Anda di halaman 1dari 17

A.

ASOSIASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asosiasi bisa diartikan
sebagai persatuan antara rekan usaha atau persekutuan dagang. Asosiasi
juga bisa berarti perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan
bersama. Pengertian lain istilah ini adalah proses interaksi yang mendasari
terbentuknya lembaga-lembaga sosial. Asosiasi adalah kumpulan orang
yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi
Idealnya, asosiasi didirikan secara sukarela oleh anggotanya untuk
mencapai tujuan bersama, saling menolong, dan saling mendukung. Jadi,
sebelum mendirikan suatu asosiasi, ada baiknya dipikirkan terlebih dahulu
alasan yang melatarbelakangi pendirian asosiasi tersebut, bagaimana
sistematika menarik anggota, dan bagaimana mempertahankan
anggota.Selain mengenai perkumpulan, asosiasi juga bisa diartikan
sebagai tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain. Dengan kata
lain, asosiasi merupakan pembentukan hubungan atau pertalian antara
gagasan. Ciri-ciri asosiasi sebagai berikut:
Kriteria himpunan manusia dapat disebut asosiasi menurut Soejono
Soekanto:
1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian
dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.
4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses
Berikut contoh asosiasi beserta sejarah berdirinya asosiasi-asosiasi
teersebut:
1. APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia)
a. Sejarah
Terlahir pada 31 Januari 1952, Asosiasi Pengusaha
Indonesia (APINDO) awalnya berdiri dengan nama Badan
Permusyawaratan Urusan Sosial Seluruh Indonesia. Pasca
perjuangan kemerdekaan usai, pembangunan di segala bidang
mulai menjadi perhatian, salah satunya pada bidang sosial
ekonomi. Bidang ini pula yang merupakan hal baru di dunia usaha.
Permasalahan terkait dunia usaha mulai muncul, seperti isu
hubungan industrial dan ketenagakerjaan, serta perburuhan.
Tuntutan yang diperjuangkan para buruh mengalami perubahan,
dimana sebelum kemerdekaan, tuntunan kaum buruh menjadi
pergerakan dalam rangka mencapai kemerdekaan. Di era pasca
kemerdekaan, telah muncul tuntutan untuk mendapatkan hak
perlindungan kerja yang lebih baik sehingga hal ini memicu
munculnya permasalahan hubungan kerja yang melibatkan buruh
dengan majikan.

Seiring dengan meningkatnya isu di bidang perburuhan dan


hubungan industrial, para majikan mempertimbangkan pentingnya
satu wadah yang mampu menjadi forum komunikasi dan bertukar
pikiran untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul
dalam bidang hubungan industrial dan buruh. kepentingan
pemerintah dan para majikan. Dalam lingkup yang lebih luas,
forum tersebut bisa menyuarakan aspirasi para majikan kepada
pemerintah maupun organisasi lain, baik di dalam dan luar negeri,
yang terkait dalam dunia hubungan industrial dan perburuhan.

Forum ini mengalami beberapa kali perubahan nama,


hingga pada 31 Januari 1952, tercetus Badan Permusyawaratan
Sosial Ekonomi Pengusaha Seluruh Indonesia (PUSPI). Sesuai
dengan tuntutan perkembangan jaman, PUSPI kembali berubah
nama menjadi Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) melalui
Musyawarah Nasional (Munas) APINDO II di Surabaya, tahun
1985. 

Seiring dengan perkembangan teknologi dan liberalisasi


perdagangan yang membawa pengaruh signifikan bagi kehidupan
masyarakat dunia, kompetisi efisiensi, produktivitas, dan jejaring
menjadi kata kunci keberhasilan negara-negara dalam menghadapi
perubahan global tersebut. Sebaliknya, perekonomian negara yang
tidak dikelola secara efisien dan efektif tidak akan mampu
berkompetisi sehingga akan tertinggal dalam perubahan global.

Sementara itu, krisis multidimensi sangat mempengaruhi


kondisi perekonomian nasional. Tingginya angka korupsi, kolusi,
dan nepotisme, birokrasi yang tidak efisien, peraturan yang tidak
konsisten dan rendahnya produktivitas serta maraknya tuntutan
buruh, menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya
mendorong terjadinya pelarian modal secara besar-besaran.

Konsekuensi dari kondisi seperti ini adalah semakin


meningkatnya penggangguran dan tingginya angka kemiskinan.
Salah satu upaya untuk penanganan tekanan berat terhadap
perekonomian Nasional adalah membangun hubungan industrial
yang sehat, aman, dan harmonis. Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO) merupakan sarana perjuangan dunia usaha untuk
merealisasikan hubungan industrial yang harmonis, dan
berkesinambungan.

2. ADI (Asosiasi Dosen Indonseia)

a. Sejarah

Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)adalah organisasi profesi


yang independen, bersifat kepakaran dan kecendekiaan, bercirikan
keilmuan, seni dan budaya, bercorak terbuka, mandiri,
kekeluargaan dan teman sejawat, yang lahir pada tanggal 2 Mei
1998. Kehadiran ADI dilatar belakangi oleh besarnya tanggung
jawab dosen yang berkaitan dengan mutu sumberdaya manusia
yang dibutuhkan menuju Indonesia baru. Visinya menjadikan
lembaga Asosiasi Dosen Indonesia sebagai organisasi yang modern
dan systematic untuk meningkatkan kompetensi dosen.

Pengurus Asoasi Dosen Indonesia pengurus Asosiasi Dosen


Indonesia (ADI) antara lain Prof. Dr. Armai Arief, M. A. (Ketua
Umum), Prof. Dr. Suyatno, M. Pd. (Sekretaris Umum), Dr. Syaiful
Bakhri, S. H., M. H. (Ketua Departemen Hukum) dan Prof. Dr.
Andi Fasial Bakti, M. A. (Ketua Departemen)

B. LEMBAGA

PengertianMenurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga


adalah organisasi atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang
mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam
kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk
mencapai tujuan tertentu. 

Jenis lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga


formal dan non-formal.Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang memiliki hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan
bersama, biasaya mempunyai struktur organisasi yang jelas, contohnya
perseroan terbatas, sekolah, pertain politik, badan pemerintah, dan
sebagainya.Lembaga non-formal adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang mempunyai tujuan bersama dan biasanya hanya memiliki ketua saja.
Contohnya arisan ibu-ibu rumah tangga, belajar bersama, dan sebagainya.

Jenis LembagaLembaga non-formal biasanya sulit menentukan


untuk waktu nyata seorang untuk menjadi anggota organisasi, bahkan
tujuan dari organisasi tidak terspesifikasi dengan jelas. Lembaga non-
formal dapat dialihkan menjadi lembaga formal apabila kegiatan dan
hubungan yang terjadi di dalam di lakukan secara terstruktur atau memiliki
struktur organisasi yang lengkap dan terumuskan.

Tujuan LembagaKelembagaan berisi sekelompok orang yang


bekerjasama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu
tujuan yang diinginkan.Tujuan peserta kelempok dapat berebeda, tetapi
dalam organisasi menjadi satu kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan
pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk
mewujudkan kepentingan umum atau bersama.Kelembagaan menurut
beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik dan aturan main. Sedangkan
sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur, fungsi dan
menejemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara
organisasi dengan aturan main. Berikut contoh lembaga-lembaga beserta
sejarahnya:

1. Lembaga Bantuan Hukum

a. Sejarah
Kalau bantuan hukum diartikan sebagai charity maka
bantuan hukum di Indonesia sudah ada sejak tahun 1500-an
bersamaan dengan datangnya bangsa Portugis, Spanyol, Inggris
dan Belanda.
Praktek bantuan hukum terlihat adanya praktek gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat di mana dalam masalah-
masalah tertentu masyarakat meminta bantuan kepada kepala adat
untuk menyelesaikan masalah tertentu. Kalau hukum diartikan luas
maka bantuan adat adalah juga bantuan hukum.
Dalam hukum positif Indonesa, bantuan hukum sudah
diatur dalam pasal 250 HIR. Dalam pasal ini jelas mengatur
tentang bantuan hukum bagi terdakwa dalam perkara-perkara
tertentu yaitu perkara yang diancam dengan hukuman mati dan
atau hukuman seumur hidup walaupun dalam pasal ini prakteknya
lebih mengutamakan bangsa Belanda daripada bangsa Indonesia.
Dan bagi ahli hukum yang ditunjuk wajib memberikan bantuan
hukum dengan cuma-cuma.
Meskipun HIR berlaku terbatas namun bisa ditafsirkan
sebagai awal mula pelembagaan bantuan hukum ke dalam hukum
positif Indonesia. Sebelum adanya undang-undang yang mengatur
tentang hukum acara maka ketentuan HIR masih tetap berlaku.
Pada tahun 1970 lahirnlah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman yang di dalam Pasal
35, 36, dan 37 mengatur tentang bantuan hukum.
Secara institusional, lembaga atau biro bantuan hukum dalam
bentuk konsultasi hukum pernah didirikan di Rechtshoge
School Jakarta pada tahun 1940 oleh Prof. Zeylemaker. Biro ini
didirikan dengan maksud untuk memberikan nasehat hukum
kepada rakyat tidak mampu dan juga untuk memajukan kegiatan
klinik hukum.
Pada tahun 1953 didirikan semacam Biro Konsultasi
Hukum pada sebuah perguruan Tionghoa Sim Ming Hui atau
Tjandra naya. Biro ini didirikan oleh Prof, Ting Swan Tiong. Pada
sekitar tahun 1962 Prof. Ting Swan Tiong mengusulan kepada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia agar di Fakultas Hukum
didirikan Biro Konsultasi Hukum. Usulan ini disambut baik dan
didirikan Biro Konsultasi Hukum di Universitas Indonesia. Pada
tahun 1968 diubah namanya menjadi Lembaga Konsultasi Hukum
lalu pada tahun 1974 diubah menjadi Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum. Di daerah lain biro serupa juga didirikan di
Fakultas Hukum Universitas Pajajaran pada tahun 1967 oleh Prof.
Mochtar Kusumatmadja.
Berbicara tentang sejarah bantuan hukum di Indonesia tidak
lepas dari peranan dua tokoh penting yaitu S. Tasrif, S.H. dan
Adnan Buyung Nasution, S.H. S. Tasrif dalam sebuah artikel yang
ditulisnya di Harian Pelopor Baru tanggal 16 Juli 1968
menjelaskan bahwa bantuan hukum bagi si miskin merupakan satu
aspek cita-cita dari rule of the law. Kemudian untuk mewujudkan
idenya tersebut, S. Tasrif mohon kepada Ketua Pengadilan Jakarta
untuk diberikan satu ruangan yang dapat digunakan untuk para
advokat secara bergiliran untuk memberikan bantuan hukum.
Adnan Buyung Nasution, S.H. dalam Kongres Peradin III
tahun 1969 mengajukan ide tentang perlunya pembentukan
Lembaga Bantuan Hukum yang dalam Kongres tersebut akhirnya
mengesahkan berdirinya Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia.
Kemudian ditindaklanjuti dengan berdirinya LBH Jakarta yang
pada akhirnya diikuti berdirinya LBH-LBH lainnya di seluruh
Indonesia. Tidak ketinggalan pula organisasi-organisasi politik,
buruh, dan perguruan tinggi juga ikut pula mendirikan LBH-LBH
seperti, LBH Trisula, LBH MKGR, LBH Kosgoro, dan
sebagainya.
Dengan adanya LBH-LBH di seluruh Indonesia maka
muncul Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)
yang bertujuan untuk mengorganisir dan merupakan naungan bagi
LBH-LBH. YLBHI menyusun garis-garis program yang akan
dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi sehingga
diharapkan kegiatan-kegiatan bantuan hukum dapat dikembangkan
secara nasional dan lebih terarah di bawah satu koordinasi.
2. Lembaga Pendidikan Perkebunan

Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) yang merupakan asosiasi


milik BUMN Perkebunan, merupakan sebuah lembaga pendidikan
yang diperuntukkan bagi karyawan industri perkebunan. Lembaga ini
telah beridiri sejak tahun 1950. Sebelumnya, nama lembaga ini adalah
College Gula Negara (CGN).
Sejarah LPP diawali oleh berdirinya College Gula Negara (CGN)
pada tahun 1950, untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli bidang
industri gula pasca rasionalisasi perusahan-perusahaan eks Belanda
yang kemudian diubah menjadi Akademi Gula Negara (AGN) tahun
1961. Pada waktu itu AGN telah berhasil meluluskan tenaga-tenaga
ahli di bidang industri gula. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan
SDM yang profesional untuk pembangunan industri perkebunan secara
umum, AGN kemudian dikembangkan dan diubah menjadi Lembaga
Pendidikan Perkebunan (LPP) pada tahun 1970. Sejarah LPP diawali
oleh berdirinya College Gula Negara (CGN) pada tahun 1950, untuk
memenuhi kebutuhan tenaga ahli bidang industri gula pasca
rasionalisasi perusahan-perusahaan eks Belanda yang kemudian diubah
menjadi Akademi Gula Negara (AGN) tahun 1961. Pada waktu itu
AGN telah berhasil meluluskan tenaga-tenaga ahli di bidang industri
gula. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan SDM yang profesional
untuk pembangunan industri perkebunan secara umum, AGN
kemudian dikembangkan dan diubah menjadi Lembaga Pendidikan
Perkebunan (LPP) pada tahun 1970

C. Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersamayang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenalsatu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah
berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok,
juga melibatkankomunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok
Kelompok adalah orang yang memiliki kepentingan yang sama dan
memiliki beberapa landasan interaksi yang sama. Mereka diikat bersama
oleh serangkaian hubungan sosial yang khas. Kelompok dapat
terorganisasi secara ketat dan berjangka panjang, namun juga dapat
bersifat cair dan sementara.  Kelompok dapat terdiri atas dua orang
(dyadlduo), tiga orang (tryadltrio), empat orang (kwartet), dan seterusnya
sampai puluhan atau bahkan ribuan orang.
Semakin banyak anggota kelompok, semakin kecil kesempatan
terjadinya interaksi sosial yang mendalam antar-sesama anggota
kelompok. Sebaliknya, semakin kecil atau sedikit jumlah anggota
kelompok, semakin besar kesempatan terjadinya interaksi sosial yang
mendalam antar-sesama anggota kelompok.  Berdasarkan jumlah anggota,
sifat hubungan antaranggota, dan tujuannya, kelompok yang ada dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi:

a. Kelompok primer
Kelompok primer adalah kelompok yang jumlah anggotanya
sedikit, walaupun tidak setiap kelompok yang anggotariya sedikit
adalah kelompok primer. Hubungan antaranggota bersifat personal
(saling kenal secara pribadi) dan mendalam, diwarnai oleh kerja sama,
sering bertatap muka dalam waktu lama, sehingga terbangun
keterlibatan perasaan yang dalam. Tujuan berkelompok adalah
membangun hubungan personal itu sendiri. Walaupun kadang terjadi
konflik, namun masing-masing anggota kelompok primer menunjukkan
perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan sesama anggota. Jadi,
hubungan dalam kelompok primer bersifat informal, intim/akrab,
personal, dan total. Contoh kelompok primer adalah keluarga,
Kelompok teman, Sepermainan.

b. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang jumlah anggotanya
banyak. Hubungan antaranggota bersifat impersonal (tidak saling kenal
secara pribadi), lebih diwarnai oleh kompetisi, jarang bertatap muka
dalam waktu lama, sehingga tidak terbangun hubungan yang
emosional. Hubungan yang ada lebih bersifat fungsional, artinya orang
bukan dilihat dan segi “siapanya” melainkan lebih dilihat dan segi “apa
kegunaannya” bagi pencapaian tujuan kelompok. Tujuan
berkelompok adalah untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga
kelompok lebih berperan sebagai sarana bukan tujuan. Hubungan
dalam kelompok sekunder bersifat formal, impersonal, parsial, dan
dilandaskan pada kemanfaatan kelompok semata. Contoh kelompok
sekunder adalah organisasi buruh, universitas, sekolah.
Berikut contoh kelompok:
1. Kelompok Tani Subur

a. Sejarah
Kelompok Tani Subur adalah kelompok tani yang beralamatkan di
Dukuh Gedong Sari Desa Sruni Kecamatan Kecamatan Musuk
Kabupaten Boyolali. Kelompok ini berdiri tahun 2004 dengan sejarah
awal pembentukan nya adalah untuk menghidupkan kembali kelompok
tani Subur lama yang sudah tidak ada kegiatan. Pada awalnya kelompok
tani subur yang lama diketuai oleh Bapak Kartosuyono dan Bapak
Broto Suseno yang pada awalnya juga merupakan gabungan dari dua
kelompok yang berbeda kemudian menjadi satu kelompok tani yang
bernama kelompok tani Subur, kelompok tani Subur ini juga pada
akhirnya vakum karena tidak ada kegiatan dan aktivitas keorganisasiaan
yang berarti dan berguna bagi anggota kelompok.
Proses untuk menghidupkan kembali kelompok tani subur tersebut
sangat sulit, karena untuk mengumpulkan sepuluh anggota saja
mengalami kesulitan. Hal ini dilakukan sampai empat kali pertemuan
tetap tidak bisa terlaksana. Untuk mengatasi hal tersebut Bapak
Marjono (Ketua kelompok tani subur saat ini) berkoordinasi dengan
KCD Musuk yang dijabat oleh Bapak Gatot Suseno dan PPL Musuk
Bapak Juma’in dan PDPP (Pimpinan Dinas Peternakan dan Periaknan)
Musuk Bapak Tarwiji dengan hasil yang cukup baik, yaitu dapat
menghadirkan 10 anggota kelompok.
Perkembangan kelompok tani grafiknya terus naik. Pada Tahun
2005 kelompok mengajukan pembelian pupuk bersubsidi ke dinas
Pertanian sebanyak 50 ton yang akhirnya bisa terkabulkan dan dikelola
oleh kelompok sehingga mendapatkan hasil keuntungan 5000
rupiah/zak yang dimanfaatkan untuk menambah kas kelompok. Selain
itu tidak lepas dari kegigihan Bapak Marjono untuk berpartisipasi
dalam pencegahan flu burung dengan inisiatif nya ayam dan unggas
yang ada disekitar Dukuh Gedongsari dapat tervaksinasi dengan
meminta vaksin ke dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali. Setelah
itu ada kunjungan dari PDPP meminta kelompok untuk dijadikan
tempat sosialisasi flu burung untuk masyarakat, dan dihadiri oleh
perangkat desa Sruni, RT/RW se kadus II dan kelompok tani.
Seiring dengan semakin berkembangnya kelompok begitu pula
dengan bertambahnya fasilitas dan bantuan yang diterima oleh
kelompok serta berbagai macam penyuluhan dan pembinaan dari Dinas
Pertanian dan Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali. Membuat
kelompok tani subur semakin berkembang dan dikenal oleh masyarakat
banyak, pada akhirnya banyak petani maupun petani ternak yang
bergabung menjadi anggota kelompok tani subur ini. Dari berbagai

jerih payah yang telah dilakukan, akhirnya kelompok tani subur


mampu mendapatkan juara tingkat propinsi sebagai kelompok tani
teladan, hingga sering menjadi wakil provinsi keberbagai diklat
peternakan sapi perah seperti di Batu Jawa timur dan Garut Jawa Barat
dan keberbagai pertemuan-pertemuan baik ditingkat Provinsi maupun
di tingkat Kabupaten. Pembuktian bahwa kelompok tani subur sebagai
kelompok tani teladan adalah, kelompok mampu membuat diversivikasi
usaha ekonomi baik di bidang pertanian maupun di bidang peternakan
salah satunya adalah pengelolaan serta pembuatan pupuk alami dan
pestisida alami. Masih banyak lagi diversivikasi usaha ekonomi yang
mampu dikembangkan oleh kelompok tetapi selalu menemui satu
kendala klasik yaitu masalah permodalan usaha.Dalam sistem
keorganisasian nya kelompok tani subur mempunyai visi, misi, tujuan,
serta harapan sebagai berikut :
- Visi : Terwujudnya petani ternak yang mandiri, berkesinambungan
yang berwawasan lingkungan.
- Misi : Memajukan kerjasama antar petani dan antar kelompok tani
dalam mengelola sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya
manusia untuk ketahanan pangan dan pendapatan secara berkelanjutan.

b. Analisis
Menurut peraturan menteri pertanian nomor :
273/Kpts/OT.160/4/2007 kelompok tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota. Kelompok tani juga dapat diartikan organisasi non
formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk
petani”.

umumnya kelompok tani dibentuk atas dasar kesamaan tujuan,


kesamaan kepentingan dan kesamaan kondisi dalam suatu lingkungan
petani. dengan dibentuknya kelompok tani mempermudah untuk
penyampaian materi penyuluhan berupa pembinaan dalam
memberdayakan petani agar memiliki kemandirian, bisa menerapkan
inovasi ,dan mampu menganalisa usahatani, sehingga petani dan
keluarganya bisa memperoleh pendapatan dan kesejahteraan yang
meningkat dan layak.

Adanya kelompok tani bertujuan untuk memperkuat kerjasama


antar petani/ nelayan di dalam lingkungan organisasi kelompoktani
ataupun pihak lain diluar kelompok tani. dengan kerjasama yang
dibentuk diharapkan kelompok tani bisa lebih efisien serta lebih mampu
menghadapi tantangan, hambatan, gangguan ataupun ancaman dalam
usaha tani. bisa juga bertujuan sebagai wadah belajarnya para petani
guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap baik itu
pengurus ataupun anggotanya. Dikatakan kelompok tani apabila
mempunyai cirri-ciri sebgai berikut :

- Biasanya kelompok tani saling mengenal, saling akrab dan


saling percaya antar sesama anggota dan pengurus.
- Mempunyai tujuan, pandangan dan kepentingan yang sama
dalam usaha tani, samanya tradisi dalam lingkungan, hampara, jenis
usaha yang dilakukan, dan status ekonomi, social, bahasa maupun
pendidikan.
- Memiliki tanggung jawab setiap anggota dan pengurus.

Kelompok tani minimal mempunyai kepengurusan dimulai


dari ketua, sekretaris dan bendahara kelompok yang dipilih oleh
masyarakat tani. kelompok tani harus diketahui dan disahkan oleh pihak
pemerintah setempat baik tingkat desa atau kelurahan setempat.Dalam
aturan baru para pengurus kelompok tani wajib berbadan
hukum  danterdaftar di Kementrian Hukum dan HAM

2. Kelompok Suporter Sepak Bola Ultras


a. Sejarah
Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian ‘di
luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi
mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama
pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang
pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan
ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di
dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras
paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion
karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir
di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.
“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We
are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and
excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more
acutely than everybody else “.
Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah
satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena
ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa
melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang
mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat
dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang
mereka dukung.
Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly
organized) dengan gaya dukung ‘teatrikal’ yang kemudian menjalar ke
negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi
di Prancis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter
Denmark ‘Roligans’, beberapa kelompok suporter tim nasional
Belanda dan bahkan suporter Skotlandia ‘Tartan Army’
Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-
pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran
aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap
warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta
koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang
CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama
jalannya pertandingan.
Dalam tradisi calcio, ultras adalah “baron” dalam stadion. Mereka
menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di
belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan
curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord
(utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun
kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva
yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik
yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.
Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei
Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968.
Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival,
Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati
yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre
d’Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi
untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada
pertengahan tahun 1980-an.

Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi


yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik
melanda Italia di akhir 1960-an. ultras kerap dipandang sebagai
lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan
politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak
tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini.
Pelatih atau manajer yang mundur (bukan karena dipecat
manajemen klub) biasanya adalah produk dari tekanan ultras. Dari
pihak pemain, Christian “Bobo” Vieri pernah mengalami teror fisik
dari ultrasInter, termasuk dirusaknya salah satu properti bisnisnya,
karena dianggap berkurang kadar loyalitasnya pada tim.
Dengan kemegahan dan kesuramannya ultras adalah fenomena
khas Italia, representasi masyarakat Italia, dan identitas calcio. Seperti
halnya kualitas Lega Serie A yang menjadi kiblat dunia sepak bola,
seperti sistem catenaccio yang mengilhami banyak pelatih di dunia,
maka aksi ultras di stadion pun menjadi rujukan dan referensi bagi
suporter-suporter negara lain, termasuk kelompok suporter di
Indonesia.

b. Analisis
Menurut Chols, kata ‚suporter ‚ berasal dari kata kerja (verb)
dalam bahasa Inggris to support dan akhiran (suffict) –er. To support
artinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku.
Suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suporter atau
dukungan.24 Suporter sepak bola merupakan orang atau sekelompok
orang yang menyaksikan ataupun memberikan dukungan pada suatu
tim dalam pertandingan sepak bola. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa penonton sepak bola merupakan kumpulan orang yang berada
dalam suatu situasi sosial tertentu, yaitu situasi pertandingan sepak
bola yang menyaksikan atau memberikan dukungan kepada tim yang
dijagokannya. Oleh karena suporter sepak bola merupakan suatu
kumpulan orang, maka untuk memahami perilakunya diperlukan
penjelasan yang terkait dengan konsep seperti situasi sosial dan
kelompok sosial.
Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara
relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator
crowds).25 Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak
penonton, akan tetapi bedanya pada spectator crowds adalah
kerumunan penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada umumnya tak terkendalikan. Sedangkan suatu
kelompok manusia tidak hanya tergantung pada adanya interaksi di
dalam kelompok itu sendiri, melainkan juga karena adanya pusat
perhatian yang sama. Fokus perhatian yang sama dalam kelompok
penonton yang disebut suporter dalam hal ini adalah tim sepak bola
yang didukung dan dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu
pemain, permainan bola yang bagus dari tim sepak bola yang
didukungnya, ataupun tim yang berasal dari individu tersebut
berasal.26 Suporter memang sangat dibutuhkan oleh klub sepak bola.
Kehadirannya bisa meningkatkan semangat dan yang tak kalah
pentingnya adalah menghasilkan pemasukan bagi tim.
Keberadaan suporter memberikan keuntungan dan juga kerugian
pada klub sepak bola. Di satu sisi bisa meningkatkan nama klub yang
dibela. Di sisi lain, perilaku buruk yang ditunjukkan suporter bisa
menghancurkan reputasi dan nama baik tim sepak bola. Keberadaan
suporter atau pendukung merupakan salah satu pilar penting yang
wajib ada dalam suatau pertandingan sepak bola agar tidak terasa
hambar dan tanpa makna. Kelompok suporter merupakan fenomena
lebih lanjut dari legalisasi komunitas pendukung suatu kesebelasan.
Suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat
aktif. Di lingkungan sepak bola, suporter erat kaitannya dengan
dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap
tim. Suporter sendiri merupakan bentuk eksistensi dari masyarakat,
yang mempunyai sebuah bentuk kebanggaan serta kencintaan
terhadap tim sepak bola. Hal ini yang membuat fanatisme suporter
timbul. Mereka akan sangat senang jika tim mereka menang namun
bisa sangat marah jika yang terjadi sebaliknya. Suporter tersebut tentu
sangat menginginkan tim sepak bola yang diidolakannya menang,
untuk itu mereka rela memberikan dukungan kepada timnya dengan
melihat pertandingan timnya secara langsung. Saat pertandingan
berlangsung sering kali para suporter tersebut sulit mengendalikan
emosinya sehingga terjadi tindakan kekerasan antar suporter dan tidak
sedikit pula mencederai pihak lain, bahkan melakukan perusakan
fasilitas umum secara brutal yang mengarah pada tindakan anarkis.

Anda mungkin juga menyukai