Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POTENSI MANUSIA (JASMANI DAN ROHANI)

DALAM PENGEMBANGAN IPTEKS

(Tugas Kelompok Mata Kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan IV)

Disusun oleh:

1. Geybi Adriana Josepa Maramis (20033014)


2. Vira (20033056)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK BANGGAI
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani)

dalam Pengembangan IPTEKS". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok yang

telah diberikan oleh Bapak Suma K. Saleh, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah

Al-Islam Kemuhammdiyahan IV.

Makalah ini membahas tentang pandangan Al-Islam Kemuhammadiyahan terkait dengan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEKS) yang mengedepankan nilai-nilai moral

dan etika yang tinggi serta menyeimbangkan antara kepentingan manusia dan lingkungan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca untuk terus

mengembangkan IPTEKS yang sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan

berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima Kasih,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Luwuk,14 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi...................................................... 2


B. Pandangan Islam Tentang IPTEK ....................................................................... 2
C. Potensi Yang Dimiliki Manusia ............................................................................ 3
D. Dampak Pengembangan IPTEK .......................................................................... 6
E. Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) Dalam Pengembangan IPTEK .............. 9

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma Pengembangan IPTEKS dalam Perspektif Al-Islam Kemuhammadiyahan

adalah semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEKS) dalam

kehidupan manusia saat ini. Dalam perkembangannya, IPTEKS tidak hanya memberikan

manfaat yang besar bagi manusia, tetapi juga berdampak pada lingkungan dan

keberlangsungan kehidupan bumi. Dalam pandangan Al-Islam Kemuhammadiyahan,

pengembangan IPTEKS harus dilandasi oleh nilai-nilai moral dan etika yang tinggi serta

menjunjung tinggi kepentingan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan

paradigma pengembangan IPTEKS yang berlandaskan pada ajaran Islam yang rahmatan lil

'alamin. Dalam konteks ini, makalah ini dianggap penting untuk membahas dan

mengungkapkan pandangan Al-Islam Kemuhammadiyahan terkait dengan pengembangan

IPTEKS. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif

mengenai paradigma pengembangan IPTEKS dalam perspektif Al-Islam

Kemuhammadiyahan dan bagaimana kontribusinya terhadap masyarakat dan umat manusia.

Sehingga dapat memberikan inspirasi dan arahan bagi para pembaca dalam

mengembangkan IPTEKSyang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi IPTEKS?

2. Bagaimana Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) dalam pengembangan

IPTEKS?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian IPTEKS

2. Mengetahui Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) dalam Pengembangan IPTEK

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)

Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm

menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya

mempunyai ciri kejelasan. Misalnya: `alam (bendera), `ulmat (bibir sumbing), a`lam

(gunung-gunung), `alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas

tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari

pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan

keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah

sebagai pengetahuan yang ilmiah. Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa

pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat

penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang

dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science.

Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna

mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang

penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.

B. Pandangan Islam Tentang IPTEKS

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban

Barat,kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan iptek

modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya

hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang

atau krisis multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu

2
pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik

dimasa lampau, sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam pandangan islam, menurut hukum asalnya segala sesuaru itu mubah termasuk

segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak yang haram kecuali jika

terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti karena silam bukan ilmu agama yang sempit.

Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi

canggih seperti televisi video alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya

serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang

tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi

menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya.

Produk iptek ada yang bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan

tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk

mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.

Islam tidak menghambat kemajuan iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan

bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkandengan

analisis-analisis yang teliti, obyektif dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur’an.

C. POTENSI YANG DIMILIKI MANUSIA

Dalam berbagai literature, khususnya dibidang filsafat dan antropologi dijumpai berbagai

pandangan para ahli tentang hakekat manusia. Sastraprateja, misalnya mengatakan

bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakikat manusia itu sendiri adalah suatu

sejarah, suatu peristiwa yang semata-mata datum. Hakikat manusia hanya dilihat dalam

perjalanan sejarahnya,dalam sejarah perjalanan bangsa manusia. Saatraprateja lebih

lanjut mengatakan, bahwa apa yang kita peroleh dari pengamatan kita atas

pengamatan manusia adalah suatu rangkaian anthtropoligical constans, yaitu

3
dorongan-dorongan dan orientasi yang dimiliki manusia.Lebih lanjut, Sastraprateja

menambahkan ada sekurang-kurangnya 6 anthtropoligical constans yang dapat di tarik

dari pengalaman umat manusia, yaitu:

1. Relasi manusia dengan kejasmanian, alam, dan lingkungan ekologis

2. Keterlibatan dengan sesama

3. Keterkaitan dengan srtuktur sosial dan institional

4. Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat,hubungan

timbal balik antara teori dan praktis

5. Kesadaran religious dan para religious

6. Merupakan satu sintesis dan masing-masing saling mempengaruhi.

Keenam masalah tersebut tampak merupakan rangkaian kegiatan yang tidak bisa

ditinggalkan oleh manusia, yang secara umum dapat dikatakan bahwa dalam

beresksistensinya manusia tidak bisa melepaskan dari ketergantungannya pada orang lain.

Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak

mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang selalu menyembah-Nya dengan

tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan,

bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus

dikembangkan segala potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya yang disebut

sebagai al-Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim atau yang kita kenal dengan “pendidikan”.

Karena pendidikan yang mengarahkan ke arah perkembangan yang optimal maka

pendidikan dalam mengembangkannya harus memperhatikan aspek-aspek kepentingan

yang antara lain :

4
1. Aspek Pedagogis

Dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ‘Homo

Educondum’ yaitu makhluk yang harus didik. Inilah yang membedakannya dengan

makhluk yang lain. Jadi disini pendidikan berfungsi memanusiakan manusia tanpa

pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya.

2. Aspek Psikologis

Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut ‘Psychophyisk

Netral’ yaitu makhluk yang memiliki kemandirian (selftandingness) jasmaniahnya dan

rohaniah. Didalam kemandirian itu manusia mempunyai potensi dasar yang merupakan

benih yang dapat tumbuh dan berkembang.

3. Aspek Sosiologis dan Kultural

Aspek ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berwatak dan

berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.

4. Aspek Filosofis

Aspek ini manusia adalah makhluk yang disebut ‘Homo Sapiens’ yaitu makhluk

yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.

Manusia sebagai makhluk paedagogik membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik.

Sehingga dengan potensi tersebut mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan

pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah berupa keterampilan yang

dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.

Fitrah manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui pendidikan. Oleh

karena itu pendidikan Islam bertugas membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan fitrah manusia tersebut sehingga terbentuk seorang yang berkepribadian

muslim. Potensi dasar tersebut atau lebih dikenal dengan istilah fitrah harus terpelihara dan

berkembang dengan baik.

5
D. DAMPAK PENGEMBANGAN IPTEK

Seperti juga pada bidang lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai

dampak positif dan negatif. Penilaian positif maupun negatif ini bersifat subyektif,

tergantung kepada siapa yang menilainya. Yang dinilai negatif oleh bangsa Indonesia

belum tentu juga dinilai negatif oleh bangsa Amerika, misalnya.

Dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dirasakan, misalnya,

dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi. Ditemukannya teknologi pesawat

terbang telah membuat manusia dapat pergi ke seluruh dunia dalam waktu

singkat. Perjalanan haji yang dulu dilakukan selama beberapa minggu melalui laut kini,

dengan makin lancarnya transportasi udara, dapat dilakukan hanya dalam waktu delapan

jam saja. Kemajuan di bidang televisi satelit telah memungkinkan kita melihat Olimpiade

Atlanta langsung tanpa harus keluar rumah. Penemuan telepon genggam telah

memungkinkan kita untuk menghubungi seseorang di mana saja ia berada atau dari mana

saja kita berada. Kemajuan di bidang penyimpanan data telah memungkinkan kita memiliki

seluruh jilid Ensiklopedia Britanica dalam satu keping Compact Disk yang beratnya kurang

dari satu ons. Kemajuan di bidang komputer telah menciptakan jaringan internet yang

memungkinkan kita mendapatkan informasi dari perpustakaan di seluruh dunia tanpa harus

keluar dari kamar. Kemajuan di bidang komunikasi juga telah membuat perdagangan

internasional menjadi semakin mudah dan cepat. Sekarang ini, lewat bursa saham, orang

dapat dengan mudah memiliki perusahaan di negara lain.

Singkat kata, kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi ini telah membuat

dunia terasa kecil dan batas antar negara menjadi hilang. Inilah yang disebut sebagai

globalisasi, suatu proses di mana orang tidak lagi berfikir hanya sebagai warga kampung,

kota, atau negara, melainkan juga sebagai warga dunia.

6
Dari sisi positifnya, proses ini membuat orang tidak lagi hanya berwawasan lokal. Dalam

usahanya memecahkan persoalan, ia akan melihat ke seluruh dunia guna menemukan

solusi. Dalam mencari pekerjaan atau ilmu pun, ia tidak lagi membatasi diri pada pekerjaan

atau lembaga pendidikan di kampungnya, kotanya, propinsinya, atau negaranya saja.

Seluruh permukaan bumi ini dapat menjadi kemungkinan tempat ia bekerja atau mencari

ilmu.

Dari sudut jati diri bangsa, proses ini dapat dianggap membawa dampak negatif. Hal ini

karena inovasi-inovasi di bidang iptek itu kebanyakan terjadi di negara lain yang

mempunyai nilai-nilai sosial, politik, dan budaya yang belum tentu sama dengan nilai

bangsa kita. Kendati teknologinya itu sendiri dapat dianggap sebagai netral atau bebas

nilai, penerapan dan pembawa ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat dikatakan

selalu bebas nilai. Sebagai contoh, kemajuan teknologi parabola telah memungkinkan kita

melihat siaran televisi Perancis tanpa ada sensor. Adegan seks dan pamer dada wanita,

yang di RCTI tidak mungkin keluar, dapat dilihat anak-anak tanpa terpotong sensor lewat

parabola itu. Banjirnya film asing di TV nasional juga dapat mempengaruhi nilai budaya

para pemirsanya. Telenovela dan film Barat yang amat populer di TV swasta kita, secara

tidak terasa, dapat mempengaruhi para pemirsanya bahwa perselingkuhan dalam

kehidupan suami istri itu adalah hal yang biasa, bahwa kekerasan merupakan salah satu

pemecahan masalah. Film detektif bahkan dapat menjadi 'guru' bagi para maling.

Globalisasi cara berfikir, yang menjadi salah satu dampak kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi, dapat membuat orang tidak lagi mengacu pada nilai-nilai tradisional

bangsanya belaka. Kemudahan memperoleh informasi akan membuat ia dapat

mempelajari nilai-nilai yang ada pada masyarakat dan bangsa lain, baik yang menyangkut

nilai sosial, ekonomi, budaya, maupun politik. Sebagai bangsa yang sedang membangun

7
jati-dirinya, proses globalisasi ini jelas merupakan tantangan yang harus diatasi dalam

upaya pembentukan manusia Indonesia yang dicita-citakan.

Pada dasarnya sikap orang terhadap masalah globalisasi ini dapat dikelompokkan menjadi

tiga:

1) lari dari kenyataan dan bersembunyi atau menutup diri dari arus globalisasi

2) menghindar atau menganggap bahwa globalisasi itu tidak ada

3) menghadapi persoalan dengan berani.

Pilihan pertama dilakukan apabila orang tersebut merasa lemah dan tidak kuat untuk

menanggulangi dampak negatif globalisasi itu. Dalam mempertimbangkan dampak positif

dan negatif kemajuan iptek dan globalisasi, ia melihat bahwa 'mudharat' globalisasi tersebut

lebih besar daripada 'manfaatnya'. Akibatnya, ia menolak kehadiran kemajuan iptek

tersebut dan tidak mau bersentuhan dengannya. Dalam kasus bangsa, pemerintah

menutup masuknya informasi dari luar tanpa pandang bulu karena takut kalau-kalau

rakyatnya akan terpengaruh oleh nilai-nilai dari luar yang mungkin akan berdampak negatif.

Pilihan ke dua dilakukan bila orang tersebut merasa bingung. Di satu pihak, ia mengetahui

dampak positifnya kemajuan teknologi komunikasi itu tetapi, di lain fihak, ia juga

mengetahui dampak negatif dari globalisasi tersebut. Ia tidak dapat memutuskan apakah

akan merangkul ataukah menolak kemajuan teknologi yang berdampak globalisasi

itu. Akibatnya, ia membiarkan saja kemajuan teknologi itu melanda bangsanya dan

berpura-pura yakin, atau berharap, bahwa globalisasi itu tidak membawa dampak negatif

bagi masyarakatnya.

Pilihan ke tiga dilakukan oleh orang yang tidak bingung. Ia menyadari akan dampak positif

dan negatif dari kemajuan iptek yang masuk ke negaranya, termasuk dampak globalisasi

masyarakatnya. Berbeda dengan pemilih skenario ke dua, ia dengan seksama memilah-

8
milah mana dampak positif dari kemajuan iptek dan globalisasi itu bagi dirinya dan mana

dampak negatifnya. Dengan mengetahui di bidang mana kemajuan iptek dan globalisasi

itu akan membawa dampak negatif, ia mempersiapkan diri agar tidak terpengaruh oleh

kemajuan iptek dan globalisasi itu secara negatif.

E. Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) dalam Pengembangan IPTEK

Menurut Jalaluddin, ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu:

1. Potensi ruh, potensi manusia untuk bertauhid, yang merupakan kecenderungan

untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta

2. Jasmani (fisik), mencakup konstitusi biokimia yang secara materi teramu dalam

tubuh

3. Rohaniah, berupa konstitusi non-materi yang terintegrasi dalam jiwa.

Menurut Imam al-Ghazali, manusia mempunyai empat kekuatan (potensi), yaitu;

1. Qalb, merupakan suatu unsur yang halus, berasal dari alam ketuhanan, berfungsi

untuk merasa, mengetahui, mengenal, diberi beban, disiksa, dicaci, yang pada

hakikatnya tidak bisa diketahui

2. Ruh, yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu

dan merasa, ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui

3. Nafs, yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia

4. Aql, yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat

ilmu yang tempatnya di hati.

