Anda di halaman 1dari 9

Kualitas Air Dan Keanekaragaman Jenis Plankton Di Sungai Cisadane, Jawa Barat

Water Quality And Biodiversity Of Plankton In Cisadane River, West Java


Shella Alamanda1, Sri Wiedarti2, Triastinurmiatiningsih3
1,2,3
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK
Dalam suatu perairan plankton memegang peranan yang sangat penting. Fungsi
ekologisnya sebagai produser primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan
menyebabkan plankton sering dijadikan skala ukuran kesuburan suatu ekosistim. Sungai
Cisadane merupakan sungai yang mengalir melalui dua kota besar yakni Bogor dan
Tangerang, Sungai ini diduga telah mengalami pencemaran akibat masuknya berbagai
jenis limbah dari berbagai kegiatan. Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan,
lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun. Stasiun pertama berada di hulu Sungai Cisadane
yang berada di Lido (Sukabumi), stasiun kedua berada di tengah yang berada di Jalan baru
(Bogor) sedangkan stasiun ketiga berada di Kebun Nanas Kabupaten Tangerang. Hasil
penelitian pada tiga lokasi penelitian tersebut menunjukkan suhu udara 29 oC - 32 oC, nilai
suhu air normal berkisar 26-28 oC, nilai pH berkisar antara 6,5-7, nilai kandungan oksigen
terlarut berkisar antara 2,7 – 3,1 dan nilai BOD berkisar antara 3,5 – 5,5 mg/liter.
Kelimpahan plankton berkisar antara 12000 – 13466,66 individu/ liter. Kelimpahan
plankton di Sungai Cisadane termasuk kriteria sedang. Nilai indeks keanekaragaman pada
Sungai Cisadane berkisar 0,308 – 0,425 dan nilai keanekaragaman termasuk dalam
katagori rendah yaitu H’ < 2,3026.
Kata kunci: Sungai cisadane, kualitas air, keanekaragaman plankton.

Pendahuluan sering dijadikan skala ukuran kesuburan


suatu ekosistim (Umar, 2002). Plankton
Ekosistem air yang terdapat di adalah organisme yang terapung atau
daratan secara umum dibagi dua, yaitu melayang-layang di dalam air yang
perairan lentik yang disebut juga dengan pergerakannya relatif pasif (Suin, 2002).
perairan tenang dan perairan lotik yang Sungai Cisadane adalah salah satu
disebut juga perairan berarus deras. sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa
Perbedaan utama antara dua perairan lotik Barat. Sungai sepanjang 137 km ini
dan perairan lentik adalah kecepatan arus. mengalir melalui dua kota besar yakni
Perairan lentik mempunyai kecepatan arus Bogor dan Tangerang, dan bermuara ke
yang lembut serta terjadi akumulasi massa Laut Jawa di Desa Tanjung Burung, Teluk
air dalam periode waktu yang lama, Naga, Kabupaten Tangerang ( PUSARPE-
sementara perairan lotik umumnya DAL, 2008; Puslitbang Sumberdaya Air,
mempunyai kecepatan arus yang tinggi, 2008 ; UNESCO, 2004). Kualitas Air
disertai perpindahan massa air yang Sungai Cisadane pada pengamatan (2008),
berlangsung dengan cepat (Barus, 2001). kecerahannya 75 cm, suhu 27, 5 oC, pH
Dalam suatu perairan plankton 6,5, DO 3,58 mg/liter dan BOD 7,16
memegang peranan yang sangat penting. mg/liter. Sungai ini diduga telah
Fungsi ekologisnya sebagai produser mengalami pencemaran akibat masuknya
primer dan awal mata rantai dalam berbagai jenis limbah dari berbagai
jaringan makanan menyebabkan plankton kegiatan yang berada di sepanjang daerah

