Disusun Oleh:
Syarifah Nahdla Aini (R021221020)
Nurazizah Supardi (R021221044)
Silmia Widasti (R021221029)
St. Nur Aisyah (R021221008)
Nur Azizah Uswatul Hasanah B. (R021221052)
Akhmad Zaini Mubaraq (R021221027)
Resqy Syakina (R021221042)
Priesha Aprilia (R021221059)
PRODI FISIOTERAPI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT dan segal puji syukur hanya bagi Ny
Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia – Nya dalam
penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam ini. Maksud penyusunan makalah
ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam. Makalah ini
juga menguraikan beberapa materi mengenai IPTEKS Dalam Perspektif Islam dan
juga untuk mempermudah pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiwa
Universitas Hasanuddin.
Tentunya ada hal – hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa dari
hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama, bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
bagi para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. i
Kata Pengatar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian IPTEKS dan Sumbernya .......................................................... 2
B. Integritas Iman, Ilmu, dan Amal ................................................................ 3
C. Tanggung Jawab Ilmuan ........................................................................... 6
D. Penemuan Ilmuan Islam ............................................................................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................... 13
Daftar pustaka
iii
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan IPTEKS dan sumbernya?
2. Bagaimana integritas iman, ilmu dan amal?
3. Bagaimana tanggung jawab ilmuwan dalam islam?
4. Apa saja penemuan yang ditemukan oleh ilmuwan islam?
Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
wahyu bersifat perennial/abadi, mutlak, dan berfungsi sebagai pedoman
hidup manusia. Sedangkan ilmu yang berasal dari akal ataupun
pengalaman manusia itu bersifat aquired/perolehan, relatif, dan berfungsi
sebagai sarana dalam kehidupan manusia. Peran Islam dalam
perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan iptek (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-haram (hukum-
hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan
iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang
tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam
Seperti yang kita ketahui, teknologi kini telah merambah kehidupan
kebanyakan orang. Dimana berjuang merupakan jalan atau sarana untuk
mencapai kemakmuran dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan daya cipta dan akal budi, manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mengolah sumber daya alam yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana Upaya Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus didasarkan pada moralitas dan
kemanusiaan yang adil dan beradab, dan semua orang harus mengkritisi
ilmu pengetahuan dan teknologi secara setara. Di satu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik di bidang telekomunikasi, namun
pelaksanaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masih belum
merata.
3
Artinya:“Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum
engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.”
Sementara itu, iman juga disebutkan dalam surat Al-Anam ayat 75:
َي َو َك ٰذلِك
ْ ت َملَ ُك ْوتَ اِب ْٰر ِهي َْم نُ ِر
ِ ض السَّمٰ ٰو َ ْ ْال ُم ْوقِنِيْنَ ِمنَ َو ِليَ ُك ْونَ َو
ِ اْل ْر
Artinya:“Dan demikianlah, Kami memperlihatkan kepada Ibrahim
kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia
termasuk orang-orang yang yakin.”
Dari kedua surat dan ayat dalam Al-Quran tersebut, disebutkan kata
yaqin serta tashdiq yang berarti amalan hati. Iman dapat diartikan sebagai
ucapan hati yang berada di dalam hati dan terbentuk melalui keyakinan di
dalam hati.
Namun Iman pada tahap awal yang masih berupa pengetahuan atau
pengertian tentang Allah yang bersifat awam sehingga tidak selalu
menghasilkan ketentraman atau kedamaian jiwa. Karena itu iman perlu
ditingkatkan dan dikembangkan agar tidak sekedar percaya terhadap
keberadaan-Nya, tetapi juga mencakup pengetahuan yang benar serta sikap
seorang manusia terhadap pencipta-Nya. Sehingga disinilah peran ilmu
dalam terwujudnya keselarasan dalam IPTEKS.
2. Integritas ilmu
Sumber dari ilmu adalah hal-hal yang secara hakiki diyakini sebagai
sumber ilmu pengetahuan tersebut. Ilmu pengetahuan dapat di golongkan
menjadi dua macam, yaitu (acquired knowledge) atau ilmu yang diperoleh
manusia dan (revealed knowledge) atau ilmu wahyu atau ilmu naqli.
a. Ilmu yang diperoleh oleh manusia (acquired knowledge), yaitu melalui
akal dan pengalaman inderawi. Ilmu yang bersumber pada akal atau
yang diperoleh melalui akal disebut juga conceptual knowledge. Ilmu
yang bersumber pada indera manusia disebut perceptual knowledge.
Kedua macam ilmu yang diperoleh itu disebut juga dengan ilmu aqli.
4
b. Ilmu wahyu (revealed knowledge) atau ilmu naqli yaitu ilmu yang
bersumber dari Allah swt seperti ilmu ketauhidan, keberhasilan, dan
kewahyuan, ilmu fikih, ilmu ushuhuluddin, dan sebagainya. Kalau
ilmu-ilmu aqli bertujuan untuk membantu manusia menjalankan
peranannya sebagai khalifah, atau untuk kesejahteraan kan fardhu
kifayah bagi umat, maka ilmu-ilmu naqli bertujuan menyempurnakan
tugas manusia sebagai hamba. Allah, atau untuk menyempurna kan
fardhu'ain.
3. Integritas amal
Iptek yang dikembangkan dan mengikuti nilai nilai iman dan ilmu
akan menghasilkan amal saleh. Artinya suatu perbuatan baik jika tidak
dibangun diatas nilai iman dan ilmu yang benar maka perbuatan tersebut
tidak akan bernilai amal saleh.
Didalam Al Qur'an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan
ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut
menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau akidah,
syari'ah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam
bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikkan dengan akar
sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan
batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan
teknologi dan seni.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai
amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun diatas nilai iman
dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak
akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi
umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka
bagi kehidupan manusia.
5
C. Tanggung Jawab Ilmuan
Setiap makhluk yang Allah ciptakan di bumi ini pasti mempunyai tujuan
Begitupun manusia. Tugas atau fungsi manusia di dalam kehidupan ini adalah
menjalankan peranannya sebagai ciptaan Allah dengan sempurna dan
senantiasa menambah kesempurnaan itu sampai akhir hayat. Hal itu dilakukan
agar manusia benar-benar menjadi makhluk yang paling mulia dan bertakwa.
Dari antropologi Al-Quran, manusia dapat dilihat dari berbagai sisi. Pertama,
substansi material manusia dan yang kedua, fungsi manusia. Secara material
manusia disebut dengan istilah, basyar, insan (ins, unas,anasiy, insiy dan nas).
Sedangkan secara fungsional, Al-Qur’an menyebutkannya manusia memiliki
dua fungsi utama di dunia, yaitu sebagai abdun dan khalifah Allah di bumi.
Yang pertama sebagai abdun (hamba Allah) di muka bumi. Esensi abdun
adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan
Allah. Dalam kontek ‘abdun’, manusia menempati posisi sebagai ciptaan
Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat
dan patuh terhadap penciptanya.Keengganan manusia menghambakan diri
kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah
yang diberikan Sang Pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia
kepada sesama manusia termasuk pada dirinya. Manusia diciptakan Allah
dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan
kecenderungan kepada dan kecenderungan kepada perbuatan fasik.\Fungsi
yang kedua adalah sebagai khalifah (wakil Allah) di muka bumi.
Dalam posisi ini manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Dan manusia
diberikan kebebasan untuk ,mengeksploitasi, menggali sumber-sumber alam,
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan umat
manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Untuk menggali
potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memadai, hanya orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan
atau para ilmuwan yang dapat mengeksplorasi sumber alam, oleh karena itu
6
Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus
belajar agar tidak salah dan tersesat dengan memberikan bingkai sumber
pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya (Al-Qur’an dan as-Sunnah).
Tanpa menguasai IPTEKS, fungsi hidup manusia sebagai khalifah akan
menjadi kurang dan kehidupan manusia akan tetap terbelakang, oleh sebab itu
tanggung jawab kekhalifahan lebih besar pada para ilmuwan dibanding
manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya kedua fungsi
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh yang seharusnya diaktualisasikan
dalam kehidupan seorang manusia. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara
terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal (Insan Kamil).
Tanggung jawab manusia sebagai ilmuwan:
1. Ilmuwan harus berupaya menjadikan ilmunya bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya.
2. Ilmu menurut Al-Qur'an harus dikaitkan dengan bismi rabbika. Ini berarti
ilmu tidak dijadikan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kemaslahatan
umat manusia.
3. Orang besar adalah orang yang berilmu kemudian mengajarkan ilmunya.
Nabi memperingatkan kepada orang yang berilmu agar tidak
menyembunyikannya.
4. Pengembangan ilmu, sekurang-kurangnya berdimensi:
a. Religius/Etis: Tidak melanggar etika/kepatutan (umum dan etika
keilmuan).
b. Sosial: jujur, mengakui keterbatasannya, mengakui temuan orang lain,
menjalani prosedur ilmiah tertentu, mengkomunikasikan hal baru
dengan para sejawatnya atau kajian pustaka untuk konfirmasi,
menjelaskan hasil temuannya secara terbuka dan sebenarnya.
5. Seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk
menyalahgunakan ilmu. Ilmuwan memiliki tanggung jawab terhadap
profesinya untuk senantiasa profesional dan loyal terhadap asas-asas
profesi: jujur, objektif, kritis, dan rasional.
7
6. Ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat, untuk
senantiasa tertarik dengan permasalahan masyarakat dan membangun
masyarakat.
7. Sebagai waratsatul anbiya, para ulama-intelektual harus mewarisi misi
kenabian, yaitu menjaga agama dan mengatur dunia dengan:
a. Mengajak berlomba pada kebaikan, beramal ma'ruf nahi munkar
b. Memperbaiki, menjaga dan melestarikan kondisi sosial budaya
masyarakat agar tercipta kualitas hidup yang meningkat menuju negara
yang baldatun thayyibah wa rabbun ghafur.
8
sebagai seorang dokter, dosen, fisikawan, kimiawan, sekaligus seorang
filosof. Al-razi banyak menulis buku tentang materi, ruang, nutrisi, waktu,
gerak, optic, iklim, dan alkemi. Jasanya yang terbesar kepada manusia
ialah tulisantulisannya mengenai ilmu kedokteran tetapi dalam masalah
metafisika (ketuhanan) pendapatnya banyak yang membahayakan,
malahan menghapuskan sendi-sendi ke-imanan umat Islam. Sesungguhnya
pemikiran kefilsafatan Al-Razi keluar dan terhapus sendi-sendi keimanan
keislaman, namun ia bukan Atheis akan tetapi ia mengakui adanya Allah
Sang Pencipta bagi sekalian alam. Ia tergolong dalam filosof yang
rasionalis murni dalam kalangan filosof muslim, akan tetapi ia juga
seorang dokter yang paling orisional dan paling besar di antara dokter-
dokter muslim lainnya. Sehingga ia lebih dikenal sebagai dokter
dibandingkan filosof, dan disiplin ilmu lain yang ditekuninya meliputi:
Ilmu Falak, Matematika dan Kimia.
4. Al-farabi
Al-Farabi yang dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian
dalam banyak bidang keilmuan dan memandang filsafat secara utuh dan
menyeluruh serta mengupasnya dengan sempurna, sehingga filsuf yang
datang sesudahnya seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd banyak mengambil
dan mengupas sistem filsafatnya. Ada tiga bidang studi yang memikat Al-
Farabi, ialah logika, filsafat politik dan metafisika. Dalam bidang logika
Al-Farabi menulis banyak komentar dan parafrase atas kumpulan karya
logika Aristoteles yang dikenal dengan organon.
