Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“ BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI


INDONESIA BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD NKRI 1945 ”

Dosen Pengampu :

Dona Sariani, S. Pd,. M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1


1. Sinta Marliya (A1C119002)
2. Teguh Arizki (A1C119008)
3. Desri Indah Rahmadona (A1C119041)
4. Suci Rohana Putri.T (A1C119050)
5. Putri Adri Tiarasalfi (A1C119070)
6. Lela Sastry Br. Sormin (A1C119086)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2019/2020
“ BAGAIMANA HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI
INDONESIA BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD NKRI 1945 ”
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Matakuliah Kewarganegaraan yang
berjudul Bagaimana Hakikat, Instrumentasi, dan Praksis Demokrasi Indonesia Berlandaskan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 ini tepat waktu. Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terutama anggota kelompok kami yang telah bekerjasama sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak yang harus dikoreksi. Oleh karena itu, kami mengharapkan
masukan dari semua pihak tentunya dengan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasisiwa dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jambi, 31 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL…… ......................................................................................................


KATA PENGANTAR…… ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…… .....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila ..................
2.2 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila……
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Demokrasi yang
Bersumber dari Pancasila..................................................................................................
2.4 Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang
Bersumber dari Pancasila .................................................................................................
2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila ............................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................
3.2 Saran ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ANALISIS JURNAL .............................................................................................................


ANALISIS VIDEO.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara etimologis, kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan
“Kratos”. Demos artinya rakyat/ khalayak, dan Kratos artiya pemerintahaan. Sehingga
pengertian demokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan
oleh rakyat. Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan yang sah
dan diakui oleh rakyat. Rakyat memegang kendali penuh atas pemilihan pemerintahan
berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan. Pemerintahan oleh
rakyat memiliki pengertian bahwa pemerintah menjalankan kekuasaannya bukan atas dorongan
atau tujuan pribadinya melainkan didasari oleh keinginan rakyat. Pemerintahan untuk rakyat
memiliki arti bahwa segala kuasa yang dilimpahkan kepada pemerintah dibuat untuk
kepentingan rakyat.
Setiap warga negara mendambakan pemerintahan demokratis yang menjamin tegaknya
kedaulatan rakyat. Hasrat ini dilandasi pemahaman bahwa pemerintahan demokratis memberi
peluang bagi tumbuhnya prinsip menghargai keberadaan individu untuk berpartisipasi dalam
kehidupan bernegara secara maksimal. Karena itu, demokrasi perlu ditumbuhkan, dipelihara, dan
dihormati oleh setiap warga negara tentunya dengan berlandaskan pancasila dan UUD NKRI
1945. Demokrasi intinya adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Bukan
untuk para oknum-oknum penguasa yang mementingkan golongannya masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hakikat Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945 ?
2. Bagaimana Instrumentasi Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945 ?
3. Bagaiman Praksis Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945 ?

1.3 Tujuan Penulisan


Mahasiswa mampu memahami dan berpikir kritis terhadap Hakikat, Instrumentasi dan
Praksis Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila
a. Demokrasi
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang
berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi,
demos-cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.
Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa
“demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau
“the government from the people, by the people, and for the people”.
b. Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi
1. Teori Aristotelian Klasik
Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan, yakni pemerintahan oleh
seluruh warganegara yang memenuhi syarat kewarganegaraan.
2. Teori Abad Pertengahan
Demokrasi yang pada dasarnya menerapkan “Roman law” dan konsep “popular
souvereignity” menempatkan suatu landasan pelaksanaan kekuasaan tertinggi di
tangan rakyat
3. Doktrin kontemporer.
Demokrasi menerapkan konsep “republik” dipandang sebagai bentuk
pemerintahan rakyat yang murni.
Proses demokrasi itu dapat diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi antra lain:
a. Demokrasi Protektif
Kekuasaan ekonomi pasar, di mana proses pemilihan umum dilakukan secara
reguler sebagai upaya yakni untuk memajukan kepentingan pasar dan melindunginya
dari tirani negara.
b. Demokrasi Pembangunan
Demokrasi yang ditandai oleh konsepsi atau model manusia sebagai individu
yang posesif, yakni manusia sebagai yang dikompromikan dengan konsepsi mahluk
yang mampu mengembangkan kekuasaan atau kemampuannya. Di samping itu, juga
menempatkan "Partisipasi demokratis" sebagai “jalur pusat menuju pengembangan
diri”.
c. Demokrasi Ekuilibrium
Penyeimbangan nilai partisipasi dan pentingnya apatisme, dengan alasan bahwa
apatisme di kalangan mayoritas warga negara menjadi fungsional bagi demokrasi
karena partisipasi yang intensif sesungguhnya dipandang tidak efisien bagi individu
yang rasional.
d. Demokrasi Partisipatoris
Yakni bahwa kita tidak dapat mencapai partisipasi yang demokratis tanpa
perubahan lebih dulu dalam ketakseimbangan sosial dan kesadaran sosial, tetapi kita
juga tidak dapat mencapai perubahan dalam ketakseimbangan sosial dan kesadaran
sosial tanpa peningkatan partisipasi lebih dulu.
c. Pemikiran Tentang Demokrasi Indonesia
Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi yang berdasarkan
Pancasila yang masih terus berkembang dan sifat dan ciri-cirinya terdapat perbagai
tafsiran dan pandangan. Menurut Moh. Hatta, kita sudah mengenal tradisi demokrasi jauh
sebelum Indonesia merdeka, yakni demokrasi desa. Demokrasi desa atau desa-demokrasi
merupakan demokrasi asli Indonesia, yang bercirikan tiga hal yakni 1) cita-cita rapat, 2)
cita-cita massa protes, dan 3) cita-cita tolong menolong. Dengan demikian, demokrasi
diyakini dan diterima sebagai sistem politik yang baik guna mencapai kesejahteraan
bangsa.
d. Pentingnya Demokrasi sebagai Sistem Politik Kenegaraan Modern
Demokrasi memegang peran penting dalam masyarakat dan dalam tata aturan
suatu negara. Tanpa adanya demokrasi di suatu negara, dan segala sesuatunya di atur oleh
pemerintah, maka hilanglah kesejahteraan masyarakat dan kacaulah negara tersebut.
Suatu negara, perlu adanya masyarakat yang komplemen, mendukung, dan masyarakat
perlu terlibat dalam pembangunan suatu negara demi terciptanya kemakmuran dan
kesejahteraan negara. Dengan demokrasi tak ada saling ingin menang sendiri, saling
memaksakan kehendak, saling menghina, saling melecehkan, saling menjatuhakan. Yang
ada saling menghargai, saling menghormati, saling mengerti, saling menerima pendapat
orang lain, saling lapang dada, saling tenggang rasa. Dan kehidupan yang nyaman pasti
akan tercipta.

2.2 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila
Sejumlah persoalan tentang kelemahan praktik hukum kita yang muncul di berbagai
media jejaring sosial:
 Buruknya kinerja lembaga perwakilan dan partai politik
 Krisis partisipasi politik rakyat
 Munculnya penguasa didalam demokrasi
 Demokrasi saat ini membuang kedaulatan rakyat
Adanya krisis partisipasi politik disebabkan karena tidak ada peluang untuk berpartisipasi
atau karena terbatasnya kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik. Secara lebih spesifik
penyebab rendahnya partisipasi politik adalah :
 Pendidikan yang rendah
 Tingkat ekonomi rakyat yang rendah
 Partisipasi politik rakyat kurang mendapat tempat dari pemerintah

