Anda di halaman 1dari 26

PERSAMAAN DERAJAT, HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA

Sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan. perundangan serta Piagam Internasional mengenai hak azasi manusia, bangsa Indonesia mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Harkat dan martabat manusia merupakan hal yang paling asasi bagi manusia. Dalam arti pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia sama dengan pengakuan terhadap hak azasinya. Hak itu merupakan anugerah Tuhan kepada manusia, sehingga tidak dapat dipisahkan dari pribadi manusia. Sebagai bangsa yang lama dijajah oleh bangsa asing, serta banyaknya kerajaan masa lampau, masyarakat Indonesia pernah terbagi-bagi dalam beberapa kelompok yang dikatakan memiliki derajat dan martabat yang berbeda. Apalagi di zaman Orde Lama atau Orde Baru banyak sekali terjadi penyimpangan atau pelanggaran hak azasi manusia. Kini, seiring dengan perkembangan zaman, serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hak azasi manusia, maka tidak ada lagi perbedaan atas derajat dan martabat manusia di Indonesia.

1. Definisi Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat (1) Derajat kemanusiaan adalah tingkatan, martabat dan kedudukan manusia. (2) Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibekali cipta, rasa, karsa dan hak-hak serta kewajiban azasi manusia. (3) Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat. (4) Pengertian persamaan derajat, harkat dan martabat adalah persamaan tingkat, martabat dan kedudukan manusia sebagai mahluk Tuhan yang berbekal kemampuan kodrati serta hak dan kewajiban asasi.

2. Pandangan Umum Tentang Konsep Harkat Dan Martabat Manusia Manusia harus dipandang secara konprehensif artinya pemikiran tentang manusia tidak hanya berkisar pada kajian tentang manusia dalam kaitannya dengan diri sendiri dan lingkungan dunia yang masih terbatas, melainkan menjangkau hakikat manusia secara menyeluruh dan utuh. Pandangan yang menyeluruh dan utuh ini menjelaskan secara penuh harkat dan martabat manusia (HMM)
1

(1) Hakikat Kemanusiaan Hakikat manusia yang di dalamnya terkandung harkat dan martabat manusia, menurut Prayitno (2008: 18) meliputi lima butir konsep dasar harkat dan martabat manusia (HMM), yakni 1) Makhluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya 2) Makhluk yang paling tinggi derajatnya 3) Khalifah di muka bumi 4) Makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 5) Pemilik hak-hak asasi manusia (HAM) Lebih lanjut dijelaskan, bahwa: Keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan YME ditunaikan melalui peribadatan yang tulus dan ikhlas; Citra kesempurnaan dan keindahannya diwujudkan melalui penampilan budaya dan peradaban yang terus berkembang; Ketinggian derajatnya ditampilkan melalui upaya menjaga kehormatan dan menolak hal-hal yang merendahkan nilai-nilai kemanusiaan; Kekhalifahan diselenggarakan melalui penguasaan dan pengelolaan atas sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kehidupan yang damai dan sejahtera dalam alam yang aman dan tentram; dan Hak asasi manusia dipenuhi melalui saling pengertian, saling memberi dan saling menerima serta saling melindungi, mensejahterakan, dan membahagiakan. (2) Dimensi Kemanusiaan 1) Dalam kerangka HMM secara menyeluruh, aktualisasi kehidupan manusia berdasarkan hakikatnya itu, tidaklah berlangsung dengan sendirinya. Untuk aktualisasi hakikat manusia ini diperlukan upaya pengembangan atas diri manusia sejak kelahirannya melalui tahap-tahap perkembangan sepanjang hayatnya. 2) Untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, manusia dilengkapi dengan

dimensi-dimensi kemanusiaan yang melekat pada diri individu, yakni dimensi : kefitrahan, keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan.

(3) Trilogi HMM Manusia ditakdirkan hidup dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya itu. Semua unsur HMM (hakikat manusia, dimensi kemanusiaan, dan panca daya) tergabung dalam Trilogi HMM, semuanya bersifat positif dan normatif, dapat dipahami bahwa tujuan diciptakan dan dihidupkannya manusia adalah tujuan yang positif dan normatif, yang tidak lain kebahagiaan manusia itu sendiri. Lebih jauh kehidupan yang membahagiakan di dunia dan di akhirat. 3. Landasan Hukum Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat Manusia Negara Indonesia memiliki landasan moral atau hukum tentang persamaan derajat, harkat dan martabat manusia antara lain, Landasan Ideal yaitu Pancasila ; Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945 ; Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. (1) Landasan Ideal Berdasarkan sila ke 2 yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, bangsa Indonesia menyadari bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa memiliki kedudukan, hak serta kewajiban yang sama.

(2) Landasan Konstitusional a. Pembukaan UUD 1945 Setiap warga negara berhak mendapatkan hak-hak azasinya yang meliputi hak azasi pribadi, hak azasi ekonomi, hak azasi politik, hak azasi sosial dan kebudayaan, hak azasi mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta hak azasi terhadap perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum. Keseluruhan hak azasi manusia di negara kita tercantum di dalam pembukaan UUD 1945. Alinea pertama adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua bangsa dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain. Alinea kedua adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan pengakuan azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan kesejahteraan. Alinea ketiga adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada semua bangsa. Alinea keempat adalah memuat tujuan negara. pemerintah harus memajukan kesejahteraan umum dan juga kita hendaknya ikut mewujudkan ketertiban dunia dan lain sebagainya.
3

b.Batang Tubuh UUD Di dalam batang tubuh UUD 1945 terdapat beberapa ketentuan yang mengatur persamaan derajat manusia yang dicantumkan sebagai hak dan kewajiban warga negara, antara lain: 1) Segala warga negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal27 ayat 1). 2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal27 ayat 2). 3) Kebebasan berserikat, berpendapat dan berpolitik (pasal 28). 4) Kebebasan memeluk dan melaksanakan agama (pasal 29 ayat 1). 5) Hak dan kewajiban membela negara (pasal 30). 6) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pasal 31).

(3) Ketetapan MPR dan Perundang-undangan Bertolak dari UUD 1945 sebagai upaya mewujudkan hak azasi manusia yang didasari aspirasi rakyat maka MPR telah membuat Tap. MPR No.

XVIII/MPR/1998 tentang HAM. Dalam ketetapan MPR tersebut membuat dua hal penting: 1) Tentang pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak azasi manusia. 2) Tentang Piagam hak azasi manusia.

Dalam piagam hak azasi manusia tersebut dicantumkan antara hak-hak warga negara antara lain: a. Hak untuk hidup. b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. c. Hak mengembangkan diri. d. Hak keadilan. e. Hak kemerdekaan. f. Hak atas kebebasan informasi. g. Hak keamanan. h. Hak kesejahteraan. i. Perlindungan dan pemajuan.

Sedangkan hak azasi manusia berdasarkan UU No. 39/1999 antara lain mengatur: a. Hak untuk hidup. b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. c. Hak mengembangkan diri. d. Hak memperoleh keadilan. e. Hak atas kebebasan pribadi. f. Hak atas rasa aman. g. Hak atas kesejahteraan. h. Hak turut serta dalam pemerintahan. i. Hak wanita. j. Hak anak.

Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 selain mengatur hak juga mengatur kewajiban azasi manusia sebagai berikut: 1) Setiap orang wajib menghormati hak azasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2) Setiap orang wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. 3) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

4. HAM dalam UUD 1945 Di negara kita, hak azasi itu terkristalkan di dalam hak bangsa Indonesia, seperti yang terumus dengan jelas di dalam Pembukaan UUD 1945. Negara kita adalah Negara kesatuan dengan kemerdekaannya menjamin seluruh hak dan kewajiban kita sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Di dalam UUD 1945 masalah hak azasi manusia bukanlah masalah yang mandiri, tetapi dikaitkan dengan hasrat bangsa Indonesia untuk membangun negara yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Menjunjung Tinggi Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat Manusia Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, merupakan makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan manusia diantara makhluk lainnya itu, karena manusia dikaruniai akal dan pikiran. Dengan akal dan pikirannya itu, manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan akal dan pikiran pula, manusia mempunyai suatu ukuran untuk menentukan harkat, derajat, dan martabat manusia dalam kehidupannya. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia harus mengerti, memahami, dan sekaligus dapat melaksanakan berbagai hal yang berkenaan dengan harkat, derajat, dan martabatnya itu.

Gambaran

sederhana

dalam

kehidupan

sehari-hari,

tentang

perilaku

yang

mencerminkan harkat, derajat, dan martabat manusia adalah sebagai berikut: (1) Menghargai dan menghormati orang lain, (2) Tidak semena-mena terhadap orang lain, (3) Tolong menolong dengan sesama manusia, (4) Tidak membeda-bedakan orang karena warna kulit, suku,agama, ras, maupun golongan, (5) Tidak melakukan penghinaan terhadap orang lain, (6) Tidak melakukan penindasan dan penganiayaan, (7) Tidak boleh merendahkan terhadap orang lain, dan sebagainya.

Kita harus mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat, derajat, dan martabatnya sebagai manusia, tanpa membeda-bedakan asal-usul keturunan, warna kulit, suku, jenis kelamin, agama, golongan, maupun kedudukan sosial tertentu. Semua sama. Hal ini mengandung arti bahwa kita harus mengembangkan sikap saling mencintai terhadap sesama manusia, tenggang rasa atau tepa selira, dan tidak memperlakukan orang lain dengan tindakan yang sewenang-wenang. Memang, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semua manusia adalah sama derajatnya. Tuhan tidak membeda-bedakan derajat manusia karena kekayaan, pangkat, jabatan, dan kedudukannya, meskipun manusia ada yang memiliki pangkat, jabatan, dan kedudukan tertentu. Semua itu hanya sekedar peran dan status sementara yang disandangnya. Tetapi yang membedakan seseorang dengan yang lainnya di hadapan Tuhan adalah karena ketaqwaannya.
6

Tuhan akan mengangkat derajat manusia yang bertaqwa, dan sebaliknya akan menghinakan manusia yang berbuat zalim dan aniaya terhadap sesamanya. Rasulullah SAW diutus Allah SWT sebagai pendidik umat, dengan visi mengangkat harkat dan martabat manusia, dari martabat rendah, menuju manusia yang berharkat dan martabat tinggi, memiliki akhlak mulia. Sistem perbudakan diberantas secara berangsur-angsur, setiap orang bebas untuk beribadah, bebas untuk berkarya. Diskriminasi terhadap kaum wanita diberantas. Pembunuhan anak-anak perempuan dan laki-laki diharamkan, bahkan dihukum qishas. Perzinaan, minum khamar, perjudian dan perbuatan yang memperturutkan hawanafsu lainnya diberantas, sehingga harkat dan martabat manusia pada saat itu berada pada taraf yang paling tinggi. Inilah yang dikatakan dengan visi, akhraja al-nas min al-zhulumat ila al-nur.mengeluarkan manusia dari kezhaliman ke pada kehidupan yang terang benderang. Rasulullah SAW bersabda : "Wahai manusia ! sesungguhnya Tuhanmu satu dan bapamu satu. Semuanya kamu itu dari Adam dan Adam dari tanah. Yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah yang paling taqwa" dan selanjutnya dia berkata pula ; "Tidak ada kelebihan orang Arab dari orang Ajam (orang selain Arab), dan tidak ada kelebihan orang Ajam dari orang Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berwarna hitam dari orang berwarna merah, dan tidak ada kelebihan orang yang berwarna merah dari orang yang berwarna hitam, melainkan taqwalah yang menentukan mulya dan kurangnya manusia itu". Maka ukuran dan neraca kelebihan dan kemulyaan seseorang menurut pandangan Allah ialah taqwa dan amal soleh. Adapun bangsa,dan warna, sama sekali tidak mempengaruhi tinggi rendahnya seseorang.

Selanjutnya harkat, derajat, dan martabat seseorang memiliki nilai yang sangat tinggi. Karena tingginya nilai harkat, derajat, dan martabat itu, maka wajar kalau setiap orang ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain. Sebab manusia secara naluriah memang ingin dihormati dan dihargai oleh orang lain, ia tidak mau dihina apalagi sampai diinjak-injak martabat dan harga dirinya, sudah pasti tidak akan terima. Namun dalam kehidupan ini, terkadang masih ada orang yang dengan tindakannya itu, membuat ia menjadi rendah harkat, derajat, dan martabatnya. Misalnya orang yang hidup bermalas-malasan dan tidak mau bekerja keras, ia lebih memilih menjadi gelandangan dan pengemis yang hidup terlunta-lunta di jalanan, pekerjaannya hanya meminta-minta, hal ini sangat merendahkan harkat, derajat, dan
7

martabatnya sebagai manusia. Seperti yang telah disebutkan, Jiwa dan semangat yang terkandung dalam sila kedua pancasila mengakui dan menempatkan manusia sesuai dengan harkat, derajat, dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabat manusia itu.

