KELAS : PJKR 5C
MATKUL : IPTEK
NIM : 212223065
1. Al-Qur'an adalah kitab suci dalam agama Islam yang diyakini oleh umat Muslim sebagai
firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selama berabad-abad,
banyak studi dan interpretasi dilakukan terhadap Al-Qur'an. Dalam konteks hubungannya
dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), banyak muslim percaya bahwa Al-Qur'an
memiliki interrelasi dengan iptek, dan beberapa ayat dalam Al-Qur'an diyakini memiliki
relevansi dengan penemuan ilmiah modern. Namun, perlu diingat bahwa interpretasi ini bisa
bervariasi di antara sarjana agama dan ilmuwan.
Sebagai contoh, ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang dianggap memiliki korelasi
dengan ilmu pengetahuan modern:
Penciptaan Alam Semesta: Al-Qur'an banyak membahas penciptaan alam semesta, seperti
dalam ayat-ayat yang membahas langit, bumi, matahari, dan bulan. Beberapa muslim
menganggap bahwa konsep penciptaan alam semesta dalam Al-Qur'an serupa dengan
konsep Big Bang dalam ilmu kosmologi.
Embriologi: Beberapa ayat dalam Al-Qur'an membahas tentang pembentukan manusia di
dalam rahim ibu. Ini dianggap memiliki korelasi dengan penemuan ilmiah dalam bidang
embriologi.
Pola Gerhana: Ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang membahas tentang matahari dan bulan serta
pergerakan mereka diyakini memiliki kaitan dengan pengetahuan tentang gerhana matahari
dan bulan.
Air sebagai Sumber Kehidupan: Konsep air sebagai sumber kehidupan dan pentingnya air
bagi keberlangsungan makhluk hidup juga terdapat dalam Al-Qur'an.
Namun, penting untuk diingat bahwa interpretasi terhadap ayat-ayat tersebut bisa bersifat
subjektif dan kontekstual. Beberapa orang mungkin menganggap korelasi ini sebagai bukti
ilmiah kebenaran Al-Qur'an, sementara yang lain mungkin menganggapnya sebagai
pandangan yang bersifat interpretatif. Selain itu, tidak semua ilmuwan dan sarjana agama
setuju tentang relevansi ilmiah dari semua ayat tersebut.
Iptek dan Al-Qur'an juga bisa saling melengkapi dalam hal moral dan etika. Beberapa
prinsip etika yang dianjurkan dalam Al-Qur'an dapat sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah,
seperti keadilan, etika lingkungan, dan toleransi.
Dalam kesimpulannya, hubungan antara Al-Qur'an dan iptek bisa dianggap sebagai
keterkaitan antara keyakinan agama dan penemuan ilmiah. Namun, interpretasi dan persepsi
tentang korelasi ini dapat bervariasi di antara individu dan kelompok. Keberlanjutan dari
perbincangan ini adalah subjek yang kompleks dan multidimensional, yang mencakup
bidang agama, ilmu pengetahuan, filsafat, dan budaya.
2. Hakikat ilmu merujuk pada pemahaman mendalam tentang realitas dan pengetahuan yang
diperoleh melalui proses pengamatan, penelitian, dan pemikiran rasional. Ilmu bukan hanya
tentang mengumpulkan fakta, tetapi juga memahami pola, hubungan, dan prinsip yang
mendasari fenomena. Dalam Islam, ilmu dianggap sebagai sesuatu yang sangat dihargai dan
dianjurkan. Ilmu membawa manusia lebih dekat kepada pemahaman tentang penciptaan
Allah SWT.
Salah satu dalil naqli dari Al-Qur'an yang menggarisbawahi pentingnya ilmu adalah:
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
(Az-Zumar, 39:9)
Ayat ini mengajarkan bahwa orang yang memiliki pengetahuan memiliki kedudukan yang
lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan.
Kekuatan Ilmu:
Kekuatan ilmu mencakup kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengubah dunia
di sekitar kita. Ilmu memberikan manusia alat untuk mengatasi tantangan, memecahkan
masalah, dan memajukan peradaban. Dalam konteks ini, ilmu memiliki potensi untuk
memberikan kekuatan yang signifikan.
Sebagai contoh dalil naqli dari Al-Qur'an yang berkaitan dengan kekuatan ilmu:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat." (Al-Mujadila, 58:11)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada
mereka yang memiliki iman dan ilmu.
Sesuai dengan kompleksitas berbagai bidang ilmu, interpretasi dan pandangan terhadap
teori-teori ini dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya, sosial, dan keagamaan.
3. Etika Islam dalam Penerapan di Berbagai Bidang Ilmu:
Etika Islam merujuk pada prinsip-prinsip moral dan tindakan yang sesuai dengan ajaran
Islam. Dalam penerapannya di berbagai bidang ilmu, termasuk ilmu kemanusiaan dan ilmu
untuk kemaslahatan hidup, etika Islam menuntut agar ilmu dan pengetahuan dijalankan
dengan penuh tanggung jawab, keadilan, dan tujuan yang baik.
1. Ilmu Kemanusiaan:
Dalam ilmu kemanusiaan, seperti sejarah, sastra, filsafat, dan sosiologi, etika Islam
menekankan pada pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai
moral yang ada dalam agama. Prinsip-prinsip etika yang dianjurkan dalam Islam, seperti
kejujuran, toleransi, dan empati, harus menjadi pedoman dalam penyelidikan dan
interpretasi dalam bidang ini.
Salah satu hadis yang relevan terkait dengan etika dalam ilmu kemanusiaan:
"Barangsiapa yang tidak menghargai (tidak menunjukkan rasa hormat kepada) orang yang
lebih tua dari dia, dan tidak memberi rahmat kepada anak kecil, serta tidak mengakui hak
sahabatnya, maka bukanlah termasuk golongan kami." (Sunan Abu Dawood)
"Dan janganlah kamu berbuat pemborosan, karena Allah tidak menyukai pemborosan."
(Al-An'am, 6:141)
Dalam perspektif Islam, ilmu ( )علمdiartikan sebagai pengetahuan yang benar, baik, dan
berguna. Ilmu mencakup pemahaman tentang realitas yang meliputi pengetahuan tentang
Allah SWT, penciptaan-Nya, ajaran-Nya, dan segala aspek kehidupan. Ilmu dalam Islam
tidak hanya tentang aspek materi, tetapi juga mencakup dimensi spiritual dan etika. Ilmu
dianggap sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghargai ciptaan-Nya, dan
memenuhi tugas-tugas sebagai hamba-Nya.
Ilmu fisika memahami hukum gerak, energi, dan fenomena alam lainnya, yang
memungkinkan manusia menciptakan teknologi dan mengelola sumber daya alam.
Basis Qodarullah (Qadar - )قدر هللا:
Basis Qodarullah berkaitan dengan takdir dan kehendak Allah atas semua yang terjadi di
dunia. Ilmu dalam basis Qodarullah mencakup pemahaman bahwa setiap peristiwa terjadi
dengan izin dan rencana-Nya. Penerapan ilmu dalam basis Qodarullah melibatkan
penerimaan terhadap kehendak Allah sambil berusaha maksimal dan bertanggung jawab.
Kemaslahatan Manusia:
Pengembangan ipteks yang berfokus pada kemaslahatan dan kesejahteraan manusia sesuai
dengan nilai-nilai Islam adalah contoh konkrit dakwah bil hal. Misalnya, mengembangkan
teknologi kesehatan yang memperbaiki kualitas hidup manusia adalah bentuk dakwah
melalui tindakan.
Etika Lingkungan:
Mengembangkan teknologi dan praktik yang ramah lingkungan sesuai dengan panduan
Islam tentang pengelolaan alam adalah bentuk dakwah bil hal. Ini termasuk pengurangan
limbah, penggunaan energi terbarukan, dan pelestarian alam.
Berbagi Pengetahuan:
Menyebarkan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas adalah
bentuk dakwah bil hal. Melalui publikasi ilmiah, pelatihan, dan berbagi pengetahuan, Anda
dapat membantu orang lain mendapatkan manfaat dari penelitian dan pengembangan Anda.
Melalui pendekatan ini, Muslim yang terlibat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat memberikan kontribusi yang positif dan berarti bagi masyarakat serta mendekatkan
diri kepada Allah melalui tindakan yang baik dan bermanfaat.