Anda di halaman 1dari 9

PENEGAKAN HUKUM:

Struktur, Substansi,
dan Budaya Hukum
PENGERTIAN PENEGAKAN HUKUM
■ Dalam arti luas: proses dilakukannya upaya untuk tegaknya dan
berfungsinya hukum, norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku seseorang dalam kehidupan. Ditinjau dari sudut
subujeknya, upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subjek
hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau
melakukan sesuatu berdasarkan pada aturan norma yang berlaku,
berarti dia sedang menegakan hukum.
■ Dalam arti sempit: upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk
menjamin dan memastikan tegaknya hukum, apabila diperlukan
aparatur penegakan hukum itu diperkenankan untuk menggunakan
upaya paksa.
• Lawrence M. Friedman lahir pada 2 April
1930, seorang profesor hukum Amerika,
terkenal sebagai tokoh yang expert di
bidang sejarah hukum (legal history)

• Friedman mengatakan bahwa berhasil atau


tidaknya penegakan hukum tergantung
pada tiga sistem hukum:
1. Substansi hukum (legal substance);
dan
2. Struktur hukum (legal structure);
3. Budaya hukum (legal culture).

• Diantara karyanya: The Legal System: A


Social Sciense Perspective, New York,
Russel Sage Foundation, 1975
Substansi Hukum
■ Substansi hukum berarti produk yang dihasilkan oleh orang
yang berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan
yang mereka keluarkan atau aturan yang mereka susun.
Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law),
bukan hanya aturan yang berupa hukum tertulis (law books).
■ Dengan demikian, substansi hukum adalah aturan, norma,
dan pola perilaku nyata manusia atau kebiasaan yang berada
dalam sistem itu. Penekanannya di sini bisa hukum tertulis
(peraturan perundang-undangan) dan hukum tidak tertulis
(hukum yang hidup).
Struktur Hukum
■ Struktur hukum adalah aparat penegak hukum, serta sarana-prasarana yang
tersedia untuk menjalankan penegakan hukum. Aparat penegak hukum meliputi
Polisi, Jaksa, Hakim, dan Advokat.
■ Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh Undang-Undang yang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.
■ Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat penegak hukum
yang kredibel, kompeten, dan independen. Seberapa bagusnya suatu peraturan
perundang-undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang
baik maka keadilan hanya angan-angan.
■ Penegakan hukum tidak akan berjalan dengan baik tanpa sarara-prasarana
memadai.
Budaya Hukum
■ Budaya hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan
sistem hukum. Budaya dipengaruhi oleh kepercayaan, nilai,
pemikiran, serta harapan manusia.
■ Budaya hukum merupakan suasana pemikiran sosial dan
kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum
digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.
■ Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum
masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka
akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola
pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Secara
sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum
merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum.
■ Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan
aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas
substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum
oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat
maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.
■ Friedman membagi budaya hukum tersebut menjadi : (a) Internal legal
culture yaitu budaya hukum para hakim dan pengacara atau penegak
hukum pada umumnya; (b) External legal culture yaitu budaya hukum
masyarakat luas.
■ Budaya hukum dipandang sangat menentukan kapan, mengapa dan di mana
orang menggunakan hukum, lembaga hukum atau proses hukum atau kapan
mereka menggunakan lembaga lain atau tanpa melakukan upaya hukum.
■ Dengan kata lain, faktor budaya merupakan ramuan penting untuk mengubah
struktur dan koleksi norma yang statis menjadi hukum yang hidup. Menambahkan
budaya hukum ibarat memutar jam atau menyalakan mesin. Budaya hukum
membuat segalanya bergerak.
■ Budaya hukum dapat berubah setiap saat (dinamis) sebagai akibat dari semakin
berkembangnya kesadaran hukum. Perubahan ini tertanam dalam kenyataan
bahwa nilai-nilai atau sikap tertentu terhadap hukum menjadi tidak sesuai lagi
bagi masyarakat.
■ Senada dengan Friedman, Soerjono Soekanto berpendapat bahwa
dalam proses penegakan hukum terdapat lima faktor yang
mempengarui, antara lain:
1. Faktor hukum atau peraturan perundang-undangan yang ada.
2. Faktor aparat penegak hukum, baik selama pembuatan maupun
penerapan hukum.
3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung proses penegakan
hukum.
4. Faktor masyarakat dalam hal ini lingkungan sosial dimana hukum
tersebut berlaku dan diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Anda mungkin juga menyukai