5. Ibn sina
Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina (370-429 H/980-
1037 M), dikenal di dunia Barat dengan Avicenna dan juga “Pangeran
Para Dokter” adalah seorang filsuf dan saintis terbesar Islam dan tokoh
paling berpengaruh dalam bidang umum, kedokteran, seni, dan sains.
Kontribusi besar Ibnu Sina di dunia Barat terutama tampak pada karya
terbesarnya yang berjudul al-Qanun fi al-Tibb (The Canon of Medicine).
Buku ini merupakan karya ensiklopedi yang mencakup kombinasi sistem
medis Arab dan Yunani, dengan tambahan pengalaman personal Ibnu
9
Sina. Buku ini membahas tentang penyakit mengenai klasifikasi,
penjabaran, dan penyebab-penyebabnya, dan memberikan terapi dengan
higiene, fungsi-fungsi bagian-bagian tubuh, gangguan psikologi dan
berbagai topik lainnya.
6. Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) (800–873)
Al-Kindi, alkindus lahir di Kufah tahun 801 M, pada masa Khalifah
Harun Al-Rasyid(786-809 M) dari Dinasti Bani Abbas (750-1258 M).
Nama Al-Kindi sendiri dinisbatkankepada marga atau suku leluhurnya,
salah satu suku besar zaman pra-Islam. Alkindiadalah filosof islam
pertama kali sehingga disebut dengan bapak filosof
Alkindi adalah orang pertama yang mengenalkan filsafat islam yang a
walnyadiadopsi dari filsafat Yunani. Namun pemikiran Al-
Kindi berbeda dengan pemikiranorang Yunani, beliau mempunyai
pemikiran tersendiri mengenai pengetahuan.
Menurut Al-Kindi pengetahuan dibagi menjadi tiga
yaitu;1. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut
pengetahuanIndrawi.2. Pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan akal disebut pengetahuanrasional.3. Pengetahuan
yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan pengetahuanisyraqi
atau iluminatif.
7. Ali Ibn Rabban AlTabari(Fidaus al-Hikmah)(838–870)
Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban at-Tabari juga dikenal sebagai At-
Tabari adalah seorang hakim Muslim abad ke-9 yang legendaris, ulama,
dokter, dan psikolog. Dikenal sebagai psikolog, at-Tabari juga
berpengalaman di bidang lain, yaitu fisika dan kedokteran. Namanya
masih dikenal karena karya-karyanya yang berpengaruh. Salah satu
karyanya berjudul Fidaus al-Hikmah, yang ditulis dalam tujuh jilid,
merupakan ensiklopedia kesehatan yang mencakup cabang-cabang ilmu
kesehatan.
Ali bin Rabban at-Tabari lahir sekitar tahun 838 M dan
menghembuskan nafas terakhirnya sekitar tahun 870 M. Dia berasal dari
10
keluarga Yahudi Suriah terkemuka dari Merv dan pindah ke Tabaristan, di
mana dia kemudian dikenal sebagai At-Tabari.
Ayah adalah guru pertama At-Tabari. Dari ayahnya, ia belajar
kedokteran dan kaligrafi. Seorang pemuda yang cerdas, at-Tabari juga
fasih berbahasa Syria dan Yunani. Nama besarnya tercatat dan diabadikan
dalam tulisan muridnya Muhammad Ibn Zakariya al-Razi alias Rhazes,
fisikawan hebat.
At-Tabari kemudian menjabat di istana Kekhalifahan Abbasiyah
sampai pemimpinnya al-Mutawakkil (847-861). Diperkirakan sekitar
waktu ini dia memutuskan untuk berhijrah ke dunia Muslim ketika
Khalifah Abbasiyah, Al-Mu'tasim (833-842) berkuasa. Buku-bukunya
telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti Inggris dan Jerman.
8. Ibn Zuhr (Avenzoar) (1091-1161)
Bapak ilmu bedah eksperimental’‘ begitulah Ibnu Zuhr kerap dijuluki.
Menurut Abdel-Halim (2005) dalam tulisannya bertajuk Contributions of
Ibn Zuhr (Avenzoar) to the progress of surgery: A study and translations
from his book Al-Taisir, dokter Muslim kelahiran Seville, Spanyol Islam,
itu dianggap telah berjasa memperkenalkan metode eksperimental dalam
ilmu bedah. Sang dokter pun tercatat sebagai dokter perintis yang
memperkenalkan metode bedah manusia dan autopsi. ‘’Ibnu Zuhr adalah
penemu prosedur bedah tracheotomy (leher),’‘ papar Abdel-Halim. Dokter
terkemuka pada era kejayaan Islam di Spanyol itu juga berhasil
mengungkap misteri penyebab kudis dan radang. Dialah dokter pertama
yang meyakinkan eksistensi parasit lewat parasitologi.
9. Ibn Rushd (Averroes) (1128- 1198)
Pemikiran tokoh yang dikenal Barat dengan sebutan Averroes ini
merupakan sumbangsih berharga di puncak kejayaan peradaban Islam di
Spanyol pada Abad Pertengahan.
Sebelum menjadi komentator filsafat Barat, pemilik nama lengkap
Abu Walid Muhammad bin Rusyd ini lebih dulu mengkaji berbagai
disiplin ilmu Islam. Mulai dari bahasa, tafsir, filsafat, dan sebagainya.
11
Averroes bukan seorang komentator biasa, ia merupakan ilmuan Islam
yang pemikirannya begitu penting bagi kemajuan ilmu dan peradaban
dunia. Berikut karya-karya Averroes yang berpengaruh bagi peradaban
dunia: Al- Kulliyat fit at-Thib, Bidayat al-Mujtahid , Tahafut at-Tahafut
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Sumber ilmu dalam
pandangan Islam adalah berasal dari wahyu, pemikiran (akal), serta
pengalaman manusia
Iman diidentikkan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya
ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan
dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon
identik dengan teknologi dan seni.
Setiap makhluk yang Allah ciptakan di bumi ini pasti mempunyai tujuan
Begitupun manusia. Tugas atau fungsi manusia di dalam kehidupan ini adalah
menjalankan peranannya sebagai ciptaan Allah dengan sempurna dan
senantiasa menambah kesempurnaan itu sampai akhir hayat. Hal itu dilakukan
agar manusia benar-benar menjadi makhluk yang paling mulia dan bertakwa.
B. Saran
Ipteks merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia,
Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agardapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini,
yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia,
potensi, perbaikan sistem ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan
sedekah.
13
Daftar pustaka
Taufik. 2016. Seri Buku Pegangan Kuliah: Islam dan Ipteks. Lembaga
Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPIK); Surakarta.
Gade, Fithriani.2020. Integrasi Keilmuan Sains & Islam. Banda Aceh: Ar-Raniry
Press
Wahyuddin, dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam untuk perguruan tinggi. Jakarta:
Grasindo
Ainiyah, W & Karsiyah, K. 2017. Konsep Kesatuan Iman, Iptek dan Amal
Menuju Terbentuknya Insan Kamil dalam Perspektif Pendidikan Islam.
ISTAWA, jurnal pendidikan Islam vol.2 no.2 page 77-114.
http://litabmas.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/view/620
14
Hambali, PEMIKIRAN METAFISIKA, MORAL DAN KENABIAN DALAM
PANDANGAN AL-RAZI, Universitas Serambi Mekkah, Bathoh Kota Banda
Aceh
Majid Fakhari, Sejarah Filsafat Islam Sebuah Peta Kronologis, (Bandung: Mizan,
2001), p. 45
Rozi . 2018 . ‘Nasir al-Din Tusi Ilmuan dan Filsuf Islam Menguasai Banyak
Ilmu’.
15