Anda di halaman 1dari 261

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326518651

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Book · March 2015


DOI: 10.17605/OSF.IO/4HPWC

CITATIONS READS

13 13,455

1 author:

M Chairul Basrun Umanailo


University of Iqra Buru
36 PUBLICATIONS   289 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by M Chairul Basrun Umanailo on 20 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ilmu sosial
budaya dasar

Penulis:
M. CHAIRUL BASRUN UMANAILO, S.Sos.,M.Si.

i
BUKU AJAR
Ilmu Sosial Budaya Dasar

Penulis
M. Chairul Basrun Umanailo, S.Sos.,M.Si
Judul Buku : Ilmu Sosial Budaya Dasar
Nama : M. Chairul Basrun Umanailo, S.Sos.,M.Si
NIPS : 137 030 233
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : Hukum
Universitas : Iqra Buru
Alamat e-mail : chairulbasrun@gmail.com

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


VI + 184 hal; 14,8 x 21 cm

Hak Cipta @ M. Chairul Basrun Umanailo, S.Sos.,M.Si. 2016

Cetakan I, Oktober 2015 (Belum ber-ISBN)


Cetakan II, Desember 2016

Penerbit
FAM PUBLISHING
ISBN
978-602-335-212-8

ii
Kata Pengantar

Fenomena sosial merupakan sebuah gambaran

umum tentang keberadaan masyarakat di sekitar kita, bila

kemudian bisa diurai dalam sebuah aktifitas kajian maka

kegunaan dari kemampuan analistis kita akan semestinya

ikut berperan dalam sebuah proses perubahan. Ada hal

manarik ketika realitas dalam masyarakat dapat kita

tuangkan dalam karya yang sederhana.

Menjadi pengajar sudah barang tentu memiliki

tanggung jawab untuk ikut mengembangkan pemikiran

peserta didik sehingga kemudian dalam proses belajar

dapat menemukan titik kulminasi yang semestinya.

Banyak hal yang bisa kita analisa dan memberikan

kontribusi untuk meningkatkan pemahaman terhadap

pengembangan ilmu sosial budaya dasar.

Buku ini berupaya menyajikan berbagai gambaran

umum serta kajian materi yang sederhana namun

komprehensif, setidaknya ada harapan besar untuk dapat

membantu mahasiswa memahami proses belajar dan

proses penciptaan pemahaman.

iii
Tulisan yang sederhana, coba ditampilkan dengan

tujuan untuk menggugah rasa keingintahuan mahasiswa,

agar nantinya upaya untuk menyempurnakan

pemahaman Sosial budaya lebih terjewantahkan lewat

berbagai kajian yang ada pada buku ajar ini.

Banyak yang kemudian penulis rasakan belum

terjawab seluruhnya dalam penulisan buku ajar ini yakni

kajian-kajian konteporer sosial budaya yang sedianya

penulis ingin masukan namun dengan memahami konteks

kurikulum dan rencana pembelajaran maka keingian

tersebut masih tertunda untuk penulisan selanjutnya.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada mereka yang telah memberikan dorongan moral,

khususnya, Istri tercinta, Yusmidar Umanailo serta kedua

anak-anakku, Annisa Retrofilia Umanailo dan Askar Daffa

Sophia Umanailo, yang selalu mendorong dan

memberikan kekuatan moral selama penulisan buku ajar

ini. Tak lupa kepada mahasiswa-mahasiswa saya tercinta

di Fakultas Hukum Universitas Iqra Buru yang mau

membantu memfasilitasi berdiskusi selama penyusunan

penulisan.

iv
Melalui kajian-kajian dalam buku ini, sekiranya ada

nilai lebih yang bisa kita dapatkan bersama-sama, dan

semoga juga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Tidak

lupa, penulis harapkan adanya dinamika berpikir yang

lebih konstruktif demi perbaikan dalam buku ini, maka

saran kritik sangat penulis harapkan.

Namlea, Maret 2016

M. Chairul Basrun Umanailo, S.Sos.,M.Si

v
Daftar Isi

Sampul …………………………………….....…..............................................i
Identitas Buku ………………………………………………..……….......……ii
Kata Pengantar ……………............…………………………………….......iii
Daftar Isi ………………………………….................………………….….........v
Glosarium……………………………………………………….…………..…….vi
Bahan Pelajaran I
Pemahaman Dasar Tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar.........1
Bahan Pelajaran II Manusia Sebagai Mahkluk
Berbudaya, Beretika, dan Berestetika .......................................14
Bahan Pelajaran III Hakikat Manusia Sebagai
Individu dan Mahkluk
Sosial........……...........................................32
Bahan Pelajaran IV
Konsep-konsep Hubungan Antara Manusia dan
Pandangan Hidup
.............................................................................47
Bahan Pelajaran V Dinamika Peradaban Global.................61
Bahan Pelajaran VI Hubungan Antar Manusia....................76
Bahan Pelajaran VII
Keragaman Dalam Dinamika Sosial Budaya .............................93
Bahan Pelajaran VIII Startifikasi dan Difrensiasi
Dalam Kehidupan Sosial.................…….……..................…..........101
Bahan Pelajaran IX Fungsi Nilai, Moral, Keadilan, Ketertiban
dan Kesejahteraan Masyarakat.………….............120

vi
Bahan Pelajaran X Sains Teknologi dan Dampak
Pemanfaatan Teknologi di Indonesia..........…………..............130
Bahan Pelajaran XI Hakikat dan Makna
Lingkungan Bagi Kesejahteraan.........................................…....146
Bahan Pelajaran XII Manusia Dalam
Mengkonstruksi Realitas Sosial Budaya.………......................157
Bahan Pelajaran XII Konteks dan Subtansif
Budaya Lokal (Pulau Buru.…...............................….......…...........169
Daftar Pustaka ….......................................…………..….….............179

vii
Glosarium
Dehumanisasi Penghilangan harkat manusia
Dualisme Keadaan bermuka dua, yaitu satu sama lain
saling bertentangan atau tidak sejalan
Fragmentasi Tindakan terpecah atau sesuatu
terfragmentasi; disintegrasi.
Genotype Istilah yang dipakai untuk menyatakan
keadaan genetik dari suatu individu atau
sekumpulan individu populasi
Fenotipe Suatu karakteristik (baik struktural,
biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat
diamati dari suatu organisme yang diatur oleh
genotipe dan lingkungan serta interaksi
keduanya
Glamour Mewah yang berlebihan. Mahal juga yang
berlebihan
Transcendental Menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian
Idealisme Kualitas atau keadaan yang ideal
Individualisasi Tindakan individualistis; keadaan yang
individual; individuasi
Individualisme Paham yg menganggap manusia secara
pribadi perlu diperhatikan (kesanggupan dan
kebu-tuhannya tidak boleh disamaratakan);
(2) paham yg meng-hendaki kebebasan
berbuat dan menganut suatu kepercayaan
bagi setiap orang; paham yg mementingkan
hak per-seorangan di samping kepentingan
masyarakat atau negara; (3) paham yg
menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih
penting dp orang lain
Individualitas Keadaan atau sifat khusus sbg individu; (2)
ciri-ciri yg dimiliki seseorang yg
membedakannya dr orang lain; watak
kepribadian
Interdisipliner
Monodualis Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
Moralitas Sopan santun, segala sesuatu yg berhubungan
dng etiket atau adat sopan santun
Multidisipliner Berkaitan dng berbagai ilmu pengetahuan:
bidang forensik merupakan suatu telaah
Natur Alam semesta dan segala yg diciptakan oleh
Tuhan; alam beserta isinya
Norma Aturan atau ketentuan yg mengikat warga
kelompok dl masyarakat, dipakai sbg

viii
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah
laku yg sesuai dan berterima: setiap warga
masyarakat harus menaati -- yg berlaku;
Oriented
Perspektif Bagaimana benda terlihat di mata berdasarkan
atribut spasial ... dalam memilih opini,
kepercayaan, dan lain-lain
Realisme Paham atau ajaran yg selalu bertolak dr
kenyataan; (2) aliran kesenian yg berusaha
melukiskan (menceritakan sesuatu
sebagaimana kenyataannya)
Sosialisme

ix
BAHAN PEMBELAJARAN I
Pemahaman Dasar Tentang Ilmu Sosial
Budaya Dasar
A. Pendahuluan
Masalah budaya adalah segala sistem atau tata

nilai atau sikap mental, pola pikir, pola tingkah laku

dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan

bagi masyarakat secara keseluruhan, atau dapat

dikatakan bahwa masalah budaya adalah tata nilai yang

dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan yang

akan menyebabkan “ dehumanisasi “ atau terjadi

pengurungan terhadap seseorang. Masalah tersebut

mencakup berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya

merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya.

Ilmu sosial budaya dasar identik dengan Basic

Humanities. Humanities berasal dari kata latin Human

yang berarti manusiawi, yang berbudaya dan berbudi

halus (refined) diharap seseorang mempelajari Basic

Humanities tidaklah sama dengan the humanities


(pengetahuan budaya) yang menyangkut keahlian filsafat

dan seni; seni pahat, seni tari dan lain-lain.

Seperangkat konsep dasar ilmu sosial budaya dasar

tersebut secara interdisiplin digunakan sebagai alat bagi

pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan


1
berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian ilmu

sosial budaya dasar memberikan alternative sudut

pandang atas pemecahan masalah sosial budaya

dimasyarakat. Berdasarkan pemahaman yang diperoleh

dari kajian ilmu sosial budaya dasar, mahasiswa dapat

mengorientasikan diri untuk selanjutnya mampu

mengetahui ke arah mana pemecahan masalah harus

dilakukan.

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar lebih

bersifat interdisiplin atau multidisiplin, khususnya ilmu-

ilmu sosial dalam menghadapi masalah sosial.

pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar bersumber

dari dasar-dasar ilmu social dan budaya yang bersifat

terintegrasi. ilmu sosial budaya dasar digunakan untuk

mencari pemecahan masalah kemasyarakatan melalui

pendekatan interdisipliner atau multidisipliner ilmu-ilmu

sosial dan budaya. Sedangkan pendekatan dalam ilmu

sosial lebih bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan

sudut pandang dari ilmu sosial tersebut. Misalnya, ilmu

ekonomi melihat suatu masalah melalui prespektif

ekonomi serta pemecahan masalah pun dari sudut

pandang ekonomi pula.

Pendekatan dalam ilmu sosial budaya dasar akan

memperluas pandangan bahwa masalah social,


2
kemanusiaan, dan budaya dapat didekati dari berbagai

sudut pandang. Dengan wawasan ini pula maka

mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu

secara ketat. Sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup

mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakatan.

dewasa ini perkembangan sebuah masalah semakin

kompleks. Kajian atas suatu masalah membutuhkan

berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula

dengan solusi pemecahannya.

Ilmu sosial budaya dasar sebagai kajian masalah

social, kemanusiaan dan budaya, sekaligus pula member

dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu

sosial yang terintegrasi. Pendekatan yang mendalam

bersifat subject oriented di bebankan pada ilmu sosial

budaya dasar yang lebih bersifat teoritis, baik yang

menyangkut ruang lingkup, metode dan sistematikanya.

Demikian pula halnya dengan pendekatan dalam

ilmu-ilmu alam atau yang bersifat eksakta. Pendekatan

dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah

juga bersifat subject oriented. Mahasiswa yang

menekuni ilmu-ilmu eksakta akan mengkaji gejala alam

menurut sudut pandang ilmu mereka. Dengan diberikan

kajian ilmu sosial budaya dasar diharapkan dapat

3
member wawasan akan pentingnya pendekatan sosial

dan budaya dalam menangani masalah alam.

Misalnya, seorang sarjana teknik sipil dalam

upayanya membuat jembatan harus mempertimbangkan

aspek social dan budaya masyarakat dan sekitarnya. ia

semata-mata tidak boleh hanya mempertimbangkan

masalah teknis. Harus dipahami bahwa manusia tidak

lepas dari gejala alam dan kehidupan lingkungan. Alam

dan manusia akan saling mempengaruhi. Namun,

sebagai subjek kehidupan, manusia perlu

memperlakukan alam secara baik sehingga akan

memberikan manfaat bagi kesejahteraan hidupnya.

4
B. Uraiaan Bahan Pembelajaran
Defenisi Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Secara umum ISBD (Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya

Dasar) termasuk kelompok pengetahuan, yakni

mempelajari mengenai pengetahuan dasar dan

pengertian umum tentang konsep-konsep hubungan

antar manusia (sosial) dan budaya yg dikembangkan

untuk mengkaji masalah-masalah kemanusiaan, sosial,

dan budaya.

Ilmu sosial budaya dasar merupakan sebagai

integarasidari ISD dan IBD yang memberikan dasar-dasar

pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada

mahasiswa sehinggan mampu mengkaji masalah social,

kemanusian, dan budaya. Pendekatan Ilmu sosial budaya

dasar juga merupakan akan memperluas pandangan

bahwa masalah social, kemanusian, dan budaya dapat

didekati dari berbagai sudut pandang. Dengan wawasan

sehinggan mampu mengkaji sebuah masalah

kemasyarakat yang lebih kompleks,demikian pula

dengan solusi pemecahannya.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu

pengetahuan yang merupakan integrasi dari dua ilmu

lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan sosiologi

(sosio: sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang


5
merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial. Pengertian

lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang ilmu

pengetahuan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu

untuk menanggapi masalah-masalah sosial, sedangkan

ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk dalam

pengetahuan budaya, mengkaji masalah kemanusiaan

dan budaya.

Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial budaya

dasar merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat

memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum

tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk

mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan

kebudayaan. Istilah ilmu sosial budaya dasar

dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai

pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari

istilah bahasa Inggris “the Humanities”.

Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari

bahasa latin humanus yang artinya manusia, berbudaya

dan halus. Dengan mempelajari the humanities


diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi,

lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari

the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi

lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities


6
berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo

humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia

menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu

the humanities disamping tidak meninggalkan

tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asal mula

ilmu sosial dan budaya dasar, perlu diketahui

pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya

Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan

dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu;

Ilmu-ilmu Alamiah (natural scince). Ilmu-ilmu

alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan

yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal

ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan

menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-

keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan

suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian

digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi.

Ilmu-ilmu sosial (social scince). Ilmu-ilmu sosial

bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang

terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk

mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai

pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tetapi hasil pengkajian

ini lebih bersifat kualitatif, sebab hal ini menyangkut pola


7
perilaku dan tingkah laku manusia di masyarakat yang

cenderung berubah-ubah.

Pengetahuan budaya (the humanities) bertujuan

untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan

yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini

digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa

dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian

diberi arti.

Latar belakang diberikannya mata kuliah ilmu sosial

budaya dasar adalah selain melihat konteks budaya

Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di

Perguruan Tinggi, dalam rangka menyempurnakan

pembentukan sarjana. Latar belakang ilmu sosial budaya

dasar dalam konteks budaya, negara dan masyarakat

Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai

berikut:

1. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri

atas berbagai suku bangsa dengan segala

keanekaraman budaya yang tercermin dalam

berbagai aspek kebudayaannya, yang

biasanya tak lepas dari ikatan-ikatan

primordial, kesukuan dan kedaerahan.

2. Proses pembangunan yang sedang

berlangsung terus menerus menimbulkan


8
dampat positi dan dampak negative berupa

terjadinya pergeseran nilai budaya sehingga

dengan sendirinya mental manusiapun

terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari

pembenturan nilai budaya ini ialah timbulnya

konflik dalam kehidupan.

3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

menimbulkan perubahan kondisi kehidupan

manusia, menimbulkan konflik dengan tata

nilai budayanya, sehingga manusia bingung

terhadap kemajuan yang telah diciptakannya

itu. Hal ini merupakan sikap ambivalen

teknologi, yang disamping memberikan segi

positf, juga memiliki segi negatif.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the

humanities berkaitan dengan nilai-nilai yaitu nilai-nilai

manusia sebagai homo humanus atau manusia

berbudaya. Agar supaya manusia bisa menjadi

humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the

humanities disamping tidak meninggalkan

tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.

9
Manfaat Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Ilmu sosial budaya dasar (ISBD) merupakan

Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dengan

visi “Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia

terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami

keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang

dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan moral dalam

kehidupan bermasyarakat”. Adapun misinya adalah

“Memberikan landasan dan wawasan yang luas, serta

menumbuhkan sikap kritis, pekam dan arif pada

mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan,

dan kemartabatan manusia dalam kehidupan

bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang

beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya

dan lingkungannya”.

ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri

sendiri, melainkan suatu rangkaian pengetahuan

mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada

dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang

berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud

daripadanya. Selain itu, mata kuliah ini pada prinsipnya

sebagai pengatur dasar menuju pengenalan teori ilmu-

ilmu social dan kebudayaan sehingga diharapkan

mahasiswa dapat memiliki wawasan keilmuan yang


10
bersifat multidisipliner tentang keragaman, kesetaraan,

dan kemartabatan manusia dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.

Penyajian mata kuliah ilmu sosial budaya dasar

tidak lain merupakan usaha yang diharapkan

memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum

tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji

masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian,

mata kuliah ilmu sosial budaya dasar tidak untuk

mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang

termasuk didalam pengetahuan budaya, akan tetapi ilmu

budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha

mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara

memperluas wawasan pemikiran serta kemarnpuan

kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang

menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun

yang menyangkut dirinya sendiri.

Untuk menjangkau tujuan tersebut ilmu sosial

budaya dasar diharapkan dapat :

1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa

terhadap lingkungan budaya, sehingga

mereka mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang baru, terutama untuk

kepentingan profesi mereka.


11
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa

untuk memperluas pandangan mereka

tentang masalah kemánusiaan dan budaya

serta mengembangkan daya kritis mereka

terhadap persoalan-persoalan yang

menyangkut kedua hal tersebut.

3. Mengusahakan agar mahasiswa menjadi

calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli

dalam bidang disiplin masing-masing, tidak

jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan

pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini

terjadi karena ruang lingkup pendidikan kita

amat sempit dan condong membuat

manusia spesialis yang berpandangan kurang

luas. kedaerahan dan pengkotakan disiplin

ilmu yang ketat.

4. Mengusahakan wahana komunikasi para

akademisi agar mereka lebih mampu

berdialog satu dan yang lainnya. Dengan

memilki satu bekal yang sama, pars

akademisi diharapkan akan lebih lancar

dalam berkomunikasi.

12
Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Bertitik tolak dari tujuan yang telah ditentukan

diatas, dua masalah pokok dapat dipakai sebagi bahan

pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian

mata kuliah ilmu sosial budaya dasar. Kedua masalah

pokok ialah

1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya

merupakan ungkapan masalah kemanusiaan

dan budaya yang dapat didekati dengan

menggunakan pengetahuan budaya (The

Humanities), baik dari segi masing-masing

keahlian (disiplin) didalam pengetahuan

budaya, maupun secara gabungan (antar

bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan

budaya.

2. Hakekat manusia yang satu atau universal,

akan tetapi yang beraneka ragam

perwujudannya dalam kebudayaan masing-

masing jaman dan tempat.

Hubungan ilmu sosial budaya dasar dalam

kehidupan sehari-hari:

1. Minat dan kebiasaan menyelidiki apa-apa

yang terjadi disekitarnya dan diluar

lingkungannya.
13
2. Keberanian moral untuk mempertahankan

nilai-nilai yang dirasakan sudah dapat

diterimanya dengan penuh tanggung jawab

dan sebaliknya menolak nilai-nilai yang tidak

dapat dibenarkan.

14
C. Penutup
Ilmu sosial budaya dasar merupakan sebagai

integarasidari ISD dan IBD yang memberikan dasar-dasar

pengetahuan social dan konsep-konsep budaya kepada

mahasiswa sehinggan mampu mengkaji masalah

social,kemanusian,dan budaya. Pendekatan ilmu sosial

budaya dasar juga merupakan akan memperluas

pandangan bahwa masalah sosial, kemanusian,dan

budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang.

Dengan wawasan sehinggan mampu mengkaji sebuah

masalah kemasyarakat yang lebih kompleks,demikian

pula dengan solusi pemecahannya.

Visi ISBD sebagai berikut : “Mahasiswa selaku

individu dan mahluk sosial yang beradab memiliki


landasan pengetahuan, wawasan, serta keyakinan untuk
bersikap keritis, peka, dan arif dalam menghadapi
persoalan sosial dan budaya yang berkembang di
masyarakat”.
Sedangkan Misi ISBD adalah :

1. Memberikan pengetahuan dan wawasan

tentang keragaman, kesetaraan dan martabat

manusia sebagai individu dan mahluk sosial

dalam kehidupan masyarakat

15
2. Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika,

moral, hukum dan budaya sebagai landasan

untuk menghormati dan menghargai antara

sesame manusia sehingga akan terwujud

masyarakat yang tertib, teratur dan sejahtera

3. Memberikan dasar-dasar untuk memahami

masalah sosial dan budaya serta mampu

bersikap keritis, analitis, dan responsive untuk

memecahkan masalah tersebut secara arif di

masyarakat

Nursyid Sumaatmadja Mengatakan bahwa :

“Pendidikan umum mempersiapkan generasi muda


terlibat dalam kehidupan umum sehari-hari dalam
kelompok mereka, yang merupakan unsur kesatuan
budaya, berhubungan dengan seluruh kehidupan yang
memenuhi kepuasan dalam keluarga, pekerjaan, sebagai
warga negara, selaku umat yang terpadu serta penuh
dengan makna kehidupan”.
Sedangkan Philip H. Phenik mengemukakan

bahwa : “Pendidikan umum merupakan proses


pembangkitan makna-makna yang esensial yang
membimbing pelaksanaan hidup manusia melalui
perluasan dan pendalaman makna-makna tadi“
selanjutnya Phenik mengatakan Bahwa makna makna
16
esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan

budaya manusia meliputi enam pola, yaitu Simbolik,

Empirik, Estetik, Etik, dan Sinoptik. Jika dikaji secara

historis, studi sosial, dan studi kebudayaan memiliki

tujuan yang beragam, yaitu :

1. Mendidik mahasiswa menjadi ahli dibidang ilmu

2. Tujuannya menumbuhkan Warga Negara yang

baik

3. Kompromi antara pendapat pertama dan kedua

a. Ilmu sosial budaya dasar harus merupakan :

Simplifikasi dan distalasi dari berbagai disiplin

ilmu sosial dan budaya untuk kepentingan

pendidikan

b. Tujuannya merupakan “….a body of


predigested and organized knowledge,…
storehouse of knowledge, skills, specific
virtues, the presumed product of research in
the social sciences, to be transmitted to the
student.”
Bahan pelajaran harus merupakan sebagian dari

hasil penelitian ilmu-ilmu sosialvdan budaya yang dipilih

dan diramu sehingga cocok untuk program pendidikan

(Basic, 2014).

17
Latihan

1. Jelaskan pemahaman anda tentang konteks ilmu

sosial dan budaya?

2. Uraikan defenisi umum tentang ilmu sosial budaya

dasar?

3. Uraikan kebermanfaatan dalam mempelajari ilmu

sosial budaya dasar?

4. Berikan penjelasan tentang objek kajian dalam ilmu

sosial budaya dasar?

5. Jelaskan ruang lingkup dari ilmu sosial budaya

dasar?

18
BAHAN PEMBELAJARAN II
Manusia Sebagai Mahkluk Berbudaya,
Beretika, Dan Berestetika
A. Pendahuluan
Hakikat manusia harus dipandang secara utuh,

manusia merupakan makhluk tuhan yang paling

sempurna, karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki

harkat dan derajad yang tinggi. Harkat adalah nilai

sedangkan derajat adalah kedudukan. Pandangan

demikian berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini

oleh manusia sendiri. Contoh dalam ajaran agama islam

surah At-tin ayat 4 dikatakan ‘sesungguhnya kami (Allah)

telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya.

Karena manusia memiliki harkat dan derajat yang

tinggi maka manusia hendaknya mempertahankan hal

tersebut. Dalam upaya mempertahankan dan

meningkatkan hal tersebut, maka prinsip kemanusiaan

berbicara, prinsip kemanusiaan mangandung arti adanya

penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan

martabat manusia yang luhur itu, semua manusia adalah

luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan

perlakuannya hanya karea perbedaan suku, ras,

19
keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul dan

sebagainya.

Etika berasal dari bahasa yunani kuno ethikos

(“Yang berarti timbul kebiasaan“) untuk mempelajari

kualitas yang standart dan penilaian moral. Etika

diperlukan untuk mencari tahu apa yang seharusnya

dilakukan oleh manusia. Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar, salah baik buruk dan

tanggung jawab. Etika melihat dari sudut baik dan buruk

terhadap perbuatan manusia.

Menurut para ahli, etika adalah aturan perilaku,

adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara

sesamanya serta menegaskan yang baik dan yang buruk.

Berikut akan dipaparkan mengenai pengertian etika

berdasarkan pendapat para ahli.

- Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik dapat

diartikan sebagai pandangan manusia dalam

berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.

- Drs. Sidi Gajabla dalam sistematika filsafat

mengartikan etika sebagai teori tentang tingkah

laku, perbuatan manusia dipandang dari segi

baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan

oleh akal.

20
- Drs. H. Burhanudin Salam berpendapat bahwa

etika merupakan cabang filsafat yang berbicara

mengenai nilai dan norma yang menentukan

perilaku manusia dalam hidupnya.

- Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu

golongan atau masyarakat.

- Maryani dan Ludigdo, etika merupakan

seperangkat aturan, norma atau pedoman yang

mengatur perilaku manusia, baik yang harus

dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang

dianut oleh sekelompok masyarakat atau

profesi.

- Ahmad Amin mengungkapkan bahwa etika

memiki arti ilmu pengetahuan yang menjelaskan

arti baik atau buruk, menerangkan apa yang

seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan

tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam

perbuatan dan menunjukkan jalan untuk

melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh

manusia.

- Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika

sebagai filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-

nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan


21
keburukan di dalam hidup manusia terutama

mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang

merupakan pertimbangan dan perasaan sampai

mengenai tujuan dari bentuk perbuatan.

22
B. Uraiaan Bahan Pembelajaran
Filsafat Dan Hakikat Manusia

Pembahasan makna dari siapa manusia sebenarnya

telah lama berlangsung, namun sampai sekarang pun

tidak ada satu kesatuan dan kesepakatan pandangan

berbagai teori dan aliran pemikiran mengenai manusia

ini sendiri. Kadang kala studi tentang manusia ini tidak

utuh karena sudut pandangnya memang berbeda.

Antropologi fisik, misalnya, memandang manusia

hanya dari segi fisik-material semata, sementara

antropologi budaya mencoba meneliti manusia dari

aspek budaya. Sepertinya, manusia sendiri tak henti-

hentinya memikirkan dirinya sendiri dan mencari jawaban

akan apa, dari apa dan mau kemana manusia itu.

Agar dapat dipahami tentang hakekat manusia

secara utuh, ada beberapa pendapat atau pandangan

tentang manusia ini.

1. Aliran materialisme. Aliran ini memandang

manusia sebagai kumpulan dari organ tubuh,

zat kimia dan unsur biologis yang semuanya itu

terdiri dari zat dan materi. Manusia berasal dari

materi, makan,minum, memenuhi kebutuhan

fisik-biologis dan seksual dari materi dan

bilamana mati manusia akan terkapar dalam

23
tanah lalu diuraikan oleh benda renik hinggga

menjadi humus yang akan menyuburkan

tanaman, sedangkan tanaman akan dikonsumsi

manusia lain yang dapat memproduksi fertilitas

sperma, yang menjadi bibit untuk menghasikan

keturunan dan kelahiran anak manusia baru.

Dengan demikian bahwa aliran berpendapat

bahwa manusia itu berawal dari materi dan

berakhir menjadi materi kembali.

Orang yang berpandangan materiliastik tentang

manusia dapat berimplikasi pada gaya hidupnya

yang juga materiliastik, tujuan hidupnya tidak

lain demi materi dan kebahagian hidupnya pun

diukur dari seberapa banyak materi yang ia

kumpulkan. Gaya hidup ini tercermin dari

hidupnya yang glamour atau hura-hura dalam

menikmati hidupnya.

2. Aliran spiritualisme atau serba roh. Aliran ini

berpandangan hakekat manusia adalah roh atau

jiwa, sedang zat atau materi adalah manifestasi

dari roh atau jiwa. Aliran ini berpandangan

bahwa bahwa ruh lebih berharga lebih tinggi

nilainya dari materi.

24
Hal ini dapat kita perhatikan dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya seorang wanita atau pria

yang kita cintai kita tidak mau pisah dengannya.

Tetapi, kalau roh dari wanita atau pria tersebut

tidak ada pada badannya, berarti dia sudah

meninggal dunia, maka mau tidak mau harus

melepaskan dia untuk dikuburkan. Kecantikan,

kejelitaan, kemolekan, dan ketampanan yang

dimiliki oleh seorang wanita atau pria tak ada

artinya tanpa adanya roh.

Orang yang berpandangan dengan aliran ini,

dia isi hidupnya dengan penuh dimensi rohani,

pembersihan jiwa dari ketertarikan dengan

unsur materi miskipun dia harus hidup dengan

penderitaan dan hidup dengan kesederhanaan,

mereka tinggal dengan menyisihkan diri dari

masyarakat dan hidup dengan selalu beramal

ibadah.

3. Aliran Dualisme. Aliran ini menganggap bahwa

manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua

substansi, yaitu jasmani dan rohani, badan dan

roh. Kedua substansi ini masing-masing

merupakan unsur asal yang adanya tidak

tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak


25
berasal dari roh, juga sebaliknya roh tidak

berasal dari badan. Hanya dalam

perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad

dan roh yang berintegrasi membentuk manusia.

Antara keduanya terjalin hubungan sebab

akibat. Artinya anatara keduanya terjalin saling

mempengaruhi. Misalnya, orang yang cacat

jasmaninya akan berpengaruh pada

perkembangan jiwanya.

Begitu pula sebaliknya, orang yang jiwanya

cacat akan berpengaruh pada fisiknya. Paham

dualisme ini tidaklah otomatis identik dengan

pandangan Islam tentang manusia.

Menurut Murtadlo Munthahari, manusia adalah

makhluk serba dimensi (1992:125). Hal ini dapat dilihat

dari dimensi pertama, secara fisik manusia hampir sama

dengan hewan yang membutuhkan makan, minum,

istirahat dan menikah supaya ia dapat tumbuh dan

berkembang.

Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosi

yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan

dan menghindari kerugian. Dimensi ketiga, manusia

memiliki perhatian terhadap keindahan. Dimensi

keempat, manusia memiliki dorongan untuk menyembah


26
Tuhan. Dimensi kelima, manusia memiliki kemampuan

dan kekuatan yang berlipat ganda, karena ia dikarunia

akal, pikiran dan kehendak bebas, sehingga ia mampu

menahan hawa nafsu dan menciptakan keseimbangan

dalam hidupnya. Dimensi keenam, manusia mampu

mengenal dirinya (Assegaf, 2005: 57).

Pengertian Dan Defenisi Manusia

Berbicara tentang hakekat manusia membawa kita

berhadapan dengan pertanyaan sentral dan mendasar

tentang manusia, yakni apakah dan siapakah manusia

itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut telah banyak

upaya dilakukan, namun rupa-rupanya jawaban-jawaban

itu secara dialektis melahirkan pertanyaan baru, sehingga

upaya pemahaman manusia masih merupkan pokok

yang problematis. Dengan ungkapan lain, manusia masih

merupakan misteri bagi dirinya sendiri.

Informasi penting sekitar kemesterian manusia

dapat dilihat dalam buku berjudul Manusia, Sebuah

Misteri, karya dari Louis Leahy (1989). Dalam beberapa

sumber pustaka dapat ditemukan berbagai rumusan

tentang manusia. Manusia adalah makhluk yang pandai

27
bertanya, bahkan ia mempertanyakan dirinya sendiri,

keberadaannya dan dunia seluruhnya. Binatang tidak

mampu berbuat demikian dan itulah salah satu alasan

mengapa manusia menjulang tinggi di atas binatang.

Manusia yang bertanya tahu tentang

keberadaannya dan ia pun menyadari juga dirinya

sebagai penanya. Jadi, dia mencari dan dalam

pencariannya ia mengandaikan bahwa ada sesuatu yang

bisa ditemukan, yaitu kemungkinan-kemungkinannya,

termasuk kemampuannya mencari makna kehidupannya

(der Weij, 1991: 7-8)

Drijarkara dalam bukunya Filsafat Manusia (1969: 7)

mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

berhadapan dengan dirinya sendiri. Tidak hanya

berhadapan, tetapi juga menghadapi, dalam arti mirip

dengan menghadapi soal, menghadapi kesukaran dan

sebagainya. Jadi, dia melakukan, mengolah diri sendiri,

mengangkat dan merendahkan diri sendiri dan

sebagainya.

Dia bisa bersatu dengan dirinya sendiri, dia juga

bisa mengambil jarak dengan dirinya sendiri. Bersama

dengan itu, manusia juga makhluk yang berada dan

menghadapi alam kodrat. Dia merupakan kesatuan

dengan alam, tetapi juga berjarak dengannya. Dia bisa


28
memandangnya, bisa mempunyai pendapat-pendapat

terhadapnya, bisa merubah dan mengolahnya. Hewan

juga berada dalam alam, tetapi tidak berhadapan

dengan alam, tidak mempunyai distansi. Perhatikan

hewan, dia tidak bisa memperbaiki alam, tidak bisa

menyerang alam dengan teknik.

Lebih lanjut Drijarkara mengatakan bahwa manusia

itu selalu hidup dan merubah dirinya dalam arus situasi

konkrit. Dia tidak hanya berubah dalam tetapi juga

karena dirubah oleh situasi itu. Namun, dalam berubah-

ubah itu, dia tetap sendiri. Manusia selalu terlibat dalam

situasi, situasi itu berubah dan merubah manusia.

Dengan ini dia menyejarah. Ilmu-ilmu kemanusiaan

termasuk ilmu filsafat telah mencoba menjawab

pertanyaan mendasar tentang manusia itu, sehingga

dapat dibayangkan betapa banyak rumusan pengertian

tentang manusia.

Selain yang telah disebutkan di atas, beberapa

rumusan atau definisi lain tentang manusia adalah

sebagai berikut: homo sapiens, homo faber, homo

economicus, dan homo religiosus. Dengan ungkapan

yang berbeda kita mengenal definisi tentang manusia, di

antaranya, manusia sebagai: animal rationale, animal

symbolicum dan animal educandum.


29
Banyaknya definisi tentang manusia, membuktikan

bahwa manusia adalah makhluk multi dimensional,

manusia memiliki banyak wajah. Lalu, wajah yang

manakah yang mau kita ikuti? Apakah wajah manusia

menurut kacamata seorang biolog? Apakah wajah

manusia menurut kacamata seorang psikolog? Apakah

wajah manusia menurut kacamata seorang antropolog?

Atau yang lainnya? (Poespowardojo, 1978: 3).

Menurut Notonagoro, manusia adalah makhluk

monopluralis, maksudnya makhluk yang memiliki banyak

unsur kodrat (plural), tetapi merupakan satu kesatuan

yang utuh (mono). Jadi, manusia terdiri dari banyak

unsur kodrat yang merupakan satu kesatuan yang utuh.

Tetapi dilihat dari segi kedudukannya, susunannya, dan

sifatnya masing-masing bersifat monodualis. Riciannya

sebagai berikut: dilihat dari kedudukan kodratnya

manusia adalah makhluk monodualis: terdiri dari dua

unsur (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan (mono),

yakni sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus

sebagai makhluk Tuhan

Dilihat dari susunan kodratnya, manusia sebagai

makhluk monodualis, maksudnya terdiri dari dua unsur

yakni unsur raga dan unsur jiwa (dualis), tetapi

merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Dilihat dari


30
sifat kodratnya, manusia juga sebagai makhluk

monodualis, yakni terdiri dari unsur individual dan unsur

sosial (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh

(mono). Secara keseluruhan, manusia adalah makhluk

monopluralis seperti disebutkan di depan.

Konsep Makhluk Berbudaya

Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing-

masing, dan masing-masing manusia tersebut

mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan

yang ada pada masyarakat, dan suatu kompleks aktivitas

serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat,

serta benda-benda hasil karya manusia

(Koentjaraningrat, 1990 : 186 - 187).

Wujud dari kebudayaan yang diungkapkan

tersebut terdapat juga di dalam sistem religi

(kepercayaan) yang ada pada setiap masyarakat, dan

juga merupakan kenyataan hidup dari masyarakat yang

tidak dapat dipisahkan.

Kebudayaan dan adat istiadat yang dimiliki oleh

masyarakat merupakan alat pengatur dan memberi

arahan kepada setiap tindakan, prilaku dan karya

manusia yang menghasilkan benda-benda kebudayaan.


31
Kebudayaan yang ada pada masyarakat juga

mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan juga

cara berpikir dari setiap masyarakat.

Manusia adalah makhluk berbudaya dan budaya

manusia penuh dengan simbol, sehingga dapat

dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai

dengan simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau

paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola yang

mendasarkan diri kepada simbol atau lambang. Simbol

merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang

terkandung sebuah makna yang dapat menjelaskan

kebudayaan dari manusia.

Geertz ( 1992 ) berpendapat bahwa, hal-hal yang

berhubungan dengan simbol yang dikenal oleh

masyarakat yang bersangkutan sehingga untuk

mengetahui kebudayaan dari masyarakat dapat dilihat

dari simbol yang mereka gunakan, dan makna harus

dicari dalam fenomena budaya. Sehingga untuk

memahami makna yang terdapat di dalam simbol, harus

mengetahui terlebih dahulu tentang pengetahuan dan

pemahaman dari masyarakat mengenai simbol - simbol

kebudayan yang mereka wujudkan di dalam tingkah laku

dan perbuatannya.

32
Manusia pada dasarnya hidup sebagai makhluk

budaya yang memiliki akal, budi dan daya untuk dapat

membuahkan suatu gagasan dan hasil karya yang

berupa seni, moral, hukum, kepercayaan yang terus

dilakukan dan pada akhirnya membentuk suatu

kebiasaan atau adat istiadat yang kemudian

diakumulasikan dan ditransmisikan secara sosial atau

kemasyarakatan.

Akal: kemampuan pikir manusia sebagai kodrat

alami yang dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan

operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi

kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Fungsi

akal adalah untuk berfikir, kemampuan berfikir manusia


mempunyai fungsi mengingat kembali apa yang telah

diketahui sebagai tugas dasarnya untuk memecahkan

masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku Budi :

akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan.

Budi diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan

perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala

sesuatu

Konsep Etika Dan Estetika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari

kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan


33
bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai

atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan

penilaian moral.

St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi)

menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis

(practical philosophy). Etika dimulai bila manusia

merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-

pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan

kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak

jarang berbeda dengan pendapat orang lain (Bertens,

2000). Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari

tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai

perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika

memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam

melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu

ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah

laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu

lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika

memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika

melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan

manusia.

Burhanuddin Salam (1987:1), menyebutkan bahwa

etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara


34
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan

perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang

filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis

dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral

tersebut serta permasalahan -permasalahan yang timbul

dalam kaitannya dengan nilai dan norma moral tersebut.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai

nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud

dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara

pribadi maupun sebagai kelompok.

Seorang akademisi dan rohaniwan Magnis Suseno

mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan

sebuah ajaran. Yang memberi kita norma tentang

bagaimana kita harus hidup adalah moralitas. Sedangkan

etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma

atau ajaran moral tersebut at au kita juga bisa

mengatakan bahwa moralitas adalah petunjuk konkret

yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup.

Sedangkan etika adalah perwujudan dan

pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral

yang siap pakai. Keduanya mempunyai fungsi yang sama,

yaitu memberi kita orientasi bagaimana dan ke mana kita

harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya

moralitas langsung mengatakan kepada kita; inilah


35
caranya anda harus melangkah. Sedangkan etika harus

mempersoalkan; apakah saya harus melangkah dengan

cara itu dan mengapa harus dengan cara itu? (Salam,

1987: 2).

Etika bermaksud membantu manusia untuk

bertindak secara bebas dan dapat

dipertanggungjawabkan, karena setiap tindakannya

selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan

selalu bersedia untuk mempertanggungjawabankan

tindakannya itu, karena memang ada alasan-alasan dan

pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia

betindak begitu.

Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia

menjalankan hidupnya melalui rangkaian tindakan

sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk

mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam

menjalani hidup. Etika pada akhirnya membantu kita

untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang

patut dilakukan. Oleh karena itu etika merupakan bagian

dari wujud pokok budaya yang pertama yaitu gagasan

atau sistem ide. Menyangkut masalah budaya atau

kebudayaan di sini, bukan berarti budaya dalam arti yang

sempit, yang hanya bergerak dalam tataran seni (art)

seperti seni tari, seni rupa, seni pahat, seni suara, seni
36
suara atupun seni drama. Namun menyangkut tentang

hal ikhwal terkait dengan hajad hidup manusia sebagai

makhluk sosial.

Eksistensi Manusia Modern

Dua teori besar mengenai munculnya manusia

modern mendominasi perdebatan dalam bidang ini,

yaitu: Out of Africa (OA) dan Multiregional Evolution

Model (MRE). OA berbasis pada data paleontologi dan


bukti-bukti genetika.

Data paleontologi terutama dikembangkan oleh

Stringer dan Bräuer dengan teori Recent African Origin;

dan African Hybridization and Replacement . Kedua teori

ini menyatakan bahwa manusia modern muncul pertama

kali di Afrika sekitar 130.000 tahun yang lalu dan

kemudian tersebar dari Afrika ke seluruh bumi. African

Hybridization and Replacement model menekankan


bahwa kemungkinan ada hibridisasi antara populasi yang

bermigrasi dengan populasi asli. Sedangkan Recent

37
African Origin model menekankan adanya replacement
dari populasi yang bermigrasi dari Afrika terhadap

populasi di luar Afrika, dengan atau tanpa hibridisasi

antara kelompok populasi ini.

Pemikiran dasar dari Weidenreich dan

pengembangan hipotesis dari Polycentric Model ini

kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi dasar dari

teori Multiregional Evolution Model yang menurut para

pendukung teori MRE adalah merup akan sebuah

penjelasan pola evolusi manusia modern pada masa

Pleistosin.

Inti dari MRE adalah proses gradual yang terus

menerus di berbagai wilayah dimulai dari keluarnya

Homo erectus dari Afrika pada masa Pleistosin bawah


sampai tengah. Kemapanan dan kestabilan populasi lokal

tertampak dari karakteristik morfologi masing-masing

wilayah dan kemudian berkembang secara suksesif

melalui tahapan-tahapan evolusi menuju manusia

modern.

Secara garis besar MRE mendasarkan pada

karakteristik anatomi yang muncul dan yang

mengindikasikan kontinuitas genetik dari populasi pra

modern ( archaic Homo sapiens) ke populasi modern

(anatomically Homo sapiens) di seluruh dunia. Proses


38
dari evolusi yang bersifat multiregional ini meliputi dua

tahap yang berbeda:

1. Terbentuknya dan tertatanya populasi politipis

awal. Pada tahap ini morfologi antar wilayah

mulai menjadi berbeda -beda pada daerah

periferi sebagai konsekuensi dari proses

kolonisasi yang membatasi variasi morfologi

antar wilayah periferi, hal ini terutama

disebabkan oleh drift atau bottleneck (Frayer,

1993).

2. Kestabilan pola yang kontras antara geografi

pusat dan periferi dalam jangka waktu yang

lama.

Perbedaan morfologi antar wilayah distabilkan

melalui keseimbangan antara (1) pertukaran genetik yang

seringkali (tapi tidak selalu) berasal dari pusat menuju ke

periferi; (2) seleksi (untuk beberapa karakter) dan drift

yang lebih intens di wilayah periferi (Frayer, 1993).

Berdasarkan analisis morfologi pada fosil dar i Afrika

dan Eropa, Bräuer (1982) mengajukan teori Afro-

European-sapiens hypothesis atau yang disebut juga


African hybridization and replacement model. Dalam
teorinya Bräuer menyatakan bahwa sedikitnya ada proses

evolusi secara gradual dari awal sampai pada akhir


39
archaic Homo sapiens yang pada akhirnya mengarah
pada kemunculan awal dari anatomically modern Homo

sapiens di Afrika pada akhir masa Pleistosin tengah dan


Pleistosin atas.

Studi tentang kemunculan populasi modern Eropa,

Bräuer mengatakan bahwa anatomically modern Homo

sapiens dari Afrika bermigrasi ke Eropa melalui Timur


Tengah. Populasi pendatang dari Afrika ini kemudian

semakin berkembang dan bertambah banyak serta

menggantikan/menghapuskan populasi Neandertal yang

telah hidup terlebih dulu di Eropa.

Lebih jauh Bräuer menduga bahwa periode

penggantian ini berlangsung ribuan tahun. Dalam masa

ini diduga telah terjadi hibridisasi dalam derajat yang

berbeda-beda (Bräuer, 1984). Dengan kata lain Bräuer

menerima adanya hibridisasi antara populasi pendatang

dan populasi asli. Pendapat Bräuer ini didukung oleh

data genetik dari Krings (1997).

40
C. Penutup
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya
dan beretika tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia juga akan mulai berpikir tentang
bagaimana caranya menggunakan hewan atau binatang
untuk lebih memudahkan kerja manusia dan menambah
hasil usahannya dalam kaitannya untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari.
Manusia sangat mempunyai hasrat yang tinggi
apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain.
Hasrat untuk selalu menambah hasil usahanya guna
mempermudah lagi perjuangan hidupnya menimbulkan
perekonomian dalam lingkungan kerja sama yang
teratur. Hasrat disertai rasa keindahan menimbulkan
kesenian. Hasrat akan mengatur kedudukannya dalam
alam sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga
alam yang beraneka ragam bentuknya dan gaib,
menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat
manusia yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu
disekitarnya menimbulkan ilmu pengetahuan.
41
Latihan

1. Apa yang dimaksudkan dengan eksistensi manusia

modern?

2. Jelaskan konsep etika dan estetika?

3. Jelaskan tentang konsep mahkluk berbudaya?

4. Berikan penjelasan tentang pengertian dan defenisi


manusia?
5. Filsafat Dan Hakikat Manusia?

42
BAHAN PEMBELAJARAN III
Hakikat Manusia Sebagai Individu Dan
Mahkluk Sosial, Dinamika Dan Dilema
Interaksi Sosial

A. Pendahuluan
Unsur-unsur hakikat manusia terdiri darihal-hal

berikut :

1. Susunan kodrat manusia terdiri atas raga dan jiwa

2. Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan social

3. Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri

dan makhluk Tuhan.

Hakikat manusia adalah sebagai hamba dan

khalifah Allah di bumi yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:

jasmani (pisik, nafsu), akal (rasio), dan rohani (psikis, roh).

Sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba dan

khalifah Allah di bumi, maka manusia merupakan:

makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir dalam

kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan

bantuan dari orang lain, makhluk yang memiliki

kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi,

makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu,

makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa,

makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan,

makhluk sosial yang mampu bekerja sama, makhluk yang


43
mampu mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, makhluk yang hidup atas dasar prinsip-prinsip

ekonomi, makhluk yang beragama, makhluk rasional

yang bebas bertindak berdasarkan alasan moral, makhluk

dengan kontrak sosial untuk menghargai dan menjaga

hak orang lain.

Ubermensch Nietzsce adalah manusia unggul yang


selalu siap menghadapi segala tantangan kehidupannya,

selalu mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapai

tujuan menjadi manusia yang berkuasa. Unsur-unsur

yang harus ada dalam diri manusia unggul adalah energi,

intelek, dan kebanggaan diri (kehormatan). Ketiga unsur

tersebut harus berjalan serasi bersama-sama agar

tercipta suatu kekuatan. Karena dengan memiliki

kekuatan dan kebajikan, maka manusia akan mampu

terus melangsungkan kehidupannya untuk berjaya dan

menang.

Manusia unggul hanya dapat tercipta melalui

aristokrasi, yaitu kekuasaan harus berada di bawah

tangan para bangsawan, sehingga harus ada keberanian

dan kesiapan untuk dikorbankan. Keberanian dan

kesiapan untuk dikorbankan tercipta karena proses

seleksi oleh manusia melalui pendidikan untuk

meningkatkan derajat dan keagungannya. Superiorman


44
Kong Fu Tse adalah manusia harus menjadi manusia

budiman, yaitu manusia yang memiliki norma-norma

ideal di dalam kehidupannya. Ada empat aspek yang

menjadi inti dari manusia budiman yaitu kemanusiaan,

pribadi ideal, pola yang benar, dan memerintah dengan

sikap moral yang baik. Manusia harus banyak berbuat

dan sedikit berbicara, sehingga tidak pernah putus asa

apabila mengalami kegagalan. Insan Kamil al-Jilli adalah

manusia sempurna sebagai manusia baru yang mampu

bertahan dan abadi sebagai bayangan Tuhan yang

mempunyai sifat dan bentuk ketuhanan dengan dua

dimensi, yaitu dimensi kanan (aspek lahir) dan dimensi

kiri (aspek batin dan mutlak).

Tahapan yang harus dilewati untuk mencapai

manusia sempurna adalah mubtadi (manusia disinari

nama Tuhan), mutawasit (manusia disinari sifat Tuhan),

ma’rifat (manusia disinari zat Tuhan), dan mencapai

maqam khatam (insan kamil). Jalan untuk mencapai Insan

Kamil adalah dengan pengamalan Islam, iman, shalah,

ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.

45
B. Uraiaan Bahan Pembelajaran
Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan
Sosial
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur

jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga

dan jiwa. Seorang individu adalah perpaduan antara

faktor genotype dan fenotipe. Faktor genotype adalah

faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan

faktor keturunan dibawa individu sejak lahir.

Kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu

yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi

biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir

dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap

pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental

psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari

lingkungan.

Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial

karena beberapa alasan, yaitu:

1. Manusia tunduk pada norma sosial, aturan

2. Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari

orang lain

3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi

dengan orang lain

46
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup

di tengah-tengah manusia

- Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial

karena:

- Manusia tunduk pada aturan dan norma

sosial

- Perilaku manusia mengharapkan suatu

penilaian dari orang lain

- Manusia memiliki kebutuhan untuk

berinteraksi dengan orang lain

- Potensi manusia akan berkembang bila

berada di tengah-tengah masyarakat

Cooley memberi nama looking glass-self untuk

melihat bahwa seseorang dipengaruhi oleh orang lain.

Cooley berpendapat bahwa looking glass-self terbentuk

melalui 3 tahap. Pada tahap pertama seseorang

mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain

terhadapnya. Pada tahapan berikutnya seseorang

mempunya persepsi mengenai penilaian orang lain

terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang

mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya

sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.

Menurut George Herbert Mead, pada tahap

pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar


47
mengambil peranan orang-orang yang berada di

sekitarnya. Peranan orang dewasa lain dengan siapa ia

sering berinteraksi.

Game stage, seorang anak tidak hanya telah

mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi

telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan

oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contoh dari

Mead, ialah keadaan sebuah pertandingan: seseorang

anak yang bermain dalam suatu pertandingan tidak

hanya mengetahui apa yang diharapakan orang lain

darinya, tetapi juga apa yang diharapkan dari orang lain

yang ikut bermain.

Pada tahap ketiga Sosialisasi, seseorang dianggap

telah mampu mengambil peranan-peranan yang

dijalankan orang lain dalam masyarakat mampu

mengambil peranan generalized others.

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam

bahasa inggris in salah satunya mengandung pengertian

tidak, sedangkan devide artinya terbagi. Menurut

pendapat Dr. A Lysen individu berasal dari bahasa latin

individum, yang artinya tak terbagi. Manusia lahir


merupakan mahkluk individual yang makna tidak terbagi

atau tidak terpisah antara jiwa dan raga.

48
Individu dalam tingkah laku menurut pola

pribadinya memiliki tiga kemungkinan;

1. Menyimpang dari norma kolektif kehilangan

individualitasnya

2. Takluk terhadap kolektif

3. Mempengaruhi masyarakat

Dalam sebuah massa manusia cenderung

menyingkirkan individualitasnya karena tingka lakuknya

adalah hampir identik dengan tingkah laku massa

bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat dicirikan,

apabila manusia dalam tindakan-tindakannya menjurus

kepada kepentingan pribadi maka disebut manusia

sebagai makhluk individu, sebaliknya apabila tindakan-

tindakannya merupakan hubungan dengan manusia-

manusia lainnya, maka manusia itu dikatakan mahkluk

sosial.

Pengalaman menunjukan bahwa jika seseorang

pengabdiannya kepada diri sendiri besar, maka

pengabdiannya kepada masyarakat kecil. Sebaliknya jika

seseorang pengabdianya kepada diri sendiri kecil, maka

pengabdiannya kepada masyarakat besar. Dengan

demikian dapatlah dikatakan bahwa yang dapat

meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang

sampai ia adalah dirinya sendiri, disebut sebagai proses


49
individualias, atau kadang-kadang juga diberi nama

proses aktualisasi diri.

Dalam perkembangannya, manusia sebagai

mahkluk individu tidak bermakna kesatuan jiwa dan raga,

tetapi akan menjadi yang khas dengan corak

kepribadiannya. Pertumbuhan dan perkembangan

individu dipengaruhi beberapa faktor.

Mengenal hal tersebut ada tiga pandangan yaitu:

a. Pandangan nativistik menyatakan bahwa

pertumbuhan individu semata-mata ditentukan

atas dasar faktor dari dalam individu sendiri,

seperti bakat dan potensi, termasuk pula

hubungan atau kemiripan dengan orang

tuanya. Missal, jika ayahnya seniman maka

sang anak akan menjadi seniman pula

b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa

pertumbuhan individu semata-mata didasarkan

atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang

akan mmentukan pertumbuhan seseorang.

Pandangan ini bertolak belakang dengan

pandangan nativistik.

c. Pandangan konvergensi yang menyatakan

bahwa pertumbuhan individu yang dipengaruhi

oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat


50
anak merupakan potensi yang harus

disesuaikan dengan ciptakannya lingkungan

yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara

optimal. Pandangan ini berupaya

menggabungkan kedua pandangan

sebelumnya.

Sebagai mahkluk individu manusia juga tidak

mampu hidup sendiri, artinya manusia juga harus hidup

bermasyarakat. Adapun yang menyebabkan manusia

selalu bermasyarakat antara lain Karena adanya

dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri

manusia, misalnya;

1. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan

minum

2. Hasrat untuk membela diri

3. Hasrat untuk mengadakan keturunan

Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang

dinyatakan untuk mempunyai dua keinginan pokok,

yaitu:

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia

di sekelilingnya

2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana

alam sekelilingnya

51
Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan
Sosial
Sebagai mahkluk individu manusia berperan untuk

mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

1. Menjaga dan mempertahankan harkat dan


martabatnya
2. Mengupaya terpenuhinya hak-hak dasarnya
sebagai manusia
3. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi
jasmani maupun rohani
4. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri
demi kesejahteraan hidupnya.
Peranan manusia sebagai mahkluk sosial, manusia-

manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan

pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan

(interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial

untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Kebutuhan

untuk berteman dengan orang lain, sering kali didasari

atas kesamaan ciri atau kepentingannya masing-masing.

Misalnya, orang kaya cenderung berteman lagi dengan

orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis,

cenderung untuk mencari teman sesama artis lagi.

Dengan demikian, akan terbentuk kelompok-kelompok

sosial dalam masyarakat yang didasari oleh kesamaan

ciri atau kepentingan.

52
Dinamika Interaksi Sosial

Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi

sosial yang dapat juga dinamakan prose ssosial, karena

interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya

aktivitas-aktivitas sosial. Faktor-faktor yang mendasari

berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:

1. Faktor imitasi

2. Faktor sugesti

3. Faktor identifikasi

4. Faktor simpati

Dua macam proses sosial yang timbul sebagai

akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

a) Proses asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk

khusus, yaitu akomodatif, asimilasi, dan

akulturasi.

b) Proses disosiatif, mencakup persaingan yang

meliputi“contravention” dan pertentangan-

pertikaian

Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu,

yang dapat diketahui bahwa manusia memilki harkat dan

martabat yang mempunyai hak-hak dasar, dimana setiap

manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap

manusia memiliki kepentingan untuk memenuhi

kebutuhan dirinya.
53
Sebagai makhluk individu manusai berperan untuk

mengwujudkan hal-hal sebagai berikut :

1. Menjaga dan mempertahankan harkat dan

martabatnya

2. Mengupaya terpenuhinya hak-hak dasarnya

sebagai manusia

3. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi

jasmani maupun rohani

4. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri

demi kesejahteraan hidupnya.

Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial.

Artinya akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan

orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia terhadap

norma-norma sosial yang tumbuh sebagai patokan

dalam bertingkah laku manusia dalam kelompok,norma-

norma yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Norma agama atau religi, yaitu norma yang

bersumber dari Tuhan untuk umat-Nya

2. Norma kesusilaan atau moral, yaitu yang

bersumber dari hati nurani manusia untuk

mengajakan kebaikan dan menjahui keburukan

3. Norma Kesopanan atau adat, yaitu yang

bersumber dari masyarakat atau dari lingkungan

masyarakat yang bersangkutan


54
4. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat

masyarakat secara resmi yang pemerlakuannya

dapat dipaksa

Berdasarkan hal diatas. maka manusia sebagai

makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi sebagai

berikut :

1. Kesadaran akan ketidakberdayaan bila manusia

seorang diri

2. Kesadaran untuk senatiasa dan harus

berinteraksi dengan orang lain

3. Penghargaan akan hak-hak orang lain

4. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial

menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai

berikut :

1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau

kelompok

2. Membentuk kelompok-kelompok sosial

3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai

pengaturan tata tertib kehidupan kelompok

Tindakan oleh Max Weber diartikan sebagai

perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi

pelakunya (the subjective meaning of action). Maksudnya

adalah bahwa makna yang sebenarnya dari suatu


55
tindakan hanya diketahui dengan benar oleh pelakunya

(aktor) sendiri. Misalnya si A, seorang pemuda, menyanyi

di kamar mandi. Apa makna tindakan A tersebut, apakah

sekedar iseng, belajar bernyanyi ataukah agar didengar

oleh si B gadis tetangga yang kepadanya si A menaruh

perhatian? Orang lain, bapaknya, ibunya, kakaknya,

adiknya atau tetangga si pemuda A tadi dapat

memberikan penafsirannya masing-masing berdasarkan

pengalaman dan pengetahuannya yang saling berbeda

atas tindakan si A. Tetapi makna yang sebenarnya dari

tindakan tadi benar-benar hanya diketahui oleh si A.

Pernyataan seorang ahli sosiologi bernama Peter L.

Berger bahwa dalam hidup ini kenyataan yang sering

dihadapi adalah bahwa “things are not what they seem”,

bahwa segala sesuatu sering tidak seperti yang terlihat,

kiranya dapat lebih menjelaskan apa yang dimaksud oleh

Max Weber.

Apabila dilihat dari orientasinya, tindakan dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Tindakan non-sosial, yakni tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh seseorang tetapi tidak

diorientasikan kepada pihak lain. Sebagai

contoh: seseorang yang sedang memandangi

56
potret dirinya atau seseorang berdiam diri di

kamar pribadinya sambil merenungi nasibnya.

2. Tindakan sosial, yakni tindakan-tindakan yang

oleh pelakunya diorientasikan kepada pihak lain.

Sebagai contoh: seseorang menyapa teman

yang lewat di depan rumahnya atau seorang

murid berbicara dengan gurunya.

Gillin dan Gillin membedakan interaksi sosial ke

dalam dua bentuk, yaitu:

1. Bentuk interaksi sosial asosiatif, meliputi

berbagai macam bentuk kerjasama, akomodasi

dan asimilasi

2. Bentuk interaksi sosial disosiatif, meliputi

berbagai macam bentuk konflik, kompetisi dan

kontravensi.

Kimball Young mengemukakan bentuk-bentuk

interaksi sosial sebagai berikut:

1. Oposisi, yaitu proses yang meliputi persaingan,

pertikaian dan pertentangan

2. Koperasi atau kerjasama yang menghasilkan

akomodasi

3. Diferensiasi, yakni kecenderungan ke arah

perkembangan sosial yang berlawanan,

57
misalnya pembedaan ciri-ciri biologis, sosial,

ekonomi dan kultural

Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Interaksi sosial dapat berpola:

(a) individu dengan individu,

(b) individu dengan kelompok, dan

(c) kelompok dengan kelompok

2. Interaksi dapat berlangsung sebagai proses

positif (asosiatif) maupun negative (disosiatif),

namun ada kecenderungan interaksi

berlangsung positif.

3. Hubungan dalam interaksi sosial dapat

berlangsung dalam tingkat dangkal ataupun

tingkat dalam

4. Interaksi sosial menghasilkan penyesuaian diri

bagi para pelakunya

5. Interaksi sosial berpedoman kepada kaidah-

kaidah dan norma-norma yang berlaku.

Sehubungan dengan hal ini, perlu diidentifikasi

bentuk interaksi sosial yang cenderung berlangsung

positif dan berkesinambungan. Interaksi yang demikian

penting artinya dalam pembentukan lembaga, kelompok

dan organisasi sosial, yaitu interaksi sosial yang memiliki

ciri:
58
- didasarkan kepada kebutuhan yang nyata

- memperhatikan efektifitas

- memperhatikan efisiensi

- menyesuaikan diri kepada kebenaran dan

kaidah-kaidah yang berlaku

- tidak bersifat memaksa baik secara fisik dan

mental

Dilema Antara Kepentingan Individu Dan


Kepentingan Masyarakat

Dilema antara kepentingan individu dan

kenpentingan masyarakat adalah pertanyaan yang

dihadapi oleh manusia, dikala manakah yang harus

diutamakan.

1. Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal pada konsep dasar

ontologis bahwa manusia pada hakikatnya

adalah makhluk individu yang bebas.

Pandangan invidualisme berpendapat bahwa

kepentingan invidulah yang harus diutamakan.

Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi

liberalisme yang dari kata liber adalah sebagai

berikut :

59
a. Penjaminan hak milik perorangan,yaitu hak

pribadi tidak berlaku hak milik berfungsi

sosial

b. Mementingkan diri sendiri, yaitu membiarkan

orang lain untuk melakukan aktivitas

c. Pemberian kebebasan pada individu

d. Persaingan bebas untuk mencapai

kepentingannya masing-masing

2. Pandangan sosialisme

Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan

masyarkatlah yang diutamakan. Karena

masyarakat merupakan entitas yang besar dan

berdiri sendiri dimana individu-individu itu

berada.

Sosialisme merupakan mementingkan

masyarakat secara keseluruhan dan merupakan

paham yang mengharapkan terbentuknya

masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan

sejahtera bebas dari penguasa individu atas hak

milik dan alat-alat produksi.

60
C. Penutup
Status atau kedudukan sosial adalah tempat, posisi

atau kedudukan individu di dalam struktur sosial

kelompok atau masyarakat. Individu yang status

sosialnya berbeda akan memiliki hak-hak, tanggung

jawab dan kewajiban-kewajiban yang berbeda pula.

Dalam hubungannya dengan tindakan dan

interaksi sosial, ternyata dijumpai cara-cara bertindak dan

berinteraksi sosial yang berbeda di antara orang-orang

yang kedudukan sosialnya berbeda.

Ada tiga macam peran sosial:

1) Peran ideal, yaitu peran yang digagas,

dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat

terhadap orang-orang dengan status tertentu.

2) Peran dipersepsikan, yaitu peran yang

dilaksanakan dalam situasi tertentu.

3) Peran dilaksanakan, yaitu peran yang secara

nyata dilaksanakan oleh seseorang atau

sekelompok orang.

Dapat terjadi peran yang dilaksanakan tidak sama

dengan peran ideal. Dalam pelaksanaan peran-peran

sosialnya, seseorang dapat mengalami apa yang disebut

sebagai konflik status dan konflik peran. Konflik status

adalah pertentangan di antara status-status yang


61
disandang oleh seseorang ketika suatu interaksi sosial

berlangsung yang disebabkan oleh adanya perbedaan

kepentingan di antara status-status tersebut.

Hal ini dapat terjadi karena dalam kenyataannya

seseorang akan sekaligus menyandang berbagai macam

status sosial. Ketika suatu interaksi sosial berlangsung,

terdapat status aktif, yaitu status yang berfungsi ketika

sebuah interaksi sosial berlangsung, dan ada status laten,

yakni status yang tidak berfungsi ketika sebuah interaksi

sosial berlangsung

62
Latihan

1. Apa yang dimaksudkan dengan Dilema Antara

Kepentingan Individu Dan Kepentingan

Masyarakat?