6. Pengamalan Nilai Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat dalam Kehidupan Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang harus mengakui serta menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan martabat manusia. Sikap ini harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan, baik dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan maupun di lingkungan pergaulan masyarakat. Manusia dikaruniakan potensi berpikir, rasa dan cipta, kodrat yang sama sebagai makhluk pribadi (individu) dan sebagai makhluk masyarakat (sosial). Manusia akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. (1) Martabat dan Harga Diri Manusia dalam Kehidupan Keluarga Tentang keluarga, UUD 1945 pasal 28B ayat (1), menyatakan,bahwa; Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Demikian landasan hukum berkeluarga dalam konstitusi kita. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi wadah pembinaan dan pengembangan potensi, sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Orang tua, terutama ayah sebagai kepala keluarga, mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar dalam membina rumah tangga. Ayah sebagai kepala rumah tangga, harus dapat membagi tugas dan perannya dengan sang ibu. Semuanya, baik ayah, ibu, maupun anak dalam suatu keluarga, harus dapat menjunjung tinggi martabat dan harga diri keluarga tersebut. Mereka harus dapat membina anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik, dan dapat menjaga martabat keluarganya. Begitulah memang seharusnya dalam suatu kehidupan keluarga. Namun pada kenyataannya, seringkali terjadi ketidak harmonisan dalam keluarga, dan dapat menimbulkan suatu tindakan yang bertentangan dengan martabat dan harga diri, dan lebih jauh lagi bertentangan dengan hak asasi manusia. Pelanggaran hak asasi dalam suatu keluarga, biasanya diawali dari adanya konflik keluarga. Selanjutnya
8

konflik yang terjadi dalam suatu keluarga, terkadang dapat menimbulkan tindak kekerasan dan penganiayaan, bahkan pembunuhan.

Beberapa tindakan yang mengindikasikan adanya pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi dalam keluarga, antara lain, berupa: 1) Domestic Violence, yaitu kekerasan yang terjadi dalam keluarga. Tindakan yang sering dijumpai dalam kaitan ini adalah; a. Kekerasan suami terhadap isteri, hal ini dapat bermula dari adanya rasa cemburu sang suami yang berlebihan, tuntutan suami yang kurang terpenuhi secara wajar, kurangnya kepatuhan isteri terhadap suami, beda pendapat antara suami isteri, dan lain-lain yang dapat menjadi pemicu kekerasan suami terhadap isteri. Dalam berbagai hal suami cenderung memaksakan

kehendaknya. Sang isteri, oleh karena ketidakberdayaan dan ketakutan, terpaksa mengikuti kehendak suami. Akibatnya isteri merasa terintimidasi dan terus menerus ketakutan, kurang percaya diri, murung, dan tertekan. b. Kekerasan orang tua terhadap anak, yaitu suatu bentuk tindakan pisik seperti pemukulan di luar batas kewajaran (penganiayaan), pemaksaan pendapat, serta ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dan sangat membatasi aktifitas anak secara otoriter, semua itu merupakan bentuk pelanggaran hak asasi. Akibatnya anak tumbuh dalam suasana penuh tekanan, sehingga kepribadiannya menjadi kerdil, kreasi dan argumentasinya tidak tumbuh dengan baik. UUD 1945 pasal 28B, ayat (2) menyatakan bahwa; Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2) Ketidakadilan Gender, yaitu berkaitan dengan penerimaan dan penghargaan terhadap anak perempuan, yang berbeda dengan anak laki-laki. Perempuan cenderung dianggap sebagai orang yang hanya bisa membantu pekerjaan orang tua di rumah, sehingga ia tidak perlu bersekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Meskipun dalam jaman sekarang perlakuan terhadap perempuan seperti itu sudah tidak begitu mencolok, namun masih ada saja kenyataankenyataan yang demikian itu terjadi. UU No. 39 Tahun 1999, tentang hak asasi manusia, pasal 60, menyatakan, bahwa Setiap orang berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.

3) Pelanggaran Hak-hak Anak, dalam keluarga sering kali terjadi pembunuhan terhadap bayi, baik dalam kandungan maupun bayi yang sudah lahir, jual beli anak, penganiayaan terhadap anak hinggamengakibatkan hilangnya nyawa, mempekerjakan anak di bawah Umur, dan lain-lain.Pembunuhan bayi dan jual beli anak, misalnya, merupakan tindakan yang sangat bertentangan dengan hak asasi manusia. Sebab pada dasarnya setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa. Demikian pula anak berhak untuk diasuh, dibesarkan, dirawat, dididik, dan diarahkan hingga dewasa, serta berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya. Semua uraian di atas, mencerminkan pentingnya perlindungan hak asasi anak dalam keluarga.

Selanjutnya perlu ditegaskan lagi, bahwa untuk menjunjung martabat dan harga diri manusia dalam lingkungan keluarga yang didasarkan atas prinsip-prinsip hak asasi manusia, hendaknya perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: 1) Antar anggota keluarga harus menanamkan sikap saling menghormati dan saling menghargai. 2) Setiap anggota keluarga harus memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. 3) Menghindari perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan antar seseorang dengan yang lainnya. 4) Jangan melakukan tindakan amoral dan asusila, yang dapat mencemarkan nama baik keluarga, dan sudah tentu hal itu akan merendahkan nilai dan martabat kemanusiaan keluarga tersebut. 5) Perlu adanya saling pengertian dan kerjasama yang baik antar anggota keluarga dan jangan saling menyalahkan, tetapi harus saling mengingatkan pada kebaikan dan kebenaran. 6) Perlu dikembangkan sikap untuk saling asah, asih, dan asuh antar anggota keluarga. 7) Setiap anggota keluarga harus meningkatkan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

10

(2) Martabat dan Harga Diri Manusia dalam Lembaga Pendidikan Sebagai pelajar yang sedang mengikuti proses pendidikan, sudah tentu banyak tugas dan kewajiban yang harus dilakukan berkenaan dengan proses

pendidikan tersebut. Segala tugas dan kewajiban itu, harus disadari dan dapat dilaksanakan dengan baik., sebagai wujud tanggung jawab dalam menempuh pendidikan. Di lingkungan pendidikan, martabat dan harga diri perlu ditegakan demi nama baik lingkungan dimana kita menjalani proses pendidikan. Sesama pelajar harus saling menghormati dan saling menghargai. Jika ada suatu masalah hendaknya diselesaikan secara baik. Jangan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, karena hal itu

bertentangan dengan martabat kemanusiaan. Sebagai pelajar harus menggunakan pikiran secara sehat dalam menyelesaikan masalah. Hindari tawuran antar pelajar, laksanakan tugas dengan baik, menjunjung persatuan dan kesatuan, saling tolong menolong dengan sesama teman, dan perbuatan lainnya yang terpuji. Jangan sampai terjadi penganiayaan dan kekerasan. Martabat dan harga diri manusia juga harus dijunjung oleh para pembimbing di lingkungan pendidikan. Pembimbing hendaknya menjadi tauladan dalam menegakan martabat kemanusiaan.

Secara garis besar, martabat dan harga diri dalam lembaga pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Hendaknya semua pelajar dan pembimbing dapat menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia dan berprilaku sesuai hak dan kewajiban. 2) Semua pelajar berperilaku yang tidak mencemarkan nama baik tempat ia menimba ilmu, seperti perbuatan mabuk, narkoba dan lain-lain. 3) Hendaknya seluruh warga suatu lembaga pendidikan dapat berdisiplin dan tertib dalam melaksanakan aturan yang berlaku. (3) Martabat dan Harga Diri Manusia dalam Kehidupan Masyarakat Martabat dan harga diri manusia dalam kehidupan masyarakat harus ditegakan. Terlebih lagi di dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat bermacam ragam suku, agama, ras, dan golongan. Keaneka ragaman tersebut sudah tentu akan melahirkan perbedaan. Namun perlu disadari bahwa adanya perbedaan adalah merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri dan harus diterima. Karena yang lebih penting dari perbedaan adalah, bagaimana kita dapat menerima perbedaan itu sebagai dinamika masyarakat yang terus berkembang
11

menuju kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat, tanpa adanya diskriminasi, intimidasi, penindasan, perampasan hak asasi, dan tindakan lainnya yang merendahkan martabat dan harga diri manusia. Namun pada kenyataannya, sungguh disayangkan karena yang sering kali terjadi dengan adanya perbedaan itu, justru dapat menimbulkan permasalahan yang bertentangan dengan martabat kemanusiaan. Kebanyakan masyarakat kita masih belum dapat menerima perbedaan sebagai suatu dinamika yang dapat menumbuhkan martabat dan harga diri. Kita menyaksikan, betapa dalam kehidupan ini masih ada saja tindakan yang merendahkan martabat manusia disebabkan karena adanya perbedaan, baik itu perbedaan pikiran, pendapat, sikap, kebudayaan, keyakinan, dan lain-lain, lalu muncul pertentangan, kebencian, dendam, dan saling mengancam. Tindakan seperti itu dilakukan mulai dari yang sederhana seperti; mengejek, mengumpat, melecehkan, menghina, dan sejenisnya, sampai pada tindakan yang lebih berat, seperti; penganiayaan, pemerkosaan, penindasan, pembunuhan, dan masih banyak lagi bentuknkekerasan lainnya. Seyogyanya hal itu tidak terjadi, karena segala bentuk kekerasan sangat bertentangan dengan martabat kemanusiaan. Namun demikian, merendahkan martabat dan harga diri manusia itu bukan hanya dalam bentuk kekerasan saja, tetapi bisa juga dalam bentuk mengabaikan atau membiarkan begitu saja terhadap seseorang yang hidup menderita dan perlu pertolongan. Contoh; orang miskin yang sedang menderita sakit dan ia tidak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit, sementara penyakit yang dideritanya sedemikian parah dan perlu segera mendapat pertolongan. Ia dibiarkan tergolek lemas di trotoar jalanan atau di emper rumah gubuk reot sampai orang tersebut meninggal. Tindakan membiarkan atau tidak mempedulikan terhadap orang miskin yang sakit itu, adalah tindakan yang merendahkan atau mengabaikan martabat kemanusiaan. Seharusnya kita menolong 0rang yang menderita itu dengan mengupayakan mencari sumbangan dari berbagai pihak yang peduli terhadap martabat kemanusiaan. Sebab mereka manusia, bukan binatang, mereka harus kita tolong, dan kita harus peduli membantu mereka. Dengan demikian kita ikut mengangkat derajat kemanusiaannya, sehingga ia akan merasa senang dan bahagia.

Selanjutnya dalam kehidupan masyarakat secara lebih luas, martabat dan harga diri manusia dapat dirumuskan dalam beberapa kategori, sebagai berikut:
12

1) Secara sosial kemanusiaan, yaitu; a. Menjunjung harkat dan martabat orang miskin dengan member santunan, pembinaan, dan pendidikan yang layak hingga mereka punya masa depan yang lebih baik dan sejahtera. b. Mendidik, membina, dan memberi kesempatan kerja dan berusaha yang layak kepada gelandangan, pengemis, dan pengamen jalanan sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya, sehingga mereka merasa dihargai serta memiliki martabat dan harga diri sebagai manusia. c. Mengakui dan menghargai keberadaan saudara kita yang cacat, baik cacat pisik, cacat mental, tuna netra, tuna rungu dan lain-lain. Mereka harus dihargai dan dihormati, karena mereka adalah manusia dan mempunyai martabat dan hak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

2) Secara Politis-Sosiologis, yaitu; a. Mengupayakan untuk menghindari terjadinya penggusuran paksa secara tidak manusiawi, tanpa musyawarah, tanpa pemberitahuan terhadap orang-orang yang tidak memiliki tingkat penghidupan yang layak sebagaimana orang lain pada umumnya. Pemerintah harus mengupayakan penyelesaian secara manusiawi, agar martabat dan harga diri mereka sebagai manusia dihormati dan dihargai. b. Menghindari perlakuan diskriminatif terhadap seseorang dan yang lainnya, baik dari segi kesukuan, agama, ras, maupun golongan tertentu. Mereka harus diperlakukan sama dan tidak dibedabedakan, mereka mempunya harkat, martabat dan harga diri yang sama. c. Menghindari terjadinya konflik antar suku, antar agama, antar golongan yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya nyawa manusia. Mereka harus mendapat perlindungan dari tindakan kekerasan yang bertentangan dengan martabat kemanusiaan.

3) Secara Yuridis-Kriminologis, yaitu; a. Adanya perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta perlakuan yang adil dalam segala aspek kehidupan dengan tanpa melihat suku, agama, warna kulit, jenis kelamin, dan golongan, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama didepan hukum, tanpa kecuali.

13

b.

Mengupayakan menghindari adanya tindak kejahatan berupa penghinaan, penganiayaan, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan,

pemerasan,

memperjualbelikan manusia, dan kejahatan lainnya yang merampas hak asasi manusia dan sangat merendahkan martabat kemanusiaan.

7. Persamaaan Derajat, Harkat dan Martabat Sebagai Cita-cita Sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan Negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan prinsip serta nilainilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Kita hendaknya patuh dan taat terhadap agama dan keyakinan kita, karena bangsa kita sebagai bangsa yang berkeTuhanan. Nilai Ketuhanan inilah yang menjiwai keragaman budaya bangsa Indonesia. Perilaku seperti ini selalu kita bina dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari terutama keluarga, karena keluarga merupakan inti dari kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dengan begitu kenyataan bahwa harapan dan cita cita menuju Indonesia baru yang kita dambakan bersama akan terwujud, yaitu suasana kehidupan masyarakat yang saling menghargai menghormati persamaan derajat, harkat dan martabat manusia serta cita-cita seluruh masyarakat Indonesia yang tentram adil makmur baik jasmani maupun rohani.

USAHA DALAM MERAIH CITA-CITA


Cita-cita ideal senantiasa menjadi suluh dalam diri. Cita-cita selalu memicu dan memacu seseorang untuk berbuat yang lebih baik dan lebih baik lagi. Namun, kerap kali cita-cita malah menjerumuskan seseorang ke dalam kehidupan yang tiada arah dan keadaan yang tiada menentu. Kita pun sering terlena dengan cita-cita yang digantungkan di langit sehingga memaksa kita untuk senantiasa menengadah terus tanpa menyadari pada apa dan di mana kaki kita berpijak.
14

Pentingnya memiliki cita-cita Secara filosofis, kehidupan sendiri bermakna keinginan dan cita-cita. Seseorang yang tidak memiliki keinginan dan cita-cita secara maknawi telah

meninggal walaupun secara fisik masih beruntung. Mungkin, seperti pepatah yang sarkastis "keberadaannya seperti ketiadaannya". Kehidupan orang yang tidak bercita-cita adalah kematian sebelum waktunya. Sebaliknya, kematian bagi seseorang yang kuat citacitanya adalah kehidupan yang sesungguhnya. Di pihak lain, secara psikologis, seseorang yang memiliki keinginan dan cita-cita, dalam kesehariannya pasti lebih bersemangat dan bergairah serta selalu mencari celah untuk mendekatkan dirinya pada cita-cita tersebut sehingga hidupnya begitu dinamis dan charming. Maka, tidak salah, untuk mempertahankan hidup, yang harus dipelihara adalah keinginan dan cita-cita. Secara sederhana, kita harus terus memelihara bahkan men-tajadud-kan atau memperkuat cita-cita. Inilah upaya awal untuk memberi artikulasi pada kehidupan, berapa lama pun sisa umur kita. Bahkan, Rasulullah saw mengisyaratkan, walaupun kiamat akan terjadi esok hari -baik kiamat kecil yaitu datangnya maut maupun kiamat besar yaitu hancurnya alam semesta- kita tetap harus berpikir dan bertindak produktif. Tidak ada yang membenarkan, apa pun alasannya, untuk bertindak kontra produktif. Isyarat Sang Rasul mulia ini menegaskan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya merupakan rangkaian awal yang akan memberi dampak nyata pada kehidupan selanjutnya sehingga tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada walaupun seper sekian detik yang tersisa. Memaknai kehidupan hingga dapat mengartikulasi setiap detik waktu yang ada bisa digapai manakala seseorang memahami makna kehidupan ini secara komprehensif. Dari pemahaman itulah akan lahir cita-cita yang diusung untuk menjadikan hidup lebih bermakna untuk keseluruhan rangkaian kehidupan yang akan terus berjalan di dunia dan akhirat kelak. Tentu, cita-cita yang diusung haruslah cita-cita yang memiliki efek panjang terhadap nasib perjalanan sang diri ini hingga menghadap Allah 'Azza wa Jalla. 1. Filosofi Cita-cita Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa keluhuran cita-cita adalah bagian dari keimanan. Orang yang mempunyai cita-cita mulia, obsesi yang tinggi, tujuan luhur, tentunya dia tidak akan menjerumuskan diri dalam kehinaan, kemaksiatan, dan kenistaan. Karena itu, bermimpilah dan bercita-citalah setinggi bintang. Cita-cita besar adalah tanda kehidupan jiwa, indikasi sukses orang-orang besar. Pintu kebahagiaan siapa saja disebabkan oleh jiwanya selalu terbuka, berpikir,

15

dan berjiwa besar. Kalau Anda percaya bisa berhasil, Anda akan betul-betul berhasil. Demikian kata D.J. Schwartz dalam bukunya The Magic Of Thinking Big. Cita-cita besar itu ibarat dinamo yang menggerakkan arus positif dan arus negatif yang mengontrol tubuh Anda. Cita-cita besar itu bahan bakar. Memacu

kendaraan untuk maju, melesatkan kereta cepat. Cita-cita besar itu adalah pintu kebahagiaan, Dan katakanlah, Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi engkau kekuasaan yang menolong. (QS. Al-Isra: 80) Cita-cita ciri kemuliaan. Orang mulia adalah orang-orang yang memiliki citacita. Karena cita-cita akan membangun pendirian yang kokoh, tidak gentar menghadapi masalah, tidak jera mengadapi kegagalan. Sedangkan orang yang tidak memiliki cita-cita akan menjadi penakut, pengecut, dan pencundang. Diantara manisfetasi cita nan mulia adalah membangun keluhuran jiwa dan menjauhkan diri dari posisi tertuduh yaitu dari posisi terhina dan tercela. Begitu banyak dan begitu penting untuk menjadi besar dengan cita-cita besar. Tapi jangan sekali-kali merasa besar. Karena merasa besar akan menumbuhkan penyakit jiwa, menyebabkan sengsara dan pembawa derita. Sedang menjadi besar membawa bahagia. 2. Cita-cita Sebagai Bagian dari Kesuksesan Kesuksesan tidak semata-mata diukur dari hasil tapi juga pada proses. Proses merencanakan dengan tujuan yang benar dan mulia. Proses mengorganisasikan dengan rapi dan sistematis. Proses melaksanakan dengan ikhlas, tekun, teliti, dan professional. Dan proses evaluasi dengan jujur dan semangat perbaikan tak kenal henti. Dan citacita adalah separuh dari kesuksesan. Karena orang yang bercita-cita mulia tak mudah goyah untuk menggadaikan di tengah jalan, menukar dengan yang hina dan rendah. Memiliki cita-cita berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Memiliki kejelasan tujuan adalah separo dari kesuksesan. Adapun yang separo itu adalah bagaimana menempuhnya. Karena itulah jadikan diri Anda diri pribadi yang unggul. Ciri-ciri pribadi unggul adalah pribadi yang memiliki 4 hal : (1) Mereka yang memilki cita-cita bergelora (2) Mereka yang memiliki jiwa yang membara (3). Mereka yang selalu berusaha dengan giat
16

