Disusun oleh :
Fakultas Ekonomi
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas limpahan karunia, rahmat,
dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Seni dalam Islam” dapat terselesaikan. makalah ini disusun
sebagai tugas kelompok matakuliah Pendidikan Agama, kami berusaha menyusun makalah
ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun, kami terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi para pembacanya, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 3. PENUTUP................................................................................................ 16
II
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah
kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
PEMBAHASAN
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda
maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
panca indra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif,
sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu
berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan. Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan
obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu
tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam
disebut generalis.
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya
dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S.
Al-A’laq;1-5). Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif
dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teknologi diartikan sebagai
“kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses
teknis”.
Teknologi juga dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan
bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa
3
4
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan
Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (QS.
Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak
berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut.
Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut
maka kesenian tersebut haram hukumnya.
tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka
yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme yang berada di balik wajah
ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu
pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang di
pelajari melalui agama adalah sama-sama ayat (tanda-tanda dan perwujudan ) Allah SWT,
maka tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena
keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh
Alam Semesta.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah
orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR.
Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu
kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding
sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti
mengenai amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam
orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain
makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi”
(Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-
A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai
nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan
keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat
istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi
saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan
yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-
orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab,
mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati."
(Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu,
akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR
Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan
adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih).
Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh
dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk
hal-hal yang bermanfaat.
yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada
baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6].
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw.,
kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada
orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.”
Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan
sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga
para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan
keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya,
hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk
menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai
keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia. Namun
bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-
nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian
orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak.Sebaiknya di
kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah
itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak
berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut.
Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut
maka kesenian tersebut haram hukumnya.
ini adalah masyarakat Arab. Jika demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap
melalui ekspresi budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam. Sementara itu, bila kita
merujuk pada akar makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri,
maka bisa jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang
termanifestasikan dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni suara yang
dapat membimbing manusia kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam.
Di sisi lain, dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan
rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran (seni suara),
penglihatan (seni lukis dan ruang), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari dan
drama).
Dari definisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum muslim
yang terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal ini
juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik seni suara
maupun ruang termanifestasikan.
Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau
maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka dasar dari difinisi-
difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan terletak pada
dimana dan kapan seni tersebut termanifestasikan, melainkan pada esensi dari ajaran-ajaran
Islam yang terejahwantah dalam karya seni tersebut.
memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu ‘Umar datang kepadanya dan melihat
gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu ‘Umar bertanya: "Apa ini wahai
shahābat Rasūlullāh? " Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata: "Oh ini barangkali
timbangan buatan negeri Syām," ejeknya. Mendengar itu Ibnu Zubair berkata:
"Digunakan untuk menimbang akal manusia."
Ar-Ruyānī meriwayatkan dari Al-Qaffāl bahwa mazhab Maliki membolehkan
menyanyi dengan ma‘āzif (alat-alat musik yang berdawai).
Abū Al-Fadl bin Thāhir mengatakan: "Tidak ada perselisihan pendapat antara ahli
Madīnah tentang, menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja." Ibnu
An Nawawi di dalam kitabnya AL-‘UMDAH mengatakan bahwa para shahābat
Rasūlullāh yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara lain ‘Umar
bin Khattāb, ‘Utsmān bin ‘Affān, ‘Abd-ur-Rahmān bin ‘Auf, Sa‘ad bin Abī Waqqās
dan lain-lain. Sedangkan dari tābi‘īn antara lain Sa‘īd bin Musayyab, Salīm bin
‘Umar, Ibnu Hibbān, Khārijah bin Zaid, dan lain-lain.
Contok-contoh Kontribusi IPTEK dan seni terhadap dakwah Islam yaitu sebagai
berikut :
Arsitektur masjid yang indah membuat para jamaah senang dan nyaman beribadah.
Wayang sebagai media dakwah bagi Wali Songo.
Perkembangan busana muslim seperti jilbab.
Media dakwah di televisi, internet, koran, dan majalah.
Penggunaan internet, blog, dan situs Islami seperti suara Islam, Muslim,dll.
Al Quran dan Hadist dalam bentuk digital semuga mempermudah pencarian ayat,
terjemaah, tafsiran Al Quran.
Penggunaan LCD sebagai media dakwah sehingga lebih jelas dipahami.
abad kemudian barulah orang barat menemukan ilmunya (sekitar abad XI - XIII),
Karya-karya ilmiahnya banyak diterjemahkan oleh Eropa.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala sesuatu yang
diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh kejelasan. Teknologi
merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan
yang obyektif. Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan
segala prosesnya. Seni identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik
dengan kebenaran. Apabila manusia berlaku adil dengan semua makhluk hidup dialam ini,
maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik karena manusia hidup tidak hanya
untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan,
teknologi danseni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam
suatu sistem yang disebut Dinul Islam.
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada
2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
Pengembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai
ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusiadan alam lingkungannya.
Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan
potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh
nafsu dan amarah. Karena pada dasarnya Manusia mendapat amanah dari Allah sebagai
khalifah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan potensinya untuk
kepentingan umat manusia. Oleh karena itu perlunya keimanan sebagai pelengkap ilmu
dalam penerapannya bukan hanya menghasilkan keuntungan satu sisi saja.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana
sebenarnya paradigma islam itu dalam menyikapi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
tersebut. Selain itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami bagaimana integrasi
16
17
http://marlinara.blogspot.com/2013/04/iptek-dan-seni-dalam-islam.html
http://makalah-artikel-online.blogspot.com/
http://www.kispa.org
http://www.eramuslim.com
http://www.pk-sejahtera.org
http://www.akhwatumar.blogspot.com
http://fadjaer-dodolanol.blogspot.com/2011/11/dodolan-pulsa-ol.html
18