2. Dinamika interaksi sosial?

3. Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan

Sosial?

4. Berikan penjelasan mengapa manusia dapat

dikatakan sebagai makhluk sosial ?

5. Jelaskan tentang hakikat manusia sebagai makhluk

individu dan sosial?

63
BAHAN PEMBELAJARAN IV
Konsep-Konsep Hubungan Antara Manusia
Dan Pandangan Hidup

A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu

melakukan hubungan sosial dengan individu lain atau

kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang

terjadi antar individu maupun antar kelompok tersebut

juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi

antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami

dalam kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu

pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga

akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat,

keadaan inilah yang dinamakan proses sosial.

Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat

tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar,

karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai

macam karakteristik. Demikian pula halnya dengan

interaksi sosial atau hubungan sosial yang merupakan

wujud dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman

hubungan sosial itu tampak nyata dalam struktur sosial

masyarakat yang majemuk, contohnya seperti Indonesia.

64
Keragaman hubungan sosial dalam suatu

masyarakat bisa terjadi karena masing-masing suku

bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,

bahkan dalam satu suku bangsa pun memiliki

perbedaan. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada itu

adalah suatugejala sosial yang wajar dalam kehidupan

sosial. Berdasarkan hal itulah maka didapatkan suatu

pengertian tentang keragaman hubungan sosial, yang

merupakan suatu pergaulan hidup manusia dari berbagai

tipe kelompok yang terbentuk melalui interaksi sosial

yang berbeda dalam kehidupan masyarakat.

Keragaman hubungan sosial dapat menimbulkan

ketidakharmonisan, pertentangan, pertikaian antarsuku

bangsa maupun intern suku bangsa. Jika keselarasan

tidak ditanamkan sejak dini, terutama dalam masyarakat

majemuk seperti Indonesia yang memiliki keragaman

hubungan sosial, maka dampak negatif tersebut akan

menjadi kenyataan. Sebaliknya jika keselarasan dipupuk

terutama dalam masyarakat majemuk, maka dampak

negatif tersebut tidak akan terjadi, bahkan keragaman

kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan menjadi

suatu aset budaya yang tak ternilai harganya (Pratiwi,

2012).

65
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Konsep Manusia Indonesia

Bangsa Indonesia telah mengalami perubahan

yang sangat radikal di segala lini kehidupan. Baik dalam

dimensi politik, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya.

Keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara

seakan-akan terputus dengan sejarah masa lalu, dimana

nilai-nilai ideologi bangsa, sosial, budaya, dan nilai-nilai

agama kurang mendapatkan perhatian yang selayaknya,

kebinekaan dalam kesatuan mulai memudar, dan

pembangunan spiritual serta material belum mencapai

tujuan yang diinginkan karena berjalan tersendat-sendat.

Meminjam istilah Endang Sumantri, bangsa Indonesia

mengalami masa-masa discontinue, unlinier, dan

unpredictable (setneg.go.id).
Membicarakan manusia Indonesia berarti

membicarakan masyarakat Indonesia. Gambaran umum

masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau

pluralistis. Kemajemukan masyarakat dapat dilihat dari

segi horizontal seperti perbedaan etnis, bahasa daerah,

agama, dan geografis maupun dari segi vertikal, seperti

perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi dan tingkat

sosial budaya (Usman Pelly & Asih Menanti, 1994: 13).

66
Manusia Indonesia yang diinginkan adalah manusia

seutuhnya yaitu manusia yang dididik untuk mencapai

keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup

manusia sebagai pribadi, makhluk sosial, dalam

hubungan manusia dengan masyarakat, sesama manusia,

dengan alam, dan dengan Tuhannya dalam mengejar

kemajuan dan kebahagiaan rohaniah.

Faktor manusia menjadi ujung tombak mencegah

keterpurukan bangsa negara. Sumber daya manusia

adalah kunci sehingga perlu dipersiapkan secara

terstruktur dan terencana. Repotnya pengembangan

kompetensi dan karakter manusia Indonesia kurang

mendapat perhatian serius, tidak hanya tecermin dalam

penganggaran, tetapi juga dalam pengembangan praksis

pendidikan.

Banyak dari kalangan ilmuwan dan budayawan

Indonesia yang mengenali sisi-sisi negatif manusia

Indonesia, diantaranya uraian ”manusia Indonesia”-nya

Mochtar Lubis dan ”mental menerabas”-nya

Koentjaraningrat.

Melihat fenomena kehidupan masyarakat Indonesia

yang jauh dari citacita pembangunan Indonesia, Muchtar

Lubis secara lisan pada tahun 1977, menyebut enam ciri

manusia Indonesia. Meliputi hipokrit alias munafik (1),


67
enggan bertanggung jawab atas perbuatan dan

keputusannya (2), berjiwa feudal (3), percaya takhayul (4),

artistik (5), dan berwatak lemah (6). Ketika tahun 1982

Mochtar Lubis diminta merefleksikan kembali ”manusia

Indonesia”, dengan tegas ia mengatakan tidak ada

perubahan, semakin parah. Andaikan permintaan itu

disampaikan kembali, di saat Mochtar Lubis sudah tiada

(meninggal 2 Juli 2004), niscaya ia menangis di alam

baka.

Koentjaraningrat (2004: 37-38) menyatakan,

manusia Indonesia mengidap mentalitas yang lemah,

yaitu konsepsi atau pandangan dan sikap mental

terhadap lingkungan yang sudah lama mengendap

dalam alam pikiran masyarakat, karena terpengaruh atau

bersumber kepada sistem nilai budaya (culture value

system) sejak beberapa generasi yang lalu, dan yang


baru timbul sejak zaman revolusi yang tidak bersumber

dari sistem nilai budaya pribumi. Artinya, kelemahan

mentalitas manusia Indonesia diakibatkan oleh dua hal

yaitu karena sistem nilai budaya negatif yang berasal dari

bangsa sendiri dan dari luar akibat dari penjajahan

bangsa lain.

Koentjaraningrat (2004: 45) memperinci kelemahan

mentalitas manusia Indonesia, diantaranya: (1) sifat


68
mentalitas yang meremehkan mutu; (2) sifat mentalitas

yang suka menerabas; (3) sifat tak percaya kepada diri

sendiri; (4) sifat tak berdisiplin murni; (5) sifat mentalitas

yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.

Mansyur Semma (2008) mengutip pendapat

Samuel P. Huntington tentang kondisi masyarakat yang

mempersubur korupsi. Korupsi cenderung meningkat

dalam periode pertumbuhan dan demokratisasi yang

cepat karena perubahan nilai dan sumber-sumber baru

kekayaan dan kekuasaan.

Ryan Sugiarto (2009: 11-13) memperinci watak

negatif manusia Indonesia dengan mengemukakan 55

kebiasaan kecil yang menghancurkan bangsa. Walaupun

demikian kita yakin bahwa masih banyak diantara

manusia Indonesia yang memiliki kebiasaan positif atau

memiliki karakter yang baik. Namun, menurut Myrdal

kondisi yang demikian sesungguhnya tidak bisa

dikembalikan kepada ciri-ciri jelek yang alamiah yang ada

pada bangsabangsa itu, melainkan pada struktur tempat

mereka berada. Kelemahan itu bukan disebabkan oleh

inherent evil character straits of their peoples, melainkan


merupakan hasil dari sejarah yang cukup panjang

(Satjipto Rahardjo, 1986: 67).

69
Koentjaraningrat, mengakui akan pengaruh

dekolonisasi dan penjajahan Belanda telah

menjungkirbalikan tatanan dan tata kerja yang mapan

untuk digantikan oleh sesuatu yang belum jelas kaidah

dan strukturnya dan sebagai akibatnya terjadilah

kemunduran-kemunduran dalam prestasi orang

Indonesia pasca revolusi, dan hal tersebut yang dapat

melemahkan mentalitas bangsa Indonesia (2004: 44).

Muchtar Lubis juga mengiyakan bahwa ciri-ciri manusia

Indonesia yang telah dipaparkan di atas disebabkan oleh

struktur yang mencekam, yaitu karena adanya

pemerintahan orde baru yang represif dan otoriter

(Lubis, 1992).

Pandangan Hidup Dalam Perkembangan


Masyarakat
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu

bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau

mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Di

dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang

dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu,

pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh

suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh

individu, kelompok, atau bangsa.

70
Jika suatu bangsa tidak mempunyai pandangan

hidup maka bangsa tersebut akan mudah dikendalikan

oleh bangsa lain, mudah goyah, kehilangan jati diri dan

akhirnya sulit untuk menjadi bangsa dan negera yang

besar. Dengan pandangan hidup, seorang manusia,

sebuah bangsa dan atau negara mempunyai serangkaian

visi dan misi yang ingin dicapai dalam kehidupan, tidak

mudah goyah dan mempunyai prinsip ingin mewujudkan

pandangan hidupnya. Dengan demikian, pandangan

hidup adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh

suatu bangsa, yang diyakini kebenarannya dan

menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk

mewujudkannya.

Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan suatu

masyarakat adalah hasil prakarsa dan aktivitas budi daya

manusia. Dalam pergumulan yang demikian tidak dapat

dihindari adanya hubungan yang bersifat timbal balik

dan saling mempengaruhi. Sehingga menjadi suatu

keniscayaan bahwa satu faktor akan dipengaruhi dan

mempengaruhi faktor-faktor lain yang ada di sekitarnya.

Dengan demikian, perkembangan dan pertumbuhan

dalam suatu masyarakat merupakan suatu dinamika

yang harus terjadi, dan biasanya dinamika yang ada

bukan hanya dipengaruhi oleh satu faktor tertentu saja


71
melainkan banyak faktor. Faktor tersebut dapat berupa

kehidupan psikologis, faktor yang bersifat lahiriah

ataupun yang bersifat batiniah.

Alfian (1980: 17) menegaskan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi pola fikir dan tingkah laku

seseorang atau masyarakat bahkan akan menjadi kunci

yang menentukan dinamika kemampuannya serta

mempengaruhi aspek kehidupannya adalah sikap

mental.

Dari pandangan Alfian tentang sikap mental ini

ternyata lebih menjurus pada sikap hidup dan bukan

pandangan hidup. Tentang sikap hidup dan pandangan

hidup De Jong menjelaskan bahwa “sikap hidup tidak

identik dengan pandangan hidup”. “Orang yang

berlainan pandangan mereka tentang Tuhan, dunia dan

manusia dalam prakteknya dapat memperlihatkan sikap

hidup yang sama”. Lebih lanjut dikatakan De Jong bahwa

“sikap hidup tidak hanya berhubungan dengan agama

yang dianut oleh seseorang, melainkan juga bahkan

mungkin dengan adat dan latar belakang

kebudayaannya, bahkan dengan watak bangsanya (1976:

9).

pendapat atau pertimbangan yang dijadikan

pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia


72
berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan

tempat hidupnya. Pandangan hidup yang berasal dari

agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak

kebenarannya. Pandangan hidup yang berupa Ideologi,

yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang

terdapat pada negara tersebut. Pandangan hidup hasil

renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif

kebenarannya.

Hubungan Manusia Dalam Realitas Masyarakat

Kimball Young dan Raymond W. Mack

mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan kunci

dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial

tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Soekanto,

2001: 67.)

Lebih lanjut John J. Macionis (Macionis. 2008:144)

menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu

proses dimana individu bertingkah laku dan bereaksi

dalam hubungan dengan individu lain. Berdasarkan

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

adalah suatu hubungan timbal-balik antara dua atau

lebih individu manusia, di mana ide, pandangan dan

tingkah laku individu yang satu saling mempengaruhi,

73
mengubah atau memperbaiki individu yang lain, atau

sebaliknya.

Rumusan ini dengan tepat menggambarkan

kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua

manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut

dapat berlangsung antara individu dengan individu,

antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok

dengan kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

Interaksi sosial adalah dasar proses sosial,

pengertian tersebut menunjuk pada hubungan-

hubungan sosial yang dinamis. Atau dengan perkataan

lain, proses sosial merupakan cara-cara berhubungan

dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilihat apabila

orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia

saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-

bentuk hubungan tersebut (Soekanto, 2001: 67).

Maka apabila ada dua orang bertemu, interaksi

sosial pun dimulai ketika mereka saling mengucapkan

salam, berjabat tangan, saling berbicara, atau mungkin

terjadi pertengkaran satu sama lain. Aktivitas-aktivitas

semacam itu merupakan contoh dari bentuk-bentuk

interaksi sosial.

Soleman B. Taneko menambahkan ciri-ciri

interaksi sosial antara lain: (1) adanya dua orang pelaku


74
atau lebih, (2) adanya hubungan timbal balik antar

pelaku, (3) proses diawali dengan adanya kontak sosial,

baik secara langsung (kontak sosial primer), maupun

secara tidak langsung (kontak sosial sekunder), (4)

adanya dimensi waktu (lampau, sekarang, dan akan

datang) yang menentukan sifat hubungan timbal balik

yang sedang berlangsung, dan (5) adanya tujuan dari

masing-masing pelaku (Taneko. 1984: 10).

Model Pegangan Hidup Dalam Bermasyarakat

Pemikiran, sebagai hasil aktivitas akal, menempati

posisi yang sangat penting dan menentukan bagi

kehidupan manusia dan bahkan bagi kelangsungan

kehidupan di bumi pada umumnya. Hasil pemikiran,

yang berisi nilai-nilai, dapat digunakan manusia untuk

menentukan arah dan corak kehidupannya, selain itu

hasil pemikiran juga dapat membantu manusia untuk

bertahan hidup menyesuaikan diri dengan alam dan

mengatasi keterbatasan alamiahnya sehingga manusia

mendapatkan kemudahan dalam memenuhi

kebutuhannya. Hasil kegiatan berpikir manusia ini pada

dasarnya dapat dikelompokkan pada dua model (widdah,

2012).

75
Model pertama; adalah pemikiran yang berkaitan

dengan masalah sistem nilai, atau norma-norma tata

kehidupan manusia, dan model kedua; adalah pemikiran

yang berkaitan dengan pengetahuan-pengetahuan

teknis dan bersifat mekanistik. Model pertama

melahirkan suatu pengetahuan tentang pandangan

hidup manusia (hukum-hukum tidak tertulis masyarakat

seperti adat istiadat dan sebagainya) dan undang-

undang formal atau hukum tertulis yang, secara

langsung maupun tidak, mengatur manusia dalam

menjalani kehidupan, baik kehidupan individual maupun

sosialnya.

Model kedua dari hasil kegiatan berpikir manusia

melahirkan suatu pengetahuan teknologikyang secara

lebih nyata telah menampakkan diri dalam bentuk

penemuanpenemuan peralatan teknologi dalam segala

bidang kehidupan, mulai dari peralatan rumah tangga,

alat-alat kedokteran termasuk di dalamnya obatobatan,

peralatan kantor, konstruksi bangunan, dan sebagainya

hingga peralatan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan bahkan peralatan yang

dapat berakibat pada kehancuran kehidupan manusia itu

sendiri.

76
Selanjutnya hasil pemikiran manusia model

pertama dalam perkembangan sejarahnya, secara sadar

atau tidak, telah pula mengikat manusia hingga

terbelenggu dalam suatu pola hidup (life style), dan

pandangan hidup tertentu yang pada gilirannya

kemudian berpengaruh pada “tindakan-tindakan” yang

dilakukannya baik secara perorangan maupun tindakan

kolektif masyarakatnya.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tindakan-

tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok pada

dasarnya merupakan gambaran dan manifestasi dari pola

pikir (thought style)nya.

Pola Pemikiran (Thought Style) Akal, sebagai

potensi berpikir, yang dimiliki oleh manusia telah

menjadikannya berbeda dari makhluk lain. Manusia tidak

hanya menjadi bagian dari alam, dan hidup diantara

makhluk lain di bumi, akan tetapi, dengan kemampuan

berpikirnya, manusia mampu menyadari kehidupannya,

sehingga ia mampu mengarahkan proses hidupnya dan

tidak hanyut dalam proses kehidupan alamiahnya

semata. Dengan akalnya manusia berupaya memahami

alamnya, memahami makna kehidupannya dan makna

keberadaanya diantara benda-benda alam dan makhluk

hidup selain dirinya.


77
Dengan pemikiran dan pemahamannya tentang

alam, kehidupan dan makna keberadaan dirinya tersebut,

manusia memiliki konsep-konsep tentang nilai-nilai dan

pandangan dunia. Dengan pikirannya manusia memiliki

thought style.
Idealisme dan Realisme, pertama, adalah suatu

pandangan filsafat yang mengatakan bahwa hakikat yang

ada ini bukanlah terletak pada alam yang tampak dan

bisa diraba (alam empirik), karena alam empirik ini adalah

merupakan manifestasi atau ekspresi dari suatu

“keberadaan” yang abadi dan absolut, yang bersifat

spiritual (Nelson B. Henry, Ed. 1962; 139-140).

Jadi realitas hakiki bagi aliran ini adalah realitas

yang berada “di luar” realitas empirik, yang oleh Plato

disebut dengan istilah idea (alam idea) yang abadi dan

tidak mengalami perubahan.

Berbeda dengan idealisme, realisme (Aristoteles)

memandang bahwa hakikat yang ada adalah alam yang

tampak ini, yang jamak dan beraneka ragam. Dengan

kata lain bahwa alam empirik adalah real adanya (Titus,

1984; 328-331), ia bukan bayang-bayang atau hanya

sebuah manifestasi seperti yang dikatakan Plato.

Aristoteles menolak “idea transendental” dari Plato

dengan alasan bahwa : 1. Konsep “idea” sangat abstrak,


78
sehingga sulit untuk dihubungkan dengan realitas

empirik. 2. Konsep “idea” sifat statis dan kekal, karena itu

tidak dapat digunakan untuk menerangkan gerak dan

perubahan yang terjadi pada benda-benda indifidual

yang konkrit. 3. Bahwa “idea” adalah tiruan atau kopi dari

benda dan bukan sebab dari bendanya. 4. “Idea” tidak

lebih dari reduplikasi, tiruan yang tidak ada gunanya, dan

tidak menerangkan sesuatu apapun terhadap bendanya.

5. Tidak menjadi jelas dengan mengatakan apa yang

dimaksud bahwa sesuatu itu adalah tiruan atau kopi dari

“idea”. 6. Apabila kita mencari hubungan antara “idea”

dan benda, maka berarti kita terjun ke dalam regresi

yang tidak akan berakhir atau tidak terbatas. 7. Teori

“idea” benar-benar memisahkan hakikat atau bentuk dari

suatu benda dari bendanya itu sendiri (Ali Saifullah, tt; 81-

82).

79
C. Penutup
Manusia memandang dan menyikapi apa yang

terdapat dalam alam semesta bersumber dari beberapa

faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu

boleh jadi berasal dari kebudayaan, filsafat, agama,

kepercayaan, tatanilai masyarakat atau lainnya. Luasnya

pandangan manusia tergantung pada faktor dominan

yang mempengaruhinya. Cara pandang yang bersumber

pada kebudayaan yang memiliki akan terbatas pada

bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan itu, begitu

juga dengan cara pandang yang berasal dari agama dan

kepercayaan akan mencakup bidang-bidang yang

menjadi bagian konsep kepercayaan agama tersebut.

Ada yang hanya terbatas pada kekinian, dunia fisik, dan

yang menjangkau dunia metafisika atau alam diluar

kehidupan dunia.

80
Latihan

1. Berikan penjelasan tentang hubungan antar

manusia?

2. Jelaskan hubungan manusia dalam realitas

masyarakat?

3. Jelaskan mengenai pegangan hidup dalam

bermasyarakat?

4. Jelaskan Konsep manusia Indonesia?

5. Jelaskan pemikiran Kimball Young dan Raymond

W. Mack yang terkait interaksi sosial merupakan

kunci dari semua kehidupan sosial?

81
BAHAN PEMBELAJARAN V
Dinamika Peradaban Global

A. Pendahuluan
Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan

kebudayaan. Kebudayaan pada hakikatnya adalah hasil

cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kemampuan cipta (akal) manusia

menghasilkan ilmu pengetahuan. Kemampuan rasa

manusia melalui alat-alat indranya menghasilkan

beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian.

Sedangkan karsa manusia menghendaki kesempurnaan

hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga

menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk

memenuhi kebutuhannya.

Pendapat tentang hakikat manusia sangat

beragam, tergantung pada sudut pandang masing-

masing. Ada beberapa konsep tentang makna manusia,

antara lain homo sapiens yaitu makhluk yang memiliki

akal budi, animal rational yaitu makhluk yang memiliki

kemampuan berpikir, homo laquen yaitu makhluk yang

mempunyai kemampuan berbahasa, homo faber atau

homor toolmaking animal yaitu makhluk yang mampu


membuat perangkat peralatan (Jalaluddin 2011:77).

82
Pembahasan tentang manusia sangat beragam dan

tidak henti-hentinya, hal ini disebabkan oleh perbedaan

sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing

orang. Beberapa di antara telah memandang manusia

sebagai makhluk yang mampu berpikir, makhluk yang

memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan

makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan

untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan

kehidupannya.

Socrates (470-399 SM) mengungkapkan hakikat

manusia ialah ia ingin tahu dan untuk itu harus ada

orang yang membantunya. Kewajiban setiap orang untuk

mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ingin

mengetahui hal-hal di luar dirinya (Tafsir 2010:8-9).

Manusia menurut Socrates adalah makhluk yang

selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, baik tentang

manusia itu sendiri maupun tentang hal yang ada di luar

dirinya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk

memenuhi keingintahuan manusia tersebut, yaitu harus

ada bantuan dari orang lain dan harus mengetahui

dirinya sendiri terlebih dahulu.

Menurut Plato (meninggal tahu 347 SM) bahwa

hakikat manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu roh, nafsu,

dan rasio (Tafsir 2010:10-11). Berbeda dengan Socrates,


83
Plato memandang bahwa ada tiga unsur dalam diri

manusia, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Manusia menjalani

kehidupannya menggunakan roh dan nafsu. Roh sebagai

simbol kebaikan dan nafsu sebagai simbol keburukan,

penggunaan keduanya dikendalikan oleh rasio sebagai

pengontrol.

Rene Descartes (1596-1650) mengungkapkan

tentang posisi sentral akal (rasio) sebagai esensi (hakikat)

manusia (Tafsir 2010:12). Akal memegang peran penting

dalam hakikat manusia, sehingga dikatakannya bahwa

akal memiliki posisi sentral.

Menurut Thomas Hobbes (1588-1629) bahwa salah

satu hakikat manusia adalah keberadaan kontrak sosial,

yaitu setiap orang harus menghargai dan menjaga hak

orang lain (Tafsir 2010:12-13). Hakikat manusia adalah

manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan

keberadaan kontrak sosial di dalamnya. Manusia tidak

dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri,

oleh karena itu harus ada saling menghargai antar

sesama dan saling menjaga hak-hak orang lain. Dua hal

ini diperlukan untuk menjaga keharmonisan hidup

manusia.

Jhon Locke (1623-1704) mengatakan bahwa

manusia dilahirkan laksana kertas bersih, kemudian diisi


84
dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam

hidupnya (Tafsir 2010:13). Manusia terlahir dalam keadaan

yang tidak punya daya apapun yang diibaratkan sebagai

kertas bersih. Ketidakberdayaan tersebut membutuhkan

bantuan orang lain untuk memberikan pengalaman-

pengalaman dalam kehidupannya.

Menurut Immanuel Kant (1724-1804) bahwa

manusia adalah makhluk rasional yang bebas bertindak

berdasarkan alasan moral, manusia bertindak bukan

hanya untuk kepentingan diri sendiri (Tafsir 2010:13-14).

Hampir sama dengan Descartes, Kant mendefinisikan

manusia sebagai makhluk rasional yang mengandalkan

rasio. Akan tetapi Kant menambahkan peran moral

dalam penggunaan rasio tersebut, sehingga manusia

dituntut untuk berbuat bukan hanya untuk

kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memperhatikan

kepentingan orang lain di dalamnya.

85
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Manusia Sebagai Mahkluk Beradab Dan
Masyarakat Adab
Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil

kebudayaan manusia yang sifatnya fisik, seperti barang,

bangunan, dan benda-benda. Kebudayaan merupakan

keseluruhan dari budi daya manusia, baik cipta, karsa,

dan rasa. Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk

beraberdab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi

untuk berlaku sopan, berahlak dan berbudi pekerti yang

luhur menuju pada prilaku pada manui.

Manusia beradab adalah manusia yang bisa

menyelaraskan antara, cipata, rasa, dan karsa. Kaelan

(2002) menyatakan manusia yang beradab adalah

manusia yang mampu melaksanakan hakikatnya sebagai

manusia (monopluraris secara optimal) Manusia adalah

makhluk yang beradab sebab dianugrahi harkat,

martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi.

Konsep masyarakat adab berasal dari konsep civil

society, dari asal kata cociety civilis. Istilah masyarakat

adab dikenal dengan kata lain masyarakat sipil,

masyarakat warga, atau masyarakat madani.

Pada mulanya, civil society berasal dari dunia barat.

Adalah dato anwar Ibrahim (mantan wakil perdana

86
mentri malaysia) yang pertama kali memperkenalkan

istilah masyarakat madani sebagai istilah lain dari civil

society. Nurcholish madjid mengindonesiakan civil

society (inggris) dengan masyarakat madani. Oleh

banyak kalangan, istilah civil society dapat diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia dengan berbagai istilh antara

lain :

1. Civil society diterjemah dengan istilah masyrakat

sipil, civil artinya sipil sedangkan society artinya

masyarakat.

2. Civil society diterjemahkan dengan masyarkat

beradap atau keberadaban, ini merupakan

terjemahan dari civilizet(beradab) dan society

(masyarakat) sebagai lawan dari masyarakat

yang tidak beradab(uncivilzet society)

3. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat

madani. Kata madani merujuk pada kata

madinah, kota tempat kelahiran nabi muhamad

saw. Madinah berasal dari kata madaniyah yang

berati peradaban

4. Berkaitan dengan nomor 3, Civil society

diartikatikan masyarakat kota. Dal ini dikarnakan

madinah adalah sebuah negara kota (city-state)

yang mengigakan kita kepada polis dizaman


87
yunani kuno . masyarakat kota sebagai model

masyarakat beradab.

5. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat

warga atau kewarganegaraan. Masyarakat disini

adalah pengelompokan masyarakat yang

bersifat otonom dari negaa

Nurcholis majid menyebut masyarakat madani

sebagai masyarakat yang berkadaban memiliki ciri-ciri,

antara lain egalitarianisme, menghargai prestasi,

keterbukaan, penegakan hukum dan keadilan. Toleransi

dan pluralisme, serta keterbukaan dan penegakan hukum

dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta musyawarah.

Muhamad A.S. Hikam (1990) didalam bukunya

demokrasi dan civil society memberikan defenisi civil

society sebagai wilayah kehidupan sosial yang

terorganisasi dan bercirikan antaralain bersukarelaan

(Voluntari), keswasembedaan (self generating),

keswadayaan (self sporting), kemandirian yang tinggi

berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan

norma atau nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

88
Evolusi Budaya Dan Wujud Peradaban Dalam
Kehidupan Sosial Budaya
Kebudayaan itu telah mengalami proses

perkembangan secara bertahap dan berkeseimbangan

yang kita konsepkan sebagai evolusi kebudayaan. Evolusi

kebudayan ini berlangsung sesuai dengan

perkembangan budidaya atau akal pikitan dalam

menghadapi tantangan hidup dari waktu atau kewaktu.

Masa dalam kehidupan manusia dapat kita bagi

dua, yaitu masa prasejarah (masa sebelum manusia

mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan

masa sejarak (masa manusia telah mengenal tulisan). Ada

dua produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam

zaman prasejarah, yaitu

1. Penemuan roda untuk transportasi

Pada mulanya, roda hanya digunakan untuk

mengangkat barang berat diatas batang

pohom.

2. Bahasa

Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara

untuk menyampaikan pikiran seseorang kepada

orang lain. Mengenai masa prasejarah ini, ada

dua pendekatan untuk membagi zaman

prasejah, yaitu

89
a. Pendekatan berdasarkan hasil teknologi,

terdiri dari zaman batu tua (palaeolitikum),

zaman batu tengah/ madya (mesolitikum),

dan zaman batu baru.

b. Pendekatan berdasarkan model sosial

ekonomi atau mata pencaharian hidup yang

terdiri atas :

1. Masa berburu dan mengumpulkan

makanan,meliputi masa berburu

sederhana (tradisi Paleolit) dan masa

berburu tingkat lanjut ( tradisi

Epipaleolitik).

2. Masa bercocok tanam, meliputi tradisi

Neolitik dan megalitik.

3. Masa kemahiran teknik atau perundingan,

meliputi tradisi smituang perunggu dan

tradisi smituang besi.

Pendapat lain membagi periode praperadaban

manusia kedalam empat bagian, yaitu prapalaeolitik,

palaeolitik,neolitik dan era perunggu. Manusia tidak lagi

sekedar homo yang hanya menginginkan makanan.

Manusia berkembang dari homo menjadi human karena

kebudayaan dan peradaban yang diciptakan.

90
Sedangkan untuk sejarah kebudayaan di Indonesia,

R.Soekmono (1973), membagi menjadi empat masa yaitu

1. Zaman prasejarah, yaitu sejak permulaan

adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-

kira abad ke-5 Masehi.

2. Zaman purba, yaitu sejak datangnya pengaruh

India pada abad pertama Masehi sampai dngan

runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi.

3. Zaman madya, yaitu sejak datangnya pengaruh

islam menjelang akhir kerajaan Majapahit

sampai dengan akhir abad ke-19.

4. Zaman baru / Modern, yaitu sejak masuknya

anasir Barat ( Eropa) dan teknik Moder kira-kira

tahun 1900 sampai sekarang.

Perdaban merupakan tahapan dari evolusi budaya

yang telah berjalan bertahap dan berkesinambungan,

memperlihatkan kerakter yang khas pada tahab tersebut,

yang dicirikan oleh kualitas tertentu dari unsur budaya

yang menonjol, meliputi tingkat ilmu pengatahuan, seni,

teknologi, dan spiritualitas yang tinggi. Lahirnya

peradaban barat di Eropa dimulai dengan adanya

revolusi pemikiran. Masyarakat adab ingin keluar dari

abad gelap (dark age) mulai renaissance. Melalui revolusi


91
pemikiran inilah lahir sains dan teknologi. Penemuan

lompas maknetik menyebabkan kapal laut dapat

melintasi lautan atlantik dan akhirnya menemukan

amerika.

Peradaban kuno di lembah sungai nil tidak hanya

menghasilkan kemajuan dibidang teknologi, tetapi jaga

bidang sosial, misalnya dalam mata pencaharian hidup.

Hasil pertanian mesir adalah gandum, sekoi atau jamaut,

dan selai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras

seperti jagung.

Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana

transportasi perdagangan. Banyak perahu-prahu

dagang yang melintasi sungai Nil. Masyarakat Mesir

mula-mula mambuat kalender bulan berdasarkan siklus

(peredaran) bulan selama 29 ½ hari. Mereka menghitung

1 thn 12 bulan, 1 bulan sebanyak 30 hari dan lamanya

setahun adalah 365 hari, yaiutu 12 x 30 lalu ditambahkan

5 hari. Penghitungan ini sama dengan kelander yang kita

gunakan sekarang yang disebut tahun syamsiah (sistem

solar).

Sedangkan dalam hal budaya tulis, masyarakat

mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut hieroglif

bentuk gambar. Tulisan hieroglif ditemukan didinding

piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Tulisan


92
hieroglif berkembang menjadi lebih sederhana yang

kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotik.

Demotik adalah tulisan rakyat yang digunakan untuk

urusan keduniyawian, misalnya jual beli. Secara

kebetulan, pada waktu napaleon menyerbu mesir pada

tahun 1799, salah satu anggota pasukannya menemuka

sebuah batu besar bewarna hitam didaerah rosetta. Batu

itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta yang memuat

inskripsi dan tiga bahasa.

Pada tahun 1822, J.F. champollion telah

menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta dengan

membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan

yaitu hierogrif, demotik dan yunaini. Orang yang ahli

membuat peralatan logam disebut undagi. Huruf yang

dipakai dalam prasasti yang ditemukan sejak tahun 400

m adalah huruf pallawan dalam bahasa sansekerta.

Dinamika Peradaban Global


Awal tahun 1990-an, dunia menyaksikan

keruntuhan Uni Soviet, yang menjadi ancaman utama

sistem demokrasi liberal. Keruntuhan itu menandai

berakhirnya sistem politik satu partai yang dikembangkan

sejak Vladimir Lenin berkuasa dan pernah mengalami

masa kejayaannya. Sementara itu, negara-negara Dunia

93
Ketiga, baik karena tekanan International Monetary Fund

(IMF) atau World Bank, opini dunia, maupun tekanan-

tekanan internal menjadi semakin berorientasi ke arah

sistem demokrasi dan pasar bebas.

Globalisasi dapat dipahami sebagai perubahan-

perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial yang

berkombinasi dengan pembentukan kesalinghubungan

regional dan global yang unik, yang lebih ekstensif dan

intensif dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang

menantang dan membentuk kembali komunitas politik,

dan secara spesifik negara modern.

Perubahan-perubahan ini melibatkan sejumlah

perkembangan yang dapat dipikirkan sebagai sesuatu

yang mendalam, terjadi di waktu sekarang, dan

melibatkan suatu transformasi struktural. Perubahan yang

dimaksud di antaranya adalah rezim hak asasi manusia,

yang memastikan bahwa kedaulatan nasional tidak dapat

menjamin legitimasi suatu negara dalam hukum

internasional; pergeseran lingkungan, dalam bentuk

pemanasan global akibat kebocoran lapisan ozon;

revolusi di bidang komunikasi dan teknologi informasi

yang semakin memperluas jangkauan dan intensitas

semua alat jaringan sosiopolitik dalam dan lintas batas

teritorial negara bangsa; dan deregulasi pasar-pasar


94
kapital yang semakin memperkuat kekuasaan kapital

dengan memberinya sejumlah pilihan untuk keluar (exit)

dalam hubungannya dengan buruh dan negara

(Winarno, 2013).

Menurut arnold y. toynbee seorang sejarawan asal

Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori

challenge and respons. Peradaban itu lahir sebagai


respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap

daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukan, dan

mengola alam sebagai tantangan (chalenge) guna

mencakup kebutuhan dan melestarikan kelangsungan

hidupnya.

Alvin toffler menganalisis agar meningkatkan

efesiensi dan pembaharuan dan peradaban masyarakat

akibat majunya ilmu dan teknologi. Dalam bukunya the

third wave (1981), ia menyatakan bahwa gelombang

perubahan peradaban umat manusia sampai saat ini

mengalami tiga gelombang yaitu :

1. Gelombang I, peradaban teknologi pertanian

berlangsung mulai 800 sm-1500 m

2. Gelombang II, peradaban teknologi industri

berlangsung mulai 1500 m-1970 m

3. Gelombang III, peradaban teknologi informasi

berlangsung mulai 1970 m-sekarang


95
Gelombang pertama (the first wave) gelombang

kedua adalah revolusi industri terutama di dunia barat

yang dimulai dengan revolusi industri yaitu kira-kira

tahun 1700m-1970m. Masa ini dimulai dengan penemuan

mesin uap pada tahun 1712, gelombang ketiga

merupakan refolusi informasi yang ditandai dengan

kemajuan teknologi informasi yang memudahkan

manusia untuk mempermudah manusia berkomunikasi

dalam berbagai bidang, gelombang ketiga terjadi

dengan kemajuan teknologi dalam bidang:

1. Komunikasi dan data prosesing

2. Penerbangan dan angksa laut

3. Energi alternatif dan energi yang dapat

diperbaharui

4. Terjadinya urbanisasi, yang disebabkan oleh

kemajuan teknologi, komunikasi dan

transportasi.

96
C. Penutup
Globalisai sebagai fenomena abad sekarang

memberi implikasi yang luas bagi semua bangsa dan

masyarakat internasional. Pangaruh globalisasi terhadap

ideologi dan politik adalah akan semakin menguatnya

pengaruh ideologi iliberal dalam parpolitikan negara-

negara berkembang yang ditandai dengan menguatnya

ide kebebasan dan demokrasi. Pengaruh globalisai

terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai

peradaban lain.

Efek globalisai bagi Indonesia Globalisasi telah

melanda kehidupan berbangsa dan bernegara indonesia.

Globalisasi telah memberi pengaruh besar dalam

kehidupan bersama, baik pengaruh positif maupun

pengaruh negatif. Proses saling memegaruhi

sesunguhnya adalah gejala yang wajar dalam intraksi

antar masyrakat. Pengaruhtersebutselamanya

mempunyai dua sisi , yaitu sisi negatif dan positif.

Adapun aspek positif globalisasi antara lain sebagai

berikut.

1. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi

mempermudah manusia dalam berinteraksi.

97
2. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi

mempercepat manusia untuk berhubungan

dengan manusia lain.

3. Kemajuan teknologi komunikasi, informasi, dan

transportasi meningkatkan efisiensi.

Adapun aspek negatif globalisasi antara lain

sebagai berikut.

1. Masuknya nilai budaya luar akan menghilangkan

nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan identitas

suatu bangsa.

2. Eksploitasi alam dan sumber daya lain akan

memuncak karena kebutuhan yang makin

membesar.

3. Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai-nilai

konsumerisme dan individual yang menggeser

nilai-nilai masyrakat.

4. Terjadi dehumanisasi, yaitu derajat manusia

nantinya tidak dihargai karena lebih banyak

menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.

Dalam menghadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa

di dunia memberi respon atau tanggapan yang dapat

dikategorikan sebagai berikut

98
1. Sebagai bangsa menyambutpositif globalisasi

karena dianggap sebagai jalan keluar baru

untuk perbaikan nasib umat manusi.

2. Sebagai masyarakat yang kritis menolak

globalisasi karena dianggap sebagai bentuk

baru penjajahan (kolonialisme) melalui cara-cara

baru yang bersifat trannasional dibidang politik,

ekonomi, dan budaya.

3. Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi

sebagai sebuah keniscayaan akibat

perkembangan teknologi.

99
Latihan

1. Jelaskan dinamika peradaban global?

2. Apa yang dimaksudkan dengan evolusi budaya dan

wujud peradaban dalam kehidupan sosial udaya?

3. Berikan penjelasan tentang manusia sebagai

makhluk beradab dan masyarakat adab?

4. Apa yang dimaksudkan dengan hakikat peradaban?

5. Berikan penjelasan mengenai manusia dan

peradaban?

100
BAHAN PEMBELAJARAN VI
Hubungan Antar Manusia
A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat

melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain.

Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara

individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-

kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh

kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.

Kelompok atau group adalah kumpulan dari

individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya

hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan

hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya.

Sebuah kelompok suatu waktu dibedakan secara kolektif,

sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam

aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil.

Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne:

· Interaksi, anggota-anggota seharusnya

berinteraksi satu sama lain.

· Interdependen, apa yang terjadi pada seorang

anggota akan mempengaruhi perilaku anggota

yang lain.

101
· Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya
waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan
tahun).
· Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat
umum bagi semua anggota.
· Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki

beberapa macam struktur sehingga mereka

memiliki set peran.

· Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka

sebagai bagian dari kelompok.

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang

memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan

saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota

masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi

perilaku para anggotanya.

Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan


manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling
ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong
(Page, 1961:213). Kelompok sosial atau social group
adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama, karena adanya hubungan di antara mereka.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong (Soejono Soekanto,
2006:104).
102
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Jenis Dan Pola Hubungan Manusia

Interaksi sosial tidak terjadi begitu saja, tetapi ada

syarat-syarat tertentu supaya interaksi sosial

berlangsung. Syarat-syarat tersebut adalah adanya

kontak sosial dan komunikasi.

1. Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan sosial antara

individu satu dengan individu lain yang bersifat

langsung, seperti dengan sentuhan, percakapan,

maupun tatap muka. Namun, pada era modern

seperti sekarang ini kontak sosial bisa terjadi

secara tidak langsung. Misalnya, orang-orang

dapat berhubungan antara satu sama lain

melalui telepon, telegrap, radio, surat, dan

sebagainya. Perangkat-perangkat teknologi

tersebut tidak memerlukan adanya hubungan

fisik untuk mewujudkan suatu interaksi sosial,

sehingga dapat dikatakan bahwa hubugan fisik

tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya

kontak sosial.

Soerjono Soekanto, membagi kontak sosial

dalam dua bentuk, yaitu:

103
a. Kontak sosial primer; kontak sosial yang

terjadi secara langsung. Misalnya: langsung

bertatap muka (face to face), saling bertegur

sapa, berjabat tangan, saling memeluk, saling

tersenyum, dan lain-lain.

b. Kontak sosial sekunder; kontak sosial yang

terjadi secara tidak langsung. Contohnya:

Andi meminta kepada Dio agar mau

membujuk Budi untuk datang ke rumah Andi;

atau Inda bercerita kepada Susi bahwa Dani

sangat kagum atas prestasi Susi dalam lomba

menari.

Apabila dilihat dari para pelakunya, kontak

sosial dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Kontak sosial antar individu dengan

individu

Contoh: seorang anak yang mempelajari

kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya.

Ia melakukan kontak dengan anggota-

anggota keluarganya seperti ayah, ibu,

kakak, dan sebagainya. Proses

pembelajaran ini biasa disebut dengan

sosialisasi.

104
b. Kontak sosial antar individu dengan

kelompok

Contoh: seorang Lurah melakukan kontak

dengan anggota-anggotanya dalam suatu

rapat. Atau sebaliknya, pihak Kelurahan

melakukan kontak dengan setiap anggota

masyarakat ketika mengurus pembuatan

KTP (Kartu Tanda Penduduk)

c. Kontak sosial antar kelompok dengan

kelompok

Contoh: pertemuan OSIS antar sekolah,

pertandingan sepak bola antar sekolah,

dan lainnya.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian sesuatu

hal atau pesan dari seseorang kepada orang lain

yang dilakukan secara langsung maupun melalui

alat bantu agar orang lain memberikan

tanggapan atau tindakan tertentu. Orang yang

memberi pesan disebut komunikator, isi

komunikasi atau berita yang disampaikan

disebut pesan (message), sedangkan orang

yang menerima pesan disebut komunikan.

105
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi

berbagai macam penafsiran terhadap tingkah

laku orang lain. Suatu senyum, misalnya dapat

ditafsirkan sebagai suatu keramah-tamahan,

sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap

sinis dan sikap ingin menunjukkan suatu

kemenangan. Suatu lirikan mata, misalnya dapat

ditafsirkan sebagai suatu tanda bahwa orang

yang bersangkutan merasa kurang senang atau

bahkan sedang marah. Dengan demikian,

komunikasi memungkinkan kerjasama antara

orang-perorangan dan antara kelompok-

kelompok manusia, atau justru mengakibatkan

terjadi kesalahpahaman karena masing-masing

pihak tidak mau mengalah.

Komunikasi mana yang termasuk dalam interaksi


sosial? Kalau kita cermati, tidak semua

komunikasi dapat menyebabkan terjadinya

interaksi sosial, karena komunikasi dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu:

a. Komunikasi searah (one way communication);

yaitu komunikasi di mana komunikan hanya

sebagai obyek penerima pesan saja, tidak

dapat menjadi komunikator. Hubungan


106
hanya bersifat searah saja, tidak ada timbal

balik. Misalnya, komunikasi lewat radio,

televisi, atau lewat media massa cetak (koran,

majalah, dan lain-lain).

b. Komunikasi dua arah (two way


communication); yaitu komunikasi yang

terjadi secara timbal-balik antara

komunikator dengan komunikan. Suatu saat

tertentu komunikator menjadi komunikan,

dan saat lainnya komunikan menjadi

komunikator. Jadi ada hubungan timbal-balik

antara keduanya. Misalnya, proses interaksi

belajar mengajar di kelas antara guru dan

siswa, di mana ada saat siswa bertanya dan

guru menjelaskan, atau sebaliknya.

Berdasarkan dua kategori komunikasi di atas,

komunikasi dua arah termasuk dalam kriteria interaksi

sosial. Hal ini sesuai dengan batasan dari interaksi sosial

yang menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan

proses hubungan timbal balik antara individu dengan

individu, antara individu dengan kelompok dan antara

kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu

tujuan. Namun, ada kalanya komunikasi satu arah dapat

menjadi jembatan untuk menciptakan interaksi sosial.


107
Hubungan Individual Dan Hubungan Kelompok

Para ahli Sosiologi mengadakan penggolongan

terhadap bentuk-bentuk interaksi sosial. Menurut

mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul

sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu: proses sosial

asosiatif dan proses sosial disosiatif.

1. Proses sosial asosiatif

Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang

mengacu kepada adanya kesamaan, keserasian

dan keseimbangan pandangan atau tindakan

dari orang-perorangan atau kelompok orang

dalam melakukan interaksi sosial. Proses sosial

asosiatif mengarah kepada adanya integrasi

sosial. Proses sosial asosiatif dapat berupa

kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

a. Kerjasama

Kerjasama merupakan aktivitas sosial yang

melibatkan dua orang atau lebih untuk

mencapai tujuan yang sama. Beberapa

Sosiolog menganggap bahwa kerjasama

merupakan bentuk interaksi sosial yang

utama dan banyak dilakukan orang,

mengingat atas dasar bahwa segala macam

bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan


108
pada kerjasama. Interaksi yang berbentuk

kerjasama dapat dibagi dalam tiga bentuk,

yaitu:

1) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian

mengenai pertukaran (tawar-menawar)

barang-barang dan jasa-jasa antara dua

orang/ organisasi atau lebih.

2) Cooptation, suatu proses penerimaan


unsur-unsur baru dalam kepemimpinan

atau pelaksanaan politik dalam suatu

organisasi, sebagai salah satu cara untuk

menghindari terjadinya kegoncangan

dalam stabilitas organisasi yang

bersangkutan.

3) Coalition, kombinasi antara dua organisasi


atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan

yang sama. Coalition dapat menghasilkan

keadaan yang tidak stabil untuk sementara

waktu, mungkin karena dua atau lebih

organisasi tersebut mempunyai struktur

yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Akan tetapi, karena maksud utamanya

adalah untuk mencapai satu atau

109
beberapa tujuan bersama maka sifatnya

adalah kooperatif.

4) Joint Venture, merupakan bentuk

kerjasama dalam pengusahaan proyek-

proyek tertentu dengan perjanjian

pembagian keuntungan menurut porsi

masing-masing yang disepakati. Misalnya,

dalam pembuatan jalan tol, pengusaha di

Indonesia mengadakan kerjasama dengan

pengusaha di Filiphina untuk membangun

jalan tol di Filiphina, dengan perjanjisaan

bahwa hasil perolehan atau keuntungan

tersebut akan dibagi antara kedua belah

pihak. Biasanya dalam joint venture


tersebut satu pihak mengisi kekurangan-

kekurangan pada pihak lain dan

sebaliknya.

b. Akomodasi

Dikotomi makna istilah akomodasi adalah (1)

dipergunakan untuk menunjuk pada suatu

keadaan, dan (2) untuk menunjuk pada suatu


proses. Akomodasi yang menunjuk pada
suatu keadaan, berarti suatu kenyataan akan

adanya keseimbangan (equilibrium) dalam


110
interaksi antara orang-perorangan dan

kelompok-kelompok manusia, sehubungan

dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai

sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Sedangkan sebagai suatu proses, maka

akomodasi menunjuk pada usaha-usaha

manusia untuk meredakan suatu

pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk

mencapai kestabilan.

Akomodasi sebagai suatu proses memiliki

beberapa bentuk, yaitu:

1) Koersi (coercion), adalah akomodasi yang

dilakukan dengan kekerasan dan paksaan.

Bentuk ini biasanya dilakukan oleh

kelompok yang lebih kuat atau

berpengaruh terhadap kelompok yang

lemah. Misalnya perbudakan, dimana

interaksi sosialnya didasarkan pada

penguasaan majikan atas budak-

budaknya di mana budak dianggap sama

sekali tidak mempunyai hak-hak apapun

juga.

2) Kompromi (compromise), adalah

akomodasi yang dilakukan dengan cara


111
masing-masing kelompok atau pihak yang

berselisih bersedia mengurangi

tuntutannya sehingga terjadi kesepakatan

penyelesaian konflik

3) Arbitrase (arbitrage), adalah akomodasi

atau penyelesaian konflik dengan cara

meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih

oleh kedua belah pihak atau badan yang

kedudukannya lebih tinggi dari pihak-

pihak yang bertikai. Keputusan yang

diambil oleh pihak ketiga ini bersifat

mengikat. Contohnya perselihan antara

buruh/ karyawan dengan pemilik

perusahaan, kemudian keduanya meminta

bantuan Badan Penyelesaian Perburuhan

(BPP) Departemen Tenaga Kerja sebagai

pihak ketiga.

4) Mediasi (mediation), yaitu penyelesaian

konflik dengan jalan meminta bantuan

pihak ketiga yang disepakati bersama oleh

pihak-pihak yang berkonflik. Namun,

keputusan yang diambil oleh pihak

penengah atau pihak ketiga ini sifatnya

hanyalah sebagai nasehat. Contohnya,


112
perkelahian antar dua kampung yang

berbeda dengan meminta kepala desa

untuk mendamaikan.

5) Konsiliasi (Conciliation), yaitu proses

akomodasi dengan jalan mempertemukan

keinginan-keinginan pihak yang berselisih

untuk dicapai persetujuan atau

kesepakatan bersama. Contohnya, wakil

perusahaan, wakil-wakil buruh, wakil-wakil

Departemen Tenaga Kerja dan

sebagainya, secara khusus bertugas

menyelesaikan persoalan-persoalan jam

kerja, upah buruh, hari-hari libur, dan

sebagainya

6) Toleransi (Tolerance), adalah suatu

akomodasi tanpa ada persetujuan secara

formal antara pihak-pihak yang bertikai,

namun sudah ada kesadaran dari tiap

pihak. Contohnya, dalam keluarga terjadi

pertikaian, namun karena masing-masing

pihak menyadari kesalahannya pertikaian

pun berakhir

7) Stalemate, merupakan suatu akomodasi,

di mana pihak-pihak yang bertentangan


113
karena memiliki kekuatan yang seimbang,

berhenti pada suatu titik tertentu dalam

melakukan pertentangannya. Hal ini

disebabkan karena bagi kedua belah pihak

sudah tidak ada kemungkinan lagi baik

untuk maju maupun untuk mundur.

Stalemate tersebut, misalnya terjadi antara

Amerika Serikat dengan Uni Soviet (Rusia),

khususnya di bidang nuklir.

8) Adjudication, yaitu suatu bentuk

akomodasi yang dilakukan melalui proses

di pengadilan. Contohnya, sengketa

warisan dimana masing-masing ahli waris

ingin mendapatkan harta warisan

sebanyak-banyaknya kemudian mereka

sepakat diselesaikan di lembaga

pengadilan, sehingga apa pun keputusan

pengadilan, semua ahli waris harus rela

menerimanya.

c. Asimilasi

Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu

proses sosial yang ditandai dengan adanya

usaha-usaha mengurangi perbedaan-

perbedaan yang terdapat antara orang-


114
perorangan atau kelompok-kelompok

manusia dan juga meliputi usaha-usaha

untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap

dan proses-proses mental dengan

memperhatikan kepentingan-kepentingan

dan tujuan-tujuan bersama.

Dalam pengertian yang berbeda, khususnya

berkaitan dengan interaksi antar kebudayaan,

asimilasi diartikan sebagai proses sosial yang

timbul bila ada: (1) kelompok-kelompok

manusia yang berbeda kebudayaannya, (2)

individu-individu sebagai anggota kelompok

itu saling bergaul secara langsung dan

intensif dalam waktu yang relatif lama, (3)

kebudayaan-kebudayaan dari kelompok

manusia tersebut masing-masing berubah

dan saling menyesuaikan diri. Biasanya

golongan-golongan yang dimaksud dalam

suatu proses asimilasi adalah suatu golongan

mayoritas dan beberapa golongan minoritas.

Dalam hal ini, golongan minoritas merubah

sifat khas dari unsur kebudayaannya dan

menyesuaikannya dengan kebudayaan

golongan mayoritas sedemikian rupa


115
sehingga lambat laun kahilangan kepribadian

kebudayaannya, dan masuk ke dalam

kebudayaan mayoritas. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa perubahan identitas

etnik dan kecenderungan asimilasi dapat

terjadi jika ada interaksi antarkelompok yang

berbeda, dan jika ada kesadaran masing-

masing kelompok.

d. Akulturasi

Akulturasi dapat didefinisikan sebagai proses

sosial yang timbul bila suatu kelompok

manusia dengan suatu kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,

sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan diolah ke dalam

kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan

hilangnya kepribadian kebudayaan itu

sendiri.

Dalam hal ini terdapat perbedaan antara

bagian kebudayaan yang sukar berubah dan

terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan

asing (covert culture), dengan bagian

kebudayaan yang mudah berubah dan


116
terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan

asing (overt culture). Covert culture misalnya:

1) sistem nilai-nilai budaya, 2) keyakinan-

keyakinan keagamaan yang dianggap

keramat, 3) beberapa adat yang sudah

dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi

individu warga masyarakat, dan 4) beberapa

adat yang mempunyai fungsi yang terjaring

luas dalam masyarakat. Sedangkan overt

culture misalnya kebudayaan fisik, seperti


alat-alat dan benda-benda yang berguna,

tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya

hidup, dan rekreasi yang berguna dan

memberi kenyamanan.

2. Proses sosial disosiatif

Proses disosiatif adalah proses sosial yang

mengarah ke bentuk-bentuk pertentangan atau

konflik. Proses sosial disosiatif ini dapat berupa

persaingan, kontravensi, pertentangan atau

konflik.

a. Persaingan (competition)

Persaingan dapat diartikan sebagai proses

sosial yang ditandai adanya saling berlomba

atau bersaing antarkelompok atau


117
antarindividu untuk mengejar suatu nilai

tertentu agar lebih maju, lebih baik, dan lebih

atau kuat. Persaingan memiliki dua sifat,

yaitu:

1) Personal competition merupakan

persaingan antarindividu atau perorangan

yang terjadi secara langsung, seperti:

perebutan kursi oleh para anggota dalam

suatu organisasi untuk menduduki suatu

jabatan tertentu. Tipe persaingan seperti

ini disebut rivalry.

2) Impersonal competition merupakan

persaingan antarkelompok, contohnya:

persaingan partai-partai politik dalam

memenangkan suara pada pemilihan

umum.

b. Kontravensi (contravention)

Kontravensi adalah proses sosial yang

terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya

ketidakpastian mengenai diri seseorang atau

suatu rencana dan perasaan tidak suka yang

disembunyikan, kebencian atau keragu-

raguan terhadap kepribadian seseorang.

Kontravensi dapat diartikan juga sebagai


118
suatu sikap mental yg tersembunyi terhadap

orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur

kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap

yang tersembunyi tersebut dapat berubah

menjadi suatu kebencian, akan tetapi tidak

sampai menjadi pertentangan atau

pertikaian.

Kontravensi dapat mengacu kepada suatu

pandangan, gagasan, ajaran, kepercayaan,

rencana, atau kebijakan yang datang dari

seseorang atau kelompok. Misalnya, Kepala

Sekolah mengambil kebijakan untuk

menaikkan sumbangan BP3 di sekolah,

kemudian sekelompok siswa tertentu tidak

setuju dengan kebijakan tersebut, yang

selanjutnya berkembang menjadi tidak

senang dan benci. Sedangkan perasaan tidak

senang dan benci tersebut masih

disembunyikan, tidak ditampakkan kepada

Kepala Sekolah. Sikap mental sekelompok

siswa tersebut termasuk suatu kontravensi.

c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah

suatu proses sosial yang dilakukan oleh


119
individu atau kelompok orang yang berusaha

mencapai tujuannya, biasanya dengan cara

menantang pihak lawan dengan disertai

kekerasan atau ancaman.

Terjadinya pertentangan biasanya karena

tajamnya perbedaan-perbedaan seperti

perbedaan badaniyah, emosi, unsur-unsur

kebudayaan, pola-pola kelakuan, dan

sebagainya dengan pihak lain. Perasaan

memegang peranan yang penting dalam

mempertajam perbedaan-perbedaan

tersebut, sehingga masing-masing pihak

berusaha untuk saling menghancurkan.

Perasaan tersebut biasanya merupakan

amarah dan rasa benci yang menyebabkan

dorongan-dorongan untuk melukai atau

menyerang pihak lain, atau untuk menekan

dan menghancurkan orang-perorangan atau

kelompok manusia yang menjadi lawan.

Secara rinci, faktor-faktor yang menjadi

sebab pertikaian atau pertentangan antara

lain:

120
1) Perbedaan antar orang-perorangan;
seperti perbedaan pendirian, ideologi,
kepentingan, dan lain-lain
2) Perbedaan kebudayaan; misalnya
pertentangan yang terjadi antara suku
yang satu dengan suku yang lain, yang
masing-masing memiliki budaya berbeda
3) Bentrokan kepentingan; misalnya
bentrokan kepentingan antara direktur
dan staf bawahannya, di satu sisi staf
bawahannya perlu honor yang layak,
sedangkan di sisi lain direktur mengalami
krisis keuangan untuk mengembangkan
usahanya
4) Perubahan-perubahan sosial; perubahan
sosial yang terlalu cepat juga bisa
menimbulkan goncangan dalam sendi-
sendi kehidupan masyarakat, baik yang
menyangkut tatanan strukturnya maupun
tatanan nilai dan norma. Goncangan-
goncangan tersebut pada akhirnya juga
bisa mendorong terjadinya pertikaian
antargolongan. Misalnya, pertikaian antara
kelompok yang pro reformasi dengan
kelompok yang pro status quo ketika
terjadi perubahan di Indonesia.
121
C. Penutup
Interaksi sosial dapat diberi pengertian sebagai

hubungan timbal-balik yang dinamis dan saling

mempengaruhi yang terjadi di antara individu atau

kelompok individu dalam masyarakat. Pola interaksi

sosial dapat berupa hubungan timbal balik antara:

1) individu dengan individu, misalnya dua orang

teman yang sedang bercakapcakap

2) individu dengan kelompok, misalnya seorang

guru yang sedang mengajar di kelas

3) kelompok dengan kelompok, misalnya interaksi

yang terjadi pada sebuah pertandingan

sepakbola.

Interaksi sosial dapat berlangsung apabila

terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Kontak sosial, yaitu peristiwa terjadinya

hubungan, sambungan atau sentuhan sosial

(dapat disertai sentuhan jasmaniah maupun

tidak) antara dua orang atau lebih.

2) Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan

atau informasi dari satu pihak (komunikator) ke

pihak lain (komunikan) dengan menggunakan

simbolsimbol. Simbol dapat berupa kata-kata,

suara, gerak isyarat, benda, dan sebagainya.


122
Proses komunikasi dinyatakan berlangsung apabila

telah terjadi pemahaman yang sama atas simbol-simbol

yang digunakan, baik oleh komunikator maupun

komunikan. Kontak dan komunikasi dapat berlangsung

secara primer maupun sekunder. Yang dimaksud kontak

atau komunikasi primer adalah kontak atau komunikasi

yang terjadi secara langsung berhadap-hadapan atau

tatap muka (face to face). Misalnya: dua orang atau lebih

yang saling bertemu dan berbicara dalam sebuah ruang

pertemuan.

Sedangkan kontak atau komunikasi sekunder

adalah kontak atau komunikasi yang terjadi dengan

bantuan alat-alat komunikasi seperti surat, telepon, e-

mail, percakapan di internet, dan seterusnya (sekunder


langsung), maupun yang melalui bantuan pihak ketiga

(sekunder tidak langsung).

Terjadinya interaksi sosial dapat digambarkan

secara berurutan sebagai berikut:

1) ada dua orang atau lebih

2) terjadi kontak sosial di antaranya

3) terjadi komunikasi

4) terjadi reaksi atas komunikasi

5) akhirnya, terjadi aksi timbal-balik (aksi-reaksi)

yang saling mempengaruhi.


123
Latihan

1. Jelaskan syarat kelompok menurut Baron dan Byrne?

2. Berikan penjelasan tentang kelompok sosial?

3. Jelaskan proses sosial asosiatif dan disosiatif?

4. Hubungan Individual Dan Hubungan Kelompok

5. Berikan penjelasan tentang adaptasi dan akulturasi?

124
BAHAN PEMBELAJARAN VII
Keragaman Dalam Dinamika Sosial Budaya

A. Pendahuluan

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri

dari beranekaragam suku bangsa yang memiliki adat

istiadat yang berbeda-beda. Dari catatan yang ada, di

Indonesia ini terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa

lokal 300 macam. Keanekaragaman tersebut merupakan

kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga

dan lestarikan sehingga mampu memberikan warna

ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar

ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang

mengancam disintegrasi bangsa. Selain itu, kebudayaan

masyarakat juga mengalami dinamika perubahan yang

cukup pesat karena berbagai macam perkembangan

teknologi dan modernitas global.

Arus globalisasi yang mendera masyarakat kita

memberikan pengaruh tersendiri terhadap solidaritas

yang dibangun oleh masyarakat kita. Globalisasi juga

memunculkan pola interaksi dan perilaku kebudayaan

yang berbeda diantara kelompok masyarakat.

Kondisi semacam ini memunculkan persoalan,

apakah keanekaragaman di Indonesia ini akan

125
menimbulkan masalah yang mengancam disintegrasi

bangsa? Sebuah pendapat menyebutkan bahwa

keanekaragaman sebuah masyarakat pada suatu saat

akan menimbulkan dua hal yaitu:

1. Berkembangnya perilaku konflik di antara

berbagai kelompok etnik, dan

2. Kecenderungan hadirnya kekuatan/kekuasaan

sebagai kekuatan pemersatu utama yang

mengintegrasikan masyarakat.

Dengan struktur sosial yang sedemikian komplek,

sangat rasional sekali Indonesia selalu menghadapi

permasalahan konflik antar etnik, kesenjangan sosial, dan

sukar sekali terjadinya integrasi secara permanen.

Setujukah dengan hal ini? Masyarakat Indonesia yang

bercorak majemuk (Plural Society) yang berisikan potensi

kekuatan primordial yang otoriter dan militeristik,

haruslah diubah dengan multikulturalisme.

Dalam multikulturalisme kelompok-kelompok

budaya tersebut berada dalam kesetaraan derajat,

demokratis dan toleransi sejati. Untuk itu dalam modul

ini, akan mempelajari tentang pengertian masyarakat

majemuk dan masyarakat multikultural, serta dampak

masyarakat multikultural yang rentan terjadinya konflik.

126
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Makna Keragaman

Bagaimana keragaman manusia yang merupakan

kenyataan yang tidak perlu dipermasalahkan, sehingga

kesetaraan antar manusia akan mengantarkan hidup

manusia menjadi enak (tentram, senang hati).

Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari

sejumlah suku bangsa yang semula merupakan

masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung

kebudayaan yang beraneka ragam itu perlu diperkokoh

dengan kerangka acuan yang bersifat nasional, yaitu

kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang mampu

memberi makna bagi kehidupan berbangsa dan

berkepribadian, akan dapat dibanggakan sebagai

identitas nasional.

Akan tetapi dalam masyarakat majemuk dengan

keragaman latar belakang kebudayaan seperti yang

terjadi di Indonesia tidaklah mudah untuk

mengembangkan suatu kebudayaan nasional hanya

dengan mengandalkan pada kemampuan dan

kemapanan masyarakat semata-mata. Oleh karena itu

kebudayaan nasional yang hendak dikembangkan itu

telah ditetapkan landasan dan arah tujuannya yang

127
dituangkan dalam penjelasan pasal 32 UUD 45 yang

berbunyi.

"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang


timbul sebagai buah usaha budinya rakyat
Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan
lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-
puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa.
Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan
adab, budaya dan persatuan dengan tidak
menolakbahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau
memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia".
Berdasarkan penjelasan tersebut, nyatalah bahwa

perkembangan kebudayaan bangsa yang hendak

dimajukan itu terselenggara tanpa ketentuan arah serta

tanpa memperhatikan keberagaman masyarakat dengan

segala kebutuhan yang timbul dalam proses

perkembangan masyarakat bangsa.

