Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IMTAQ & IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAJAR: SAHABUDDIN, S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH:

1. ARYA TRI GANTENG (44223008)

2. HAIKAL SHOLEH (44223023)

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu system


pendidikan yang komprehensif. Karena perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki
adanya pembinaan siswa /santri yang dilaksanakan secara seimbagan antara nilai dan sikap ,
pengatahuan, kecerdasan , keterampilan , kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan
ekologi lingkungan. Dengan kata lain seimbang antara IPTEK (Ilmu pengetahuan dan
teknologi ) dan IMTAQ (Iman dan Takwa) yakni meliputi IQ (intelectual Quotient), EQ
(Emotional Quotient), dan SQ (Social Quotient).

Dalam konteks Indonesia, realitas imtak direpresentasikan antara lain oleh kehadiran
lembaga keagamaan dengan segala dimensinya, sementara realitas ipteks direpresentasikan
oleh ke sejak zaman neolithikum, masyarakat indonesia telah mengenal pengetahuan yang
cukup tinggi. Dimana masyarakat telah mampu memanfaatkan angin musim sebagai tenaga
penggerak dalam aktifitas pelayaran dan perdagangan. juga mengenal astronomi atau ilmu
perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau petunjuk waktu dalam bidang
pertanian.Selain berkembangnya ilmu pengetahuan, masyarakat prasejarah juga mengenal
teknologi di bidang pengecoran logam. sehingga mulai saat itu, masyarakat telah dapat
menghasilkan alat alat dari logam yang sangat banyak membantu serta mempermudah segala
aktifitas manusia saat itu.

Majuan dan perkembangan teknologi yang oleh masyarakat diadaptasi dengan cepat.
Relasi antara kedua wilayah itu, dalam sejarahnya, tidak selalu berlangsung mulus. Mengikuti
pemetaan Borbour (2000), kedua wilayah itu berelasi dengan 4 pola, yakni: konflik (conflict),
perpisahan (independence), dialog (dialogue), dan integrasi (integration). Ketidakmulusan
dalam pola relasi antara kedua wilayah itu ternyata bukan hanya berdampak pada kedua
wilayah itu sendiri, tetapi juga mengena pada wilayah lain, bahkan wilayah-wilayah yang
memiliki peran dan fungsi strategis seperti pendidikan. Akibat lanjutannya adalah imtak dan
iptek laksana dua saudara yang tidak saling kenal dalam rumah pendidikan. Proses
penanaman nilai-nilai keimanan/ketakwaan sering mengabaikan realitas ilmu
pengetahuan/teknologi dan proses pengembangan teknologi juga memandang sebelah mata
realitas keimanan/ketakwaan. Situasi menjadi semakin runcing manakala teknologi semakin
hari semakin menunjukkan supremasinya dan berlari jauh meninggalkan
keimanan/ketakwaan, meskipun keduanya senantiasa diharapkan dapat beriringan mengawal
kehidupan. Pemetaan Barbour tentang dialog dan integrasi menjadi kabur dan tidak secara
jelas diartikulasikan.

Dengan dasar itu, media yang menjadi titik jumpa antara imtak dan iptek sangat
dibutuhkan. Rasionalitas adalah jawabannya. Dengan media rasionalitas dan implikasinya,
masing-masing pihak akan berdiri di atas lantai kesetaraan untuk sama-sama mencairkan
kebekuan dengan terang akal budi. Dengan rasionalitas, artikulasi imtak dan iptek dalam
dunia pendidikan menjadi jelas bunyinya.

I.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.I Apa yang dimaksud IMTAQ DAN IPTEK itu.?

i.2.2 Apa keutamaan IMTAQ DAN IPTEK itu.?

I.2.3 Apa peranan IMTAQ DAN IPTEK bagi masyarakat madani.?

I.3 TUJUAN PENULISAN.

Makalah ini di harapkan kita sebagai masyarakat madani mampu menguasai imtaq dan
iptek secara seimbang, bukan hanya iptek saja tapi kita juga perlu beiman kepada allah SWT
yang telah menciptakan alam ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IPTEK DAN IMTAQ

2.1.1 PENGERTIAN IPTEK

Iptek, atau yang kita sebut sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu jalan
dimana yang fungsinya sendiri untuk membantu segala jenis kebutuhan manusia, agar sesuatu
dapat dilakukan dengan mudah dengan sarana pemikiran manusia dan penciptaan alat-alat
yang dapat mendukung kegiatan praktis.Iptek dalam kehidupan manusia selalu berkembang
dari waktu ke waktu. Dari tingkatan Teknologi yang minim dan tradisional dari bahkan cuma
kapak batu hingga teknologi yang semakin komplek yang terus berkembang sampai saat ini.

