Sosialisme
Bidang politik : politik bersifat tertutup hanya ada satu partal yang berkuasa yaltu partai
komunis, rakyat hanya sebagai objek negara.
Bidang ekonomi : sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekoriomi etatisme.
Bidang sosial budaya : tidak percaya adanya Tuhan, masyarakat hanya mengenal satu kelas
sosial.
Neo Ribalisme
Liberalisme
Kebebasan warga negara dijunjung tinggi. Warga negara bebas melakukan apa saja asalkan tidak
melanggar tertib hukum.
Negara hanya bertindak sebagai pengawas jalannya tertib hukum.
Pada kapitalis monopolis mengesampingkan nilai-nilai agama sehingga melahirkan sekulerisme
(paham yang memisahkan agama dengan negara).
a . Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam keamanan
negara dan masyarakat pada umumnya.
b. Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap kesatuan bangsa
sehingga mengancam disintegrasi bangsa.
c. Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan modal di Indonesia
dan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia sehingga mengganggu pertumbuhan
perekonomian negara. Berikut ini
gambar yang mencerminkan tentang terorisme.
Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikal.
1) intoleran(tidak mau menghargai pendapat &keyakinan orang lain)
2) fanatik(selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah),
3) eksklusif(membedakan diri dari umat Islam umumnya) dan
4) revolusioner(cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan).Memiliki
sikap dan pemahaman radikal saja tidak mesti menjadikan seseorang terjerumus
dalampaham dan aksi terorisme. Ada faktor lain yang memotivasi seseorang bergabung
dalam jaringan terorisme. Motivasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,
Faktor domestik, yakni kondisi dalam negeri yang semisal kemiskinan, ketidakadilan atau
merasa Kecewa dengan pemerintah. Kedua, faktor internasional, yakni pengaruh
lingkungan luar negeri yang memberikan daya dorong tumbuhnya sentiment keagamaan
seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yg arogan, dan imperialisme modern negara
adidaya. Ketiga, faktor kultural yang sangat terkait dengan pemahaman keagamaan yang
dangkal dan penafsiran kitab suci yang sempit dan leksikal (harfiyah). Sikap dan
pemahaman yang radikal dan dimotivasi oleh berbagai faktor di atas seringkali menjadikan
seseorang memilih untuk bergabung dalam aksi dan jaringan terorisme.
Strategi pertama,
kontra radikalisasiyakni upaya penanaman nilai-nilaike-Indonesiaan serta nilai-nilai non-
kekerasan. Dalam prosesnya strategi ini dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun
non formal. Kontra radikalisasi diarahkan masyarakat umum melalui kerjasama dengan
tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda dan
stakehorlder lain dalam memberikan nilai-nilai kebangsaan
Strategi kedua
kesimpulan
Terorismemerupakantindakankejahatanyangmempunyaiakardanjaringankompleksyangtidak
hanyabisadidekatidenganpendekatankelembagaanmelaluipenegakanhukumsemata.Keterlib
atankomunitasmasyarakatterutamalingkunganlembagapendidikan,keluargadanlingkunganm
asyarakatsertagenerasimudaitusendiridalammencegahterorismemenjadisangatpenting.Kare
naitulahdibutuhkanketerlibatanseluruhkomponenmasyarakatdalammemerangiterorismedemi
keberlangsungankehidupanbangsadannegaratercintayangdamai,adildansejahtera.
Anda dipersilakan untuk mendiskusikan tentang gaya hidup konsumerisme yang
melanda kehidupan masyarakat kita dewasa ini dan cara-cara
penanggulangannya, kemudian melaporkannya dalam bentuk tertulis.
konsumerisme
Konsumerisme merupakan sebuah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-
barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Konsumerisme
saat ini menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan, yang dimana hal tersebut menjadi tolak ukur
pengakuan masyarakat mengenai kelas sosial yang mereka dapatkan.
Pengertian konsumerisme
Pengertian konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-
barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Dapat dikatakan
pula konsumerisme adalah gaya hidup yang sifatnya tidak hemat.
Tujuan Konsumerisme
Tujuan dari konsumerisme adalah untuk mencapai kepuasan diri dengan mengonsumsi atau
membeli barang-barang (mewah) tanpa melihat nilai guna dari barang yang dikonsumsi
tersebut. Selain daripada itu, konsumerisme juga menjadi tolak ukur keberadaan individu dalam
kelas sosial masyarakat.
Seorang konsumen diasumsikan selalu berupaya untuk memperoleh kepuasan tertinggi dalam
suatu kegiatan konsumsi. Motif dari perilaku konsumtif konsumen dari sudut pandang ekonomi
konvensional dikaitkan dengan upaya pemenuhan kepuasan diri/maksimalisasi hasrat (utility).
Bermula dari motif awalnya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dalam
perkembangannya aktivitas konsumsi masyarakat kemudian mengalami pergeseran orientasi.
Perkembangan teknologi, pesatnya pembangunan dan industrialisasi, memiliki andil terhadap
perubahan motif perilaku konsumtif.
Masyarakat cenderung terdorong untuk terus menggunakan berbagai macam produk yang
dihasilkan mengikuti tren yang ada. Hal ini dilakukan bukan semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, akan tetapi motifnya kemudian berubah menjadi ajang untuk
meningkatkan status sosial, serta memperoleh pengakuan antara sesama.
Seseorang yang memiliki sepeda misalnya, cenderung secara psikologis merasa rendah diri
pada orang yang memiliki sepeda motor. Pemilik sepeda motorpun merasa kurang percaya diri
bila membandingkan dirinya dengan pengguna kendaraan beroda empat.
Sebaliknya rasa percaya diri dan martabat seseorang justru dapat meningkat tinggi, berbanding
lurus dengan kuantitas daya konsumsi. Semakin banyak, mewah, serta mahal produk yang
digunakan, maka semakin tinggi pula derajat sosial dan ekonominya dalam pandangan
anggota masyarakat yang lain.
Berikut 8 cara yang bisa dilakukan untuk mengubah gaya hidup konsumtif alias boros:
1. Menabung
Meski tampak sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung,
apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak, banyak yang belum menyadari
akan pentingnya menabung. Sekadar kesadaran mungkin sudah ada, tetapi belum terealisasi
secara terus menerus.
Bagaimana bisa menabung jika gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak.
Namanya juga menyisihkan sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5% atau 10%
dari gaji. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin
banyak, sehingga bisa menjadi dana cadangan ketika memiliki kebutuhan mendadak.
2. Membuat Anggaran Belanja
Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini
tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa
mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas.
Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang
secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa menentukan target
pengeluaran.
Membuat anggaran belanja sih mudah, tapi menepatinya itu yang susah. Apalagi ketika godaan
belanja barang-barang di luar kebutuhan selalu menghampiri. Untuk itu, kemampuan
mengendalikan diri sangat dibutuhkan agar anggaran belanja yang sudah dibuat dapat ditepati.
3. Prioritaskan Kebutuhan
Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan.
Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki
‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan. Nah, untuk
beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah kebutuhan. Jika kebutuhan telah terpenuhi,
maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa. Bukan kebalikannya,
memenuhi keinginan lebih dulu dan mengesampingkan kebutuhan. Ketika dana telah habis
untuk memuaskan keinginan, muncul kebutuhan yang mau tak mau wajib dipenuhi sehingga
harus merogoh kocek lebih dalam. Beruntung kalau ada dana cadangan, jika tidak maka solusi
yang harus diambil adalah dengan berutang. Tentu kondisi ini jauh dari tujuan hidup hemat.
Ada yang bilang kartu kredit tak ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk dan
merayu berperilaku konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang
sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming yang menggelitik
psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Tanpa disadari, iming-iming tersebut
justru menjerumuskan secara finansial, karena penggunanya akan dibebani dengan tagihan
sebesar dana yang digunakan plus bunga.
Transaksi dengan kartu kredit yang bersifat virtual tanpa uang tunai dan tinggal gesek seolah
‘menyihir’ penggunanya untuk belanja dan terus belanja. Asyik dan nyaman saja ketika
menggunakannya, tetapi ketika sadar banyaknya tagihan dan pengeluaran barulah akan
menyesakkan dada.
Belanja menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen dan
kontrol diri yang kuat. Bagi Anda yang cenderung ‘latah’ sebaiknya menghindari berbelanja
dengan kartu kredit dan lebih bijak jika menggunakan uang tunai. Dengan demikian, Anda tetap
bisa mengontrol pengeluaran Anda.
Jalan-jalan dan cuci mata di mal atau pusat perbelanjaan memang mengasyikkan, namun akan
berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan, maka lama-lama akan menguras kantong Anda.
Mengapa? Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat belanja yang tidak
terduga dan terencana. Ketika melihat suatu barang yang di-display di toko, bisa jadi Anda
langsung tertarik dan ingin membelinya meskipun tidak ada rencana untuk membelinya dalam
daftar belanja yang telah Anda buat.
6. Mulailah Berinvestasi
Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus
merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya berinvestasi? Investasi
dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak bergerak dengan
tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia Anda tak lagi produktif,
investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda. Misalnya saja, Anda membeli
properti. Jika belum ingin memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa menyewakannya
kepada pihak lain sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang sewanya. Selain itu, Anda
juga bisa menikmati nilai properti yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
7. Cermatlah Ketika Membeli Barang
Mahal tak selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut perlu
bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang berdasarkan fungsi
akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk menunjang gengsi. Contohnya
saja tas. Bagi kebanyakan wanita, barang tersebut sangatlah berharga. Tak heran jika barang
ini dikoleksi oleh kaum hawa. Namun, untuk apa membeli tas dengan harga mencapai ratusan
juta, padahal fungsinya sama dengan tas yang berharga ratusan atau hanya puluhan ribu saja.
Perilaku tersebut tentu saja merupakan pemborosan.
Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku
konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang
yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan bersedekah,
memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, panti
jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan beban mereka. Oleh sebab itu,
jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila Anda menyalurkannya kepada orang-orang
yang membutuhkan, bukan justru egois dengan menghambur-hamburkannya untuk
kesenangan pribadi, meski itu merupakan hak Anda. Jika Anda termasuk salah seorang yang
berperilaku konsumtif, ada baiknya jika tips ini diterapkan sebelum Anda mengalami
kebangkrutan.
Hakekatnya sifat konsumtif ini ada lantaran masyarakat pada umumnya berkeinginan memiliki
barang yang tidak dimuli oleh orang lain atau contoh kelompok sosial lain. Alhasil, sikap
pembeli akan mencari barang-barang mewah terbaru yang kerapkali dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah limited edition yang dikenal sebagai barang berkwalitas baik serta mahal.
Kebanggaan penampilan
Kebanggaan yang muncul pada diri seserang sangatlah lekat dengan kepuasaan yang dimiliki
oleh dirinya. Perasaan akan kondisi seperti inilah menyebabkan seseorang memilih limited
edition sebagai fenomena sosial yang sangat mudah ditemukan.
Sifat yang dimiliki oleh seseorang dalam kepuasaan dirinya sendiri bisa terjadi lantaran ada
perasaan untuk ikutserta pada gaya penampilan orang lain. Kondisi inilah kemudian menjadikan
teman, saudara, ataupubahkan kakak dan beradik dalam satu keluarga turut serta dalam gaya
ikut-ikutan akibat proses mengajak satu sama lainnya.
Kecenderungan yang pasti dimiliki oleh seseorang dalam prilaku konsumtif ialah ingin terlihat
menarik dihadapan orang lain. Menarik disini bukan lebih condong pada gaya hidup bukan pada
prilakunya. Misalnya saja untuk potngan rambut, baju, celana, dan lain sebagainya. Sehingga
ada sebuah perumpamaan bahwa kebutuhab primer jauh lebih kecil daripada skunder.
Dampak Konsumerisme
Dampak dari adanya konsumerisme yang melakat dalam kehidupan masyarakat secara garis
besarnya tebagi menjadi 2 bentuk. Dengan yang pertamkalinya ialah dampak positif dan
dampak negative yang akan terjadi pada kehidupan. Penjelasan akan pembagian tersebut
adalah sebagai berikut:
Dampak Positif
Meskipun akibat prilaku konsumtif dalam kehidupan masyarakat lebih besar dampak negatif,
akan tetapi beberapa kondisi bisa mengakibatkan pada dampak positif. Antara lain ialah
sebagai berikut;
Membuka Lapangan Kerja
Lapangan pekerjaan pada zaman seperti ini sangatlah susah ditemukan di Indonesia, yang
termasuk dalam karakteristik negara berkembang. Percaya ataupun tidak sikap konsumtif
dalam masyarakat akan menjadi inspirasi dalam membuka dan menambah lapangan
pekerjaan. Selengkapnya, baca; 20 Jenis Tenaga Kerja dan Contohnya Menurut Ahli
Alasan hal tersebut diungkapkan lantarana dengan melakukan produksi barang dalam jumlah
besar akan mengurangi jenis pengangguran. Misalnya saja beberapa ide inovatif dalam hal ini
ialah adanya sikap bermalas-masalan yang banyak dijumpai menjadi salah satu inspirasi
terciptanya produk “Kursi Malas” yang menjadi unggulan produksi salah satu alumni dari
mahasiswa UII.
Koredor dalam terciptanya konsumtif dalam kehidupan masyarakat secara sekilas bisa menjadi
pengurangan dalam dampak pengangguran. Hal ini disebabkan lantaran banyak produk yang
tercipa dalam proses ini, meskipun haruslah diakui bahwa konsekuensinya sangat kecil.
Meningkatkan Motivasi
Proses dalam meningkatkan motivasi konsumen dalam masyarakat konsumtif ialah untuk
menambah jumlah penghasilan yang dimilkinya, dengan demikian secara kasap mata keinginan
untuk membeli barang-barang yang diperlukan meskipun ketegori tersier akan mudah
didapatkan.
Masyarakat yang ada pada era konsumtif secara langsung dalam menjadi salah satu solusi
dalam bertambahnya jumlah barang yang akan menjadi prioritas dikonsumsi masyarakat,
dengan contoh fakta sosial seperti inilah produsen akan membuka pasar-pasar baru guna
mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.
Dampak Negatif
Dalam beberapa literatur yang telah dituliskan, dapat disebutkan bahwa masyarakat konsumtif
akan lebih menuai dampak negatif yang jauh lebih besar. Misalnya saja akibat tersebut adalah
sebagai berikut;
Kebudayaan seperti konsumtif ini lambat laun akan menjadi pengaruh dalam kehidupan,
misalnya saja budaya untuk gengsi jauh lebih besar daripada mencari solusi atas permasalahan
yang terjadi. Padahal akibat dari gengsi atau gaya terlalu tinggi akan mengakibatkan kehidupan
tidak akan terlepas dari unsur pandangan kepada orang lain.
Akibat lainnya dalam konsumtif ini ialah nilai uang tidak memiliki makna sekalipun, lantaran
yang hadir dalam fikirannya sebatas bagimana menghabiskan uangnya tanpa lagi memberikan
jaminan untuk esok (masa tua) yang lebih baik.
Menimbulkan keresahan
Sikap masyarakat yang konsumtif akan berakibat pada keresaan antara kehidupan dalam
bentuk kelompok sosial. Kondisi seperti ini akan terjadi lantaran banyak beraganggapan bahwa
kebahagiaan tidak akan ada dalam pengertian masyarakat.
Ketimpangan sosial
Ketimpangan sosial biasasanya terjadi dalam kehidupan masyarakat lantaran memiliki jiwa
konsumtif, kondisi seperti ini bisa saja menjadi salah satu unsur yang menakutkan lantaran
dalam menjadi dorongan tingginya angkar kriminalias demi memunuhi kebutuhan hidupnya.
Mengurangi kesempatan untuk menabung
Jiwa konsumtif dalam masyarakat niscaya akan lebih banyak membelanjakan uangnya
dibandingkan dengan sikap untuk hemat, misalnya saja menyisihkan untuk ditabung, dibuatkan
usaha, ataupun dibuat sebagai salah satu sulusi investasi.
Jiwa-jiwa konsumtif dalam kehidupan masyarakat akan cenderung berupa auntuk tidak
memikirkan kebutuhan hidup yang akan datang, hal ini disebabkan lantaran orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang atau jasa pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya
di masa tuanya.
Beragam contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat yang mudah untuk ditemukan
dalam berbagai bidangnya. Misalnya saja prilaku konsumtif ini antara lain sebagai berikut;
Sekolah
Dalam pengertian lembaga pendidikan seperti sekolah mudah menemukan prilaku yang
tergolong dalam konsumtif, misalnya dalam hal ini seperti penggunaan ponsel Iphone yang
dilihat sebagai penentu tingkatan dalam kelas sosial para pelajar. Hal ini lantaran pengguna
ponsel Iphone akan dilihat sebagai orang yang berada dalam kelas borjuis atau orang yang
kaya.
Masyarakat
Contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat untuk hal ini misalnya saja
“Konsumerisme ruang”, yang terjadi lantaran hancurnya suatu lingkungan karena pemakaian
yang berlebihan oleh masyarakat. Karena masyarakat terobsesi untuk mempunyai kendaraan
lebih dari satu, jalan-jalan akan semrawut.
Agama
Dalam prilaku konsumtif juga banyak ditemukan dalam kajian keagamaan, misalnya untuk hal
ini terjadi pada perayaan Idul Fitri, masyarakat yang beragama menggandakan
pengeluarannya, antara lain untuk membeli barang-barang yang akan dipakai pada saat
silaturahmi nanti. Ini menjadi sebuah kebiasaan setiap tahunnya.
Sehari-Hari
Dalam kehidupan sehari-hari prilaku konsumtif ini juga kerapkali terjadi dalam kehidupan
masyarakat, kondisi ini misalnya saja dengan Membeli barang-barang merek terkenal dari luar
negri yang dilakukan sebagai salah sebuah hobim yang sejatinya kondisi inilah akan
mengakibatkan ruskanya keteraturan sosial dalam masyarakat.