Meskipun menurut sejarah, masyarakat Indonesia

relatif berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi

karena keadaan geografiknya, akhirnya masyarakat


128
Indonesia bersifat majemuk. Kondisi geografik yang

menjadi penyebab kemajemukan masyarakat, adalah:

1. Bentuk wilayah yang berupa kepulauan. Kondisi

ini mengakibatkan, meskipun berasal dari nenek

moyang yang sama, tetapi akhirnya mereka

terpisah-pisah di pulau-pulau yang saling

berbeda, sehingga masing-masing terisolasi dan

mengembangkan kebudayaan sendiri.

2. Jadilah masyarakat Indonesia mengalami

kemajemukan ethnik atau sukubangsa.

3. Letak wilayah yang strategis, di antara dua benua

dan dua samudera, kondisi ini mengakibatkan

Indonesia banyak didatangi oleh orang-orang

asing yang membawa pengaruh unsur

kebudayaan, antara lain yang paling menonjol–

adalah agama. Kondisi ini mengakibatkan

masyarakat Indonesia majemuk dalam hal

agama. Lima agama besar dunia ada di

Indonesia. Lima agama besar yang dimaksud

adalah (1) Hindu (pengaaruh India), (2) Budha

(pengaruh bangsa-bangsa Asia), (3) Katholik

(pengaruh kedatangan bangsa portugis), (4)

Kristen (pengaruh kedatangan bangsa Belanda),

129
dan (5) Islam (pengaruh masuknya pedagang-

pedagang dari Timur Tengah).

4. Variasi iklim, jenis serta kesuburan tanah yang

berbeda di antara beberapa tempat, misalnya

daerah Indonesia bagian Timur yang lebih

kering, tumbuh menjadi sukubangsa peternak,

daerah Jawa dan Sumatra yang dipengaruhi

vulkanisme tumbuh menjadi daerah dengan

masyarajat yang hidup dari bercocok tanam.

Variasi iklim dan jenis serta kesuburan tanah ini

mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk

dalam hal kultur, antara lain cara hidup.

Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya


Etnik Atau Suku Bangsa
Sistem kehidupan bersama menimbulkan

kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa

dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono

Soekanto, 2006: 22). Beberapa pendapat para ahli di atas

dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta

atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris

disebut society.

Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu

130
hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya,

wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi,

sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh

kesamaan.

Istilah adat istiadat seringkali diganti dengan adat

kebiasaan, namun pada dasarnya artinya tetap sama, jika

mendengar kata adat istiadat biasanya aktivitas individu

dalam suatu masyarakat dan aktivitas selalu berulang

dalam jangka waktu tertentu. Menurut Soleman B.

Taneko (1987: 12), adat istiadat dalam ilmu hukum ada

perbedaan antara adat istiadat dan hukum adat. Suatu

adat istiadat yang hidup (menjadi tradisi) dalam

masyarakat dapat berubah dan diakui sebagai peraturan

hukum (hukum adat).

Pandangan bahwa agama memberi pengaruh

dalam proses terwujudnya hukum adat, pada dasarnya

bertentangan dengan konsepsi yang diberikan oleh Van

den Berg yang dengan teori reception in complex

menurut pandangan adat istiadat suatu tradisi dan

kebiasaan nenek moyang kita yang sampai sekarang

masih dipertahankan untuk mengenang nenek moyang

kita juga sebagai keanekaragaman budaya. Istilah adat

istiadat seringkali diganti dengan adat kebiasaan, namun

pada dasarnya artinya tetap sama. Jika mendengar kata


131
adat istiadat biasanya aktivitas individu dalam suatu

masyarakat dan aktivitas ini selalu berulang kembali

dalam jangka waktu tertentu (bisa harian, mingguan,

bulanan, tahunan dan seterusnya), sehingga membentuk

suatu pola tertentu.

132
C. Penutup
Seperti yang kita tahu, di Indonesia, terdapat

berbagai macam kebudayaan yang berasal dari hampir

seluruh sukubangsa. Hal ini mungkinkah terwujud

sebagai masyarakat multikultural? Syarat terwujudnya

masyarakat multikultural adalah apabila warganya dapat

hidup berdampingan, toleransi dan saling menghargai.

Nilai-nilai tersebut harus dijadikan pedoman untuk

bertindak, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik

maupun tindakan individual. Di antara prinsip mendasar

dari demokrasi yang patut dikembangkan di Indonesia

adalah kesetaraan derajat individu, kebebasan, toleransi

terhadap perbedaan, konflik dan konsensus, hukum yang

adil dan beradab serta perikemanusiaan.

Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat

didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang

telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada

tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari

kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia

adalah merupakan bagian integral daripada kebudayaan

Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam

namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh

kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa,

kebudayaan India dan kebudayaan Arab.


133
Kebudayaan India terutama masuk dari

penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh

sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang

bernafaskan agama Hindu dan Buddha sempat

mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai

dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai

sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat

majemuk adalah adanya persentuhan dan saling

hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan

kebudayaan umum lokal, dan dengan kebudayaan

nasional. Diantara hubungan-hubungan ini yang paling

kritis adalah hubungan antara kebudayaan suku bangsa

dan umum lokal di satu pihak dan kebudayaan nasional

di pihak lain. Pemaksaan untuk merubah tata nilai atau

upaya penyeragaman budaya seringkali dapat

memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah,

atau yang lebih parah bila upaya mempertahankan

tersebut, justru disertai dengan semakin menguatnya

Etnosentrime.

134
Latihan

1. Jelaskan makna keberagaman?

2. Jelaskan kemajemukan dalam dinamika sosial

budaya?

3. Berikan penjelasan tentang kemajemukan

budaya di Indonesia?

4. Berikan penjelasan tentang masyarakat

Indonesia yang bercorak majemuk (Plural

Society)?

5. Jelaskan dua hal yang ditumbulkan akibat

keanekaragaman dari sebuah masyarakat?

135
BAHAN PEMBELAJARAN VIII
Stratifikasi Dan Diferensiasi
Dalam Kehidupan Sosial

A. Pendahuluan
Stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang

termanifestasi ke dalam sistem bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan

prosedur analisis yang tepat, agar hasil dari analisis

tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang

bermanfaat bagi komunitas itu sendiri atau bagi mereka

yang menginginkan menjadi agen perubahan sosial,

ekonomi, politik, hukum dan bahkan budaya.

Definisi, stratifikasi sosial adalah sebuah konsep

yang menunjukkan adanya pembedaan dan/atau

pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas)

secara bertingkat. Misalnya: dalam komunitas tersebut

ada strata tinggi, strata sedang dan strata rendah.

Pembedaan dan/atau pengelompokan ini didasarkan

pada adanya suatu simbol-simbol tertentu yang

dianggap berharga atau bernilai baik berharga atau

bernilai secara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya

maupun dimensi lainnya dalam suatu kelompok sosial

(komunitas).

136
Simbol-simbol tersebut misalnya, kekayaan,

pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan

pekerjaan. Dengan kata lain: selama dalam suatu

kelompok sosial (komunitas) ada sesuatu yang dianggap

berharga atau bernilai, dan dalam suatu kelompok sosial

(komunitas) pasti ada sesuatu yang dianggap berharga

atau bernilai, maka selama itu pula akan ada stratifikasi

sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut.

Secara sosiologis jika dilacak ke belakang konsep

stratifikasi sosial memang kalah populer dengan istilah

kelas sosial, di mana istilah kelas sosial pada awalnya

menurut Ralp Dahrendorf (1986), diperkenalkan pertama

kali oleh penguasa Romawi Kuno. Pada waktu itu, istilah

kelas sosial digunakan dalam konteks penggolongan

masyarakat terhadap para pembayar pajak. Ketika itu ada

dua golongan masyarakat, yaitu golongan masyarakat

kaya dan masyarakat golongan miskin.

Pada abad ke-18, istilah kelas sosial digunakan oleh

ilmuwan Eropa dalam pengertian yang berbeda, yaitu

digunakan dalam pengertian sebagai status sosial atau

kedudukan. Dengan kata lain, istilah kelas sosial dan

status sosial dianggap sama. Pada abad ke-19, istilah

kelas sosial mulai digunakan dalam analisis kesenjangan

137
sosial, yang berakar dari kondisi ekonomi suatu

masyarakat.

Akhirnya sejak Marx mengajukan konsepnya

tentang kelas sosial, maka penggunaan istilah ini

dibedakan dengan istilah status sosial. Dalam studi-studi

sosiologi istilah tersebut memiliki hubungan yang bersifat

ko-eksistensial. Misalnya, jika ada status sosial tentu akan

ada peran sosial, semakin tinggi status sosial semakin

banyak peran sosialnya, atau semakin tinggi status sosial

semakin sedikit peran sosialnya.

Perbedaan secara tegas antara kelas sosial dan

status sosial, antara lain dikemukakan oleh Max Weber,

dengan mengajukan konsepnya tentang kelas sosial,

status sosial dan partai (Weber, dalam Seymour dan

Lipset, 1963). Menurut Weber, kelas sosial merupakan

stratifikasi sosial yang berkaitan dengan hubungan

produksi dan penguasaaan kekayaan.

Sedangkan status sosial merupakan manifestasi

dari stratifikasi sosial yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip yang dianut oleh komunitas dalam

mengkonsumsi kekayaannya dan/atau gaya hidupnya.

Sedangkan partai merupakan perkumpulan sosial yang

berorientasi pada penggunaan kekuasaan untuk

mempengaruhi suatu tindakan sosial tertentu.


138
Konsep Weber tentang kelas sosial merupakan

perluasan dari konsepnya Marx. Menurut Marx, kelas

sosial merupakan himpunan orang-orang yang

memperagakan fungsi yang sama dalam organisasi

produksi. Kelas-kelas sosial dalam komunitas dibedakan

berdasarkan perbedaan posisinya dalam tatanan

ekonomi, yaitu pembedaan dalam posisinya dalam

penguasaan alat-alat produksi. Weber, menggunakan

istilah kelas sosial dalam pengertian seperti yang

digunakan Marx, dengan menambahkan dua faktor, yaitu

kemampuan individu dan situasi pasar.

Menurut Weber: pertama, kelas merupakan

himpunan manusia yang berada dalam situasi yang

sama; dan kedua, kelas bukan merupakan sebuah

komunitas. Ada banyak dimensi yang bisa digunakan

untuk mendeskripsikan stratifikasi sosial yang ada dalam

suatu kelompok sosial (komunitas), misalnya: dimensi

pemilikan kekayaan (diteorikan oleh Koentjaraningrat),

sehingga ada strata wong sugih dan strata wong cilik.

Dimensi ini karena awalnya digunakan untuk melakukan

identifikasi pada masyarakat Jawa maka yang disebut

pemilikan kekayaan akan terfokus pada simbol-simbol

ekonomi yang lazim dihargai oleh masyarakat Jawa.

139
Misalnya, pemilikan tanah (rumah, pekarangan atau

sawah). Ada dimensi distribusi sumber daya (diteorikan

oleh Gerhard Lensky), sehingga ada strata tuan tanah,

strata petani bebas, strata pedagang, strata pegawai,

strata petani, strata pengrajin, strata pengangguran, dan

strata pengemis. Dimensi ini pada awalnya diberlakukan

pada masyarakat pra-industri di mana sistem stratifikasi

sosialnya belum sekompleks masyarakat industri.

Ada tujuh dimensi stratifikasi sosial (diteorikan oleh

Bernard Baber), yaitu:

occupational prestige

authority and power ranking

income or wealth

educational and knowledge

religious and ritual purity

kinship and ethnis group

local community

Ketujuh dimensi tersebut -- baik secara terpisah

maupun bersama-sama -- akan bisa membantu dalam

mendeskripsikan bagaimana susunan stratifikasi sosial

suatu kelompok sosial (komunitas) dan faktor-faktor apa

yang menjadi dasar terbentuknya stratifikasi sosial

tersebut (Singgih, 2010).

140
Pengertian masyarakat terbentuk oleh sekumpulan

individu yang masing-masing mempunyai potensi atau

kemampuan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

individu yang saling berinteraksi ini disebut “perbedaan

sosial”. Diferensiasi sosial adalah proses penempatan

orang-orang dalam berbagai kategori sosial yang

berbeda, yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan

yang diciptakan secara sosial. Menurut Soerjono


Soekanto, diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan,
prestise dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat,

yang dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari

proses interaksi sosial yang lain.

Diferensiasi sosial terjadi akibat pola interaksi

individu yang memiliki ciri-ciri fisik dan non fisik berbeda-

beda, meliputi :

1. Ciri fisik seperti bentuk dan tinggi tubuh, raut

muka, warna kulit, warna rambut, dan lain-lain

2. Ciri sosial budaya, antara lain kecerdasan,

motivasi, dedikasi, minat dan bakat. Dalam

lingkup yang lebih luas meliputi bentuk

organisasi, kebiasaan dan sistem nilai budaya

lainnya.

Diferensiasi sosial merupakan karakteristik sosial

yang membuat individu atau kelompok terpisah dan


141
berbeda satu sama lain. Perbedaan ini didasarkan pada

beberapa faktor, yaitu usia, gender, latar belakang etnik.

Bentuk-bentuk diferensiasi berdasarkan faktor-faktor

pembentuk yang lebih disebutkan di atas, ada beberapa

bentuk diferensiasi sosial, yaitu :

1. Ras dan Etnik

2. Agama dan Kepercayaan

3. Jenis Kelamin

4. Klan (Clan)

5. Suku Bangsa

142
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Individu Dan Masyarakat

Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari

berbagai sudut pandang. sejak ratusan tahun sebelum

Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek

formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun

obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai

apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya.

Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk

yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat

atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo

educandum dan seterusnya.


Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu

adalah kata benda dari individual yang berarti orang,

perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di

atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang

dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang

dimilikinya dan akan membawaperubahan-perubahan

apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-

sikapnya.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya,

manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. . pada awal

kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan

kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja


143
yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila

kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam

perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai

mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi

(bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan

seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak

kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.

Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau

karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang

memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik

bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki

sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis

maupun faktor sosial psikologis.

Natur dan nature merupakan istilah yang biasa


digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik

individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada

setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru

lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis

keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya

pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka

secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-

macam faktor lingkungan yang merangsang.

144
Pengertian Masyarakat Dan Cirinya

Community dalam bahasa yunani adalah

“persahabatan”. Sebagai refleksi dari arti kata tersebut,

aristoteles mengemukakan bahwa manusia yang hidup

bersama dalam masyarakat karena mereka menikmati

ikatan yang saling bekerja sama, untuk memenuhi

kebutuhan dasar mereka dan untuk menemukan makna

kehidupan. Masyarakat dalam konteks pemberdayaan

masyarakat adalah masyarakat atau community dalam

bahasa Inggris atau juga komunitas.

Secara etimologis “ community” berasal dari

kommunitat yang berakar pada comunete atau comman.


Community mempunyai dua arti (Talizi,1990-49) :
1. Sebagai kelompok social yang bertempat

tinggal di lokasi tertentu, memiliki kebudayaan

dan sejarah yang sama

2. Sebagai suatu pemuliman yang terkecil di

atasnya ada kota kecil (town), dan di atas kota

kecil ada kota atau kota besar (city).

Hillery (1995) dan lewis (1977) telah menyimpulkan

banyak literature dan mengusulkan empat komponen

utama untuk mendefinisikan konsep komunitas. Pertama

dan terutama bahwa komunitas melibatkan manusia.

Wilaayah dan tempat tinggal juga menjadi elemen dalam


145
pembangunan masyarakat. Tetapi., tidak semua penulis

menambahkan wilayah, tanah, atau batas wilayah dalam

definisi komunitas mereka. Wilkinson (1986) berpendapat

bahwa komunitas adalah manusia yang hidup bersama

dalam ekologi setempat dengan batasan wilayah yang

bias.tatapi beliau menulis kebiasaan batasan adalah tidak

relevan apabila dijadikan salah satu pencaharian

karakteristik utama dari suatu komunitas atau

lingkungan.

Thomas Hobber mengemukakan bahwa komunitas

adalah sebuah proses alamiah dimana orang-orang yang

hidup bersama untuk memaksimalkan kepentingan

mereka, Hobbes merasa bahwa kepentingan diri sendiri

dapat ditemukan dalam kelompok.

Pendapat lain mendengar bahwa komunitas di

identikan sebagai pemukiman kecil penduduk, bersifat

mandiri (self contained) dan yang satu berbeda dengan

lainnya :

1. Komunitas memiliki kesadaran kelompok (group

consciousness) yang kuat.


2. Komunitas tidak terlalu besar sehingga dapat

saling mengenal pribadi tetapi tidak terlalu kecil

sehingga dapat berusaha bersama secara

efisien.
146
3. Komunitas bersifat homogeny

4. Komunitas hidup madiri (self sufficient).

Menurut ensiklopedi Indonesia, istilah “masyarakat”

sekurang-kurangnya mengandung tiga pengertian :

1. Sama dengan gesellschaft, yakni bentuk tertentu

kelompok social berdasarkan rasional, yang

diterjemahkan sebagai masyarakat patembayan

dalam bahasa Indonesia. Sementara kelompok

social lain yang masih mendasarkan pada ikatan

naluri kekeluargaan disebut gemainscaft atau

masyarakat paguyuban.

2. Merupakan keseluruhan “masyarakat manusia”

meliputi seluruh kehudupan bersama. Istilah ini

dihasilkan dari perkembangan ketergantungan

manusia yang pada masa terakhir ini sangant

dirasakan.

3. Menunjukan suatu tata kemasyarakatan tertentu

dengan cirri sendiri (identitas) dan suatu

autonomi (relative), seperti masyarakat barat,

masyarakat primitive yang merupakan kelompok

suku yang belum banyak berhubungan dengan

dunia sekitarnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapatlah disebutkan

kelompok masyarakat yang dicirikan menurut hubungan


147
manusianya serta nilai social yang berlaku sebagai

berikut.

1. Menurut mata pencaharian, seperti masyarakat

petani, nelayan, buruh, pedagang, dan lainlain

2. Menurut lingkungan tempat tinggalnya seperti

masyarakat hutan, pantai/pesisir.

3. Menurut tingkat kehidupan ekonomi seperti

masyarakat miskin yang dibedakan dengan

masyarakat kaya

4. Menurut tingkat pendidikan seperti masyarakat

terpelajar, intelek/ berpengetahuan yang

dibedakan dengan masyarakat awam

5. Menurut penataan lingkuangan /pemuiiman

masyarakat seperti masyarakat desa, kota,

metropolitan.

6. Menurut lingkungan pergaulan agama seperti

ulama, santri, gereja.

7. Menurut tingkat keberadaban seperti

masyarakat madani, sebagai masyarakat yang

beradab yang didikotomikan dengan

masyarakat jahiliah.

8. Menurut tingkat kehidupan social seperti

masyarakat maju, tertinggal dan sebagainya.

148
9. Menurut jenis kelamin yang dibedakan antara

perempuan dengan laaki-laki.

Dari contoh pengelompokan masyarakat seperti di

atas dalam konteks pemberdayaan masyarakat maka

focus perhatian lebih ditujukan kepada kelompok

masyarakat yang masih perlu diberdayakan mengingat

kondisi masyarakat tidak berdaya. Konsep komunitas

masyarakat yang baik (good community) mengandung

Sembilan nilai (the competent community) (talizi, 1990 :

57-58)

1. Setiap anggota masyarakat berinteraksi satu

dengan yang lain berdasar hubungan pribadi.

2. Komunitas memiliki otonomi, kewenangaan,dan

kemampuan mengurus kepentingan sendiri.

3. Memiliki viabilitas, yaitu kemampuan untuk

memecahkan masalahnya sendiri.

4. Distribusi kekayaan yag merata, setiap orang

berkesempatan yang sama dan bebas

menyatakan kehendaknya.

5. Kesempatan setiap anggota untuk berpatisipasi

aktif dalam mengurus kepentingan bersama.

6. Komunitas member makna kepada anggotanya

sejauh manakah pentingnya komunitas bagi

seorang anggota.
149
7. Di dalam komunitas dimungkinkan adanya

heterogenitas dan perbedaan pendapat.

8. Di dalam komunitas, pelayanan masyarakat

ditempatkan sedekat dan secepat mungkin pada

yang berkepentingan

9. Di dalam komunitas bisa terjadi konflik, namun

komunitas memiliki kemampuan untuk

managing conflict

Interaksi Sosial Dan Pelapisan Sosial

Interaksi sosial dapat diberi pengertian sebagai

hubungan timbal-balik yang dinamis dan saling

mempengaruhi yang terjadi di antara individu atau

kelompok individu dalam masyarakat. Pola interaksi

sosial dapat berupa hubungan timbal balik antara:

1) individu dengan individu, misalnya dua orang

teman yang sedang bercakap-cakap

2) individu dengan kelompok, misalnya seorang

guru yang sedang mengajar di kelas

3) kelompok dengan kelompok, misalnya interaksi

yang terjadi pada sebuah pertandingan

sepakbola.

Interaksi sosial dapat berlangsung apabila

terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:


150
1) Kontak sosial, yaitu peristiwa terjadinya

hubungan, sambungan atau sentuhan sosial

(dapat disertai sentuhan jasmaniah maupun

tidak) antara dua orang atau lebih.

2) Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan

atau informasi dari satu pihak (komunikator) ke

pihak lain (komunikan) dengan menggunakan

simbol-simbol. Simbol dapat berupa kata-kata,

suara, gerak isyarat, benda, dan sebagainya.

Proses komunikasi dinyatakan berlangsung apabila

telah terjadi pemahaman yang sama atas simbol-simbol

yang digunakan, baik oleh komunikator maupun

komunikan. Kontak dan komunikasi dapat berlangsung

secara primer maupun sekunder. Yang dimaksud kontak

atau komunikasi primer adalah kontak atau komunikasi

yang terjadi secara langsung berhadap-hadapan atau

tatap muka (face to face). Misalnya: dua orang atau lebih

yang saling bertemu dann berbicara dalam sebuah ruang

pertemuan. Sedangkan kontak atau komunikasi sekunder

adalah kontak atau komunikasi yang terjadi dengan

bantuan alat-alat komunikasi seperti surat, telepon, e-

mail, percakapan di internet, dan seterusnya (sekunder


langsung), maupun yang melalui bantuan pihak ketiga

(sekunder tidak langsung).


151
Terjadinya interaksi sosial dapat digambarkan

secara berurutan sebagai berikut:

1) ada dua orang atau lebih

2) terjadi kontak sosial di antaranya

3) terjadi komunikasi

4) terjadi reaksi atas komunikasi

5) akhirnya, terjadi aksi timbal-balik (aksi-reaksi)

yang saling mempengaruhi

Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Interaksi sosial dapat berpola: (1) individu dengan

individu, (2) individu dengan kelompok, dan (3)

kelompok dengan kelompok

2. Interaksi dapat berlangsung sebagai proses

positif (asosiatif) maupun negative (disosiatif),

namun ada kecenderungan interaksi

berlangsung positif.

3. Hubungan dalam interaksi sosial dapat

berlangsung dalam tingkat dangkal ataupun

tingkat dalam

4. Interaksi sosial menghasilkan penyesuaian diri

bagi para pelakunya

5. Interaksi sosial berpedoman kepada kaidah-

kaidah dan norma-norma yang berlaku.

152
Sehubungan dengan hal ini, perlu diidentifikasi

bentuk interaksi sosial yang cenderung berlangsung

positif dan berkesinambungan. Interaksi yang demikian

penting artinya dalam pembentukan lembaga, kelompok

dan organisasi sosial, yaitu interaksi sosial yang memiliki

ciri:

1. didasarkan kepada kebutuhan yang nyata

2. memperhatikan efektifitas

3. memperhatikan efisiensi

4. menyesuaikan diri kepada kebenaran dan

kaidah-kaidah yang berlaku

5. tidak bersifat memaksa baik secara fisik dan

mental

Lembaga, kelompok dan organisasi sosial pada

dasarnya adalah bentuk-bentuk atau wujud adanya

keteraturan dan dinamika sosial dan budaya dalam

masyarakat. Oleh karena itu, untuk memahami tentang

proses pembentukan lembaga, kelompok dan organisasi

sosial perlu memahami terlebih dahulu mengenai

keteraturan sosial budaya dalam masyarakat. Mari kita

bayangkan aktivitas di jalan raya. Banyak kendaraan

dalam berbagai ukuran yang melaju di jalan dengan arah

dan kecepatan yang tidak sama, orang berjalan.

153
Stratifikasi Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat

Status atau kedudukan sosial adalah tempat, posisi

atau kedudukan individu di dalam struktur sosial

kelompok atau masyarakat. Individu yang status

sosialnya berbeda akan memiliki hak-hak, tanggung

jawab dan kewajiban-kewajiban yang berbeda pula.

Untuk memudahkan pemahaman tentang status dapat

dinyatakan bahwa di dalam masyarakat ada orang-orang

yang berkedudukan tinggi, menengah dan ada pula yang

berkedudukan rendah.

Kedudukan atau status tersebut ada yang

diperoleh oleh seseorang sejak kelahirannya (dinamakan

ascribed statuses), misalnya: jenis kelamin, gelar

kebangsawanan, gelar dalam kasta, dan sebagainya, ada

yang diperoleh melalui perjuangan atau prestasi

(dinamakan achieved statuses), misalnya: status sebagai

seorang pakar, guru, dokter, wartawan, manejer

perusahaan, dan sebagainya, dan ada yang diperoleh

karena pemberian atas dasar jasa yang telah diberikan

kepada masyarakat (dinamakan assigned statuses),


misalnya gelar pahlawan pembangunan, pahlawan

proklamasi, pahlawan reformasi, doktor kehormatan, dan

sebagainya.

154
Dalam hubungannya dengan tindakan dan

interaksi sosial, ternyata dijumpai cara-cara bertindak dan

berinteraksi sosial yang berbeda di antara orang-orang

yang kedudukan sosialnya berbeda. Perbedaan-

perbedaan itu tampak pada misalnya cara berbicara,

tutur kata dan bahasa yang digunakan, sikap tubuh, cara

berpakaian, simbol status yang digunakan, dan

sebagainya.

Status yang disandang oleh seseorang

berhubungan pula dengan peran sosialnya. Yang

dimaksud dengan peran sosial adalah perilaku yang

diharapkan terhadap seseorang atau kelompok

sehubungan dengan status atau kedudukan yang

disandangnya. Jelasnya, ketika seseorang menyandang

status tertentu, misalnya seseorang berstatus sebagai

ayah, guru, menteri ataupun presiden, maka masyarakat

akan berharap atau bahkan menuntut agar orang

tersebut berperilaku tertentu yang sesuai dengan status

dan kedudukan yang disandangnya.

Seorang ayah harus bertanggung jawab atas

nafkah bagi anak-anak dan isterinya, seorang guru

dituntut untuk berperilaku yang dapat “digugu” dan

“ditiru” oleh para muridnya, seorang menteri dituntut

untuk menguasai seluruh permasalahan di


155
departemennya, dan seorang presiden dituntut untuk

dapat mengayomi seluruh golongan dan lapisan yang

ada dalam masyarakat, ucapan dan tindakannya harus

mencerminkan budaya bangsa yang mulia.

Ada tiga macam peran sosial:

1) Peran ideal, yaitu peran yang digagas,

dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat

terhadap orang-orang dengan status tertentu.

2) Peran dipersepsikan, yaitu peran yang

dilaksanakan dalam situasi tertentu. Misalnya

seorang guru ketika mendampingi para

siswanya berwidyawisata berperan seperti

halnya kakak atau teman terhadap para

siswanya.

3) Peran dilaksanakan, yaitu peran yang secara

nyata dilaksanakan oleh seseorang atau

sekelompok orang. Dapat terjadi peran yang

dilaksanakan tidak sama dengan peran ideal.

Dalam pelaksanaan peran-peran sosialnya,

seseorang dapat mengalami apa yang disebut sebagai

konflik status dan konflik peran. Konflik status adalah

pertentangan di antara status-status yang disandang

oleh seseorang ketika suatu interaksi sosial berlangsung

156
yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan di

antara status-status tersebut.

Hal ini dapat terjadi karena dalam kenyataannya

seseorang akan sekaligus menyandang berbagai macam

status sosial. Ketika suatu interaksi sosial berlangsung,

terdapat status aktif, yaitu status yang berfungsi ketika

sebuah interaksi sosial berlangsung, dan ada status laten,

yakni status yang tidak berfungsi ketika sebuah interaksi

sosial berlangsung. Konflik status terjadi ketika dalam

suatu interaksi sosial muncul lebih dari status aktif dan

kepentingannya berbeda.

Contoh seorang polisi muda yang bertugas di jalan

raya harus memberikan sanksi kepada seorang gadis

pengendara sepeda motor yang melanggar peraturan

lalu-lintas, dan kebetulan gadis tersebut adalah calon

isteri yang sangat dicintainya. Dalam diri polisi muda tadi

dapat terjadi konflik antara status sebagai polisi yang

harus menindak pelanggar aturan lalu-lintas dengan

status sebagai calon suami yang harus melindungi.

Sedangkan yang dimaksud dengan Konflik peran

adalah keadaan yang terjadi apabila seseorang tidak

dapat menjalankan peran sosialnya sesuai dengan

harapan masyarakat. Dalam diri pak Polisi pada contoh di

atas dapat terjadi konflik peran karena tidak dapat


157
berperan sebagai polisi yang berhadapan dengan

pelanggar aturan lalu-lintas. Konflik peran juga dapat

terjadi ketika kita harus melakukan tindakan-tindakan

yang tidak sesuai dengan kehendak hati kita.

Seorang sarjana teknik yang bekerja sebagai

bengkel sepeda, atau seorang sarjana ekonomi yang

bekerja sebagai pelayan pada sebuah toko kelontong,

dapat mengalami konflik peran karena akan merasa

terpaksa menjalankan pekerjaan yang menurut

penilaiannya tidak sesuai dengan status yang disandang.

158
C. Penutup
Munculnya stratifikasi sosial dalam masyarakat

menimbulkan dampak kentara yang dapat ditemui

dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Kamanto Sunarto, dampak yang ditimbulkan akibat

ketidaksamaan dalam sistem sosial, yaitu terjadinya

perbedaan gaya hidup yang disebabkan karena adanya

simbol status yang menandakan status seseorang dalam

masyarakat.

Dalam pandangan Peter Berger, orang senantiasa

memperlihatkan kepada orang lain bahwa apa yang

telah diraihnya dengan memakai berbagai simbol dapat

menyimpulkan bahwa simbol status berfungsi untuk

memberitahu status yang diduduki seseorang. Simbol

status ini terwujud dalam cara menyapa, berbahasa, gaya

bicara maupun komunikasi nonverbal seperti gerak

tubuh, gaya pakaian, dan penggunaan aksesoris.

Selain itu, kesemua perbedaan pada diferensiasi


dan stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat
menjadi majemuk. Suatu masyarakat yang majemuk
umumnya memiliki kebudayaan yang bermacam-macam.
Hal ini dapat menimbulkan konflik-konflik sosial atau
setidaknya oleh kurangnya integrasi dan saling
ketergantungan di antara kesatuan-kesatuan sosial yang

159
menjadi bagian-bagiannya. Namun tidak selamanya
masyarakat majemuk mempunyai dampak negatif.
Struktur masyarakat yang majemuk tentunya memiliki
khazanah budaya yang kaya.
Selanjutnya, kondisi ini menyebabkan masyarakat
seolah-olah terkotak-kotak. Situasi ini mendorong
munculnya sikap primordialisme. Istilah primordialisme
menggambarkan adanya ikatan-ikatan seseorang dalam
kehidupan sosial dengan hal-hal yang dibawa sejak awal
kelahirannya, misalnya kesukubangsaan, kedaerahan, ras,
dan lain-lain.
Dari sikap primordialisme memunculkan sikap
etnosentrisme. Sikap etnosentrisme merupakan sikap
yang memandang budaya orang lain dari kacamata
budaya sendiri akibatnya dapat memunculkan sebuah
konflik sosial.
Dampak sistem stratifikasi sosial menjadikan
struktur masyarakat memiliki kesenjangan sosial. Hal ini
dikarenakan dalam sistem stratifikasi memuat lapisan-
lapisan sosial masyarakat yang berdasarkan tinggi
rendahnya kedudukan. Karenanya di dalam masyarakat
terdapat penggolongan secara vertikal, yaitu kelompok
masyarakat yang lebih tinggi atau lebih rendah apabila
dibandingkan dengan kelompok lain. Perbedaan ini
sering kali memunculkan sikap penindasan terhadap
kelompok lainnya.
160
Latihan

1. Jelaskan tentang konsep stratifikasi dan diferensiasi?

2. Jelaskan tiga peran sosial?

3. Bagaimana stratifikasi sosial di dalam masyarakat?

4. Jelaskan interaksi sosial dalam pelapisan sosial?

5. Jelaskan bagaimana terjadinya interaksi sosial?

161
BAHAN PEMBELAJARAN IX
Fungsi Nilai, Moral, Keadilan, Ketertiban
Dan Kesejahteraan Masyarakat

A. Pendahuluan
Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan

tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang

sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

bentuk peraturan tersebut adalah tentang moral. Dalam

bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral

adalah ajaran baik-buruk yang diterima masyarakat

dalam perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti

dan susila. Norma dan nilai-nilai merupakan unsur-unsur

yang terdapat dalam moral dan dijadikan sebagai tolak

ukur untuk menetapkan baik buruknya tindakan atau

perbuatan sebagai manusia.