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama
Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang
berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.

Karena alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan–, dan ayat-ayat suci
Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw — yang dipelajari melalui agama– , adalah
sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin
satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu
Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

Prinsip dasar yang ada dalam imtaq yaitu unsur-unsur dasar yang dapat digunakan
sebagai pedoman penyusunan target sasaran hasil bentukan perilaku yang dimiliki oleh dunia
pendidikan. Unsur-unsur dasar tersebut menurut Durkheim terdiri dari: disiplin, kebutuhan
untuk mampu mengontrol, mengendalikan, mengekang diri terhadap keinginan-keinginan
yang melampaui batas, keterikatan dengan kelompok masyarakat yang ada dalam suatu
komunitas kehidupan, dan otonomi dalam makna menyangkut keputusan pribadi dengan
mengetahui dan memahami sepenuhnya konsekuensi-konsekuensi dari tindakan atau perilaku
yang diperbuat.

2.1.2 IMTAQ

Imtaq merupakan wahana yang akan mengarahkan dunia pendidikan menuju target yang
dituju, yakni menciptakan generasi beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan beriman
kepada Allah SWT. Imtaq (SQ) akan menjadi peneguh karakter penerus bangsa guna menjaga
nilai moral bangsa di tengah era globalisasi.Agama Islam yang mengajarkan umatnya untuk
berdisiplin, merupakan salah satu unsur imtaq yang tercantum di dalamnya. Pengertisn
berdisiplin itu sendiri merupakan disiplin jasmani maupun rohani. Dengan keseimbangan
disiplin anatara keduanya akan mampu menumbuhkan penerus bangsa yang berdisiplin dalam
setiap sektor dalam hidupnya.Disiplin yang tinggi dan seimbang dapat menjadikan siswa
mampu mengontrol segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Kemampuan tersebut akan
membawa siswa menuju ke kepribadian yang bijaksana. Kebijaksanaan itulah yang akan
membuat siswa mampu mengendalikan diri dan lingkungannya, sebagai life skill yang kelak
akan berguna saat dia harus terjun ke masyrakat.

Hal-hal tersebut akan menuntun siswa ke arah kemandirian yang betaqwa kepada
Allah SWT. Siswa dapat mengekang diri terhadap keinginan-keinginan yang melampaui
batas, hal inilah yang menjadikan keterpurukan dunia pendidikan kita, yang merupakan
negara Pancasila yang beragama dengan mayoritas beragama Islam. Selain itu, siswa juga
mampu berketerikatan dengan kelompok masyarakat yang ada dalam suatu komunitas
kehidupan, dan otonomi dalam makna menyangkut keputusan pribadi dengan mengetahui dan
memahami sepenuhnya konsekuensi-konsekuensi dari tindakan atau perilaku yang diperbuat.

2.2 KEUTAMAAN IPTEK DAN IMTAQ

2.2.1 KEUTAMAAN IPTEK


Keutamaan IPTEK tercantum dalam Al-Quran surah Al ‘Alaq 1-5 :

Surat Al ‘Alaq adalah surat Makkiyah (Surat yang diturunkan dimekkah) Jumlahnya
19 ayat. Dalam surat inilah ayat yang pertama diwahyukan Allah SWT melalui malaikat Jibril
as kepada Nabi Muhammad SAW.

Hubungan surat Al-‘Alaq dengan surat sebelumnya adalah dalam ayat sebelumnya
dijelaskan tentang penciptaan Manusia Secara sempurna yang berbunyi ‫َلَقْد َخ َلْقَنا اإلْنَس اَن ِفي َأْح َس ِن‬
‫ َتْقِويٍم‬dan dalam surat ini ada juga ayat tentang ciptaan manusia juga yang berbunyi ‫َخ َلَق اإلْنَس اَن‬
‫ ِم ْن َع َلٍق‬sampai diakhir surat ini dijelaskan tentang sesuatu yang akan terjadi diakhirat nanti.

1. ‫اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق‬

2. ‫َخ َلَق اإلْنَس اَن ِم ْن َع َلٍق‬

3. ‫اْقَر ْأ َو َر ُّبَك األْك َر ُم‬

4. ‫اَّلِذ ي َع َّلَم ِباْلَقَلِم‬

5. ‫َع َّلَم اإلْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْم‬

Lima ayat ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama diturunkan Allah SWT,
dikatakan oleh para Mufassir bahwa Malaikat Jibril AS Turun dengan ayat ini kepada nabi
Muhammad SAW, ketika beliau berada didalam Gua Hira, malaikat Jibril AS Mengajarkan
lima ayat diatas. Menurut satu cerita ayat yang pertama diturunkan adalah ayat ‫َيا َأُّيَها اْلُم َّد ِّثُر‬
seperti yang dikatakan oleh Jabir bin Abdullah , sedangkan Abu Maisarah Al-hamdani
mengatakan surat Al-fatihah merupakan ayat pertama yang ditunkan, kemudian ‘Ali bin Abi
Thalib R.a mengatakan ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan adalah ‫ُقْل َتَع اَلْو ا َأْتُل َم ا َح َّر َم َر ُّبُك ْم‬
‫ ”َع َلْيُك ْم‬.

Dari beberapa pendapat diatas, yang Shahih adalah pendapat yang pertama yang
didukung dengan ungkapan Siti ‘Aisyah yang diriwayat oleh Imam Bukhari dan Muslim
bahwa Malaikat Jibril AS. Datang kepada Nabi Muhammad SAW, dengan menyampaikan
lima ayat diatas. Yaitu ketika Nabi Muhammad berada didalam Gua hira’ berkhalwat karena
mendapatkan mimpi yang seperti keajaiban diwaktu subuh kebenarannya kemudian beliau
memili menyepi diGua hira’ beberapa hari sampai datangnya kebenaran yang sesungguhnya
yaitu datangnya Wahyu, bahwa malaikat Jibril AS datang kepada beliau dan berkata: ‫اْقَر ْأ‬
bacalah. Beliau menjawab: apa yang harus saya baca, Malaikat Jibril AS mengulanginya
Sampai tiga kali seraya merankulnya, dengan membaca lima ayat diatas . Aisyah juga berkata
bahwa ayat setelah aayat diatas adalah surah “Nun” kemudian Surah Al-Mudatssir kemudian
Ad-Duhaa.

Dan disebutkan oleh Al-Mawardii dari Az-Zuhri lima ayat diataslah yang
disampaikan oleh malaikat Jibril AS dan mengakan “Engkan adalah Nabi” kemudian Nabi
Muhammad SAW Pulang ke Siti Khadijah dan berkata “Zammiluunii 2X, riwayat lain
“Datstsiruuni” yang artinya Selimutilah badanku maka Siti Khadijah menyelimuti sampai
kondisi Nabi pulih kembali, kemudian Nabi Muhammad SAW menceritakan apa yang terjadi
kepadanya, sesungguhnya saya sangat khawatir kepada diriku, Khadijah berkata bukankah itu
adalah sesuatu kegembiraan, maka demi Allah janganlah bersedih. Kemudia muka khadijah
berseri-seri sehingga datanglah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul-‘uzzi (Sepupu
Khadijah) dan mengatakan bahwa kejadian itu sudah tertulis dalam kitab Injil dengan bahasa
Ibrani.

Berdasarkan keterangan diatas kita tahu bahwa lima ayat inilah, ayat yang pertama
diturunkan dari Allah SWT Sehingga dinamakan Al-Qur’an Al-Karim, dan rahmat pertama
dari ibadah Nabi. Kemudian ayat selanjutnya diturunkan setelah kabar status Nabi menjadi
Rasulullah terkenal dan diikuti dengan berimannya sebagian Qaum Quraisy kepada Nabi
Muhammad SAW.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,’Berilah kelapangan


di dalam majelis-majelis, ‘ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan Memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan
Mengangkan derajat orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”

Az Zumar: 9
8. Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-
Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah)
untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi
Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah
dengan kekafiranmu itu sementara waktu; Sesungguhnya kamu termasuk penghuni
neraka".

9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada
waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut akan adzab akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?’ Sebenarnya hanya orang-orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran.”

· Al Baqarah: 269

269. Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran


dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan
Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah).

Mengapa kita harus menguasai IPTEK? Terdapat tiga alasan pokok, yakni:
1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat.
Ini fakta, tdk bisa dipungkiri.

2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-


negaraIni fakta yang tak dapat dipungkiri.