(4) Mereka yang memilki kesiapan yang terus menerus

3. Kekuatan Cita-cita Cita-cita ternyata memiliki kekuatan dahsyat untuk melakukan berbagai hal dalam hidup ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Cita-cita mampu mendorong kita untuk bertindak. Dengan cita-cita kita terpacu untuk melakukan sesuatu untuk lebih mendekatkan diri kepada cita-cita tersebut. (2) Cita-cita juga mendorong kita untuk selalu berpikir positif dalam menemukan solusi dari masalah yang mengadang kita dalam perjalanan meraih cita-cita. (3) Cita-cita pun memiliki kekuatan dahsyat dalam memberikan semangat kepada kita ketika harus menghadapi berbagai tantangan. Tanpa cita-cita, akan lebih mudah bagi kita untuk patah semangat ketika menghadapi masalah. (4) Cita-cita juga membuat hidup lebih bergairah dan berarti. Dengan memiliki citacita, kita memiliki harapan untuk meraih cita-cita tersebut. Harapan ini memompa semangat bagi kita untuk beraktivitas. Ketika cita-cita telah berhasil kita capai, kita akan merasa bahwa kita memang telah melakukan sesuatu yang berharga, baik bagi diri sendiri maupun org lain di sekitar kita.

4. Kualitas Cita-Cita Kualitas cita-cita menentukan kualitas hidup kita. Tidak salah memang kita memiliki cita-cita apa pun, asal baik tentunya. Ingin menjadi orang kaya, ingin menjadi ilmuwan, ingin menjadi ulama, atau ingin menjadi seorang yang berguna bagi bangsa dan negara, boleh-boleh saja. Karena pasti cita-cita tersebut akan menjadi pemicu semangat. Bahkan, bagi seorang maaf- pemulung, hanya sekadar ingin mendapatkan serpihan barang berharga dari tumpukan sampah-sampah sudah cukup menjadi suluh pembakar semangat kerjanya. Hal lain yang menjadi penentu kualitas cita-cita adalah aspek dimensi kehidupan dunia akhirat. Bila telah memiliki cita-cita untuk dunia, seperti ungkapan Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya,Berikutnya mari kita raih cita-cita akhiratnya,Beribadahlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati besok pagi. Usahanya untuk akhirat sehingga dunia pun mengikutinya.

Sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya


17

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash : 77)

Lantas, cita-cita apa yang harus kita tanamkan. Secara sederhana namun ideal, kalau merujuk kepada janji-janji kita setiap hari sebagai seorang Muslim, cita-cita kita harus selaras dengan 'sesungguh-nya shalatku, ibadahku, hidupku, dan bahkan matiku untuk Allah Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini'. Inilah cita-cita yang harus terus diusung, bahwa kehidupan kita akan berarti manakala ada dalam rel ibadah dan perjuangan untuk mengajak orang lain agar mengagungkan Allah hingga umat manusia tunduk kepada kekuasaan dan keadilan-Nya. Seseorang yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia saja tentu berbeda kualitasnya dengan yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Perbedaanperbedaan tersebut akan tampak jelas mulai dari strategi dan teknik menggapai citacita hingga perilaku ketika cita-cita tersebut sudah diraih.

Beberapa cita-cita dunia yang dapat dijadikan contoh, antara lain : 1) Memiliki hati yang bersih dan dibebaskannya hati dari segala macam penyakit hati seperti iri, dengki dan sombong. 2) Dapat beribadah dengan baik dan benar sebagai rasa syukur dan membuka pintupintu kebaikan dan kebahagiaan yang lebih besar. 3) Memiliki pekerjaan dan dapat meningkatkan kualitas karir, amal serta penghasilan. 4) Terjaga kesehatan, karena kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. 5) Bisa diterima dalam pergaulan karena diakui memiliki kepribadian yang baik dan dapat bergaul dengan orang lain. 6) Memiliki kebebasan dalam menentukan sasaran dan arah hidup, serta keteraturan program diri. 7) Mendapat limpahan cinta dan penghargaan dari orang sekelilingnya. Dan lain-lain.

18

Adapun beberapa cita-cita akhirat yang patut kita rintis, antara lain : 1) Meninggal dunia saat melakukan amal-amal shalih dan amal unggulan yang dirintisnya. 2) Meninggal dunia tanpa memilki hutang-hutang sehingga dimudahkan saat yaumul hisab. 3) Mendapatkan rahmat llah di alam kubur seperti orang-orang yang gemar memakmurkan masjid Allah. 4) Dimudahkan saat pengadilan hari akhir. 5) Ada keringanan siksa neraka. 6) Mendapat ampunan atas berbagai dosa dan kesalahan. 7) Dapat berkumpul dengan keluarga di surga. Dan lain-lain.

5. Langkah-langkah Dalam Menemukan dan Meraih Cita-cita (1) Rumuskan Keinginan Sering kali kita tidak punya gambaran yang jelas tentang apa yang ingin kita capai. Jika memang demikian, akan sulit bagi kita untuk mencapainya. Hal ini sama seperti jika kita sedang berkendaraan dan tidak tahu tujuan kita berkendaraan. Jadi, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan dalam bisnis atau pekerjaan, dan dalam kehidupan pribadi kita. Semakin jelas cita-cita tersebut kita rumuskan, semakin mudah bagi kita untuk memilih strategi pencapaiannya. Misalnya: Dalam lima tahun ke depan, saya ingin membuka sebuah toko buku. (2) Rincikan keinginan Setelah kita dapat merumuskan keinginan kita, pastikan bahwa kita bisa merumuskannya dengan terperinci. Jika memang ingin membuka toko buku, Kita juga perlu perinci apa apa saja hal penting dalam memulai kemudian membuka toko buku. Bagaimana pengumpulan dana, di mana kita akan membuka toko buku, maupun darimana distribusi buku didapatkan.

