Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA SEBAGAI

KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA

FINDRI FAUZI
KOMPUTERISASI AKUNTANSI
PANCASILA SEBAGAI KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA

Proses BENTUK-BENTUK
Nilai-nilai IMPLEMENTASI NILAI
Perumusan
Pancasila dlm PANCASILA DALAM
Pancasila & UUD KONTEKS
Konteks Sejarah
1945 PERJUANGAN

Kekalahan
Jepang ( Agustus Zaman Prasejarah
1945) Zaman Kerajaan
Sidang BPUPKI Zaman Ordel lama
1 (29 Mei–1 Juni Penjajahan Orde baru
1945) Kebangkitan reformasi
Piagam Jakarta Nasional
(22 juni 1945) Pasca Indonesia
Piagam Jakarta Merdeka
(22 juni 1945) Era Reformasi
Sidang PPKI 1
(18 Agustus 1945)
1. Proses Perumusan Pancasila & UUD
1945
Kekalahan Jepang ( Agustus 1945)

Sidang BPUPKI 1 (29 Mei–1 Juni 1945)

Piagam Jakarta (22 juni 1945)

Sidang BPUPKI 2 (10-16 Juli 1945)

Sidang PPKI 1 (18 Agustus 1945)


1
Kekalahan Jepang (Agustus 1945)

♣ Menjelang tahun 1945 Jepang mengalami


kekalahan di Asia Timur Raya,
♣ Banyak cara yg digunakan Jepang utk menarik
simpati khususnya bangsa Indonesia,
♣ Salah satunya janji Jepang utk memberi
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia oleh
Perdana Menteri Kaiso tgl 7 September 1944,
♣ 29 April 1945, Jepang membentuk BPUPKI
(Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yg bertugas
menyelidiki segala sesuatumengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia.
2
Sidang BPUPKI 1 (29 Mei–1 Juni 1945)

♣ Diperoleh tiga(3) rumusan dasar negara oleh Moh. Yamin, Prof.


Dr Soepomo, dan Ir. Soekarno.
♣ Mr. Moh. Yamin pada tgl 29 Mei 1945 mengusulkan :
Secara Lisan : Secara Tertulis :
1. Peri Kebangsaan 1. Ke Tuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Peri Ketuhanan 3. Rasa kemanusiaan Yang Adil dan
4. Peri Kerakyatan Beradab
5. Peri Kesejahteraan Rakyat 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
♣ Prof. Dr. Soepomo pada tgl 31 Mei 1945
1. Paham negara kebangsaan
2. Warga negara hendaknya tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap
saat ingat kepada Tuhan
3. Sistem badan permusyawaratan
4. Ekonomi negara yang bersifat Asia Timur Raya
5. Hubungan antarbangsa yang bersifat Asia Timur Raya
♣ Ir. Soekarno pada tgl 1 Juni 1945
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. KeTuhanan yang berkebudayaan
3
Piagam Jakarta (22 juni 1945)

• Utk menjembatani perbedaan antargolongan nasionalis dan


Islam, para anggota BPUPKI yg tinggal di Jakarta
mengadakan pertemuan diluar sidang yg dikenal dgn
“Panitia Sembilan”
• Kemudian berhasil menetapkan Rancangan Pembukaan
UUD yang dikenal dengan Piagam Jakarta. Yaitu :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam
bagi pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
4

Sidang BPUPKI 2 (10-16 Juli 1945)

♣ Pembentukan panitia kecil perancang UU


♣ Ketua : Soepomo
♣ Hasilnya:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar,
2. UUD (Batang Tubuh) yang terdiri:
a. 16 Bab 37 Pasal
b. 4 Pasal aturan peralihan
c. 2 Ayat aturan tambahan
5
Sidang PPKI 1 (18 Agustus 1945)

1. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi :


a. Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam
Jakarta sehingga dihasilkan pembukaan Undang-undang
Dasar 1945
b. Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima
dari badan penyelidik pada tanggal 17 juli 1945, setelah
mengalami beberapa perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam jakarta, kemudian menjadi Undang-
undang Dasar 1945
2.Memilih presiden (Ir. Soekarno) dan wakil presiden (Drs.
Moh. Hatta)
3.Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
sebagaimusyawarah darurat.
2. Nilai-nilai Pancasila dlm Konteks
Sejarah
Zaman Prasejarah

Zaman Kerajaan

Zaman Penjajahan

Kebangkitan Nasional

Pasca Indonesia Merdeka

Era Reformasi
A. Zaman Prasejarah
1. Manusia telah hidup bersama-sama dengan manusia lainnya (nilai
kesatuan)
2. Pada zaman prasejarah telah menganut sistem kepercayaan (nilai
ketuhanan)
B. Zaman Kerajaan
a. Kerajaan Kutai menampilkan nilai sosial, politik dan ketuhanan
dalam bentuk pemerintahan kerajaan, kenduri dan sedekah
kepada para brahmana.
b. Hubungan perdagangan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan lain
(nilai persatuan)
c. Pembuatan patung-patung suci masa kerajaan Sriwijaya (nilai
ketuhanan)
d. Cita-cita kerajaan Sriwijaya “marvuat vanua Criwijaya siddhayarta
subhiksa’ ( cita-cita yang adil dan makmur ).
e. “Bhineka Tunggal Ika Taha Hana Dharma Mangrua” yg artinya
persatuan dan toleransi agama.
f. Hubungan baik raja Hayam Wuruk dgn kerajaan lainnya (nilai
musyawarah)
Lanjutan..
C. Kebangkitan Nasional
1. Munculnya organisasi perjuangan kemerdekaan
(seperti Serikat Dagang, PNI, dsb) dg tujuan jelas yaitu
Indonesia Merdeka
2. Diadakannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928
yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa dan satu
tanah air Indonesia.
D. Zaman Penjajahan
Ketika Jepang terdesak sekutu, Jepang
menganjurkan untuk membentuk BPUPKI (Dokuritsu
Zyumbi Tioosakai). Pada hari itu diumumkan Dr.KRT.
Rajiman Widyodiningrat sebagai ketua (Kaicoo) yang
kemudian mengusulkan bahwa sidang BPUPKI
membahas tentang dasar negara.
C. Pancasila Pasca Indonesia Merdeka
♣ Pasca kemerdekaan, aktualisasi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara seolah mengalami kemorosotan.
♣ Meski demikian, Pancasila tidak mengalami pergeseran dalam setiap
konstitusi yang dihasilkan sebagai respon atas pergolakan politik.
♣ Artinya tidak ada usaha untuk mengganti Pancasila sebagai dasar
negara yang diletakkan pada saat persiapan (tanggal) kemerdekaan
Indonesia.
D. Pancasila dalam Era Reformasi
Dalam peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2006 di UI :
1. Pancasila sebagai kontrak sosial
2. Pancasila sebagai ideologi kebangsaan : ciri identitas kultural
bangsa, nilai-nilainya jadi perekat sosial
3. Pancasila sebagai visi bangsa dan negara : cita-cita/harapan yang
diraih, bukan kondisi faktual sekarang
4. Pancasila sebagai konsepsi politik/ideologi negara yang berlaku di
ruang publik/domain publik
BENTUK-BENTUK IMPLEMENTASI NILAI
PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN

ORDE LAMA
1945-1950 ; 1950-1959 ;
1956-1965

ORDE BARU

REFORMASI
ORDE LAMA
1. Orde Lama Periode 1945-1950
 Dalam kehidupan politik, sila keempat yg mengutamakan musyawarah & mufakat
tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yg diterapkan demokrasi parlementer,
dimana presiden sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang
Perdana Menteri.
 Kesimpulannya walaupun konstitusi yg digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945
yg presidensiil, namun dalam praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat
diwujudkan.
2. Orde Lama Periode 1950-1959
► Walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan
berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting).
► Selama periode Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yg ternyata tidak
menjamin stabilitas pemerintahan
3. Periode 1956-1965 / Periode Demokrasi Terpimpin
♣ Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah
nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.
♣ Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.
♣ Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideology otoriter,
konfrotatif dan tidak memberi ruang pada demokrasi bagi rakyat
ORDE BARU
• Upaya soeharto adalah bagaimana menegakkan
stabilitas politik yang dinamis diikuti dengan trilogi
pembangunan.
• Dengan “P4” (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila)yang didasarkan pada pengalaman era
sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa.
• Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan
pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.
• Kesimpulan, Pancasila selama Orde Baru diarahkan
menjadi ideology yang hanya menguntungkan satu
golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan
demi persatuan dan kesatuan hak-hak demokrasi
dikekang.
ERA REFORMASI
o Berupaya mengoreksi penyelewengan yang dilakukan oleh Orde
Baru termasuk juga Orde Lama
o Hak-hak rakyat mulai dikembangkan dalam tataran elit maupun
tataran bawah.
o Rakyat bebas berserikat dan berkumpul dengan mendirikan partai
politik, LSM, dll.
o Penegakan hukum mulai lebih baik daripada masa Orba.
o Namun, sangat disayangkan para elit politik yang mengendalikan
pemerintahan dan kebijakan kurang konsisten dalam penegakan
hukum. Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan
berbicara, bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas
masyarakat. Namun, di sisi lain justru menimbulkan semangat
primordialisme. Benturan antar suku, antar umat beragama, antar
kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana.
o Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan
kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai