Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEMARITIMAN

“PERTAHANAN DAN KEAMANAN MARITIM”

Oleh :
KELOMPOK V :
Siti Ruqaiyah Lakoro (821422030)
Karmila Lihawa (821422037)
Siti Naysila Ismail (821422042)
Adinda Nur Maghfiroh (821422049)

B S-1 Farmasi 2022

Dosen Pengampuh :
Apt. Faradila Ratu Cindana Mo’o, S.Farm., M.Farm.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kemaritiman mengenai “Pertahanan dan Keamanan Maritim”.
Dengan materi kuliah ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami
potensi teluk tomini yang merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia.
Dengan demikian, kami sadar materi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga tulisan
ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama
mahasiswa, supaya bisa memahami dan mengenal potensi laut yang ada di
Indonesia salah satunya Teluk Tomini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Mei 2023

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
2.1 Kemaritiman..........................................................................................4
2.1.1 Pengertian Kemaritiman........................................................................5
2.1.2 Batas Maritim........................................................................................5
2.1.3 Air Laut Kepulaian Indonesia (ALKI)..................................................5
2.1.4 Sengketa Laut Internasional..................................................................5
2.2 Pengelolaan Laut Teluk Tomini............................................................7
2.3 Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Pengembangan Potensi
Laut Teluk Tomini ................................................................................8
2.4 Tantangan Dalam Pengelolaan Potensi Laut Teluk Tomini .................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dianugerahi kekayaan sumber daya laut
yang melimpah. Potensi laut Indonesia terdiri dari sumber daya alam,
keanekaragaman hayati, dan sumber daya manusia yang berkompeten di bidang
kelautan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki garis
pantai yang panjang dan wilayah laut yang luas, mencapai sekitar 5,8 juta km²,
serta memiliki lebih dari 17 ribu pulau yang tersebar di seluruh wilayah.
Laut Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar dan beragam,
meliputi sektor perikanan, kelautan, dan pariwisata bahari. Indonesia dikenal
sebagai negara maritim yang memiliki luas laut terbesar kedua di dunia setelah
Amerika Serikat. Wilayah laut Indonesia meliputi sekitar 5,8 juta km² atau sekitar
71% dari total wilayah Indonesia.
Salah satu sumber daya laut indonesia yang melimpah adalah alga. Alga ini
merupakan Salah satu sumber daya alam yang cukup potensial dari perairan laut
Indonesia (Andriani dkk., 2015). Penyebaran alga terdapat hampir di seluruh
perairan Indonesia. Alga digunakan sebagai bahan makanan, minuman, kosmetik,
dan obat-obatan. Alga juga memiliki kemampuan untuk memproduksi metabolit
sekunder yang bersifat sebagai senyawa bioaktif untuk melindungi dirinya dari
kondisi lingkungan hidup yang ekstrim seperti salinitas tinggi dan pertahanan diri
dari ancaman berbagai penyakit dan predator (Sareong, 2008).
Dengan berlimpahnya sumber daya laut di Indonesia penting menjaga
keamanan wilayah laut suatu negara, terutama dalam era globalisasi dan
perdagangan internasional yang semakin berkembang. Kehidupan manusia dan
negara-negara saat ini sangat bergantung pada laut sebagai jalur perdagangan,
sumber daya alam, dan jalur transportasi.
Dalam konteks pertahanan, keamanan maritim menjadi hal yang sangat
penting karena wilayah laut suatu negara dapat menjadi sasaran ancaman dari
berbagai pihak seperti negara lain, kelompok teroris, dan kejahatan transnasional
lainnya. Ancaman-ancaman tersebut dapat berupa pengintaian, penyelundupan

1
senjata, narkoba, atau manusia, pencurian sumber daya alam, pencurian kapal atau
bahkan pengeboman pelabuhan.
Oleh karena itu, makalah tentang pertahanan dan keamanan maritim menjadi
penting untuk memberikan gambaran bagaiman cara kita sebagai masyarakat
Indonesia dapat menjaga pertahanan dan keamanan laut kita sebagai negara
maritim.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana batas maritim Indonesia ?
2. Apa yang dimaksud dengan Air Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) ?
3. Bagaimana sengketa laut internasional yang pernah terjadi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui batas maritim Indonesia
2. Dapat memahami konsep Air Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
3. Dapat mengetahui sengketa internasional yang pernah terjadi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kemaritiman
2.1.1. Pengertian Kemaritiman
Kemaritiman adalah sebuah konsep yang merujuk pada semua hal yang
berkaitan dengan laut dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, serta
segala aktivitas dan pemanfaatan yang dilakukan manusia terhadapnya. Konsep
kemaritiman mencakup aspek ekonomi, lingkungan hidup, keamanan dan
pertahanan nasional, serta pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Dalam konteks Indonesia, kemaritiman menjadi fokus utama pemerintah
dalam mengembangkan sektor ekonomi dan keamanan nasional. Indonesia
sebagai negara maritim memiliki wilayah perairan yang luas dan kaya akan
sumber daya alam, sehingga potensi ekonominya sangat besar. Untuk
mengembangkan kemaritiman, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai
program dan kebijakan, seperti program pembangunan pelabuhan, pengembangan
sektor perikanan, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Selain itu, kemaritiman juga memiliki peran penting dalam menjaga
keamanan nasional, terutama dalam menghadapi ancaman dari luar dan dalam
negeri seperti perompakan, terorisme, perdagangan manusia, dan perdagangan
narkoba. Oleh karena itu, pengembangan kemaritiman di Indonesia dilakukan
secara terpadu dan komprehensif, dengan melibatkan berbagai sektor dan
stakeholder terkait.
2.1.2. Batas Maritim
Batas maritim adalah garis imajiner yang memisahkan wilayah laut suatu
negara dengan wilayah laut negara lainnya. Batas maritim menentukan batas
wilayah negara di laut, termasuk batas perairan teritorial, zona ekonomi eksklusif,
dan landas kontinen.
Di Indonesia terdapat beberapa batas maritim diantaranya :
1) Perairan Teritorial
Batas perairan teritorial Indonesia adalah sejauh 12 mil laut (sekitar 22,2
km) dari garis pangkal. Garis pangkal adalah garis khayal yang ditarik

3
sepanjang pantai dan pulau-pulau terluar Indonesia yang terletak di sekitar
laut Indonesia. Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah laut di
dalam perairan teritorialnya, termasuk hak untuk memasang perlengkapan
dan infrastruktur laut, melakukan penegakan hukum, serta mengejar
kegiatan yang melanggar hukum di wilayah tersebut.
2) Zona Kontiguitas
Zona Kontiguitas Indonesia adalah wilayah laut sejauh 24 mil laut dari
garis pangkal Indonesia yang berada di luar perairan teritorial. Di dalam
zona ini, Indonesia dapat melaksanakan tindakan pencegahan,
pengawasan, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran di perairan
teritorial atau di dalam wilayah negara. Indonesia juga dapat mengejar
kapal-kapal yang melarikan diri dari tindakan penegakan hukum di
perairan teritorialnya.
3) Zona Ekonomi Eksklusif:
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia mencakup wilayah laut sejauh 200 mil
laut dari garis pangkal. Di dalam zona ini, Indonesia memiliki hak
eksklusif untuk mengelola, memanfaatkan, dan mengambil keuntungan
dari sumber daya alam, seperti ikan, minyak, dan gas alam. Hak eksklusif
ini meliputi hak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya
alam, membangun infrastruktur laut, dan melakukan penelitian ilmiah.
4) Landas Kontinen: Batas landas kontinen Indonesia adalah sejauh 200 mil
laut dari garis pangkal. Indonesia memiliki hak atas sumber daya alam di
dasar laut yang merupakan kelanjutan dari wilayah daratan, termasuk gas
dan minyak bumi. Hak ini mencakup hak untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi sumber daya alam, serta melakukan penelitian ilmiah.
Negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia, seperti Malaysia,
Singapura, Filipina, dan Australia, seringkali memiliki klaim atas wilayah laut
yang tumpang tindih dengan klaim Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia telah
melakukan negosiasi dengan negara-negara tetangganya untuk menentukan batas
maritim yang akurat dan adil berdasarkan hukum internasional. Hal ini juga

4
dilakukan dalam rangka untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan laut
Asia Tenggara.
Negara-negara memiliki hak untuk menentukan batas maritim mereka
berdasarkan hukum internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut Perserikatan
Bangsa-Bangsa (UNCLOS) tahun 1982. UNCLOS telah diratifikasi oleh lebih
dari 160 negara, dan menjadi dasar hukum internasional yang mengatur
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut secara bertanggung jawab dan
berkelanjutan.
2.1.3. Air Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
Air Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) merupakan konsep hukum yang
menyatakan bahwa laut di sekitar kepulauan Indonesia merupakan wilayah yang
terpisah dari laut lepas. Konsep ini berasal dari prinsip bahwa kepulauan
Indonesia adalah satu kesatuan wilayah yang berbeda dari wilayah laut di luar
kepulauan, sehingga wilayah laut di sekitar kepulauan Indonesia dianggap sebagai
bagian dari wilayah Indonesia yang terpisah dari laut lepas.
Penetapan konsep ALKI pertama kali dilakukan oleh Indonesia dalam
Konferensi Hukum Laut PBB di Jenewa pada tahun 1957. Konsep ini kemudian
diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Konvensi Hukum Laut
tahun 1982 (UNCLOS) sebagai "kepulauan yang terpisah dari wilayah laut
lainnya". UNCLOS sendiri adalah sebuah perjanjian internasional yang mengatur
hak dan kewajiban negara-negara di laut.
Berdasarkan konsep ALKI, Indonesia memiliki hak-hak khusus dalam
mengelola sumber daya alam di laut sekitar kepulauan, seperti ikan, gas alam,
minyak, dan mineral, Indonesia juga memiliki hak untuk menetapkan batas
maritim yang berbeda dari batas maritim laut lepas, yang memungkinkan
Indonesia mengelola dan melindungi wilayah lautnya dengan lebih efektif.
Dalam prakteknya, penerapan konsep ALKI sangat penting dalam
mengatur hubungan Indonesia dengan negara-negara tetangga yang berbatasan
dengan wilayah laut Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan
Australia. Penetapan batas maritim yang adil dan akurat menjadi hal yang sangat

5
krusial dalam menghindari konflik yang dapat mengancam stabilitas di kawasan
laut Asia Tenggara.

Namun demikian, konsep ALKI juga memiliki tantangan dalam


penerapannya. Beberapa negara, seperti Australia dan Amerika Serikat, memiliki
pandangan yang berbeda tentang konsep ini. Mereka menganggap bahwa laut di
sekitar kepulauan Indonesia merupakan laut internasional yang bebas dan terbuka
untuk digunakan oleh semua negara. Oleh karena itu, Indonesia terus berupaya
untuk memperkuat dan menjaga konsep ALKI agar tetap diakui oleh negara-
negara lain di dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan
diplomasi dan negosiasi dengan negara-negara tetangga.
2.1.3. Sengketa Laut Internasional
Sengketa laut internasional terjadi ketika dua atau lebih negara saling
klaim terhadap suatu wilayah atau sumber daya di laut. Sengketa ini dapat terjadi
karena perbedaan dalam interpretasi hukum internasional, sejarah wilayah, atau
kepentingan ekonomi dan keamanan nasional.
Berikut adalah beberapa contoh sengketa laut internasional yang terjadi:
1. Sengketa Laut China Selatan
Sengketa Laut China Selatan melibatkan beberapa negara di Asia
Tenggara, termasuk China, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.
Sengketa ini berkaitan dengan klaim teritorial dan sumber daya alam di
pulau-pulau kecil di Laut China Selatan. Beberapa negara mengklaim
kepemilikan penuh atas pulau-pulau tersebut, sementara negara lain hanya
mengklaim hak untuk mengeksploitasi sumber daya alam di sekitar pulau-
pulau tersebut.
2. Sengketa Laut Timur China
Sengketa Laut Timur China melibatkan China, Jepang, dan Korea Selatan.
Sengketa ini terkait dengan klaim China atas kepemilikan penuh atas
pulau- pulau di Laut Timur China, yang juga diklaim oleh Jepang dan
Korea Selatan.
3. Sengketa Laut Baltik

6
Sengketa Laut Baltik melibatkan beberapa negara Eropa, termasuk
Swedia, Denmark, dan Polandia. Sengketa ini berkaitan dengan klaim atas
perairan Laut Baltik dan sumber daya alam di dalamnya.