(3) Fokus Setelah cita-cita berhasil kita rumuskan dengan jelas dan terperinci, langkah selanjutnya adalah memfokuskan semua daya dan usaha untuk mewujudkannya.. Fokuskan pada kekuatan, pada apa yang kita miliki untuk mampu mendahsyatkan
19

potensi meraih prestasi. Seperti kaca pembesar yang mengumpulkan sinar pada satu titik untuk dapat membakar. Kita mesti menyadari setiap kita memilki keterbatasan-keterbatasan. Namun, di balik keterbatasan itulah tersimpan kelebihan. Bila kita berpikir positif, sesungguhnya dengan keterbatasan itulah seseorang bisa bersyukur untuk meledakkannya menjadi keluarbiasaan. Kuncinya adalah selalu bersyukur sehingga selalu fokus pada apa yang dimiliki. Menikmati apa yang ada, bukan meratapi apa yang tiada atau hilang dari genggaman tangan kita. Kita tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, namun sesungguhnya kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karenanya, fokuskan pada apa yang ada, jangan risau pada apa yang tiada. Mari kita renungkan. Orang buta bila ia bersyukur lebih bias menghafal Al Quran karena matanya tak sempat banyak melakukan maksiat. Dengan modal itulah ia bisa lebih fokus. Fokus penting karena setiap kita memiliki kekhasan masing-masing. Mari fokuskan diri untuk meraih cita-cita dan prestasi.Seorang pemimpin fokus dalam mengemban amanahnya, Seorang prajurit fokus untuk memikul tanggung jawab bela Negara, begitu juga seorang pelajar fokus menimba ilmu, dan seorang pemuda fokus meniti karir. (4) Usaha Disertai Doa Tiap orang tentu memiliki cita-cita dan harapan untuk masa depannya. Untuk meraih apa yang di cita-citakan, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk meraihnya, tentunya dengan usaha dan doa. Sebesar apapun usaha yang kita lakukan yang dibarengi doa, namun Allah jua yang menentukan. 6. Kiat Menghadapi Dilemma Kegagalan Cita-cita Bercita-cita memang menyimpan dilema. Kalau cita-citanya rendah, biasanya pencapaian juga rendah. Kalau cita-cita tinggi, paling tidak hasilnya di tengah-tengah. Kalau cita-cita rendah, lalu hasilnya tinggi, dapat dikatakan suatu keberuntungan. Memang citra-cita yang tinggi beresiko mengalami frustasi. Manusia menjadi kecewa bila antara harapan dengan kenyataan ternyata tidak sesuai. Bahkan andaipun kenyataan itu bernilai lebih tinggi dari harapan, tetap bisa mengalami kekecewaan. Ibarat kita di tengah padang pasir yang terik, kemudian kita kehabisan bekal minum, tentulah saat itu sangat mengharapkan untuk mendapatkan air. Jika saat itu pula kita mendapatkan sebuah batu permata yang bernilai sangat tinggi, tentulah kita tetap akan
20

kecewa karena temuan itu tidak sesuai dengan harapan saat itu. Batu permata itu tak berguna juga akhirnya andai kita mati kehausan. Jadi setiap harapan, cita-cita, menyimpan potensi kekecewaan. Kita wajib bercita-cita setinggi langit dan di sisi lain kita juga mengembangkan kiat bersiap menghadapi kemungkinan kegagalan meraih cita-cita itu. Adapun kiatnya adalah jadikan sebuah cita-cita mempunyai multi tujuan. Maksudnya adalah, setiap kali kita mempunyai cita-cita, maka kita menempelkan terhadapnya beberapa alasan sekaligus kenapa kita menginginkannya. Misalnya, seorang anak SMA yang ingin ikut ujian masuk perguruan tinggi untuk masuk jurusan Teknik Elektro ITB misalnya, tentu akan menjadi kecewa bila ternyata dia gagal meraihnya. Sering terjadi karena gagal seleksi masuk tersebut, seorang anak SMA menjadi sedih luar biasa, bahkan menjadi frustasi dengan hidupnya. Kiat yang harus dilakukan oleh anak tersebut (termasuk oleh orang tua dan gurunya) adalah memberikan alasan yang lebih banyak kenapa anak tersebut ikut ujian seleksi masuk perguruan tinggi. Misalnya, tujuan ikut ujian seleksi masuk adalah : Ingin kuliah di Teknik Elektro ITB, agar masa depan menjadi cerah. Kenyataan : gagal! Maka ia gagal 100%. Lalu kita ubah dengan kiat multi tujuan, sehingga ikut seleksi masuk memiliki tujuan sebagai berikut : (1) Ingin kuliah di Teknik Elektro ITB, agar masa depan menjadi cerah. (2) Berusaha untuk mengusahakan masa depan yang lebih baik adalah ibadah. (3) Belajar keras juga akan menyenangkan hati orang tua, karena menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dan menghargai dorongan orang tua selama ini. Ini juga ibadah. (4) Ingin tahu sejauh mana kemampuan diri, dengan menguji diri melalui seleksi masuk perguruan tinggi. (5) Menikmati permainan, tampaknya ujian ini seperti permainan dimana selain kemampuan juga dituntut strategi. Ini sangat menantang dan mengasyikkan. Jadi dari satu alasan kini menjadi enam alasan. Bila alasan pertama yaitu masuk Teknik Elektro ternyata gagal, maka masih banyak yang bisa dicapai, yaitu
21

pahala ibadah, restu orang tua, tahu posisi kemampuan diri, sudah ikut menikmati permainan. Artinya hanya gagal satu dari lima tujuan.

KESIMPULAN
1. PERSAMAAN, HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA Sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dituangkan dalam peraturan. perundangan serta Piagam Internasional mengenai hak azasi manusia, bangsa Indonesia mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

22

Bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila. Sila kedua dari Pancasila adalah tentang Kemanusiaan yang adil dan beradab. Jiwa dan semangat yang terkandung dalam sila kedua ini mengakui dan menempatkan manusia sesuai dengan harkat, derajat, dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu hal ini juga ditegaskan dalam UUD 1945 pada pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, serta dalam ketetepan MPR 1999. Persamaan derajat, harkat dan martabat adalah persamaan tingkat, martabat dan kedudukan manusia sebagai mahluk Tuhan yang berbekal kemampuan kodrati serta hak dan kewajiban asasi. Manusia harus dipandang secara konprehensif artinya pemikiran tentang manusia tidak hanya berkisar pada kajian tentang manusia dalam kaitannya dengan diri sendiri dan lingkungan dunia yang masih terbatas, melainkan menjangkau hakikat manusia secara menyeluruh dan utuh. Pandangan yang menyeluruh dan utuh ini menjelaskan secara penuh harkat dan martabat manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, merupakan makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan manusia diantara makhluk lainnya itu, karena manusia dikaruniai akal dan pikiran. Dengan akal dan pikirannya itu, manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan akal dan pikiran pula, manusia mempunyai suatu ukuran untuk menentukan harkat, derajat, dan martabat manusia dalam kehidupannya. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia harus mengerti, memahami, dan sekaligus dapat melaksanakan berbagai hal yang berkenaan dengan harkat, derajat, dan martabatnya itu. Gambaran sederhana dalam kehidupan sehari-hari, tentang perilaku yang mencerminkan harkat, derajat, dan martabat manusia seperti menghargai dan menghormati orang lain dan tolong menolong dengan sesama manusia. Kita harus mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat, derajat, dan martabatnya sebagai manusia, tanpa membeda-bedakan asal-usul keturunan, warna kulit, suku, jenis kelamin, agama, golongan, maupun kedudukan sosial tertentu. Semua sama. Hal ini mengandung arti bahwa kita harus mengembangkan sikap saling mencintai terhadap sesama manusia, tenggang rasa atau tepa selira, dan tidak memperlakukan orang lain dengan tindakan yang sewenangwenang. Harkat, derajat, dan martabat seseorang memiliki nilai yang sangat tinggi. Karena tingginya nilai harkat, derajat, dan martabat itu, maka wajar kalau setiap orang
23

ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain. Sebab manusia secara naluriah memang ingin dihormati dan dihargai oleh orang lain, ia tidak mau dihina apalagi sampai diinjak-injak martabat dan harga dirinya, sudah pasti tidak akan terima. Dengan demikian, menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabat manusia itu. Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang harus mengakui serta menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan martabat manusia. Sikap ini harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan, baik dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan maupun di lingkungan pergaulan masyarakat. Manusia dikarunikan potensi berpikir, rasa dan cipta, kodrat yang sama sebagai makhluk pribadi (individu) dan sebagai makhluk masyarakat (sosial). Manusia akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan Negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan prinsip serta nilai-nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Kita hendaknya patuh dan taat terhadap agama dan keyakinan kita, karena bangsa kita sebagai bangsa yang berke-Tuhanan dengan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu kenyataan bahwa harapan dan cita cita menuju Indonesia baru yang kita dambakan bersama akan terwujud, yaitu suasana kehidupan masyarakat yang saling menghargai menghormati persamaan derajat, harkat dan martabat manusia serta cita-cita seluruh masyarakat Indonesia yang tentram adil makmur baik jasmani maupun rohani.

2. USAHA DALAM MERAIH CITA-CITA


Cita-cita ideal senantiasa menjadi suluh dalam diri. Cita-cita selalu memicu dan memacu seseorang untuk berbuat yang lebih baik dan lebih baik lagi. Pentingnya
memiliki cita-cita Secara filosofis, kehidupan sendiri bermakna keinginan dan cita-cita.

Seseorang yang tidak memiliki keinginan dan cita-cita secara maknawi telah meninggal walaupun secara fisik masih beruntung. Mungkin, seperti pepatah yang sarkastis "keberadaannya seperti ketiadaannya". Kehidupan orang yang tidak bercitacita adalah kematian sebelum waktunya. Sebaliknya, kematian bagi seseorang yang kuat cita-citanya adalah kehidupan yang sesungguhnya.
24

Cita-cita adalah separuh dari kesuksesan. Karena orang yang bercita-cita mulia tak mudah goyah untuk menggadaikan di tengah jalan, menukar dengan yang hina dan rendah. Memiliki cita-cita berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Memiliki kejelasan tujuan adalah separo dari kesuksesan. Adapun yang separo itu adalah bagaimana menempuhnya. Cita-cita ternyata memiliki kekuatan dahsyat untuk melakukan berbagai hal dalam hidup ini. Kekuatan itu antara lain cita-cita mampu mendorong kita untuk bertindak; cita-cita juga mendorong kita untuk selalu berpikir positif dalam menemukan solusi dari masalah yang mengadang kita dalam perjalanan meraih citacita; cita-cita pun memiliki kekuatan dahsyat dalam memberikan semangat kepada kita ketika harus menghadapi berbagai tantangan; cita-cita juga membuat hidup lebih bergairah dan berarti. Dengan memiliki cita-cita, kita memiliki harapan untuk meraih cita-cita tersebut. Kualitas cita-cita menentukan kualitas hidup kita. Tidak salah memang kita memiliki cita-cita apa pun, asal baik tentunya. Hal lain yang menjadi penentu kualitas cita-cita adalah aspek dimensi kehidupan dunia akhirat. Bila telah memiliki cita-cita untuk dunia, seperti ungkapan Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya,Berikutnya mari kita raih cita-cita akhiratnya,Beribadahlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati besok pagi. Usahanya untuk akhirat sehingga dunia pun mengikutinya. Seseorang yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia saja tentu berbeda kualitasnya dengan yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Perbedaan-perbedaan tersebut akan tampak jelas mulai dari strategi dan teknik menggapai cita-cita hingga perilaku ketika cita-cita tersebut sudah diraih. Langkah-langkah dalam menemukan dan meraih cita-cita yaitu: Pertama,

rumuskan keinginan. Sering kali kita tidak punya gambaran yang jelas tentang apa yang ingin kita capai. Jika memang demikian, akan sulit bagi kita untuk mencapainya. Kedua, rincikan keinginan. Setelah kita dapat merumuskan keinginan kita, pastikan bahwa kita bisa merumuskannya dengan terperinci. Selanjutnya adalah fokus. Setelah cita-cita berhasil kita rumuskan dengan jelas dan terperinci, langkah selanjutnya adalah memfokuskan semua daya dan usaha untuk mewujudkannya.. Fokuskan pada

kekuatan, pada apa yang kita miliki untuk mampu mendahsyatkan potensi meraih prestasi. Terakhir yang paling penting adalah usaha disertai doa. Tiap orang tentu memiliki cita-cita dan harapan untuk masa depannya. Untuk meraih apa yang di cita-

25

citakan, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk meraihnya, tentunya dengan usaha dan doa. Kita wajib bercita-cita setinggi langit dan di sisi lain kita juga mengembangkan kiat bersiap menghadapi kemungkinan kegagalan meraih cita-cita itu. Adapun kiatnya adalah jadikan sebuah cita-cita mempunyai multi tujuan. Maksudnya adalah, setiap kali kita mempunyai cita-cita, maka kita menempelkan terhadapnya beberapa alasan sekaligus kenapa kita menginginkannya. Jadi jangan takut untuk bercita-cita. Cita-cita merupakan energi yang akan menggerakkan jiwa, menggerakkan pikiran yang kreatif, menggerakkan badan untuk aktif, menggerakkan seluruh tubuh mencapai tujuan. Cita-cita adalah ruh yang menjadikan seseorang tetap bertahan. Cita-cita itu memiliki kekuatan dahsyat untuk mendorong seseorang menjadikannya kenyataan. Maka, siapkan cita-cita Anda dan mulailah bergerak menuju realisasinya.

By: Heny Rofizar S1-Akuntansi Tugas UPT-MKU-ISBD (2009)

26

Anda mungkin juga menyukai