1
aliran sungai (DAS)-nya, terutama yang sehingga contoh mengan-dung 4-5%
berada di kedua kota tersebut (Sigid et al., formalin (preservasi plankton). Persentase
2010). Oleh karena itu perlu dilakukan plankton dapat juga menggu-nakan
penelitian untuk mengetahui sejauh mana campuran formalin dan alkohol dengan
Sungai Cisadane tercemar dan untuk perbandingan konsentrasi 1 : 2.
mengetahui keanekaragaman plankton
Analisis Fisik
Sungai Cisadane.
a. Kecerahan Air
Metode Penelitian Secchidisk dimasukkan ke dalam
air perlahan-lahan sampai tepat warna
Penelitian ini dilakukan selama hitam putih tidak terlihat, catat berapa cm
satu bulan pada Bulan September 2012 di dalamnya pada batang pegangan Secchi-
Sungai Cisadane, Jawa Barat. Identifikasi disk (Khairuman, 2007).
plankton dilakukan di Laboraturium b. Suhu
Biologi Program Studi Biologi Fakultas Cara mengukur suhu udara dan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, suhu air, dengan menggantungkan
Universitas Pakuan. termometer air raksa di tempat yang akan
Alat-alat yang digunakan dalam diukur dengan tidak terkena langsung
penelitian adalah mikroskop, objek glass, cahaya matahari. Suhu pada termometer
pipet 1ml, plankton net, botol plankton, dicatat, setelah selesai mengukur suhu
termometer, dan gelas ukur 50 ml. Bahan- udara mengukur suhu air. Termometer
bahan yang digunakan dalam penelitian dicelupkan beberapa menit ke dalam air,
ini adalah air sungai formalin 40%, lalu dicatat berapa oC suhu air tersebut
alkohol, larutan O2 reagen, MnSO4 50%, (Setiawam, 2003).
Na2S2O3 0,01N, H2SO4 pekat, larutan
amilum 1%, aquades, formalin 4%, Analisi Kimia
NaOH, HCl, indikator fenoftalen, a. pH
indikator metil orange. pH perairan diukur dengan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pH meter. Dengan cara
metode survei lapangan, lokasi penelitian mencelupkan kertas pH ke dalam air, lalu
dibagi menjadi 3 stasiun. Stasiun pertama dicatat (Khairuman, 2007).
berada di hulu Sungai Cisadane yang
berada di Lido ( Sukabumi), stasiun kedua b. Penentuan Oksigen Terlarut (DO)
berada di tengah yang berada di Jalan baru Air diambil dengan menggunakan
(Bogor) sedangkan stasiun ketiga berada botol Winkler. Botol Winkler ditutup
di Kebun Nanas Kabupaten Tangerang. dengan hati-hati jangan sampai terdapat
Setiap stasiun dilakukan pengam- gelembung udara. Ditambahkan larutan
bilan contoh air untuk pengukuran para- MnSO4 1 ml dan larutan O2- reagen
meter biologi dan parameter fisika-kimia sebanyak 1 ml, kemudian ditutup lagi lalu
sebanyak 3 kali, dengan interval waktu 1 dikocok. Dibiarkan mengendap selama 15
minggu. Cara pengambilan sampel pada menit. Ditambahkan asam sulfat pekat 2
setiap statsiun diambil pada 3 titik, yaitu ml, dikocok sampai endapan terlarut.
tepi sungai yang dekat dengan jalan, Selanjutnya diambil 50 ml dengan volume
tengah sungai dan tepi sungai yang dekat pipet dari botol itu, dimasukkan ke dalam
dengan pemukiman masyarakat. Contoh erlenmeyer. Dititrasi dengan larutan
plankton dikumpulkan dengan menyaring Na2S2O3 0,01 N, dengan larutan amilum
20 liter air sungai menggu-nakan plankton 1% sebagai indikatornya. Catatlah Na-
net. Hasil penyaringan yang tertampung tiosulfat yang digunakan. Kadar oksigen
dimasukan ke dalam botol plankton, lalu terlarut (mg/l) :
ditetesi formalin 40% sedemikian rupa

2
a = volume tiap tetes sample 0,05 ml
v = voleme air yang tersaring oleh jaring
Keterangan : plankton (1) yaitu 20 liter
V = volume botol Winkler (500) ml Indeks Kelimpahan individu mempunyai
Kriteria sebagai berikut (Sugianto, 1994) :
b. Penentuan Kadar BOD
Diambil sebanyak 75 ml contoh air <1000 individu/liter → Kelimpahan
diencerkan dengan akuades yang telah rendah.
diaerasi hingga volume 375 ml,
dimasukkan ke dalam dua botol Winkler 1000 – 40000 → Kelimpahan sedang
lalu ditutup. Botol yang satu
>40000 → Kelimpahan Tinggi
diinkubasikan selama 5 hari di dalam
inkubator BOD pada suhu ± 20OC, setelah Indeks Keanekaragaman
5 hari diukur kadar oksigen terlarutnya Indeks keanekaragaman, dihitung
(DO-lima). Botol yang satu lagi kadar dengan formula Shannon-Wienner
oksigen terlarutnya langsung diukur hari (Mason, 2002).
itu juga (DO-nol). Kadar BOD (mg/l)
dihitung sebagai berikut (Salmin, 2005):
BOD = 5 (mg/l DO-nol - mg/l DO-lima)
Dimana :
Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton dihitung H1 = indeks keanekaragaman jenis
dengan rumus (Abdur, 2008) : Shannon-Wiener
Ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu
Dimana :
Nilai indeks keanekaragaman Shannon-
N = jumlah individu plankton per liter Wiener mempunyai kriteria berikut :
m = volume satu tetes air contoh (ml) H1 < 2,3026 = keanekaragaman rendah
yaitu 0,1 ml
2,3026 < H1 < 6,9078 = keanekaragaman
s = volume air yang tersaring dengan sedang
jaring dalam bucket (ml) yaitu 20 ml
H1 > 6,9078 = keanekaragaman tinggi

Hasil dan Pembahasan Kecerahan

3
Nilai hasil pengukuran kecerahan
dari Lido ke Kebun Nanas meningkat. suhu udara
Menurut Yazwar (2008) bahwa kece-
33
rahan berpengaruh langsung terhadap 32 32
perkembangan dan pertumbuhan 31
fitoplakton. Sungai Cisadane termasuk 30
29 29 29 suhu
pada tingkat kecerahan yang rendah 28 udara
dengan kecerahan 18-38. Hal ini sesuai 27
dengan pendapat Akrimi dan Gatot Lido Jalan Kebun
(2002) bahwa kecerahan air di bawah 100 Baru Nanas
cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Grafik kecerahan air pada masing-masing Gambar 2. Suhu udara pada tiga stasiun
lokasi yaitu, seperti pada Gambar 1. pengamatan di Sungai Cisadane
Suhu Air
Kecerahan Dari hasil penelitian suhu air yang
diperoleh berkisar 26-28 oC. Nilai
40 38 tersebut merupakan nilai yang normal
35,33
30 bagi perkembangan plankton di perairan
tropis yaitu 21-35 oC (Wardoyo 1983).
20 18,33 Sedangkan menurut pendapat Yazwar
Kecerahan
10 (2008) bahwa suhu berpengaruh langsung
0 terhadap perkembangan dan pertumbuhan
Lido Jalan Kebun fitoplankton dimana suhu yang optimal
Baru Nanas untuk pertumbuhan plankton 20-30 oC.
Basmi (2000) menyatakan bahwa dalam
Gambar 1. Grafik kecerahan pada tiga
setiap penelitian pada ekosistem akuatik
stasiun pengamatan di Sungai Cisadane
pengukuran suhu air adalah hal yang
Suhu Udara mutlak untuk dilakukan. Hal ini
Pengukuran suhu udara pada disebabkan kelarutan berbagai gas di air
stasiun Lido yaitu 29 oC, pada stasiun serta semua aktivitas biologis di dalam
Jalan Baru 29oC dan pada stasiun Kebun ekosistem akuatik sangat dipengaruhi
Nanas yaitu 32oC, penurunan suhu relatif oleh suhu. Berdasarkan hasil pengukuran
kecil. Nilai kisaran tersebut adalah suhu air dari ketiga lokasi hampir tidak
normal bagi perkembangan plankton di ada perbedaan seperti pada Gambar 3.
perairan umum pada daerah tropis yaitu
21 – 35 oC (Wardoyo, 1983). Azwar Suhu air
(2001) menyatakan bahwa suhu udara 30
yang dapat ditolerir oleh organisme pada 28 28
suatu perairan berkisar antara 20-30 oC, 26 26 26
suhu yang sesuai dengan fitoplankton Suhu air
24
berkisar 25-30 oC, sedangkan suhu untuk Lido Jalan Kebun
pertumbuhan dari zooplankton berkisar Baru Nanas
15-35 oC. Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukan bahwa suhu udara cenderung
Gambar 3. Suhu air pada tiga stasiun
tidak ada perbedaan di tiga stasiun
pengamatan di Sungai Cisadane
pengamatan seperti pada Gambar 2.

4
Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH pada ketiga lokasi
berkisar antara 6,5-7. Menurut Lind
Dissolved Oxygen
(1979), bahwa pH optimal untuk 3,5
pertumbuhan fitoplankton berkisar antara 3,1
3
6,0 – 8,0. Berdasarkan nilai tersebut 2,9
2,7
maka perairan Sungai Cisadane memiliki 2,5
pH yang normal dan mendukung untuk Lido Jalan Baru Kebun Nanas
pertumbuhan fitoplankton.
Nilai derajat keasamaan (pH) Gambar 5. Grafik DO pada tiga stasiun
menunjukkan derajat keasaman atau pengamatan di Sungai Cisadane
kebasaan suatu perairan karena pH
mempunyai pengaruh yang besar Biochemical Oxygen Demand (BOD)
terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan Hasil analisis menunjukkan nilai
akuatik (Odum, 1994). Hasil pengukuran BOD pada setiap lokasi memiliki nilai
pH hampir tidak ada perbedaan pada tiga yang berbeda BOD berkisar antara 3.5–
lokasi seperti pada Gambar 4. 5,5 mg/l. Nilai BOD merupakan nilai
yang menunjukkan kebutuhan oksigen
oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi
pH bahan organik di dalam air sehingga
7,5 secara tidak langsung juga menunjukkan
7 7 keberadaan bahan organik di dalam air.
6,5 6,5 6,5 Dengan demikian maka kebutuhan
6 oksigen oleh bakteri untuk mengoksidasi
Lido Jalan Baru Kebun bahan organik untuk lokasi pengamatan
Nanas berkisar 3,5 – 5,5 mg/l
Nilai BOD tertinggi berada pada
Gambar 4. Grafik pH air pada tiga stasiun Stasiun Kebun Nanas yaitu 5,5
pengamatan di Sungai Cisadane Sedangkan Nilai BOD terendah terdapat
. pada stasiun Lido yaitu 3,5. Tingginya
Dissolved Oxygen (DO) nilai BOD pada Kebun Nanas mengin-
dikasikan bahwa kandungan bahan
DO yang diperoleh menunjukkan organik di Stasiun Kebun Nanas tinggi
nilai yang berbeda. Nilai kandungan daripada stasiun Lido dan stasiun Jalan
oksigen terlarut berkisar antara 2,7 – 3,1. Baru. Bahan organik ini diduga berasal
Penurunan oksigen terlarut pada setiap dari limbah industri yang tidak terurai
lokasi diduga disebabkan tingginya akti- oleh mikroba pendegradasi bahan organik
vitas dekomposisi bahan organik yang yang terdapat di dalam perairan,
berasal dari kegiatan pada daerah aliran sedangkan pada stasiun Lido BOD lebih
sungai, seperti limbah pasar dan limbah rendah karena lebih sedikit bahan organik
rumah tangga. Tinggi rendahnya oksigen yang terdapat di dalam air tersebut.
terlarut dalam perairan juga dipengaruhi Menurut Barus (2001) Nilai BOD
oleh faktor suhu, tekanan dan konsentrasi merupakan parameter indikator pencema-
berbagai ion yang masuk pada perairan ran zat organik, dimana semakin tinggi
(Yazwar, 2008). Hasil pengamatan DO angkanya semakin tinggi tingkat
pada tiga stasiun yang berbeda dapat pencemaran bahan organik dan sebalik-
dilihat pada Gambar 5. nya.Dari hasil analisis Nilai BOD pada
setiap lokasi kedalaman dapat dilihat
pada Gambar 6.

5
adanya kegiatan yang berada di
Biochemical Oxygen sepanjang daerah aliran sungai, selain itu
dari beberapa parameter seperti
Demand kecerahan, DO dan BOD menunjukkan
6 bahwa Sungai Cisadane tercemar ringan
5,5
sampai tercemar sedang. Kelimpahan
4 4 plankton di Sungai Cisadane termasuk
3,5
pada kriteria sedang, sesuai dengan
2
pendapat Sugianto (1994) bahwa
0 kelimpahan plankton dengan nilai 1000-
Lido Jalan Baru Kebun Nanas 40000 termasuk pada kriteria sedang.
Hasil pengamatan didapatkan kelimpahan
Gambar 6. Grafik BOD pada tiga stasiun baik dari fitoplankton dan zooplankton
pengamatan di Sungai Cisadane selama penelitian pada setiap stasiun
nilainya bervariasi, seperti Gambar 7.
Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton pada setiap Kelimpahan
stasiun, yaitu stasiun Lido Sukabumi
13466,66 individu/ liter, stasiun Jalan Plankton
Baru Bogor 13133,33 individu/ liter, dan 14000
stasiun Kebun Nanas Tangerang 12000 13500 13466,6
6 13133,3
individu/ liter. 13000 3
Nilai Kelimpahan plankton pada 12500
12000 12000
setiap stasiun bervariasi. Nilai kelim- 11500
pahan tertinggi terdapat pada stasiun 11000
Lido, yaitu 13466,66 individu/ liter, Lido Jalan baru Kebun
diduga karena tingginya unsur hara yang nanas
terdapat di stasiun Lido dan parameter
fisik-kimia seperti kecerahan, suhu, pH,
Gambar 7. Kelimpahan Plankton pada
DO dan BOD perairan di lokasi tersebut
Stasiun Lido, Jalan Baru dan Kebun
mendukung untuk pertumbuhan plankton.
Nanas
Limining dan Hendra 2009 mengatakan
bahwa unsur hara berpengaruh pada Indeks Keanekaragaman
pertumbuhan plankton. Intensitas cahaya Hasil Identifikasi ditemukan 19
matahari yang sangat berperan dalam genus yang tercakup dalam 4 kelas
proses fotosintesis juga mendukung (Chlorophyceae, Bacillariophyceae,
pengaruh terhadap pertumbuhan Copepoda, dan Eugleonida). Kelas
plankton. pH perairan pada setiap stasiun Chlorophyceae paling banyak ditemukan
mempunyai nilai yang hampir sama dengan jumlah 10 genus. Nilai
sehingga diduga tidak memberikan keanekaragaman plankton pada setiap
pengaruh terhadap fitoplankton. Hal ini stasiun bervariasi yaitu 0,308 – 0,425.
sesuai dengan pendapat Yuliana dan Nilai indeks keanekaragaman pada
