh.
9.    Menyejajarkan antara kesalahan dengan dosa.
10. Mereka keluar dari sunnah dan jama’ah, serta menuduh Ahli Sunnah dengan cara dzalim,
keji dan permusuhan.

G. Hukum Orang-Orang Yang Menentang Sunnah.


Para penentang Sunnah, antara lain: Mujtahid yang keliru, jahil yang di maafkan, zhalim
yang melampui batas, munafik zindik, dan musrik yang sesat.

6
ANALISIS

Kata As Sunnah dalam arti sempit hanya mencakup hadits, belum mencakup al-Quran,


sumber pertama dari ajaran Islam. Tetapi kalau diingat bahwa Nabi Muhammad saw sebagai
utusan Allah tidak pernah seujung rambut pun berbeda sikap dengan firman Allah (al-Quran),
maka dapat dipastikan bahwa mengikuti assunnah pasti mengikuti al-Quran.

Dengan pengertian inilah kata As Sunnah diartikan sebagaimana diuraikan di atas dan
diartikan penghayatan dan amalan para sahabat terkemuka sebagai petunjuk pembantu untuk
mencapai ketepatan memahami dan mengamalkan assunnah.

Oleh karena itu di simpulkan bahwa yang di maksut dengan ahlus Sunnah adalah ajaran yang
di bawa, di kembangkan, dan di amalkan oleh Nabi Muhammad S.A.W, dan di hayati, di
ikuti, dan di amalkan pula oleh para sahabat. Ahlussunnah ialah golongan yang berusaha
selalu berada pada garis kebenaran assunnah. ahlussunnah adalah golongan yang paling setia
kepada Nabi Muhammad saw.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Ahlussunnah adalah orang yang mempunyai sifat dan berkarakter mengikuti sunnah Nabi
saw, dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam masalah agama. Tokoh-
Tokohnya adalah Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.
        
 Aqidah Ahlussunnah antara lain: Tuhan bisa di lihat dengan mata kepala di akhirat, Sifat-
sifat Tuhan adalah sifat-sifat yang lain dari zat Tuhan, tetapi bukan juga lain dari zat, Al-
Qur’an qodim, Ciptaan Tuhan tidak karena tujuan, Tuhan menghendaki kebaikan dan
keburukan dan lain-lain.

Ciri-Ciri Ahlus Sunnah antara lain: Manhaj (jalan) Ahlus Sunnah ialah ittiba’ (mengikuti)
atsar-atsar Rasulullah, Ahlus Sunnah menyakini bahwa sebaik-baik perkataan adalah
perkataan Allah (kalammullah) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad
S.A.W, Ijma’ di jadikan sebagai landasan ilmu dan agama.

 Ciri Golongan Yang Meninggalkan  Ahlus Sunnah: Tidak mengetahui kebenaran dan


berhukum dengan hawa nafsu, Saling membenturkan pendapat mereka, Bersikap berlebihan
beragama, Jahil terhadap kebenaran, Berperilaku munafik, dan lain sebagainya.

Diantara Hukum Orang-Orang Yang Menentang Sunnah: Mujtahid yang keliru, Jahil yang
bisa di maaf kan, Orang yang Melampui Batas dan Dzalim, Munafiq Zindiq, dan Musyrik
yang Sesat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2013.

A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, Jakarta Selatan: Pt. Al Husna Zikra, 2001.

Ahmad Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam), Jakarta Selatan: Pt. Al Husna Zikra,

2006.

Ibrahim, Ilmu Kalam/ Theologi Islam, Lampung: IAIN Raden Intan, 2013.

Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al qur’an dan As- Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang,

1956.

Muhammad Abdul Hadi Al  Mishri, Manhaj dan Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Menurut Pemahaman Ulama Salaf, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hlm. 165.

Nukman Abbas, Al-Asy’ari (Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan), Jakarta:

Erlangga, 2006.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syarah Aqidah Wasithiyah (Prinsip-Prinsip Aqidah

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Menurut Pemahaman Salafus Shalih), Bogor: CV. Media

Tarbiyah, 2009.
                      
                                                                                                                                

Anda mungkin juga menyukai