3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-
nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri,
ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara
perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia
adalah 500 juta; sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah
satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus
bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus
ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara
Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus
meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade
Center pada tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang,
terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga
Amerika) kepada Islam.

Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang
dikatakan Al Quran, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan
bagaimana kaum Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini
secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada
Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001
bahwa “serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia”, dalam beberapa hal, telah mulai
nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami
dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan.

Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita
mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-
surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan
sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat
penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di
belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa.
Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan,
sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar “kedudukan kaum
Muslim di Eropa”.

Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering
menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan
yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak
dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi dipastikan memberi
pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti
mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama
yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan
judul “Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa” membahas laporan yang
dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa
jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah,
terutama pasca peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang
memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hinga 40 ribu.

Mengapa kita harus menguasai IPTEK? Ada tiga alasan mengapa kita harus menguasai
IPTEK, yaitu:

· Ilmu yang tadinya milik Islam diboyong oleh negara-negara Barat (atau dengan kata
lain dicuri). Negara-negara Barat ingin Islam jatuh dalam keterpurukan. Mencegah
penjajahan kaum lain. Masih ingat bagaimana Indonesia dijajah oleh Belandaberpuluh-puluh
tahun silam? Ya, hal itu disebabkan diantaranya karena rakyat Indonesia saatitu masih bodoh,
sehingga mudah ditipu dan diadu-domba, sehingga mudah pulalah kita dijajah.

· Terdapat upaya-upaya melemahkan umat Islam dari pemikiran kemajuan IPTEK.


Para petinggi gereja di Vatikan, Roma mengadakan konferensi yang dihadiri oleh
petinggi-petinggi gereja dari berbagai belahan dunia. Mereka berdiskusi tentang pesatnya
perkembangan Islam di Eropa. Mereka mengatakan stu-satunya jalan agar Islam tidak
berkembang lagi adalah dengan TIDAK lagi mentolelir Islam di Eropa. Nah, oleh karena
inilah kemajuan IPTEK sangat berdampak bagi kehidupan umat Islam. Agar tidak kalah
dengan bangsa lain, sudah semestinya kita bersatu menguasai IPTEK itu.

Dampak IPTEK bagi Islam tentu ada dua jenis. Pertama, dampak positif. Seperti apa?
Coba kita lihat berbagai media yang menyajikan program-program seperti SMS Hadits,

Jika terdapat dampak positif, tentu kita pun akan membicarakan tentang kebalikannya.
Dampak negatif teknologi sangatlah banyak jika dibadingkan dengan dampak positifnya.
Mengapa? Karena zaman ini teknoloogi telah banyak dikuasai bangsa barat. Coba tengok ke
Internet. Dimana-mana pastilah banyak posting-posting yang bertentangan dengan Islam.
Bahkan, seolah mengajak kita meninggalkan Islam. Lihat ke TV, benda yang paling sering
kita gunakan. Acara-acara yang notabene seru ditayangkan di saat-saat kita harus beribadah,
bukan?Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi ahlak kita untuk meninggalkanshalat.

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ingin dunia hendaklah ia berilmu,


barangsiapa ingin akhirat hendaklah ia berilmu, dan barangsiapa ingin keduanya hendaklah ia
berilmu.” (HR Ahmad).

2.2.2 KEUTAMAAN IMTAQ

IPTEK harus berimbang dengan IMTAQ. Jika kita bertanya, mana yang harus dimiliki
terlebih dulu? Apa jawaban anda? Menurut saya, tentu saja IPTEK. Mengapa? Anda jangan
berpikir bahwa yang namanya IPTEK itu hanya sebatas teknologi. Bukankah cara membaca
Al Quran, cara Shalat, cara berwudlu, dan lain-lain itu juga merupakan IPTEK? Bagaimana
kita bisa ibadah jika ilmu untuk beribadah itu pun kita tak punya?Namun, tetap saja , setelah
kita mendapatkan IPTEK segeralah imbangi diri anda dengan IMTAQ.

2.3 PERANAN IMTAQ DAN IPTEK


2.3.1 PERANAN IMTAQ BAGI MASYARAKAT MADANI

Dimana peran Imtaq dalam pembangunan peradaban Indonesia Madani? Maka


jawabnya sangat jelas pada “jantung” peradaban itu sendiri. Alasannya sederhana, karena
Indonesia Madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada
nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh keimanan; menghormati pluralitas;
bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong royong menjaga kedaulatan negara. Kalau
kita karakterisasi lebih lanjut, maka pertama, unsur manusia menjadi obyek dan subyek.
Kedua, ruh dari peradaban madani adalah relijiusitas-keimanan. Ketiga, tujuannya adalah
kesejahteraan, keadilan, martabat dll. adalah nilai-nilai luhur yang merupakan diferensiasi dari
nilai keimanan. Dengan demikian domain peradaban madani ekuivalen dengan domain Imtaq
sendiri, karenanya peran Imtaq menjadi urgen, strategis dan dominan dalam pembangunan
peradaban Indonesia Madani.

Pertama, karena membangun peradaban madani ini bertumpu pada manusia sebagai
obyek sekaligus subyek (aktor), maka pembangunan manusia ini perlu dijalankan secara
terpadu antara sisi brain (aqliyah), mind (qolbiyah), dan body (jasadiyah). Pada titik inilah
pentingan Imtaq-spiritualitas-relijiusitas. Membangun kecerdasan manusia Indonesia,
kesalehan sosial, dan kemajuan budaya menuju peradaban madani atau dalam bahasa yang
lebih operasional, menghapus kebodohan, kekerasan sosial, dan keterbelakangan budaya”,
sebab kita memandang kebodohan (rendahnya kualitas pendidikan), kekerasan (hilangnya
kesantunan dan kedamaian dalam menyelesaikan segala bentuk konflik), serta
keterbelakangan (kemandegan dan kejumudan) sebagai musuh sosial bangsa memerlukan
kecerdasan bukan hanya dari sisi intelektual/rasional (IQ), namun juga mencakup sisi
emosional (EQ) dan spiritual (SQ), agar sempurnalah sosok manusia Indonesia yang kita
citakan (insan kamil). Sisi emosional dan spiritual perlu mendapat perhatian yang memadai
dalam proses pembangunan manusia Indonesia ke depan. Manusia yang cerdas paripurna itu
akan lebih mampu menanggung beban dan menghadapi segenap cobaan hidup (adeversity
quotient/AQ) dalam menggerakkan roda dan sebagai subyek pembangunan bangsa.

Manusia yang seimbang antara sisi intelektual, emosional dan spiritual itu sangat
menyadari posisi dirinya dan tujuan yang akan dicapainya. Mereka tidak akan mudah
mengalami krisis identitas sebagaimana terlihat pada sebagian warga di sekelilingnya,
sehingga mereka dapat berperan sebagai unsur pengubah lingkungan dan pengarah
masyarakat untuk menuju masyarakat madani. Mereka juga menyadari betul agenda reformasi
yang harus diperjuangkan, dan sejalan dengan cita-cita kemerdekaan yang telah
diproklamsikan sejak lama. Mereka tak mudah goyah dan larut dalam perubahan zaman,
bahkan menjadi pilar penjaga nilai-nilai perjuangan dan membuat arus baru yang akan
menyelamatkan masyarakat dari kebobrokan dan kehancuran sosial.

Kedua, ruh dari peradaban madani adalah keimanan. Manusia yang cerdas tidak
hanya memikirkan kepentingan dan keselamatan dirinya sendiri, tetapi memikirkan
kepentingan dan keselamatan masyarakat umum. Mereka melawan egoisme dan
individualisme, lalu bersungguh-sungguh menumbuhkan semangat kolektif dan solidaritas
sosial tanpa pamrih. Bagi insan kamil sebagai subyek masyarakat madani, kesalehan bukan
hanya semata bermakna ketaatan menjalankan ritual agama dan ketentuan hukum, melainkan
juga mengobarkan spirit agama yang membebaskan dan substansi hukum yang menjunjung
keadilan dan kebenaran. Kesalehan (ascetism) berpangkal dari iman (faith) dan taqwa (pious),
yang akhirnya melahirkan tindakan nyata yang bermanfaat bagi orang banyak. Karenanya
menjadi jelas bila Imtaq-spiritualitas-relijiusitas menjadi strategis dalam pembangunan
peradaban Indonesia madani.

Faktor pembangunan masyarakat madani ialah mereka yang paling besar


kontribusinya kepada masyarakat dan mengimplementasikan ketaatannya kepada Sang Khalik
dengan berbuat kebajikan serta melayani semua makhluk. Kesalehan pribadi yang
berakumulasi menjadi kesalehan publik akan membentuk lingkungan yang positif untuk
berkembangnya seluruh potensi kemanusiaan (humanity) dan kewargaan (citizenry), melalui
cermin peningkatan etos kerja, sikap terbuka akan kreasi dan inovasi baru, serta menguatnya
solidaritas sosial.

Ketiga, tujuan akhir dari peradaban Indonesia madani adalah kesejahteraan, keadilan,
martabat dll. yang merupakan nilai-nilai luhur diferensiasi dari nilai keimanan. Manusia
madani berperan untuk menanggulangi krisis identitas dan modalitas bangsa; mengubah
kondisi keterbelakangan menjadi kemajuan budaya. Kemajuan personal tidak hanya bersifat
fisik, namun mengembangkan nilai-nilai universal kemanusiaan, sehingga tiap warga
menyadari fungsi dan peran hidupnya sebagai seorang hamba, pemimpin, dan pembangun
peradaban baru berbasis nilai-nilai keimanan. Kemajuan kolektif juga tak hanya bersifat fisik
dan material, melainkan tumbuh suburnya nilai dan pranata keimanan, serta semakin
menipisnya nilai dan pranata keburukan dan kemungkaran. Kemajuan budaya bagi suatu
bangsa berarti bangsa ini menyadari kembali jati dirinya yang telah lama tererosi.

Jati diri itu antara lain sebagai bangsa pejuang yang membenci segala bentuk
penindasan, bangsa yang mandiri dan menolak segala format ketergantungan, serta bangsa
yang terbuka terhadap perubahan dan menolak eksklusifisme atau fanatisme sempit. Bangsa
yang maju tak selalu berarti meninggalkan nilai-nilai relijius, tradisional dan lokal, sepanjang
itu masih mencerminkan substansi kebaikan dan kebenaran universal. Namun, bangsa yang
mau adalah bangsa, yang mampu memadukan nilai-nilai modern yang lebih baik dengan
warisan tradisional yang sesuai tuntutan zaman, yang berbasis keimanan.

Dengan demikian peran Imtaq menjadi urgen, strategis dan dominan dalam seluruh
bangunan peradaban Indonesia Madani. Imtaq menjadi ruh dan spirit peradaban Indonesia
madani, yang menyiadakan basis epos, etos dan elan vital dinamika transformasi bangsa
menuju keunggulan.

2.3.2 PERANAN IPTEK BAGI MASYARAKAT MADANI

Sekarang, dimana peran Iptek dalam pembangunan peradaban Indonesia Madani? Perlukah
sebuah rekonstruksi Iptek seperti di masa keemasan Islam? Mungkin sulit kita mengulang
prestasi itu. George Sarton dalam Introduction: History of Science mewakili setiap setengah
abad dengan satu tokoh ilmuwan. Setelah abad Yunani dan China, maka berturut-turut sejak
tahun 750-1100 M disebut oleh Sarton sebagai abad Jabir al Hayyan, Al Khawarizmi, Al
Razi, Masudi, Ibnu Wafa, Ibnu Sina, Al Biruni, Ibnu al Haytsam, dan Umar Khayam. Baru
sejak tahun 1100 M muncul nama-nama Eropa seperti Roger Bacon dan Gerard de Cremona.
Sampai 250 tahun setelah itu, pemikiran sains masih didominasi oleh tokoh-tokoh Muslim
seperti Ibnu Rusyd, Nasiruddin Al Tusi, dan Ibnu Navis.

Menurut Abdus Salam untuk maju di bidang Iptek, maka diperlukan komitmen, kemandirian,
orgaware yang kuat, dan manajemen yang tangguh. Ketika Al Ma’mun (785-833M)
berkuasa, komitmen itu terlihat, karenanya harus diakui gerakan keilmuan Islam
menampakkan fajarnya. Al Kindi adalah tokoh rasional masa itu yang mengembangkan
filsafat (falasifah) dan salah satu tokoh gerakan penerjemahan sistematik. Al Ma’mun
mensponsori gerakan intelektual ini dan menghimpun para ilmuwan di istananya serta
membangun perpustakaan besar Bayt Al Hikmah. Dan merupakan tokoh yang paling
berpengaruh bagi kemajuan ilmu pengetahuan umat di Abad Pertengahan. Minat Al Ma’mun
terhadap Astronomi, matematika dan kedokteran dapat dengan mudah difahami, karena
disiplin-disiplin ilmu ini menyatu dalam kehidupan harian umat. Ia pun menerjemahkan
banyak karya filsafat Plotinus dan mazhab Alexandria lainnya. Pengembangan Iptek Islam
terus berlanjut. Bahkan pada masa kesultanan Buwaih—tiga abad setelah Al Ma’mun—ilmu
pengetahuan umat mencapai puncaknya. Filosof dan ilmuwan Islam besar eksis pada masa ini
seperti Ibnu Sina, Al Farabi, Al Biruni dlsb.

Namun, kondisi umat kini sudah berubah. Abdus Salam, peraih Nobel Bidang Fisika tahun
1979 bersama-sama Sheldon L. Glashow dan Steven Weinberg mengembangkan risetnya di
Cambridge University, London University dan ICTP (International Center for Theorytical
Physics) di Itali bukan di Pakistan. Al Azhar yang berumur ratusan tahun masih harus kita
tunggu prestasi keilmuan kauniyahnya.

Karenanya secara normatif dan bahkan terbukti oleh sejarah, bahwa pembangunan
peradaban material sangat bertumpu pada pembangunan Iptek. Iptek adalah engine for
tommorow. Agar pembangunan Iptek memiliki dampak nyata bagi pembangunan peradaban,
maka ia harus bersinergi dan terintegrasi serta membentuk Sistem Inovasi Nasional. Paling
tidak ada 3 alasan yang menghajatkan orientasi pembangunan Iptek menuju Sistem Inovasi
Nasional.

Pertama Iptek adalah hasil olah akal-budi yang mengelola ide menjadi penemuan
(invention). Penemuan ini akan menemui maknanya yang utuh dalam praksis (praxis) ketika
menghasilkan nilai tambah (value added) secara ekonomi-sosial-hankam. Proses value
creation inilah yang kita sebut sebagai inovasi (innovation). Dengan demikian, Iptek akan
bermanfaat dalam praksis kehidupan ketika ia telah tumbuh menjadi inovasi.

Kedua, Iptek adalah hasil olah akal-budi yang mengelola ide melalui suatu proses
pembelajaran (learning) yang terus-menerus melintasi ruang-waktu generasi. Ide dapat
merambat (menginspirasi), berkembang, dan saling menguatkan. Karenanya iklim yang
kondusif bagi penumbuhsuburan ide adalah ruang yang memungkinkan bagi interaksi, sinergi,
share dari ide-ide. Jaringan (network) yang membentuk sistem untuk mengelola ide menjadi
inovasi adalah sebuah keniscayaan. Dengan demikian, pembangunan inovasi menuntut
pendekatan sistem.
Selain itu, Iptek bukanlah sebuah sektor, seperti pertanian atau industri, tetapi serupa
dengan Lingkungan Hidup, Iptek adalah bidang pembangunan yang melekat pada setiap
sektor, merupakan factor sukses dari sektor-sektor tersebut. Pembangunan Iptek secara
sendirian dan mandiri akan menjadi "menara gading" dan sebuah enclave. Namun tanpa
Iptek, sektor-sektor lain tidak akan mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing
mereka. Secara lugas kita dapat menempatkan Iptek sebagai engine of growth dan power for
competitiveness. Karenanya pembangunan Iptek dan penguatan Sistem Inovasi Nasional
menuntut koordinasi dan sinergi.

Ketiga, Reformasi adalah proses yang mengokohkan demokratisasi yang berujung


pada peningkatan kesadaran publik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran ini
menghasilkan peningkatan aspirasi dan kontribusi (peran) masyarakat dalam pembangunan
nasional. Karenanya pendekatan para pihak (multi stake holders) dalam mengelola
pembangunan menjadi prasyarat yang makin menonjol. Dengan demikian pembangunan
Iptek akan lebih diorientasikan untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat (demand driven
oriented), ketimbang mengembangkan pendekatan yang berat ke arah supply push technology
(market pull).

Keempat, perkembangan global yang makin cepat, kesadaran publik yang makin
tinggi, serta diferensiasi tugas komponen negara yang semakin tajam menuntut redefinisi
peran Negara. Semakin maju suatu bangsa, maka peran Negara harus semakin efisien pada
wilayah-wilayah strategis saja.

Dengan demikian, negara akan lebih diposisikan menjadi stabilisator, fasilitator dan
dinamisator. Pelaku utama perubahan (transformasi) adalah masyarakat. Karenanya diffusion
oriented yang menyebarkan hasil-hasil riset dan teknologi ke dalam masyarakat, sehingga
dapat langsung dimanfaatkan untuk kepentingan daya saing industri, layanan masyarakat atau
national security menjadi lebih mendapat prioritas.

Dengan demikian, kunci sukses untuk mengintegrasikan Iptek dengan peradaban


masyarakat madani adalah inovasi. Kita memerlukan inovasi untuk memerangi kebodohan,
kemiskinan, dan untuk memacu pertumbuhan menjadi bangsa yang terhormat, maju dan
kompetitif. Sistem inovasi nasional mesti dibangun dan menjadi bagian integral dari
peradaban kita. Artinya kita akan membangun bangsa inovasi (innovation nation) sebagai
pilar kokoh bagi peradaban Indonesia madani.Terkait dengan kinerja Sistem Inovasi Nasional
kita, saya ingin mengungkap data dari Global Competitiveness Index (WCI), World
Economic Forum (WEF). Pada tahun 2010, peringkat daya saing Indonesia meningkat dari
urutan ke-54 menjadi peringkat ke-44. Dari 12 pilar yang ada dalam Global Competitiveness
Index, untuk pilar Kesiapan Teknologi (technological readiness) kita menempati peringkat ke-
91, berada di bawah negara-negara ASEAN, kecuali terhadap Filipina.

Technological readiness adalah indikator yang mencerminkan sejauh mana industri


maupun masyarkat kita, secara umum, mempunyai kesiapan untuk menyerap teknologi dalam
rangka meningkatkan produktifitas industri dan kemampuan ekonomi mereka. Rendahnya
aspek ini menunjukkan bahwa industri dan masyarakat kita secara umum belum banyak
memanfaat teknologi, baik teknologi yang dikembangkan di dalam negeri, maupun teknologi
yang didatangkan dari luar negeri. Sedang untuk pilar Inovasi, Indonesia menempati peringkat
ke-36, berada di atas negara-negara ASEAN, kecuali Singapura dan Malaysia. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak bangsa dalam pengembangan inovasi
sesungguhnya tidak perlu diragukan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Iptek, atau yang kita sebut sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu jalan
dimana yang fungsinya sendiri untuk membantu segala jenis kebutuhan manusia, agar sesuatu
dapat dilakukan dengan mudah dengan sarana pemikiran manusia dan penciptaan alat-alat
yang dapat mendukung kegiatan praktis.Iptek dalam kehidupan manusia selalu berkembang
dari waktu ke waktu.

Imtaq merupakan wahana yang akan mengarahkan dunia pendidikan menuju target
yang dituju, yakni menciptakan generasi beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan
beriman kepada Allah SWT.

Pembinaan imtaq merupakan suatu inovasi pendidikan keagamaan yang diintegrasikan


kedalam mata pelajaran non-PAI. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
konsep pembinaan imtaq dalam pendidikan keagamaan. Dalam pelaksanaannya pendidikan
dan keagamaan tampil dalam beberapa bentuk yang saling berkaitan dan saling melengkapi.
Peranan iptek dan imtaq itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan terutama kepada kita
sebagai masyarakat madani.
Mengapa kita harus menguasai IPTEK? Terdapat tiga alasan pokok, yakni:

1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini
fakta, tdk bisa dipungkiri.

2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-


negaraIni fakta yang tak dapat dipungkiri.

Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan


IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk
sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

Membangun peradaban Indonesia Madani memerlukan dukungan Imtaq dan Iptek.


Karena sudah sangat jelas pilar utama masyarakat madani adalah SDM-manusia. Manusia
yang terdiri dari darah dan daging, dapat tegak berdiri hanya dan hanya jika “ruh” ada di
dalamnya. Kekuatan ruh menjelma dalam akal (rasio) dan hati (mind). Itulah mengapa
Imtaq dan Iptek menjadi kepakan dua sayap, yang harus mengembang secara harmonis, sebab
yang kita ingin bangun adalah peradaban yang digusung oleh manusia yang memiliki
Integritas (Ilahiyah-Insaniyah-Wathoniyah), Akseptabilitas – dan Profesionalitas ” manusia
yang punya kredibilitas (intelek sekaligus relijius).

Pembangunan peradaban madani bukan hanya memerlukan kecerdasan akali tetapi


juga qolbi—bukan hanya rasional-intelektual, tetapi juga sarat aturan moral-spiritual. Inilah
pembangunan yang bukan hanya menuai keberkahan “bumi”, tetapi juga restu dari
langit,amin ya allah ya rabbal alamin.

Anda mungkin juga menyukai