Tamrin, 2006 bahwa ketersediaan unsur stasiun Lido yaitu 0,425, nilai
hara dan cahaya yang cukup dapat keanekaragaman pada stasiun Jalan Baru
digunakan oleh fitoplankton dalam yaitu 0,308 dan nilai keanekaragaman
perkembangannya, sedangkan nilai pada stasiun Kebun Nanas yaitu 0,315.
kelimpahan terendah terdapat di stasiun Berdasarkan kriteria Mason
Kebun Nanas, yaitu 12000 individu/ liter, (2002) termasuk dalam katagori rendah
diduga karena pertumbuhan dan yaitu H’ < 2,3026. Hal ini menunjukan
perkembangan plankton terganggu oleh
6
bahwa penyebaran individu tiap jenis 1. Kualitas air Sungai Cisadane suhu
kestabilan komunitas berkisar rendah. udara pada stasiun Lido yaitu 29 oC -
Nilai indeks keanekaragaman tertinggi 32 oC dan nilai suhu air normal
yaitu pada stasiun Lido diduga suhu, arus berkisar 26-28 oC. Nilai pH pada
dan kecerahan pada stasiun Lido sangat ketiga lokasi yaitu berkisar antara
mendukung untuk pertumbuhan dan 6,5-7. Nilai kandungan oksigen
perkembangan plankton. Nilai indeks terlarut berkisar antara 2,7 – 3,1 dan
kelimpahan terendah terdapat pada nilai BOD berkisar antara 3,5 – 5,5
Stasiun Jalan Baru yaitu berkisar 0,308 mg/liter.
hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi 2. Kelimpahan plankton pada setiap
lingkugan yang tidak sesuai dengan stasiun, yaitu stasiun Lido 13466,66
pertumbuhan plankton. Sesuai dengan individu/ liter, stasiun Jalan Baru
pendapat Odum (1994) bahwa indeks 13133,33 individu/ liter, dan stasiun
keanekaragaman yang tinggi menunjukan Kebun Nanas 12000 individu/ liter.
stasiun tersebut sangat cocok dengan Kelimpahan plankton di Sungai
pertumbuhan plankton dan indeks Cisadane termasuk kriteria sedang.
keanekaragaman yang rendah 3. Nilai indeks keanekaragaman pada
menunjukan stasiun tersebut kurang stasiun Lido yaitu 0,425, nilai
cocok bagi pertumbuhan plankton. Nilai keanekaragaman pada stasiun Jalan
Keanekaragaman dari hasil pengamatan Baru yaitu 0,308 dan nilai
di stasiun Lido, stasiun Jalan Baru dan keanekaragaman pada stasiun Kebun
stasiun Kebun Nanas, seperti pada Nanas yaitu 0,315 termasuk dalam
Gambar 8. katagori rendah yaitu H’ < 2,3026.

Keanekargaman Saran
Perlu dilakukan sosialisasi tentang
Plankton kualitas perairan Sungai Cisadane kepada
0,45 masyarakat yang berada di daerah aliran
0,425
0,4 sungai..
0,35
0,3 0,308 0,315
Ucapan Terima Kasih
0,25
Penulis mengucapkan terima
0,2
0,15 kasih kepada Kedua orang tua dan
0,1 keluarga, Ibu Ir. Sri Wiedarti, M.S. dan
0,05 Dra. Triastinurmiatiningsih ,M.Si. atas
0
Stasiun Lido Stasiun Stasiun
saran serta bimbingannya serta seluruh
Jalan Baru Kebun pihak yang telah memberikan bantuan
Nanas dan dukungan dalam penyusunan jurnal
Gambar 8. Keanekaragaman Plankton ini.
pada tiga Stasiun pengamatan di Sungai
Cisadane Daftar Pustaka
Abdur Rahman. 2008. Studi Kelimpahan
Simpulan dan Saran dan Keanekaragaman Jenis
Plankton di Perairan Muara
Berdasarkan hasil penelitian maka Sungai Kelayan. Vol 3. No 2.
dapat disimpulkan bahwa indeks Universitas Lambung Mangkurat
kelimpahan dan indeks keanekaragaman Hal : 3.
di Sungai Cisadanei pada setiap Stasiun Akrimi, Gatot, Subroto. 2002. Teknik
berbeda. Pengamatan Kualitas Air dan
7
Plankton di Reservat Danau Arang (BOD) Sebagai Salah Satu
– Arang Jambi (Buletin Teknik Indikator Untuk Menentukan
Pertanian Vol. 7). Balai Riset Kualitas Perairan. Oseana. Vol
Perikanan Perairan Umum. XXX. No 3. Jakarta. Hal : 21 – 26.
Palembang. Setiawan. 2003. Otomatisasi Cuaca
Barus, T, A. 2001. Limnologi : Ekosistem Untuk Menunjang Kegiatan
Sungai dan Danau. Fakultas MIPA Pertanian. (www.giss.bmg.co.id) .
USU MEDAN. Diakses tanggal 14 Oktober 2012.
Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton Sigid Hariyadi, Enan M. Adiwilaga, Tri
Sebagai Bioindikator kualitas Prartono, Sudodo Hardjoamidjojo
Perairan. Fakultas Perikanan dan & Ario Damar. 2010.
Ilmu Kelautan. IPB. Hal : 40. Produktivitas Primer Estuari
Khairuman, SP. 2007. Budi Daya Patin Sungai Cisadane pada Musim
Super. Agromedia Pustaka : Kemara. Limnotek (2010) 17 (1).
Jakarta. Hal : 28-30. Hal : 49-57.
Lismining, P dan Hendra,S. 2009. Suin, N. 2002. Metode Ekologi Penerbit
Kelimpahan dan komposisi Universitar Andalas Padang.
Fitoplankton di Danau Setani, Sugianto. 1994. Ekologi Kuantitatif
Papua. Jur Limnotek. 161(2). Riset Metode Analisis Populasi dan
Pemacuan Stok Ikan. Hal: 89. Komunitas. Airlangga University –
Mason, C. F. 2002. Biology of Fresh Press. Surabaya.
Water Pollution 4th ed. Pearson Umar Nur Asia .2002. Hubungan antara
Education Ltd. London. kelimpahan Fitoplankton dan
Muhajir, Fasmi Ahmad, dan Edward. zooplankton (kopeoda) dengan
2004. Variasi Kadar Oksigen larva kepiting di Peraian teluk
Terlarut Diperairan Tanibar siddo kab. Barru Sulawesi selatan:
Bagiam Utara dan Selatan Maluku Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Tenggarai. Jur Ilmiah Sorihi. Vol Program Pasca Sarjana / S3 Institut
3. No 3. Ternate. Universitas Pertanian Bogor December
Khairun Ternate. Hal : 5-6. 2002.(Online). (http://www.
Odum, E, P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. @2002 Nur Asia Umar.pdf, di
Terj. T. Samingan & B. Sriganono akses 14 Oktober 2012).
Yogyakarta : Edisi ketiga. Gajah Wardoyo, S.T.H. 1983. Metode
Mada University-Press. Hal 412 Pengukuran kualitas Air. Training .
PUSARPEDAL, 2008, Sungai Penyusunan Analisis mengenai
Cisadane,Hasil Pemantauan 2007, dampak lingkungan. PUSDI – PSL
PusatSarana Pengendalian Dampak Institut Pertanian Bogor. 60 p.
Lingkungan (PUSARPEDAL) – Yazwar. 2008. Keanekaragaman
Deputi VII, Kementerian Negara Plankton dan Keterkaitannya
Lingkungan Hidup. dengan Kualitas Air di Danau
Puslitbang Sumberdaya Air, 2008, Status Toba. Universitas Sumatera Utara.
Mutu Air Sungai Di Indonesia Yuliana dan Tamrin. 2006. Struktur
Volume I: S. Cisadane, S. Komunitas dan Kelimpahan
Ciliwung, S. Citarum, Pusat Fitoplankton dalam Kaitannya
Penelitian dan Pengembangan dengan Parameter Fisika Kimia
Sumberdaya Air, Departemen Perairan di Danau Laguna,
Pekerjaan Umum. Ternate, Maluku Utara. Prosiding
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Seminar Nasional. Limnologi. Hal
Kebutuhan Okksigen Biologi – 200-208.

8
9

Anda mungkin juga menyukai