Menurut Jalaluddin dan Usman Said, secara garis besar manusia memiliki empat potensi

dasar, yaitu :

9
1. Hidayah al-ghariziyyah (naluri), kecenderungan manusia untuk memenuhi kebutuhan

biologisnya

2. Hidayah al-hisiyyah (inderawi), yaitu kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah

SWT (ahsan at-taqwim)

3. Hidayah al-aqliyyah (akal), yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat

dididik dan mendidik

4. Hidayah diniyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai

potensi dasar untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Allah telah menganugerahkan beberapa potensi kepada manusia yang dapat

dikembangkan dengan seoptimal mungkin dalam rangka melaksanakan tugas

kekhalifahannya di dunia. Dari potensi-potensi dasar tersebut, menunjukkan pada kita akan

pentingnya pendidikan untuk mengembangkan dan mengolah sampai di mana titik optimal

itu dapat capai.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut al-Qur’an, ilmu adalah rangkaian keterangan teratur dari Allah (Q.S. Al-

Rahman : 1-13).

1. Umat Islam adalah umat yang terbaik jika mengamalkan amar ma’ruf, nahi munkar,

dan beriman kepada Allah

2. Dengan potensi-potensi yang diberikan diharapkan umat Islam mampu memegang

kepemimpinan

3. Dengan memahami Al Quran, umat Islam mampu mengembangkan Ilmu

pengetahuan dan Teknologi

4. Ulama terdahulu ketika memahami Al Quran mereka berhasil membuat penemuan

Pola hubungan antara agama dan iptek di Indonesia saat ini baru pada taraf tidak

saling mengganggu. Pengembangan iptek dan pengembangan kehidupan beragama

diusahakan agar tidak saling tabrak pagar masing-masing. Pengembangan agama

diharapkan tidak menghambat pengembangan iptek sedang pengembangan iptek

diharapkan tidak mengganggu pengembangan kehidupan beragama. Konflik yang

timbul antara keduanya diselesaikan dengan kebijaksanaan.

Seperti juga pada bidang lain, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

mempunyai dampak positif dan negatif. Dari sisi positifnya, kemajuan iptek membuat

orang tidak lagi hanya berwawasan lokal. Dalam usahanya memecahkan persoalan, ia

akan melihat ke seluruh dunia guna menemukan solusi. Dalam mencari pekerjaan atau

ilmu pun, ia tidak lagi membatasi diri pada pekerjaan atau lembaga pendidikan di

kampungnya, kotanya, propinsinya, atau negaranya saja. Seluruh permukaan bumi ini

11
dapat menjadi kemungkinan tempat ia bekerja atau mencari ilmu. Dampak negatifnya

adalah adanya globalisasi cara berfikir, yang dapat membuat orang tidak lagi mengacu

pada nilai-nilai tradisional bangsanya. Kemudahan memperoleh informasi akan

membuat ia dapat mempelajari nilai-nilai yang ada pada masyarakat dan bangsa lain,

baik yang menyangkut nilai sosial, ekonomi, budaya, maupun politik.

B. Saran

Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan tak akan bernilai ibadah dan tak akan

menghasilkan manfaat bagi manusia dan lingkungan. Sebaliknya, pengembangan

IPTEK yang didasari etika Islam akan memberikan orientasi dan arah yang jelas, serta

mampu mengoptimalkan manfaat IPTEK dan meminimalisir dampak negatif IPTEK

bagi manusia dan alam. Orang yang melandaskan ilmunya dengan keimanan,

pengembangan dan pemanfaatan IPTEK tidaklah ditujukan sebagai tuntutan hidup

semata, tetapi juga merupakan refleksi dari ibadah kepada Allah. Ia menjadi sarana

peningkatan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah. Oleh karena itu, kita harus

sebisa mungkin menyeimbangkan antara iptek dan agama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Anggun Sri, Nur Fadiyah, and Syifa Azhari. "Paradigma Pengembangan

IPTEK." Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi 2.3 (2023): 505-512.

Rahayu, A. S., Fadiyah, N., & Azhari, S. (2023). Paradigma Pengembangan

IPTEK. Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 2(3), 505-512.

RAHAYU, Anggun Sri, et al. Paradigma Pengembangan IPTEK. Jurnal Pendidikan,

Sains Dan Teknologi, 2023, 2.3: 505-512.

13

Anda mungkin juga menyukai