2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Demokrasi yang Bersumber
dari Pancasila
a. Sumber Nilai yang Berasal dari Demokrasi Desa
Ada 2 hal dalam demokrasi ini, yaitu pertama, paham kedaulatan rakyat sebenarnya
sudah tumbuh sejak lama di Nusantara. Kedua, tradisi demokrasi asli Nusantara tetap
bertahan sekalipun di bawah kekuasaan feodalisme raja-raja Nusantara karena di banyak
tempat di Nusantara, tanah sebagai faktor produksi yang penting tidaklah dikuasai oleh raja,
melainkan dimiliki bersama oleh masyarakat desa. Karena pemilikan bersama tanah desa ini,
hasrat setiap orang untuk memanfaatkannya harus melalui persetujuan kaumnya.
b. Sumber Nilai yang Berasal dari Islam
Inti dari keyakinan Islam adalah pengakuan pada Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid,
Monoteisme). Dalam keyakinan ini, hanya Tuhanlah satu-satunya wujud yang pasti. Semua
selain Tuhan, bersifat nisbi belaka. prinsip Tauhid adalah paham persamaan (kesederajatan)
manusia di hadapan Tuhan, yang melarang adanya perendahan martabat dan pemaksaan
kehendak antarsesama manusia.
c. Sumber Nilai yang Berasal dari Barat
Kehadiran kolonialisme Eropa, khususnya Belanda, di Indonesia, membawa dua
sisi dari koin peradaban Barat: sisi represi imperialisme-kapitalisme dan sisi humanisme-
demokratis. Perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai masa Orde Baru dapat
dibagi dalam empat masa, yaitu:
 Masa Republik Indonesia I (1945-1959) yang dinamakan masa demokrasi
konstitusional
 Masa Republik Indonesia II (1959-1965) yaitu masa Demokrasi Terpimpin
 Masa Republik Indonesia III (1965-1998) yaitu masa demokrasi Pancasila. Demokrsi
 Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) yaitu masa reformasi

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang Bersumber
dari Pancasila
Sepanjang sejarah Indonesia pernah mengalami dinamika ketatanegaraanseiring
dengan berubahnya konstitusi yang dimulai sejak berlakunya UUD1945 (I), Konstitusi RIS
1949, UUDS 1950, kembali ke UUD 1945 (II) dan akhirnya kita telah berhasil
mengamandemen UUD 1945 sebanyak empatkali. Ihwal postur demokrasi kita dewasa ini
dapat kita amati dari fungsi danperan lembaga permusyawaratan dan perwakilan rakyat
menurut UUD NRITahun 1945, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).Untuk memahami
dinamika dan tantangan demokrasi kita itu, Anda dimintauntuk membandingkan aturan
dasar dalam naskah asli UUD 1945 danbagaimana perubahannya berkaitan dengan MPR,
DPR, dan DPD.
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sebelum dilakukanperubahan, MPR merupakan lembaga tertinggi Negara.
Perubahan dari system vertikal hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi sistem
yang horizontal fundamental dengan prinsip checks and balances (saling mengawasi dan
mengimbangi) antarlembaga negara. Dalam kaitan dengan pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden kewenangan ]MPR, yakni melantik Presiden dan Wakil Presiden(Pasal 3 Ayat
(2) UUD 1945). Kewenangan lain berdasarkanketentuan Pasal 3 Ayat (3) UUD 1945
adalah MPR berwenang memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD. Ketentuan ini harus dihubungkan dengan ketentuan Pasal 7A
UUD 1945.
2. Dewan Perwakilan Rakyat
Menurut ketentuan Pasal 20 A Ayat (1) UUD 1945 fungsiDPR ada tiga, yaitu :
 Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk undang-undang yangdibahas dengan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
 Fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan menetapkan anggaranpendapatan dan
belanja negara bersama Presiden denganmemperhatikan pertimbangan DPD.
 Fungsi pengawasan adalah fungsi melakukan pengawasan terhadappelaksanaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, undang-undang, dan
peraturan pelaksanaannya.
3. Dewan Perwakilan Daerah
DPD sebagai lembaga penampung aspirasi daerah yang selanjutnya akan ditindak
lanjuti. Sehingga hal ini memberikan kemudahan bagi rakyat untuk mengajukan
aspirasinya.

2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila


1. Kehidupan Demokratis yang Bagaimana yang Kita Kembangkan?
Demokrasi itu selain memiliki sifat yang universal, yakni diakui oleh seluruh
bangsa yang beradab di seluruh dunia, juga memiliki sifat yang khas dari masing-masing
negara. Sifat khas demokrasi di setiap negara biasanya tergantung ideologi masing-
masing. Demokrasi kita pun selain memilikisifat yang universal, juga memiliki sifat khas
sesuai dengan budaya bangsaIndonesia yang berdasarkan Pancasila.Sebagai demokrasi
yang berakar pada budaya bangsa, kehidupan demokratis yang kita kembangkan harus
mengacu pada landasan idiil Pancasila dan landasan konstitusional UD NRI Tahun 1945.
2. Mengapa Kehidupan yang Demokratis Itu Penting?
Pada hakikatnya sebuah negara dapat disebut sebagai negara yangdemokratis,
apabila di dalam pemerintahan tersebut rakyat memilikikesempatan untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, memilikipersamaan di muka hukum, dan memperoleh
pendapatan yang layakkarena terjadi distribusi pendapatan yang adil. Mari kita uraikan
makna masing-masing.
 Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan
Dalam negara yang menganut sistem pemerintahan, demokrasi kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan pemerintahan dijalankan berdasarkan kehendak
rakyat. Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi dan pemerintahan dijalankan
berdasarkan konstitusi yang merupakan arah dan pedoman dalam melaksanakan hidup
bernegara. Para pembuat kebijakan memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang
berkembang. Kebijakan yang dikeluarkan harus dapat mewakili berbagai keinginan
masyarakat yang beragam. Sebagai contoh ketika masyarakat kota tertentu resah
dengan semakin tercemarnya udara oleh asap rokok yang berasal dari para perokok,
maka pemerintah kota mengeluarkan peraturan daerah tentang larangan merokok di
tempat umum.
 Persamaan Kedudukan di Depan Hukum
Seiring dengan adanya tuntutan agar pemerintah harus berjalan baik dan dapat
mengayomi rakyat dibutuhkan adanya hukum. Hukum itu mengatur bagaimana
seharusnya penguasa bertindak, bagaimana hak dan kewajiban dari penguasa dan juga
rakyatnya. Semua rakyat memiliki kedudukan yang sama di depan hukum. Artinya,
hukum harus dijalankan secara adil dan benar. Hukum tidak boleh pandang bulu.
Siapa saja yang bersalah dihukum sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk menciptakan
hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat penegak hukum yang tegas dan
bijaksana, bebas dari pengaruh pemerintahan yang berkuasa, dan berani menghukum
siapa saja yang bersalah.
 Distribusi Pendapatan Secara Adil
Dalam negara demokrasi, semua bidang dijalankan dengan berdasarkan prinsip
keadilan bersama dan tidak berat sebelah, termasuk di dalam bidang ekonomi. Semua
warga negara berhak memperoleh pendapatan yang layak. Pemerintah wajib
memberikan bantuan kepada fakir dan miskin yang berpendapatan rendah. Akhir-akhir
ini Pemerintah menjalankan program pemberian bantuan tunai langsung, hal tersebut
dilakukan dalam upaya membantu langsung para fakir miskin. Pada kesempatan lain,
Pemerintah terus giat membuka lapangan kerja agar masyarakat bisa memperoleh
penghasilan. Dengan program-program tersebut diharapkan terjadi distribusi
pendapatan yang adil di antara warga negara Indonesia.
3. Bagaimana Penerapan Demokrasi dalam Pemilihan Pemimpin Politik dan Pejabat
Negara?
Seorang wanita tua menghadap Sultan Sulaiman al-Qanuni untuk mengadu bahwa
tentara sultan mencuri ternak dombanya ketika dia sedang tidur. Setelah mendengar
pengaduan itu, Sultan Sulaiman berkata kepada Wanita itu, “Seharusnya kamu menjaga
ternakmu dan jangan tidur”. Mendengar perkataan tersebut wanita tua itu mejawab,
“Saya mengira baginda menjaga dan melindungi kami sehingga aku tidur dengan aman”
(Hikmah Dalam Humor, Kisah, dan Pepatah, 1998). Kisah di atas menunjukkan contoh
pemimpin yang lemah, yakni pemimpin yang tidak mampu melindungi rakyatnya.
Seorang pemimpin memang harus yang memiliki kemampuan memadai, sehingga ia
mampu melindungi dan mengayomi rakyatnya dengan baik. Oleh karena itu, seorang
pemimpin harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berdasarkan sistem demokrasi yang
kita anut seorang pemimpin itu harus beriman dan bertawa, bermoral, berilmu, terampil,
dan demokratis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah mengenai Hakikat, Instrumentasi dan Praksis
Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945 dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hakikat demokrasi Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD NKRI 1945 adalah peran
utama rakyat dalam pross sosial politik, hal ini sesuai dengan tiga pilar penegak demokrasi
yaitu pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat dan pemerintahan untuk rakyat.
2. Instrumentasi demokrasi Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD NKRI 1945 adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).
3. Praktik demokrasi Pancasila berjalan sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan
kenegaraan Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila secara ideal telah terumuskan,
sedang dalam tataran empiris mengalami pasang surut.

3.2 Saran
Sebaiknya Mahasiswa harus lebih memahami lagi mengenai Hakikat, Instrumentasi dan
Praksis Demokrasi Indonesia Berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945 dikarenakan
pengetahuan ini dapat mmebuat kita semakin bersemangat dalam menjalani kehidupan karena
setiap individu mempunyai kebebasan untuk menyuarakan pendapat di muka umum.
ANALISIS JURNAL

1. DEMOKRASI INDONESIA : DARI MASA KE MASA


Bangsa Indonesia pada aras implementasi sistem politik telah banyak memahami varian-
varian demokrasi di dunia. Beberapa di antaranya bahkan telah diujicobakan di negeri ini:
demokrasi liberal, demokrasi parlementer, dan demokrasi Pancasila. Namun berbagai varian
demokrasi ini gagal memberikan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang benar-
benar berbasis pada nilai-nilai dan kaidah demokrasi dalam arti yang sebenar-benarnya.
Ketika era reformasi berkembang menyeruak dalam tatanan kehidupan politik Indonesia,
sebagian besar masyarakat berharap akan lahirnya tatanan dan sistem perpolitikan yang
benar-benar demokratis. Namun, setelah hampir lima tahun berjalan, praktik-praktik politik
dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis belum menampakkan arah yang
sesuai dengan kehendak reformasi. Demokrasi pun kemudian dipertanyakan dan digugat
ketika sejumlah praktik politik yang mengatasnamakan demokrasi seringkali justru
menunjukkan paradoks dan ironi.
Gugatan terhadap demokrasi ini sesungguhnya memiliki relevansi yang kuat dalam akar
sejarah dan sosiologi politik bangsa Indonesia. Dalam konteks itulah, tulisan ini hendak
melihat bagaimana perjalanan demokrasi di negeri ini, yang kemudian akan dianalisis guna
membaca prospek demokrasi Indonesia di masa depan dengan mengambil contoh kasus
Pemilu dan Pilkada.
 MASA ORBA
Seiring dengan kegagalan pembumian demokrasi pada masa Orde Lama tersebut,
unsur-unsur "di luar" masyarakat secara perlahan-lahan tumbuh dan berkembang menjadi
wahana tumbuhnya logika dan penjabaran baru budaya bangsa Indonesia. Pada masa
Orde Baru, diinterpretasikan bahwa budaya politik dijabarkan sedemikian rupa sehingga
negara bertindak sebagai aktor tunggal dan sentral. Logika penempatan negara sebagai
aktor tunggal ini terartikulasi melalui pengesahan secara tegas dan mutlak bagi sentralitas
negara dengan seluruh perangkat birokrasi dan militernya demi kepentingan
pembangunan ekonomi dan politik.
 ERA REFORMASI
Pada masa reformasi, Aspinall (2004) mengatakan bahwa Indonesia sedang
mengalami saat yang demokratis. Inisiatif politik yang dimotori oleh Amien Rais
mendorong reformasi terus bergulir. Reformasi yang gegap gempita tersebut memberikan
secercah harapan akan munculnya tata kehidupan yang benar-benar demokratis, yang
ditandai dengan booming munculnya banyak parpol baru, kebebasan berserikat,
kemerdekaan berpendapat, kebebasan pers, dan sebagainya, Jurnal Administrasi
Publik,yang merupakan ciri-ciri demokrasi. Muncul tuntutan-tuntutan terhadap reformasi
politik karena adanya optimisme perbaikan implementasi demokrasi.
 MEMBANGUN DEMOKRASI
Membangun institusi-institusi demokratik adalah prasyarat penting bagi peletakan
sistem politik demokratis. Demikian pula Pilkada langsung yang akan dimulai tahun 2005
mendatang merupakan proses politik strategis menuju kehidupan politik demokratis. Hal
yang tak kalah penting adalah upaya kita agar terbangunnya etika dan moralitas politik
baru, khususnya di kalangan para elit dan tokoh politik, yang sebangun dengan tuntutan
sistem politik demokratik. Prasyarat penting yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
itu adalah terbangunnya kebudayaan dan kepribadian politik demokratik yang menurut
Gould (1998) meliputi elemen-elemen: inisiatif rasional politik, kesantunan politik,
disposisi resiprositas toleransi, fleksibilitas dan open mindness, komitmen, kejujuran, dan
akhirnya keterbukaan. Dengan demikian berarti, terbangunnya etika dan moralitas politik
yang berkeadaban demokratik merupakan prasyarat yang tidak dapat ditawar lagi.

2. DEMOKRASI PANCASILA dalam PERSPEKTIF SEJARAH


Gagasan demokrasi telah berjumpa dan berinteraksi secara dialektik dengan berbagai
ragam konteks sosial, kultural, juga corak, dan tingkatan perkembangan ekonomi.
Perjumpaan dan interaksi tersebut menunjukkan kelenturan cita-cita demokrasi
sekaligus menjadikan demokrasi berkembang sedemikian kompleks. Praktik
berdemokrasi telah berkembang dan merambah seluruh masyarakat dunia dengan segala
corak ragamnya, termasuk di Indonesia. Ide demokrasi ini memang telah menjadi komitmen
universal. Dalam pandangan Armartya Sen (Riyanto, dkk., 2014:109), klaim universal yang
terkandung dalam demokrasi mencakup nilai-nilai intrinsik, instrumental, dan konstruktif.
Nilai intrinsik demokrasi melekat pada kebebasan dan partisipasi. Menggunakan kebebasan,
menggunakan hak-hak sipil dan politik merupakan bagian dari kehidupan bagi individu
sebagai makhluk sosial. Partisipasi dalam kehidupan sosial dan politik mengandung nilai
intrinsik bagi kehidupan manusia. Sementara itu, nilai dan peran atau fungsi instrumental
demokrasi adalah upaya dan kemampuan mendengarkan keinginan rakyat. Apa yang
diekspresikan dan didukung untuk memperoleh perhatian politik, termasuk tuntutan
memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraaan. Sedangkan nilai dan peran
atau fungsi konstruktif demokrasi dapat dipahami dan disarikan bahwa praktik
berdemokrasi akan memberikan kesempatan kepada warga negara untuk saling belajar dan
membantu masyarakat secara keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bersama.
 Demokrasi Era Revolusi
Pada era revolusi nasional, apabila memperhatikan praktik-praktik politik para pendiri
bangsa menjelang kemerdekaan tahun 1945, pada dasarnya sudah tampak praktik-praktik
berdemokrasi di kalangan mereka. Misalnya dalam BPUUPK (Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan) yang bertugas merumuskan bentuk negara, batas negara,
dasar filsafat Negara, dan lainya, telah dilakukan perdebatan yang sengit di antara mereka.
Keanggotaan dalam BPUUPK yang berjumlah 68 orang juga telahmen cerminkan
perwakilan dari ideologi politik, terutama kalangan Islamis (20%) dan Nasionalis (80%).
Sebagai contoh, setelah bergumul selama kurang lebih 21 hari, akhirnya pada 22 Juni 1945
suatu sintesa dan kompromi dapat diwujudkan. Sintesis inilah yang kemudian dikenal
dengan Piagam Jakarta.
 Demokrasi Era RIS
Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah negara federasi yang berdiri pada tanggal 27
Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar (3
Agustus - 2 November 1949): Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg
(BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. RIS dikepalai oleh Presiden Soekarno dan
Perdana Menteri Mohammad Hatta. Di tengah-tengah bangsa Indonesia menghadapi Agresi
Belanda II (19 Desember 1948) dengan pelbagai diplomasi dan pertempuran, kehidupan
demokrasi tetap berjalan dan dapat dilakasanakan. Pembentukan negara RIS juga
dilaksanakan secara demokratis. Anggota KNIP memang ada yang tidak setuju dengan hasil
perjanjian KMB, termasuk pembentukan negara RIS, namun jumlah anggota KNIP yang
mendukung lebih banyak. Dengan demikian, perubahan negara Republik Indonesia menjadi
Republik Indonesia Serikat (RIS) secara formal juga dilakukan secara demokratis. Demikian
juga pada saat pembubaran negara RIS menjadi negara kesatuan juga dilakukan secara
demokratis, yaitu dengan persetujuan sidang DPRIS.
 Demokrasi Pancasila (Orde Baru)
Demokrasi yang secara resmi mengkristal di dalam UUD 1945 dan yang saat ini berlaku
di Indonesia biasa disebut Demokrasi Pancasila. Dasardasar konstitusional bagi demokrasi
di Indonesia sebagaimana yang berlaku sekarang ini sudah ada dan berlaku jauh sebelum
tahun 1965, tetapi istilah Demokrasi Pancasila itu baru dipopulerkan sesudah lahir
Orde Baru (1966). Istilah Demokrasi Pancasila lahir sebagai reaksi terhaap Demokrasi
Terpimpin di bawah Pemerintahan Sukarno. Gagasan Demokrasi Terpimpin, seperti
diketahui telah dibakukan secara yuridis dalam bentuk Ketetapan MPRS No.
VIII/MPRS/1965 tentang: Prinsip-prinsip Musyawarah untuk Mufakat dalam Demokrasi
Terpimpin sebagai Pedoman bagi Lembagalembaga Permusyawaratan/Perwakilan. Ketika
Orde Baru lahir, konsep Demokrasi Terpimpin mendapat penolakan keras, Demokrasi
Terpimpin maupun Demokrasi Pancasila, Ketetapan tersebut pada dasarnya berisi teknis
pelaksanaan pengambilan keputusan dalam permusyawaratan. Menurut Demokrasi
Terpimpin, inti dari permusyawaratan adalah ‘musyawarah untuk mufakat’, yang apabila hal
itu tidak dapat dicapai.

Anda mungkin juga menyukai