Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DASAR-DASAR IBADAH

DOSEN PEMBIMBING

GRADUS M.PD.I

DISUSUN OLEH

AL FAJRI CHOIRI (142019029)

M.KHAIRUL FAIZI (142019014)

M.RIAN NUGRAHA (122019004)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini

bisa selesai pada waktunya.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun

demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….…………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………….………………………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………..………………………………………………………….1

1.2 Rumus Masalah .……………………………………………………………………………1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Dasar Dasar Ibadah…………….…………………………………………………………..2

2.2Macam Macam Ibadah......……….…………………………………………………………2

2.3 Fungsi dari Ibadah Dalam Kehidupan Sehari Hari…………………………..……...12

BAB 3 PENUTUP

3.1 Daftar Pustaka…………………………………………………….……………………….18


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid yang
bersumber dari AL Qur'an AsSunnah. Dalam gerakannya, Muhammadiyah mempunyai
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk maksud dan tujuan tersebut
Muhammadiyah melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid melalui
segenap usaha yang diwujudkandalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah yang
didirikan dan dikembangkan untuk mendukung tercapainya maksud dan tujuan
Muhammadiyah

1.2 Rumus Masalah

1. Dasar Dasar Ibadah

2. Macam Macam Ibadah

3. Fungsi dari Ibadah Dalam Kehidupan Sehari Hari


BAB 2 PEMBAHASAN

1.2 Dasar Dasar Ibadah

A. Pengertian Ibadah
Ibadah (‫ )عبادة‬secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah
mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara
lain;

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang ditetapkan
melalui para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi
disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi pula.
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik
berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan
rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak
lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Maka Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah SWT berfirman;

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang
mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah memberitahukan, tujuan penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka
kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturanNya.
Adapun definisi ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam
terminology, ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan AllahSWT, bukan karena
adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan logika, atau akal
manusia. Maka, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia yang diniatkan
semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.

Menurut Bahasa : Ada empat makna, yaitu: Ta’at (‫)الطعة‬, tunduk(‫)الخضوع‬, hina(‫)الذ ل‬,
pengabdian(‫)التنسك‬.
Menurut Istilah : Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa perkataan
maupun perbuatan

Menurut Ulama Fiqih : Ibadah adalah semua bentuk pererjaan yang bertujuan memperoleh
ridho Allah dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat,

B. Hakikat Ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di mukabumi ini yaituuntukberibadah kepada-Nya.
Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam IbnuTaimiyah adalah
sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT
berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang zhahir (nyata).
Adapunhakekatibadahyaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepadaNya.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna
mendahulukan
kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya: mengikuti
sunahRasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu yang dicintai
Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi
waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah
maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.

C. Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada,
sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah
kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika
manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika
ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai
dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar
yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut
lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah
SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan
manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan
hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan
haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di
akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.

D. IBADAH MAHDHAH & GHAIRU MAHDHAH

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1. ‘Ibadah Mahdhah,
(ibadah Khas) artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba
dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah al-Maqbulah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau
logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang,
maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tata caranya, Nabi bersabda: Shalatlah kamu
seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tata cara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut
bid’ah: Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw.
adalah karena kebanyakan kaumnya menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal), artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia dibaliknya yang disebut hikmah’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan
ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan atau tidak. Atas dasar ini, maka
ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan. Maka wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-
mata untuk kepentingan dan kebahagiaan, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus Rasul adalah untuk dipatuhi: Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah : Wudhu,
Tayammum, Mandi hadats, Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca al-Quran, I’tikaf, Puasa, Haji
dan Umrah, Mengurus Janazah
2. Ibadah Ghairu Mahdhah,
(ibadah ‘Am) (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping
sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara
hamba dengan makhluk lainnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-
Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk
umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

E. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk
beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya
terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam
adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan
dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah
dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam
mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan
aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi
ibadah dalam Islam yaitu;
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqarabah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh
Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah
SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk
beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah
SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah
ayat 5
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta
benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat.
Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan
juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya: Ketika Al-Qur'an
berbicara tentang shalat, ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-ankabut 45
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi shalat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan shalat diharapakan manusia dapat
mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:


“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”QS.
Attaubah 103)

Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan
kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat buruk yang
anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat zakat juga akan menyuburkan
sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan memperkembangkan harta benda mereka.
Orang yang mengeluarkan zakat hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat.
Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya
tetapi juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak
akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi
dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka
dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

3. Melatih diri untuk berdisiplin


Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan shalat, mulai dari
wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan
kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik
dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia,
menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan
“amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa
menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.

F. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyari’atkan
kecuali berdasarkan al-Qur’an dan as Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah
mardûdah (bid’ah yang ditolak ), hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW.
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut
tertolak.”
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi
syarat bagi diterimanya. Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam
yaitu[5]:
1. Ikhlas
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan
supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri”. Katakanlah: “Sesungguhnya aku
takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku”. Katakanlah: “Hanya
Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku”. (QS az-Zumar/39 : 11-14).
2. Ittiba’ Rasul. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
(QS al-Kahfi/18: 110)
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat lâ ilâha illallâh, karena ia
mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.
Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah s.a.w.,
karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan
bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.

F.. Dasar

Dalam Al-Qur’an banyak ayat tentang dasar-dasar ibadah sebagaimana berikut di


bawah ini :

٥٦ ‫ُون‬
ِ ‫نس ِإ ََّّل ِل َيعۡ بُد‬ ِ ۡ ‫َو َما َخلَ ۡقتُ ۡٱل ِج َّن َو‬
َ ‫ٱۡل‬
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku." (Q.S Az-Zariyât [51] : 56)

٢١ َ‫ٱعبُدُواْ َربَّ ُك ُم ٱلَّذِي َخلَقَ ُك ۡم َوٱلَّذِينَ ِمن قَ ۡب ِل ُك ۡم لَعَلَّ ُك ۡم تَتَّقُون‬ ُ َّ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلن‬
ۡ ‫اس‬
Artinya: “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa." (Q.S Al-Baqarah [2] : 21)

G. Macam-macam Ibadah

Ibadah secara garis besar, terbagi 2 macam:


- Ibadah Mahdah = Ibadah Khassah (Khusus)
- Ibadah Ghairu Mahdah = Ibadah Ammah (Umum)

a) Ibadah Mahdah adalah Ibadah yang khusus berbentuk praktek atau hubungan yang
menghubungkan antara manusia dan Allah melalui cara yang telah ditentukan dan diatur atau
dicontohkan.
Contoh : Sholat, zakat, shaum (puasa), adan haji)

b) Ibadah Ghairu Mahdah adalah ibadah yang umum berbentuk hubungan sesame manusia dan
manusia dengan alam yang memiliki nilai ibadah.
Contoh : Menyantuni fakir miskin, mencari nafkah, bertetangga, tolong-menolong, berbegara,
dll

Ibadah dari Segi Pelaksanannya, terbagi 3 macam:


a) Ibadah Jasmaniah dan Runaniah
Contoh : Sholat dan Shaum (Puasa)

b) Ibadah Ruhaniah dan Mâliyyah


Contoh : Zakat

c) Ibadah Jasmaniah, Ruhaniah, dan Mâliyyah


Contoh : Haji

Jasmaniah = Fisik
Ruhaniah = Batin
Mâliyyah = Harta

Ibadah dari Segi Kepentingannya, terbagi 2 macam:

a) Kepentingan fardi (Perorangan)


Contoh : Sholat dan Shaum (Puasa)

b) Kepentingan ijtima’I (Masyarakat)


Contoh : Zakat dan Haji

Ibadah dari Segi Bentuknya, terbagi 5 macam:

a) Ibadah yang berbentuk perkataan atau lisan.


Contoh : Zikir, doa, tahmid, dan membaca Al-Qur’an

b) Ibadah yang berbentuk pekerjaan yang tidak ditentukan bentuknya.


Contoh : Membantu orang tua, menolong orang lain, jihad, mengurus jenazah, dll

c) Ibadah yang berbentuk pekerjaan yang telah ditentukan bentuknya.


Contoh : Shalat, shaum, zakat, dan haji

d) Ibadah yang berbentuk menahan diri tata cara pelaksanaannya.


Contoh : Shaum, i’tikad, dan ihram.

e) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak


Contoh : Memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan
membebaskan seseorang yang berhutang kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai