NIM : 2211102443075
PRODI : TEKNIK SIPIL
1. Ayat Qauliyah: Ayat qauliyah merujuk kepada tindakan atau perintah Allah yang
terdapat dalam Al-Quran atau hadis Nabi Muhammad SAW. Ayat qauliyah berkaitan
dengan segala perintah, larangan, dan ajaran moral yang ditemukan dalam sumber-
sumber agama Islam. Contoh ayat qauliyah adalah perintah beribadah seperti shalat,
zakat, dan puasa, serta larangan terhadap perbuatan-perbuatan yang dianggap dosa
seperti mencuri, berbohong, dan minum khamar.
2. Ayat Kauniyah: Ayat kauniyah merujuk kepada tindakan atau sunnatullah, yaitu
hukum-hukum alam atau tindakan Allah dalam menciptakan dan mengatur alam
semesta. Ini mencakup hukum-hukum fisika, kimia, biologi, dan prinsip-prinsip alam
lainnya. Contoh ayat kauniyah adalah hukum gravitasi, siklus air, dan perubahan
musim. Semua fenomena alam ini adalah bagian dari tindakan Allah dalam
menciptakan alam semesta ini.
Dalam pemahaman Islam, baik ayat qauliyah maupun ayat kauniyah merupakan cara
Allah berkomunikasi dengan manusia. Ayat qauliyah ditemukan dalam kitab suci dan
ajaran agama, memberikan pedoman moral dan spiritual. Sementara itu, ayat kauniyah
mengacu pada tata cara Allah dalam mengatur alam semesta, mencerminkan
kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya. Keduanya dianggap sebagai bentuk wahyu
(penyingkapan) dari Allah kepada manusia, meskipun dalam bentuk yang berbeda.
b) Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan, atau sains, sangat mendukung dan
mendorong eksplorasi dan pemahaman terhadap alam semesta. Dalam Al-Quran,
manusia dipuji karena kemampuannya memahami alam dan mendalami pengetahuan,
yang sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah. Ayat-ayat yang menggarisbawahi
kebesaran penciptaan alam semesta sering disebutkan dalam Al-Quran, mendorong
manusia untuk merenungkan dan mempelajari keajaiban ciptaan Tuhan. Namun,
Islam juga mengajarkan bahwa batasan pengetahuan manusia tetap ada, dan
pengetahuan manusia tidak akan pernah mencapai kedalaman pengetahuan Allah
yang tak terhingga. Ilmu pengetahuan manusia selalu terbatas dan terus berkembang,
sementara pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Dalam pandangan Islam, sains
dianggap sebagai alat untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.
Sains yang berkembang saat ini dianggap sebagai sarana untuk mendekati
pemahaman tentang penciptaan Allah, dan bukan sebagai suatu hal yang bertentangan
dengan keyakinan agama. Oleh karena itu, banyak ilmuwan Muslim melihat ilmu
pengetahuan sebagai cara untuk mendekati Tuhan, bukan untuk menjauhkan diri dari-
Nya. Pentingnya sains dalam Islam juga ditekankan dalam konteks manfaat sosial dan
kemanusiaan. Pengembangan ilmu pengetahuan dianggap sebagai bentuk ibadah jika
digunakan untuk kebaikan manusia, seperti dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan
teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
a) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang bioteknologi seperti
teknologi kloning dan bayi tabung, memang menimbulkan sejumlah pertanyaan etika dan
moral dalam konteks nilai-nilai agama, termasuk dalam Islam. Pendekatan terhadap isu-isu ini
bisa berbeda-beda di kalangan cendekiawan dan pemimpin agama Islam, dan pendapat ini
dapat beragam tergantung pada interpretasi ajaran Islam yang dianut. Dalam kasus
teknologi kloning, misalnya, pertanyaan etika muncul mengenai penciptaan
kehidupan manusia dan apakah manusia seharusnya memiliki kekuasaan untuk
menciptakan makhluk hidup dengan cara ini. Beberapa ulama Islam menentang
teknologi kloning manusia karena dianggap mencampuri kehendak Allah dalam
penciptaan manusia. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa teknologi ini dapat
digunakan untuk menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan penyakit, yang sejalan
dengan nilai-nilai kasih sayang dan keadilan dalam Islam. Sementara itu, dalam
teknologi bayi tabung, pertanyaan etika melibatkan penciptaan kehidupan manusia di luar
hubungan seksual dan keterlibatan lebih dari dua orang dalam pembuahan. Beberapa tokoh
agama menilai hal ini sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip moral Islam yang
mengatur hubungan antara suami dan istri. Namun, ada juga argumen bahwa teknologi ini
dapat membantu pasangan yang mengalami kesulitan untuk memiliki anak secara alami.
Penting untuk dicatat bahwa sains dan teknologi sendiri tidak bertentangan dengan Islam;
sebaliknya, dalam banyak kasus, teknologi dapat digunakan untuk kebaikan manusia. Namun,
isu-isu etika yang berkaitan dengan perkembangan iptek kadang-kadang memerlukan dialog
dan refleksi yang mendalam antara ilmuwan, pemimpin agama, dan masyarakat agar dapat
menemukan solusi yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma etika yang diakui
oleh masyarakat.
b) Ilmu pengetahuan memiliki tiga dasar yang penting, yaitu observasi, hipotesis, dan
eksperimen:
• Observasi: Observasi adalah pengamatan terhadap fenomena alam atau
kejadian yang menimbulkan pertanyaan. Contohnya, ilmuwan yang
mengamati perubahan pola cuaca dan mencatatnya untuk meneliti
perubahan iklim. Hipotesis: Hipotesis adalah perkiraan atau dugaan
yang didasarkan pada observasi dan dapat diuji melalui eksperimen.
Misalnya, berdasarkan pengamatan tentang pertumbuhan tanaman,
ilmuwan mungkin membuat hipotesis bahwa penambahan pupuk
tertentu akan meningkatkan hasil pertanian.
• Eksperimen: Eksperimen adalah metode yang digunakan untuk
menguji hipotesis dengan mengontrol variabel dan mengamati
hasilnya. Contoh eksperimen adalah mencoba dua jenis pupuk pada
dua kelompok tanaman yang sama untuk melihat hasilnya.
LOSADA (Law of Small Additional Differences and Law of
Small Combined Differences) adalah konsep dalam statistika yang
menyatakan bahwa perubahan kecil dalam variabel-variabel tertentu
dapat memiliki dampak besar pada hasil atau perubahan keseluruhan.
Jadi, jika ilmu pengetahuan tidak memperhitungkan prinsip-prinsip
LOSADA, maka analisisnya mungkin tidak akurat dan hasilnya bisa
menjadi tidak representatif atau sesat. Oleh karena itu, memperhatikan
prinsip-prinsip statistik dan metode ilmiah yang tepat sangat penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan dan
berguna.
C) Epistemologi Islam memainkan peran sentral dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan masyarakat Islam. Penekanan Islam pada pengetahuan sebagai bentuk
ibadah mendorong umatnya untuk aktif dalam pencarian ilmu dan penelitian, melihatnya
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Integrasi ilmu pengetahuan dengan
agama adalah aspek penting, memastikan bahwa perkembangan teknologi mencerminkan
nilai-nilai Islam, termasuk etika, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial. Selain itu,
epistemologi Islam mendorong pendekatan kritis dan analitis terhadap ilmu pengetahuan,
memungkinkan umat Islam untuk mengevaluasi informasi dengan bijak dan menemukan
solusi atas tantangan-tantangan kompleks dalam masyarakat modern. Dengan memahami
prinsip-prinsip epistemologi Islam, umat Islam diberdayakan untuk menciptakan
masyarakat yang inovatif, adil, dan berkelanjutan dengan menggabungkan nilai-nilai
agama dengan kemajuan ilmiah dan teknologi.