4. Sengketa Laut Karibia


Sengketa Laut Karibia melibatkan beberapa negara di Amerika Latin,
termasuk Venezuela, Kolombia, dan Guyana. Sengketa ini terkait dengan
klaim atas wilayah laut di sekitar perbatasan antara negara-negara tersebut
dan sumber daya alam di dalamnya.
Untuk mencegah terjadinya sengketa laut internasional, beberapa upaya dapat
dilakukan, seperti:

1. Penegasan batas-batas maritim


Negara-negara dapat melakukan penegasan batas-batas maritim untuk
menghindari klaim tumpang tindih dan sengketa.
2. Kerja sama regional
Negara-negara dapat melakukan kerja sama regional untuk
mengembangkan aturan-aturan bersama dan menciptakan mekanisme
penyelesaian sengketa yang efektif.
3. Perkuatan hukum internasional
Perkuatan hukum internasional dapat membantu mengurangi sengketa laut
internasional dengan memberikan kerangka kerja hukum yang jelas bagi
negara-negara untuk menyelesaikan sengketa.
4. Diplomasi
Negara-negara dapat mengambil langkah-langkah diplomasi untuk
menyelesaikan sengketa secara damai melalui negosiasi, mediasi, atau
arbitrase.
5. Kesepakatan bilateral
Negara-negara yang terlibat dalam sengketa dapat mencapai kesepakatan
bilateral untuk menghindari eskalasi sengketa.
6. Kerja sama pengelolaan sumber daya laut

7
Negara-negara dapat melakukan kerja sama untuk mengelola sumber daya
laut bersama-sama dan mencegah sengketa yang muncul akibat
pengelolaan sumber daya laut yang tidak tepat.

2.2 Jurnal
2.2.1 Pendahuluan
Salah satu sumber daya alam yang cukup potensial dari perairan laut
Indonesia adalah alga (Andriani dkk., 2015). Penyebaran alga terdapat hampir di
seluruh perairan Indonesia termasuk di kawasan Laut Luk, Sumbawa. Alga adalah
sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan
fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti yang
dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu alga
pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus (Campbell, 2003).
Alga digunakan sebagai bahan makanan, minuman, kosmetik, dan obat-
obatan. Alga juga memiliki kemampuan untuk memproduksi metabolit sekunder
yang bersifat sebagai senyawa bioaktif untuk melindungi dirinya dari kondisi
lingkungan hidup yang ekstrim seperti salinitas tinggi dan pertahanan diri dari
ancaman berbagai penyakit dan predator (Sareong, 2008). Jumlah dan variasi
senyawa bioaktif alga sangat banyak dan beragam. Senyawa bioaktif dari alga
telah ditemukan penggunaannya sebagai antibakteri (Maduriana dan Sudira,
2009), antioksidan (Suryaningrum dkk., 2006), antijamur (Lutfiyanti dkk., 2012),
antikanker (Nurmareta, 2014), dan antiinflamasi (Ariani, 2015).
Alga terdiri atas tiga kelas, yaitu Rhodophyceae (alga merah),
Phaeophyceae (alga cokelat), dan Chlorophyceae (alga hijau). Jenis alga yang
paling banyak jumlahnya ditemukan di Indonesia yaitu alga merah terdiri dari 452
jenis (Moosa, 1999). Alga merah (Rhodophyta) merupakan salah satu kelas dari
alga yang memiliki pigmen dominan berwarna merah (Marianingsih dkk., 2013)
yang disebabkan oleh pigmen fikobilin berupa allofikosianin, fikoeritrin, dan
fikosianin yang menutupi karakter warna dari klorofil (Oryza dkk., 2017).

8
Dibandingkan dengan alga hijau dan coklat, alga merah merupakan jenis
alga yang paling banyak mengandung senyawa metabolit primer dan sekunder
(Amaranggana dan Wathoni, 2017). Senyawa bioaktif yang diisolasi dari alga
merah termasuk alkaloid, poliketida, peptide siklik, polisakarida, phlorotannin,
diterpenoid, sterol, quinine (Srikong dkk., 2015), terpenoid, asetogenik, dan
senyawa aromatik (Simanjuntak, 1995).
Alga merah yang kaya akan senyawa metabolit ini menjadi potensi yang
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk mengungkapkan sifat biologis
dan medis dari flora laut. pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas
antibakteri terhadap S. thypi dan S. aureus dengan pertimbangan bahwa S. thypi
merupakan bakteri Gram negatif, sedangkan S. aureus merupakan bakteri Gram
positif. Kedua bakteri tersebut merupakan jenis bakteri patogen yang tersebar luas
di tubuh manusia dan biasa menyebabkan infeksi (Ekawati dkk., 2018).
Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar alga merah dengan
pelarut akuades ini dilakukan dengan beberapa preparasi sampel yang dapat
digunakan sebagai alternatif yang lebih mudah dalam mempermudah proses
penggerusan. Sifat substansi thalus alga yang beranekaragam, ada yang lunak
karena tingginya gelatin dan keras karena mengandung zat kapur, yang
menyebabkan beberapa jenis tidak mudah dihancurkan (Suparmi dan Sahri,
2009).
2.2.1 Metode Penelitian
1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil di perairan Laut Luk, Sumbawa dan pengambilan sampel
dilakukan saat air laut mencapai surut. Sampel yang digunakan adalah alga merah
yang tanpa memperhatikan umur tumbuhan. Sampel yang telah diambil
dibersihkan dari substratnya dan dicuci hingga bersih (Sukmawaty dkk., 2016)
2. Identifikasi Alga Merah
Identifikasi dari setiap genus dan spesies yang didapatkan, didasarkan
pada pengamatan morfologi dan pedoman praktis identifikasi alga laut (Atmaja,
dkk., 1996; Trono, 1997).
3. Ekstraksi Sampel

9
Proses ekstraksi sampel dilakukan dengan metode maserasi dengan
menggunakan pelarut air/akuades steril dengan perbandingan 1:1 selama 2 x 24
jam pada 27 °C. Hasil maserasi dipisahkan antara filtrat dan residunya dengan
penyaringan, sehingga diperoleh ekstrak kasar.
4. Peremajaan Bakteri Uji
Bakteri Salmonella thyphi dan Staphylococcus aureus yang berasal dari
biakan murni, masing-masing diambil sebanyak satu ose kemudian ditumbuhkan

10
atau diinokulasikan dengan cara digores pada medium Nutrient Agar (NA)
miring. Kultur bakteri pada agar miring diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24
jam (Nurwahida, 2018).
5. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Bakteri uji yang telah diremajakan selama 24 jam, masing-masing diambil
satu ose kemudian disuspensikan ke dalam media Nutrient Broth (NB), setelah itu
dihomogenkan. Kultur cair diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam (Nuria,
2010). Kekeruhan pada media diamati yang menandakan adanya perbanyakan sel
bakteri (Lestari dkk., 2014).
6. Penyiapan Bahan Ekstrak Alga Merah dalam Berbagai Konsentrasi
Ekstrak kasar dari ketiga metode berbeda dimasukkan dalam botol
pengenceran masingmasing 200 µL, 400 µL, 600 µL, 800 µL dan 1000 µL.
Selanjutnya ditambahkan dengan akuades steril hingga masing-masing larutan
berjumlah 1 mL. Hasil pengenceran tersebut diperoleh ekstrak dengan berbagai
konsentrasi berbeda, masing-masing 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%.
Selanjutnya kelima konsentrasi ekstrak dalam botol tersebut dihomogenkan
dengan cara digojok.
7. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro menggunakan uji
sensitivitas antibakteri dengan metode difusi agar dengan menggunakan kertas
cakram (Bachtiar dkk., 2012).
2.2.1 Hasil Penelitian
Pengujian antibakteri alga merah menunjukkan zona hambat yang berbeda
pada setiap spesies terhadap kedua bakteri patogen. Masing-masing ekstrak kasar
alga merah memiliki metode preparasi ekstrak optimal yang berbeda. Zona
hambat terbesar dari ekstrak Gracilaria salicornia terhadap S. thypi pada
konsentrasi terbaik yaitu 100% menggunakan metode pengeringan sebesar 11,67
mm yang sangat berbeda nyata terhadap kontrol, pada metode pemanasan
konsentrasi terbaik yaitu 80% sebesar 8,33 mm yang juga sangat berbeda nyata
terhadap kontrol, sedangkan pendinginan, aktivitas antibakteri terlihat hanya pada
konsentrasi 20% yaitu sebesar 3,33 mm yang berbeda nyata terhadap kontrol.

10
Berbeda halnya pengujian pada Staphylococcus aureus menunjukkan preparasi
sampel terbaik adalah pendinginan dengan konsentrasi 60% sebesar 2,33 mm
dibandingkan dengan metode preparasi lainnya.
Ekstrak kasar alga merah Galaxaura sp dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Salmonella thypi dari hasil pengamatan setelah inkubasi 24 jam yaitu pada
metode pendinginan pada konsentrasi 100% sebesar 2,33 mm. Sedangkan
pengujian ekstrak kasar terhadap S. aureus metode yang menunjukkan zona
hambat terbesar yaitu pengeringan dengan konsentrasi 80% sebesar 4,33 mm yang
berbeda sangat nyata terhadap kontrol. Kontrol yang digunakan yaitu kertas
cakram yang mengandung pelarut akuades tanpa ekstrak alga merah pada media
agar yang ditumbuhi bakteri, terdapat pertumbuhan koloni bakteri S. thypi dan S.
aureus dan tidak ada zona hambat yang terbentuk. Hal ini menunjukkan pelarut
akuades yang digunakan pada pengenceran ekstrak alga merah tidak bersifat
bakterisidal terhadap bakteri uji, terbukti dengan pertumbuhan normal dan tidak
adanya zona hambat pada kontrol. Selain itu juga sebagai indikator pertumbuhan
bakteri uji secara normal pada berbagai perlakuan dan tidak terkontaminasi oleh
bakteri lain (Bachtiar dkk., 2012).
Hasil pegamatan zona hambat dari ekstrak kasar alga merah Halymenia sp
terhadap S. thypi setelah inkubasi selama 24 jam menunjukkan metode preparasi
pemanasan dengan konsentrasi 40% yang menunjukkan kemampuan
penghambatan paling tinggi dengan diameter 15,00 mm. Sama halnya pada S.
aureus metode preparasi dengan hasil zona hambat terbesar yaitu pemanasan
dengan konsentrasi 80% sebesar 3,67 mm. Kemampuan senyawa aktif Halymenia
sp dalam menghambat S. aureus tidak berbeda jauh pada S. thypi tetapi lebih luas
menghambat pada metode pengeringan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertahan
dan keamanan maritim sangat berperan penting dalam mempertahankan dan
mengamankan keutuhan sebuah Negara. Apalagi Negara tersebut adalah Negara
kepulauan dan Negara pantai. Seperti halnya bangsa Indonesia yang terdiri dari 5
pulau besar dan ribuan pulau kecil dimana lautnya lebih luas dari pada daratannya.
Lautnya yang kaya akan sumber daya baik itu dari segi perikanan diperkirakan
jumlah spesies ikan yang hidup di perairan Indonesia sekitar 45% dari jumlah
spesies ikan di dunia. karena jumlahnya yang cukup besar itu, tak heran jika
negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam selalu mencuri ikan diperaian
Indonesia. Karena wilayah Indonesia yang sangat strategis yang membuat bangsa
Indonesia menjadi salah satu jalur perdagangan internasional. Oleh karena itu
pertahanan dan keamanan maritim indonesia harus di jaga
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurna
an makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Buszynski, L. (2019). Southeast Asia and the South China Sea: Historical Claims,
Legal Status, and Current Developments. The China Quarterly, 240, 966-
986.

Indonesia Maritime Security Agency. (2021). Air Laut Kepulauan Indonesia


(ALKI) and Indonesia’s Maritime Boundary Determination.

Indonesian Ministry of Foreign Affairs. (2018). Maritime Delimitation and


Territorial Questions in the South China Sea: A Legal Perspective.

Putra, A. E., & Setyawan, B. (2018). Challenges and Opportunities in Resolving


the South China Sea Dispute. Journal of ASEAN Studies, 6(2), 97-109.

Safitri, Y. (2020). Understanding China's Maritime Disputes in the South China


Sea. Journal of Political Science and International Relations, 3(1), 1-17.

South China Sea Think Tank. (2019). South China Sea Disputes: Recent
Developments and Future Directions.

United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). (1982).

United Nations. (2019). Statement by H.E. Mr. Dian Triansyah Djani, Permanent
Representative of the Republic of Indonesia to the United Nations, at the
Security Council Open Debate on “Maintenance of International Peace
and Security: Upholding International Law within the Context of the
Maintenance of International Peace and Security”.

Anda mungkin juga menyukai