Norma dapat diartikan sebagai pedoman, ukuran,

aturan atau kebiasaan yang dipakai untuk mengatur

sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini

orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu

perbuatan. Selain norma, nilai termasuk di dalam unsur-

unsur moral.

Nilai merupakan suatu harga, isi atau makna dari

perbuatan yang memiliki tujuan. Nilai berada di dalam

moral agar seseorang dapat berbuat baik dengan tujuan

162
yang memiliki nilai. Moral, norma, dan nilai-nilai dapat

berjalan apabila didalamnya terdapat atribut yaitu sifat

atau tindakan untuk melakukan hal tersebut sehingga

menghasilkan perilaku-perilaku yang benar dalam

kehidupan (Soekanto, 1990:199).

163
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Fungsi Dan Perwujudan Nilai dan Moral
Apabila tindakan dan interaksi di antara para warga

masyarakat selaras atau serasi dengan nilai dan norma

sosial yang berlaku, maka yang terjadi adalah keteraturan

sosial. Namun, apabila tindakan dan interaksi sosial di

antara para warga masyarakat tidak sesuai atau tidak

selaras dengan nilai dan norma sosial maka yang terjadi

adalah ketidakteraturan sosial yang bentuknya dapat

berupa berbagai proses disosiatif, misalnya konflik,

disorganisasi sosial, disintegrasi sosial dan berbagai

problema sosial.

Berdasar uraian di atas dapat ditegaskan bahwa

nilai dan norma sosial berperan sebagai pengarah dan

ukuran bersikap dan bertindak dalam kehidupan

bermasyarakat. Seperti dinyatakan oleh Woods, bahwa

nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang

telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku

dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan norma merupakan ukuran yang

digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima

karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga

164
masyarakat ataukah merupakan tindakan yang

menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan

sebagian besar warga masyarakat.

Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma

sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan

nilai sosial. Pelanggaran terhadap norma akan

mendapatkan sanksi dari masyarakat. Karena adanya

sanksi inilah maka anggota masyarakat merasa jera, atau

paling tidak enggan melakukan pelanggaran. Jika

keadaannya demikian maka dalam masyarakat akan

terbentuk keteraturan sosial.

Kohlberg mengajukan konsep moralitas dipandang

dari penalaran atau pertimbangan yang

melatarbelakangi keputusan baik/buruk, benar/salah.

Penalaran atau pertimbangan tersebut berkenaan

dengan keluasan wawasan mengenai relasi antara diri

dan orang lain, hak dan kewajiban. Relasi diri dan orang

lain di dasari prinsip equality, artinya orang lain sama

derajatnya dengan diri. Dengan demikian antara diri dan

diri lain dapat dipertukarkan. Ini disebut prinsip

reciprocity.
Moralitas pada hakekatnya merupakan

penyelesaian konflik antara diri dan diri lain tersebut,

antara hak dan kewajiban dalam konvensi. Apabila baik-


165
buruk yang dianut dalam konvensi sesuai dengan prinsip

moral individu, maka individu tersebut mengikuti

konvensi. Namun apabila baik-buruk yang dianut dalam

konvensi tidak sesuai dengan prinsip moral individu,

maka seorang individu tidak terbawa arus mengikuti

konvensi, melainkan tetap berpegang pada prinsip

moralnya sendiri, jadi yang dianggap baik adalah yang

tidak terkungkung oleh sistem, sehingga dapat

memandang konvensi dari luar sistem sosial itu sendiri,

dengan memegang teguh prinsip yang diacu.

Perbedaan antara norma, aturan atau harapan

masyarakat dengan prinsip moral individu akan terjadi,

bila terdapat suatu kondisi seperti yang digambarkan

Ronggowarsito sebagai jaman edan (jaman gila). Dalam

jaman gila dikatakan Ronggowarsito bahwa kalau kita

tidak ikut-ikutan gila kita tidak akan mendapatkan

bagian. Namun masih lebih baik orang yang ingat dan

waspada, yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip

moral yang dianut dalam jaman tersebut.

166
Keadilan, Ketertiban, Dan Kesejahteraan

Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan

seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang

menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan

sesuai dengan harkat dan martabatnya, sama derajatnya,

dan sama hak dan kewajibannya, tanpa membedakan

suku, keturunan, dan agamanya. Plato membagi keadilan

menjadi keadilan individual dan keadilan bernegara.

Menurutnya keadilan individual adalah kemampuan

seseorang menguasai diri dengan cara menggunakan

rasio.

Sedangkan menurut Aristoteles keadilan dibagi

dalam lima bentuk, yaitu

1) keadilan komutatif, yaitu perlakuan terhadap

seseorang tanpa melihat jasa-jasa yang

dilakukannya,

2) keadilan distributif, yaitu perlakuan terhadap

seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang telah

dibuatnya,

3) keadilan kodrat alam, yaitu memberi sesuatu

sesuai dengan yang diberikan orang lain kepada

kita,

167
4) keadilan konvensional, yaitu seseorang yang

telah mentaati segala peraturan perundang-

undangan yang telah diwajibkan,

5) keadilan menurut teori perbaikan adalah

seseorang yang telah berusaha memulihkan

nama baik orang lain yang telah tercemar.

Keadilan merupakan suatu hal yang abstrak,

sehingga akan sulit mewujudkan suatu keadilan jika tidak

mengetahui apa arti keadilan. Beragam, dapat

ditunjukkan dari berbagai pendapat yang dikemukakan

keadilan dalam dua kelompok, yaitu keadilan umum atau

keadilan menurut kehendak undang-undang yang harus

ditunaikan demi kepentingan umum dan keadilan khusus

yang didasarkan atas kesamaan atau proporsionalitas.

Pada umumnya keadilan dan kata adil digunakan

dalam empat hal: keseimbangan, persamaan dan non-

diskriminasi, pemberian hak kepada yang berhak, dan

pelimpahan wujud berdasarkan tingkat dan kelayakan.

Adil adalah keadaan yang seimbang. Apabila kita

melihat suatu sistem atau himpunan yang memiliki

beragam bagian yang dibuat untuk tujuan tertentu,

maka mesti ada sejumlah syarat, entah ukuran yang

tepat pada setiap bagian dan pola kaitan antar bagian

tersebut.
168
Dengan terhimpunnya semua syarat itu, himpunan

ini bisa bertahan, memberikan pengaruh yang

diharapkan darinya, dan memenuhi tugas yang telah

diletakkan untuknya. Setiap masyarakat yang seimbang

membutuhkan bermacam-macam aktivitas. Di antaranya

adalah aktivitas ekonomi, politik, pendidikan, hukum, dan

kebudayaan. Semua aktivitas itu harus didistribusikan di

antara anggota masyarakat dan setiap anggota harus

dimanfaatkan untuk suatu aktivitas secara proporsional.

Terhadap diskriminasi dalam bentuk apapun.

Ketika dikatakan bahwa seseorang berbuat adil, yang

dimaksud adalah bahwa orang itu memandang semua

individu secara sama, setara, tanpa melakukan

pembedaan dan pengutamaan. Dalam pengertian ini,

keadilan sama dengan persamaan.

Dengan keadilan adalah keniscayaan tidak

terjaganya beragam kelayakan yang berbeda-beda dan

memandang segala sesuatu dan semua orang secara

sama rata, keadilan seperti ini identik dengan kezaliman

itu sendiri. Apabila tindakan memberi secara sama rata

dipandang sebagai adil, maka tidak memberi kepada

semua secara sama rata juga mesti dipandang sebagai

adil. Anggapan umum bahwa kezaliman yang dilakukan

169
secara sama rata kepada semua orang adalah keadilan

berasal dari pola pikir semacam ini.

Adapun kalau yang dimaksud dengan keadilan

adalah terpeliharanya persamaan pada saat kelayakan

memang sama, pengertian itu dapat diterima. Sebab,

keadilan meniscayakan dan mengimplikasikan

persamaan seperti itu.

Pengertian keadilan yang dimaksud ialah

pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak

kepada setiap objek yang layak menerimanya. Dalam

artian ini, kezaliman adalah pelenyapan dan pelanggaran

terhadap hak-hak pihak lain. Pengertian keadilan ini,

yaitu keadilan sosial, adalah keadilan yang harus

dihormati dalam hukum manusia dan setiap individu

benar-benar harus berjuang untuk menegakkannya.

Keadilan dalam pengertian ini bersandar pada dua

hal, hak dan prioritas, yaitu adanya berbagai hak dan

prioritas sebagai individu bila dibandingkan dengan

sebagian lain. Apabila seseorang mengerjakan sesuatu

yang membutuhkan hasil, misalnya, ia memiliki prioritas

atas buah pekerjaannya. Penyebab timbulnya prioritas

dan preferensi itu adalah pekerjaan dan aktivitasnya

sendiri. Demikian pula halnya dengan bayi, ketika

dilahirkan oleh ibunya, ia memiliki klaim prioritas atas air


170
susu ibunya. Sumber prioritas itu adalah rencana

penciptaan dalam bentuk sistem keluarnya air susu ibu

untuk bayi tersebut.

Kedua, karakter khas manusia, yang tercipta dalam

bentuk yang dengannya manusia menggunakan

sejumlah ide atau metode, agar dengan perantaraan ide

dan metode, ia bisa mencapai tujuan-tujuannya.

Ide-ide itu akan membentuk serangkaian gagasan

yang penentuannya bisa dengan perantara. Ringkasnya,

agar tiap individu masyarakat bisa meraih kebahagiaan

yang terpelihara. Pengertian keadilan manusia seperti itu

diakui oleh kesadaran semua orang. Sedangkan titiknya

yang berseberangan adalah kezaliman yang ditolak oleh

kesadaran semua orang. Pengertian keadilan dan

kezaliman ini pada satu sisi bersandar pada asas prioritas

dan presedensi, dan pada sisi lain bersandar pada asas

watak manusia yang terpaksa menggunakan sejumlah

konvensi untuk merancang apa yang seharusnya, dan

apa yang tidak seharusnya serta mereka-reka baik dan

buruk.

Pengertian keadilan yang dimaksud ialah tindakan

memelihara kelayakan dalam pelimpahan wujud, dan

tidak mencegah limpahan dan rahmat pada saat

kemungkinan untuk mewujudkan dan menyempurnakan


171
pada itu telah tersedia. Semua, pada tingkatan wujud

yang mana pun, memiliki keletakan khas terkait

kemampuannya menerima emanasi tersebut. Mengingat

Zat Ilahi adalah Kesempurnaan Mutlak dan Kebaikan

Mutlak yang senantiasa memberi emanasi, maka Dia

pasti akan memberikan wujud atau kesempurnaan wujud

kepada setiap sesuai dengan yang mungkin diterimanya.

Jadi, keadilan Ilahi menurut rumusan ini berarti

bahwa setiap mengambil wujud dan kesempurnaan

wujudnya sesuai dengan yang layak dan yang mungkin

untuknya. Para ahli hikmah (teosof) menyandangkan sifat

adil kepada Tuhan agar sejalan dengan (ketinggian) Zat

Tuhan dan mejadi sifat sempurna bagi-Nya. Dalam posisi

lain, aliran yang dikenal Filsafat John Rawls Tentang

Teori Keadilan (Mukaddimah, 2013:43).

172
C. Penutup

Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan

tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang

sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

bentuk peraturan tersebut adalah tentang moral. Dalam

bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila.

Moral adalah ajaran baik-buruk yang diterima

masyarakat dalam perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak,

budi pekerti dan susila. Norma dan nilai-nilai merupakan

unsur-unsur yang terdapat dalam moral dan dijadikan

sebagai tolak ukur untuk menetapkan baik buruknya

tindakan atau perbuatan sebagai manusia. Norma dapat

diartikan sebagai pedoman, ukuran, aturan atau

kebiasaan yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang

lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat

menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.

Selain norma, nilai termasuk didalam unsur-unsur

moral. Nilai merupakan suatu harga, isi atau makna dari

perbuatan yang memiliki tujuan. Nilai berada di dalam

moral agar seseorang dapat berbuat baik dengan tujuan

yang memiliki nilai. Moral, norma, dan nilai-nilai dapat

berjalan apabila didalamnya terdapat atribut yaitu sifat

atau tindakan untuk melakukan hal tersebut sehingga

173
menghasilkan perilaku-perilaku yang benar dalam

kehidupan (Soekanto, 1990:199). Bertolak dari semuanya

itu, moral telah mencakup berbagai aspek kehidupan

baik dalam budaya, agama, politik, pendidikan dan

ekonomi.

174
Latihan

1. Jelaskan pengertian nilai, norma dan moral?

2. Jelaskan perwujudan fungsi nilai dan moral?

3. Apa yang dimaksudkan dengan keadilan?

4. Jelaskan keadilan menurut aristoteles?

5. Berikan penjelasan tentang kesejahteraan, keadilan

dan ketertiban?

175
BAHAN PEMBELAJARAN X
Sains, Teknologi Dan Dampak Pemanfaatan
Teknologi Di Indonesia

A. Pendahuluan
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kali kita

menemui perubahan-perubahan dalam segala segi

kehidupan, termasuk perubahan pada masyarakat itu

sendiri, karena pada dasarnya tidak ada masyarakat yang

statis. Selalu ada perubahan-perubahan dalam

masyarakat secara dinamis. Entah perubahan tersebut

membangun dalam artian positif atau sebaliknya malah

membawa dampak buruk bagi masyarakat, perubahan

tersebut sebagai konsekuensi inovasi teknologi.

Ilmu merupakan kata bahasa Inggris sciensce, atau

scientia (bahasa latin). Kata kerja bahasa latin adalah


scire, yang artinya tahu atau mengetahui. Apa itu ilmu;
defenisi umum dan mudah ialah systematic body of

knowledge. John G Kemeny : mendefenisikan ilmu


sebagai all knowledges collected by means of the
scientific menthod (semua pengetahuan yang

dikumpulkan dengan metode ilmiah) jadi ilmu adalah

pengetahuan yang sistematis.

Teknologi didefenisikan secara sederhana sebagai

penerapan ilmu, khususnya pengetahuan ilimah

176
kealaman (natural science). Bunge mendefenisikan

teknologi sebagai ilmu terapan (applied science). Jadi

ilmu dan teknologi memang berbeda tetapi tidak dapat

dipisahkan, terdapat hubungan dialektif. Ilmu

menyiapkan bahan pendukung berupa teori-teori,

sebaliknya penemuan teknologi memperluas cakrawala

penelitian ilmiah.

Sementara itu, Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) adalah payung besar terminologi yang mencakup

seluruh peralatan teknis untuk memproses dan

menyampaikan informasi, mencakup dua aspek yaitu

teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi

informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan

proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan

pengelolaan informasi, sedangkan teknologi komunikasi

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

penggunaan alat bantu untuk memproses dan

mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi

komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak

terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi

mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang

terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,

177
pemindahan informasi antar media (Buletin pos dan

telekomunikasi, 2013:335-334).

Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia

mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk mengolah

SDA yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana

dalam pengembangan IPTEK harus didasarkan terhadap

moral dan kemanusiaan yang adil dan beradab

Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya

telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan

peradaban umat manusia. Pengembangan iptek

dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator

yang akan membebaskan mereka dari kungkungan

kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat

manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Dalam

peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia

terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek

terhadap kehidupan umat manusia.

178
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Teknologi Bagi Manusia
Manusia pada awalnya tidak mengenal konsep

teknologi. Kehadiran manusia purba pada masa pra

sejarah, hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya

dalam mencari makan, alat bantu dalam berburu, serta

meng-olah makanan. Alat bantu yang mereka guna-kan

sangatlah sederhana, terbuat dari bambu, kayu, batu,

dan bahan sederhana lain yang mudah mereka jumpai di

alam bebas. Misalnya untuk membuat perapian, ia

memanfaatkan bebatuan yang dapat memunculkan

percikan api.

Pada awalnya teknologi berkembang secara

lambat. Namun seiring dengan kemajuan tingkat

kebudayaan dan peradaban manusia perkembangan

teknologi berkembang dengan cepat. Semakin maju

kebuda-yaannya, semakin berkembang teknologinya

karena teknologi merupakan perkembangan dari

kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib, 2011:254).

Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa

Yunani, yaitu “tecnologia” yang berarti pembahasan

sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah

tersebut memiliki akar kata “techne” dalam bahasa

Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari

179
makna harfiah tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani

kuno dapat didefinisikan sebagai seni memproduksi alat-

alat produksi dan menggunakannya.

Definisi tersebut kemudian berkembang menjadi

penggunaan ilmu pengetahuan sesuai dengan

kebutuhan manusia. Teknologi dapat pula dimaknai

sebagai ”pengetahuan mengenai bagaimana membuat

sesuatu (know-how of making things) atau “bagaimana

melakukan sesuatu” (know-how of doing things), dalam

arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nilai

yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya

(Martono, 2012:276).

Dalam konsep yang pragmatis dengan

kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah

dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of


knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of
art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan
proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai

sumber, tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan

dikombinasikan untuk merealisasikan tujuan produksi.

Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisik

dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi

sosial, terutama teknologi sosial pembangunan sehingga

180
teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai

setiap tujuan Insani” (Dwiningrum, 2012:153).

Henslin menjelaskan bahwa istilah teknologi dapat

mencakup dua hal. Pertama, teknologi menunjuk pada

peralatan, yaitu unsur yang digunakan untuk

menyelesaikan tugas. Teknologi merujuk pada peralatan

sedemikian sederhana-seperti sisir sampai yang sangat

rumit seperti komputer. Kedua, keterampilan atau

prosedur yang diperlukan untuk membuat dan

menggunakan peralatan tersebut.

Teknologi dalam kasus ini tidak hanya merujuk

pada prosedur yang diperlukan untuk membuat sisir dan

komputer, akan tetapi juga meliputi prosedur untuk

mem-produksi suatu tatanan rambut yang dapat

diterima, atau untuk dapat memasuki jaringan internet.

Secara sosiologis, teknologi memiliki makna yang

lebih mendalam daripada peralatan. Teknologi

menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non

material suatu kelompok. Jika teknologi suatu kelompok

mengala-mi perubahan, maka cara berpikir manusia juga

akan mengalami perubahan. Hal ini juga berdampak

pada cara mereka berhubungan dengan yang lain. Bagi

Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan

materialisme historis hanya menunjuk pada sejumlah alat


181
yang dapat dipakai manusia untuk mencapai

kesejahteraan. Weber mendefinisikan teknologi sebagai

ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu

menurut Durkheim, teknologi merupakan kesadaran

kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan

kedudukan agama dalam masyarakat (Martono,

2012:277-278).

Manusia menggunakan teknologi karena memiliki

akal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah,

ingin hidup lebih baik, lebih aman, dan sebagainya.

Perkem-bangan teknologi terjadi karena seseorang

menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap

masalah yang dihadapinya.

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa

dihindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan

teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk

memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia.

Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta

sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia.

Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang

dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah

dihasilkan dalam dekade terakhir ini.

182
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang

demikian mengagumkan itu memang telah membawa

manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat

manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya

menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif

sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin

otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-

formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu

menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam

berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata

kemajuan teknologi saat ini benar-benar telah diakui dan

dirasakan memberikan banyak kemudahan dan

kenyamanan bagi kehidupan umat manusia (Dwi-

ningrum, 2012:171).

Di sisi lain, manusia tidak bisa menipu diri sendiri

akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan

malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia modern.

Kemajuan teknologi, yang semula untuk memudahkan

manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka mun-

cul “kesepian” dan keterasingan baru, yakni lunturnya

rasa solidaritas, kebersamaan, dan silaturrahmi.

Contohnya penemuan televisi, komputer, internet, dan

handphone telah mengakibatkan kita terlena dengan


dunia layar. Layar kemudian menjadi teman setia,
183
bahkan kita lebih memperhatikan dunia layar

dibandingkan istri/suami, dan anak sekalipun.

Hampir setiap bangun tidur kita menekan tombol

televisi untuk melihat layar, pergi ke kantor tekan tombol

handphone melihat layar untuk ber-sms, BBM

(Blackberry Messenger) ria atau main game, sampai di

kantor sudah tersedia layar komputer atau layar televisi.

Begitu juga ketika pulang dari kantor sampai rumah,

layar televisi yang dilihat terlebih dahulu bukan istri dan

anak. SMS dan BBM membuat manusia mengalami

“amnesia” (lupa anak dan istri atau suami). Akibatnya

hubungan antar anggota keluarga renggang, satu sama

lain asyik dengan layarnya masing-masing.

Dampak Penyalahgunaan Iptek Pada Kehidupan

Dahulu, para petani di lingkungan tempat tinggal

kita masih menggunakan bantuan tenaga hewan dalam

mengerjakan/membajak sawahnya dan juga dibantu

oleh tetangga dalam menanam padi atau tanaman

lainnya. Namun saat ini, dengan berkembangnya

teknologi, para petani telah menggunakan traktor dalam

membajak sawah dan juga sudah menggunakan mesin

perontok padi untuk mengolah hasil panenannya.

184
Selain teknologi dalam bidang pertanian, teknologi

yang berkaitan dengan komunikasi pun berkem-bang

pesat. Dahulu, apabila ingin berkomuni kasi jarak jauh

memerlukan waktu yang lama. Akan tetapi, alat

komunikasi saat ini sudah canggih. Misalnya melalui

telepon seluler yang saat ini satu orang tidak hanya

memiliki satu alat komunikasi tersebut. Bahkan, sekarang

anak usia remaja bahkan yang masih anak-anak

sekalipun telah mengenal apa itu facebook, email,

twitter, dan lain sebagainya. Itulah contoh-contoh


perubahan pola hidup manusia akibat kemajuan

teknologi.

Pola hidup manusia selalu mengalami perubahan

seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin

modern membawa manusia pada pola perilaku yang

unik, yang membedakan individu satu dengan individu

lain dalam persoalan gaya hidup. Bagi sebagian orang

gaya hidup merupakan suatu hal yang penting karena

dianggap sebagai sebuah bentuk ekspresi diri. Pola

hidup merupakan pola-pola tindakan yang membe-

dakan antara satu orang dengan orang lain, yang

berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

mungkin tidak dapat dipahami oleh orang yang tidak

hidup dalam masyarakat modern.


185
Peran teknologi dalam mempengaruhi perubahan

pola hidup manusia bukanlah sebuah hal yang perlu

dipertanyakan lagi. Manusia tidak akan mampu hidup

tanpa teknologi. Manusia purba, misalnya, telah lama

mengenal teknologi sebagai alat bantu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, kebanyakan teknologi itu terbuat

dari bahan-bahan atau materi yang sangat sederhana.

Teknologi dapat menyatukan masyarakat, dapat pula

memisahkan masyarakat. Ada empat perubahan

kecenderungan berpikir yang diakibatkan oleh

perkembangan teknologi, yaitu: pertama, tumbuhnya

reifikasi, yaitu anggapan bahwa yang semakin luas dalam


kenyataan harus diwujudkan dalam bentuk-bentuk

lahiriah dan diukur secara kuantitatif. Kedua, manipulasi

yaitu kemampuan manipulasi yang tinggi bagi kerangka

berpikir manusia yang disebabkan kemampuan

teknologi dalam mengubah dan mengolah benda-benda

alamiah menjadi sesuatu yang bersifat artifisial demi

memenuhi kepentingan ma-nusia. Ketiga, fragmentasi,

yaitu adanya spe-sialisasi dalam pembagian kerja yang

akhirnya menuntut profesionalisme dalam dunia kerja.

Keempat, individualisasi, yang diciri-kan dengan semakin

renggangnya ikatan sese-orang dengan masyarakatnya

186
dan semakin besarnya peranan individu dalam tingkah

laku sehari-hari (Martono, 2012:278).

Manusia pada saat ini telah begitu jauh

dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Situasi tertekan. Manusia mengalami

ketegangan akibat penyerapan mekanis-me-

mekanisme teknik. Manusia melebur dengan

mekanisme teknik, sehingga waktu manusia dan

pekerjaannya mengalami pergeseran. Peleburan

manusia de-ngan mekanisme teknik, menuntut

kualitas dari manusia, tetapi manusia sendiri

tidak hadir di dalamnya. Contohnya: pada

sistem industri ban, seorang buruh meskipun

sakit atau lelah, ataupun ada berita duka bahwa

anaknya sedang sekarat di Rumah Sakit,

mungkin pekerjaan itu tidak dapat ditinggalkan

sebab akan membuat macet garis produksi dan

upah bagi temannya. Keadaan tertekan

demikian, akan menghilangkan nilai-nilai sosial

dan tidak manusiawi lagi.

2. Perubahan ruang dan lingkungan manusia.

Teknik telah mengubah lingkungan manusia dan

hakikat manusia. Contoh yang sederhana


187
manusia dalam hal makan atau tidur tidak

ditentukan oleh lapar atau mengantuk tetapi

diatur oleh jam. Lingkungan manusia menjadi

terbatas, manusia sekarang hanya berhubungan

dengan bangunan tinggi yang padat, sehingga

sinar matahari pagi tidak sempat lagi

menyentuh permukaan kulit tubuh manusia.

3. Perubahan waktu dan gerak manusia. Akibat

teknik, manusia terlepas dari hakikat kehidupan.

Sebelumnya waktu diatur dan diukur sesuai

dengan kebutuh-an dan peristiwa-peristiwa

dalam hidup manusia, sifatnya alamiah dan

konkrit. Tetapi sekarang waktu menjadi abstrak

dengan pembagian jam, menit dan detik. Waktu

hanya mempunyai kuantitas belaka tidak ada

nilai kualitas manusiawi atau sosial, sehingga

irama kehidupan harus tunduk kepada waktu.

4. Terbentuknya suatu masyarakat massa. Akibat

teknik, manusia hanya memben-tuk masyarakat

massa, artinya ada kesenjangan sebagai

masyarakat kolektif. Sekarang struktur

masyarakat hanya di-tentukan oleh hukum

ekonomi, politik, dan persaingan kelas. Proses

ini telah menghilangkan nilai-nilai hubungan


188
sosial suatu komunitas. Terjadinya neurosa

obsesional atau gangguan syaraf menurut


beberapa ahli merupakan akibat hilang-nya

nilai-nilai hubungan sosial. Kondisi sekarang ini

manusia sering dipandang menjadi objek teknik

dan harus selalu menyesuaikan diri dengan

teknik yang ada (Bachtiar, 2012:225).

5. Ternyata dunia modern yang mengukir kisah

sukses secara materi dan kaya ilmu

pengetahuan serta teknologi, sepertinya tidak

cukup memberi bekal hidup yang kokoh bagi

manusia, sehingga banyak manusia modern

tersesat dalam kemajuan dan kemodernannya.

Manusia modern kehilangan aspek moral

sebagai fungsi kontrol dan terpasung dalam

sangkar tek-nologi. Berdasar teori perubahan

sosial budaya kemajuan teknologi telah menye-

babkan kemajuan sekaligus kemunduran dalam

kehidupan sosial budaya.

Meskipun teknologi memberikan ba-nyak manfaat

bagi manusia, namun di sisi lain kemajuan teknologi akan

berpengaruh negatif pada aspek sosial budaya:

1. Kemerosotan moral di kalangan warga

masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan


189
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang

terlalu menekankan pada upaya pemenuhan

berbagai ke-inginan material, telah

menyebabkan sebagian warga masyarakat

menjadi kaya dalam materi tetapi miskin dalam

rohani.

2. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan

remaja semakin meningkat semakin lemahnya

kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di

masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-

menolong telah melemahkan kekuatan kekuatan

sentripetal yang berperan pen-ting dalam

menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa

dilihat bersama, kenakalan dan tindak

menyimpang di kalangan remaja dan pelajar

semakin meningkat dalam berbagai bentuknya,

seperti per-kelahian, corat-coret, pelanggaran

lalu lintas sampai tindak kejahatan

3. Pola interaksi antarmanusia yang berubah.

Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah

tangga golongan menengah ke atas telah

merubah pola interaksi keluarga. Komputer

yang disam-bungkan dengan telepon telah

membuka peluang bagi siapa saja untuk


190
berhubung-an dengan dunia luar. Program

Internet Relay Chatting (IRC), internet, dan e-

mail telah membuat orang asyik dengan

kehidupannya sendiri. Selain itu tersedia-nya

berbagai warung internet (warnet) telah

memberi peluang kepada banyak orang yang

tidak memiliki komputer dan saluran internet

sendiri untuk berkomuni-kasi dengan orang lain

melalui internet. Kini semakin banyak orang

yang meng-habiskan waktunya sendirian

dengan komputer. Melalui program Internet

Relay Chatting (IRC) anak-anak bisa asyik


mengobrol dengan teman dan orang asing

kapan saja (Siti Irene, 2012: 174-175).

Problematika Pemanfaatan Teknologi Informasi


Di Indonesia

Perkembangan Iptek khu susnya pad a teknologi

informasi, membawa pengaruh yang luar biasa terhadap

masyarakat terutama pada generasi muda. Mulai dari

televisi, komputer, radio, telephone, dan media internet

dengan seperangat media jejaring sosialnya (facebook,

twitter, friendster, plurk, myspace ), yang bisa diakses


dengan mudah lewat telepon seluler di manapun
191
tempatnya, tanpa ada kontrol dari orang lain. Sehingga

individu men jad i bebas dalam mengakses apapun yang

ada di dalamnya , termasuk dalam membangun jaringan

komunikasi. Etika d alam berkomunikasi di media jejaring

sosial men jadi diabaikan , umpatan , cemoohan menjadi

hal yang biasa . Kebiasaan model komunikasi yang tanpa

etika ini jika tidak segera disadari akan mampu

berpengaruh pada realitas kehidupan sosial generasi

muda.

Nilai-nilai sosial, budaya, bahkan agama yang telah

disosialisasikan semenjak kecil menjadi tergerus pelan-

pelan lewat jejaring sosial yang sifatnya pribadi dan

tanpa kontrol. Sehingga ancaman terjadinya perilaku

amoral, dekadensi moral, pelanggaran HAM, dan bahkan

budaya hedonisme, termasuk ideologi sekuler diam-diam

dihembuskan lewat media ini. Dan ironisnya, jejaring

sosial di internet yang ibarat telah menjadi candu bagi

generasi muda kita, tidak ada konter dari pihak

manapun, baik pengambil kebijakan di pemerintah,

sekolah, maupun orangtua. Bahkan tidak ada anak-anak

kita (generasi muda) yang tidak memiliki apa yang

disebut dengan facebook atau twitter di telephone selu

lernya.

192
Telah banyak kasus terjadi akibat dari pertemanan

di jejaring sosial lewat internet, mulai dari penipuan,

penculikan, traffiking, sampai pada pembunuhan, baik

yang dimuat dalam media masa maupun yang tidak.

Masalah-masalah yang timbul karena akibat dari

perkembangan teknologi informasi ini tentunya merup

akan ancaman bagi generasi muda masyarakat Islam ke

depan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya konkrit

untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya

perkembangan teknologi informasi.

Ketika perkembangan teknologi informasi

membelenggu generasi muda dalam dunia virtual,

seolah-olah aktivitas sosial lain yang secara riil menjadi

tidak penting. Aspek etika komunikasi dan aspek

sosialisasi tidak lagi menjadi prioritas dalam kehidupan

sosial.

Yang pada akhirnya tid ak menutup kemungkinan

akan lahir generasi yang egois, tidak peduli dengan

lingkungan sosial, menganggap tidak penting tentang

etika dan nilai-nilai sosial. Tidak menganggap penting ha

irnya orang lain dalam kehidupan yang nyata.

Dari hasil penelitian di Indonesia, bahwa

kebanyakan teknologi informasi diakses oleh generasi

muda usia antara 20 tahunan, dengan menggunakan


193
akun twitter dan facebook yang d iakses lewat telephon

seluler. Dari hasil temuan ini bisa dikatakan bahwa akses

seseorang d alam teknologi informasi sifatnya sangat

pribadi, sehingga tidak menuntup kemungkinan hasil

pemahaman komunikasi yang dilakukan lewat akun

jejaring sosialnya akan mengkonstruksi perilaku

seseorang berbeda dari realitas sosial.

Fenomena inilah yang menurut penulis , generasi

muda telah terbelenggu atau didominasi oleh

perkembangan teknologi informasi. Oleh karena itu

memerlukan kedasaran individu maupun kolektif dari

dunia virtual untuk kembali sadar ke dalam dunia nyata

(realitas sosial).

194
C. Penutup

Secara sosiologis, teknologi merupakan salah satu

aspek yang turut mempengaruhi setiap aktivitas,

tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu

mengubah pola hubungan dan pola interaksi antar

manusia. Kehadiran teknologi merupakan sesuatu yang

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manu-sia. Aktivitas

manusia sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kehadiran

teknologi. Kemajuan teknologi dewasa ini ditandai

dengan semakin canggihnya alat-alat di bidang infor-

masi dan komunikasi, satelit, bioteknologi, pertanian,

peralatan di bidang kesehatan, dan rekayasa genetika.

Muculnya masyarakat digi-tal dalam berbagai bidang

kehidupan merupa-kan bukti dari kemajuan teknologi.

Masya-rakat dan negara-negara di dunia berlomba-

lomba untuk dapat menguasai teknologi tinggi (high

tech) sebagai simbol kemajuan, keku-asaan, kekayaan


dan prestise. Dalam masya-rakat Postmodern berlaku

hukum “barang siapa yang menguasai teknologi maka ia

akan menguasai dunia”.

Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi

berlangsung sangat cepat sehingga kadangkala manusia

tidak sempat untuk ber-adaptasi dengan kemajuan

tersebut. Akibatnya terjadi anomi dalam masyarakat


195
karena mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang

jelas. Masyarakat yang tidak mampu menguasai

teknologi akan mengalami cultural lag dan akan

terancam eksistensinya.

Kemajuan teknologi ibarat dua sisi mata uang, di

mana di satu sisi kemajuan teknologi memberikan

banyak manfaat positif bagi manusia untuk

mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Namun demikian disisi yang lain kemajuan

teknologi menimbulkan efek negatif yang kompleks

melebihi manfaat dari teknologi itu sendiri terutama

terkait pola hidup manusia dalam dimensi sosial budaya.

Teknologi mengancam kematian melalui berbagai pe-

nyakit, kerusakan lingkungan, pemanasan global.

196
Latihan

1. Jelaskan pengertian teknologi?

2. Apa yang dimaksudkan denan cultural lag?

3. Jelaskan keterpengaruhan masyarakat terhadap

kemajuan teknologi?

4. Jelaskan empat perubahan kecenderungan berpikir

yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi?

5. Jelaskan problematika pemanfaatan teknologi di

Indonesia?

197
BAHAN PEMBELAJARAN XI
Hakikat Dan Makna Lingkungan
Bagi Kesejahteraan

A. Pendahuluan
Masyarakat dan lingkungan adalah sesuatu yang

tidak dapat dipisahkan. Masyarakat Perilaku dan tindakan

manusia dalam kehidupan keseharian berpengaruh pada

kualitas lingkungan dimana ia tinggal.

Berkaitan dengan masyarakat yang tidak bisa

dilepaskan dari lingkungan, perspektif sosiologis tidak

dapat dipungkiri menjadi sangat penting dalam kajian

tentang lingkungan. Selain bersinggungan dengan

kondisi geografis, biologis, teknologi, maupun ekonomi,

kajian lingkungan tidak dapat dilepaskan dari fenomena

sosial budaya sebuah masyarakat. Inilah mengapa kajian

lingkungan selalu menjadi kajian yang interdisipliner.

Adorno menyatakan bahwa semua teori tentang

kemajuan sejak masa pencerahan menafsirkan sejarah

sebagai proses yang melibatkan manusia dan alam

dalam suatu pertetangan satu sama lain. Sejarah

dipandang sebagai pembebasan manusia dari

cengkeraman alam.

Manusia pada kenyatannya hanya dapat

membebaskan diri dari alam dengan cara menaklukkan

198
alam kepadanya. Manusia mengatasi ketergantungan

dari alam dicapai dengan penguasaan yang terorganisir

(Bertens 1983:189-190).

Lebih lanjut dikemukakan oleh Adorno bahwa

bertentangan dengan harapannya, manusia yang ingin

membebaskan diri dengan menguasai alam justru pada

jaman ini menjadi objek dari penguasaan itu. Alih-alih

memberikan emansipasi (pembebasan) bagi manusia,

ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadikan

manusia sebagai objek dari penguasaannya sendiri

(Bertens 1983:191).

Kritik ini diteruskan oleh Herbert Marcuse yang

menyatakan manusia modern sebagai manusia

berdimensi satu (one dimensional man). Menurut


Marcuse, manusia adalah makhluk yang menurut

kodratnya mendambakan kebahagiaan dan berhak juga

atas kebahagiaan. Perwujudan kebahagiaan sama sekali

tergantung pada pemuasan kebutuhan-kebutuhannya

yang sebenarnya dan untuk pertama kalinya dalam

sejarah, jaman modern ini mempunyai kemungkinan

obyektif untuk merealisasikan pemuasan ini, antara lain

karena pekerjaan berkat otomatisasi sudah hampir tidak

lagi bersifat menghinakan martabat manusia.

199
Hal ini adalah ciri khas yang menonjol dalam

masyarakat industri modern, yaitu peranan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Rasionalitas dalam jaman

kita ini adalah rasionalitas teknologis. Segala sesuatu

dipandang dan dihargai sejauh dapat dikuasai,

digunakan, diperalat, dimanipulasikan, dan ditangani.

Dalam pandangan teknologis, instrumentalisasi

merupakan suatu istilah kunci. Mula-mula cara berpikir

dan bertindak ini hanya dipraktekkan dalam hubungan

dengan alam saja, tetapi lama kelamaan diterapkan juga

pada manusia dan seluruh lapangan sosial.

Bukan saja benda-benda, alam dan mesin-mesin

diperalat, dan dimanipulasikan, tetapi hal yang sama

berlangsung juga diseluruh wilayah politik, sosial, dan

kultural. Manusia dan masyarakat tidak terkecuali

merupakan dari penguasaan dan manipulasi teknologis

(Bertens 1983:193).

200
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Makna Lingkungan Bagi Manusia

Lingkungan merupakan salah satu dari sedikit

kekuatan yang telah terbukti digdaya dalam

mengintegrasikan bangsa dan manusia dari berbagai ras

ke dalam satu kesatuan hubungan global yang lebih

konstruktif. Hampir secara aklamasi, semua pemangku

kepentingan utama dalam sebuah masyarakat politik

negara, civil society dan economic society menyepakati

lingkungan sebagai salah satu inti utama konstitusi

global.

Hampir setiap bangsa menempatkan lingkungan

sebagai bahasa bersama dalam mata rantai politik yang

menghubungkan sebuah bangsa dengan komunitas

global. Lingkungan dengannya, telah menjadi ideologi

humanisme di antara bangsa komunitas dan individu dari

sembarang ras, ideologr, kebudayaan dan tingkatan

ekonomi. Ia menjadi titik episentrum paling netral paling

kuat, tetapi sekaligus paling subyektif dari masyarakat

manusia. Di dalam isu lingkungan melekat kepentingan

subyektif makluk manusia: masa depan bersama dari

bukan saja sebuah bangsa tetapi setiap komunitas dan

individu pembentuk bangsa (Lay, 2007).

201
Di Indonesia segala kekayaan alam termasuk tanah,

sumberdaya hayati dan air dikuasai oleh negara seperti

yang diatur dalam UUD 1945. Sangat jelas bahwa

pemerintah mewakili negara, bertangung jawab

menjamin semua kekayaan alam tersebut dikelola

dengan baik dengan menjamin kekayaan yang dihasilkan

dapat digunakan sebaik baiknya untuk meningkatkan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Setelah konstitusi, peraturan paling penting yang

berkaitan dengan pengelolaan dan distribusi manfaat

sumber daya alam yaitu TAP MPR IX tahun 2001 tentang

Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Secara umum, hal ini dapat dilihat sebagai sebuah

pencapaian dan pernyataan eksplisit MPR, dimana yang

paling penting dan dibutuhkan pemerintah untuk

memiliki komitmen terhadap pembaruan pengelolaan

sumber daya alam dan pembaruan agraria.

Hal ini mengharuskan negara untuk mengkaji,

mencabut dan merevisi semua peraturan perundang-

undangan mengenai tanah dan sumber-sumber agraria

dan pada saat yang sama menyelesaikan konflik agrarian

yang ada saat ini secara adil dan lestari.

UUPA No 5 tahun 1960 dan UU Kehutanan no 41

tahun 1999 merupakan dua perundang-undangan paling


202
penting yang dalam perundangan hirarki perundangan

tanah dan sumber daya alam menduduki urutan kedua

setelah Konstitusi.

Kedua aturan tersebut secara langsung mengatur

pengelolaan dan distribuís sumber daya alam. Kondisi

pengelolaan sumber daya alam di Indonesia saat ini

sangat beragam.Di beberapa tempat terdapat komunitas

masyarakat yang menanam hutan produktif disekitar

tempat tingla mereka dengan tanaman buah-buahan,

kopi, coklat dan dicampur dengan tanaman kayu-kayuan

yang dikenal dengan. Hutan seperti ini menyediakan

banyak jasa lingkungan, menyerupai hutan alam Namun

dengan sedikit lebih rendah dalam kandungan

keanekaragaman hayatinya dibandingkan dengan hutan

alam.

Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan

yang harus dihadapi oleh semua manusia yang ada di

muka bumi dewasa ini. Masalah lingkungan hidup adalah

merupakan masalah yang kompleks dan harus

diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisipliner.

Industrialisasi merupakan keberhasilan pembangunan

untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi

industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan, yang

memberi resiko pula pada kehidupan manusia.


203
Persoalan lingkungan adalah bukan persoalan

teknis dan bilogis semata, tapi menjadi persoalan sosial

yang harus didekati dengan kajian sosial-budaya

masyarakat. Dengan kajian sosiologi lingkungan,

permasalahan lingkungan dapat dikaji secara lebih

komprehensif.

Kesejahteraan Bagi Manusia

Pembangunan, apa pun penjelasan ideologisnya,

merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara sengaja

(intervention) dan terencana dalam rangka mendapatkan

hasil yang lebih baik dari kondisi kehidupan sebelumnya.

Kondisi kehidupan yang lebih baik seperti apa yang

diinginkan dalam proses perubahan itu, kata yang tidak

pernah absen dari telinga setiap warga negara adalah

kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Oleh sebab itu, perdebatan tentangnya

berkembang menjadi perdebatan ideologis tentang

bagaimana cara pencapaian perubahan dan hasil dari

proses perubahan itu sendiri, yang berhubungan dengan

kualitas kehidupan manusia. Kalau perubahan yang

diharapkan lebih baik itu adalah sejahtera sebagai

sebuah kondisi yang dapat dirasakan oleh masyarakat,

pertanyaan tentangnya adalah berdasarkan basis apa


204
hidup sejahtera itu diletakkan, apakah sejahtera itu

ditunjukkan oleh basis individu atau basis komunitas,

atau bahkan keduanya (Goodin, 1988:363, Fitzpatrick,

2001:11).

Rasa aman sekurangnya menjadi salah satu

indikator yang menjadikan seseorang merasa sejahtera

hidupnya. Singkat kata, di level mana kesejahteraan itu

hendak diletakkan dalam sebuah keputusan politik,

apakah hendak diletakkan pada kebijakan masyarakat

(communitariann policy ) atau kebijakan negara (public

and social policy). Artinya, rasa hidup sejahtera itu


hendak dipikirkan atas konseptualisasi masyarakat itu

sendiri sesuai dengan lingkungan sekitarnya, atau rasa

hidup sejahtera itu ditentukan oleh keputusan politik

negara yang indikatornya pun ditentukan oleh negara.

Bisa saja terjadi, apa yang dirasakan oleh negara

bahwa masyarakat kurang sejahtera oleh karenanya perlu

intervensi program dan proyek pembangunan, akan

tetapi apa yang dirasakan masyarakat bisa berbeda

kebutuhannya. Misalnya masyarakat membutuhkan rasa

aman dimana negara diharapkan mampu menjamin

ketenteraman, tidak sering terjadi pencurian ternak

peliharaannya, akan tetapi intervensi pembangunan

205
justru menawarkan kredit ternak dengan bunga yang

rendah.

Masyarakat mengartikan sejahtera sangat kualitatif,

yakni ada jaminan kemanan untuk mengamankan harta

sapi mereka sehingga hidupnya tenang, akan tetapi

negara justru sebaliknya, yakni pertambahan ternak sapi

mereka yang diperoleh secara kredit sebagai indikasi

semakin sejahtera hidup mereka. Sejahtera ditangkap

sebagaimana memahami kemiskinan, yang diartikan

karena ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan.

Pertanyaannya, apakah ketidaksejahteraan

masyarakat itu identik dengan kemiskinan? Kelihatannya

ada asumsi menyamakan keduanya, meskipun

kemiskinan itu dapat merupakan salah satu indikasi

ketidaksejahteraan. Akhir dari semua jawaban ini adalah

peningkatan pendapatan perkapita, meskipun indikasi

mutakhir tidak hanya dilihat pendapatan perkapita,

melainkan juga terpenuhinya kebutuhan hidup minimum

seperti kemampuan mengakses fasilitas kesehatan,

pendidikan dan pemenuhan nutrisi.

Guna pemenuhan kebutuhan minimum ini, pada

akhirnya masyarakat juga harus memiliki sejumlah uang

yang cukup untuk itu. Indikator batas garis kemiskinan

yang digunakan secara universal adalah 2 $. Orang yang


206
pendapatannya kurang dari 2$ perhari disebut orang

miskin. Kalau ukuran kemiskinan seperti ini digunakan,

maka orang berpendapatan rendah di negara maju bisa

saja dianggap kaya di negara berkembang. Namun

tidaklah demikian bahwa ukuran angka kemiskinan

tersebut di atas hanyalah diperuntukkan negara

berkembang dan negara belum berkembang.

Ilmu pengetahuan telah menempatkan standar

ganda dalam pengukuran kemiskinan antara negara

maju dan berkembang (Chrossudovsky, 2003:30)

Demikian halnya jika ukuran ini digunakan untuk melihat

standar pemenuhan kebutuhan hidup per keluarga, ini

menjadi sangat problematik. Menstandardisasi

pengukuran angka kemiskinan tidaklah mudah, yang

semuanya ini membuka ruang perdebatan untuk

memahami konsep kemiskinan.

Perdebatan itu sekurangnya menempatkan paham

tentang kemiskinan absolut (universal standart ) dan

kemiskinan relative. Kalau kemiskinan absolut dan relatif

masih menekankan pada ukuran materiil, meskipun pada

kemiskinan relative orang miskin diukur dengan cara

membandingkan dengan orang, kelompok lain atau

orang yang tinggal di wilayah tertentu dengan wilayah

lain, namun ada yang meletakkan konsep kemiskinan


207
berdasarkan atas pandangan yang bukan bersifat

materiil. Miskin dilihat dari kemampuan kreativitas

seseorang atau lembaga untuk melakukan kerja guna

pemenuhan kebutuhan hidup, meskipun hal ini tidak

harus mengabaikan kebutuhan dasar (Levine and Rizvi,

2005:76).

Walaupun pendapatan perkapita seseorang itu

rendah, dapatkah serta merta mereka dikatakan tidak

sejahtera hidupnya? Kesejahteraan masyarakat, istilah

yang sering digunakan dalam terminologi akademik

adalah kesejahteraan sosial, mengalami pergeseran

dalam pemahaman dan penggunaannya.

Kesejahteraan sosial itu menunjuk kondisi

kehidupan yang baik, terpenuhinya kebutuhan materi

untuk hidup, kebutuhan spiritual (tidak cukup mengaku

beragama tetapi wujud nyata dari beragama seperti

menghargai sesama), kebutuhan sosial seperti ada

tatanan (order) yang teratur, konflik dalam kehidupan

dapat dikelola, keamanan dapat dijamin, keadilan dapat

ditegakkan dimana setiap orang memiliki kedudukan

yang sama di depan hukum, tereduksinya kesenjangan

sosial ekonomi.

Midgley (2005:21) mengkonseptualisasikan dalam

tiga ketegori pencapaian tentang kesejahteraan, yakni


208
pertama, sejauh mana masalah sosial itu dapat diatur.

Kedua, sejauh mana kebutuhan dapat dipenuhi dan

ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan

taraf hidup dapat diperoleh. Semuanya ini bisa diciptakan

dalam kehidupan bersama, baik ditingkat keluarga,

komunitas maupun masyarakat secara luas (Fitzpatrick,

2001).

209
C. Penutup

Masyarakat dan lingkungan adalah sesuatu yang

tidak dapat dipisahkan. masyarakat Perilaku dan tindakan

manusia dalam kehidupan keseharian berpengaruh pada

kualitas lingkungan dimana ia tinggal. Kerusakan

lingkungan telah menjadi ancaman yang sangat serius di

semua belahan bumi dan telah dirasakan dengan adanya

perubahan iklim dan efek-efek yang ditimbulkannya. Di

Indonesia, lingkungan yang mengalami kerusakan yang

parah dapat dilihat pada penggundulan hutan, polusi

udara, maupun pencemaran sungai.

Bahwa kajian lingkungan adalah interdisipliner,

Dickens (1996: 29-34) berpendapat tentang pentingnya

pembagian kerja para intelektual untuk mengatasi

problema kerusakan lingkungan tersebut. Tiga ranah

ilmu pengetahuan biologis, fisik dan sosial memiliki

keterkaitan dan problema lingkungan harus menjadi

kajian di tiga ranah ilmu pengetahuan ini.

Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua

pengertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan

merujuk pada individu atau kelompok, sedangkan tingkat

kesejahteraan mengacu pada komunitas atau masyarakat

luas. Tingkat kesejahteraan meliputi pangan, pendidikan,

kesehatan, kadang juga dikaitkan dengan kesempatan


210
kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari

kemiskinan dan sebagainya.

Kesejahteraan merupakan representasi yang

bersifat kompleks karena multidimensi, mempunyai

keterkaitan antar dimensi dan ada dimensi yang

direpresentasikan. Perumusan tentang batasan antara

substansi kesejahteraan dan representasi kesejahteraan

ditentukan oleh perkembangan praktik kebijakan yang

dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara yang tidak

lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global.

Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada

konsep pembangunan kesejahteraan sosial, yakni

serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga

yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan kualitas

kehidupan manusia. Sebagai sebuah proses untuk

meningkatkan kondisi sejahtera, istilah ‘kesejahteraan’

sejatinya tidak perlu pakai kata ‘sosial’ lagi, karena sudah

jelas menunjuk pada sektor atau bidang yang termasuk

dalam wilayah pembangunan sosial. Sektor ‘pendidikan’

dan ‘kesehatan’ juga termasuk dalam wilayah

pembangunan sosial dan tidak memakai embel-embel

‘sosial’ atau ‘manusia’.

211
Latihan

1. Jelaskan kesejahteraan bagi manusia?

2. Jelaskan makna lingkungan bagi manusia?

3. Jelaskan kaitan antara lingkungan manusia dan

kesejahteraan?

4. Jelaskan pendapat Marcuse, tentang manusia adalah

makhluk yang menurut kodratnya mendambakan

kebahagiaan dan berhak juga atas kebahagiaan?

5. Jelaskan tentang masyarakat dan lingkungan?

212
BAHAN PEMBELAJARAN XII
Manusia Dalam Mengkonstruksi
Realitas Sosial Budaya

A. Pendahuluan
Pada masyarakat Indonesia secara nasional,

aturan-aturan, nilai dan norma yang dipakai dalam

mengatur tindakan para individunya bersumber dari

kebudayaan nasional yang sifatnya formal, sehingga

perwujudannyapun akan berada pada arena-arena

formal. Sedangkan pada masyarakat suku bangsa, segala

aturan, nilai dan norma yang dipakai bersumber pada

aturan-aturan yang ada pada masyarakat yang

bersangkutan dan bersifat informal, seperti suku bangsa,

masyarakat golongan atas, menengah, bawah,

kelompok-kelompok hobby, yang kesemuanya

berbentuk komuniti.

Menurut Rudito (2003) bila menyebut masyarakat

Indonesia, tentunya mengacu pada bentuk masyarakat

yang majemuk dengan variasi penduduk yang sangat

beragam. Tidak saja dari segi identitas kesukubangsaan,

golongan sosial tertentu, akan tetapi juga dari tingkat

pola hidup serta juga model kebudayaan yang sangat

berbeda satu dengan lainnya. Walaupun demikian, kita

masih dapat membedakannya dalam dua wilayah sosial

213
dengan aturannya masing-masing yaitu pemerintah dan

rakyat Rakyat merupakan suatu bentuk gabungan

kesukubangsaan tertentu, yang mendiami wilayah

tertentu dengan kebudayaan yang satu (homogen), yang

mempunyai latar belakang sejarah dan mitologi yang

sama.

Dalam hal ini bahwa mereka sebagai bagian dari

masyarakat bangsa Indonesia. Kebudayaan menurut

Spradley adalah pengetahuan yang diperoleh, yang

digunakan oleh manusia untuk mengiterpretasikan

pengalaman dan melahirkan tingkah laku (Rudito, 2003).

Kebudayaan sebagai serangkaian model referensi

yang berupa pengetahuan mengenai kedudukan

kelompok secara struktural dalam masyarakat, sehingga

tingkah laku yang muncul merupakan respons terhadap

pola-pola interaksi dan komunikasi di antara kelompok

yang ada. Rangkaian model referensi tersebut didasari

pada nilai-nilai budaya yang merupakan inti dari suatu

kebudayaan. Nilai budaya terdiri dari pandangan hidup

(world view) dan keyakinan (belief), keduanya dibungkus

oleh etos (pedoman etika berkenaan dengan baik dan

tidak baik).

Dapat dikatakan bahwa kebudayaan dipakai untuk

memahami lingkungan, tidak hanya mewujudkan


214
respons terhadap lingkungan spesifik, tetapi juga respons

terhadap kebudayaan lain melalui interaksi sosial dengan

kebudayaan lainnya. Dengan kata lain, kebudayaan

merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-

petunjuk, resep-resep, rencana-rencana dan strategi-

strategi, terdiri atas serangkaian model-model kognitif

yang dipunyai manusia dan digunakan secara selektif

dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana

terwujud dalam tingkah laku dan tindakan-tindakannya

(Suparlan, 1982:9).

Kebudayaan-kebudayaan tersebut diwujudkan ke

dalam bentuk komuniti (community) dan masyarakat

(society). Komuniti adalah sekelompok manusia yang

mendiami wilayah tertentu dimana seluruh anggotanya

berinteraksi satu sama lain, mempunyai pembagian

peran dan status yang jelas, mempunyai kemampuan

untuk memberikan pengaturan terhadap anggota-

anggotanya (Warren, Cottrell dalam Ndaraha: 1990);

sedangkan masyarakat (society) merupakan sekumpulan

orang yang mendiami wilayah tertentu, anggotanya bisa

saling berinteraksi, dan bisa juga tidak saling mengenal.

Perwujudan kebudayaan sebagai perangkat

pengetahuan akan tampak dalam kehidupan komuniti,

berbentuk pranata sosial yang mengatur aktivitas-


215
aktivitas khusus manusia dalam rangka memenuhi

kebutuhan komuniti yang bersangkutan. Pranata sosial

dapat dipahami sebagai sistem antar hubungan peran

dan norma berkenaan dengan aktivitas yang dianggap

penting oleh anggota komuniti (Suparlan, 2003). Artinya

dalam melakukan aktivitas tertentu, anggota komuniti

akan menggunakan aturan yang mengatur status dan

peran bagi anggota komuniti untuk melaksanakan

tindakannya.

Jadi perwujudan kebudayaan ada pada kehidupan

komuniti terbentuk dalam pranata-pranata sosial yang

ada. Dalam kenyataannya seorang individu akan

mempunyai banyak status, dan satu status akan

mempunyai banyak peran dalam kehidupan komuniti.

Pertentangan-pertentangan peran berkaitan dengan

status yang disandang oleh individu dalam satu pranata

sosial sering terjadi, dan ini dapat memunculkan

hubungan-hubungan sosial yang bersifat nepotisme.

Dengan demikian pranata-pranata sosial dalam komuniti

pada dasarnya akan tergantung pada konteks, ruang dan

waktu.

216
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Konsep Dan Pengertian Konstruksi Sosial

Istilah konstruksi atas realitas sosial (social

construction of reality) menjadi terkenal sejak

diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman

melalui bukunya yang berjudul The Social Construction

of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge


(1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan

dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara

terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami

bersama secara subyektif.

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat

konstruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan

konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian

konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan

Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan

disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri,

sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme

sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico,

seorang epistemolog dari italia, ia adalah cikal bakal

konstruktivisme (Suparno dalam Bungin, 2008:13) dimulai

oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari italia,

ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno dalam

Bungin, 2008:13).
217
Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah

muncul sejak sokrates menemukan jiwa dalam tubuh

manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide.

Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah

Aristoteles mengenalkan istilah, informasi, relasi, individu,

substansi, materi, esensi dan sebagainya. Iamengatakan

bahwa, manusia adalah makhluk sosial, setiap pernyataan

harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci

pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan

adalah fakta (Bertens dalam Bungin, 2008:13). Aristoteles

pulalah yang telah memperkenalkan ucapannya ‘Cogoto,

ergo sum’ atau ‘saya berfikir karena itu saya ada’ (Tom
Sorell dalam Bungin, 2008:13).

Kata-kata Aristoteles yang terkenal itu menjadi

dasar yang kuat bagi perkembangan gagasan-gagasan

konstruktivisme sampai saat ini. Berger dan Luckman

mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan

pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas

diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam

realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan

(being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita

sendiri.

Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian

bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki


218
karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman (Bungin,

2008:15) mengatakan terjadi dialektika antara indivdu

menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan

individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi,

objektivasi, dan internalisasi.

Realitas Sosial Budaya Di Indonesia

Menurut Tilaar tidak ada suatu masyarakat yang

tidak berubah. Oleh sebab itu telah lahir berbagai jenis

teori mengenai perubahan sosial. Philip H. Phenix

menjelaskan social change can be analyzed in terms of

the concepts of structure, function and social needs.


While no exact laws of social behavior have yet been
formulated, some insight may be gained into the basis
for individual conformity and deviation and for the
transformation that take place in cultures, institutions,
norms, roles and rankings as a result of internal stresses,
environmental factors, or external pressures.
Tilaar mengemukakan bahwa perubahan yang

terjadi di masyarakat disebabkan oleh tiga faktor utama,

yaitu; kebutuhan akan demokratisasi, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta globalisasi.

Pertama, demokratisasi menjadi sangat

berpengaruh mengingat masyarakat


219
dunia menjadi masyarakat tanpa sekat

yang harus saling berpengaruh dan

saling membutuhkan.

Kedua, Kemajuan teknologi telah membawa

pengaruh yang besar terhadap

perubahan suatu masyarakat. Kemajuan

ini disebabkan oleh kebutuhan umat

manusia untuk lebih cepat dalam

bertindak dan untuk memudahkan

segala kebutuhan manusia yang ada

serta didasarkan pada keingintahuan

manusia.

Ketiga, globalisasi sangat berpengaruh bagi

perubahan mengingat hubungan antar

manusia akan terasa lebih dekat dan

saling bersaing.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya

bahwa terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat

mempengaruhi adanya perubahan sosial di tengah

masyarakat. Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia

juga akan terkena dampaknya. Masyarakat Indonesia

dewasa ini sangat bergantung dan terpengaruh oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama

teknologi informasi. Sebagaimana bisa disaksikan bahwa


220
pengaruh teknologi sudah merambah sampai ke

pelosok-pelosok desa yang dulu merupakan masyarakat

yang kurang mendapatkan akses keluar.

Teknologi ini dapat kita lihat perkembangannya

pada seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi membawa bangsa

Indonesia ke masa transisi yang sangat sulit. Kehidupan

politik, ekonomi dan sosial sangat berbarengan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan

ini perlu dihadapi dengan sangat cepat dan tepat

sehingga masyarakat kita tidak akan menjadi sasaran

negatif dari sebuah teknologi, akan tetapi dapat menjadi

pemain untuk mengarahkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang ada untuk dimanfaatkan menjadi

kekuatan yang dapat membangun masyarakt Indonesia

yang lebih baik.

Idealnya untuk dapat memberikan arah yang jelas

terhadap perubahan ini, pendidikan adalah solusi yang

terbaik. Pendidikan harus mampu menjadi penyaring

antara kekuatan positif dan negatif dari perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan komunikasi dan teknologi informasi

dewasa ini menyebabkan para siswa mendapatkan

semburan informasi yang amat deras, jauh lebih deras


221
dari yang pernah dialami orang tua mereka. Puluhan ribu

halaman dicetak baik dalam wujud buku, majalah atau

koran beredar di masyarakat. Banyak TV dipancarkan

masing-masing stasiun televisi dengan jam tayang amat

panjang.

Di balik perubahan yang amat cepat dalam

kehidupan bermasyarakat, anehnya, pendidikan sendiri

selama ini tidak mengalami perubahan yang berarti.

Sekolah dewasa ini sama dengan sekolah masa lampau.

Bagaimana keadaan sekolah dan kelas, bagaimana guru

mengajar, bagaimana siswa belajar dan bagaimana

hubungan di antara warga sekolah sama dengan lima

puluh tahun yang lampau.

Perubahan nilai sosial budaya juga bisa dirasakan

ketika kita melihat maraknya kekerasan, perkelahian antar

peserta didik baik individual maupun kelompok sampai

meminta korban jiwa, menyontek sudah menjadi hal

yang wajar, penjiplakan karya tulis berkembang, demo

oleh guru bermunculan, sampai dengan penyalahgunaan

narkoba masuk dalam lembaga pendidikan.

Perubahan yang dapat kita lihat juga sebagai

akibat dari perubahan sosial adalah keinginan banyak

pihak untuk membangun otonomi daerah yang terarah.

Otonomi daerah ini adalah akibat dari kekuatan-


222
kekuatan yang mempengaruhi perubahan sosial tadi.

Pada dasarnya tujuan dari adanya otonomi daerah

sangat relevan dengan reformasi yang sedang dibangun

masyarakat sekarang ini, akan tetapi dampak negatif

yang bisa timbul adalah disintegrasi bangsa apabila tidak

diarahkan dengan baik.

Kebijakan otonomi daerah untuk menjawab

tuntutan lokal dan desakan kecenderungan arus global

perlu diarahkan dan dicermati dengan baik mengingat

kondisi masyarakat dan daerah yang beragam dan

sangat rentan terhadap perpecahan bangsa. Perubahan

sosial, politik dan pembangunan daerah dari model

sentralistis ke desentralisasi, bukanlah perkara yang

mudah dalam prosesnya. Perubahan ini memerlukan

perubahan sikap dan mental yang baik dari seluruh

aparat di dalamnya.

Menurut Muchsan terdapat sendi-sendi otonomi

yang harus terpenuhi dalam melaksanakan otonomi

daerah; 1) pembagian kewenangan (sharing of power), 2)

pembagian pendapatan (distribution of income), dan 3)

kemandirian atau penguatan daerah (empowering)

(Tilaar, 2002:223)

Oleh karena itu, perlu adanya persiapan yang

matang, terencana, seksama, bertahap dan berkelanjutan


223
dalam melaksanakan otonomi daerah sebagai bentuk

dari perubahan sosial masyarakat Indonesia. Perubahan

sosial yang berdampak pada perilaku keseharian sosial di

Indonesia serta adanya otonomi daerah perlu dihadapi

dengan pendidikan.

Pendidikan harus mampu menjadi agen perubahan

yang dapat memberikan perubahan positif terhadap

perubahan sosial. Pendidikan harus mampu

mengembangkan kreativitas dan pikiran masyarakat

guna menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi

perbaikan masyarakat.

Makin banyak masyarakat yang menampilkan

kemampuan kreativitasnya, masyarakat akan kaya

dengan perubahan-perubahan. Introduktif hal-hal baru,

produk perubahan masyarakat, ke dalam lembaga

pendidikan akan memperbesar peluang berkembangnya

kreativitas peserta didik. Dengan kata lain, proses

pembelajaran yang mengembangkan kreativitas peserta

didik dan memproduksi perubahan masyarakat akan

lebih memperkaya peran pendidikan dalam upaya

perubahan sosial ke arah yang berkualitas (Abdullah,

2005:5).

224
C. Penutup

Kebudayaan dipandang sebagai sistem pola

perilaku yang disalurkan secara sosial guna

menghubungkan masyarakat dengan lingkungan

ekologisnya. Menurut pendapat Marvin Harris,

kebudayaan adalah pola perilaku yang berhubungan

dengan kelompok, adat kebiasaan atau cara hidup suatu

bangsa. Sedangkan menurut Meggers, kebudayaan

adalah proses penyesuaian manusia dengan lingkungan

melalui dengan dibimbing oleh ketentuan seleksi alamiah

sebagaimana dalam mengatur adaptasi biologis, yang

selalu berubah menuju equilibrium.

Apabila terjadi gangguan pada equilibrium oleh

berbagai perubah perubahan seperti perubahan

lingkungan yang bersifat fisik, demografis, teknologi atau

sistem lainnya, maka kebudayaan terpengaruh

mengikurti perubahan. Misalnya teknologi, ekonomi dan

unsur-unsur organisasi sosial lain yang langsung terikat

dengan perubahan tersebut, disinilah kebudayaan

bersifat adaptif.

Banyak norma yang di gali dan telah dijadikan

aturan atau pola perilaku yang bersumber dari sumber

ajaran agama bahkan telah dijadikan acuan budaya di

Indonesia, yang sekarang ternyata sedikit demi sedikit


225
semakin pudar seperti norma berpakaian, korupsi, kolosi

dan nepotisme, dengan kesulitan menegakan norma

agama, hukum, dan moral, sebagai pranata sosial.

Tentang pranata sosial Ritzer mengemukakan

pendapat Marcel Mauce dan P. Fanconnet, bahwa :

pranata sosial mencakup cara-cara bertingkah laku dan

bersikap yang tidak terbentuk dan yang telah

diketemukan oleh individu di dalam pergaulan hidupnya

dimana ia menjadi bagian dari padanya, sehingga, cara-

cara bertingkah laku dan bersikap yang ditemukannya itu

memaksa untuk mempertahankannya.

Pudarnya pola perilaku yang bersumber dari kitab

suci talah mengeleminasi budaya yang berlandaskan

kemausiaan, kebenaran, dan keadilan, yang didasari oleh

nilai ke-Tuhanan, mengandung arti pudarnya nialai-nilai

Pancasila. ini adalah fakta sosial, yang terjadi pada

kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial,

posisi, peranan, nilai-nilai keluarga, pemerintah. Peter

Blau, membagi dua tipe dasar dari fakta sosial yaitu : (1)

Nilai-nilai umum (common values); dan (2) Norma yang

terwujud dalam kebudayaan atau dalam sub kultur.

226
Latihan

1. Jelaskan pengertian konstruksi sosial?

2. Jelaskan tiga faktor utama perubahan, yaitu;

kebutuhan akan demokratisasi, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta globalisasi?

3. Jelaskan keterpengaruhan masyarakat Indonesia

terhadap kemajuan teknologi?

4. Jelaskan realitas perubahan sosial budaya di

Indonesia?

5. Jelaskan pertentangan peran oleh tiap-tiap individu

berdasarkan status yang dimiliki?

227
BAHAN PEMBELAJARAN XIII
Konsteks Dan Subtansif Budaya Lokal

A. Pendahuluan
Pada dasarnya budaya memiliki nilai-nilai yang
senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan
seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan.
Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi
masyarakat terhadap budaya. Eksistensi budaya dan
keragaman nilai-nilai luhur kebudayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia merupakan sarana dalam membangun
karakter warga negara, baik yang berhubungan dengan
karakter privat maupun karakter publik.
Menurut Geertz (1992:5) kebudayaan adalah ‘pola
dari pengertian-pengertian atau makna yang terjalin
secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang
ditransmisikan secara historis, suatu sistem mengenai
konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk-bentuk
simbolik yang dengan cara tersebut manusia
berkomunikasi, melestarikan dan mengembangkan
pengetahuan dan sikap mereka terhadap kehidupan’.
Pendapat ini menekankan bahwa kebudayaan
merupakan hasil karya manusia yang dapat
mengembangkan sikap mereka terhadap kehidupan dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui proses komunikasi dan belajar agar generasi
yang diwariskan memiliki karakter yang tangguh dalam
menjalankan kehidupan.

228
Theodorson dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang
dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam
bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau
kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif
sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab
itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia
itu sendiri.
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai budaya merupakan sebuah konsep
beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai
apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian
konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan
merupakan sebuah sistem nilai-nilai budaya.
Buru merupakan salah satu suku yang berada di
Maluku dan Buru adalah pulau terbesar kedua setelah
pulau Seram. Pulau Buru sendiri dikenal juga dengan
nama Bupolo yang merupakan nama asli pulau Buru
yang memiliki arti Dampolot artinya penuh pecek dan
rawa. Istilah Bumi Lalen juga dipakai untuk menamakan
Pulau Buru khususnya di dataran Danau Rana dan
Gunung Date yang merupakan tempat keramat bagi
masyarakat setempat karena dipercaya di tempat inilah
nenek moyang mereka berasal.

229
B. Uraian Bahan Pembelajaran
Perkembangan Budaya Lokal (Pulau Buru)

Maluku memiliki banyak suku bangsa dengan

bahasa dan budayanya sendiri-sendiri. Maluku dapat

dibagi menjadi Maluku Utara yang meliputi pulaupulau

Morotai, Halmahera, Bacan, Obi, Ternate dan Tidore dan

Maluku Selatan yang meliputi Seram, Buru, Ambon,

Banda, Kei Aru, Tanimbar, Babar, Leti, dan Wetar.

Khusus di kabupaten Buru, penduduknya dapat

dibedakan antara orang-orang asli (Geba Bupolo) yang

hidup di daerah pegunungan terutama di sekitar Rana

dan Date yang dianggap sebagai sentral kehidupan dan

area yang sakral, dan orang-orang pendatang (Geba

Misnit) yang hidup di daerah pesisir pantai, sebagai jalur


strategis untuk aktivitas kontak dagang dan mobilisasi

penduduk dari pulau-pulau sekitar seperti Sula Sanana,

Banda, dan Ambon. Daerah pesisir ini dipadati oleh

orang-orang dari pulau-pulau sekitar dan pulau-pulau di

luar wilayah Maluku, yakni Sumatera, Jawa, Sulawesi,

Buton, malahan ada yang berasal dari Arab dan Cina,

yang kemudian mengidentifikasikan diri mereka sebagai

orang Buru.

Pulau Buru sendiri dikenal juga dengan nama

Bupolo yang merupakan nama asli pulau Buru (Dampolot


230
artinya penuh pecek dan rawa). Menurut penuturan salah

seorang tua adat yang kami wawancarai1, bahwa pada

waktu dulu setelah pulau ini terbentuk, permukaan

tanahnya penuh dengan pecek dan rawa yang ketika

diinjak, kaki kita akan tertahan dan sulit diangkat.

Istilah Bumi Lalen juga dipakai untuk menamakan

Pulau Buru khususnya di dataran Danau Rana dan

Gunung Date yang merupakan tempat keramat bagi

masyarakat setempat karena dipercaya di tempat inilah

nenek moyang mereka berasal. Bumi Lalen berarti pusat

atau inti bumi/tanah.

Karena dataran Danau Rana dan Gunung Date

tersimpan seluruh rahasia adat istiadat yang sudah ada

sejak zaman para leluhur. Oleh karena itu masyarakat

setempat menganggap Danau Rana sebagai inti/perut

bumi yang diandaikan sebagai seorang perempuan yang

bisa melahirkan atau menghasilkan keturunan dari

perut/tubuhnya sedangkan Gunung Date dianggap

sebagai laki-laki yang berfungsi untuk melindungi dan

menjaga Danau Rana sebagai seorang perempuan. Oleh

karena itu kedua tempat ini memiliki nilai kekeramatan

yang sangat tinggi sehingga tidak sembarangan

didatangi orang apalagi orang luar/pendatang. Orang-

orang yang tinggal di dataran Danau Rana dan Gunung


231
Date menamakan diri mereka orang-orang asli pulau

Buru atau disebut Alifuru (Seram) atau juga orang-orang

Bumi Lalen.
Dan hal ini membuat mereka merasa bangga

karena mereka tinggal atau bermukim di pusat inti bumi

Buru, yang juga memberikan mereka kepercayaan diri

yang kuat dan bangga atas identitas mereka sebagai

orang-orang Bumi Lalen. Istilah Bumi Lalen tidak bisa

digunakan sehari-hari namun hanya digunakan pada

saat-saat tertentu seperti acara-acara formal dan ritual

adat. Gunung Date merupakan tempat berpisah atau

berpencarnya 24 suku yang tergabung dalam petuanan

Lisela.

Kedudukan Date dan Rana yang sentral dan

strategis sesuai dengan cara pandang dan kepercayaan

orang-orang Bumi Lalen terhadap dunianya (pulau Buru).

Pulau ini dipandang sebagai manusia perempuan dalam

posisi terlentang dengan kepala di sebelah barat tepat

matahari naik (hangat keha) yaitu Gunung Kapalamada

yang berada di Buru Selatan, disekitar gunung

Kapalamada ditumbuhi banyak bunga yang sangat

indah, ini dipercaya sebagai sanggul dan hiasan kepala

putri, bagian perut yaitu Danau Rana dan punggung

adalah Gunung Date, kaki di sebelah timur tepat


232
matahari masuk/turun (hangat toho) yang berada di Buru

Utara dataran Waeapo, sedangkan tangan kanan dan kiri

yaitu sungai Waemala dan Waenibe. Ini memperlihatkan

orang-orang Bumi Lale sangat menganggap penting

unsur-unsur gunung dan air yang diwakili oleh sungai.

Danau Rana bukan saja penting dalam pandangan

orang-orang Bumi Lale, tetapi sungai yang mengalir atau

bersumber darinya pun menjadi tempat keramat dan

suci, karena peran yang dimainkannya dalam sejarah

sebagai tempat munculnya manusia pertama. Kedudukan

sebagai perut atau pusat yang mewakili badan, yang

adalah bagian penting dalam proses pembuahan,

kehamilan, dan kelahiran manusia, merupakan konsep

asli dari wawasan berpikir yang memandang Buru

sebagai manusia, yang gambarannya bisa dilihat pada

peta pulau Buru.

Menurut Koentjaraningrat (1984: 2, 9) kebudayaan

adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang

dibiasakannya dengan belajar, serta keseluruhan hasil

budi dan karyanya itu. Unsur-unsur universal yang

merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia,

yaitu: (i) sistem religi dan upacara keagamaan; (ii) sistem

organisasi kemasyarakatan; (iii) sistem pengetahuan; (iv)

233
bahasa; (v) kesenian; (vi) sistem mata pencaharian hidup;

(vii) sistem teknologi dan peralatan.

Kebudayaan yang ideal itu dapat disebut adat atau

tata kelakuan atau secara singkat adat dalam arti khusus,

atau adat istiadat dalam bentuk jamaknya. Wujud kedua

merupakan sistem sosial yang terdiri atas aktivitas

manusia yang berinteraksi atau bergaul dari waktu ke

waktu mengikuti pola-pola tertentu. Wujud ketiga

sifatnya paling konkret sebab merupakan keseluruhan

hasil fisik aktivitas perbuatan atau karya manusia dalam

masyarakat (Koentjaraningrat, 1984: 5-6).

Sebelum mengenal agama orang-orang Buru

menganut kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang

atau leluhur yang disebut Animisme. Animism adalah

bentuk religi yang didasarkan kepercayaan bahwa alam

sekeliling tempat tinggal manusia dihuni oleh berbagai

macam roh, dan terdiri dari berbagai kegiatan

keagamaan untuk memuja roh-roh tadi. Roh-roh

tersebut mendapat tempat yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, sehingga menjadi objek

penghormatan dan penyembahannya, yang dilakukan

dengan berbagai upacara, doa, sajian, korban, dan lain

sebagainya.

234
Bertolak dari penjelasan di atas, orang-orang Buru

dalam menjalankan kepercayaan terhadap leluhur

membagi ruang di wilayahnya atas tiga bagian yaitu:

Pertama adalah kawasan yang dilindungi karena nilai

kekeramatannya yaitu Gunung Date (kaku Date), Danau

Rana (Rana Waekolo) dan tempat yang keramat di hutan

primer (koin lalen); Kedua adalah kawasan yang


diusahakan meliputi pemukiman (humalolin dan
fenalalen), kebun (hawa), hutan berburu atau meramu
(neten emhalit dan mua lalen), hutan kayu putih (gelan

lalen) dan tempat memancing (wae lalen); Ketiga adalah


kawasan yang tidak diusahakan, meliputi bekas kebun

(wasi lalen) dan padang alang-alang (mehet lalen).

Pembagian wilayah ini sangat erat hubungannya dengan

kepercayaan tradisional dan kosmologi orang-orang

Buru, yaitu asal usul mereka yang berhubungan dengan

alam semesta seperti tanah, air, dan gunung. Menurut

kepercayaan orang-orang Buru, nenek moyang mereka

berasal air dan gunung.

Danau Rana sebagai air dan Gunung Date sebagai


gunung. Oleh karena itu kedua tempat ini sangat

disakralkan dan dikeramatkan, tidak bisa dimasuki oleh

sembarang orang apalagi orang-orang luar. Hal ini

ditunjang juga dengan posisi Rana dan Date yang


235
strategis di tengah-tengah pulau Buru, sehingga kedua

tempat ini menjadi pusat seluruh adat istiadat

masyarakat. Dan dinamai Bumilalen.

Bumilalen artinya pusat atau inti perut bumi.


Orang-orang yang tinggal di Bumilalen dan sekitarnya

merupakan orang-orang Buru asli dan mereka bertugas

dan bertanggungjawab untuk menjaga Rana dan Date

dari pengaruh dan gangguan luar.

Sistem kekerabatan orang-orang Buru berorientasi

pada pola perkawinan patrilineal yang disertai dengan

pola menetap patrilokal yaitu tempat tinggalnya berpusat

pada wilayah turunan ayah atau bapak. Kesatuan

kekerabatan yang lebih besar dari keluarga batih adalah

matarumah atau fam yaitu suatu kelompok kekerabatan


yang bersifat patrilineal. Matarumah merupakan kesatuan

laki-laki dan perempuan yang belum kawin dan para istri

dari laki-laki yang telah kawin.

Dengan kata lain matarumah merupakan satu klen

kecil patrilineal. Matarumah penting dalam hal mengatur

perkawinan warganya secara exogami dan mengatur

tanahtanah dati yaitu tanah milik kerabat patrilineal.

Selain matarumah ada kesatuan lain yang lebih besar

yang bersifat bilateral yaitu family atau kindred. Famili

merupakan kesatuan kekerabatan di sekeliling individu


236
yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari

matarumah asli yaitu semua keturunan dari keempat

nenek moyang.

Perkawinan menurut adat merupakan urusan dari

dua kelompok kekerabatan ini yaitu matarumah dan

famili yang ikut menentukan dalam penyelenggaraan


dari perkawinan itu. Perkawinan yang dimaksud ini

bersifat exogami, yaitu seseorang harus kawin dengan

orang diluar klennya. Adat eksogami dapat dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu eksogami keluarga inti

adalah larangan untuk menikah dengan anggota sesama

keluarga inti; eksogami marga adalah larangan untuk

menikah dengan anggota sesama marga; eksogami desa

adalah larangan untuk menikah dengan warga desa, dan

sebagainya.

Masyarakat Buru dalam proses perkawinan adatnya

menganut perkawinan eksogami keluarga inti, sementara

perkawinan eksogami marga tidak. Artinya seorang laki-

laki masih bisa menikah dengan seorang perempuan

satu marga asalkan berbeda matarumah (bialahin),

contoh pada marga Batuwael di desa Waeputih, ada

sepasang suami istri berasal dari satu marga yang

berbeda matarumah (Keseluruhan tulisan merupakan

saduran dan kompilasi dari; Pattinama, Max Marcus J.


237
2012. “Kekuatan Bahasa dalam Rasa, Karya dan Karsa:

Suatu Ajakan untuk Revitalisasi Bahasa Buru sebagai

Mata Ajaran Mulok”. Suku Bangsa Di Kabupaten Buru

The Tribe In Buru Regency Eklevina Eirumkuy).

238
C. Penutup

Orang – orang suku dapat dikelompokan dalam

dua kategori yaitu orang-orang asli (Geba Bupolo) yang

tinggal di pegunungan dan orang-orang pendatang

(Geba Maleli) yang tinggal di pesisir pantai. Oleh karena

sudah banyak terjadi kontak dengan orang-orang luar

sejak zaman penjajahan Portugis, Belanda, Jepang, dan

dengan suku-suku luar maka kehidupan sosial budaya

orang-orang Buru sudah sangat beragam. Dan tidak bisa

dipungkiri juga bahwa adat istiadat dan budaya lokal

orang-orang Buru sedikit mengalami pergeseran. Hal ini

sebagian besar terlihat pada Geba Maleli di pesisir.

Namun satu hal yang patut diacungi jempol adalah

orang-orang Buru sangat memegang teguh hubungan

persaudaraan dan kekerabatan (kai wait) walaupun sudah

keluar merantau. Karena menurut kepercayaan orang-

orang Buru bahwa leluhur mereka satu yang rohnya

berdiam di Bumilalen (danau Rana dan gunung Date).

Hal ini juga yang menjadi fondasi, pengingat, dan

perekat bagi mereka dalam menjalani seluruh kehidupan

sosial, budaya dalam berbagai ranah.

239
Latihan

1. Jelaskan subtansif dari budaya lokal?

2. Kerangkakan konstruksi budaya masyarakat Buru?

3. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan Geba

Bupolo Geba Maleli?

4. Bagaimana peranan matarumah dan family dalam

penyelenggaraan perkawinan?

5. Jelaskan tentang agama orang-orang Buru yang

menganut kepercayaan kepada roh-roh nenek

moyang atau leluhur yang disebut Animisme?

240
Daftar Pustaka
Abdullah, Ambo Enre. 2005. Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. Gagasan dan Pengalaman. Pustaka Ilmu
Yogyakarta.
Abdullah, Burlinan. 2000. Ragam Perilaku Manusia Menurut
Al-Qur’an, PT Kuala Musi Raharja, Palembang.
Abdullah, Taufik & Der Leeden , A. C. Van. 1986. Durkheim
dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat ilmu: onto-logi,
epistemologi, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Al-‘Ulum. 2012 Pola Pikir Dan Pendidikan Minnah El widdah.
Vol. 1.
Ali, Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Assegaf, Abd.Rachman. 2005. Studi Islam Kontekstual, Gama
Media, Yokyakarta.
Asy’arie, Musya. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan
dalam Al-Qur’an. Lembaga Studi Filsafat Islam.
Bachtiar, Amsal. 2012. Filsafat ilmu edisi revisi. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Basic Cultural and Social Science. 2014. Jurusan Sistem
Informasi STIKOM Binaniaga. Bogor.
Basyir, Ahmad Azhar. 1984. Falsafah Ibadah Dalam Islam.
Perpustakaan Pusat UII. Yokyakarta.

241
Beilharz, Peter. 2002. Teori-Teori Sosial, Observasi Kritis
Terhadap para Filosof Terkemuka. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Bertens, K. 1983. Filsafat Barat Abad XX. Inggris-Jerman.
Gramedia. Jakarta.
Bertens, K. 2000. Etika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Bräuer, G. 1984. The Afro-Europeans Sapiens-Hypothesis
and Hominid Evolution in Asian During the Late
Middle and Upper Pleistocene, dalam (P. Andrews & J.
Franzen, eds.) Cour. Forsch. Inst. Senckenberg. Vol 69
The early Evolution of Man with Spezial Emphasis on
Southeast Asia and Africa. Frankfurt.
------, G. 1992. The Origins of Modern Asians: The Evolution
and Dispersal of Modern Human in Asia Hokusen Sha
publishing Co.
-------, G; M. Collard; C. Stringer, 2004. On the Reliability of
Recent Test of the Out of Af rica Hypothesis for
Modern Human Origins . The anatomical record Part
A vol. 279A.
Brown, P., 1999. The first modern in East Asian? Kyoto:
International Research Center of Japanese Studies,).
Bucaille, Maurice. 1992. Asal Usul Manusia Menurut Bibel Al-
qur’an Sains. Mizan. Bandung.
Buhal. 2000. Visi Iptek memasuki milenium III. UI Press.
Jakarta.
Buletin Pos dan Telekomunikasi. 2013. Vol.11 No. 4
Desember.

242
Cann, L. R., Stoneking, M. & Wilson, A.C., 1987.
Mitochondrial DNA and Human Evolution. Nature 235.
-----, R. L., Richards, O., Lum, K., 1994. Our One Lucky
Mother, dalam (Nitecki & Nitecki, eds.) Origin of
Anatomically Modern Humans.
Cassirer, Ernst. Diindonesiakan oleh Alois A. Nugroho. 1990.
Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei tentang
Manusia. Penerbit PT Gramedia. Jakarta
Cornelis Lay. 2007. Nilai Strategis Isu Lingkungan dalam
Politik Indonesia, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Volume 1,1, Nomor 2, November.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984/1985. Materi
Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V.
Universitas Terbuka Depdikbud. Jakarta.
der Wij, P.A., van. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dickens, Peter. 1996. Reconstructing Nature. Routledge.
London.
Dirto Hadisusanto. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan.:
Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. Yogyakarta.
Drijarkara, N. 1969. Filsafat Manusia. Penerbit yayasan
Kanisius. Jogjakarta.
Dwi Heru Sukoco. 1991. Profesi Pekerja Sosial. STKS Press.
Bandung
Dwiningrum, S. I. A. 2012. Ilmu sosial & budaya dasar. UNY
Press. Yogyakarta.

243
Effendi, Ridwan. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan
Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. CV. Yasindo
Multi Aspek. Bandung.
Fitzpatrick, Tony. 2001. Welfare Theory: An Introduction.
Palgrave. New York.
Frayer, D.W., Wolpoff, M., Thorne, A., Smith, F., Pope, G.,
1993. Theories of modern human origins: The
Paleontological Test. Am. Anthropologist 95.
Groves, C. P., 1989. A Regional Approach to The Problem of
the Origin of Modern Humans in Australasia, Ediburgh
University Press.
Hanihara, T., 2000. Frontal and Facial Flatness of Major
Human Populations. Am. J. Phys. Anthrop.
Harrison, Lawrence E. & Samuel P. Huntington (ed.). 2000.
Culture Matters. How Values Shape Human Progress.
Basic Books. New York.
Hasan, Muhammad Tholchah, 2004. Dinamika Kehidupan
Religius, Listafariska Putra, Jakarta
Henry, Nelson B. (Ed.), 1962. Philosophies of Education,
Chicago, University Of Chicago Press, Cet. XVII
Hidayat, Komarudin. 2008. The Wisdom of Life, Menjawab
Kegelisahan Hidup dan Agama. Kompas. Jakarta.
Horai, S., Hayasaka, K., Kondo, R., Tsugane, K., Takahata, N.,
1995. Recent African Origin of Modern Humans
Revealed by Complete Sequences of Homin oid
Mitochondrials DNAs. Proc. Natl. Acad. Sci. USA.

244
Kamminga, J & Wright, R., 1988. The Upper Cave at
Zhoukoudian and the Origins of the Mongoloids. J.
Hum. Evol. (17).
Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan, Mentalitas. dan
Pembangunan. Gramedia Jakarta.
Koesbardiati, T., 2001. On the Relevance of the Regional
Continuity Features of the Face in East Asia.
Krings, M., Geisert, H., Schmitz, R., Kranitzky, H., Pääbo, S.,
1999. DANN Sequence of the Mitochondrial
Hypervariable Region II from the Neandertal Type
Specimen. Proc. Natl. Acad. Scie. USA.
-----, M., Stone, A., Schmitz, R., Kranitzky, H., Stoneking, M.,
Pääbo, S., 1997. Neanderthal DNA Sequences and the
Origin of Modern Human. Cell 90.
Lahr, M. dan R. Foley, 2004. Human Evoluti on Writ Small.
Nature, vol. 431, 28 Oktober.
------,M.M., 1996. The Evolution of Human Diversity.
Cambridge University Press. Cambridge.
Leahy, Louis. 1989. Manusia Sebuah Misteri: Sintesis Filosofis
tentang Makhluk Paradoksal. Penerbit PT Gramedia.
Jakarta.
Levine, David P and Abu Turab Rizvi. 2005, Paverty Work
Freedom; Political Economy and the Moral Order ,
Cambridge University Press, Cambridge.
Loekman Soetrisno. 1986. Konsep Manusia dalam Sosiologi
dalam Mencari Konsep Manusia Indonesia Sebuah
Bunga Rampai. Erlangga. Jakarta.

245
Lubis, Muchtar. 1992. Budaya, Masyarakat, Dan Manusia
Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi perubahan sosial:
perspektif klasik, modern, postmodern, dan
postkolonial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Meinita, Hanna. (Diambil pada tanggal 1 Februari 2013).
Mahasiswa tak bisa hidup tanpa smartphone. kampus.
okezone.com
Morwood, M.J. et al., 2005. Further Evidence for Small -
Bodied Hominins from the Late Pleistocene of Flores,
Indonesia. Nature, vol. 437, 13 Oktober.
Mukaddimah Vol. 19, No. 1, 2013, 43 Problem Nilai,
Moral, Dan Hukum Dalam Masyarakat Dan Negara
Muthahhari, Murtadha, 1992. Perspetif Tentang Manusia dan
Agama, Mizan, Bandung,
Myazinda. 2008. Kelompok Sosial dan Kehidupan
Masyarakat. indososiology.blogspot.com (diakses 12
Oktober 2008).
Nei, M., 1995. Genetic Support for the Out -of-Africa Theory
of Human Evolution. Proc. Natl. Acad. Sci. 92.
Page, Charles H., R.M. Macler, 1961. An Introductory
analysis, Macmillan & Co.Ltd., London.
Parson, Talcott. 1951. The Social System. The Free Press.
New York.
Pelly, Usman & Asih Menanti. 1994. Teori-Teori Sosial
Budaya. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

246
Piedade, Joao Inocencio. 1986. “Problematika Manusia
dalam Antropologi Filsafat” dalam Basis. Ediisi
Oktober-1986-XXXV-10.
Pratiwi, Poerwanti Hadi. 2012. Prodi Pendidikan Sosiologi
FIS UNY
Rahardjo, Satjipto. 1986. Gambaran Tentang Manusia dari
Sudut Sosiologi dalam Mencari Konsep Manusia
Indonesia Sebuah Bunga Rampai. Erlangga. Jakarta.
Ramadhan K.H. (Penyunting). 1995. Muchtar Lubis Bicara
Lurus, Menjawab Pertanyaan Wartawan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Rini K. (Diambil pada tanggal 1 Februari 2013). Survei: tak
bisa hidup tanpa internet. www.tempo.co
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi
Modern. Kencana. Jakarta.
Rudito, Bambang. 2004. Metode dan Teknik Pengelolaan
Community Development. ICSD. Jakarta.
Saifullah, Ali HA. Antar Filsafat dan Pendidikan. Usaha
Nasional. Surabaya
Salam, Burhanudin., 1997. Etika Sosial:Asas Moral dalam
Kehidupan Manusia. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sastrapratedja, M. 1982. Manusia Multi Dimensional: Sebuah
Renungan Filsafat. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
Semma, Mansyur. 2008. Negara dan Korupsi. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta
Shihab, M.Qurasih, 1996. Wawasan al-Qur’an. Mizan.
Bandung.

247
Singgih, Doddy Sumbodo. 2010. Prosedur Analisis Stratifikasi
Sosial Dalam Perspektif Sosiologi
Smith, F.H., Simek, J. & Harril, M., 1989. Geographic Variation
in Supraorbital Orus Reduction During the Late
Pleistocene c. 80000-15000. Edinburgh University
Press.
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi suatu pengantar: edisi
baru keempat. Rajawali Pers. Jakarta.
----------, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Sofa, Pakde. 2008. Konsep Waktu Perubahan dan Kelompok
Sosial. (Online).
Stoneking, M. & Cann, L.R., 1989. African Origin of Human
Mitochondrial DNA. Edinburgh University Press.
Strigner, C. & Andrews, P., 1988. Genetic and Fossil Evidence
for the Origin of Modern Humans.
---------, C., & Bräuer, G., 1994. Methods, Misreading and
Bias. Am. Anthropologist 96.
---------, C., 1992. Replacement, Continuity and the Origin
of Homo Sapiens, Rotterdam.
Sugiarto, Ryan. 2009. 55 Kebiasaan Kecil yang
Menghancurkan Bangsa. Pinus Book. Yogyakarta.
Sukirin, 1981. Pokok-Pokok Psikologi Pendidikan. FIP-IKIP.
Yokyakarta.
Sukplang, Sukree. (Diambil pada tanggal 3 Februari 2013). 10
Negara terhebat di dunia.
top10newsworld.blogspot.com

248
Sumitro. 1998. Pengantar Ilmu Pendidikan. Penerbit Fakultas
Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta. Yogyakarta.
Syamsuddin, Dr. H.M. Ali A, 2010. Bahan Ajar Matakuliah
Sistem Sosial Budaya Indonesia Jurusan Ilmu
Komunikasi. UPI. Bandung.
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Remaja
Rosadakarya. Bandung
Taliziduhu, Ndraha. 1990. Pembangunan Masyarakat,
Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineke
Cipta. Bandung.
Tilaar, T.A.M. 2002. Peran Perguruan Tinggi di Daerah
Dalam Otonomi Daerah. Grasindo. Jakarta.
Titus, Harold H. 1984. Persoalan-Persoalan Filsafat. (terj.)
HM. Rasyidi. Bulan Bintang, Cet. I. Jakarta.
Uchrowi, Zaim. 2009. Harian Republika. “Bushido”. 13
November.
Umar Tirtarahardja da La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan.
Direktorat Jenderal Tinggi Depdikbud. Jakarta.
Weidenreich, F., 1943. The skull of Sinanthropus Pekinensis:
A Comparative Study of A Primitive Hominide Skull.
Palaeontologia Sinica.
Winarno, Budi. 2013. Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi
Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Gadjah Mada.
Wolpoff, M., 1985. Human Evolution at the Pheriperies: The
Pattern at the Eastern Edge. Hominid Evolution: Past,
Present and Future New York.
Zamroni. 2008. The socio-cultural aspects of technological
diffusion a reader volume IV. Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

249
Biografi Penulis

M. Chairul Basrun Umanailo,


Lahir di Ambon 22
Nopember 1978.
Menyelesaikan pendidikan
dasar hingga Menengah
Umum di Kota Ambon,
kemudian menyelesaikan
studi S1 pada Jurusan
Sosiologi Universitas
Sebelas Maret pada 2002.
Pada Tahun 2016 berhasil
menyelesaikan studi S2-Sosiologi pada Universitas Sebelas
Maret dengan Thesis “Marginalisasi Sosial Ekonomi Petani
Akibat Alih Fungsi Lahan”. Saat ini penulis tercatat sebagai
salah satu Mahasiswa Program Doktor Sosiologi Universitas
Brawijaya, beraktifitas sehari-hari dengan kegiatan
penelitian, diskusi maupun workshop dan seminar,
beberapa kegiatan terakhir 2014 yang dijalaninya yaitu
Seminar on International Exposure for Lecture and Research
di FISIP UGM, Asia Pasific Civil Society Defining the
Education for the Future yang diadakan oleh Asia South
Pasific Association for Basic and Adult Education (ASPBAE).
Saat ini penulis merupakan salah satu staf pengajar pada
Fakultas Hukum Universitas Iqra Buru, juga Pernah
mengabdikan dirinya pada beberapa lembaga diantaranya;
Center for Urban Research and Community Management
(CIRCUM), P2KP, LPPM, pada tahun 2005 menjadi Sekretaris
Program pada Patnership for Local Politic Transformation
(PLPT) dan (2014) menjadi Direktur Pusat Kajian
Pembangunan dan Transformasi Sosial (PKPTS). Penulis
dapat dihubungi melalui E-mail; chairulbasrun@gmail.com
dan 085254452882
.

250

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai